Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Mutiara Ners, 1-7

MOTIVASI DAN SIKAP PERAWAT RUANGAN TERHADAP


KEPATUHAN HAND HYGIENE DI RSI IBNU SINA PEKAN BARU

Fitra Mayenti1, Otrina2, Sumandar3


1
Program Studi Keperawatan, STIKes Al Insyirah Pekanbaru
Email: fitramayenti@gmail.com
2
Program Studi Keperawatan, STIKes Al Insyirah Pekanbaru
Email: otrina33@gmail.com
3
Program Studi Keperawatan, STIKes Al Insyirah Pekanbaru
Email: sumandar.05mangiri@gmail.com

ABSTRACT

The Risk of Infection is problem among Hospitals in Indonesia, the increase occurs continously.
Nasocomial infection caused by multifactors, such as not hand hygiene before nursing
intervension.The research was conducted to assess the correlation between motivation and
Attitude of nurse toward obediently on hand hygiene as well as infusion of pasients in Ibnu Sina
Hospital Pekanbaru. The research was used descriptf correlation with cross sectional approach.
The participants were 77 participants were selected using purposive sampling. Data were
analyzed by univariat and bivariate and using chi-square analyzed. The result showed that there
were correlation of motivation (p=0.006) and attitude (p=0,014). It is recommendation to
departemen of preventive and commite control in Ibnu Sina Hospital Pekanbaru can be active
give motivation among nurse.

Keywords: Motivation, Attitude, obediently of hand hygiene

1. PENDAHULUAN
World Health Organization tahun peningkatan dari tahun ke tahun. Penelitian
2009 mengemukan global patient safety yang dilakukan oleh WHO menunjukkan
challenge dengan Clean is safer care, yaitu bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari
pada pemberian pelayanan atau perawatan 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur
secara bersih untuk mewujudkan Tengah, asia tenggara dan fasifik
keselamatan pasien (patient safety). menunjukkan adanya infeksi nosokomial
Diantaranya dengan cara merumuskan dan untuk Asia Tenggara sebanyak 10%
inovasi strategi penerapan hand hygiene (WHO, 2009).
untuk petugas kesehatan dengan my five Infeksi nosokomial di Indonesia
moments for hand hygiene. Hand hygine dapat dilihat dari data surveilans yang
merupakan upaya dalam mencegah infeksi dilakukan oleh kementrian kesehatan RI
nasokomial. tahun 2013 di 10 RSU Pendidikan, diperoleh
Resiko infeksi nosokomial angka infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu
merupakan masalah penting di seluruh sebesar 6-16% dengan rata- rata 9,8%.
dunia, infeksi ini terus mengalami Infeksi nasokomial dapat terjadi karena

