PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan
kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitative. Dalam memberikan pelayanan kesehatan
diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang berkualitas
(Giyana, 2012). Rumah sakit adalah tempat untuk mencari kesembuhan tetapi
bisa juga merupakan sumber dari berbagai penyakit, yamg berasal dari
penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini
dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti udara, air,
lantai, makanan, perabotan rumah sakit (Ducel G et al., 2002 dalam
Tombokan et al., 2016). Salah satu akibat dari kuman ini dapat menyebabkan
infeksi nosokomial.
lnfeksi nosokomial adalah istilah yang merujuk pada suatu infeksi
yang berkembang di lingkungan rumah sakit. Artinya, seseorang dikatakan
terkena infeksi nosokomial apabila penularannya didapat ketika berada di
rumah sakit. Termasuk juga infeksi yang terjadi di rumah sakit dengan
gejala yang baru muncul saat pasien pulang ke rumah, dan infeksi yang
terjadi pada pekerja di rumah sakit. lnfeksi nosokomial dapat terjadi di
seluruh dunia dan terutama berpengaruh buruk pada kondisi
kesehatan di negara-negara miskin dan berkembang. Selain itu, infeksi
nosokomial termasuk salah satu penyebab terbesar kematian pada pasien yang
menjalani perawatan di rumah sakit. Salah satu jenis infeksi nosokomial
adalah infeksi luka operasi (Wulandari & Wahyudin, 2018). Sebuah studi
yang dilakukan di 27 rumah sakit di Aljazair, Mesir, Italia, Maroko dan
Tunisia untuk mengevaluasi prevalensi infeksi nosokomial dengan hasil
sebesar 10,5% dengan didominasi oleh infeksi saluran kemih (Amazian et al.,
2010). Di Indonesia, infeksi merupakan salah satu penyebab utama kematian
ibu dan bayi baru lahir. Selain itu, menyebabkan perpanjangan masa rawat
2
inap bagi penderita. Resiko infeksi di rumah sakit atau yang biasa dikenal
dengan infeksi nosocomial merupakan masalah penting di seluruh dunia.
Infeksi ini terus meningkat dari 1% di beberapa Negara Eropa dan Amerika,
sampai lebih dari 40% di Asia, Amerika Latin dan Afrika (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Sebetulnya rumah sakit memang
sumber penyakit! Di negara maju pun, infeksi yang didapat dalam rumah
sakit terjadi dengan angka yang cukup tinggi. Misalnya, di Amerika Serikat
20.000 kematian setiap tahun terjadi akibat infeksi nosokomial. Di seluruh
dunia, 10 persen pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi yang
baru selama dirawat hingga total 1,4 juta infeksi pada setiap tahunnya.
(Wulandari & Wahyudin, 2018).
Hospital Acquired Infection (HAIs) atau infeksi nosokomial yang
paling umum terjadi adalah infeksi luka operasi (ILO) atau disebut juga
Surgical Site Infection (SSI). Infeksi luka operasi merupakan hasil dari
kontaminasi bakteri yang masuk saat operasi berlangsung atau setelah operasi
(Prakasa, 2016). Infeksi luka operasi (ILO) adalah infeksi yang terjadi pada
luka akibat tindakan bedah invasive. ILO dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain: klasifikasi luka operasi, jenis operasi, lama operasi, komorbid,
keadaan umum pasien, dan penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Sebuah
studi di Amerika Serikat mengatakan kenaikan tingkat infeksi luka operasi
(Surgical Site Infection) mengalami peningkatan sebesar 9% dari tahun 2007-
2015 dengan total 4,456,809 pasien yang di rawat selama 30 hari di rumah
sakit (Han et al., 2019). Sebuah penelitian yang melibatkan 15 negara dari
tiga benua (Asia, Australia, dan Eropa) mendapatkan statistik tingkat ILO
dari setiap prosedur dan jumlah operasi pada operasi ortopedi (46,1%),
pencernaan (22,8%), dan operasi ginekologi (21,6%) dengan total data 90,5%
dari semua operasi. Dengan tingkat kumulatif tertinggi pada operasi
kolorektal (9,33%; 95%) yang dikelompokkan berdasarkan indeks risiko
NNIS (Abbas et al., 2019). Di Indonesia, sebuah studi di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo pada tahun 2013 dari 13 subjek dengan ILO 2 di antaranya
meninggal karena sepsis (Haryanti et al., 2016). Pencegahan ILO harus
dilakukan, karena jika tidak, akan mengakibakan semakin lamanya rawat
3
kejadian IDO, dimana IDO sendiri merupakan salah satu infeksi nosokomial
yang sering terjadi. Infeksi ini dapat menyebabkan ketidakmampuan
fungsional, stress, penurunan kualitas hidup pasien dan menimbulkan
masalah ekonomi (WHO, 2002 dalam Amelia et al., 2019).
