Anda di halaman 1dari 94

LAPORAN PENETAPAN ANGKA INFEKSI YANG AKAN DI UKUR

DI RSU PERMATA MEDICAL CENTER

2019

I. Pendahuluan

Sebagai tempat perawatan orang sakit, rumah sakit menjadi tempat


berkembang biaknya kuman dan rawan terjadinya penularan infeksi.
Dalam bahasa medis, infeksi itu disebut dengan infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial bisa terjadi dari penularan pasien ke pasien lain, dari
pasien ke pengunjung atau keluarga, atau dari petugas ke pasien.
Transfer mikroba bisa didapat petugas saat melaksanakan tindakan
atau perawatan pasien. Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO),
infeksi nosokomial merupakan penyebab utama tingginya angka
kesakitan dan kematian di dunia. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta
kematian setiap hari di dunia. Di Indonesia, dalam penelitian di 11
rumah sakit di Jakarta pada tahun 2004 menunjukkan 9,8 persen
pasien rawat inap mendapat infeksi nosokomial.
Rumah sakit merupakan Health Care System yang didalamnya
terdapat sistem surveilans sebagai upaya pengendalian dan pencegahan
infeksi, rumah sakit mempunyai peran stategis dalam upaya
mempercepat peningkatan kesehatan masyarakat di indonesia. Peran
stategis rumah sakit sangat diperlukan untuk menghadapi transisi
epidemiologi yeng terjadi saat ini.
HAIs ( Health-care Associated Infections ) merupakan kejadian infeksi
yang didapat penderita setelah mendapatkan perawatan > 48 jam dan
pasien tidak dalam masa inkubasi.
II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui sejauh mana dampak infeksi yang
ditimbulkan berkaitan pelayanan yang diberikan
b. Tujuan khusus
1. Agar mengetahui sejauhmana dampak pemberian pelayanan
di rumah sakit
2. Untuk mengetahui mutu pelayanan rumah sakit yang
berorientasi terhadap keselamatan pasien
3. Dapat menentukan strategi pemecahan masalah berkaitan
dengan pemberian tindakan pelayanan medis.
III. Hasil kegiatan
Dari hasil pertemuan dengan Tim PPI maka kami menetapkan
data surveilans yang akan kami ukur adalah sebagai berikut :
a. ISK berkaitan dengan pemasangan kateter urine
b. IDO berkaitan dengan tindakan operasi
c. Plebitis berkaitan dengan pemasangan infus
d. VAP berkaitan dengan pemasangan Ventilator
e. HAP berkaitan dengan pnemonia yang di dapat di rumah sakit
setelah mendapatkan perawatan > 48 jam perawatan ( tidak
dalam masa inkubasi ).
IV. Penutup
Demikian laporan penetapan angka infeksi yang akan di ukur
tahun 2019, semoga Tim PPI RS dapat menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya dengan baik.

Meng Mengetahui Indramayu, 02 Januari 2019


Ka. Komite PPI IPCN

dr. Dony Revai Rossy Silvianita, Amd.Kep


LAPORAN ANALISA ANGKA INFEKSI DARI SIM RS

RSU PERMATA MEDICAL CENTER INDRAMAYU


SEMESTER KE 1 TAHUN 2019

I. Pendahuluan
HAIs (Healthcare Associated Infections) merupakan merupakan
suatu infeksi yang dialami oleh pasien selama dirawat di
pelayanan kesehatan dan menunjukkan gejala infeksi baru dan
bukan dalam masa ingkubasi termasuk penyakit yang diderita
karena pekerjaan. Kejadian HAIs banyak dihubungkan dengan
pemasangan alat, seperti CAUTI (Catheter Associated Urinary Tract
Infection), VAP (Ventilator Associated Pneumonia), CRBSI (Catheter
(IV, Central) Related Blood Stream Infection) dan IDO (Infeksi
Daerah Operasi) karena tindakan insisi serta plebitis.
Surveilans HAIs merupakan suatu sistem yang aktif dan
berkesinambungan dalam mengamati peningkatan atau
penurunan kejadian dan penyebaran penyakit pada suatu
populasi dan selanjutnya dilakukan analisis dan diseminasi secara
periodik kepada pihak-pihak yang terkait atau stakeholder.
Surveilans diharapkan mampu menurunkan angka kejadian HAIs
dengan melakukan tindankan pencegahan dan pengendalian
infeksi yang ada di rumah sakit terutama untuk pendeteksian
wabah atau KLB sehingga tidak menimbulkan kematian yang
tinggi. Upaya pencegahan dan pengendalian dapat dimulai dengan
prosedur pemasangan yang aseptik, perawatan yang komprehensif
selama pemasangan alat, serta pemantuan kemungkinan infeksi
dengan melakukan identifikasi risiko melalui bundle prevention.
Dalam melaksanakan kegiatan surveilans mengacu pada standar
prosedur, panduan, dan alur pelaporan yang melibatkan semua
perawat, kepala ruangan, IPCLN, IPCO, dan dokter yang merawat.
Pelaporan yang berkualitas akan meningkatkan validitas dan
reliabilitas data yang dikumpulkan sehingga hasil pelaporan
akurat. Hal tersebut akan meningkatkan ketepatan dalam strategi
perbaikan dan intervensi yang akan dilakukan, sehingga mampu
meningkatkan keselamatan pasien selama dirawat di RSU Permata
Medical Center Indramayu dengan menurunkan angka kejadian
HAIs.
II. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan RSU Permata Medical Center
b. Tujuan Khusus :
1. Memberikan gambaran angka kejadian HAIs di RSU
Permata Medical Center Indramayu
2. Melakukan strategi perbaikan dalam pencegahan dan
pengendalian kejadian HAIs di RSU Permata Medical Center
Indramayu
3. Meningkatkan kualitas dan ketepatan pelaporan data
surveilans.
III. Hasil Kegiatan Analisa Angka HAIs Semester ke 1 tahun 2019
No Data Jenis Bulan Total Angka kejadian HAIs Jumlah
HAIs tindakan tinda Angka
kan infeksi

September

September
Agustus

Agustus
April

April
Juni

Juni
Juli

Juli
tri dalam

Mei

Mei
wula tri
n wulan
1 ISK Pemasang 15 21 20 46 29 131 0 0 0 0 0 0 0
an kateter
urine
2 IDO Tindakan 49 55 50 70 80 101 415 0 0 0 0 0 0 0
operasi
3 VAP Pemasang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
an
ventilator
4 HAP Pnemonia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
karna
lama di
rawat >
48 jam
5 Plebitis Pemasang 374 597 470 390 510 690 2341 5 13 5 0 3 3 23
an infus pasien
plebitis
IV. Evaluasi
Dari data HAIs yang terjadi di RSU Permata Medical Center
didapat data sebagai berikut :
a. Angka kejadian plebitis pada periode semester ke 1 adalah 23
pasien dengan total 659 pasien tindakan pemasangan infus,
dan 2341 hari pemasangan infus, dengan kejadian 23 ‰
artinya ini masih sangat tinggi di atas angka minimal kejadian
plebitis yang seharusnya 2‰ .
b. Angka Infeksi IDO tidak ada kejadian IDO pada periode
semester ke 1 dengan total tindakan operasi 110 tindakan
dengan pemasangan MES 11 tindakan dan 38 tindakan operasi
sectio caesario, dan 61 kegiatan operasi debridemen dan biopsi
extirpasi.
c. Angka ISK tidak ada kejadian dengan total 52 tindakan
pemasangan kateter urine, pemasangan kateter urin dilakukan
selama 1 hari, total 52 hari dengan pemasangan kateter urine.
d. VAP tidak ada pasien dengan pemasangan ventilator selama
perawatan di ICU
e. HAP tidak ada kejadian HAP pada data HAIs semester ke 1,
pasien di rawat rata-rata mendapatkan perawatan selama 2
hari.
V. Rencana Tindak Lanjut
1. Meningkatkan pengawasan dalam tindakan invasive
pemasangan infus
2. Pengawasan dan pembinaan sikap dan prilaku tenaga
keperawatan dalam bekerja sesuai SPO yang berlaku dan
berkesinambungan.
3. Menggalakan program cuci tangan sesuai SPO yang berlaku
4. Pengawasan dalam menjalankan SPO managemen limbah
benda tajam, medis dan non medis.
5. Pengawasan dalam hal menjaga kesterilan melakukan
tindakan invasif
6. Mengadakan pelatihan – pelatihan pencegahan dan
pengendalian infeksi baik didalam maupun diluar RS.

VI. Penutup
Demikian laporan analisa angka infeksi yang di dapat dari sistem
RM, kedepan Tim PPI RS dapat meningkatkan kinerja dalam
menyusun dan melaksanakan staregi untuk menurunkan angka
infeksi rumah sakit, dan dapat meningkatkan kepatuhan petugas
dalam menjalankan prinsip-prinsip PPI, sehingga dapat
berpengaruh terhadap peningkatan mutu pelayanan RS.

Indramayu, 30 Juni 2019


IPCN

Rossy Silvianita, Amd.Kep.


PROGRAM KERJA TAHUNAN KOMITE PPI
RSU PERMATA MEDICAL CENTER INDRAMAYU
TAHUN 2019

No Kegiatan Target BULAN


01 02 03 04 04 05 06 07 08 09 10 11 12
1 Surveilans HAIs V V V V V V V V V V V V V
:
 ISK ≤ 1,5%
 IDO ≤ 1,5%
 HAP ≤ 1,5%

 VAP ≤ 1,5%

 Plebitis 2/100

2 Audit ≥85% V V V V V V V V V V V V V
Kepatuhan
Kebersihan
Tangan
3 Investigasi 75% V V V
wabah (
outbreak)
penyakit infeksi
4 Meningkatkan 85% V V V V V V V V V V V V V
pengawasan
terhadap
penggunaan
antimikroba
secara aman
5 Assesmen 80% V V V V V V V V V V V V V
berkala
terhadap risiko
6 Menetapkan 80% V V V V V V V V V V V V V
stategi
penurunan
risiko infeksi
7 Mengukur dan 75% V V V V V V V V
mereview risiko
infeksi
8 Pemeriksaan 75% V V
kesehatan
secara berkala
9 Pendidikan dan 80% V V
pelatihan
LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PPI TAHUN 2019

RSU PERMATA MEDICAL CENTER INDRAMAYU

I. Pendahuluan
PPI di rumah sakit merupakan suatu upaya kegiatan untuk
meminimalkan atau mencegah terjadinya infeksi pada pasien,
petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar RS. Ditinjau dari asal
didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas atau berasal dari
lingkungan RS yang sebelumnya lebih dikenal dengan istilah
infeksiNosokomial diganti dengan istilah baru yaitu Healthcare
Associated Infection ( HAIs ) dengan pengertian yang lebih luas tidak
hanya dirumah sakit tetapi juga infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Khusus infeksi di Rumah Sakit selanjutnya
disebut : Infeksi di rumah sakit ( IRS ). Risiko terjadi infeksi di
rumah sakit sangat besar bila petugas tidak menjalankan kaidah-
kaidah PPI. Bukan saja pasien yang rawan terkena infeksi tetapi
juga keluarga pasien, pengunjung rumah sakit bahkan petugas
kesehatan sendiri sangat berisiko. Berdasarkan hai inilah maka
Komite PPI rumah sakit wajib melakukan pemantauan segala
aktivitas kegiatan yang dilakukan di rumah sakit kegiatan yang
dilaksanakan meliputi pengumpulan data, tabulasi data serta
penyajian data hasil kegiatan akan dituangkan dalam bentuk
laporan akan disampaikan kepada direktur. Dalam setiap organisasi
selayaknya harus memiliki program kerja yang terarah sistematis
dan dapat dipertanggung jawabkan, berkaitan dengan ini kami dari
Tim PPI RS akan melaporkan pencapaian program kerja yang sudah
kami susun di awal tahun 2019.
II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit dan
fasilitas kesehatan lainnya, melalui pencegahan dan
pengendalian infeksi.
b. Tujuan Khusus
1. Melindungi sumber daya manusia kesehatan dan masyarakat
dari penyakit infeksi
2. Menurunkan angka kejadian infeksi HAIs
III. Program kerja Tahunan sebagai berikut :
a. Pelaksanaan surveilans HAIs
b. Audit kepatuhan Kebersihan tangan
c. Monitoring pengelolaan limbah dan benda tajam
d. Pemeriksaan kesehatan secara berkala
e. Pendidikan dan pelatihan
f. Pola kuman
g. Investigasi wabah ( out break ) penyakit infeksi
h. Menetapkan strategi penurunan infeksi
i. Mengukur dan mereview risiko infeksi
Hasil pelaksanaan program sebagai berikut :
1) Surveilans HAIs

