Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP JIWA DENGAN KASUS

ISOLASI SOSIAL
A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2018).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2019).
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang
diterima sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau
mengancam (Wilkinson, 2017).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend,
2016). Atau suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya,
pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2017). Menarik diri merupakan
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain ( Pawlin, 2013 dikutip Budi Kelliat, 2014). Faktor
perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya
perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat, 2011).
B. Etiologi
1. Perkembangan hubungan sosial.
Kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial berkembang sesuai dengan
proses tumbuh kembang. Mulai usia bayi sampai dengan dewasa lanjut untuk
dapat mengembangkan hubungan sosial yang positif. Diharapkan setiap
tahapan perkembangan dapat dilalui dengan sukses. Kemampuan berperan
serta dalam proses hubungan diawali dengan kemampuan tergantung pada
masa bayi dan berkembang pada masa dewasa dengan kemampuan saling
tergantung, mengenal tahap perkembangan tersebut akan diuraikan secara
rinci setiap tahap perkembangan ( Ermawati 2009).
2. Faktor predisposisi.
a. Faktor perkembangan
Kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial berkembang sesuai
dengan proses tumbuh kembang. Mulai usia bayi sampai dengan dewasa
lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan sosial yang positif.
Diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat dilalui dengan
sukses.Sistem keluarga yang tergantung.Dapat berperan dalam
perkembangan respons social maladaptif (Prabowo 2009, h 6).
b. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptif menurut
( Stuart 2006, h 279 ). Terjadinya penyakit jiwa pada individu juga
dipengaruhi oleh keluarganya disbanding dengan individu yang tidak
mempunyai riwayat penyakit terkait.
c. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini
akibat dari transiensi: norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap
orang lain atau tidak menghargai anggota masyarakat yang kurang
produktif seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, penderita kronis. Isolasi
dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang
berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas ( Stuart 2006, h 280 ).
d. Faktor dalam keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam
gangguan berhubungan, bila keluarga hanya mengiformasikan hal –hal
yang negatif akan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.
Adanya dua pesan yang bertentangan disampaikan pada saat yang
bersamaan, mengakibatkan anak menjadi traumatik dan enggan
berkomunikasi dengan orang lain ( Ermawati 2009, h 7 ).
3. Faktor presipitasi
a. Stress sosiokultural
Stress dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga
dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat dirumah
sakit ( Prabowo 2014, h 111 ).
b. Stresor psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya.Tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi
( Ermawati 2009, h 7 ).
C. Proses Terjadinya
Individu yang mengalami Isolasi Sosial sering kali beranggapan bahwa
sumber/penyebab Isolasi sosial itu berasal dari lingkunganya. Padahalnya
rangsangan primer adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik
terhadap kejadian traumatik sehubungan rasa bersalah, marah, sepi dan takut
dengan orang yang dicintai, tidak dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat
mengancam harga diri (self estreem) dan kebutuhan keluarga dapat
meningkatkan kecemasan.
Untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan ansietas
diperlukan suatu mekanisme koping yang adekuat. Sumber-sumber koping
meliputi ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah, tekhnik pertahanan,
dukungan sosial dan motivasi. Sumber koping sebagai model ekonomi dapat
membantu seseorang mengintregrasikan pengalaman yang menimbulkan stress
dan mengadopsi strategi koping yang berhasil. Semua orang walaupun terganggu
prilakunya tetap mempunyai beberapa kelebihan personal yang mungkin
meliputi: aktivitas keluarga, hobi, seni, kesehatan dan perawatan diri, pekerjaan
kecerdasan dan hubungan interpersonal.
Dukungan sosial dari peningkatan respon psikofisiologis yang adaptif,
motifasi berasal dari dukungan keluarga ataupun individu sendiri sangat penting
untuk meningkatkan kepercayaan diri pada individu (Stuart & Sundeen, 1998)
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial : menarik diri
menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
1. Gejala Subjektif
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Respon verbal kurang atau singkat
d. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
g. Klien merasa tidak berguna
h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
i. Klien merasa ditolak
2. Gejala Objektif
a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
b. Tidak mengikuti kegiatan
c. Banyak berdiam diri di kamar
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat
e. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
f. Kontak mata kurang
g. Kurang spontan
h. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
i. Ekpresi wajah kurang berseri
j. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
k. Mengisolasi diri
l. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
m. Memasukan makanan dan minuman terganggu
n. Retensi urine dan feses
o. Aktifitas menurun
p. Kurang enenrgi (tenaga)
q. Rendah diri
r. Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada posisi
tidur).
E. Akibat
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3. Gangguan hubungan sosial
4. Percaya diri kurang
5. Mencederai diri
6. Tanda dan Gejala
7. Rambut botak karena terapi
8. Mengkritik/menyalahkan diri sendiri
9. Menarik diri
10. Sukar mengambil keputusan
11. Akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien akan mengakiri kehidupannya.
F. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah usaha mengatasi kecemasan yang merupakan
suatu kesepian nyata yang mengacam dirinya, kecemasa koping yang sering yang
digunakan adalah regras dan isolasi (Fairly,2018).
G. Penatalaksanaan
Menurut Yusuf ( 2015) Penatalakasanaan pada pasien skizofrenia dapat
diberikan dengan pemberian terapi yang diberikan secara komperehensif sesuai
dengan tanda gejala dan penyebab terjadinya penyakit. Pengalaman terapis akan
menentukan pilihan alternatif yang tepat, dan sering merupakan kombinasi antara
satu terapi dengan lainya. Beberapa alternatif terapi yang dapat diberikan antara
lain dengan pendekatan farmakologi psikososial , rehabilitasi dan program
intervensi keluarga. (Henry, 2020)
1. Terapi Farmakologi
Pada pendekatan farmakologis, penderita skizofrenia biasanya diberikan
obat anti psikotik. Antipsikotik juga dikenal sebagai penenang mayor atau
neuroleptic. Pengobatan antipsikotik membantu mengendalikan perilaku
skizofrenia yang mencolok dan mengurangi kebutuhan untuk perawatan
rumah sakit jangka panjang apabila dikonsumsi pada saat pemeliharaanatau
secara teratur setelah episode akut. Prinsip pemberian farmakoterapi pada
skiofrenia adalah “start low, go slow” dimulai dengan dosis rendah
ditingkatkan sampai dosis noptimal kemudian diturunkan perlahan untuk
pemeliharaan. Berikut adalah sediaan antipsikotik yang sering diberikan.
Pemberian antipsikotik dilakukan melalui 3 tahapan dosis, initial, optimal dan
maintenance. Dosis optimal dipertahankan sampai 1-2 tahun. Dosis
maintenance diturunkan perlahan sampai mencapai dosis terkecil yang mampu
Tabel Dosis Pemberian Psikofarmaka
Haloperidol • Sediaan : tablet (0,5mg-1,5mg-2mg5mg), injeksi
(Haldol, Lodomer (ampul, 1cc-5mg, im/iv), tetes/oral solution (30ml,
dll) dosis : 1 cc-2mg). injeksi long acting (50mg/cc/4
minggu).
• Dosis initial : 5 mg/hari, 2x sehari.
• Dosis optimal : 5-15mg/hari, 2-3x hari.
Chlorpromazine • Sediaan : tablet (25mg, 100mg), injeksi (50mg/2ml,
(Largactil, im).
Cepezet) • Dosis initial : 100-150mg/hari, sehari 1-2x
• Dosis optimal : 150-600mg/hari, sehari 2-3x.
Trifluoperazine • Sediaan : tablet (1mg, 5mg). • Dosis initial : 5mg,
(Stelazine) dosis optimal : 10-15 mg/hari, 2-3x sehari.