Berdasarkan di atas terbukti bahwa pengaruh antibiotik memiliki
hubungan terhadap angka kejadian infeksi luka operasi (ILO), maka peneliti
tertarik untuk meneliti pengaruh pemberian antibiotik profilaksis terhadap
kejadian infeksi luka pasca operasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka, peneliti dapat merumuskan
masalah penelitian yaitu adalah bagaimana pengaruh pemberian antibiotik
profilaksis terhadap kejadian infeksi luka pasca operasi?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian antibiotik profilaksis terhadap
kejadian infeksi luka pada pasien pasca operasi melalui studi literature
review.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh pemberian antibiotik profilaksis pada pasien
pasca operasi.
b. Mengetahui kejadian infeksi luka pada pasien pasca operasi.
c. Mengetahui pengaruh antibiotik terhadap kejadian luka infeksi pasca
operasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca
dalam menganalisa dan mengidentifikasi hubungan pemberian antibiotik
profilaksis dalam mempengaruhi angka kejadian infeksi luka operasi
(ILO).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
5
2. Dovy
Djanas
3. Hafni
Bachtiar
Tahun :
2020
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pencarian Literatur
Desain penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Kajian
literatur (literature review) adalah kajian pustaka yang mendukung pada
masalah khusus dalam penelitian yang sedang dikerjakan (Setyosari, 2016).
Dalam proses pencarian literatur, dilakukan secara sistematis menggunakan
berbagai alat pencarian kepustakaan yang tersedia. Pencarian literatur
bertujuan untuk mendapatkan sebanyak mungkin publikasi ilmiah terhadap
suatu topik yang tersedia. Kegiatan ini merupakan langkah pertama dari
penyusunan proyek penelitian.
Pada bab ini dibahas strategi dalam mencari jurnal yang digunakan
dalam literature review, pertanyaan yang digunakan untuk melakukan review
jurnal yang disesuaikan dengan PICOT dan istilah pencarian jurnal melalui
MESH, batasan mengambil jurnal dan hal lainnya. Jurnal yang digunakan
dalam literature review didapatkan melalui database penyedia jurnal
international science direct, pubmed dan jurnal Scientific penulis membuka
www.pubmed.ncbi.nlm.nih.gov dan www.sciencedirect.com. Dan untuk
jurnal Nasional /Indonesia sendiri penulis melalui google scholar dengan
membuka www.googlescholar.co.id penulis membuka website jurnal
tersebut dan menuliskan kata kunci sesuai MESH (Medical Subject Heading)
yaitu “antibiotik profilaksis”, “infeksi luka pasca operasi”, dan “kejadian
infeksi” dan dipilih full text.
Mengenai pemilihan bahasa tidak ditentukan karena jurnal tersebut
ada yang menggunakan bahasa indonesia dan bahasa inggris. Dijurnal bahasa
inggris penulis mentraslate kan manual dengan google translate dan ada juga
menggunakan mesin website yaitu www.doctranslator.com yang mentraslate
satu dokumen bahasa inggris secara langsung. Maka Pada bagian dibawah ini
juga peneliti membuat sebuah tabel dari hasil berbagai pencarian literatur di
empat jurnal ilmiah seperti Google Scholar, PubMed dan ScienceDirect
berikut tabel pencarian :
11
(2016). Prevalens Dan Faktor Risiko Infeksi Luka Operasi Pasca-Bedah. Sari
Pediatri, 15(4), 207. Https://Doi.Org/10.14238/Sp15.4.2013.207-12
Irfannudin. (2019). Cara Sistematis Berlatih Meneliti: Merangkai Sistematika
Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan (S. Shahab & D. Setiawan (Eds.); 1st
Ed.). Pt. Rayyana Komunikasindo.
Jones, D. J., Bunn, F., & Bell-Syer, S. V. (2014). Prophylactic Antibiotics To
Prevent Surgical Site Infection After Breast Cancer Surgery. In Cochrane
Database Of Systematic Reviews (Issue 9). Cochrane Database Of Systematic
Reviews. Https://Doi.Org/10.1002/14651858.Cd005360.Pub5
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Program Pencegahan Dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial Merupakan Unsur Patient Safety.
Https://Www.Kemkes.Go.Id/Article/View/1710/Program-Pencegahan-Dan-
Pengendalian-Infeksi-Nosokomial-Merupakan-Unsur-Patient-Safety.Html
Muthoharoh, A., Iana, N. D., Rahmatullah, S., & Wirasti, W. (2019). Evaluasi
Kualitatif Penggunaan Antibiotika Profilaksis Di Instalasi Bedah Sentral
Secara Retrospektif. Proceeding Of The Urecol, 490–497.
Http://Repository.Urecol.Org/Index.Php/Proceeding/Article/View/386
Oktaviani, F., Wahyono, D., & Yuniart, E. (2015). Evaluation Ofusingthe
Antibiotic Prophylaxis Toward Insidence Surgical. 255–258.
Prakasa, I. P. (2016). Hubungan Pemberian Antibiotik Profilaksis Terhadap
Kejadian Infeksi Luka Operasi Di Rs Bethesda Yogyakarta. Kristen Duta
Wacana.
Setyosari, P. (2016). Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan (4th Ed.).
Prenadamedia Group.
Tombokan, C., Waworuntu, O., & Buntuan, V. (2016). Potensi Penyebaran
Infeksi Nosokomial Di Ruangan Instalasi Rawat Inap Khusus Tuberkulosis
(Irina C5) Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal E-Biomedik,
4(1). Https://Doi.Org/10.35790/Ebm.4.1.2016.11247
Wulandari, K., & Wahyudin, D. (2018). Sanitasi Rumah Sakit. In Kementerian
Kesehatan Ri (Tahun 2018). Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan : Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.