Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

MAKP KEPERAWATAN
DI RUANG MELATI RSUD dr.HARYOTO
LUMAJANG

Oleh :
Kelompok C1 C15
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Nur Ani Asdinia


Isnaini Damayanti
Rio Rega
Rita Novitasari
Halimatus Sakdiyah
Indah Fani Novianti
Moh. Fadli
Alanuari Khaki
Erlina Kartika Sari
Purwanti Nurfita Sari
Usman Budi
Umi Magfiroh
Dina Mei Handayani
Hanif Faiqotul
Feri Fiki Fendi

DINAS KESEHATAN
AKADEMI KEPERAWATAN LUMAJANG
2016

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berkembangnya informasi dan teknologi dalam menghadapi era
globalisasi memberikan dampak positif terhadap pola pikir masyarakat saat ini
baik terhadap ekonomi, sosial, politik dan kesehatan. Fenomena ini dapat dilihat
dari semakin tingginya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
optimal. Tingginya tuntutan masyarakat tersebut tantangan bagi perawat untuk
mengalami perubahan dalam sistem pelayanan. Perubahan ini merupakan cara
untuk mempertahankan diri sebagai profesi dan berperan aktif dalam
mengahdapiera globalisasi. Salah satu pelaksana perubahan yang nyata adalah
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas manajerial keperawatan yang
andal.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasnya di lapangan berada
sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan
dimaksudkan

untuk

mempermudah

proses

keperawatan

sehingga

dapat

mengarahkan keperawatan menuju profesional. Model praktik keperawatan


professional (MAKP) merupakan suatu tatanan dalam struktur, proses, dan nilai
profesional yang bertujuan untuk meningkatkan asuhan keperawatan. Aspek
struktur adalah penetapan jumlah keperawatan, penetapan standar rencana
keperawatan. Sedangkan aspek proses adalah penggunaan metode untuk
memberikan asuhan keperawatan. Melalui penataan struktur dan proses
keperawatan diharapkan hubungan perawat dank lien berkesinambungan.
Hubungan perawat dan klien yang akan menfasilitasi penerapan nilai- nilai
professional yang meliputi: otonomi, kesinambungan, dan akuntabilitas untuk
mempertanggung jawabkan asuhan yang diberikan. Rumah sakit dalam
mengembangkan suatu model keperawatan akan menata mengenai tenganya, jenis
tenaga yang dibutuhkan, adanya standar rencana perawatan yang sudah baku, dan
ditentukannya metode pemberian asuhan keperawatan sesuain dengan kondisi
ruangan.
Salah satu sistem pelayanan keperawatan profesional adalah dengan
melaksanakan Model Asuhan Keperawatan Tim. Model perawatan Tim nursing
merupakan salah satu model praktek Keperawatan professional dimana perawat

bertanggung jawab penuh terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada


pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar Rumah Sakit. Model ini mendorong
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan keperawatan
dan pelaksanaan asuhan keperawatan selama pasien di rawat. Model ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien di rawat. Konsep dasar dan model ini adalah tanggung jawab dan
tanggung gugat. Keuntungan dari MAKP Tim antara lain Memungkinkan
pelayanan keperawatan yang menyeluruh Mendukung pelaksanaan proses
keperawatan Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah
diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
1. 2 Tujuan
1.2.1

Tujuan Umum

Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan, mahasiswa memahami


prinsip manajemen keperawatan dan model pemberian asuhan keperawatan
profesional
1.2.2

Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan praktik klinik manajemen keperawatan, mahasiswa


mampu:
1.2.2.1 Menganalisis lingkungan ruang perawatan, menghitung kebutuhan tenaga
keperawatan di suatu ruangan perawatan.
1.2.2.2. Melaksanakan peran sesuai dengan model MAKP yang telah ditentukan.
1.2.2.3