2. Terapi psikososial
Salah satu dampak yang terjadi pada penderita skiofrenia adalah
menjalin hubungan sosial yang sulit. Hal ini dikarenakan skizofrenia merusak
fungsi sosial penderitanya. Untuk mengatasi hal tersebut, penderita diberikan
terapi psikososial yang bertujuan agar dapat kembali beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya, mampu merawat diri sendiri, tidak bergantung pada
orang lain.
3. Rehabilitasi
Program rehabilitasi biasanya diberikan di bagian lain rumah sakit jiwa
yang dikhususkan untuk rehabilitasi. Terdapat banyak kegiatan, diantaranya
terapi okupasional yang meliputi kegiatan membuat kerajinan tangan,
melukis, menyanyi, dan lain-lain. Pada umumnya program rehabilitasi ini
berlangsung 3-6 bulan
4. Program intervensi keluarga
Intervensi keluarga mempunyai banyak variasi namun pada umumnya
intervensi yang dilakukan difokuskan pada aspek praktis dari kehidupan
sehari-hari, mendidik anggota keluarga tentang skizofrenia, mengajarkan
bagaimana cara berhubungan dengan cara yang tidak terlalu frontal terhadap
anggota keluarga yang menderita skiofrenia, meningkatkan komunikasi dalam
keluarga, dan memacu pemecahan masalah dan keterampilan koping yang
baik.
H. Pohon Masalah
Resiko gangguan sensori persepsi halusinasi