14

12
april
10
mei
8 juni
6 juli

4 september agustus
agustus
september
2 juli
juni
0 mei
ISK april
IDO
HAP
Plebitis VAP
Data infeksi RS yang didapat adalah Plebitis dimana angka
kejadian plebitis masih saja terjadi pada setiap bulannya
dan masih tinggi di atas nilai SPM 2/100.

a. Evaluasi
Dalam pelaporan kejadian plebitis ini setelah dilakukan
evaluasi bahwa plebitis terjadi setelah 2 hari perawatan,
kasus yang banyak terjadi di ruang anak, dimana
plebitis terjadi dikarenakan mekanik atau posisi insersi
terhadap vena kurang baik sehingga angka kejadian
plebitis masih saja terjadi, dari sisi petugas dimana
petugas masih kurang patuh menerapkan kewaspadaan
standar kepada pasien terutama dalam penerapan 5
moment hand hygiene dan penggunaan APD yang
kurang tepat, serta belum adanya pemeliharaan
terhadap perawatan pemasangan infus.
b. Rencana dan Tindak Lanjut
1. Melakukan Sosialisasi tentang 5 moment hand
hygiene dan penggunaan APD yang tepat
2. Melakukan audit dan monitoring terhadap
kepatuhan petugas dalam melaksanakan
implementasi 5 moment hand hygiene
3. Melaksanakan Bundles setiap tindakan invasif
4. Meningkatkan pencatatan dan pelaporan angka
kejadian infeksi HAIs
2) Audit kepatuhan kebersihan tangan
80%
80%
70%
70%
60%
80% 60%
60% 50%
70% 50%
60% 50%
40%
50%
40% September
40%
Agustus
30% Juli
20% Juni April
10% Mei Mei
0% Juni
April
Juli
Klinis
Non klinis Agustus
September

Analisa grafik kepatuhan kebersihan tangan


Dalam melakukan Audit kebersihan tangan kami menggunakan
metode pemantauan secara langsung kepada petugas melaluai IPCLN, dan
melakukan audit pada setiap unit oleh Tim PPI RS. Di dapat hasil kepatuhan
terendah pada petugas non klinis yang hanya mencapai 70%, sedangkan
untuk petugas klinis paling rendah berada pada bulan april hanya mencapai
50% dan pencapaian tertinggi pada bulan september berkisar 80%, namun
demikian dengan hasil pencapaian angka kepatuhan ini belum dapat
dikatakan maksimal, karna target pencapaian kami dalam melakukan
kepatuhan hand hygiene adalah ≥ 85%.
1. Evaluasi
a. Diketahui bahwa petugas non klinis paling rendah
dalam pengaplikasian 5 moment hand hygiene
dikarenakan petugas non klinis beranggapan tidak
melakukan kontak langsung dengan pasien.
b. Tingkat kepatuhan petugas terhadap 5 moment hand
hygiene belum sempurna, dikarenakan masih ada
petugas klinis yang mengabaikan 5 moment hand
hyginene terutama sebelum kontak dengan pasien
dan setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
c. Belum menjadikan budaya terhadap kepatuhan
terhadap setiap petugas
2. Rencana Tindak Lanjut
a. Melakukan koordinasi dengan Ka. Unit terkait dalam
meningkatkan pengawasan terhadap kepatuhan
isolasi
b. Melakukan koordinasi dengan PJ. House keeping
dalam melakukan pengawasan terhadap kepatuhan
pemilahan sampah
c. IPCN Meningkatkan audit dan monitoring kepatuhan
secara langsung kepada setiap petugas

3) Pemeriksaan Kesehatan secara berkala


Dari program rencana kerja tahunan Tim PPI RS
merencanakan pelaksanaan pemeriksaan terhadap
karyawan 2x dalam 1 tahun pada bulan Juni dan bulan
Desember, namun pada pelaksanaannya pada bulan Juni
belum dapat dilakukan pemeriksaan secara berkala
dikarenakan keterbatasan dana Rumah Sakit sehingga
untuk program pemeriksaan pada bulan juli di rencanakan
pelaksanaan nya pada bulan desember.
4) Pendidikan dan pelatihan
Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tentang sosialisasi
PPI sudah dapat berjalan baik kepada karyawan baru atau
pun kepada siswa praktek, juga kepada pasien, keluarga
dan petugas rumah sakit. Kegiatan audit sosialisasi
terhadap petugas sudah dilakukan oleh Tim PPI RS secara
periodik dan dilakukan evaluasi pada setiap kegiatan audit
dan monitoringnya.
5) Pola Kuman
RSU Permata Medical Center Indramayu belum pernah
melakukan pemeriksaan pola kuman dan pada tahun 2019
belum di rencanakan untuk dilakukan pemeriksaaan pola
kuman dikarenakan masih terbentur dengan kost rumah
sakit.
a. Evaluasi
1) Angka kejadian IDO dilaporkan tidak ada, pasien
dengan diagnosa diduga terinfeksi oleh airborn maka
kami akan melakukan sistem rujukan kepada RS
yang memiliki ruang isolasi.
2) Petugas di anjurkan agar selalu meningkatkan
kewaspadaan terhapad isolasi dan strandar
b. Rencana Tindak Lanjut
1) Membuat perencanaan pada tahun 2020 untuk
dilakukan pemetaan kuman
2) Meningkatkan Etos kerja terhadap kewaspadaan
standar dan isolasi.
6) Investigasi wabah (Out break ) atau Penyakit Infeksi
Tim PPI RS merencanakan dilakukan investigasi wabah
pada bulan januari, april, juli, dan pada bulan oktober.
Maka dari hasil pemantauan kami tidak pernah terjadi
wabah selama periode januari sampai dengan juli 2019.
a. Evaluasi
Dari data RS tidak pernah dilaporkan terjadinya wabah
pada peroide bulan januari sampai dengan juli 2019.
b. Rencana Tindak Lanjut
Meningkatkan pengawasan dan pencatatan terhadap
kejadian wabah atau penyakit yang kasus nya
meningkat. Meningkatkan pengawasan terhadap
kewaspadaan terjadinya KLB.
7) Menetapkan Strategi penurunan angka infeksi
Berdasarkan hasil rapat Tim PPI RS dengan IPCLN, Ka.
Unit Rawat Inap, Ka. Unit Rawat Jalan maka kami
menetapkan strategi untuk menurunkan angka infeksi
terhadap kejadian plebitis.
a. Evaluasi
Dari data yang berhasil di catat terdapat kejadian
plebitis pada setiap bulan, dan kami laporkan kepada
ketua komite PPI adalah sebagai berikut :

Tri wulan I
300.00% Tri wulan ke II
Tri wulan ke III
Tri wulan ke III
200.00%
Tri wulan ke II
100.00%
Tri wulan I
0.00%
ISK Plebitis HAP IDO VAP

Analisa Grafik
Dari data grafik, didapat data sebagai bahwa kejadian plebitis masih
saja sering terjadi hampir setiap bulan tercatat terjadinya plebitis angka
kejadian yang tersering terjadi di ruang rawat inap anak dan penyakit dalam,
setelah dilakukan investigasa bahwa plebitis sering terjadi dikarenakan
kimiawi yaitu plebitis sering terjadi pada pasien-pasien yang mengalami
insersi di daerah pergelangan tangan, fiksasi dengan plester yang kurang
baik dapat mempengaruhi ketahanan infus yang kurang baik, tidak
dilakukan nya bundles pada saat melakukan tindakan pemasangan infus ini
kemungkinan dapat berpengaruh terhadap terjadinya plebitis yang berulang.
b. Rencana dan Tindak Lanjut
1) Menerapkan Bundles plebitis
2) Melakukan sosialisasi kepatuhan hand hygiene dan
5 moment kepada karyawan RS
3) Meningkatkan audit dan monitoring terhadap
kepatuhan petugas
4) Meningkatkan kewaspadaan isolasi berdasarkan
transmisi.
5) Merencanakan pelatihan tentang tindakan
pemasangan intra vena line.
8) Monitoring Pengelolaan Limbah

90% 90% 90% 90% 90% 90%


80% 80%
80% 80% 80%
70% 70% 70% 80% 70%
100% 60%
60% 60% 60% 70% 60%
80% 50% 50%
30% 50%
30%
50% 50% 50% 60% 50% 50%
30% 30%
60% 50% 50% 40% 50% 50% 50%
30% 30% 40%
40% 30% 30% 40%
40% 30% 30%

20%
0%
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September

Dalam gambaran grafik kepatuhan pembuangan limbah petugas RSU


Permata Medical Center Indramayu dapat di ketahui bahwa setiap unit dari
bulan ke bulannya mengalami peningkatan terhadap kepatuhan dalam
pemilahan sampah atau limbah. Yang paling rendah terdapat pada petugas
kamar jenazah itu sebabkan oleh karena kegiatan kamar jenazah belum
dilakukan sehingga audit kepatuhann petugas berlum dapat di tindak
lanjuti.
a. Evaluasi
1) Kepatuhan petugas Farmasi dalam pembuangan
sampah atau limbah blm maksimal dikarenakan sarana
dan prasarana masih terbatas ( tempat sampah coklat )
2) Petugas kamar jenazah belum dapat di audit
kepatuhannya dikarenakan kegiatan pemulasaraan
jenazah belum diberlakukan sebagaimana mestinya (
SPO )
3) Staf rumah sakit pada dasarnya sudah memahami
pengklasifikasiaan limbah namun staf rumah sakit
hanya melakukan pemilahan sampah no0n infeksius
saja.
b. Rencana dan Tindak Lanjut
1) Melakukan Audit dan monitoring secara berkala
2) Meningkatkan kesadaran petugas terhadap
kewaspadaan isolasi
3) Berkoordinasi dengan Ka. Logistik untuk penyediaan
tempat sampah limbah farmasi.
9) Mengukur dan Mereview risiko infeksi
LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PPI TENTANG PEMERIKSAAN
BERKALA PEGAWAI RSU PERMATA MENDICAL CENTER
INDRAMAYU SEMESTER KE 1 TAHUN 2019

I. PENDAHULUAN

Sumber daya manusia untuk selanjutnya disebut tenaga kerja


merupakan penggerak organisasi dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Tenaga kerja yang sehat baik fisik maupun mental dapat
diharapkan mencapai tujuan organisasi secara optimal. Rumah sakit
sebagai sebuah organisasi yang padat modal, padat kerja, padat teknologi
dan padat risiko membutuhkan system pengelolaan kesehatan Tenaga
Kerja agar dapat mencapai tujuan organisasi Rumah Sakit dalam hal ini
memberikan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya kepada
masyarakat.
Untuk menjamin kemampuan fisik dan kesehatan tenaga kerja yang
sebaik-baiknya maka diadakan program pemeriksaan kesehatan tenga
kerja secara terarah yaitu Program Pemeriksaan Kesehatan Karyawan.
Bahwa dalam pelaksanaan Program Pemeriksaan Kesehatan
Karyawan maka :
a. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala terhadap
karyawan di unit-unit yang beresiko terkena infeksi dalam hal ini
 Unit Sterilisasi dan Kamar Operasi ( URO )
 Unit Rawat Inap
 Unit LARAFI
 Unit Rawat Jalan
 Unit Gawat darurat
 Unit Gizi
 Unit PSPRS dan Londri
 Unit Marketing dan Kerohanian
b. Pemeriksaan Karyawan yang diduga ada gangguan kesehatan
yang diakibatkan pekerjaan.