Melakukan supervisi keperawatan

1.2.2.4

Melakukan ronde keperawatan

1.2.2.5

Melakukan timbang terima keperawatan

1.2.2.6

Melakukan penerapan sentralisasi obat

1.2.2.7 Melakukan Discharge Planning


1.2.2.8 Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan model
Problem, Intervensi dan Evaluasi (PIE)
1.2.2.9 Menganalisis tingkat kepuasan pasien pre dan post pelaksanaan MAKP

1.3 Manfaat
1.3.1

Bagi Mahasiswa

1.3.1.1 Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga


dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan
1.3.1.2 Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan MAKP di Ruang
Melati RSUD dr. Haryoto Lumajang
1.3.1.3 Mahasiswa dapat mengetahui masalah dalam penerapan MAKP di Ruang
Melati RSUD dr. Haryoto Lumajang
1.3.1.4

Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan

menyusun rencana strategi.


1.3.1.5 Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan profesional di Ruang Melati RSUD dr. Haryoto Lumajang
1.3.2
1.3.2.1

Bagi Perawat Ruang Melati RSUD dr Haryoto Lumajang


Melalui Praktik Manajemen Keperawatan dapat diketahui masalah-

masalah yang ada di Ruang Melati yang berkaitan dengan pelaksanaan MAKP.
1.3.2.2 Melalui Praktik Manajemen Keperawatan perawat ruangan dapat
melaksanakan MAKP dengan optimal
1.3.2.3 Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
1.3.2.4 Terbinanya hubungan baik anara perawat dengan perawat, perawat dengan
tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
1.3.2.5 Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
1.3.3

Bagi Pasien dan Keluarga pasien

1.3.3.1 Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan


1.3.3.2 Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi
1.3.4

Bagi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan memperoleh bahan masukan dan gambaran tentang


pengelolaan ruangan dengan pelaksanaan MAKP.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga
keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan
klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting,
karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan,
tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA,
sehingga peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan
terdapat tanggung jawab yang jelas. Pada aspek struktur ditetapkan juga standar
renpra, artinya pada setiap ruang rawat sudah tersedia standar renpra berdasarkan
diagnosa medik dan atau berdasarkan sistem tubuh.
Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan
primer (kombinasi metode tim dan keperawatan primer)
2.2 Tujuan MAKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan
2.3 Konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional
Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP)
Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model
pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah

sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan
akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur
utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
(Marquis & Huston, 1998; 143) yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sesuai dengan visi dan misi institusi.


Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
Efisien dan efektif penggunaan biaya.
Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
Kepuasan kinerja perawat.
Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4

metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan,
yaitu:
1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan 1 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di
bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat
melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada
(Nursalam, 2007).
2.

Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus


Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat

ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat,
dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan
khusus seperti isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik
dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan
observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2007).
3. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer
Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode keperawatan
primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary

nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan


bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer
biasanya mempunyai 4 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama
klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk
mengadakan

komunikasi

dan

koordinasi

dalam

merencanakan

asuhan

keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan Jika
perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan
kepada perawat lain (associate nurse).
4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif
dan kolaboratif ( Douglas, 1984).
2.4 Konsep Dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif
dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa
setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung
jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan
meningkat. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus
berdasarkan konsep berikut:
1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik
kepemimpinan.
2. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
3. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
4. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik
bila didukung oleh kepala ruang.
Metode yang digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar
belakang pendidikan dan kemampuannya.Metode ini menggunakan tim yang
terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 3 tim/ group
yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil

yang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya


yaitu (Nursalam, 2007) :
a. Kelebihan :
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
3. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
b. Kelemahan :
1. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan
pada waktu-waktu sibuk.
2. Akuntabilitas dalam tim kabur
3. Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan
didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse) :
a) Kepemimpinan
Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu perawat
profesional (Registered Nurse) yang ditunjuk oleh Kepala Ruangan
untuk bertanggung

jawab

terhadap

sekelompok pasien

dalam

merencanakan asuhan keperawatan, merencanakan penugasan kepada


anggota tim, melakukan supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan
yang diberikan.
b) Komunikasi yang efektif
Proses ini harus dilaksanakan

untuk

memastikan

adanya

kesinambungan asuhan keperawatan yang diberikan dalam rangka


memenuhi kebutuhan pasien secara individual dan membantunya dalam
mengatasi masalah. Proses komunikasi harus dilakukan secara terbuka
dan aktif melalui laporan, pre atau post conference atau pembahasan
dalam penugasan, pembahasan dalam merencanakan dan menuliskan
asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai.
2.5 Tanggung Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP)
2.5.1 Tanggung jawab anggota tim:
1. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya.
2. Bekerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
3. Memberikan laporan.
2.5.2 Tanggung jawab ketua tim:

1. Membuat perencanaan.
2. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.
3. Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien.
4. Mengembangkan kemampuan anggota.
5. Menyelenggarakan konferensi.
2.5.3 Tanggung jawab kepala ruang:
2.5.3.1 Perencanaan
1. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing- masing.
2. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim.
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas
dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/
penjadwalan.
5. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan
dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:
a) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
b) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan.
c) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
d) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru
masuk RS.
8. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
9. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
10 Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit.
2.5.3.2 Pengorganisasian
1.
2.
3.
4.

Merumuskan metode penugasan yang digunakan.


Merumuskan tujuan metode penugasan.
Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan

ketua tim membawahi 2 3 perawat.


5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain- lain.
6. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
7. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
8. Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua
tim

9. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi


pasien.
10. Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
2.5.3.3 Pengarahan
1. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
2. Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
baik.
3. Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap.
4. Menginformasikan hal hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan asuhan keperawatan pasien.
5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
2.5.3.4 Pengawasan
1. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim dalam pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang
2.

diberikan kepada pasien.


Melalui supervisi:
a)

Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau


melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/

b)

mengawasi kelemahannya yang ada saat itu juga.


Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua
tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang

c)

pelaksanaan tugas.
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim. Audit

keperawatan.
2.6 Strategi Kerja Tim
Saat pasien baru masuk di ruang rawat, pasien dan keluarga akan diterima
oleh ketua tim dan diperkenalkan kepada anggota tim yang ada. Kemudian ketua
tim memberikan orientasi tentang ruang, peraturan ruangan, perawat bertanggung
jawab (ketua Tim) dan anggota tim.

Ketua tim (dapat dibantu anggota tim) melakukan pengkajian, kemudian


membuat rencana keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang sudah ada
setelah terlebih dahulu melakukan analisa dan modifikasi terhadap rencana
keperawatan tersebut sesuai dengan kondisi pasien.
Setelah menganalisa dan memodifikasi rencana keperawatan, ketua tim
menjelaskan rencana keperawatan tersebut kepada anggota tim, selanjutnya
anggota tim akan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana
keperawatan dan rencana tindakan medis yang dituliskan rdi format tersendiri.
Tindakan yang telah dilakukan anggota tim kemudian didokumentasikan pada
format yang tersedia.
Bila anggota tim menerima pasien pada sore dan malam hari atau pada hari
libur, pengkajian awala dilakukan oleh anggota tim terutama yang terkait dengan
masalah kesehatan utama pasien, anggota tim membuat masalah keperawatan
utama

dan

melakukan

tindakan

keperawatan

dengan

terlebih

dahulu

mendiskusikannya dengan penanggung jawab sore/malam/hari libur.


Saat ketua tim ada, pengkajian dilengkapi oleh ketua timkemudian membuat
rencana yang lengkap dan selanjutnya akan menjadi panduan bagi anggota tim
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.Pada dinas pagi ketua tim
bersama anggota tim melakukan operan dari dians malam (hanya pasien yang
dirawat oleh tim yang bersangkutan), selanjutnya dengan anggota tim pagi
melakukan konferens tentang permasalahan pasien untuk tiap anggota tim, dan
mengkoordinasikan tugas tiap anggota tim.
Selain dengan dokter anggota tim, ketua tim juga melakukan komunikasi
langsung dengan dokter, ahli gizi dan tim kesehatan lain untuk membahas
perkembangan pasien dan perencanaan baru yang pelu dibuat. Selain itu
mengidentifikasi pemeriksaan penunjang yang telah ada dan yang perlu dilakukan
selanjutnya. Bila terdapat rencana baru atau tindakan yang perlu dilakukan, maka
ketua tim akan mengkomunikasikan kepada anggota tim untuk melaksanakannya.
Jika terdapat tindakan spesifik yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh anggota
tim maka ketua tima yang akan melakukan langsung tindakan tersebut.
Terutama melakukan intervensi pedidikan kesehatan kepada pasien dan
keluarga akan dilakukan oleh ketua timyang didasarkan atas hasil pengkajian pada
kebutuhan peningkatan pengetahuan. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan
mandiri oleh ketua tim atau kolaborasi, misalnya ahli gizi untuk penjelasan

mengenai

diet

pasien

yang

benar.

Selama anggota tim melakukan asuhan keperawatan pada pasien, ketua tim akan
memonitor tindakan yang akan dilakukan dan member bimbingan pada anggota
tim.

Anggota

tim

selama

melakukan

asuhan

keperawatan

harus

mendokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan pada format-format yang


terdapat pada papan dokumentasi.
Kemudian ketua tim akan memonitor dan mengevaluasi dokumentasi yang
dibuat oleh anggota tim.Setiap hari ketua tim mengevaluasi perkembangan pasien
dengan mendokumentasikan pada catatan perkembangan dengan metoda SOAP,
catatan perkembangan pasien ini bagi anggota tim juga menjadi panutan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien.Bila ada pasien yang akan pulang
atau pindah ke unit perawatan lain, ketua tim akan membuat resume keperawatan,
sebagai inormasi tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien
selama dirawat yang berisi masalah-masalah pasien yang timbul dan masalah
yang sudah teratasi, taindakan keperawatan yang telah dilakukan dan pendidikan
kesehatan yang telah diberikan.
Pada pergantian dinas pagi-sore dilakukan peran anggota tim sore yang
didampingi oleh ketua tim. Komponen utama yang diinformasikan dalam operan
antara lain keadaan umum pasien, tindakan/intervensi yang telah dilakukan dan
atau tindakan yang belum dilakukan, hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh
perawat dinas sore dan malam yang berkaitan dengan perencanaan keperawatan
pasien yang akan dibuat oleh ketua tim. Selanjutnya bila perlu ketua tim
melengkapi informasi penting yang belum disampaikan kepada dinas sore.
Anggota tim juga menulis laporan pagi/sore/malam pada format yang tersedia

BAB 3
RENCANA KEGIATAN
3.1 penerapan model asuhan keperawatan professional (MAKP)

a. Penanggung jawab

: Purwanti Nurfitasari

b. Tujuan

: Diharapkan setelah dilakukan praktik manajemen

oleh mahasiswa akademi keperawatan Lumajang di Ruang Melati dapat


menerapkan MAKP secara baik.
c. Tanggal

: 22 April 14 Mei 2016

d. Rencana Strategi

1. Mendiskusikan bentuk dan penerapan model MAKP yang dilaksanakan,


2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

yaitu model tim.


Melaksanakan desiminasi awal dan mengajukan proposal MAKP
Sosialisasi hasil desiminasi.
Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.
Melakukan pembagian peran perawat.
Menentukan diskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.
Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tugas perawat.
Menerapkan model MAKP yang sudah ditentukan.

e. Kriteria Evaluasi :
1. Struktur :
Menetukan penanggung jawab MAKP.
Mendiskusikan bentuk dan penerapan MAKP yaitu tim.
Melakukan diskripsi tugas dan tanggung jawab perawat
Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat
2. Proses
Menerapkan MAKP :
Tahap uji coba pada tanggal ?
Tahap pelaksanaan pada tanggal ?
3. Hasil
Mahasiswa mampu menerapkan MAKP tim sesuai dengan job description.
3.2 Pengorganisasian
Adapun tim kerja yang terbentuk adalah sebagai berikut :
Kepala Ruang
:
Ketua Tim
:
Perawat Anggota I pagi
:
Perawat Anggota II pagi
:
Perawat Anggota III pagi
:
Perawat Anggota I sore
:
Perawat Anggota II sore
:
Perawat Anggota III sore
:
Perawat Anggota IV sore
:
Perawat Anggota V sore
:
Perawat Anggota I malam
:
Perawat Anggota II malam :
Perawat Anggota III malam :

Pembimbing Akademik
Supervisior

:
:

Kepala Ruangan

Ketua Tim

Staff / Perawat Pagi

Staff / perawat sore

Gambar 3.2 model MAKP yang di pakai

Staff / Perawat Malam


3.3 Pelaksanaan Kegiatan
Hari/tanggal

Pukul

Topik

Tempat

3.2 Metode
1. Diskusi

Pasien

2. Tanya Jawab
3.3 Media
1. Status Klien
2. Buku Laporan
3.3

Mekanisme Kegiatan Karu Saat Timbang Terima

Tahap
Pre

Timbang

Kegiatan
Karu mengucapkan salam dan
membuka

Terima
2

dan

tingkat

ketergantungan pasien.
Karu mempersilahkan

katim

pasien dan membuka diskusi


Katim pagi menyiapkan semua
dokumentasi

timbang

terima

(format timbang terima dan


5

Pelaksana
Karu

timbang

pagi untuk melaporkan kondisi


4

Tempat

terima
Karu melaporkan jumlah pasien,
BOR

kegiatan

Waktu

rekam medik)
Katim pagi

menyampaikan

timbang terima untuk masingmasing pasien terdiri dari:


a Identitas pasien (nama dan
b
c

usia)
Diagnosa medik
Masalah keperawatan yang

mungkin muncul.
Keluhan pasien meliputi data
objektif dan subyektif yang

menonjol.
Intervensi keperawatan yang

sudah dilaksanakan
Intervensi keperawatan yang

belum dilaksanakan
Tindakan khusus yang belum

Katim

dilakukan

seperti

rontgen,

foto

pemeriksaan

Karu

laboratorium, puasa dan diit


h
6

yang akan dijalani pasien.


Perkembangan
masalah

keperawatan
Katim pagi melaporkan pasien
rencana

pulang

persiapan
7

yang

semua
belum

dikerjakan
Katim sore berhak menanyakan
jika

ada

yang

jelas/lengkap
8

dan

dan

kurang
menerima

rekam medik pasien


Karu mempersilahkan semua
perserta timbang terima untuk
melakukan validasi data ke bed

Timbang
Terima

pasien
Karu mengucapkan salam ke
pasien

dan

Karu

memperkenalkan

katim sore yang bertanggung


jawab menggantikan katim pagi
10 Katim sore dibantu anggota tim
melakukan validasi data objektif

Katim dan
anggota
tim

maupun subjektif ke masingmasing

pasien

(waktu

tergantung dari masalah pasien)


11 Karu mempersilahkan kembali

Karu

ke nurse station
12 Karu mempersilahkan kepada
katim

untuk

data-data
dengan
Post

yang

mengklarifikasi
tidak

keadaan

sesuai
pasien

sebenarnya.
13 Setelah semua pasien sudah

Karu dan

Timbang

ditimbang

Terima

divalidasi

terimakan

dan

data,

Katim

karu

mempersilahkan

untuk

menandatangani

laporan

Karu

timbang terima
14 Karu mengucapkan terimakasih
kepada

katim

mempersilahkan

pagi

dan

Karu

katim sore

untuk bertugas
15 Karu menutup acara timbang
terima dengan doa menurut
keyakinan masing-masing.
3.4 Mekanisme Kegiatan Karu Saat Ronde Keperawatan
No

Tahap

Kegiatan

Pelaksana

Kegiatan
klien

1.

Pra
ronde

Pra ronde :

Katim

1. Menentukan

tim Anggota

ronde

tim

2. Mempersiapkan
klien

informed

consent )
3. Diskusi pelaksanaan

Tempat

2.

Ronde Pembukaan :
1. Salam pembuka

Kepala

Memberikan

ruangan

respon

Katim

Memberikan

2. Memperkenalkan
tim ronde
3. Menjelaskan tujuan
ronde
4. Menyampaikan
identitas

dan

masalah klien

3.

Penyajian masalah
1. Menjelaskan
riwayat
dan

respon

penyakit

menjawab

keperawatan

pertanyaan

klien
2. Menjelaskan
masalah klien dan
rencana

tindakan

yang

telah

dilaksanakan
atau

dan
belum

dilaksanakan serta
memilih

prioritas

yang

perlu

didiskusikan
Validasi data :
1. Memberikan salam

dan

dan memperkenalkan tim ronde pada


klien dan keluarga
2. Mencocokkan dan
menjelaskan
kembali data yang
telah disampaikan

Karu,

antar Katim,

3. Diskusi
anggota tim

dan Anggota

masalah keperawa- katim,


perawat

tan tersebut

konselor

4. Pemberian
justifikasi

Memberikan

oleh

perawat

primer

respon

atau

kepala

menjawab

tentang

pertanyaan

ruangan

masalah klien serta


tindakan Karu
akan Katim,

rencana
yang

Anggota

dilakukan

katim,

5. Menentukan

perawat

tindakan

keperawatan pada konselor


masalah
yang

telah

yang
4.

Pasca
Ronde

prioritas
dan
akan

ditetapkan
1. Evaluasi
pelaksanaan ronde
2. Penutup

Karu,
Supervisor
,

Perawat

konselor,
Katim dan
Anggota

dan

Tim
3.4 Mekanisme Kegiatan Karu Dischart Planning
Tahap
Persiapan

Kegiatan
1.

Katim

Waktu

menyampaikan

Tempat

Pelaksana
Katim

pada Karu bahwa hari ini


ada pasien pulang, sehingga
akan diadakan discharge
planning
2.

Karu

mengucapkan

salam

kemudian

menanyakan

Karu

bagaimana

persiapan untuk discharge


planning
3.

Katim

sudah

siap

dengan status klien dan


format discharge planning,

Katim

kartu discharge planning,


resume keperawatan, leaflet
serta surat kontrol
4.

Menyebutkan

hal-hal

yang perlu diajarkan pada


klien dan keluarga.
5.

Karu

memeriksa

kelengkapan

administrasi

(status

pasien,

kartu

Katim

discharge planning, format


discharge planning, resume
keperawatan, leaflet serta
surat kontrol.
Pelaksanaan 1.

Karu membuka acara


discharge planning.

Karu
Karu

2.

Katim menyampaikan

Katim

pendidikan kesehatan :
-

Pengertian

Tanda dan gejala

Cara pencegahan

Diet

Aktivitas

dan

istirahat
-

Keteraturan
minum obat

Rencana kontrol.

3.

Penutup

Katim

Katim

memberikan

feed back tentang materi

Katim

yang telah disampaikan.

Katim

4.

Pendokumentasian

5.

Katim

mengucapkan

terima kasih.
Karu Memberikan Reward dan
Saran

Kepada

Katim

Karu

Dan

perawat pelaksana

3.4 Kriteria Evaluasi


1. Struktur :
Menentukan penanggung jawab MAKP.
Mendiskusikan bentuk dan penerapan MAKP yaitu tim-primer.
Melakukan pembagian peran perawat.
Menentukan diskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.
Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat.
2. Proses
Menerapkan MAKP :
Tahap uji coba pada tanggal ?
Tahap pelaksanaan pada tanggal ?
3. Hasil
Mahasiswa mampu menerapkan MAKP tim primer sesuai dengan job.

DAFTAR PUSTAKA
Sitorus, Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit
Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat Implementasi. Jakarta: EGC
Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
.

Anda mungkin juga menyukai