Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN INFEKSI RUMAH SAKIT

TRI MESTER KE 2
TAHUN 2019 (April- Juni 2019)

1. PENDAHULUAN
Terjangkitnya infeksi Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan/HAIs (Hospital Aquired
Infections), artinya infeksi yang terjadi dirumah sakit. Hal ini berimplikasi sangat
luas menimbulkan masalah bagi penderita dan dapat merugikan nama baik rumah
sakit.
Sebagai sebuah penyakit yang berdiri sendiri (terlepas dari keterkaitan penyakit
dasar) yang muncul sebagai akibat tindakan medis dan asuhan keperawatan yang
dilakukan baik sesuai SPO atau pun tidak, maka infeksi nosokomial dapat
mempengaruhi morbiditas dan mortalitas penyakit dasar. Akibat lain adalah hari
rawat yang lebih panjang dan itu berarti perlu adanya tambahan biaya sedangkan
bagi rumah sakit dapat memberikan kesan kurang baik terhadap pencegahan
infeksi yang merupakan indikator keselamatan pasien rumah sakit.

2. PENGORGANISASIAN
Kemudian untuk operasional, ada Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit yang terdiri dari unsur perawat (IPCN =Infection prevention control
nurse dan IPCLN= Infection prevention control link nurse)
PPIRS mempunyai peran penting dalam rangka memberikan pelayanan yan
berkualitas terhadap pasien, baik langsung ataupun tidak langsung. Memberi
pengertian dan tambahan wawasan terhadap pasien dan pengunjungnya tentang
perkembangan penyakit dan kuman setidaknya akan mempengaruhi tingkat
kesembuhan pasien.

Kendala yang dihadapi :


1. Dalam perjalan kinerjanya PPIRS masih menghadapi beberapa kendala antar lain
belum ditetapkannya IPCN yang fulltime sehingga banyak hal yang tidak tergarap
antara lainnya adalah pekerjaan survey yang harus dilakukakan secara kontinyu
dan berkesinambungan.
2. Beberapa kerjasama yang semestinya di lakukan dengan unit lainnya menjadi
tidak dapat dilakukan contohnya mendisain sebuah ruangan seharusnya
melibatkan unsur PPIRS untuk memberikan masukan kepada tim/unit/pihak yang
melaksanakan pembangunan sehingga dapat sesuai atau paling tidak mendekati
kaidah PPI
3. Masukan PPIRS tidak bisa langsung dilaksanakan mengingat keadaan, iklim dan
cuaca, biaya yang belum teranggarkan dan lain-lain
4. Petugas IPCN belum purna waktu, masih diberi tugas merangkap
Harapan-harapan
1. Masukan dari PPI untuk keselamatan pasien dan keselamatan pekerja dapat
diperhatikan oleh seluruh pegawai dan pengambil keputusan.
2. Semua kendala saat ini dapat dihilangkan pada tahun ini.
3. PPIRS kedepan bisa memberikan kontribusi yang baik untuk peningkatan mutu
layanan di RSU Ananda dan bisa berkolaborasi dengan unit yang lain untuk
kemajuan RSU ANANDA dan akhirnya berpartisipasi dalam mewujudkan
mayarakat Indonesia yang berkualitas, Sehat dan Mandiri sehingga usia harapan
hidup akan lebih baik.
4. Petugas PPI / IPCN dapat bertugas secara purna waktu dengan jumlah tenga
sesuai dengan kapasitas tempat tidur yaitu 1:100 TT.
3. TABEL ANGKA INFEKSI
REKAP ANGKA INFEKSI
RSU Ananda Srengat
JANUARI - JUNI 2016