Isolasi sosial Defisit Perawatan Diri

Mekanisme Koping Tidak Efektif

Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah


I. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial
J. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Tindakan Keperawatan untuk klien
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menyadari penyebab isolasi sosial
c. Mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
d. Melakukan interaksi dengan orang lain
2. Tindakan Keperawatan untuk keluarga
a. Keluarga mengetahui masalah isolasi sosial dan dampaknya pada klien
b. Keluarga mengetahui penyebab isolasi sosial
c. Sikap keluarga untuk membantu klien mengatasi isolasi sosial
d. Keluarga mengetahui pengobatan yang benar untuk klien.
e. Keluarga mengetahui tempat rujukan dan fasilitas kesehatan yang tersedia
bagi klien.
K. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi klien
Klien menghindar dari orang lain dan perawat, komunikasi kurang, tidak
ada kontak mata, menolak hubungan dengan orang lain atau perawat,
tanpak sedih.
b. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial : Menarik diri
c. Tujuan Khusus
1) Membina hubungan saling percaya
2) Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
3) Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri
d. Tindakan Keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
a) Beri salam setiap berinteraksi.
b) Perkenalkan nama,nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
c) Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
d) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
e) Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
f) Dengarkan denganpenuh perhatian ekspresi perasaan klien.
2) Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
3) Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan social dan
kerugian menarik diri

2. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan


a. SP 1 Pasien :
Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal
penyebab isolasi sosial, membantu pasein mengenal keuntungan
berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan
mengajarkan pasien berkenalan.
b. SP 2 Pasien :
Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan
orang pertama [perawat])
c. SP 3 Pasien :
Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang
kedua-seorang pasien)
d. SP 1 Keluarga :
Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai masalah
isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien isolasi
sosial. Peragakan kepada pasangan Anda.

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA ISOLASI SOSIAL PADA Tn.S DENGAN


DI RUMAH SAKIT JIWA KOTA KENDARI
TAHUN 2021
Ruang rawat : UGD Tanggal dirawat : 24 September 2021
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 35 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Kendari
Status : Belum menikah
Tgl Pengkajian : 24 September 2021
Informen : Pasien

2. Alasan Masuk Rumah Sakit


Pasien mengatakan sebelumnya dirumah berkelahi dengan temannya
karena masalah pribadi, kemudian dirumah klien mengatakan suka
mengamuk, jika mengamuk klien suka banting-banting barang yang
disekitarnya. Pada tanggal 24 September 2021klien dibawa ke Rumah Sakit
Jiwa Kendari oleh ayah dan kakak laki-laki kandungnya. Pada saat
pengkajian klien mengatakan sudah tidak ingin marah lagi, pasien suka
menyendiri.

