Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan
kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitative. Dalam memberikan pelayanan kesehatan
diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang berkualitas
(Giyana, 2012). Rumah sakit adalah tempat untuk mencari kesembuhan tetapi
bisa juga merupakan sumber dari berbagai penyakit, yamg berasal dari
penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini
dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti udara, air,
lantai, makanan, perabotan rumah sakit (Ducel G et al., 2002 dalam
Tombokan et al., 2016). Salah satu akibat dari kuman ini dapat menyebabkan
infeksi nosokomial.
lnfeksi nosokomial adalah istilah yang merujuk pada suatu infeksi
yang berkembang di lingkungan rumah sakit. Artinya, seseorang dikatakan
terkena infeksi nosokomial apabila penularannya didapat ketika berada di
rumah sakit. Termasuk juga infeksi yang terjadi di rumah sakit dengan
gejala yang baru muncul saat pasien pulang ke rumah, dan infeksi yang
terjadi pada pekerja di rumah sakit. lnfeksi nosokomial dapat terjadi di
seluruh dunia dan terutama berpengaruh buruk pada kondisi
kesehatan di negara-negara miskin dan berkembang. Selain itu, infeksi
nosokomial termasuk salah satu penyebab terbesar kematian pada pasien yang
menjalani perawatan di rumah sakit. Salah satu jenis infeksi nosokomial
adalah infeksi luka operasi (Wulandari & Wahyudin, 2018). Sebuah studi
yang dilakukan di 27 rumah sakit di Aljazair, Mesir, Italia, Maroko dan
Tunisia untuk mengevaluasi prevalensi infeksi nosokomial dengan hasil
sebesar 10,5% dengan didominasi oleh infeksi saluran kemih (Amazian et al.,
2010). Di Indonesia, infeksi merupakan salah satu penyebab utama kematian
ibu dan bayi baru lahir. Selain itu, menyebabkan perpanjangan masa rawat
2

inap bagi penderita. Resiko infeksi di rumah sakit atau yang biasa dikenal
dengan infeksi nosocomial merupakan masalah penting di seluruh dunia.
Infeksi ini terus meningkat dari 1% di beberapa Negara Eropa dan Amerika,
sampai lebih dari 40% di Asia, Amerika Latin dan Afrika (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Sebetulnya rumah sakit memang
sumber penyakit! Di negara maju pun, infeksi yang didapat dalam rumah
sakit terjadi dengan angka yang cukup tinggi. Misalnya, di Amerika Serikat
20.000 kematian setiap tahun terjadi akibat infeksi nosokomial. Di seluruh
dunia, 10 persen pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi yang
baru selama dirawat hingga total 1,4 juta infeksi pada setiap tahunnya.
(Wulandari & Wahyudin, 2018).
Hospital Acquired Infection (HAIs) atau infeksi nosokomial yang
paling umum terjadi adalah infeksi luka operasi (ILO) atau disebut juga
Surgical Site Infection (SSI). Infeksi luka operasi merupakan hasil dari
kontaminasi bakteri yang masuk saat operasi berlangsung atau setelah operasi
(Prakasa, 2016). Infeksi luka operasi (ILO) adalah infeksi yang terjadi pada
luka akibat tindakan bedah invasive. ILO dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain: klasifikasi luka operasi, jenis operasi, lama operasi, komorbid,
keadaan umum pasien, dan penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Sebuah
studi di Amerika Serikat mengatakan kenaikan tingkat infeksi luka operasi
(Surgical Site Infection) mengalami peningkatan sebesar 9% dari tahun 2007-
2015 dengan total 4,456,809 pasien yang di rawat selama 30 hari di rumah
sakit (Han et al., 2019). Sebuah penelitian yang melibatkan 15 negara dari
tiga benua (Asia, Australia, dan Eropa) mendapatkan statistik tingkat ILO
dari setiap prosedur dan jumlah operasi pada operasi ortopedi (46,1%),
pencernaan (22,8%), dan operasi ginekologi (21,6%) dengan total data 90,5%
dari semua operasi. Dengan tingkat kumulatif tertinggi pada operasi
kolorektal (9,33%; 95%) yang dikelompokkan berdasarkan indeks risiko
NNIS (Abbas et al., 2019). Di Indonesia, sebuah studi di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo pada tahun 2013 dari 13 subjek dengan ILO 2 di antaranya
meninggal karena sepsis (Haryanti et al., 2016). Pencegahan ILO harus
dilakukan, karena jika tidak, akan mengakibakan semakin lamanya rawat
3

