Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia dimana
WHO melaporkan bahwa 0,5% dari penduduk dunia terserang penyakit ini,
sebagian besar berada di negara berkembang sekitar 75%, diantaranya di
Indonesia setiap tahun ditemukan 539.000 kasus baru Tuberkulosis (TB) positif
dengan kematian 101.000.(Depkes, 2010) Indonesia sendiri menempati
peringkat ke-3 setelah India dan Cina yang menjadi negara dengan kasus TB
tertinggi. Hasil survey prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009, 1,7 juta
orang meninggal karena TB (600 ribu diantaranya perempuan) sementara ada
9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya perempuan).(Depkes, 2011)
Tuberkulosisditularkan melalui udara (melalui percikan dahak sang penderita).
Ketika penderita TB Paru batuk, bersin, berbicara atau meludah, mereka
memercikkan kuman TB Paru atau bacillike udara. (Amin dan Asril, 2007).
Bakteri tuberkulosis ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada
tahun 1882 dan sering menginfeksi organ paru-paru dibanding bagian lain tubuh
manusia. Insidensi TB dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir
ini di seluruh dunia. Pada tahun 1993, WHO merencanakan kedaruratan global
penyakit TB karena pada sebagian besar negara di dunia, penyakit TB tidak
terkendali, terutama penderita menular (TB positif). Demikian pula di Indonesia,
TB merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas),
diagnosis dan terapinya. Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan
China di dunia. Hasil survei Depkes RI tahun1992, menunjukkan bahwa TB
merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit jantung dan pembuluh
darah lainnya.
Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia
terdapat 583.000 penderita TB baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau
insidens rate sekitar 130 per 100.000 penduduk.TB banyak terdapat di kalangan
penduduk dengan kondisi sosial ekonomi lemah dan menyerang golongan usia

1
produktif (15-54 tahun). Penyakit TB biasanya menular melalui udara yang
tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat
penderita TB batuk, sedangkan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal
dari penderita TB dewasa. Bakteri ini sering masuk dan berkumpul di dalam
paru-paru dan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan
daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah
atau kelenjar getah bening (Castillo,2004).
Seseorang dikatakan terinfeksi TB apabila kuman TB berada dalam
tubuhnya meskipun tidak aktif. Seringkali setelah kuman TB memasuki badan,
kekebalan tubuh mengontrol kuman tersebut. Kuman ini hidup dalam tubuh
bertahun-tahun lamanya dalam bentuk tidak aktif. Saat kuman tidak aktif maka
penyakit tidak dapat ditularkan kepada orang lain. Meningkatnya penularan
infeksi TB banyak dihubungkan dengan memburuknya kondisi sosial ekonomi,
belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya
jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal, dan adanya epidemi
dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah atau turun, jumlah
kuman memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TB (Depkes RI,
2006).
Berdasarkan kenyataan tersebut, melalui analisa model tuberkulosis akan
dipelajari dinamik dari penyakit ini, terutama model tuberkulosis dengan tingkat
perkembangan cepat dan lambat. Analisis dinamik bertujuan mendapatkan nilai
ambang batas untuk mengetahui ada tidaknya epidemik. Model tuberkulosis
dengan tingkat perkembangan cepat adalah keadaan individu yang sehat tetapi
rentan tertular penyakit berubah menjadi individu terinfeksi. Sedangkan model
tuberkulosis tingkat perkembangan lambat adalah keadaan individu yang sehat
tetapi rentan tertular penyakit sebelum berubah menjadi individu terinfeksi
menjadi individu menderita TB tetapi tidak aktif (Mccluskey, 2006).

2
B. Rumusan Masalah
Ruang lingkup dalam pembahasan tugas ini adalah : Bagaimana Asuhan
Keperawatan penyakit tuberkulosis (TB Paru) pada anak di RSUD Pandan
Arang Boyolali.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran yang nyata dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien An. C dengan TBC melalui pendekatan proses
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara komperhensif pada klien An. C
dengan TBC.
b. Dapat menentukan dan mengidentifikasi masalah serta menentukan
diagnosa keperawatan baik aktual, resiko, potensial, sejahtera dan
sindrom yang akan muncul pada klien An. C dengan TBC.
c. Dapat merumuskan perencanaan asuhan keperawatan pada klien An. C
dengan TBC.
D. Manfaat
a. Agar pembaca mengetahui pola asuhan keperawatan pada klien An. C
dengan TBC.
b. Bagi penulis untuk menambah wawasan tentang pola asuhan keperawatan
pada klien An. C dengan TBC.
c. Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan
pengalaman yang sangat berharga dalam penerapan asuhan keperawatan
pada pasien klien An. C dengan TBC.
d. Bagi kampus dapat menambah referensi baru perpustakaan tentang pola
asuhan keperawatan pada klien An. C dengan TBC.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim
paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini juga
dapat menyebar kebagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang dan nodus
limfe.(Somantri,2008)
Tuberkulosis merupakan infeksi batang tahan asam – alkohol (acidalcohol-
fast bacillus/AAFB) Mycobacterium tuberculosis terutama mengenai paru,
kelenjar getah bening dan usus. Ditemukan beberapa tanda penyakit yang
beragam disertai sensitivitaspasien terhadap tuberkulin.(David Rubenstein,2008)
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculusis dan micobacterium bovis( Ngastiyah. 2005).
Penyakit TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
mikrobakterium tuberkulosis. Kuman batang aerobik dan tahan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit. Sebagian besar kuman TBC
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainya (Maryunani
anik. 2010).
B. Etiologi
Tuberkulosis anak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu orang ke orang lain
melalui percikan dahak (droplet nuclei) yang dibatukkan.( Ngastiyah. 2005)
Faktor resiko TBC pada anak
1. Resiko infeksi TBC pada anak
Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah
endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang
tidak sehat. Pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius. Resiko timbulnya
transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien
dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas
pada lobus atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk

4
produktif dan kuat serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat,
terutama sirkulasi udara yang tidak baik. Pasien TBC anak jarang menularkan
kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya, karena TBC pada anak
jarang infeksius, hal ini disebabkan karena kuman TBC sangat jarang
ditemukan pada sekret endotracheal, dan jarang terdapat batuk. ( Ngastiyah.
2005)
2. Resiko penyakit TBC pada anak
Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi
menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang
sempurna (imatur). Namun, resiko sakit TBC ini akan berkurang secara
bertahap seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun yang terinfeksi TBC,
43% nya akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang
menjadi sakit hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%.
Anak < 5 tahun memiliki resiko lebih tinggi mengalami TBC diseminata
dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi . Konversi tes tuberkulin
dalam 1- 2 tahun terakhir, malnutrisi, keadaan imunokompromis, diabetes
melitus, gagal ginjal kronik dan silikosis. Status sosial ekonomi yang rendah,
penghasilan yang kurang, kepadatan hunian, pengangguran, dan pendidikan
yang rendah. ( Ngastiyah. 2005).
C. Manifestasi Klinis
1. Gejala umum:
a.Batuk terus menerus lebih dari 4 minggu atau lebih dengan atau tanpa
sputum
b. Badan lemah, Gejala flu
c.Demam derajat rendah, Nyeri dada
2. Gejala yang sering jumpai:
a.Dahak bercampur darah, badan lemah, dan nafsu makan menurun.
b. Batuk darah, Sesak nafas dan rasa nyeri dada

5
D. Patofisiologi
Menurut Somantri (2008), Infeksi diawali karena seseorang menghirup
basil Micobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju
alveoli lalu berkembang baik dan terlihatbertumpuk. Perkembangan
Micobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari
paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran
darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari
paru-paru (lobus atas).
Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan
melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis
(menelan bakteri), sementara limfosit spesifiktuberkulosis menghancurkan
(melisisikan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan
terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia.
Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2- 10 minggu setelah terpapar
bakteri.Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh
pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut
granuloma. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan
fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang
terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya
membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necrotizing caseosa). Hal
ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen,
kemudian bakteri menjadi nonaktif.

6
E. Parhway Keperawatan

7
F. Komplikasi
Pada waktu batuk atau bersin penderita menyebarkan kuman keudara dalam
bentuk droplet (percikan dahak). Orang dapat terinfeksi jika droplet tersebut
terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh
manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru
kebagian tubuh lainya.(Akhsin Zulkoni,2010)
G. Penatalaksanaan
a. Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan satu kali sehari per
oral, diminum dalam keadaan lambung kosong, diberikan selama 6-9 bulan
b. INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang aktif
ekstraseluler dan basil didalam makrofag. Dosis INH 10-20/kgBB/hari per
oral, lama pemberian 18-24 bulan
c. Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler, dosis 30-
35mg/kgBB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
d. Etambutol, dosis 20 mg/kgBB/hari dalam keadaan lambung kosong, 1 kali
sehari selama 1 tahun.
e. Kortikosteroid, diberikan bersama-sama dengan obat antituberkulosis yang
masih sensitif, diberikan dalam bentuk kortison dengan dosis 10-15
mg/kgBB/hari. Kortikosteroid di berikan sebagai antiflogistik dan ajuvan
pada tuberkulosis milier, meningitis serosa tuberkulosa, pleuritis
tuberkulosa, penyebaran bronkogen, atelektasis, tuberkulosis berat atau
keadaan umum yang buruk. ( Maryunani anik. 2010).

8
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Pengkajian
Pada pengkajian kasus ini, penulis melakukan pengkajian klien An.C
dengan diagnosa medis TBC yang dirawat di RSUD Pandan Arang
Boyolali. Dalam tinjauan kasus ini, penulis akan menguraikan tentang
Asuhan Keperawatan yang dilakukan terhadap klien TBC selama tiga hari
mulai dari tanggal 20 sampai dengan 22 juni 2015 melalui pendekatan
proses keperawatan.
a. Biodata
1). Identitas Klien
Nama : An.C
Umur : 11 bulan
Jenis kelamin : perempuan
Agama : islam
Alamat : Boyolali
Tgl masuk : 20 juni 2015
Ruangan : Edelweiss RSUD Pandan Arang Boyolali
2). Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Boyolali
Hub. Dengan pasien : Ayah Pasien

9
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Ibu mengatakan anaknya sesak nafas, batuk berdahak selama 3
bulan, adanya sekret
2) Riwayat penyakit sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya sesak napas, batuk berdahak sudah 3
bulan, kemudian oleh Ibunya diperiksakan di Poliklinik RSUD
Pandan Arang Boyolali, menurut hasil dari pemeriksaan dokter anak
(mantoux test positif) di diagnosa TB Paru. Setelah pengobatan
berjalan 1 bulan Ibunya tidak melanjutkan kembali pengobatan TB
Paru karena Ibu beranggapan anaknya sudah sembuh. Satu bulan
kemudian, anak sesak nafas dan batuk berdahak lagi, oleh orang
tuanya dibawa ke IGD RSUD Pandan Arang Boyolali karena anak
mengalami sesak nafas RR: 55x/menit,terpasang O2 2 liter/menit,
infus: D ½NS 10 Tpm. Kemudian dirawat di Ruang Edelweiss
RSUD Pandan Arang Boyolali.
3) Riwayat penyakit dahulu
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mempunyai riwayat penyakit
seperti yang dialami anaknya saat ini maupun riwayat penyakit
lainnya.
4) Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan nenek pernah di rawat di rumah sakit dengan
penyakit TB Paru. Ayah dan Ibu pasien tidak ada yang mempunyai
penyakit seperti yang dialami pasien dan juga tidak mempunyai
penyakit keturunan maupun penyakit menular.
5) Riwayat Pediatri
a. Prenatal: Ibu pasien mengatakan sejak usia kehamilan memasuki
bulan pertama sampai usia bulan ke tujuh Ibu rutin memeriksakan
kandungannya 2 bulan sekali di puskesmas setempat. Kemudian

10
memasuki usia kehamilan 8 bulan Ibu rutin memeriksakan
kandungannya 1 minggu sekali di puskesmas setempat juga.
b. Natal: Ibu pasien mengatakan melahirkan anaknya spontan
Puskesmas setempat. Anak lahir langsung nangis spontan dengan
berat badan 3400 gram dan panjang 52 cm.
c. Post Natal: Ibu pasien mengatakan setelah lahir anak langsung di
beri imunisasi Hepatitis B-1 dan BCG kemudian dilanjutkan
imunisasi di Puskesmas setempat. Anak diberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan, kemudian setelah usia lebih dari 6 bulan anak
diberi makanan tambahan seperti bubur tim, bubur sun, buah
pisang, buah pepaya.
d. Penyakit trauma dan operasi: Ibu pasien mengatakan anaknya
tidak pernah memiliki trauma/operasi.
e. Alergi: Ibu pasien mengatakan anaknya tidak memiliki alergi
makanan, minuman ataupun obat – obatan.
f. Imunisasi: Ibu pasien mengatakan anaknya mendapat imunisasi
dasar lengkap sampai umur 1 tahun.
6). Pemeriksaan fisik Pola Fungsional Menurut Gordon :
a. Persepsi Kesehatan: Persepsi kesehatan anak masih bergantung
pada orang tuanya.
b. Pola Nutrisi dan Cairan
1) Sebelum sakit:Ibu pasien mengatakan anaknya makan 3 x sehari
dengan bubur tim/bubur sun (selang-seling), serta minum ±800-
1000 cc/hari (ASI dan air putih).
2) Selama sakit:Anak makan sedikit-sedikit (2-3 sendok) tapi
sering dimuntahkan, dengan menu yang disediakan rumah
sakit, serta minum air putih dan ASI ±500-700 cc/hari. ) ,
Pasien lemas dan hanya istirahat ditempat tidur.

11
c. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan anaknya BAB 1-2 x/hari
dengan konsistensi lembek, bau khas, dan tidak adak kesulitan
dalam BAB. BAK 5-6 x/hari dengan warna urine kekuningan,
bau khas urine, dan tidak ada kesulitan dalam BAK.
2) Selama sakit:Ibu pasien mengatakan anaknya BAB 2 x/hari
dengan konsistensi lembek, bau khas, dan tidak ada kesulitan
dalam BAB. BAK 6 x/hari dengan warna urine kekuningan,
bau khas urine, dan tidak ada kesulitan dalam BAK.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Sebelum sakit:Ibu pasien mengatakan anaknya sering bermain
dengan kakaknya terkadang juga bermain dengan neneknya.
e. Pola Istirahat dan Tidur
1) Sebelum sakit:Ibu pasien mengatakan anaknya biasa tidur siang
jam 13.30 - 15.00 dan tidur malam jam 19.00 - 05.00 pagi,
tidak ada kesulitan dalam tidur.
2) Selama sakit:Ibu pasien mengatakan jam tidur siang anaknya
tidak tentu, tidur malam jam 20.00 – 05.00 pagi, tidak ada
kesulitan dalam tidur.
f. Pola Kognitif:Anak pada tahapan pra operasional, dapat
mengetahui dasar mereka melakukan aktivitas/kegiatan.
1) Sebelum sakit:Ibu mengatakan anaknya sudah mulai belajar
mengungkapkan kata-kata.
2) Selama sakit:Anak sering menangis dan rewel.
g. Pola Perspsi dan Konsep Diri Identitas diri: Pasien belum bisa
menyebutkan namanya, harga diri: tidak terkaji,gambaran diri:
tidak terkaji, ideal diri: tidak terkaji.
h. Pola Peran dan Hubungan: Pasien tinggal bersama dengan kedua
orang tua, kakak, dan neneknya.

12
i. Pola Seksual: Pasien berjenis kelamin perempuan, berpakaian
selayaknya perempuan
j. Pola Kopping dan stress: Anak sering menangis dan rewel
k. Pola Nilai dan Keyakinan: Keluarga pasien beragama Islam, anak
belum bisa melakukan ibadah.
2. Analisa Data
a. Do : pasien nampak kesusahan dalam bernafas
Ds : Ibu mengatakan anaknya sesak nafas, batuk berdahak selama 3
bulan, adanya sekret
b. Do : Pasien lemas dan hanya istirahat ditempat tidur.
Ds : Ibu pasien mengatakan anaknya makan sedikit-sedikit (2-3
sendok) tapi sering dimuntahkan .
c. Do : -
Ds : Ibu pasien mengatakan anaknya sering bermain dengan
kakaknya terkadang juga bermain dengan neneknya.

3. Diagnosa Keperawatan

13
Data Fokus
Pengkajian Etiologi Masalah
DS :  Infeksi Ketidakefektifan
Berdasarkan data yang di minkroorganisme bersihan jalan napas
peroleh Ibu mengatakan  Adanya benda asing
anaknya sesak nafas,  Penekanan pada
batuk berdahak selama 3 saluran pernapasan
bulan, adanya sekret
DO :
anak mengalami sesak
nafas RR:55x/menit,
terpasang O2 2liter/menit,
infus: D ½NS 10 Tpm.

DS :  Perubahan status Ketidakseimbangan


Ibu pasien mengatakan kesehatan nutrisi kurang dari
anaknya makan sedkit  Kekurangan asupan
kebutuhan
sedikit nutrisi
(2-3 sendok) tapi sering
dimuntahkan .
DO :
Pasien lemas dan hanya
istirahat ditempat tidur
DS :  Adanya kontak Resiko infeksi
Ibu pasien mengatakan langsung dengan
anaknya sering bermain orang dewasa yang
dengan kakaknya menderita TB paru
terkadang  Lingkungan yang
juga bermain dengan tidak sehat
neneknya.
DO : -

14
4. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
N Diagnosa
Tujuan (noc) Intervensi (nic)
o keperawatan
1 Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan a.Nic label :
bersihan jalan keperawatan 3x24 jam diharapkan manajemen
nafas berhubungan jalan napas menjadi efektif jalan napas
dengan benda dengan kriteria hasil : Definisi :
asing dalam jalan a. Noc Label: status pernapasan fasilitasi
napas Definisi : proses keluar masuknya kepatenan
DS : udara ke paru-paru serta jalan nafas.
Berdasarkan data pertukaran karbondioksida dan Aktifitas :
yang di peroleh
Ibu mengatakan
oksigen di alveoli  Buka jalan
anaknya sesak Indikator Awal Target napas dengan
nafas, batuk Frekuensi
teknik chin
berdahak selama 3 pernapasan
lift atau jaw
bulan, adanya Irama
sekret thurust
pernapasan
DO : Kedalaman sebagaimana
anak mengalami
inspirasi mestinya
sesak nafas
Suara
RR:55x/menit,  Posisikan
terpasang O2 auskultasi
pasien untuk
2liter/menit, infus: nafas
memaksimalk
D ½NS 10 Tpm. Kepatenan
an ventilasi
jalan napas
Tes faal paru  Identifikasi
Batuk kebutuhan
aktul/kebutuh
an pasien
untuk
b. Noc Label :
memasukan
status pernapasan : kepatenan
alat membuka

15
jalan napas jalan napas
Definisi : saluran trakeo  Buang sekret
bronkial yang terbuka dan
dengan
lancar untuk pertukaran udara
memotifasi
Indikator Awal Target
pasien untuk
Frekuensi
melakukan
pernapasan
Irama batuk atau
pernapasan menyedot
Kedalaman lendir
inspirasi
 Instrusikan
Kemampuan
untuk bagaimana
mengeluarka
agar bisa
n sekret
Dispnea saat melakukan
istrahat batuk efektif
Ansietas
 Auskultusi
Batuk
suara napas
 Catat area
yang ventulasi
menurun atau
tidak ada dan
adanya suara
tambahan.
 Posisikan
untuk
meringankan
sesak napas
 Memonitor
status
pernapasan
dan
oksigenasi

16
sebagaimana
mestinya
2 Ketidakseimbanga Setelah diberikan asuhan a. Nic Label :
n nutrisi kurang keperawatan 3x24 jam diharapkan manajemen
dari kebutuhan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi gangguan
tubuh dengan kriteria hasil : makan
berhubungan a. Noc Label : status nutrisi bayi Definisi :
dengan asupan Definisi : jumlah nutrisi Pencegahan dan
makanan kurang dicerna dan diserap untuk perawatan
dari recommended memenuhi kebutuhan terhadap
daily metabolisme serta pembatasan diet
allowance(RDA) meningkatkan pertumbuhan ketat dan
bayi olahraga yang
Ibu pasien Indikator Awal Target berlebihan atau
mengatakan Intake nutrisi perilaku
anaknya makan Intake
sedikit-sedikit (2-3 makanan memuntahkan
sendok) tapi sering lewat mulut makanan dan
di muntahkan Intake cairan
cairan
DO: lewat mulut
Pasien lemas dan Perbandinga Aktifitas :
hanya istirahat di n berat  Kolaborasi
tempat tidur /tinggi dengan tim
pertumbuhan kesehatan lain
untuk
mengembang
kan rencana
perawatan
dengan
melibatkan
klien dan
orang-orang
terdekatnya
dengan tepat
 Tentukan
pencapaian

17
berat badan
harian sesuai
keinginan
 Observasi
klien selama
dan setelah
pemberian
makanan
ringan untuk
meyakinkan
bahwa
intake/asupan
makanan
yang cukup
tercapai dan
di
pertahankan
 Monitor
intake/asupan
dan asupan
cairan secara
tepat

3 Resiko infeksi a. Setelah diberikan asuhan a. Nic label :


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam perlindungan
dengan kurang diharapkan dengan kriteria infeksi
pengetahuan untuk hasil: Definisi :
menghindari a. Noc label : kontrol resiko : pencegahan dan
pemajanan proses infeksi deteksi dini

18
patogen Definisi :tindakan individu untuk pada pasien
DS : mengerti, mencegah, berisiko
Ibu mengatakan mengeliminasi, atau mengurangi Aktifitas :
anaknya sering ancaman terkena infeksi.  Monitor
bermain dengan adanya tanda
kakak dan Indikator Awal Target dan gejala
neneknya Mengidentifikas infeksi
i faktor risiko sistemik dan
infeksi lokal
Mengenali
 Monitor
faktor risiko kerentanan
individu terkait terhadap
infeksi
infeksi  Batasi jumlah
Memonitor pengunjung,
faktor di yang sesuai
 Anjurkan
lingkungan yang istrahat
berhubungan  Intruksikan
pasien untuk
dengan risiko minum
infeksi antibiotic
Mencuci tangan yang sudah di
resepkan
 Ajarkan
kepda pasien
dan keluarga
mengenai
tanda dan
gejala infeksi
dan kapan
harus
melaporkanya
kepada
pemberi
layanan
kesehatan
 Ajarkan
pasien dan
keluarga

19
bagaimana
cara
menghindari
infeksi

BAB IV
PENUTUP

Pada bab ini penulis akan meringkaskan berupa kesimpulan dari


keseluruhan isi Bab I sampai dengan Bab III dan memberikan saran kepada
semua pihak yang terlibat dalam proses asuhan keperawatan yang penulis
berikan pada klien An.C dengan diagnosa medis TBC yang dirawat di RSUD
Pandan Arang Boyolali.
A. Kesimpulan
1. Pengkajian pada klien An.C dengan diagnosa medis TBC jika dibandingkan
dengan pengkajian pada tinjauan teoritis dan tinjauan kasus.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien An.C dengan diagnosa medis
TBC tinjauan kasus terdapat satu diagnose pada tinjauan teori yang tidak
ditegakkan pada tinjauan kasus klien An.C dengan diagnosa medis TBC
3. Intervensi yang penulis rencanakan kepada klien An.C dengan diagnosa
medis TBC berdasarkan prioritas masalah keperawatan, dimana masalah
aktual lebih diprioritaskan dan berpedoman kepada tinjauan teoritis.
B. Saran
1. Dengan klien dengan masalah kesehatan TB paru hendaknya untuk
meningkatkan perhatian terhadap kondisi lingkungan yang aman bagi klien
seperti kebersihan lingkungan terhadap debu.

20
2. Penulis hendaknya meningkatkan kualitas literatur Bab I dan Bab II dengan
referensi buku terbaru.
3. Profesi perawat dan perawat pemberi asuhan keperawatan khususnya
masalah kesehatan klien dengan TB Paru hendaknya sangat memperhatikan
kondisi lingkungan klien, sterilisasi instrument dan tindakan untuk
menghindari resiko terjadinya komplikasi yang serius.

4. Pihak rumah sakit khususnya RSUD Pandan Arang Boyolali untuk


meningkatkan fasilitas kebutuhan klien dan kebutuhan tenaga medis dan
para medis seperti kelengkapan ruangan rawat inap, instrument laboratorium
dan fisioterapi.
5. Pihak akademi kesehatan pemerintah kabupaten boyolali untuk
meningkatkan fasilitas pada laboratorium dan perpustakaan dengan
memperhatikan buku-buku yang dapat yang terdapat pada perpustakaan
tersebut.

21
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E.J.(2008).Buku Saku Patofisiologi. Alih Bahasa : Nike, B.Editor Bahasa
Indonesia : yuda, E.K, et All.Edisi 3 EGC. Jakarta
Depkes RI. 2011. TBC Masalah Kesehatan Dunia. www.bppsdmk.depkes.go.id.
Diakses Tanggal 20 Maret 2011.
Elizabeth .J. Corwin(2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditiya
Media
https://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/08/askep-asuhan-keperawatan-
tuberkulosis.html
https://djatmita22.blogspot.com/2016/10/asuhan-keperawatan-tb-paru-pada-
anak.html
https://hasgurstika.blogspot.com/2011/02/askep-tbc-pada-anak.html
Nanda Nic-Noc.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Jilid 2. Diterjemahkan oleh Amin Huda. N. Hardhi.
potter, 1997; Rencana asuhan keperawatan, di akses tanggal 30 oktober 2017

22

Anda mungkin juga menyukai