II. LATAR BELAKANG

Bukan hanya Patient safety yang perlu diangkat sebagai suatu


issue Rumah sakit yang baik tetapi juga Hospital safety, bagaimana
Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya juga menjamin keselamatan
bahwa bangunan Rumah sakit tersebut aman bagi masyarakat di Rumah
sakit (SDM Rumah sakit, pasien Rumah sakit, pengunjung Rumah sakit).
Sesuai dengan Motto rumah sakit “Beramanat” bermutu, aman,
mandiri dan cepat. Keamanan dan kenyamanan sangat berkaitan dengan
komitmen rumah sakit dalam mengelola fasilitas dan keselamatan. Di
mana rumah sakit mampu mengelola risiko yang berkaitan dengan
fasilitas dan keselamatan. Dalam Kenyataannya masih banyak terdapat
kendala dalam pengelolaan risiko terkait fasilitas dan keselamatan serta
pengelolaan kesehatan karyawan, diantaranya adalah :
a. Pelaporan kecelakaan dan pengelolaan kesehatan karyawan belum
terkelola dengan baik.
b. Kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (APD) belum sepenuhnya
dilaksanakan
c. Pengelolaan Bahan berbahaya di rumah sakit belum tertata dengan
baik, inventarisasi bahan dan limbah berbahaya serta pengelolaannya
belum dilakukan secara sistematis
d. Kersiapan rumah sakit dalam menghadapi bencana dan kebakaran
mulai penetapan jenis, kemungkinan dan konsekwensi dari bahaya,
serta memastikan program dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan belum sepenuhnya dilakukan.
Sebagai upaya untuk mengurangi berbagai kendala di atas diperlukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Perlu program pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala
2. Penambahan sarana terkait dengan pengelolaan fasilitas dan
keselamatan
3. Penetapan program pasti terkait dengan kesehatan karyawan sesuai
resiko di tempat kerja masing-masing
Kemampuan rumah sakit dalam mengelola risiko dimana pasien
dirawat dan staf bekerja serta dapat menetapkan langkah-langkah dalam
pengelolaan risiko ini, maka akan dapat menjamin keamanan dan
keselamatan bagi pekerja RSU Permata Medical Center, pengunjung rumah
sakit, pasien, masyarakat di lingkungan sekitar rumah sakit. Dengan
tercapainya keamanan dan kenyamanan dalam proses pelayanan kesehatan
ini akan mendukung Visi RSU Permata Medical Center yaitu “pada tahun
2023 menjadi rumah sakit dengan pelayanan terbaik di pantai utara jawa
barat”.

III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan keselamatan kerja
B. Tujuan Khusus
1. Terlaksananya pengelolaan kesehatan kerja di RSU Permata Medical
Center
2. Terlindunginya karyawan RSU Permata Medical Center dari penyakit
akibat kerja dan kecelakaan kerja
3. Terlaksananya pengelolaan keselamatan kerja di RSU Permata
Medical Center dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan
karyawan.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


a. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
b. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
c. Pelaporan Kecelakaan Kerja dan Penyakit akibat kerja
V. JADWAL KEGIATAN
Dalam program kerja PPI RSU Permata Medical Center tahun 2019
di jadwalkan pada bulan juni dan desember 2019.

VI. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


a. Pelaksanaan
Pemeriksaan kesehatan karyawan RSU Permata Medical Center di
jadwalkan pada bulan juni 2019 dan bulan desember
2019,Pemeriksaan meliputi meliputi pemeriksaan fisik, laboratorium
(darah rutin), dan pemeriksaan radiologi (rongten thorax). Pada
bulan juni 2019 pemeriksaan karyawan belum dapat dilakukan
dikarenakan keterbatasan dana rumah sakit, dan untuk kegiatan
tersebut kami jadwalkan pada bulan desember 2019.
b. Hasil Pemeriksaan Kesehatan Karyawan
Belum dapat dilakukan
c. Rencana Anggaran Pemeriksaan kesehatan pada bulan desember
2019
No Pemeriksaan Jumlah Anggaran Jumlah
Karyawan
1 Laboratorium 65 @Rp. Rp.14.580.000
90.000
2 Rontgen 60 @Rp.57.500 Rp. 7.705.000
thorax
total Rp 22.285.000

d. Kendala
1. Keterbatasan kost rumah sakit sehingga pemeriksaan
karyawan secara berkala belum dapat dilakukan pada bualan
juni 2019, dan kami akan mengajukan kembali pada bulan
desember 2019.
2. Fasilitas penunjang untuk pemeriksaan kesehatan karyawan
terbatas.
VII. RENCANA TINDAK LANJUT
Dari hasil laporan kegiatan pemeriksaan karyawan pada
semester ke 1 belum dapat di evaluasi apakah ada atau tidaknya
karyawan yang terpapar infeksi yang diakibatkan dengan kegiatan
pemberian pelayanan rumah sakit, namun kami akan selalu
mengingatkan kepada setiap Ka. Unit nya masing-masing agar
meningkatkan pengawasan terhadap kewaspadaan isolasi baik itu
secara standar dan transmisi nya.
VIII. PENUTUP
Demikian lah laporan pelaksanaan program PPI RSU Permata
Medical Center tentang pemeriksaan kesehatan terhadap karyawan
secara berkalas periode semester 1 tahun 2019, kedepan agar rumah
sakit dapat memberikan jaminan dan perlin dungan terhadap
karyawan terutama yang bekerja di area risiko terpapar infeksi.

Mengetahui Indramayu, 30 September 2019


Ka.Komite PPI IPCN

dr. Dony Revai Rossy Silvianita, Amd.Kep


LAPORAN PAJANAN PERIODE SEMESTER KE 1
TAHUN 2019

I. Pendahuluan
Dalam menjalankan aktivitas kerja, kita tidak bisa terbebas dari
resiko terjadinya kecelakaan kerja. Rumah sakit merupakan area dimana
banyak digunakan benda tajam khusunya jarum, baik jarum suntik
maupun jarum jahit. Kejadian tertusuk jarum di rumah sakit merupakan
suatu kejadian yang selalu ada di tiap tindakan. Kejadian tertusuk jarum di
rumah sakit seperti fenomena gunung es. Banyak kejadian tetapi tidak
semua terlaporkan. Hanya khasus-khasus tertentu saja. Hal ini
dikarenakan kesadaran korban yang tidak melaporkan apa yang telah
dialaminya.
Jarum jahit merupakan sumber kecelakaan paling banyak dengan
persentasi sekitar 77% dari total kecelakaan di rumah sakit. Menariknya,
walaupun dengan persentasi yang besar terjadi padi jarum curve,
penggunaan jarum jahit lurus akan sangat meningkatkan angka injury. Di
RSU Permata Medical Center kejadian tersusuk jarum baik jarum suntik
maupun jarum jahit merupakan kejadian yang dialami oleh para petugas
kesehatan. Tahun 2019, berdasarkan survey terhadap 110 tenaga
kesehatan, dilaporkan pada bulan juli 2019 petugas ruang operasi tertusuk
jarum jahit bekas pakai pasien dengan tindakan operasi sectio caesario,
mungkin ini hanya sedikit yang dapat dilaporkan. Tidak semua petugas
kesehatan yang tertusuk jarum melaporkan apa yang dialaminya. Rata-rata
mereka melaporkan saat tertusuk jarum pasien dengan kasus terinfeksi
penyakit tertentu. Banyak alasan petugas kesehatan yang tertusuk jarum
tidak melaporkan kecelakaan yang dialaminya. Antara lain takut tindakan
disiplin, khawatir catatan penilaian negative, khawatir akan reputasi, takut
diobati, menghindari terjadinya pekerjaan, ingin menjaga catatan pribadi
yang bersih, menghindari pertanyaan, melindungi tingkah laku orang lain,
dan tidak memahami pentingnya laporan kecelakaan.
II. TUJUAN
1. Untuk menghindari tertusuknya jarum atau benda tajam dari sisa
penggunaan pasien
2. Menghindari tertusuknya kuman atau infeksi dari pasien ke pada
petugas
III. Monitoring tertusuk jarum
a. Macam – macama benda tajam dan jarum
Benda tajam sering dipakai oleh petugas kesehatan baik perawat, bidan
dan dokter untuk mempermudah tindakan pembedahan yang sering
digunakan adalah jarum hecting dan jarum injeksi
b. Hal- hal yang akan dimonitoring adalah:
1. Tidak Menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai
2. Segera buang limbah benda tajam dalam safety box yang tertusuk,
tahan tusuk dan aman
3. Wadah benda tajam di letakkan dekat lokasi tindakan
4. Apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus
diangkut
5. Gunakan APD ketika menangani limbah ( sarung tangan rumah
tangga sampai menutup siku dan sepatu pelindung tertutup )

c. Monitoring tertusuk jarum di RSU Permata Medical Center


Dilaporkan telah terjadi tertusuk jarum jahit bekas pasien operasi
caesar pada bulan juli 2019 terhadap petugas kamar operasi, dan
petugas tersebut masih dalam pengawasan TIM PPI RS dan Tim K3 RS.
( Hasil pelaporan terlampir ).
1

1
0.9
0.8
0.7 Tri mester I
0.6
Tri mester II
0.5
0.4 Tri mester III
0.3 0 0 Tri mester III
0.2 Tri mester II
0.1
Tri mester I
0
Tertusuk Tertusuk terpajan
jarum jahit jarum injeksi cairan tubuh
pasien

IV. Evaluasi
Dari hasil monitoring tertusuk jarum yang telah dilakukan serta dari
pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembuangan benda tajam dan jarum sudah disediakan sarana dan
prasarana untuk menunjang peningkatan safety petugas terhadap
bahaya tertusuk atau tergores benda tajam
2. Tidak hanya APD harus dipakai tapi juga perilaku yang buruk harus
segera dirubah demi meningkatnya keamanan pasien dan petugas
3. Tidak ada petugas RSU Permata Medical Center yang melakukan re
ccaping
4. Masih ada petugas ruang operasi yang melakukan reuse terhadap
jarum hecting bekas pakai
5. Tercatat 1 kejadian terpajan jarum hecting terhadap petugas ruang
operasi

V. Rencana dan tindak lanjut


1. Pertahankan perilaku kesemalatan diri sendiri dalam penggunaan
jarum
2. Meningkatkan audit terhadap kejadian pajanan
3. Melakukan pengawasan terhadap petugas yang terpajan
4. Melaporkan hasil pemeriksaan terhadap petugas yang terjadi pajanan
kepada direktur
VI. Penutup
Demikian laporan pajanan periode semester ke 1 tahun 2019, semoga
kedepan petugas RSU Permata Medical Center dapat meningkatkan
kewaspadaan terhadap kejadian pajanan baik oleh benda tajam atau
cairan tubuh pasien.

Mengetahui Indramayu, 30 September 2019


Ka.Komite PPI IPCN

dr. Dony Revai Rossy Silvianita, Amd. Kep.


LAPORAN PELAKSANAAN IMUNIMUNISASI KARYAWAN
RSU PERMATA MEDICAL CENTER
PERIODE SEMESTER KE 1 TAHUN 2019

I. PENDAHULUAN
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah
kesehatan di dunia, termasuk Indonesia. Ditinjau dari asal atau
didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas atau berasal dari
lingkungan rumah sakit yang dikenal dengan istilah infeksi
nosokomial yang sekarang dikenal dengan HAIs. Dengan
berkembangnya sistem pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang
perawatan pasien, sekarang perawatan tidak hanya di rumah sakit
saja, melainkan juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, bahkan
perawatan di rumah. Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang dimaksudkan untuk tujuan perawatan di rumah.
Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
dimaksudkan untuk tujuan perawatan atau penyembuhan pasien, bila
dilakukan tidak sesuai prosedur berpotensi untuk menularkan
penyakit infeksi, baik bagi pasien atau bahkan pada petugas
kesehatan itu sendiri. Karena seringkali tidak bisa secara pasti
ditentukan asal infeksi maka sekarang infeksi nosokomial ( Hospital
acquired infection ) diganti dengan istilah baru HAIs ( Healthcare
associated infections ) dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya
di rumah sakit tetapi juga difasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Juga tidak terbatas infeksi pada pasien saja tetapi pada petugas
kesehatan yang yang didapat pada saat melakukan tindakan
perawatan pasien.
II. LATAR BELAKANG
Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat bekerja,
juga dapat menstransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas
kesehatan yang lain. Saat menjadi karyawan baru seorang petugas
kesehatan harus diperiksa riwayat kesehatan seperti pernah infeksi
apa saja dan status imunisasinya. Dengan melihat hal inilah maka

di Rumah Sakit Umum Insani telah ada program vaksinasi dan


imunisasi hepatitis B yang ditujukan untuk karyawan yang dari hasil
pemeriksaan berkala yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan
program K3 setelah mendapat persetujuan dari Direktur. Mengingat
kemampuan yang terbatas maka yang ditujukan hanya untuk staf
pegawai yang bekerja di unit khusus seperti unit kamar operasi, unit
kamar bersalin, unit rawat intensif, unit laboratorium, unit radiologi,
unit gizi dan dapur serta unit sanitasi.

III. TUJUAN
a. Tujuan umum :

Untuk memberikan kekebalan kepada staf/pegawai di RSU Permata


Medical Center.

b. Tujuan khusus :
1. Tidak dijumpai hepatitis B bagi staf/pegawai di unit khusus
2. Vaksinasi atau imunisasi hepatitis B diberikan bagi staf/pegawai di
unit khusus.
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Kegiatan pokok

Pelaksanaan Vaksinasi atau imunisasi Hepatitis B belum dapat


dilaksanakan pada bulan juli 2019 dikarenakan keterbatasan dana
rumah sakit sehingga kami rencanakan kegiatan pemberian vaksinasi
pada bulan desember 2019.

Rincian kegiatan

Rencana pemberian vaksinasi atau imunisasi hepatitis B dengan


cara bergiliran bagi staf/pegawai yang bertugas di unit khusus seperti
unit kamar operasi, unit kamar bersalin, unit rawat intensif, unit
laboratorium, unit radiologi, unit gizi dan dapur serta unit sanitasi.

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Staf/pegawai yang sudah di tes HbsAg terlebih dahulu untuk
melihat apakah saat ini sedang menderita penyakit Hepatitis B atau
tidak. Jika hasilnya negatif, barulah dilaksanakan vaksin Hepatitis B
dengan penyuntikan pada lengan.

3. Staf/pegawai di tes HbsAg


4. Staf/pegawai diperiksa apakah menderita penyakit Hepatitis B atau
tidak.
5. Jika hasil tes HbsAg negatif baru dilaksanakan vaksinasi atau
imunisasi Hepatitis B dengan penyuntikan pada lengan.

VI. SASARAN
Pelaksanaan vaksinasi atau imunisasi hepatitis B pada
staf/pegawai pada unit khusus dengan target 80 %.
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
BULAN
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Pemeriksaan HbsAg dan √ √


foto thoraks

2 Pelaksanaan vaksinasi
Tahun 2019 Tahun 2020
dan imunisasi Hepatitis B

√ √

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN


Dalam pelaksanaan vaksinasi dan imunisasi pada staf/pegawai
di unit khusus RSU Permata Medical Center belum dapat dilakukan
dikarenakan keterbatasan dana rumah sakit sehingga yang awalnya di
programkan pelaksanaan kegiatannya setiap 2 (dua) kali dalam se
tahun oleh Tim PPI RS dan Tim K3 RS untuk bulan juli belum dapat di
laporkan dan ditindak lanjuti kepada Direktur rumah sakit.

Indramayu, 30 September 2019


IPCN

Rossy Silvianita, Amd.Kep.


LAPORAN PELAKSANAAN

VAKSINASI DAN IMUNISASI BAGI STAF/PEGAWAI


TAHUN 2019

I. PENDAHULUAN
Dasar dari tujuan kesehatan dan keselamatan staf/pegawai
adalah untuk mendapatkan staf/pegawai yang sehat jasmani dan juga
rohani. Oleh karena itu Kesehatan dan keselamatan staf/pegawai perlu
diterapkan di Rumah Sakit Umum Insani . Memang Kesehatan dan
keselamatan staf/pegawai bukanlah segala-galanya, namun tidak
disadarinya bahwa tanpa kesehatan dan keselamatan segalanya tidak
berarti apa-apa. Menyadari pentingnya Kesehatan dan keselamatan
staf/pegawai, serta adanya persyaratan yang harus dipanuhi oleh setiap
rumah sakit di era globalisasi ini maka mau tidak mau upaya untuk
meningkatkan Kesehatan dan keselamatan staf/pegawai harus menjadi
prioritas dan komitmen semua pihak pemerintah maupun swasta dari
tingkat pimpinan sampai keseluruh karyawan dan management rumah
sakit. Dengan tingkat Kesehatan dan keselamatan staf/pegawai yang
baik jelas akan mengurangi ketidak hadiran staf/pegawai karena sakit
pasti akan menurun, biaya pengobatan dan perawatan akan menurun,
kerugian akibat kecelakaan kerja akan berkurang, staf/pegawai akan
mampu bekerja dengan produktivitas yang lebih tinggi, keuntungan
akan meningkat dan pada akhirnya kesejahteraan staf/pegawai rumah
sakit akan meningkat

II. GAMBARAN UMUM


Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat bekerja,
juga dapat menstransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas
kesehatan yang lain. Saat menjadi karyawan baru seorang petugas
kesehatan harus diperiksa riwayat kesehatan seperti pernah infeksi apa
saja dan status imunisasinya. Dengan melihat hal inilah maka
di Rsu Permata Medical Center telah ada program vaksinasi dan
imunisasi hepatitis B yang ditujukan untuk karyawan yang dari hasil
pemeriksaan berkala yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan
program PPI RS setelah mendapat persetujuan dari Direktur. Mengingat
kemampuan yang terbatas maka yang ditujukan hanya untuk staf
pegawai yang bekerja di unit khusus seperti unit kamar operasi, unit
kamar bersalin, unit rawat intensif, unit laboratorium, unit radiologi,
unit gizi dan dapur serta unit sanitasi.
III. ANALISA
 Vaksinasi dan imunisasi Hepatitis B belum dapat diberikan kepada
staf/pegawai yang berada di Unit Khusus seperti unit kamar
operasi, unit kamar bersalin, unit rawat intensif, unit laboratorium,
unit radiologi, unit gizi serta unit sanitasi dikarenakan keterbatasan
dana rumah sakit.
 Saat ini staf/pegawai belum dapat dilakukan pemeriksaan HbsAg
dan pemberian vaksinasi serta imunisasi belum dapat diberikan
pada bulan juli 2019.

IV. KESIMPULAN
Pemeriksaan HbsAg dan Pemberian vaksinasi serta imunisasi
Hepatitis B masih pada karyawan yang berisiko tinggi terpapar belum
dapat diberikan secara berkala pada bulan juli 2019 dikarenakan
keterbatasan anggaran rumah sakit sehingga peaksanaan program
pemerikasan dan pemberian vaksinasi dan imunisasi kami rencanakan
pada bulan desember 2019.

Indramayu, 30 September 2019


IPCN

Rossy Silvianita, Amd.Kep.


LAPORAN PENGOBATAN DAN KONSELING PEGAWAI / STAF
RSU PERMATA MEDICAL CENTER
SEMESTER I TAHUN 2019

I. Pendahuluan
layanan bimbingan dan konseling bukan hal baru, karena
bimbingan konseling tidak hanya berada di insitusi pendidikan saja
namun juga diberbagai institusi seperti halnya rumah sakit, pengadilan
agama, dan lembaga-lembaga lainnya. Bimbingan dan konseling di
rumah sakit rasanya menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Hal
tersebut dikarenakan petugas adalah orang yang rentan terhadap
terjadinya pajanan terhadap sumber infeksi seperti jarum suntik dan
cairan tubuh pasien. Gangguan tersebut dapat menimbulkan misalnya
ketakutan, kecemasan, keputusasaan, dan berbagai bentuk gangguan-
gangguan lain yang sekiranya kondisi tersebut memerlukan
pendampingan, layanan, dan bimbingan-bimbingan. Terutama pada
petugas yang telah megalami pajanan baik terpajan cairan tubuh pasien
atau terpajan benda tajam, sehingga berdampak terhadap kualitas
pelayanan rumah sakit.
II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Melindungi petugas kesehatan, petugas kebersihan dan seluruh
karyawan RSU Permata Medical Center dari perlukaan dan
tertularnya penyakit seperti Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV.
b. Tujuan Khusus
1. Rumah sakit dapat melindungi karyawannya akibat dari
pekerjaannya
2. Meminimalisir terjadinya penularan infeksi
3. Karyawan/petugas dapat bekerja dengan tenang
4. Karyawan/petugas dapat secepatnya mendapatkan penanganan
dan pengobatan untuk pencegahan terhadap penyakit menular
III. Hasil Pemantauan
Pada tanggal 02 juli 2019 telah dilaporkan kejadian pajanan
terhadap petugas OK dengan sumber pajanan adalah jaruh hecting
bekas pasien atas nama Ny. Siti Maemunah RM : 19056566 dengan
pasien Post Operasi Caesar, bagian tubuh yang terpajan pada jari
digit ke III ketika sedang akan mencuci alat / instrumen bekas pakai
tindakan SC, petugas yang terpajan belum pernah mendapatkan
imunisasi hepatitis B, menggunakan APD pada saat melakukan
pencucian alat tersebut, kemudian segera mendapatkan pertolongan
pertama di UGD dan mendapatkan pemeriksaan oleh dokter UGD dan
dilakukan pemeriksaan HbsAg baik pasien maupun petugas ( hasil
terlapir ).
IV. Evaluasi
Dari hasil investigasi terjadinya pajanan maka didapat data
bahwa petugas belum pernah mendapatkan Vaksinasi Hepatitis B,
pasien dan petugas sudah dilakukan pemeriksaan HbsAg ( Hasil
Terlampir ).

V. Rencana Tindak lanjut

1. Melakukan pemeriksaan HbsAg pada petugas pada bulan oktober


2019 dan bulan januari 2020.
2. Menghimbau agar selalu meningkatkan konsentrasi dalam
melaksanakan tugas
3. Mengingatkan agar selalu membuang langsung jarum bekas jahit
atau benda tajam ke safety box.
VI. Penutup
Demikian laporan pelaksanaan pengobatan dan konseling
terhadap petugas yang mengalami pajanan, kedepan kami
menghimbau agar seluruh petugas dapat meningkatkan kewaspadaan
terhadap keselamatan diri dan lingkungan tempat bekerja.

Indramayu, 30 September 2019


IPCN

Rossy Silvianita, Amd. Kep


LAPORAN ANGKA SURVEILANS INFEKSI
RSU PERMATA MEDICAL CENTER
SEMESTER KE 1

I. Pendahuluan
Surveilans adalah sutu kegiatan yang dilaksanakan secara terus
menerus dan sistematik dalam bentuk pengumpulan data, analisa
data, interpretasi data dan diseminasi informasi hasil interpretasi
data bagi mereka yang membutuhkan. Kegiatan surveilans
dilaksanakan untuk mencapai tujun utama dari program
pengendalian infeksi HAIs yaitu mengurangi risiko terjadinya
endemik dan epidemik dari infeksi HAIs pada pasien. Kegiatan
surveilans merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting,
selain itu kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi,
penanggulangan infeksi nosokomial/HAIs, maupun pendidikan dan
pelatihan.
Terjangkitnya infeksi nosokomial atau yang sekarang di katakan
sebagai HAIs atau sering juga disebut sebagai infeksi rumah sakit
artinya infeksi yang terjadi di rumah sakit, hal ini berdampak
sangat luas bagi penderita dan dapat merugikan pasien dan rumah
sakit. Sebagai sebuah penyakit yang berdiri sendiri ( terlepas dari
penyakit dasar ) yang muncul dari tindakan medis dan asuhan
keperawatan yang dialkukan sesuai dengan SPO atau tidak, infeksi
HAIs dapat mempengaruhi morbidirtas dan mortalitas penyakit
dasar akibat lain aalah hari rawat yang lebih panjang dan itu perlu
keberadaan tambahan biaya sedangkan bagi rumah sakit bisa
memberikan kesan kurang baik terhadap pencegahan infeksi yang
merupakan indikator keselamatan pasien rumah sakit.
II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Diperolehnya petunjuk pelaksanaan agar petugas dapat
melakukan surveilans infeksi rumah sakit sesuai pedoman yang
telah diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan RI.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui ada tidaknya kejadian infeksi baru
2. Mengetahui data dasar infeksi rumah sakit
3. Menurunkan laju infeksi rumah sakit
4. Mengidentifikasi secara dini Kejadian Luar Biasa (KLB) infeksi
rumah sakit
5. Meyakinkan para petugas kesehatan tentang keberadaan
masalah yang membutuhkan penanggulangan
6. Mengukur dan menilai sukses suatu program PPI RS
7. Menentukan standar mutu bpelayanan medis dan
keperawatan
8. Salah satu pendukung untuk memenuhi akreditasi.
III. Hasil Analisa Data Surveilans Infeksi
No Data Jenis Bulan Total Angka kejadian HAIs Jumlah
HAIs tindakan tindak Angka infeksi

September

September
Agustus

Agustus
an dalam

April

April
Juni

Juni
Juli

Juli
Mei

Mei
Semester ke
1
1 ISK Pemasang 15 21 20 46 29 131 0 0 0 0 0 0 0
an kateter
urine
2 IDO Tindakan 0 0 0 0 0 0 0
operasi
3 VAP Pemasang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
an
ventilator
4 HAP Pnemonia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
karna
lama di
rawat >
48 jam
5 Plebitis Pemasang 2341 5 13 5 0 3 3 29 pasien

743

597

470

390

510
an infus plebitis

13

14
12 5
10 3 ISK
3 3
8 IDO
0
6 VAP
4 Plebitis HAP
2 HAP
Plebitis
VAP
0
April IDO
Mei
Juni ISK
Juli
Agustus
September
IV. Analisa dan Prioritas
Data yang kami ambil dari seluruh ruang rawat sesuai dengan
SMF dapat di analisa kejadian plebitis masih saja terjadi pada
setiap bulannya walaupun angka kejadian plebitis masih di bawah
2/100 kejadian jika melihat pelayanan SPM KemenKes tahun 2011
untuk angka infeksi tidak boleh lebih dari 1,5 %.
Kemungkinan penyebab plebitis yang masih terjadi adalah :
1. Disinfeksi yang tidak adekuat
2. Prosedur tindakan tidak dijalankan dengan baik saat
pemasangan IV kateter sesuai SPO
3. Kepatuhan melakukan 5 moment hand hygiene petugas masih
rendah, walaupun belum ada penelitian dampah dari hand
hygiene terhadap terjadinya plebitis
4. Perawatan pemasangan infus tidak dilakukan secara periodik
5. Tempat insersi kurang tepat ( pergelangan tangan / kaki )
untuk pasien anak-anak
6. Penggunaan APD yang kurang tepat

V. Rencana dan tindak lanjut


Dalam rencana dan tindak lanjut untuk menurunkan risiko
infeksi adalah sebagai berikut :
1. Melakukan kampanye cuci tangan pada seluruh elemen rumah
sakit baik pasien, keluarga, pengunjung dan petugas RS
2. Meningkatkan pengawasan yang komprehensif terhadap
kepatuhan petugas
3. Refresh tentang pelatihan pemasangan infus sesusai dengan
SPO
VI. Penutup
Demikian laporan angka infeksi rumah sakit pada periode
semester ke 1 ini mudah-mudahan bisa dijadikan pertimbangan
untuk kemajuan rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan
yang bermutu, dan turut berkontribusi untuk menciptakan
masyarakat yang sehat dan mandiri.

Indramayu, 30 september 2019


IPCN

Rossy Silvianita, Amd .Kep


LAPORAN STRATEGI UNTUK MENGENDALIKAN ANGKA INFEKSI HAIs
DI RSU PERMATA MEDICAL CENTER
PERIODE SEMSTER KE 1 TAHUN 2019

I. Pendahuluan

Pencapaian keselamatan pasien adalah menurunkan risiko HAIs.


Salah satualat untuk mengelola risiko infeksi HAIs di rumah sakit dengan
menggunakan ICRA (Infection Control Risk Assessment). Membuat ICRA
merupakan salah satu program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
dari standar akreditasi rumah sakit. Menyusun penilaian risiko kontrol
infeksi di rumah sakit di nilai penting sebagai upaya untuk mencegah
potensi kejadian infeksi yang tidak diharapkan. Metode Penelitian ini
merupakan penelitian non eksperimen. Jenis penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Informan adalah ketua tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, IPCN, para kepala
ruang rawat inap, dan IPCLN.
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat komplek dan
merupakan komponen yang sangat penting dalan upaya peningkatan status
kesehatan bagi masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu sarana
pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan yang
paripurna kepada masyarakat sebagai tujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat. Menurut peraturan kementrian kesehatan
republikn indonesia No. 659 tahun 2009 tentang rumah sakit bahwa rumah
sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
HAIs ( Hospital- Acquired Infections ) ini dikenal sebagai Infeksi
Nosokomial atau disebut juga sebagai infeksi di rumah sakit yang
merupakan komplikasi paling sering terjadi di pelayanan kesehatan. Infeksi
merupakan efek yang paling sering didapatkan dari rumah sakit yang
mempengaruhi sekitar 5 sampai 10% dari pasien rawat inap di negara
maju, dan menjadi beban besar di negara-negara yang berlatarbelakang
rendah ( Kadi dan Salati 2012 ). Dampak yang diakibatlan HAIs sangat
banyak diantaranya dapat menimbulkan risiko terpapar infeksi yang tidak
hanya dialami oleh pasien tetapi untuk petugas klinis maupun non klinis,
keluarga dan pengunjung ( Darmadi, 2008 ). Menurut Weston 2013 HAIs
juga berdampak pada pasien dan keluarga akan kehilangan pendapatan,
bahaya, cacat atau kematian, peningkatan lamanya perawatan dan
berpengaruh terhadap biaya rumah sakit yang akan meningkat sehingga
dapat menurunkan citra rumah sakit di masyarakat.
I. Tujuan
a. Tujuan Uum
Agar dapat menganalisa strategi penurunan angka infeksi di
RSU Permata Medical Center akibat dari risiko pekerjaan yang
berhubungan dengan pelayanan rumah sakit.

b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui strategi penurunan angka infeksi di RSU
Permata Medical Center
2. Mengetahui identifikasi strategi penurunan angka infeksi di
RSU Permata Medical Center

II. Pelaksanaan kegiatan

Pelaksanaan dari pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah


sakit ini masih dikatakan baru sehingga untuk pelaksanaan program dan
kegiatan masih ada yang belum berjalan optimal dan dirasa masih perlu
belajar dan perbaikan, peran serta pemimpin dalam pelaksanaan program
PPI pun dirasakan penting, pimpinan ikut serta terlibat dan memberikan
dukungan dalam kegiatan PPI di RSU Permata Medical Center Indramayu.
Hasil Identifikasi HAIs di RSU Permata Medical Center bahwa risiko-risiko
yang ditemukan adalah sebagai berikut :
1. penularan penyakit menular melalui kontak langsung dan tidak
langsung
2. perpindahan, masuk dan berkembangnya mikroorganisme,
Masuknya virus/bakteri yang ada di dalam udara (gangguan
pernafasan TB, influenza)
3. terjadinya infeksi (IDO, VAP,ISK, IADP, plebitis dan dekubitus),
lama perawatan, tertundanya kepulangan, kecacatan atau bahkan
kematian. Analisis dan penilaian risiko HAIs yaitu risiko tertinggi
dari jenis HAIs yaitu Plebitis. Evaluasi dan tindak lanjut risiko HAIs
adalah ketidak patuhan cuci tangan, belum optimalnya penerapan
SPO, Penggunaan APD yang kurang tepat, Strategi yaitu menjaga
kebersihan tangan, penggunaan APD, menjaga sterilitas alat medis,
penggunaan antibiotik yang rasional, mengoptimalkan kegiatan
surveilans HAIs.
a. Identifikasi risiko dalam manajemen risiko HAIs
N Kegiatan apa Siapa yang berisiko Apa yang menjadi Bagaimana Risiko Kemungkinan
yang terlibat sumber potensi dari HAIs dapat Penyebab
o
agen infeksius bertransmisi

1 Penularan  Petugas  Kontaminasi Transmisi  Penularan Hygiene perorangan


secara kesehatan tangan petugas kontak secara penyakit menular petugas, pasien,
langsung  Pasien kesehatan langsung dan melalui kontak pengunjung
dengan kontak  Alat atau tidak langsung kulit
: kulit instrumen  Perpindahan
kesehatan kuman seperti
 Pengunjung bakteri, virus,
atau fungi/parasit
lingkungan
sekitar area
perawatan
pasien
2 Pembedahan  Pasien  Tangan petugas Penularan  Terjadi infeksi (  Hygiene
luka pada kulit  Petugas kesehatan kontak secara IDO, ISK, Plebitis, perorangan
kesehatan  Alat atau langsung dan IADP, decubitus )  Sterilisasi
 area ruangan instrumen tidak langsung  Lamanya alat
perawatan kesehatan ( Set perawatan  Pelaksanaan
pasien medikasi  Tertundanya SPO yang
peralatan kepulangan pasien kurang tepat
operasi )  Kecacatan/kemati  Tidak
 Darah atau an menggunaka
cairan tubuh n APD
pasien
3 Tindakan Pasien  Tangan petugas Kontak  Terjadi infeksi (  Hygiene
prosedur yang kesehatan IDO, ISK, Plebitis, perorangan
menembus  Teknik yang IADP, decubitus )  Sterilisasi
kulit membran masih kurang  Lamanya alat
mukosa, baik perawatan  Pelaksanaan
tindakan invasif  Peralatan yang  Tertundanya SPO yang
( pemasangan, terkontaminasi kepulangan pasien kurang tepat
pemberian Kecacatan/kematian Tidak menggunakan
cairan infus, APD
transfusi darah,
lumbal fungsi,
biopsi )
4 Penggunaan Petugas kesehatan  Darah Kontak  Tertusuk jarum  Keselamatan
benda tajam yang tertusuk jarum  Cairan atau zat  Penularan kerja petugas
dan objek yang lain dari tubuh penyakit menular ( dan
berpotensi pasien ( pus, air hepatitis, HIV keselamatan
terkontaminasi seni, saliva ) ) AIDS ) pasien
 Infeksi
5 Prosedur untuk  Petugas  Secret mukosa  Airborne  Masuk dan  Hygiene
sistem Kesehatan  Aerosol atau ( TB ) berkembangnya perorangan
pernafasan  Area ruang penyegar udara  Droplet virus dan bakteri petugas
seperti perawatan (Infuenz di benda / bahan  Pelaksanaan
penggunaan pasien a) atau alat yang SPO yang
suction,  Kontak tercemar kurang
nebulizer, tidak  Penularan  Penggunaan
pemberian O2, langsung penyakit TB, APD yang
Ventilator dengan Influenza kurang
lingkung  Infeksi ( VAP ) optimal
an
perawata
n atau
bangsal
yang
terkonta
minasi
melalui
droplet
6 Kegiatan yang  Petugas Darah dan cairan atau Kontak  Penularan  Penggunaan
berkaitan kesehatan zat lain yang berasal penyakit APD yang
dengan kontak  Area dari tubuh pasien  Infeksi kurang
fisik dengan perawatan  Tidak
pengolahan pasien menggunaka
limbah atau n APD
pembersihanny  Pengelolaan
a sanitasi RS
kurang
optimal
7 Kegiatan yang  Petugas Darah dan cairan atau Kontak  Penularan  Penggunaan
terlibat kontak kesehatan zat lain yang berasal penyakit APD yang
fisik dengan  Area dari tubuh pasien  Infeksi kurang
limbah pasien perawatan  Tidak
atau pasien atau menggunaka
kontaminasi rumah sakit n APD
londri pakaian  Pengelolaan
atau peralatan sanitasi
contoh : rumah sakit
Pengelolaan yang kurang
linen optimal
8 Apakah ada Petugas kesehatan Penyegar udara yang Airborne  Menghirup debu  Kurang
kegiatan yang dan orang-orang pada umumnya  Masuknya ventilasi
melibatkan lainnya, staff, digunakan pada saat virus/bakteri yang  APD yang
penggunaan pengunjung yang membersihkan ada di dalam kurang
semprotan atau berada di area ruangan udara  Tidak
debu ? seperti rumah sakit  Gangguan saluran menggunaka
kegiatan pernafasan ( TB, n APD
membersihkan, Influenza )  Kebersihan
penyemprotan  Infeksi dan sanitasi
atau menyapu rumah sakit
 Tingkat
kepadatan
ruangan
9 Pelayanan Pasien dan petugas Kontaminasi dalam Kontak tidak  Menghirup debu  Kurang
kesehatan yang kesehatan area perawatan pasien langsung  Masuknya ventilasi
diberikan atau rumah sakit virus/bakteri yang  Kebersihan
selama ada di dalam dan sanitasi
dilingkungan udara rumah sakit
klinis  Gangguan saluran  Tingkat
pernafasan ( TB, kepadatan
Influenza ) ruangan
 Infeksi
b. Program ICRA HAIs
No Potensial Probabilitas kejadian Risiko / Dampak klinis Sistem saat ini S
C
Risk/masalah ( kebijakan, SPO,
O
Panduan, pelaksanaan R
E
oleh tenaga medis)

Kehilangan

permanent
meningkat
Tidak ada

Tidak ada
Kematian
Mungkin
(1-2x/th

sedang/
(>2x/th)

Sangat

kurang
Jarang

Jarang

Cedera

Cedera

Cedera
Sangat

Sangat

Cukup
ringan

cedera
utama
Sering

sekali)

sekali)

sekali)

fungsi
sering

(2-5th

(>4th

Baik
baik
luas

los
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Healthcare
Aquired
Infection
1 IDO 1 1 4 6
2 VAP 1 1 1 3
3 ISK 1 1 3 5
4 Plebitis 5 2 2 9
5 IADP 1 1 2
6 Decubitus 1 1 1 3
LAPORAN ICRA HAIs
DI RSU PERMATA MEDICAL CENTER INDRAMAYU
TAHUN 2019

I. PENDAHULUAN

Infection Control Risk Assesment (ICRA) merupakan suatu sistem


pengontrolan pengendalian infeksi yang terukur dengan melihat kontinuitas
dan probabilitas dalam aplikasi pengendalian infeksi di lapangan.
Diharapkan akan mendapatkan suatu hasil yang dapat dipertanggung
jawabkan. Pola tersebut mencakup beberapa penilaian dan aspek penting
pengendalian infeksi seperti kepatuhan cuci tangan, pencegahan pe-
nyebaran infeksi, dan terjadinya resistansi antibitotik dalam penanganan
kasus infeksi. ICRA merupakan suatu proses berkesinambungan yang
memiliki fungsi preventif dan peningkatan mutu pelayanan. Menurut
definisi APIC, ICRA merupakan suatu perencanaan proses kontrol infeksi,
memiliki nilai penting dalam menetapkan dasar program dan
pengembangannya, berdasarkan kontinuitas surveilans dan senantiasa
melaksanakan perubahan regulasi jika terdapat perubahan tantangan di
lapangan. Pendekatan manajemen di rumah sakit dilaksanakan
berdasarkan metode interdisipliner. Acuan yang dilakukan adalah
mengidentifikasi faktor risiko, menilai karakteristik yang meningkatkan
risiko infeksi, menilai karakteristik yang menurunkan risiko infeksi, dan
menemukan early warning risiko terjadinya infeksi.

II. LATAR BELAKANG

Pengendalian Infeksi rumah sakit merupakan salah satu pokok penilian akreditasi. Hal
ini terkait dengan mutu pelayanan dan pasien safety. Pengendalian infeksi rumah sakit
sebelumnya merupakan tanggung jawab Tim PPIRS (Tim Pengendalian Infeksi RS). Namun,
saat ini menjadi komitmen bersama setiap elemen rumah sakit, baik pimpinan maupun
karyawan, bahkan petugas kebersihan sekalipun. Namun demikian, diperlukan paremeter
tertentu untuk monitoring infeksi rumah sakit, mencakup berbagai provider kesehatan dan
nonprovider kesehatan.

III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya HAIs pada
pasien, petugas, dan pengunjung di rumah sakit.

B. Tujuan Khusus
1. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak resiko
terhadap :
- Paparan kuman pathogen melalui petugas, pasien
dan pengunjung
- Penularan melalui tindakan/prosedur invasive yang
dilakukan baik melalui peralatan, tehnik
pemasangan, ataupun perawatan terhadap resiko
infeksi ( HAIs )
2. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar
dapat ditindaklanjuti berdasarkan hasil penilaian skala
prioritas.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


 Observasi
 Laporan kejadian
 Dokumen review
 Pengukuran masalah

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Observasi
Observasi dapat dilihat dari factor eksternal dan factor internal.
Faktor eksternal :
- Terkait dengan komunitas
- Terkait dengan bencana
- Persyaratan peraturan dan akreditasi

Faktor internal :
 Pasien
 Resiko terkait peralatan
 Resiko terhadap petugas kesehatan
2. Laporan kejadian
Kejadian HAIs yang terjadi di unit kerja akan dilapokan IPCN
kepada Komite PPI
3. Dokumen review
Laporan kejadian HAIs akan direview kembali oleh Komite PPI
untuk ditindaklanjuti.
4. Pengukuran masalah
Kejadian HAIs akan diukur berdasarkan ranking masalah,
prioritas masalah, analisa manfaat biaya yang dikeluarkan dan
pastikan resiko yang timbul bisa diterima atau tidak

VI. SASARAN
Pasien/keluarga dan petugas kesehatan

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

BULAN
No KEGIATAN
10 11 12
1 Sosialisasi tentang ICRA √
2 Membuat form surveilans ICRA √
3 Mencatat dan membuat laporan ICRA √ √ √
4 Melakukan evaluasi program √
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Evaluasi dilakukan setiap semester kemudian Tim PPI melaporkan
kepada Ketua Komite PPI rumah sakit.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI PROGRAM


Hasil pelaksanaan kegiatan dan evaluasi program dibuat setiap akhir
tahun kemudian Komite PPI akan melaporkan kepada Direktur RSU
Yoshua Lubuk Pakam untuk ditindaklanjuti.

Indramayu, 30 September 2019


IPCN

Rossy Silvianita, Amd.Kep.


LAPORAN PELAKSANAAN PERBANDINGAN ANGKA INFKSI
DENGAN RS PERTAMEDICA BALONGAN SEMESTER KE 1
TAHUN 2019

I. Pendahuluan
Pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit merupakan
suatu upaya kegiatan untuk meminimalkan atau mencegah
terjadinya infeksi pada pasien, pengunjung dan masyarakat
sekitar rumah sakit. Salah satu program pencegahan dan
pengendalian infeksi adalah kegiatan surveilans, disampaing
adanya kegitan lain seperti pendidikan dan pelatihan,
kewaspadaan isolasi serta kebijakan penggunaan antimikroba
yang rasional. Kegiatan surveilans infeksi di rumah sakit
merupakan salah satu kegiatan yang penting dan luas dalam
program pengendalian infeksi dan harus dilakukan untuk
mencapai keberhasilan dari program PPI.
Hasil surveilans akan dievaluasi dan dilaporakan secara
periodik kepada direktur RSU Permata Medical Center. Salah satu
tolak ukur keberhasilan surveilans dan kegiatan program PPI
adalah dengan membandingkan angka infeksi rumah sakit dengan
angka infeksi rumah sakit lain yang setipe.

II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat atau angka kejadian infeksi di RSU
Permata Medical Center bila di bandingkan dengan rumah sakit
yang setipe dengan RSU Permata Medcical Center.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui angka kejadian infeksi di rumah sakit
lain yang setipe dengan RSU Permata Medical Center
2. Sebagai pemicu Tim PPI RS untuk menyusun strategi dalam
mengurangi angka kejadian infeksi
3. Mengevaluasi target penyelesaian masalah dalam
mengurangi angka infeksi akibat dari pemberian pelayanan

III. Hasil kegiatan

Pertukaran data infeksi sudah kami lakukan mulai bulan


januari 2019 dengan rumah sakit Pertamedica balongan untuk
mengetahui angka kejadian infeksi. Dengan demikian kedua belah
pihak dapat saling mengevaluasi angka kejadian infeksi masing-
masing dan dapat menentukan intervensi terhadap penurunan
angka infeksi RS.
IV. Data Hasil Perbandingan Angka Hais RS

N Data
Bulan
O Infeksi

April Mei Juni Juli Agustus September


RS RS RS RS RS RS RS RS RS RS RS RS
PMC Pertam PMC Pertam PMC Pertam PMC Pertame PMC Pertam PMC Pertam
edica edica edica dica edica edica
1 ISK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 IDO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Plebitis 5 0 13 0 3 0 0 0 3 0 3 0
4 VAP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 HAP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Data infeksi RSU Permata Medical Center

13

5 ISK
15 3 3 3
0 IDO
10 Plebitis
HAP
5 HAP
VAP
0 ISK
Plebitis

Analisa grafik angka HAIs RSU Permata Medical Center


Angka HAIs yang terjadi di RSU Permata Medical Center adalah
plebitis, dimana plebitis terjadi berulang pada setiap bulannya, plebitis
terjadi paling sering di ruang anak dimana sering didapati bahwa pasien
yang mengalami plebitis terjadi pada pasien dengan insersi pada daerah
pergelangan kaki atau tangan, kurang nya pemeliharaan terhadap
pemasangan infus yang tidak dilakukan ini dapat menjadi salah satu
indikator terjadinya plebitis yang berulang. Kepatuhan petugas dalam
menggunakan APD pada saat melakukan pemasangan infus dan cara
disinfeksi sesaat sebelum melakukan insersi ini juga merupakan faktor
penyebab terjadinya plebitis yang berulang. Dengan total pemasangan infus
pada semester I adalah 41,871 hari pemasangan infus dengan rata-rata
terjadi plebitis 0,01%.
Data infeksi RS Pertamedica Balongan

1
0.9
0.8
0.7
April
0.6
Mei
0.5
Juni
0.4
Juli
0.3
0.2 Agustus

0.1 September
0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
0 0 0
0 0 0 0
ISK 0 0
Plebitis
IDO
V. Evaluasi

Dari data yang kami dapat bahwa angka kejadian infeksi di RS


Permatedica berbanding terbalik dengan angka infeksi atau
inflamasi di RSU Permata Medical Center, RS Pertamedica
memiliki data infeksi dan inflamasi 0% atau dapat di katakan
nihil, namun demikian angka inflamasi terhadap tindakan
pemasangan infus di RSU Permata Medical Center masih sering
terjadi sehingga perlu menentukan strategi untuk dapat
menurunkannya.

VI. Rencana dan Tindak Lanjut


a. Melakukan audit dan monitoring terhadap pelaksanaan
bundles tindakan pemasangan infus
b. Melakukan sosialisasi penatalaksanaan dan penerapan SPO
dalam pemasangan infus
c. Melakukan investigasi terhadap kejadian plebitis terkait dengan
pemasangan infus
d. Melakukan pencatatan angka kejadian infeksi secara periodik.
e. Melakukan refresh tentang prosedur pemasangan infus

VII. Penutup

Demikian laporan perbandingan angka infeksi RSU Permata


Medical Center denga RS Pertamedica Balongan dengan harapan
kedepan angka infeksi di RSU Permata Medical Center akan
menurun bahkan tidak terjadi lagi, sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit dan mewujudkan visi dan misi Tim
PPI RS yaitu Melaksanakan upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi di lingkungan Rumah Sakit secara efektif dan efisien,
berfokus pada keselamatan pasien. Kerjasama antar intansi dapat
terus berjalan dan dapat saling mendukung terhadap program-
program PPI RS kedepan lebih baik lagi.

Indramayu, 30 September 2019

IPCN

Rossy Silvianita, Amd. Kep.


LAPORAN DAFTAR RISIKO INFEKSI

PADA PROSEDUR DAN PROSES ASUHAN INVASIF

DI RSU PERMATA MEDICAL CENTER INDRAMAYU

I. Pendahuluan

Tinadakan Medik adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap


pasien berupa diagnostik atau teraupetik yang dilakukan oleh dokter atau
dokter gigi. Tindakan invasif adalah tindakan medik yang langsung dapat
mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh. Tindakan Non Invasif adalah
pengobatan konservatif yang tidak memerlukan sayatan kedalam tubuh
atau penghapusan jaringan. Resiko Medik adalah keadaan atau situasi
yang tidak diinginkan yang mungkin setelah dilakukannya tindakan medik
dokter. Setiap tindakan invasif harus dilakukan persetujuan Tindakan
Kedokteran agar tidak muncul gugatan atau tuntutan malpartek medik.
Setiap tindakan yang dilakukan harus dicatat didalam rekam medis pasien
(lembar asuhan terintegrasi). Setiap hasil tindakan invasif harus dicatat
dalam rekam medis pasien (lembar asuhan terintegrasi). Tidak semua
tindakan invasif dilakukan oleh doketr spesialis dan dokter umum, terdapat
daftar tindakan invasif yang dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan
yang lain (perawat, perawat gigi, fisioterafis) dakan medik oleh dokter.

II. Tujuan
Mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yang dapat
ditularkan dari pasien, petugas, staf, tenaga profesional
kesehatan, tenaga kontrakn dan pengunjung. Serta
mengidentifikasi jenis aktivitas dengan mempertimbangkan
pasien, petugas kesehatan dan risiko terhadap pengunjung rumah
sakit.
C. Daftar Risiko Infeksi pada prosedur invasif

Jenis Kelompok Sistem Yang


No Probabilitas Dampak
Resiko Ada
Prosedur dan proses 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Skor
asuhan invasif (PPI
7)
1 Pendelegasian 5 1 5 11
dalam pengoplosan
obat farmasi belum
dilakukan sesuai
dengan standar
2 Teknik pengoplasan 5 1 5 11
obat yang tidak
sesuai
3 Ketidakpatuhan 5 1 2 10
dalam pelaksanaan
penyuntikan yang
aman
4 Ketidakpatuhan 5 1 2 8
dalam penyimpanan
obat multidose yang
sesuai standard an
kebijakan rumah
sakit
5 Ketidakpatuhan 5 1 2 8
penggunaan one
day dose belum
sesuai
6 Ketidak patuhan 5 5 5 15
petugas terhadap
penerapan SPO
tindakan invasif
7 Ketidak patuhan 4 3 4 11
petugas dalam
menggunakan APD

D. Penutup
Demikian hasil identifikasi risiko infeksi – ICRA ( infection control
risk assesmen ) sebagai upaya Tim PPI dalam melakukan
pencegahan terhadap terjadinya infeksi yang didapat akibat
dengan pemberian pelqyanan di rumah sakit.

Indramayu, 30 September 2019


IPCN

Rossy Silvianita, Amd. Kep


LAPORAN STRATEGI PENURUNAN INFEKSI

PROSEDUR TINDAKAN INVASIF

DI RSU PERMATA MEDICAL CENTER

I. Pendahuluan
Rumah sakit merupakan organissasi yang sangat komplek dan
merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya
peningkatan status kesehatan bagi masyarakat. Rumah sakit
merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
memberikan pelaynanan kesehatan yang paripurna kepada
masyarakat sebagai tujan untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat. Menurut peraturan Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia No. 659 tahun 2009 tentang rumah sakit bahwa rumah
sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.
HAIs (Hospital-acquired Infections) ini dikenal sebagai Infeksi
Nosokomial atau disebut juga sebagai infeksi di rumah sakit yang
merupakaqn komplikasi paling sering terjadi di pelayanan
kesehatan. Infeksi merupakan efek yang paling sering didapatkan
di rumah sakit yang mempengaruhi sekitar 5 sampai 10 % dari
pasien rawat inap di negara maju, dan menjadi beban besar di
negara-negara yang berlatar belakang rendah (Kadi dan Salati,
2012). Dampak yang diakibatkan infeksi nosokomial ( HAIs )
sangat beragam diantaranya dapat menimbulkan risiko terpapar
infeksi yang tidak hanya dialami oleh pasien, tetapi juga untuk
petugas klinis maupun non klinis, keluarga dan pengunjung (
darmadi, 2008 ).
II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk menganalisis strategi menurunkan angka infeksi di RSU
Permata Medical Center akibat dari risiko pekerjaan yang
berhubungan dengan pelayann rumah sakit.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui strategi penurunan angka infeksi di RSU
Permata Medical Center
2. Mengetahui identifikasi strategi penurunan angka infeksi di
RSU Permata Medical Center
III. Strategi menurunkan angka infeksi HAIs

Jenis Potensial Skor Tujuan Tujuan Strategi Evaluasi


N
Kelompok risk/masalah Umum Khusus
o Resiko
Pemahaman 15 Petugas Menurunk Melakuka 1 bulan
Ketidak petugas dapat an angka n refres
patuhan dalam melaksana kejadian pelatihan
oetugas pelaksanaan kan infeksi tentang
1 SPO
dalam prosedur akibat pemasang
melaksanaka pemasangan
sesuai pemasnga an infus
n SPO infus
dengan n infus
SPO
2 Penggunaan 11 Meningkat Meningkat Melakukan 1 bulan
Ketidak
APD tidak kan kan monitoring
patuhan
sesuai kewaspada kepatuhan dan
petugas
dengan an standar petugas evaluasi
dalam
tindakan terhadap secara
penggunaan
yang akan kewaspada kontinue
APD
dilakukan an standar
1 Prosedur dan Pendelegasia 11 Meningkat Meningkat Membuat 6 bulan
proses n dalam kan kualitas kan kualitas regulasi
asuhan pengoplosan pelayanan pelayanan pendelegasi
invasif obat farmasi obat delegasi an dalam
belum farmasi di pengoplosa pengoplosa
dilakukan ruang n obat oleh n obat
sesuai perawatan instalasi farmasi,
dengan farmasi evaluasi
standar kepada unit kepatuhan
keperawata petugas
n terkait dalam
pencampur pelaksanaa
an obat n SPO
rutin
2 Teknik 11 Pengoplos Meningkat Memberik 6 bulan
pengoplasan an obat kan an edukasi
obat yang sesuai kualitas dan
tidak sesuai kesesuaian pelatihan
teknik khusus
pengoplos pengoplos
an obat an obat
oleh
petugas
3 Ketidakpatuh 8 Penyuntika Meningkat Melakukan 6 bulan
an dalam n yang kan edukasi
pelaksanaan aman kepatuhan kepada
penyuntikan ditaati oleh petugas seluruh
yang aman petugas dalam petugas
penyuntika terkait dan
n yang melakukan
aman analisis dan
meliputi evaluasi
identifikasi instrument
hingga untuk
evaluasi tempat
post injeksi
pemberian
terapi
4 Ketidakpatuh 10 Peningkata Peningkata Melakukan 3 bulan
an dalam n n edukasi dan
penyimpanan kepatuhan kepatuhan audit
obat penyimpan penyimpan berkala
multidose an obat di an obat di terkait
yang sesuai ruang ruang penyimpan
standard an perawatan perawatan an obat di
kebijakan ruang
rumah sakit perawatan
5 Ketidakpatuh 8 Peningkata Peningkata Melakukan 3 bulan
an n n edukasi dan
penggunaan kepatuhan kepatuhan audit
one daily penggunaa penyimpan berkala
dose belum n obat one an obat di terkait
sesuai daily dose ruang penyimpan
di ruang perawatan obat di
perawatan ruang
perawatan

IV. Rencana Tindak Lanjut


a. Melakukan pelatihan tentang SPO pemasangan infus
b. Melakukan monitoring dan audit terhadap kepatuhan petugas
dalam melakukan kepatuhan terhadap kewaspadaan standar
c. Menerapkan bundles plebitis
d. Melaksanakan pelatihan secara berkala terhadap petugas
tentang hand hygiene dan penggunaan APD
V. Penutup
Demikian laporan tentang strategi penurunan angka infeksi rumah
sakit, dengan harapan angka infeksi rumah sakit dapat menurun
bahkan tidak ada, kepatuhan petugas dapat meningkatkan
kesadaran terhadap kewaspadaan menyeluruh, sehingga dapat
meningkatkan kredibilitas rumah sakit, dapat meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit.

Indramayu, 30 September 2019


IPCN

Rossy silvianita, Amd. Kep


LAPORAN IDENTIFIKASI PROSEDUR DAN KEGIATAN PENUNJANG
PELAYANAN YANG BERESIKO INFEKSI

DI RSU PERMATA MEDICAL CENTER

INDRAMAYU

I. Pendahuluan
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat komplek dan
merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya
peningkatan status kesehatan bagi masyarakat. Rumah sakit
merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan secara paripurna kepada masyarakat
sebagai tujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Pelayanan penunjang merupakan kegiatan integral dari
pelayanan rumah sakit secara menyeluruh mendukung
keberhasilan pelayanan rumah sakit. Pelayanan penunjang medik
dan non medik menyelenggarkan kegiatan pelayananpenunjang
yang mengikuti perkembangan IPTEK guna memberikan
pelayanan yang bermutu dan memuasskan bagi pasien dan
keluarganya. Pelayanan penunjang non medik melip[uti pelayanan
sarana prasarana ( Mekanikal elektrikal dan gas medis, bangunan,
sanitasi dan alat kesehatan ), pelayanan loundry, CSSD dan
pemulasaraan jenazah serta pengelolaan sampah dan penyediaan
makanan.
II. Tujuan
a. Tunuan Umum
Untuk menganalisa strategi penurunan angka infeksi di RSU
Permata Medical Center akibat dari risiko pekerjaan yang
berhubungan dengan pelayanan di rumah sakit.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui strategi penurunan angka infeksi di RSU
Permata Medical Center
2. Dapat mengidentifikasi dalam menentukan strategi
penurunan angka infeksi
3. Dapat mengantisipasi kemungkinan infeksi yang di
akibatkan pelayanan pendukung dalam pemberian
pelayanan terhadap pasien.
III. Daftar risiko dan strategi
No Unit Aktivitas Risiko Infeksi Strategi
1 Ruang 1. Dekontaminasi 1.1 Tertusuk atau tergores instrumen 1. Menerapkan
sterilisasi medis terpajan darah, cairan lain dari kepatuhan terhadap
tubuh pasien yang mengandung virus, kewaspadaan isolasi
bakteri menular dengan hand hygiene
1.2 Terpajan cairan klorin 2. Memakai APD
lengkap sebelum
2. Pencucian instrumen 2.Terpajan dengan deterjen pencuci alat melakukan prosedur
medis medis 3. Setiap aktivitas
3. Membungkus 3.Tertusuk atau tergores instrumen harus sesuai SPO dan
instrumen dalam bak medis senantiasa berhati-hati
instrumen untuk dalam bekerja
sterilisasi 4. Meningkatkan daya
4. Mempersiapkan 4.Tergores gunting tahan tubuh petugas
kassa dan linen steril dan melakukan
imunisasi berkala
5. Sterilisasi dengan 5.Terpajan panas dari autoklaf sesuai kebutuhan
menggunakan 5. Sosialisasikan
autoklaf kepada petugas
6. Penyimpanan 6.- tentang pelaporan jika
instrumen medis terjadi insiden dalam
yang telah di bekerja
sterilisasi
2 Ruang 1. Tahap pengumpulan 1.Kontaminasi Bakteri pada pegangan 1. Memakai APD
londri linen ( mendorong linen troli linen lengkap sebelum
dengan troli ) melakukan prosedur
2. Setiap aktivitas
2. Tahap pemilahan ( 2.Kontamonasi Bakteri pada pegangan harus sesuai SPO dan
memilah linen infeksius troli linen senantiasa berhati-hati
dan non infeksius dalam bekerja
3. Meningkatkan daya
tahan tubuh petugas
3. Risiko tertusuk jarum
3.Terpajan benda tajam dan melakukan
atau alat instrumen
imunisasi berkala
yang terbawa bersama
sesuai kebutuhan
linen bekas kegiatan
4. Sosialisasikan
operasi
kepada petugas
tentang pelaporan jika
4. Tahap pencucian
4.Terkontaminasi Bakteri linen kotor, terjadi insiden dalam
a. Merendam linen kotor
terinfeksi jamur dari limbah cucian linen bekerja
b. Proses pencucian
5. Tahap penyetrikaan 5.-

6. Tahap pendistribusian 6.Terinfeksi Bakteri pada pegangan troli


linen
3 Ruang 1. Proses kebersihan 1.Terpajan cairan tubuh pasien yang 1. Menerapkan
Gizi pralatan makan dan mengandung virus, bakteri yang menular kepatuhan terhadap
minum dari alat makan bekas pakai pasien kewaspadaan isolasi
dengan hand hygiene
2. Memakai APD
2. Proses penyimpanan 2.1.Terkontaminasi vector ( tikus, kecoa, lengkap sebelum
bahan makanan semut, lalat ) penyebab salmonella SP dan melakukan prosedur
bakteri Vibrio cholerae 2. Setiap aktivitas
2.2.Terjadinya kondensasi uap air ( harus sesuai SPO dan
terjadinya penggumpalan lemak pada senantiasa berhati-hati
dinding dan enternit ) dalam bekerja
3. Meningkatkan daya
3. Proses pengolahan 3.1.Terkontaminasi dengan tahan tubuh petugas
makanan mikroorganisme dan melakukan
3.2.Terkontaminasi dengan bakteri dan imunisasi berkala
virus Hepatitis A sesuai kebutuhan
3.3.Terkontaminasinya bakteri pada air 4. Sosialisasikan
kepada petugas
4. Proses pengangkutan 4.Terkontaminasi vector dari troly tentang pelaporan jika
makkanan( kecoa,semut, lalat ) terjadi insiden dalam
bekerja
5. Proses kebersihan 5.1.Makanan yang terkontaminasi oleh 5. Menerapkan
ruangan debu dan lawa-lawa kewaspadaan isolasi
5.2.Makanan yang terkontaminasi dengan hand hygiene
kotoran vektor
4 Unit 1. Penanganan limbah 1.Tertusuk atau terpajan benda tajam 1. Memakai APD
Pengolah benda tajam, limbah seperti jarum suntik lengkap sebelum
an limbah infeksius, limbah 2.Sumber penularan penyakit melakukan prosedur
( UPSRS ) jaringan tubuh Nosokomial/HAIs 2. Setiap aktivitas
3.Terinhalasi aoma udara di TPS harus sesuai SPO dan
4.Mengundang Vektor senantiasa berhati-hati
dalam bekerja
2. Limbah Farmasi dan 2.1.Obat kadaluarsa dan bahan kimia 3. Meningkatkan daya
limbah bahan kimia dapat memberikan efek karsinogenik jika tahan tubuh petugas
terhirup dan melakukan
2.2.Terjadinya pajanan zat kimia imunisasi berkala
sesuai kebutuhan
3. Limbah cair 3.1.Terinhalasi aroma udara hasil 4. Sosialisasikan
pengolahan IPAL yang dapat kepada petugas
menyebabkan gangguan pernafasan tentang pelaporan jika
3.2.Terinhalasi kaporit dan tumpahan terjadi insiden dalam
kaporit bekerja
5. Menerapkan
kewaspadaan isolasi
dengan hand hygiene
5 Unit 1. Proses penanganan 1.Terinfeksi bakteri gram positif seperti 1. Memakai APD
kamar jenazah Staphylococus Aureus lengkap sebelum
Jenazah 2.Terjadinya pajanan cairan tubuh pasien melakukan prosedur
3.terinfeksi jamur 2. Setiap aktivitas
harus sesuai SPO dan
senantiasa berhati-hati
dalam bekerja
3. Meningkatkan daya
tahan tubuh petugas
dan melakukan
imunisasi berkala
sesuai kebutuhan
4. Sosialisasikan
kepada petugas
tentang pelaporan jika
terjadi insiden dalam
bekerja
5. Menerapkan
kewaspadaan isolasi
dengan hand hygiene

IV. EVALUASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT DALAM MENURUNKAN ANGKA INFEKSI
No UNIT DAFTAR RISIKO EVALUASI RENCANA TINDAK LANJUT
1 Ruang 1. Tertusuk atau tergores 1. petugas belum pernah 1. Meningkatkan
sterilisasi instrumen medis terpajan dilaporkan terpajan cairan klorin, kewaspadaan terhadap
darah, cairan lain dari ataupun detergen pada saat kejadian pajanan
tubuh pasien yang pencucian alat medis 2. Melakukan audit dan
mengandung virus, bakteri 2. Dilaporkan terjadi 1x terjadi monitoring terhadap fasilitas
menular pajanan bekas jarum hecting pada hand hygene
2. Terpajan cairan klorin bulan juli 2019 3. melakukan audit dan
3. Terpajan dengan deterjen 3. Petugas sudah menggunakan monitoring terhadap fasilitas
pencuci alat medis APD dengan tepat APD
4. Tertusuk atau tergores 4. Petugas belum pernah 4. Melakukan audit dan
instrumen medis mendapatkan imunisasi Hepatitis monitoring terhadap kejadian
5. Tergores gunting B pajanan secara berkala
6. Terpajan panas dari 5. Mengajukan untuk
autoklaf pemeriksaan dan pemberian
imunisasi secara berkala.

2 Ruang 1. Kontaminasi Bakteri pada 1. Petugas belum pernah terjadi 1. Meningkatkan


londri pegangan troli linen pajanan benda tajam kewaspadaan terhadap
2. Kontamonasi Bakteri pada 2. Petugas sudah menggunakan kejadian pajanan
pegangan troli linen APD 2. Melakukan audit dan
3. Terpajan benda tajam 3. Proses pencucian menggunakan monitoring terhadap fasilitas
4. Terkontaminasi Bakteri mesin cuci yang sudah terpisah hand hygene
linen kotor, terinfeksi antara infeksius dan non infeksius 3. melakukan audit dan
jamur dari limbah cucian 4. Petugas belum pernah monitoring terhadap fasilitas
linen mendapatkan imunisasi hepatitis APD
B 4. Melakukan audit dan
5. Belum pernah dilaporkan ada monitoring terhadap kejadian
alat instrumen medis yang terbawa pajanan secara berkala
bersama linen kotor 5. Mengajukan untuk
pemeriksaan dan pemberian
imunisasi secara berkala.
3 Unit Gizi 1. Terpajan cairan tubuh 1. Untuk proses pencucian 1. Meningkatkan
pasien yang alat makan dan minum kewaspadaan terhadap
mengandung virus, pasien sudah menggunakan kejadian pajanan
bakteri yang menular water Heater 2. Melakukan audit dan
dari alat makan bekas 2. Petugas masih belum patuh monitoring terhadap fasilitas
pakai dalam melakukan hand hand hygene
2. Terkontaminasinya hygiene 3. melakukan audit dan
bahan makanan oleh 3. Belum terpasangnya alat monitoring terhadap fasilitas
vector ( tikus, kecoa, perangkap lalat, kecoa dan APD
semut, lalat ) tikus 4. Melakukan audit dan
penyebab salmonella 4. Sistem Ventilasi masih monitoring terhadap kejadian
SP dan bakteri Vibrio kurang baik sehingga ruang pajanan secara berkala
cholerae gizi menjadi sangat panas, 5. Mengajukan untuk
3. Terjadinya kondensasi dan berpengaruh terhadap pemeriksaan dan pemberian
uap air ( terjadinya bahan makanan menjadi imunisasi secara berkala.
penggumpalan lemak tidak tahan lama dan 6. Mengusulkan untuk
pada dinding dan mudah rusak membuat ventilasi udara
enternit ) 5. Tidak ada pelaporan 7. Menyarankan untuk
4. Terkontaminasinya terjadinya keracunan masal pengajuan pemasangan
makanan dengan pada proses pemberian perangkap vektor
mikroorganisme makan kepada pasien 8. menyarankan agar
5. Terkontaminasinya melakukan pembersihan
makanan dengan ruangan gizi secara periodik
bakteri dan virus 9. Menyarankan agar
Hepatitis A membuat ruangan khusus
6. Terkontaminasinya untuk pembuatan susu
bakteri pada air 10. Menyarankan agara
7. Makanan melakukan pembersihan troli
Terkontaminasi vector pengantar makanan
dari troly makanan(
kecoa,semut, lalat )
8. Makanan yang
terkontaminasi oleh
debu dan lawa-lawa
9. Makanan yang
terkontaminasi
kotoran vektor
4 Unit 1. Tertusuk atau terpajan 1. Tidak ada petugas CS, 1. Meningkatkan
UPSRS benda tajam seperti porter yang terpajan limbah kewaspadaan terhadap
jarum suntik infeksius kejadian pajanan
2. Limbah infeksius yang 2. Limbah di tampung di TPS 2. Melakukan audit dan
menjadi Sumber yang akan di angkut setiap monitoring terhadap fasilitas
penularan penyakit 2x dalam 1 minggu hand hygene
Nosokomial/HAIs 3. Petugas sudah 3. melakukan audit dan
3. Terinhalasi aroma menggunakan APD monitoring terhadap fasilitas
udara di TPS 4. Petugas masih tidak patuh APD
4. Penumpukan limbah dalam melakukan hand 4. Melakukan audit dan
Mengundang Vektor hygiene monitoring terhadap kejadian
5. Obat kadaluarsa dan 5. Limbah infeksius di pajanan secara berkala
bahan kimia dapat tampung dalam troly dan 5. Mengajukan untuk
memberikan efek plastik kuning pemeriksaan dan pemberian
karsinogenik jika 6. Proses pemusnahan limbah imunisasi secara berkala.
terhirup dilakukan dengan pihak ke 6. Meningkatkan pencatatan
6. Terjadinya pajanan zat 3 dan pelaporan terhadap mutu
kimia 7. Petugas belum pernah baku air limbah yang
7. Terinhalasi aroma mendapatkan imunisasi dihasilkan
udara hasil pengolahan Hepatitis B 7. Audit dan monitoring
IPAL yang dapat 8. Dalam proses pengolahan terhadap penanganan limbah
menyebabkan gangguan limbah RS dilakukan dengan pihak ke 3
pernafasan pemeriksaan secara berkala 8. Melakukan audit dan
8. Terinhalasi kaporit dan terhadap PH air monitoring terhadap fasilitas
tumpahan kaporit pengangkutan limbah yang di
hasilkan setiap unit
5 Ruang 1. Terinfeksi bakteri gram 1. Petugas belum pernah 1. Meningkatkan
jenazah positif seperti melakukan pemulasaraan kewaspadaan terhadap
Staphylococus Aureus jenazah dikarenakan faktor kejadian pajanan
dari proses sosial budaya masyarakat 2. Melakukan audit dan
pemulasaraan jenazah 2. Petugas menggunakan APD monitoring terhadap fasilitas
2. Terjadinya pajanan pada saat memindahkan hand hygene
cairan tubuh pasien pasien dari ruangan ke 3. melakukan audit dan
3. terinfeksi jamur mobil jenazah monitoring terhadap fasilitas
APD
4. Melakukan audit dan
monitoring terhadap kejadian
pajanan secara berkala
5. Mengajukan untuk
pemeriksaan dan pemberian
imunisasi secara berkala.
V. Penutup
Demikian laporan Komite PPI RS tentang identifikasi prosedur
dan kegiatan penunjang pelayanan yang berisiko infeksi, besar
harapan kami bahwa tidak terjadi infeksi terhadap pasien, dan
petugas yang di akibatkan dari pemberian pelayanan penunjang
medis, tentunya kesadaran akan kewaspadaan terhadap isolasi
dapat lebih ditingkatkan lagi agar tidak ada lagi laporan terjadinya
pajanan di masa yang akan datang.

Indramayu, 30 September 2019


IPCN

Rossy Silvianita, Amd.Kep.

Anda mungkin juga menyukai