inap, peningkatan biaya pengobatan, terdapat resiko kecacatan dan kematian,


dan dapat mengakibatkan tuntutan pasien. Pencegahan itu sendiri harus
dilakukan oleh pasien, dokter dan timnya, perawat kamar operasi, perawat
ruangan, dan oleh nosocomial infection control team (Wulandari &
Wahyudin, 2018). Untuk menurunkan angka kejadian ILO Antibiotik
profilaksis dapat menjadi pilihan, tetapi manfaat tersebut harus
dipertimbangkan dengan risiko reaksi alergi dan toksik, munculnya resistensi
bakteri, interaksi obat, superinfeksi, dan biaya. Antibiotik profilaksis
dianjurkan hanya untuk tindakan dengan kejadian infeksi yang tinggi dan
tindakan dengan konsekuensi infeksi yang sangat serius. Antibiotik
profilaksis yang tidak rasional disebabkan pemakaian spektrum luas dan
digunakan sebagai terapi lanjutan tanpa rekomendasi periode waktu (Haridas
dan Malangoni, 2008; Olsen et al., 2008 dalam Oktaviani et al., 2015).
Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang
dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Antibiotika
harus memiliki sifat toksisitas selektif yang setinggi mungkin, artinya obat
tersebut harus bersifat sangat toksik untuk mikroba tetapi relatif tidak toksik
pada tubuh (Ganiswara, 2007 dalam Muthoharoh et al., 2019). Antibiotika
profilaksis yang diberikan pada pasien operasi dengan tujuan untuk
mengurangi penyebaran infeksi sesudah operasi atau sekitar organ yang
dioperasi (Muthoharoh et al., 2019). Semakin sedikit tindakan invasif berupa
pemberian injeksi yang dilakukan diharapkan mengurangi ketidaknyamanan
pasien, bahkan mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan
antibiotika. Hal ini sangat sesuai dilaksanakan pada situasi dengan
keterbatasan sumber daya (Andra et al., 2016). Sebuah review yang
dilakukan oleh Jones DJ, Bunn F, Bell-Syer SV terhadap penggunaan
antibiotik profilaksis dapat menurunkan angka kejadian Infeksi Daerah
Operasi (IDO) secara signifikan. Pada pasien yang menjalani operasi kanker
payudara tanpa rekonstruksi tingkat infeksi untuk perawatan bedah kanker
payudara didokumentasikan antara 3% dan 15%, lebih tinggi daripada rata-
rata untuk prosedur bedah bersih (Jones et al., 2014). Pemberian antibiotik
profilaksis pada tindakan bedah diharapkan dapat menurunkan angka
4

kejadian IDO, dimana IDO sendiri merupakan salah satu infeksi nosokomial
yang sering terjadi. Infeksi ini dapat menyebabkan ketidakmampuan
fungsional, stress, penurunan kualitas hidup pasien dan menimbulkan
masalah ekonomi (WHO, 2002 dalam Amelia et al., 2019).
Berdasarkan di atas terbukti bahwa pengaruh antibiotik memiliki
hubungan terhadap angka kejadian infeksi luka operasi (ILO), maka peneliti
tertarik untuk meneliti pengaruh pemberian antibiotik profilaksis terhadap
kejadian infeksi luka pasca operasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka, peneliti dapat merumuskan
masalah penelitian yaitu adalah bagaimana pengaruh pemberian antibiotik
profilaksis terhadap kejadian infeksi luka pasca operasi?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian antibiotik profilaksis terhadap
kejadian infeksi luka pada pasien pasca operasi melalui studi literature
review.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh pemberian antibiotik profilaksis pada pasien
pasca operasi.
b. Mengetahui kejadian infeksi luka pada pasien pasca operasi.
c. Mengetahui pengaruh antibiotik terhadap kejadian luka infeksi pasca
operasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca
dalam menganalisa dan mengidentifikasi hubungan pemberian antibiotik
profilaksis dalam mempengaruhi angka kejadian infeksi luka operasi
(ILO).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
5