3. Faktor Predisposisi
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Pasien mengatakan sudah dua kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa Kendari
pada tahun 2020.
b. Pengobatan sebelumnya ?
Klien mengatakan malas untuk minum obat, klien mengakui bahwa obat
tersebut tidak diminum melainkan diletakkan tas. Alasan klien tidak
mau minum obat karena tidak ada dukungan dan pengawasan dari
keluarganya.
c. Aniaya fisik : klien sering dipukul oleh temannya.
d. Aniaya seksual : klien mengatakan tidak pernah alami aniaya seksual
e. Penolakan : tidak ada dukungan dan pengawasan dari keluarganya.
f. Kekerasan dalam keluarga : Pasien mengatakan pada saat dirumah
sering mengamuk, ketika mengamuk klien membanting barang yang
ada disekitarnya,
g. Tindakan criminal : klien sering dipukul oleh temannya.
h. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : Klien mengatakan
tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
i. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : ibu pasien
meninggal 3 tahun yang lalu, kakak klien meninggal 2 tahun yang lalu.
4. Pemeriksaan Fisik
a. TTV : TD : 120/80mmHg, N : 82 x/menit, RR : 24 x/menit, S : 36 OC.
b. Ukuran : BB : 55 kg, TB : 160 cm
c. Keluhan Fisik : klien mengatakan tidak mengalami keluhan fisik

5. Psikososial
a. Genogram
= Meninggal

= Laki-laki

= Perempuan

= Pasien

= Hubungan pernikahan

Keterangan :
Klien lahir dari seorang ibu dan ayahnya, memiliki saudara
kandung 7. Saudara pertama dan kedua laki-laki, ketiga, keempat dan
kelima perempuan, keenam laki-laki dan sudah meninggal, pasien
merupakan anak ke 7. Sejak kecil klien diasuh oleh kedua orang tuanya.
Jika ada masalah klien selalu menceritakan pada ibunya, namun sejak
ibunya meninggal klien lebih suka memendam masalahnya sendiri.
b. Konsep Diri
1) Citra Diri Klien mengatakan menyukai seluruh tubuhnya serta
semua anggota tubuhnya karena berfungsi dengan baik.
2) Identitas Diri Klien berjenis kelamin laki-laki, berusia 35 tahun,
dan belum menikah. Pasien puas dengan jenis kelaminnya.
3) Peran Diri
Klien berperan sebagai anak ke 7 (anak ragil). Klien bekerja
sebagai buruh dan klien tidak puas dengan pekerjaannya, namun
klien tidak bisa berbuat apa-apa.
4) Ideal Diri Klien mengatakan ingin cepat sembuh, mendapatkan
kehidupan yang lebih baik dan diterima oleh masyarakat.
5) Harga Diri Klien mengatakan malu, minder dan merasa bersalah
ketika ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk ibunya.
c. Hubungan Sosial Klien mengatakan dirumah dekat dengan ibunya,
namun semenjak ibunya meninggal klien lebih suka menyendiri.
Dirumah sakit klien mengatakan lebih nyaman sendiri, klien tampak
jarang kumpul dengan teman-temannya. Dari hasil observasi perilaku
klien lebih suka duduk diatas tempat tidur sendiri, daripada kumpul
dengan teman-temannya.
d. Spiritual dan Religi Klien mengatakan baragama islam, namun klien
jarang sholat 5 waktu.
6. Status Mental
a. Penampilan fisik : klien berpenampilan rapi, bersih, rambut rapi,
menggunakan pakaian yang telah ditentukan di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta.
b. Pembicaraan : klien berbicara seperlunya, bicara lambat dan singkat.
Alam perasaan, sedih, rasa bersalah, rasa tidak berguna, putus asa,
murung, suka menyendiri.
c. Afek : afek klien tumpul
d. Interaksi selama wawancara : kontak mata klien tidak ada, kooperatif,
klien menceritakan perasaannya.
e. Persepsi : klien tidak mengalami ilusi maupun halusinasi.
f. Proses pikir klien : sirkumtansial
g. isi pikir klien : memiliki ide bunuh diri, rasa bersalah yang berlebihan,
klien mengatakan sering diejek oleh masyarakat.
h. Tingkat kesadaran klien : baik dan konsentrasi berhitung klien baik.
i. Memory : klien mampu mengingat dengan baik, klien mampu
mengingat kapan pertama kali disini walau hanya tahunnya, dan tau
siapa yang membawa kesini
7. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan/minum : klien tidak pernah makan nasi, hanya makan sayur dan
lauk, klien mengatakan tidak suka dengan nasi, klien makan
menggunakan sendok, klien selalu membersihkan alat makan dan klien
minum air putih.
b. BAB dan BAK : klien di toilet, membersihkan wc, membersihkan diri
dan merapihkan pakaian. Klien mandi 2x sehari, menyikat gigi, cuci
rambut secara mandiri. Klien mampu memilih dan mengenakan
pakaian dengan baik, klien ganti baju 1x sehari, klien menggunakan
alas kaki.
c. Istirahat dan tidur : klien mengatakan tidur malam jam 21.00 wib,
bangun jam 05.00 wib, siang hari kadang-kadang tidur, tidak ada
persiapan sebelum tidur, klien melakukan aktivitas setelah bangun tidur
seperti merapihkan tempat tidur.
d. Penggunaan obat : klien minum obat 2x sehari pagi dan malam,
diberikan per oral
e. Kegiatan di dalam rumah, klien lebih suka berdiam diri di kamar,
kadang menyapu lantai. Kegiatan di luar rumah, klien mengatakan
kerja sebagai tukang parkir, menjadi anggota karang taruna dan suka
bermain voli.