1
Jurnal Mutiara Ners Januari - Juni 2020, Vol.3 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-7

berbagai macam penyebab diantaranya tidak adalah proses yang secara mekanik
melaksanakan hand hygiene sebelum melepaskan kotoran dan debris dari kulit
melakukan tindakan keperawatan. dengan menggunakan sabun biasa dan air.
Pelaksanaan hand hygiene sering kali tidak Menurut Perry & Potter (2005), mencuci
terlaksana, karena tidak adanya dorongan tangan merupakan tehnik dasar yang paling
dari perawat pelaksana untuk melaksanakan penting dalam pencegahandan pengontrolan
protap yang ada pada rumah sakit dan infeksi. Mencuci tangan dilakukan sebelum
kurangnya kepatuhan.Kepatuhan adalah dan sesudah melaksanakan tindakan
seseorang melaksanakan suatu cara atau keperawatan. Pemakaian sarung tangan dan
berprilaku dengan apa yang disarankan atau alat pelindung diri dapat mengurangi mikro
dibebankan kepadanya sehingga perawat organisme yang ada di tangan sehingga
pelaksana diruangan dapat melaksanakan penyebaran infeksi dapat di kurangi.
tugas yang baik seperti melakukan hand Perawat di rumah sakit sangat
hygiene sebelum dan sesudah melakukan dianjurkan untuk melaksanakan cuci tangan
tindakan sebelum dan sesudah melakukan tindakan,
Beberapa penelitian terkait dengan oleh karena itu motivasi dan sikap perawat
hand hygiene yakni penelitian Quirina di sangat dibutuhkan dalam melaksanakan
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (2015) tindakan hand hygiene.
melaporkan bahwa pelaksanaan hand Sejalan dengan penelitian Sukriyadi
hygiene dalam kategori baik 97,5%, kategori di RSUD Kabupaten Sinjai (2013)
cukup 2,5%. Penelitian Elies Asih dan mengemukakan bahwa ada pengaruh antara
Sastra di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit motivasi dengan kepatuhan perawat dalam
Malang (2014) melaporkan bahwa bahwa pelaksanaan protap pemasangan infus.
pada 58 perawat didapat 135 kesempatan Penelitian Norci ruang rawat inap Puskemas
yaitu angka kepatuhan cuci tangan sebelum Lirung (2015) melaporkan bahwa sikap
kontak dengan pasien (4%), sebelum positif (64%) dengan kepatuhan (40%).
tindakan aseptik/invasive (pemasangan Motivasi juga dapat mempengaruhi
infus) (27%), setelah kontak dengan cairan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan
tubuh pasien (67%), sesudah kontak dengan asuhan keperawatan yang sesuai dengan
pasien (27%), setelah kontak dengan benda SPO (Kurniawati, 2014).
lingkungan sekitar pasien (56%). Rumah sakit islam Ibnu Sina
Infeksi nosokomial adalah infeksi Pekanbaru yang mempunyai Visi
yang terjadi di Rumah Sakit diakibatkan terwujudnya rumah sakit islam Ibnu Sina
karena ada transmisi organisme patogen Pekanbaru yang bermutu, islami dan dapat
yang didapat pasien dalam waktu 3 x 24 jam ditauladani, sedangkan Misinya yaitu
pertama masa hospitalisasi. Kegagalan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
melakukan kebersihan tangan dan kesehatan prima dan islami, melakukan manajemen
tangan yang tepat dianggap sebagai sebab peningkatan mutu terus menerus,
utama terjadinya infeksi nosokomial dan melaksanakan kerjasama dengan pihak
penyebaran multi resistensi di fasilitas terkait baik dalam maupun luar negeri,
pelayanan kesehatan dan telah diakui memotivasi kinerja karyawan melalui
sebagai kontributor yang penting terhadap peningkatan profesionalisme dan
timbulnya wabah. (Maryunani, 2011). penghasilan pegawai. Rumah sakit islam
Hand hygiene merupakan tahap awal Ibnu Sina Pekanbaru mempunyai jumlah
perawat dalam melaksanakan tindakan. perawat sebanyak 200 orang. Sedangkan
Menurut Depkes (2009), mencuci tangan nilai BOR RS 6 bulan terakhir adalah 73 %

2
Jurnal Mutiara Ners Januari 2020, Vol.3 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-7

dan angka kejadian Phlebitis sebanyak 24,3 (3) tahapan pengumpulan kuesioner: peneliti
%, (standarnya adalah 15%). memeriksa kembali pengisian kuesioner dan
Studi pendahuluan yang dilakukan meminta responden melengkapi lembar
oleh peneliti dengan cara observasi dan kuesioner apabila belum lengkap.
wawancara di ruang rawat inap rumah sakit Populasi pada penelitian ini adalah
islam Ibnu Sina Pekanbaru Pada tanggal 16 perawat ruang rawat inap rumah sakit islam
Juli 2016 Terhadap 10 Perawat Pelaksana ibnu sina pekanbaru. Teknik pengambilan
adalah 4 orang perawat tidak melaksanakan sampel dalam penelitian ini adalah
hand hygiene sebelum tindakan pemasangan Purposive Sampling. Sampel yang diambil
infus dengan alasan banyak pasien, 3 orang sebanyak 77 berdasarkan proporsi jumlah
perawat tidak melaksanakan hand hygiene responden yang ada diruang rawat inap,
sebelum tindakan pemasangan infus dengan kriteria inklusi adalah perawat yang
dikarenakan perawat ingin cepat selesai bersedia menjadi responden dan bekerja d
melakukan tindakan, 1 orang langsung ruangan Rawat Inap RSI Ibnu Sina
memasang handscoen, hanya ada 2 orang Pekanbaru sedangkan kriteria eklusi dalam
perawat yang melaksanakan hand hygiene penelitian ini adalah perawat ruangan rawat
sebelum tindakan pemasangan infus. inap yang sedang cuti/sakit
Berdasarkan uraian latar belakang Analisa yang digunakan adalah
diatas maka peneliti tertarik untuk univariat dan bivariat. Pada analisa
melakukan penelitian mengenai “Hubungan univariat digunakan untuk mengetahui
motivasi dan sikap perawat ruangan distribusi frekuensi, sedangkan bivariat
terhadap kepatuhan hand hygiene pada menggunakan analisa Chi-square untuk
pemasangan infus di Rumah Sakit Ibnu Sina melihat hubungan antara data kategorik
Pekanbaru. dengan kategorik.

2. METODE PENELITIAN 3. HASIL

Penelitian ini menggunakan desain Tabel 1. Distribusi Frekuensi Motivasi


penelitian deskriptif corelation dengan Perawat Ruangan Rawat Inap dengan
pendekatan cross sectional. Intstrumen Kepatuhan Hand Hygiene pada
yang digunakan dalam penelitian ini pemasangan infus
kuesioner dan lembar obervasi.
Pengumpulan data dilakukan tiga No. Motivasi f (%)
tahapan,(1) tahapan persiapan: pengurusan 1. Tinggi 45 58,4
izin penelitian di STIKes Al Insyirah 2. Rendah 32 41,5
Pekanbaru dan RSI Ibnu Sina Pekanbaru, (2) Jumlah 77 100
tahapan pelaksanaan: mengunjungi
responden menjelaskan tujuan kepada Berdasarkan table 1 menunjukkan
responden, menjamin kerahasian responden bahwa mayoritas motivasi responden tinggi
dan menandatangani lembar pesetujuan sebanyak 45 responden (58,4%).
responen. Menyebarkan kuesioner dan
menjelaskan cara pengisiannya, peneliti
memberikan selang waktu beberapa jam atau
satu hari kepada responden untuk mengisi
kuesioner.

3
Jurnal Mutiara Ners Januari 2020, Vol.3 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-7

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sikap Perawat melakukan hand hygiene lebih tinggi
Ruangan Rawat Inap dengan dibandingkan dengan yang tidak patuh
Kepatuhan Hand Hygiene pada (71,9% : 28,1%)
pemasangan infus Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa nilai p value = 0,006 < α= 0,05
No. Sikap f (%) artinya ada hubungan yang signifikan antara
1. Baik 54 70 motivasi perawat ruangan rawat inap dengan
2. Cukup 23 30 kepatuhan hand hygine.
Jumlah 77 100
Tabel 5. Hubungan Sikap Perawat Ruangan
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan Rawat Inap dengan Kepatuhan Hand
bahwa mayoritas sikap responden tinggi Hygiene pada Pemasangan Infus
sebanyak 54 responden (70%).
Sikap Kepatuhan Hand P
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Hygiene
Patuh Tidak
Perawat Ruangan Rawat Inap dengan
f % F %
Hand Hygiene pada pemasangan
Tinggi 50 93 4 7 0,014
infus Rendah 16 70 7 30
Total 66 86 11 14
No. Kepatuhan f (%)
1. Patuh 66 86 Berdasarkan tabel 5 menunjukkan
2. Tidak Patuh 11 14 dari 77 responden yang sikap tinggi, patuh
Jumlah 77 100 dalam melakukan hand hygiene lebih tinggi
dibandingkan dengan yang tidak patuh (93%
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan :7%) sedangkan responden dengan sikap
bahwa mayoritas responden sudah patuh rendah patuh dalam melakukan hand
sebanyak 66 responden (86%). hygiene lebih tinggi dibandingkan dengan
yang tidak patuh (70% : 30%).
Tabel 4. Hubungan Motivasi Perawat Hasil uji statistik menunjukkan
Ruangan Rawat Inap dengan Kepatuhan bahwa nilai p value = 0,014 < α = 0,05
Hand Hygiene pada Pemasangan artinya ada hubungan yang signifikan antara
sikap perawat ruangan rawat inap dengan
Moti Kepatuhan Hand P kepatuhan hand hygiene.
vasi Hygiene
Patuh Tidak 4. PEMBAHASAN
f % f %
Tinggi 43 95,6 2 4,4 0,006 a. Hubungan motivasi dengan
Rendah 23 71,9 9 28,1 kepatuhan perawat ruangan rawat
Total 66 87,5 11 32,5 inap terhadap hand hygiene pada
pemasangan infus
Berdasarkan table menunjukkan dari
77 responden yang mempunyai motivasi Hasil Penelitian menyatakan ada
tinggi patuh dalam melakukan hand hygiene hubungan yang signifikan antara motivasi
lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak perawat terhadap kepatuhan perawat dalam
patuh (95,6% : 4,4 %) sedangkan responden melakukan hand hygiene pada pemasangan
yang motivasi rendah patuh dalam infus (p=0,003; α=0,05).

4
Jurnal Mutiara Ners Januari 2020, Vol.3 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-7

Motivasi adalah dorongan untuk b. Hubungan sikap dengan kepatuhan


melakukan hal yang positif bagi dirinya dan perawat ruangan rawat inap dengan
orang lain. Motivasi adalah penggerak hand hygiene pada pemasangan infus
tingkah laku kearah suatu tujuan dengan
didasari adanya suatu kebutuhan yang yang Hasil Penelitian menyatakan ada
dapat timbul dari dalam individu tersebut, hubungan yang signifikan antara sikap
atau dapat diperoleh dari luar dan dorongan perawat terhadap kepatuhan perawat
orang lain/keluarga (Azwar, 2005). (p=0,014; α=0,05). Hal ini didukung oleh
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Friska (2012)
penelitian Quirina (2015) dengan hasil yang menyatakan ada hubungan yang sangat
penelitian ditemukan bahwa ada hubungan signifikan antara sikap dengan kepatuhan
yang bermakna antara motivasi dengan meminum obat anti tuberculosis pada pasien
kepatuhan perawat dalam praktik hand tuberculosis (p value 0,0005< 0,05).
hygiene di Ruang Cendana RSUP Dr. Sikap individu merupakan bagian
Sardjito Yogyakarta ( p value =0,000). dari reaksi individu terhadap rangsangan
Hasil penelitian ini diperkuat dengan yang tidak dapat di amati secara langsung
penelitian yang dilakukan oleh Susianti oleh individu. Sehingga sikap lebih sering
(2013) yang menyatakan bahwa ada disebut sebagai respon tertutup individu.
hubungan yang bermakna antara motivasi Setiap individu memiliki sikap yang
dengan kepatuhan perawat dalam melakukan berbeda-beda satu sama lain. Individu
Save Lives Clean Your Hands( p value = memiliki sikap yang positif ketika individu
0,009 ). merasa senang dan mampu menempatkan
Hal ini menunjukkan bahwa hasil dirinya pada tingkatan sikap yang ada.
penelitian ini mendukung hasil penelitian Notoatmodjo (2007) menjelaskan
yang dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian bahwa sikap pada individu terdiri dari empat
ini sejalan antara teori motivasi dengan tingkatan yaitu menerima, merespon,
kenyataan dilapangan, sebagaimana yang menghargai dan bertanggung jawab.
diungkapkan oleh Sondang (2012) Metode pengukuran sikap diantaranya :
mengemukan bahwa motivasi adalah observasi prilaku, pertanyaan langsung,
dorongan. Setiap tindakan yang dilakukan pengungkapan langsung, skala sikap,
oleh manusia selalu dimulai dengan pengukuran terselubung (Azwar, 2005).
motivasi. Maulana (2009) menyebutkan sikap
Peneliti berasumsi Semakin tinggi tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan
dorongan motivasi perawatakan memiliki dibentuk berdasarkan pengalaman dan
semangat tinggi dalam melaksanakan tugas latihan sepanjang perkembangan
yang dibebankan kepadanya. Tanpa ada individu.Sebagai makhluk sosial, manusia
motivasi dari diri merekamaka tidak akan tidak lepas dari pengaruh interaksi dengan
dapat memenuhi standar dalam bekerja atau orang lain (eksternal). Faktor internal yang
bahkan dibawah standar karena apa yang mempengaruhi sikap seseorang adalah
menjadi motivasi perawat dalam bekerja faktor fisiologis (lapar, haus dan sakit)
adalah dorongan dari dirinya sendiri dan sedangkan faktor eksternal yang
adanya pantauan serta arahan dari Komite mempengaruhi sikap terdiri dari
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dan pengalaman, norma, situasi, hambatan dan
Manajemen RSI Ibnu Sina Pekanbaru pendorong. Kedua faktor tersebut
berpengaruh terhadap sikap.

5
Jurnal Mutiara Ners Januari - Juni 2020, Vol.3 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-7

Peneliti berasumsi semakin bagus kecamatan jati negara. Skripsi. Ilmu


sikap seseorang semakin tinggi nilai sikap Kebidanan. Stikes Medistra
dimilikinya sehubungan adanya dorongan Indonesia Skripsi. Ilmu Kebidanan.
dan pengalaman ketika berinteraksi dengan Jakarta.
lingkungannya dan didalam situasi
tertentu,walaupun situasi tersebut tidak Hamzah. (2008). Teori motivasi dan
diharapkan pengukurannya analisis di bidang
pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
5. SIMPULAN
Ada hubungan yang signifikan antara Hasibuan. (2012). Manajemen Sumber Daya
motivasi perawat terhadap kepatuhan hand Manusia. Jakarta : PT.Bumi.Aksara
hygiene pada pemasangan infus di RSI Ibnu
Sina Pekanbaru (p value 0,006 ; α = 0.05). Hidayat. A.A.A.( 2008). Pengantar Konsep
Ada hubungan yang signifikan antara sikap Dasar Keperawatan. Jakarta:
perawat terhadap kepatuhan hand hygiene Salemba Medika
pada pemasangan infus di RSI Ibnu Sina
Pekanbaru (p value 0,014 ; α = 0.05) Hidayat. A.,A.,A.A., (2011). Metode
penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba
6. REFERENSI Medika

Azwar. (2005). Sikap manusia : teori dan Imron.(2010). Metodologi penelitian bidang
Pengukurannya. Jogjakarta: Pustaka kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.
Pelajar.
Ivancevich et al. 2007. Perilaku Dan
Depkes RI (2004). Sistem Kesehatan Manajemen Organisasi, Jilid 1,
nasional. Jakarta. Jakarta : Erlangga

Depkes RI (2008). Millenium Development Ivancevich et al. (2007). Perilaku Dan


Goal: Jakarta. Manajemen Organisasi, Jilid 1,
Jakarta : Erlangga
Depkes RI (2009). Millenium Development
Goal: Jakarta. Pedoman Manajerial Luknis. (2014). Statistik kesehatan. Edisi I.
Pencegahan dan Pengendalian Jakarta: Rajawali Pers.
Infeksi Di Rumah Sakit dan fasilitas
Kesehatan lainnya: Jakarta. Maryunani A. (2011). Keterampilan Dasar
Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta:
Elies. Asih & Sastra. (2014). . Penerapan CV Trans
Hand Hygiene Perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal Maulana. (2009). Promosi Kesehatan.
Kedokteran Brawijaya. Vol. 28, Jakarta: EGC
Suplemen No.1.
Melfa. (2011). Kepatuhan hand hygiene di
Friska. (2012). Hubungan Pengetahuan dan RumahSakit Immanuel Bandung.
Sikap dengan Kepatuhan minum obat Skripsi. Ilmu Keperawatan.
anti tuberculosis pada pasien Universitas Padjadjaran.
tuberculosis paru di puskesmas

6
Jurnal Mutiara Ners Januari 2020, Vol.3 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-7

Notoatmodjo., S. (2008).Promosi Kesehatan Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset


dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Keperawatan,. Yokyakarta : Graha
Cipta Ilmu

Norci. (2015). Hubungan Pengetahuan dan Sondang. (2012). Teori motivasi dan
Sikap Perawat dengan Kepatuhan aplikasinya. Jakarta : RinekaCipta.
Mencuci Tangan Pada Tindakan
Pemasangan Infus di Ruang Rawat Suarli., S & Bachtiar. (2009). Manajemen
Inap Puskesmas Lirung. Skripsi. Keperawatan dengan Pendekatan
Ilmu Keperawatan. Universitas Praktik. Jakarta: Erlangga
Sariputra Indonesia Tomohon.
Sugiyono. (2010). Statistika untuk
Notoatmodjo., S. (2010). Metode penelitian penelitian. Bandung : Alfabeta.
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukriyadi. (2013). Faktor-Faktor yang
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi kesehatan mempengaruhi kepatuhan perawat
teori & aplikasi. Edisi Revisi 2010. dalam pelaksanaan protap
Jakarta : Jakarta. pemasangan dan irigasi kateter
uretra di ruang Rawat Inap RSUD
Notoatmojo.,S.(2012).Metodologi Penelitian Kabupaten Sinjai. Skripsi, Jurnal
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Keperawatan

Nursalam dan Ninuk. (2007). Asuhan Suryoputri. (2011). Perbedaan angka


Keperawatan pada pasien Terinfeksi. kepatuhan cuci tangan petugas
Jakarta : Salemba Medika kesehatan di RSUP DR. Kariadi.
Skripsi. Ilmu Kedokteran. Fakultas
Perry dan Potter.(2005). Buku Ajar Kedokteran UNDIP
Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan praktik, cetakan V. Susianti. (2013). Hubungan motivasi dengan
Jakarta : EGC kepatuhan perawat dalam
menerapkan program save live your
Quirina. 2015. Hubungan Motivasi Dengan hands di RSU PKU Muhammadiyah
Kepatuhan Perawat Dalam Praktik Yogyakarta Unit II. Skripsi tidak
Hand Hygiene di Ruang Cendana dipublikasikan. Ilmu Keperawatan.
Irna I RSUP Dr. Sardjito. STIKES Aisyiyah Yogyakarta.
Skripsi.IlmuKeperawatan. STIKES
AisyiyahYogyakarta. World Health Organization. (2005). The
stratment of diarrhea: a manual for
Saam & Wahyuni. (2012). Psikologi phisicansand other senior health
keperawatan. Jakarta : Raja workers. Geneva: WHO press.
Gravindo Persada
World Health Organization (2009)..WHO
Sastroasmoro, S., Ismael, S. (2014). Dasar- Guidelines on Hand Hygiene in
dasar metodologi penelitian klinis. Health Care. Geneva: WHO.
Edisi Kelima. Jakarta: Sugeng Seto.

7
Jurnal Mutiara Ners Januari 2020, Vol.3 No.1

Anda mungkin juga menyukai