Manfaat praktis penelitian bagi perawat yaitu membantu perawat


dapat menentukan intervensi keperawatan yang tepat pada pasien
dalam prevensi infeksi luka operasi dengan pemberian antibiotik
profilaksis.
b. Bagi Jurusan Keperawatan Singkawang
Manfaat praktis penelitian bagi akademik yaitu sebagai masukkan
kepada jurusan (dalam sebuah penelitian), agar dapat digunakan
sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian yang akan datang.
c. Bagi Penulis
Manfaat praktis penelitian bagi penulis adalah sebagai sarana dan
alat untuk menambah pengetahuan dan memperoleh pengalaman
khususnya dibidang keperawatan peroperatif untuk pencegahan
terjadinya infeksi luka operasi (ILO).
d. Bagi peneliti selanjutnya
Manfaat praktis penelitian bagi peneliti selanjutnya adalah
digunakan sebagai bahan refrensi di dalam pembelajaran serta
sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian yang akan datang
dengan metode yang lebih baik lagi.
e. Bagi pembaca
Manfaat praktis penelitian bagi pembaca yaitu menjadi sumber
referensi dan informasi bagi orang yang membaca penelitian
proposal skripsi ini agar mengetahui dan lebih mendalami pengaruh
pemberian antibiotik profilaksis terhadap kejadian infeksi luka
pascva operasi.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Judul
No Variabel Perbedaan Hasil dan Kesimpulan
Penelitian
1. Postoperative 1. Antibiotik Waktu Hasil :
Antibiotic Use pasca penelitian, Dari 143 pasien dengan
and The operasi Metode usus buntu suppuratif,
Incidence of 2. Abses penelitian satu (1,9%) yang
Intraabdominal intraabdomi menerima antibiotik
6

Abscess In The nal pasca operasi kembali


Setting 0f 3. Pengaturan dengan abses
Suppurative usus buntu intraabdominal dalam
Appendicitis: A suppuratif waktu satu bulan. Dari
Retrospective 91 pasien dalam
Analysis kelompok tanpa
Peneliti : antibiotik, satu (1,1%)
1. Esther Bae, kembali dengan abses
DO intraabdominal.
2. Ahmed Kesimpulan :
Dehal, MD Pemberian antibiotik
3. Vanessa pasca operasi dalam
Franz, MD pengaturan usus buntu
4. Michael suppuratif tidak
Joannides, berpengaruh pada tingkat
MD pembentukan abses
5. Nicholas intraabdominal.
Sakis, MD Antibiotik pasca operasi
6. Joshua rutin mungkin tidak
Scurlock, diperlukan dalam
MD populasi pasien ini, dan
7. Patrick lebih banyak bukti
Nguyen, diperlukan untuk
MD membenarkan
8. Farabi penggunaannya.
Hussain,
MD
Tahun :
2016
2 Comparison of 1. Infeksi Waktu Hasil :
Postoperative pasca penelitian, Lima puluh lima dari
Infection and operasi metode enam puluh anak selesai
Graft Uptake 2. Tingkat penelitian ditindaklanjuti. Tingkat
7