8. Mekanisme Koping
Klien yang adaptif selama dirumah yaitu bekerja, menceritakan masalah
dengan ibunya, dan olahraga. Sedangkan mekanisme koping yang
maladaptif selama dirumah didapatkan data yaitu melamun, menyendiri,
marah-marah, ngamuk, merusak barang disekitarnya, dan pergi dari
masalah.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Pasien mengatakan jarang atau tidak pernah keluar rumah, dan bertemu
dengan tetangganya karena masyarakat selalu mengejek pasien dan pasien
mengatakan sudah sering mendengar ejekan masyarakat.
10. Aspek medik
Diagnosa medis : Skizofrenia Tak Terinci (F 20.3)
Terapi medik : Risperidone 2 x 2 mg dan Trihexyphenidyl 2 x 2 mg.
11. Daftar Masalah Keperawatan

No Data Masalah
1. DS : Isolasi Sosial : Menarik
1. Klien mengatakan sejak SD kelas 3 Diri
lebih nyaman menyendiri.
2. Klien mengatakan jika ada masalah
selalu diam.
3. Klien mengatakan tidak mempunyai
banyak teman.
DO :
1. Klien tampak menyendiri
2. Frekuensi suara lambat dan pelan.
3. Bicara sedikit dan singkat
4. Menjawab pertanyaan seadanya saja
5. Tidak ada kontak mata
6. Tampak tidak mau bergabung dengan
teman-temannya
2. DS : Gangguan konsep diri :
1. Klien mengatakan hidupnya tidak Harga Diri Rendah
berguna.
2. Klien mengatakan merasa bersalah
tidak bisa melakukan apa-apa untuk
ibunya.
3. Klien mengatakan pernah melakukan
percobaan bunuh diri sebanyak 3x.
DO :
1. Klien tampak sedih
2. Murung
3. Mengungkapkan malu atau minder
untuk bergabung dengan teman-
temannya.
4. Klien lebih suka menyendiri
5. Aktivitas klien hanya duduk diatas
tempat tidur dan melamun

12. Pohon Masalah


Resiko Perilaku Kekerasan Akibat

Isolasi Sosial (Core Problem)