PENYEBUT PEMBILANG

Ventilat Hospita Infek Infe Infe


TIRA or l si ksi ksi
N Phlebi Phlebi
BULAN U WS ET CV H Assosia Acquire Salur Alira Luk Decubi
O IVL tis tis
C D T L BARI ted d an n a tus
Lab IVL
NG Pneumo Pneumo Kemi Dara WS
nia nia h h D
JANUA 318
1 63 71 0 0 168 0 0 0 0 4 51 0 0
RI 2
FEBRU 268
2 23 63 0 0 123 0 0 0 0 2 39 0 1
ARI 5
267
3 MARET 32 64 0 0 165 0 0 1 0 5 54 1 1
2
FEBRU 158 17
4 79 0 0 137 0 0 0 0 8 28 0 0
ARI 2 1
147
5 MEI 67 31 0 0 55 0 0 0 0 5 20 0 0
5
6 JUNI 885 0 23 0 0 12 0 0 0 0 5 8 0 0
JUMLA 124 26 42 0 0 660 0 0 1 0 29 200 1 2
H 81 4 3
DALAM
0,00 0,00 3,79 0,00 2,32 16,02 2,36 3,03
/MIL

NO JAN-JUNI 14 JML INF %

1 ILO 174 2 1,15


4. ANALISA TABEL
Terjadi infeksi saluran kemih, pasca pemasangan urine catheter sebesar 3,79 ‰ (mil), VAP nihil, HAP nihil, IADP
nihil ( ditunggu selama 3x24 Jam)
Phlebitis akibat pemasangan infus sebesar 16,02 ‰ dan akibat pengambilan darah laboratorium sebesar 2,32 ‰
dan ini terkait dengan mutu pelayanan dan tidak ditunggu 3 x 24 jam, berarti tiap 1000 hari perawatan akan ada
pasien yang phlebitis sebanyak 16 orang akibat pemasangan infus dan ada 2 orang phlebitis akibat pengambilan
sample darah.
Terdapat Infeksi luka WSD 2,36 ‰ berarti setiap 1000 hari perawatan akan terjadi 2 kasus infeksi sekitar luka
WSD.
Dekubitus masih terjadi sebesar 3,03 ‰, dan ini menjadi salah satu indikator mutu pelayanan.
Infeksi luka Operasi 1,15% artinya daalam 100 kali operasi akan ada 1 orang pasien yang terifeksi dan angka ini
masih dianggap wajar.
Rumus untuk mendapatkan inciden rate:
kejadian infeksi kasus baru X 1000
Semua pasien yang berpotensi terinfeksi

Rumus untuk mendapatkan inciden rate pada kasus bedah


Jumlah kejadian infeksi kasus baru X 100
Semua pasien yang berpotensi terinfeksi (post op)

Kemungkinan penyebabnya adalah ;


1. Disinfeksi yang tidak adequat.
2. Prosedur yang tidak dijalankan dengan baik saat pemasangan IV Catheter.
3. Lingkungan terkontaminasi kuman.
4. Kepatuhan cuci tangan petugas saat sebelum melaksanakan tindakan a septic masih sangat rendah, meskipun
belum ada data untuk kepatuhan cuci tangan.
5. Perawatan luka / puncture site yang tidak adequate
6. Penggunaan IV line ≥ 1 minggu di satu tempat.
5. SURVEY KEPATUAHAN CUCI TANGAN (HH)
Tabel survey kepaatuan cuci tangan yang dilaksanakan pada Februari 2016
SESUDAH
SETELAH
SEBELUM SEBELUM KONTAK SETELAH
KONTAK
KONTAK MELAKUKAN DENGAN KONTAK
NO NAMA TINDAKAN DENGAN YA TIDAK %
DENGAN TINDAKAN CAIRAN DENGAN
LINGKUNGAN
PASIEN ASEPTIK TUBUH PASIEN
PASIEN
PASIEN
1 FTR GV X X X X X 0 0
2 MIF VISITE X X V X X 1 20
3 FAT VISITE X X V X X 1 20
4 AZ GV X X X X X 0 0
5 RHY GV X X X X X 0 0
6 HDY GV X X X X X 0 0
7 DMY PERBEDENT X X X X X 0 0
8 YNT GV X X X X X 0 0
9 TS GV X X X X X 0 0
10 RIZKY AS ETT V V V V X 4 80
11 SUSAN AS ETT V V V X V 4 80
12 AR VISITE V V V X X 3 60
JUMLAH 3 3 5 0 0 13 21,7
27,3 27,3 45,5 0 0 21,7
Analisa tabel diatas
a. Sebelum kontak dengaan pasien hanya 27,3 %
b. Sebelum melakukan tindakan hanya 27,3%
c. Sesudah kontak dengan cairan tubuh pasien hanya 45,5%
d. Setelah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien hanya 0 %
Jadi kepatuhan cuci tangan di RSU ANANDA hanya 21,7%
GAMBARAN CUCI TANGAN DI RSU ANANDA
Gambaran seperti ini diakibatkan karena setiap tindakan mereka selalu
menggunakan sarung tangan (Handschoen), ini yang mengakibatkan cuci tangan
menjadi diabaikan karena semua merasa aman untuk dirinya, tapi tidak aman bagi
pasien.
Penggunaan sarung tangan yang salah, akan berdampak pada banyak hal
terutama, sarung tangan menjadi media perpindahan kuman dari satu pasien
kepasien lainnya, ke nurse station, ke Catatan medik dll.
6. MEKANISME PENENTUAN HAIs DENGAN KULTUR
Di RSU ANANDA Cisarua sudah dimulai untuk pemeriksaan kultur MO dimana
manfaat dari pemeriksaan tersebut adalah untuk meneliti peta kuman di RSU
ANANDA dengan demikian pemberian antibiotik/antimikroba kepada pasien betul-
betul berdasar pada peta kuman yang ada. Selain itu pemeriksaan kultur juga
dilakukan untuk pemeriksaan kejadian HAIs, sehingga infeksi yang terjadi betul-
betul dapat dikendalikan.
Telah dimaklumi bersama bahwa, penentuan beberapa kasus infeksi rumah sakit
harus ditentukan dengan pemeriksaan kultur, sehingga tidak dikira-kira dan ada
bukti otentik bahwa infeksinya akibat kuman yang terdapat dilingkungan rumah
sakit dan atau petugas rumah sakit. Tapi pada kasus-kasus yang jelas terjadi
infeksi setelah 2 hari perawatan di RS (3 x 24 jam), maka tidak menunggu hasil
kultur.
Manfaat Pemeriksaan Kultur
o Mengetahui jenis kuman/peta kuman
o Mengetahu resistensi kuman/Mengetahui Antibiotik yang harus diberikan
Pemeriksaan Kultur di RSU ANANDA baru dimulai pada bulan Agustus 2016,
sehingga belum ada hasil peta kuman dan baru akan ada hasilnya pada Januari
2015. Namun meskipun baaru beberapa pasien yang diperiksa kultur sudah
ditemukan beberapa kuman penyebab HAIs antara lainnya sudah ditemukan
MRSA, MRS, Pseodomonas dan beberapa kuman yang belum familier di RSU
ANANDA .

7. TABEL PEMERIKASAAN KULTUR TERKAIT HAIS


Berikut ini ada beberapa pasien yang yang diperkirakan terpapar kuman RS
Nama Jenis Ruangan Pemeriksaan Hasil kultur
Specimen
Tn. Ahmad dahak Melati Gram(-) Klebsiella,
Coccus pseudomonas
Yeti Cairan Kacapiring Pseudomonas
Pleura sp
Marie Dahak Melati Gram(-) Pseudomonas
Batang Aureginesus
Pipin Cairan Melati Gram(-) Acinobacter
Pleura Coccus gaumanii,
staphylococcus
Aah Dahak Kacapiring Gram(-) Staphylococcus
Coccus aureus
Gram(-)
Batang
Pemeriksaan Kultur harus diminta/oleh dokter klinisi ynang merawat, ada 28
pasien yang dimperiksa kultur oleh dokter sehingga terdapat gambaran secara
kulitatif sbb:
Daftar dokter yang memeriksakan kultur
No Nama Dokter jumlah % Keterangan
1 2 7,14 %
2 3 10,71%
3 6 21,43
%
4 3 10,71%
5 4 14,29
%
6 1 3,57 %
7 4 14,29
%
8 1 3,57 %
9 4 14,29 inisiatif
%

Dari daftar tersebut maka belum semua dokter aktif meminta pemerikasaan kultur
dan kultur yang diperiksa baru terbatas pada sample, dahak dan cairan pleura
Harapan dan himbauan :
Semua dokter berperan aktif untuk memeriksakan kultur, baik darah, cairan tubuh
pasien, Urine, apusan tenggorokan (untuk pasien yang dipasang ETT) dan diperiksa
pada hari ke 3 perawatan di RS, sebelum diberi antimikroba/antibiotik.
Adapun prosedur tetap terkait pemeriksaan kultur akan segera diterbitkan,
sehingga apa saja yang harus diperiksa, langkah pengambilan dan perlakuan
terhadap sample dapat dilaksanakan dengan benar.

8. KEGIATAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN


a. Kampanye Cuci tangan (hand Hygiene campain)
Kegiatan ini terus dilaksanakan dan secara bertahap kesadaran untuk pentingnya
cuci tangan
Program kepada pasien dan pengunjung rumah sakit:
Program pendidikan dan pelatihan kepada pasein dan penunggunya belum
dilaksanakan secara berkesinambungan. Sosialisasi tentang pengendalian infeksi
masih sangat minim dilakukan, memberikan informasi tentang pengendalian infeksi
kepada pengunjung menjadi bagian yang cukup penting untuk bisa terkendalinya
infeksi nosokomial (HAIs). Program pendidikan kepada petugas sedikit demi sedikit
sudah berjalan, orientasi petugas/karyawan baru siswa perawat, sudah
dilaksanakan meskipun belum sepenuhnya.
Program immunisasi belum dapat dilaksanakan pada bulan ini karena terbentur
dengan anggaran, demikian juga dengan immuni sasi bagi petugas/karyawan yang
rencananya akan dilakukan immunisasi Hep.B
Untuk Survey dapat terlaksana secara rutin untuk melihat mutu pelayanan ditinjau
dari beberapa angka infeksi yang antara lain ISK, ILO, pneumania, tusukan jarum
infus, sepsis, decubitus dan angka infeksi pada pemasangan WSD.
Kejadian infeksi sangat terkait dengan terkait dengan program penyehatan
lingkungan dirasakan masih perlu banyak koreksi terutama lingkungan pasien
yang berbaur dengan penunggu pasien sangat mempengaruhi infeksi silang dari
penunggu kepada pasien atau sebaliknya.
b. Mengikuti Pelatihan IPCN Pada November 2015, di gedung Bidakara Rumah Sakit
Harapan Kita Jakarta yang diselenggarakan oleh HIIPPI Pusat.

9. PENGGUNAAN ANTI MIKROBA


Penggunaan antibiotika dan antimikroba di RSU ANANDA belum ada standarisasi /
formularium yang disepakati. Pada umumnya antimikroba yang digunakan adalah
sepalosforin generasi III, karena dokter lebih mengutamakan kesembuhan
pasiennya dengan cara pemberian antimikroba yang dipercaya. Sepalosporin
generasi III adalah antimikroba yang banyak dipilih, kemudia golongan quinolon
dan gol penisilin adalah pilihan ke 3.
Bahwa pemetaan kuman di RSU ANANDA saat ini sedang berlansung dimana hasil
peta kuman dapat digunakan untuk keperluan penggunaan antibiotika dan
antimikroba yang wajar, sehingga formularium antibiotika/ antimikroba di RSU
ANANDA segeraa dapat disusun.

10. PEMBATASAN PENGUNJUNG


Pembatasan pengunjung menjadi penting karena akan menyangkut beberapa hal;
Pemutusan rantai penularan, kebersihan lingkungan, ketertiban keamanan dan
kenyamanan, mengurangi kontaminasi terhadap pasien
Sampai saat ini bila kita perhatikan pembatasan waktu berkunjung belum
sempurna bahkan hampir tidak dibatasi. Pengunjung baik anak dibawah 12 th
sampai yang dewasa bebas memasuki area rumah sakit.
Diruang kelas VIP melati belum bisa dilaksanakan pembatasan pengunjung,
sehingga terkadang ruangan menjadi penuh dan pengap, sehingga menjadi kurang
nyaman. Seperti di ruangan lain yang seharusnya menjadi ruangan “isolasi”
digunakan juga oleh keluarga pasein untuk tidur dan menunggu pasien diruangan
yang sama/diruang rawat. Sehingga meskipun kami tidak memeiliki data yang
pasti, banyak ditemukan yang dulunya menunggu pasien sekarang menjadi
pasien.

11. LAPORRAN PENGUJIAN BALAI BESAR TEHNNIK KESEHATAN


LINGKUNGAN JAKARTA
 Bahwa saat dilakukan pengujian baku mutu udara tidak ditemukan angka diatas
baku mutu yang telah ditetapkan
 Untuk pemeriksaan alat medis, usap dinding, dan alat makan (nampan,
mangkok, plato, pisen lauk, dan piring makan) tidak terdapat
kuman/mikroorganisme yang pathogen yang dapat menyebabkan kesakitan atau
wabah.
 Seluruh ruangan terdapat/ditemukan jamur (laporan kami lampirkan)

12. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


a. Kesimpulan
a). Angka Infeksi rumah sakit / HAIs, di RSU ANANDA periode Januari-juni 2016
masih terkendali, keculai angka phlebitis yang masih perlu ditindak lanjuti karena
hal ini menjadi indikator mutu RS, tentunya perlu disadari oleh berbagai praktisi
kesehatan lainnya seperti laboratorium juga memberikan kontribusi sebesar 23,4
‰ terjadinya phlebitis akibat tusukan jarum. Sehingga perlu adanya pelatihan
kepekaan untuk mengamil darah, kesamaan cara desinfeksi dan tidak
menggunakan sarung tangan satu kali pakai, tapi digunakan untuk semua pasien.
b) Kewaspadaan isolasi belum dipahami oleh staf dan petugas dilapangan sehingga
masih mengabikan prinsip-prinsip / konsep kewaspadaan isolasi.

b. Rekomendasi
1) Poli MDR sudah berjalan, sebaiknya diatur kembali untuk akses khusus, dan
akses menuju poli yang lainnya. Jangan abaikan 5 moment di poliklinik.
2) Untuk Bidang Perawatan dan Diklat, Perlu adanya pelatihan / Refresh untuk
pemasangan IV Chateter, dan pelatihan penangan pasien menular, mulai dari
desinfeksi, mengeksekusi vena, penentuan kaliber jarum infus, melakukan
tindakan secara septik dan a septik, bisa dilakukan pada kelompok-kelompok kecil
disetiap ruangan, termasuk unit laboratorium.
3) Kepada Komite Medik segera merampungkan pedoman/panduan penggunaan
antibiotik/antimikroba yang wajar, sambil menunggu peta kuman yang akan
direalisasikan pada tahun ini.
4) Gunakan sarung tangan sewajarnya, kami anggap salah jika visite, pemasangan
elektrode ECG, Mendorong pasien/menggotong pasien, membersihkan lantai, nyetir
membagi makanan, menyuapi pasien, mendorong troli tindaakan dll masih
menggunakan sarung tangan (handscoen) dan cara yang terbaik adalah
menertibkan/membiasakan Hand Hygiene (5 moment).
5) PKMRS Agar memberikan pemahaman kepada semua pihak baik kepada petugas
maupun pengunjung tentang pembatasan kunjungan dimana waktu belum
terkontrol dan anak-anak dibawah 12 tahun masih banyak yang masuk bahkan
menginap di ruangan rawat inap.
6) Selayaknya Poli bedah dilaksanakan di poliklinik saja sehingga OK hanya
digunakan sesuai fungsinya, sesuai aturan yang ada.
7) Perlu difikirkan penggunaan masker efisiensi tinggi sperti N 95, tidak hanya di
ruangan poli DOTS saja tapi diruangan rawat inap yang mempunyai resiko yang
sama sehingga para perawat mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dalam
melakukan tindakan keperawatan / merawat pasien yang beresiko menular secara
airbone.
8) Untuk Instalasi gizi agar memperbaiki cara mencuci bahan makanan dan alat
makan yang digunakan pasien, gunakan disinfekstan yang aman untuk pencucian
bahan makanan dan alat makan bila perlu menggunkan air hangat, bila mungkin
alat makan dilakukan sterilisasi.
9) Dari hasil PPI Day (survey ke ruangan perawatan)
a. Gordeng sebaiknya tidak menggunakan dari bahan linen, meskipun linen bukan
media transmisi yang baik untuk kuman direkomendasikan supaya menggunakan
bahan-bahan dari sejenis plastik sehingga mudah untuk dibersihkan.
b. Kursi yang digunakan untuk pelayanan sebaiknya dilapisi sejenis kalp/plastik
agar mudah untuk dibersihkan.
c. Kesed alas kaki sebaiknya tidak digunakan karena akan menjadi media yang
subur untuk pertumbuhan kuman.
d. Hampir disemua ruangan, pengunjung diminta untuk melepas alas kaki. Tentu
tujuannya adalah mempertahankan kebersihan ruangan karena sering kali
pengunjung memakai sepatu / sandal yang kotor, terutama dimusim hujan.
Menurut kaidah PPI tidak disarankan melepas alas kaki karena, kaki pengunjung
menjadi terkontaminasi kuman dari lantai rumah sakit selain itu juga mengganggu
akses keluar masuk ruangan karena pada umumnya diletakan didepan pintu dan
mengganggu estetika. Seharusnya mempertahankan kebersihan lantai dengan
meningkatkan frekwensi pembersihan lantai.
e. Diruangan supaya tidak menyimpan dan me-reuse alat habis pakai seperti spuit
dan selang oksigen dan atau alat kesehatan yang sudah ditetapkan tidak di-reuse.
f. Simpan bak seng atau piiring makan pada tempat yang benar, sehingga sisa-sisa
makanan tidak dirambah kucing atau binatang pengganggu lainnya.
g. Penjimpanan linen kotor harus pada kontainer yang tertutup, sehingga pada saat
dibawa ke loundry kuman yang terdapat pada linen kotor tidak beterbangan /
menjadi droplet.
h. Ventilasi di ruang anggrek dan poliklinik lantai 2 adalah yang paling buruk
sebaiknya segera dibuatkan exhous fan sehingga udara dapat bersirkulasi dengan
baik.
10) Suport dan pengawasan serta kepedulian tentang HAIs dari pihak direksi dan
stafnya secara berkesinambungan sangat dibutuhkan untuk dapat meningkatkan
layanan yang berkualitas.
11) Konsep Isolasi segera dilaksanakan dengan pemenuhan kebutuhan standar
12) Kewaspadaan isolasi harus segera disosialisasikan secara intensif kepada seluruh
staf Rumah sakit sehingga dapat segera dipahami, terbiasa dan dilaksanakan.

13. Penutup
Demikian laporan ini di buat mudah-mudahan bisa menjadi bahan
pertimbangan untuk beberapa kebijakan yang menyangkut PPIRS, tentunya untuk
kemajuan rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan yang bermutu, melalui
penanganan pasien yang tepat pemutusan rantai penularan penyakit dan
pencegahan penyakit menular. Dengan demikian rumah sakit kita turut
berkontribusi untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang sehat dan mandiri,
membebaskan manusia dari sakit dan kecacatan.

Anda mungkin juga menyukai