Rate Using penyerapan infeksi pasca operasi


Single Dose of graft secara keseluruhan
Intravenous menggunak adalah 5,4%. Tingkat
Co-Amoxiclav an dosis infeksi pasca operasi
Versus No tunggal co- adalah 3,5% pada anak-
Antibiotic in amoxiclav anak yang menerima
Children intravena antibiotik profilaksis dan
Undergoing 7,4% pada anak-anak
Myringoplasty: kembali- tanpa antibiotik.
A Randomized Tidak ada perbedaan
Controlled yang signifikan secara
Trial statistik dalam infeksi
Penulis : pasca operasi antara dua
1. Prakash kelompok (P > 0,05).
Khanal Tingkat penyerapan graft
2. Rajendra keseluruhan adalah
Prasad 87,27%. Itu adalah
Guragain 85,7% dalam kelompok
3. Chop Lal yang digunakan
Bhusal antibiotik dan 88,8%
Tahun : dalam kelompok non-
2020 antibiotik tanpa
perbedaan yang
signifikan secara statistik
(P > 0,05).
Kesimpulan :
Infeksi pasca operasi
setelah myringoplasty
pada anak-anak jarang
karena merupakan jenis
operasi yang bersih.
Tidak ada perbedaan
8

yang signifikan secara


statistik dalam infeksi
pasca operasi dan tingkat
penyerapan cangkok
dengan menggunakan
antibiotik profilaksis
pada periode
intraoperatif. Penelitian
ini tidak menunjukkan
manfaat anti-biotik
profilaksis pada infeksi
pasca operasi atau
keberhasilan cangkok
dalam myringoplasty
pada anak-anak.
3 The Effect of 1. Antibiotik Waktu Hasil :
Giving Profilaksis penelitian, Tidak ada kasus infeksi
Prophylactic Ceftriaxone metode luka pasca operasi
Antibiotic dan penelitian berdasarkan tiga prosedur
Ceftriaxone Cefazolin yang digunakan. Tidak
and Cefazolin 2. Risiko ada perbedaan dalam
and Giving Infeksi efek antibiotik profilaksis
Ceftriaxone Luka Pasca pada infeksi pasca
Before and operasi operasi. Kesimpulan :
After Surgery Tidak ada perbedaan
to The Risk of dalam efek dari tiga
Postoperative prosedur untuk antibiotik
Wound profilaksis pada infeksi
Infection in pasca operasi.
Postoperative
Patients
Peneliti :
1. Herti Marni
9

2. Dovy
Djanas
3. Hafni
Bachtiar
Tahun :
2020
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pencarian Literatur
Desain penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Kajian
literatur (literature review) adalah kajian pustaka yang mendukung pada
masalah khusus dalam penelitian yang sedang dikerjakan (Setyosari, 2016).
Dalam proses pencarian literatur, dilakukan secara sistematis menggunakan
berbagai alat pencarian kepustakaan yang tersedia. Pencarian literatur
bertujuan untuk mendapatkan sebanyak mungkin publikasi ilmiah terhadap
suatu topik yang tersedia. Kegiatan ini merupakan langkah pertama dari
penyusunan proyek penelitian.
Pada bab ini dibahas strategi dalam mencari jurnal yang digunakan
dalam literature review, pertanyaan yang digunakan untuk melakukan review
jurnal yang disesuaikan dengan PICOT dan istilah pencarian jurnal melalui
MESH, batasan mengambil jurnal dan hal lainnya. Jurnal yang digunakan
dalam literature review didapatkan melalui database penyedia jurnal
international science direct, pubmed dan jurnal Scientific penulis membuka
www.pubmed.ncbi.nlm.nih.gov dan www.sciencedirect.com. Dan untuk
jurnal Nasional /Indonesia sendiri penulis melalui google scholar dengan 
membuka  www.googlescholar.co.id penulis membuka website jurnal
tersebut dan menuliskan kata kunci sesuai MESH (Medical Subject Heading)
yaitu “antibiotik profilaksis”, “infeksi luka pasca operasi”, dan “kejadian
infeksi” dan dipilih full text.
Mengenai pemilihan bahasa tidak ditentukan karena jurnal tersebut
ada yang menggunakan bahasa indonesia dan bahasa inggris. Dijurnal bahasa
inggris penulis mentraslate kan manual dengan google translate dan ada juga
menggunakan mesin website yaitu www.doctranslator.com yang mentraslate
satu dokumen bahasa inggris secara langsung. Maka Pada bagian dibawah ini
juga peneliti membuat sebuah tabel dari hasil berbagai pencarian literatur di
empat jurnal ilmiah seperti Google Scholar, PubMed dan ScienceDirect
berikut tabel pencarian :
11