Sejak SD kelas 3 lebih nyaman untuk menyendiri


Sering diejek oleh masyarakat Penyebab
Merasa bersalah ketika tidak bisa melakukan apa-apa
untuk ibunya

B. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial : Menarik Diri
2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawata Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
n
Isolasi Pasien mampu Setelah dilakukan Psikoterapeutik klien
Sosial : berinteraksi tindakan keperawatan SP 1
Menarik Diri dengan orang selama 4x pertemuan 1. Bina hubungan saling
lain baik secara diharapkan klien dapat percaya.
individu berinteraksi dengan 2. Identifikasi penyebab
maupun orang lain baik secara isolasi sosial.
berkelompok individu maupun 3. Diskusikan bersama
sesuai dengan berkelompok dengan klien tentang
strategi kriteria hasil : keuntungan dan
pelaksanaan 1. Klien dapat kerugian dalam
tindakan membina hubungan berinteraksi dan tidak
keperawatan saling percaya. berinteraksi dengan
2. Dapat menyebutkan orang lain.
penyebab isolasi 4. Ajarkan klien cara
sosial. berkenalan dengan satu
3. Dapat menyebutkan orang.
keuntungan 5. Anjurkan pada pasien
berhubungan dengan untuk memasukan
orang lain kegiatan berkenalan
4. Dapat menyebutkan dengan orang lain dalam
kerugian tidak jadwal kegiatan harian
berhubungan sengan dirumah.
orang lain. SP 2
5. Terlibat dalam 1. Evaluasi pelaksanaan
aktivitas sehari-hari dari jadwal kegiatan
harian klien.
2. Beri kesempatan pada
klien mempraktekan
cara berkenalan dengan
dua orang.
3. Ajarkan klien
berbincang-bincang
dengan dua orang
tentang topik tertentu.
4. Anjuran pada klien
untuk memasukan
kegiatan
berbincangbincang
dengan orang lain dalam
jadwal kegiatan harian
klien.
SP 3
1. Evaluasi pelaksanaan
dari jadwal kegiatan
harian klien.
2. Beri kesemapatan pada
klien mempraktekan
cara berkenalan dengan
4 orang.
3. Berikan reinforcement
positif
SP 4
1. Evaluasi pelaksanaan
dari jadwal kegiatan
harian klien.
2. Jelaskan tentang obat
yang diberikan (jenis,
dosis, waktu, manfaat,
dan efek samping obat).
3. Anjurkan pada klien
untuk bersosialisasi
dengan individu atau
kelompok.
4. Anjurkan klien
memasukan kegiatan
besosialisasi dalam
jadwal kegiatan harian
klien.
5. Berikan reinforcement
positif.

D. Implementasi

Hari/Tgl Dx Implementasi Respon


Jumat, 1 1. Membina hubungan saling
24 percaya dengan
September menggunakan komunikasi
2021 terapeutik.
2. Mengajarkan SP 1
a. Mengidentifikasi
penyebab isolasi sosial.
b. Mendiskusikan bersama
klien tentang keuntungan
dan kerugian dalam
berinteraksi dan tidak
berinteraksi dengan orang
lain.
c. Mengajarkan klien cara
berkenalan dengan satu
orang.
d. Memasukan dalam jadwal
latihan harian.
Sabtu, 1 1. Membina hubungan saling
25 percaya dengan
September menggunakan komunikasi
2021 terapeutik.
2. Mengajarkan SP 1
a. Mengidentifikasi
penyebab isolasi sosial.
b. Mendiskusikan bersama
klien tentang keuntungan
dan kerugian dalam
berinteraksi dan tidak
berinteraksi dengan orang
lain.
c. Mengajarkan klien cara
berkenalan dengan satu
orang.
d. Memasukan dalam jadwal
latihan harian.
Minggu, 1 1. Mengajarkan SP 2
26 a. Mengevaluasi pelaksanaan
September dari jadwal kegiatan
2021 harian klien.
b. Memberi kesempatan
pada klien mempraktekan
cara berkenalan dengan
dua orang.
c. Mengajarkan klien
berbincang-bincang
dengan dua orang tentang
topic tertentu.
d. Menganjurkan pada klien
untuk memasukan dalam
jadwal kegiatan harian.
Senin, 1 1. Mengajarkan SP 2
27 a. Mengevaluasi
September pelaksanaan dari jadwal
2021 kegiatan harian klien.
b. Memberi kesempatan
pada klien mempraktekan
cara berkenalan dengan
dua orang.
c. Mengajarkan klien
berbincang-bincang
dengan dua orang tentang
topic tertentu.
d. Menganjurkan pada klien
untuk memasukan dalam
jadwal kegiatan harian.

E. Evaluasi
Diagnosa
Hari/Tgl Evaluasi
Keperawatan
Jumat, Isolasi Sosial S:
24 - Klien mengatakan sejak SD kelas 3 lebih nyaman
September menyendiri.
2021 - Klien mengatakan jika ada masalah selalu diam.
- Klien mengatakan tidak mempunyai banyak teman.
O:
- Klien tampak menyendiri
- Frekuensi suara lambat dan pelan.
- Bicara sedikit dan singkat
- Menjawab pertanyaan seadanya saja
A:
- SP 1 belum tercapai. Pasien masih diam belum
mampu berkenalan dengan temantemannya.
P:
Perawat :
- Ulangi SP 1
- Edukasi cara berkenalan dengan 1 orang.
Klien :
- Motivasi klien untuk berkenalan dengan 1 orang.
Sabtu, Isolasi Sosial S:
25 - Klien mengatakan dari kelas 3 SD lebih nyaman
September menyendiri.
2021 - Pasien mengatakan perasaannya lebih baik setelah
berkenalan.
O:
- Pasien tampak berkenalan dengan 1 orang
- Pasien tampak lebih tenang.
A:
- SP 1 tercapai, pasien mampu berkenalan dengan
orang lain (1 orang)
P:
Perawat :
- Evaluasi SP 1
- Ajarkan SP 2
Klien :
- Motivasi klien untuk berkenalan
Minggu, Isolasi Sosial S:
26 - Klien mengatakan sudah mempunyai teman.
September - Klien mengatakan walaupun sudah punya teman
2021 masih suka menyendiri.

O:
- Pasien tampak bergabung dengan 1 atau 2 orang.
- Pasien tampak masih suka menyendiri.
A:
- SP 2 belum tercapai. Klien mampu berkenalan
dengan 2 orang namun klien masih suka
menyendiri.
P:
Perawat :
- Evaluasi SP 1
- Ulangi SP 2
Klien :
- Motivasi klien untuk berkenalan dengan orang lain.
Senin, Isolasi Sosial S :
27 - Klien mengatakan sudah berkenalan dengan 2
September orang namun tidak menceritakan tentang topic
2021 tertentu.
O:
- Pasien tampak lebih senang.
- Pasien tampak gabung dengan teman-temannya
A:
- SP 2 tercapai. Pasien mampu berkenalan dengan 2
orang
P:
Perawat :
- Evaluasi SP 1, 2
- Ajarkan SP 3
Klien :
- Motivasi klien untuk bersosialisasi.
F. Analisis Proses Interaksi (API)
Inisial Pasien : Tn.S
Status Interaksi perawat- : I (Fase perkenalan)-III (Fase terminasi)
pasien
Lingkungan : Dalam kamar klien, duduk berhadapan dengan jarak 1
meter dan suasana tenang
Deskripsi Pasien : Klien memakai baju seragam warna hijau polos, model
kaos, klien memakai sandal jepit
Tujuan Interaksi : 1. Klien mau memperkenalkan diri
2. Membina hubungan saling percaya antara perawat
dan klien
Nama Perawat : Wa Ode Putri Nurul Istiqamah
Tanggal : 24 September 2021
Waktu : 10.00
Tempat : Rumah Sakit Jiwa Kendari

Anda mungkin juga menyukai