Tabel 2.2 Kode pencarian jurnal


Kode Database
pencarian Kata kunci
Google Scholar PubMed ScienceDirect
ID#
S1 Antibiotik 2.260 hasil 4.923 hasil 29.923 hasil
profilaksis
S2 Infeksi luka 9.130 hasil 23,345 77.019
bedah 11.787 hasil 11.787 hasil
S3 Kejadian 20.700 hasil 327,162 170,576 hasil
infeksi hasil
Jurnal yang diteliti melalui
16
database

Berdasarkan dari tabel diatas menggunakan penelusuran Google


Scholar, Scincedirect, dan Pubmed dengan kata kunci, pengobatan hipertensi,
peranan keluarga, hipertensi pada lansia, peneliti menemukan total 665.038
jurnal yang dengan kata kunci tersebut. Sebanyak 71 jurnal yang ditemukan
sesuai dengan kata kunci pencarian tersebut kemudian dilakukan skirining, 51
jurnal diekslusi karena tidak tersedia artikel full text dan terkunci. Asesment
kelayakan terhadap 20 jurnal full text dilakukan, jurnal yang dipublikasi dan
tidak sesuai kriteria inklusi, sehingga didapatkan 16 jurnal full text yang
dilakukan review.
B. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Dalam melakukan penelitian pada jurnal penulis harus menggunakan
pedoman yang telah disiapkan yaitu dengan menggunakan metode kriteria
inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi adalah kriteria dimana sampel memenuhi
persyaratan untuk terlibat dalam penelitian. Sementara kriteria eksklusi
adalah sampel yang masuk ke dalam kriteria tertentu tetapi memiliki kondisi
tertentu yang menyebabkan sampel tidak dimasukkan ke dalam penelitian
(Irfannudin, 2019). Adapun penjelasan kriteria Inklusi dan Eksklusi sebagai
berikut :
1. Kriteria Inklusi
12

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah :


a. Artikel yang memiliki judul dan isi yang relevan dengan tujuan
penelitian.
b. Arikel merupakan jurnal ber-ISSN.
c. Fulltext baik berbahasa Indonesia, Inggris, ataupun bahasa asing
lainnya.
d. Artikel penelitian yang dipublikasi pada 2010-2020.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi dalam penelian ini adalah :
a. Tidak memiliki struktur artikel yang lengkap.
b. Artikel yang tidak relevan dengan judul penelitian peneliti.

665.038 jurnal ditemukan


melalui internet dengan
Goscholar, pubmed, sciencediret
berdasarkan kata kunci

71 jurnal dilakukan skirining 52 jurnal diekslusi

20 jurnal full text dilakukan 16 jurnal full text dilakukan


asasemen kelayakan review

Gambar 2.1 Diagram Alur Review Jurnal


DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M., De Kraker, M. E. A., Aghayev, E., Astagneau, P., Aupee, M., Behnke,
M., Bull, A., Choi, H. J., De Greeff, S. C., Elgohari, S., Gastmeier, P.,
Harrison, W., Koek, M. B. G., Lamagni, T., Limon, E., Løwer, H. L.,
Lyytikäinen, O., Marimuthu, K., Marquess, J., … Harbarth, S. (2019).
Impact Of Participation In A Surgical Site Infection Surveillance Network:
Results From A Large International Cohort Study. Journal Of Hospital
Infection, 102(3), 267–276. Https://Doi.Org/10.1016/J.Jhin.2018.12.003
Amazian, K., Rossello, J., Castella, A., Sekkat, S., Terzaki, S., Dhidah, L., &
Fabry, J. (2010). Prévalence Des Infections Nosocomiales Dans 27 Hôpitaux
De La Région Méditerranéenne. 16(10).
Amelia, K., Sumarny, R., Hasan, D., & Komar, H. (2019). Kajian Pola
Penggunaan Antibiotik Profilaksis Dan Diagnosa Pascaoperasi Hubungannya
Dengan Angka Kejadian Infeksi Daerah Operasi (Ido) Pada Pasien Bedah
Digestif Di Rumah Sakit Swasta. Jurnal Ilmiah Kedokteran, 6(1), 104–112.
Andra, C., Doewes, M., Haryanti, D., Sungkar, A., & Bagus. B, B. (2016).
Perbandingan Pengaruh Pemberian Antibiotik Profilaksis Dan Terapetik
Ceftriaxone Terhadap Kejadian Infeksi Luka Operasi Pasien Pasca Open
Reduction Internal Fixation (Orif) Maksilofasial Dengan Approach
Intraoral. Universitas Sebelas Maret.
Giyana, F. (2012). Analisis Sistem Pengelolaan Rekam Medis Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Semarang. Kesehatan Masyarakat, 1(Analisis
Sistem Pengelolaan Rekam Medis Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Semarang), 48–61.
Han, K., Lee, J. M., Achanta, A., Kongkaewpaisan, N., Kongwibulwut, M., Eid,
A. I., Kokoroskos, N., Van Wijck, S., Meier, K., Nordestgaard, A.,
Rodriguez, G., Jia, Z., Lee, J., King, D., Fagenholz, P., Saillant, N.,
Mendoza, A., Rosenthal, M., Velmahos, G., & Kaafarani, H. M. A. (2019).
Emergency Surgery Score Accurately Predicts The Risk Of Post-Operative
Infection In Emergency General Surgery. Surgical Infections, 20(1), 4–9.
Https://Doi.Org/10.1089/Sur.2018.101
Haryanti, L., Pudjiadi, A. H., Ifran, E. K. B., Thayeb, A., Amir, I., & Hegar, B.
14

(2016). Prevalens Dan Faktor Risiko Infeksi Luka Operasi Pasca-Bedah. Sari
Pediatri, 15(4), 207. Https://Doi.Org/10.14238/Sp15.4.2013.207-12
Irfannudin. (2019). Cara Sistematis Berlatih Meneliti: Merangkai Sistematika
Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan (S. Shahab & D. Setiawan (Eds.); 1st
Ed.). Pt. Rayyana Komunikasindo.
Jones, D. J., Bunn, F., & Bell-Syer, S. V. (2014). Prophylactic Antibiotics To
Prevent Surgical Site Infection After Breast Cancer Surgery. In Cochrane
Database Of Systematic Reviews (Issue 9). Cochrane Database Of Systematic
Reviews. Https://Doi.Org/10.1002/14651858.Cd005360.Pub5
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Program Pencegahan Dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial Merupakan Unsur Patient Safety.
Https://Www.Kemkes.Go.Id/Article/View/1710/Program-Pencegahan-Dan-
Pengendalian-Infeksi-Nosokomial-Merupakan-Unsur-Patient-Safety.Html
Muthoharoh, A., Iana, N. D., Rahmatullah, S., & Wirasti, W. (2019). Evaluasi
Kualitatif Penggunaan Antibiotika Profilaksis Di Instalasi Bedah Sentral
Secara Retrospektif. Proceeding Of The Urecol, 490–497.
Http://Repository.Urecol.Org/Index.Php/Proceeding/Article/View/386
Oktaviani, F., Wahyono, D., & Yuniart, E. (2015). Evaluation Ofusingthe
Antibiotic Prophylaxis Toward Insidence Surgical. 255–258.
Prakasa, I. P. (2016). Hubungan Pemberian Antibiotik Profilaksis Terhadap
Kejadian Infeksi Luka Operasi Di Rs Bethesda Yogyakarta. Kristen Duta
Wacana.
Setyosari, P. (2016). Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan (4th Ed.).
Prenadamedia Group.
Tombokan, C., Waworuntu, O., & Buntuan, V. (2016). Potensi Penyebaran
Infeksi Nosokomial Di Ruangan Instalasi Rawat Inap Khusus Tuberkulosis
(Irina C5) Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal E-Biomedik,
4(1). Https://Doi.Org/10.35790/Ebm.4.1.2016.11247
Wulandari, K., & Wahyudin, D. (2018). Sanitasi Rumah Sakit. In Kementerian
Kesehatan Ri (Tahun 2018). Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan : Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai