Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG

PERAWATAN UMUM 1 DI RUMAH SAKIT JUANDA KUNINGAN


TAHUN 2024

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Manajemen


Dosen Pembimbiung:
Ns. Aria Pranatha, S.Kep., M. Kep.
Ns. Aditiya Puspanegara, S.Kep., M.Kep.
Ns. Nining Rusmianingsih, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh:
Kelompok 9

1. Cintia Rindyantika 6. Riska Fatmawati


2. Dinda Anggraeni 7. Lusy Marliana Azahra
3. Firda Asri Nurdianti 8. Nida Silvia
4. Indy Mutia Teguh Puspita 9. Khamaludin
5. Ineu Jumiati 10. Muhamad Fajar Triana

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN AJARAN 2023-204
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era saat ini khususnya di Indonesia jumlah rumah sakit mengalami
peningkatan, baik rumah sakit negeri maupun rumah sakit swasta. Peningkatan
jumlah rumah sakit jika dilihat dari situasi dan kondisi saat ini terkadang masih
ada rumah sakit yang tidak diikuti denganpeningkatan kualitas rumah sakit.
Salah satu kualitas rumah sakit adalah kualitas mutu pelayanan kesehatan yang
diberikan, dimana hal tersebut selalu menjadi fenomena tuntutan dari
masyarakat agar dapat memberikan kualitas mutu pelayanan kesehatan yang
optimal. Pada dasarnya rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan
dalam pemenuhan dan kebutuhan pasien. Seperti yang tercanum pada Undang
undang RI No. 44 Tahun 2009 pasal 29B rumah sakit bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan yang aman,bermutu,antidiskriminasi, dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan pasiensesuaidengan standar pelayanan
rumahsakit (Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit,
2009).
Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan untuk perorangan
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan serta rawat darurat,
dimana rumah sakit menjadi bagian integral dari suatu organisasi dan kesehatan
dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan penyakit (preventif) kepada
masyarakat. Selain itu, rumah sakit juga merupakan suatu organisasi yang
dilakukan oleh tenaga medis professional yang terorganisir baik dari sarana
kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta
pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien (Mayanti Mahdarsari, 2021).
Untuk menjalankan tanggung jawab rumah sakit dalam memberikan
mutu pelayanan yang bermutu dan optimal, diperlukan adanya penataan
manajemen rumah sakit itu sendiri, termasuk manajemen keperawatan.

1
Manajemen keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan fungsi
yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan,
sehingga manajemen keperawatan bisa dikelola dan dilaksanakan dengan baik
agar menghasilkan suatu pelayananyang baik dan optimal pada pasien rawat
inap maupun rawat jalan di rumah sakit (Gina Meirawaty, 2019). Untuk
meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit perlu adanya upaya kebijakan dan
kerja sama antar tenaga kesehatan salah satunya yaitu profesi keperawatan,
dimana perawat sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas asuhan
keperawatan dan merupakan faktor yang paling menentukan untuk tercapainya
pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu,
karena pada dasarnya perawat mempunyai peran sebagai pemberi asuhan
keperawatan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai standar yang sudah ditetapkan dalam Undang undang
Keperawatan No.38 Tahun 2014 (Morantina, 2020).
Semakin berkembangnya ilmu dan teknologi kesehatan saat ini
menuntut perawat untuk memberikan dan melaksanakan asuhan keperawatan
yang optimal, karena hal tersebut menjadi indikator dalam meningkatkan mutu
pelayanan. Keberhasilan upaya peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit
khususnya di Indonesia menerapkan ModelPraktik Keperawatan Profesional
(MPKP) agar dapat mewujudkan pelayanankesehatan yang berkualitas dan
profesional. Dengan adanya Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
memungkinkanperawatprofesional meningkatkan penataan sistem pemberian
asuhan keperawatan serta memberikan kesempatan kepada perawat untuk
belajar melaksanakan praktik keperawatan profesional yang sesuai standar.
Di rumah sakit perawat memiliki peran penting dalam melaksanakan
asuhan keperawatan seperti sebagai pemberi perawatan, advokat, pencegahan
penyakit, pendidikan, konseling, kolaborasi, pengambil keputusan etik dan
peneliti. Untuk memberikan asuhan keperawatan ada beberapa metode yang
biasa digunakan di Indonesia seperti metode primer, metode kasus, metode tim
dan metode fungsional(Tri Nurani et al., 2020).

2
Manajemen merupakan ilmu dan seni dalam mengatur, mengelola, dan
mengkoordinasi yang bertujuan untuk melakukan suatu tindakan guna
mencapai tujuan (Erita, 2019). Sedangkan, manajemen keperawatan merupakan
proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional, dimana manajemen keperawatan berfungsi
sebagai pengorganisasian,perencanaan,kepemimpinan,dan pengawasan. Selain
itu Manajemen keperawatan juga berfokus pada komponen 5 M (Man, Money,
Material, Method, Machine) (Mugianti, 2018).
Peningkatan manajemen keperawatan di rumah sakit dapat
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan dengan cara
peningkatan jumlah perawat. Dalam meningkatkan jumlah perawat di rumah
sakit akan mempengaruhi beberapa faktor seperti kepuasan pasien,kepuasan
kerja perawat, pengurangan beban kerjaperawat, dan sebagainya (Nursalam,
2014).
Di dalam manajemen keperawatan, dibagi menjadi beberapa tingkatan
top manager, middle manager, dan nursing low manager. Kepala ruang
keperawatan merupakan bagian dari nursing low manager yang mempunyai
peranan penting dalam pelayanan di suatu bangsal atau ruangan. Kepala ruang
keperawatan yang merupakan bagian dari manajemen keperawatan berpihak
kepada fungsi manajemen keperawatan yaitu POAC (Planning, Organizing,
Actuating, Controlling) dalam rangka untuk memajukan staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara professional (Nursalam, 2014).
Konsep yang harus dikuasi adalah konsep tentang pengelolaan
perubahan, konsep manajemen keperawatan, perencanaan yang berupa rencana
strategi melalui pendekatan, pengumpulan data, analisa SWOT, dan menyusun
langkah langkah perencanaan, melakukan pengawasan dan pengendalian
(Mugianti, 2018). Komponen utama dalam manajemen keperawatan adalah
fokus pada sumber daya manusia dan materi secara efektif. Tujuan dari
manajemen keperawatan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas
pelayanan keperawatan, untuk kepuasan pasien melalui peningkatan
produktifitas dan kualitas kerja perawat.

3
Manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan dimasa depan, karena berkaitan dengan tuntutan
profesi dan global bahwa setiap perkembangan serta perubahan memerlukan
pengelolaan secara professional dengan memperhatikan setiap perubahan yang
terjadi. Salah satunya dengan lebihmemperhatikansumberdayaperawat di
rumah sakit baik itu kualitas maupun kuantitasnya. Mengingat perawat
memberikan asuhan keperawatan secara holistik(menyeluruh)sehingga perawat
memiliki tanggung jawab lebih dalam merawat pasienterutama di instalasi
rawat inap dimana perawatlah yang merawat pasienselama 24 jam. Oleh karena
itu, peran perawat inilah yang secara langsung dirasakan oleh pasien.

1.2 Tujuan
1.2.1 TujuanUmum
Setelah melaksanakan praktik stase manajemen keperawatan
mahasiswa mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan
dengan menggunakan model praktik keperawatan profesional(MPKP),
secara bertanggung jawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang
professional serta langkah-langkah manajemen keperawatan.
1.2.2 TujuanKhusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan kajian situasi dan analisis SWOT di
unit pelayanan RPU 1 Rumah Sakit Juanda Kuningan.
2. Mampu menyusun skala prioritas masalah yang di dapat dari hasil
pengkajian di RPU 1 Rumah Sakit Juanda Kuningan dan membuat
alternatif penyelesaian masalah.
3. Dapat menemukan penyebab masalah di RPU 1 Rumah Sakit Juanda
Kuningan dengan diagram sebab akibat ( fish bone fiagram).
4. Mampu menentukan solusi alternatif untuk menemukan masalah di
ruang RPU 1 Rumah Sakit Juanda Kuningan.
5. Mampu menyusun rancangan strategis dan operasional di RPU 1
Rumah Sakit Juanda Kuningan berdasarkan kajian bersama-sama
penanggung jawab unit.

4
6. Membuat Plan of Action untuk menjawab masalah yang ditemukan di
RPU 1 Rumah Sakit Juanda Kuningan.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Manajemen Keperawatan


2.1.1. Definisi Manajemen Keperawatan
Pengertian manajemen secara umum adalah ilmu dan seni dalam
mengatur, mengelola, dan mengkoordinasi yang bertujuan untuk melakukan
suatu tindakan guna mencapai tujuan. Manajemen keperawatan adalah suatu
proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara profesional. Proses manajemen keperawatan sejalan
dengan proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan
keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling
mendukung. Proses keperawatan sebagaimana manajemen keperawatan
terdiri atas pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi hasil (Sholikhati, 2019).

Manajemen keperawatan merupakan suatu bentukkoordinasi dan


integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan
(Sholikhati, 2019).

Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk


memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manajer
keperawatan adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi
keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan
pengobatan yang efektif dan ekonomi pada pasien (Erita, 2019).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa


manajemen keperawatan adalah suatu proses dan tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber yang ada, baik

6
sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.

2.1.2. Tujuan Manajemen keperawatan


1. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan
2. Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial
3. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan
melibatkan seluruh komponen yang ada.
4. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf keperawatan
bekerja lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia,
mengurangi duplikasi tenaga dan upaya (Erita, 2019).
2.1.3. Proses Manajemen Keperawatan
1. Pengkajian-Pengumpulan Data
Proses adalah suatu rangkaian yang mengarah pada suatu tujuan.
Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah
pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi,
argumentasi pengetahuan atau keterampilan kesehatan dan kemudahan
dari kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen keperawatan,
bagian akhir adalah keperawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua
kelompok pasien.

Adapun proses keperawatan menurut Gillies (1996) dalam


(Sholikhati, 2019) sebagai berikut:

Gambar 2.1 Proses manajemen yang mendukung proses

Pengkajian Diagnosis Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi

Pengumpulan data Perencanaan Pengelolaan Kepegawaian Kepemimpinan Pengawasan

7
Data-data yang perlu dikumpulkan oleh perawat pada tingkat
pelayanan diruangan atau sebagian pendekatan sistem yang disampaikan
oleh Gillies (1989) dalam (Mugianti, 2018).

Gambar 2.2 Sistem Manajamen Keperawatan (Modifikasi Gillies, 1996)


Masukan Hasil
Proses

Input Process Output

Data
Perawatan pasien

Personalia
Pengembangan Staf

Pengumpulan Perencanaan Pengaturan Kepegawaian Kepemimpinan Pengawasan

Peralatan Pengumpulan : Perencanaan : Pengaturan : Riset

Informasi Tujuan Tabel


Persediaan mengenai :
Sistem Organisasi
Unit kerja
Standar Evaluasi tugas
Pasien
Kebijakan Deskripsi kerja
dan

Kepegawaian : Kepemimpinan : Pengawasan :

 Klasifikasi klien  Penggunaan kekuatan  Jaminan keselamatan


 Penentuan kebutuhan  Pemecahan masalah  Audit pasien
staf  Pengambilan  Penilaian prestasi
 Rekruitmen keputusan  Disiplin
 Pemilihan orientasi  Mempengaruhi  Hubungan pekerja
 Penjadualan keputusan tenaga kerja
 Penugasan  Mempengaruhi  Sistem informasi
 Minimalisasi perubahan komputer
ketidakhadiran  Menangani konflik
 Penurunan pergantian  Komunikasi dan
 Pengembangan staf Analisa transaksional

Outcome
8
Kepuasan pelanggan
Mutu
2. Perencanaan
a. Definisi
Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau proses mental
untuk membuat keputusan dan peramalan (forecasting). Dalam
perencanaan, lsalah satu hal yang penting yang menjadi pusat
perhatian adalah rencana oengaturan sumber daya manusia (SDM)
dan sumber daya yang relevan. Perencanaan tenaga keperawatan
merupakan suatu proses yang dilakukan dengan terstruktur untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi kebutuhan pasien, sehingga
merencanakan tenaga keperawatan yang dibutuhkan dengan efektif
dan efisien (Riama Marlyn, 2021).
1) Tujuan perencanaan
Tujuan perencanaan adalah untuk membuat keputusan
yang baik mengenai hal-hal yang perlu dilaksanakan dan cara
melaksanakannya, yaitu:
a) Meningkatkan peluang untuk sukses
b) Menstimulasi berfikir analisis
c) Mencegah terjadinya krisis manajemen
d) Memfasilitasi berfikir kritis dan membuat keputusan secara
fleksibel.
e) Meningkatkan keterlibatan staf dan komunikasi
f) Menjamin biaya yang efektif
2) Langkah-langkah perencanaan
a) Pahami dan tentukan misi, filosofi dan tujuan
b) Kumoulkan data
c) Analisa
d) Buat alternatif
e) Pilih dan usulkan alternatif
f) Pimoinan menetapkan alternatif
g) Susun rencana
h) Kaji ulang

9
3) Tahapan dalam perencanaan
a) Pengumpulan data
(1) Sensus pasien harian
(2) Kapasitas tempat tidur
(3) BOR
(4) Rata-rata lama rawat
(5) Kecenderungan populasi pasien
(6) Perkembangan teknologi
(7) Ketenagaan
b) Analisa lingkungan
(1) Internal : strength, weakness
(2) Eksternal : opportunity, threats
c) Pengorganisasian data
(1) Pilih data penunjang dan penghambat
d) Pembuatan rencana

2.2 Konsep Manajemen Unit


2.2.1. Manajemen Unit
Menurut Nursalam (2014), manajemen unit terdiri dari:
1. Ruangan
a. Sarana Ruangan : Lingkungan kerja untuk pencapaian proses
manajerial keperawatan di ruang rawat inap bedah umum secara
keseluruhan mempunyai: ruang perawatan lengkap dengan tempat
tidur dan kamar mandi klien, ruang peralatan, ruang perawat/nurse
station berada ditengah ruang perawatan, ruang kepala ruangan +
ruang tamu + kamar mandi + ruang peralatan, ruang ganti perawat +
kamar mandi perawat ruang konferensi, mushola, ruang administrasi,
ruang spoolhoek, dapur dan gudang serta depo farmasi.
b. Letak: jauh dari tempat keramaian seperti kantin, dekat dengan ruang
operasi dan pemeriksaan diagnostik, aman dan nyaman.
c. Posisi: dekat dengan nurse station dan depo farmasi.

10
d. Kondisi: pencahayaan cukup dan sesuai luas ruangan, besar ruangan
sesuai dengan jumlah tempat tidur, jumlah dan ukuran jendela sesuai
dengan besar ruangan, warna cat lembut, tidak berjamur, bersih, pintu
fleksibel dapat dilalui brankard, bersih, tidak licin. Perbandingan
kamar mandi dengan klien sesuai, lantai tidak licin, bersih, letak
terjangkau oleh klien. Kasur bersih, dapat dirubah posisinya, terdapat
side rails, fasilitas ruangan tidak mengganggu delivery klien, sampiran
ada pada setiap tempat tidur klien.
2. Alat dan bahan
a. Alat tenun : laken, boven laken, sarung bantal, sarung guling, perlak,
stik laken, selimut, baju klien, waslap, taplak meja, alas baki, handuk,
sarung buli-buli, sarung O2, gorden, dan vitrage.
b. Alat kesehatan: bak instrumen (besar, sedang, kecil), bak steril, kom, doppler,
pinset anatomis dan chirurgis, gunting (jaringan, hecting, perban), bengkok ,
korentang dan tempatnya.
c. Alat-alat tanda vital: tensimeter, stetoskop, termometer, oxymeter.
d. Alat alat pemeriksaan fisik: refleks hammer, tongue spatel, timbangan BB,
pengukur TB, midline.
e. Irigator, WWZ panas/dingin, waskom mandi.
f. Alat transportasi: brankard, kursi roda
g. Emergency trolley
h. O₂ dan manometer
i. Bahan habis pakai: alkohol, betadine, aquadest, savlon, H₂O₂, NaCl, cairan
infus (plabot) lusol, spuit dengan berbagai ukuran, kapas, kassa, plester, set
infus, NGT, kateter, kondom kateter, urine bag, dan obat obatan.
j. Alat-alat rumah tangga: kasur, bantal, sprei, guling, meja, jam dinding, kursi,
lemari (besar dan kecil), lampu alat makan (piring, sendok, gelas), gayung,
tempat sampah (medis, umum, ATK), kastok, keset, white board, dan telpon.
k. ATK: kertas, amplop, buku, ekspedisi buku laporan, lem, perforator, spidol,
formulir, resume klien pulang/meninggal/dirujuk, grafik suhu dan nadi,
pemeriksaan penunjang seperti hasil lab dan hasil radiologi.

11
3. Hubungan perawat-klien
a. Hubungan perawat-klien dimulai sejak klien masuk, selama perawatan
(pelaksanaan proses keperawatan) sampai klien pulang.
b. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan. Dengan kata lain kualitas asuhan yang diberikan pada
klien sangat lergantung pada hubungan perawat-klien.
4. Hubungan perawat-perawat
a. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik
b. Mekanisme pengambilan keputusan disesuaikan dengan kondisi
c. Kegiatan serah terima klien dilakukan setiap pergantian dinas dan
berorientasi pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan.
d. Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus.
e. Mengadakan rapat bulanan secara rutin
f. Media komunikasi antar perawat menggunakan buku laporan, buku
ronde dan whiteboard.
5. Hubungan perawat-profesi lain
a. Bekerjasama sebagai sebuah tim kesehtan yang menangani masalah
b. Komunikasi antar profesi berjalan dengan baik
c. Proses pendelegasian jelas dilakukan secara jelas dan tertulis
d. Tiap profesi membuat dokumentasi secara jelas
e. Saling menghargai antar profesi.
2.2.2. Unsur Dasar Manajemen
Ada 6 unsur manajemen yang sangat dikenal sekali yaitu (6M) adalah
man, money, materials, machines, methods, dan marketing. Berikut unsur-
unsur manajemen menurut para ahli (Mugianti, 2018) :

1. Manusia (Man)
Manusia atau man adalah unsur manajemen yang pertama,
manusia atau setiap individu memegang peran penting pada suatu
manajemen di setiap bidangnya, baik itu industri maupun ekonomi.
Segala sesuatu yang terkait pada perencanaan dan pelaksanaan sangat

12
bergantung sekali pada manusia atau setiap individunya. Oleh karena itu
perlunya memperhatikan unsur pertama ini sebagai SDM yang akan
menentukan kualitas suatu organisasi ataupun lembaga. Pada prinsipnya
manusia adalah makhluk pekerja, karena dalam sebuah manajemen pun
manusialah yang sesungguhnya bekerja, mulai daru perencanaan,
pelaksanaan, sampai pada tahap pengawasan yang pada dasarnya
dilakukan dan di kendalikan sepenuhnya oleh manusia (Mayanti
Mahdarsari, 2021).

a. Untuk alat ukur dibuat berdasarkan rata-rata klien membutuhkan


perawatan:
1) Minimal care :1 jam /hari
2) Intermidiate care :2 jam/hari
3) Maksimal care :2,5 jam/hari
b. Formula pembagian shift (Wastler dalam Swansbrug (1999)):
1) Pagi : 47%
2) Siang :36%
3) Sore :17%
c. Pembagian proporsi tenaga untuk asuhan langsung profesional : 55%
: 45%.
d. Jumlah hari libur dalam setahun:
1) Rata-rata hari minggu pertahun : 52 Hari
2) Libur Nasional : 15 Hari
3) Cuti Sakit : 7 Hari
4) Jumlah hari pertahun : 365 Hari
5) Jam kerja produktif : 7 Jam
e. Jumlah perawat (tenaga asuhan langsung)
Total kebutuhan jam perawatan/hari x Jumlah hari 1 Thn
(Jumlah hari dalam setahun – hari libur dalam setahun) x 7
f. Jumlah tenaga pendukung asuhan
(Kapasitas unit/30 x jml shift x 20 jam)x jml hari /thn
(Jml hari dlm Setahun – hari libur dlm setahun) x 7

13
2. Uang (Money)
Pada proses didalam manajemen, uang atau money sangat
dibutuhkan sekali. Dalam menjalankan aktivitas perusahaan maupun
lembaga, maka diperlukan biaya usaha dalam bentuk uang sebagai modal
utama. Pengelolaan uang yang baik akan berpengaru sekali pada sukses
atau tidaknya manajemen. Tanpa adanya uang manajemen tidak akan
berjalan dengan efektif dan efisien. Semakin banyak uang atau modal
yang dimiliki maka akan semakin cepat pula proses manajemen dalam
mencapai tujuaannya. Tidak sedikit masalah yang muncul dalam sebuah
manajemen karena kekurangan uang/modal sehingga akhirnya juga
mengalami kebangkrutan. Disinilah perlunya memanajemen uang agar
tetap bisa mengendalikan pendapatan uang serta pengeluarannya agar
tetap seimbang (Siti S, dkk, 2020).
3. Bahan (Materials)
Bahan atau material menjadi sebuah unsur manajemen yang
selanjutnya. Pengontrolan bahan atau materials yang ada sangat
dibutuhkan pada proses manajemen. Individu usaha harus dapat
memanfaatkan bahan-bahan material yang ada untuk mungkin
memakainya. Peralatan dan perlengkapan medis dan non medis:
a. Alat tenun
1) Alas baki 11) Kelambu
2) Alas brankard 12) Laken dewasa
3) Bantal 13) Selimut wol
4) Bark scot 14) Stik laken
5) Duk bolong 15) Sarung bantal
6) Duk balutan 16) Sarung penderita sampiran
7) Duk alas 17) Tutup mayat
8) Gorden tebal 18) Taplak meja klien
9) Gorden vitrase 19) Waslap
10) Handuk 20) Kasur busa dewasa

14
b. Alat kedokteran dan kesehatan
1) Alat mandi: waskom mandi, standar waskom.
2) Alat eliminasi: pispot, urinal, irigator, gelas ukur.
3) Alat oksigenasi: manometer oksigen, roda oksigen besar, kunci
inggris, ambu bag.
4) Pengukuran tanda-tanda vital: tensimeter, stetoskop,
termometer, timbangan berdiri, timbangan biasa, tongue spatel.
5) Alat transportasi: brankard, kursi roda, roda cucian.
6) Machine: suction portabel, EKG, nebulizer.
7) Lain-lain: vena seksi set, dressing cart, perlak, buli-buli panas,
standar infus, standar BSE, windring, stabilisator listrik,
Doppler.
8) Dressing set: pinset anatomis, pinset sirurgis, gunting benang,
gunting jaringan, kom besar tertutup, kom sedang, kom kecil,
korentang, gunting perban, bak instrumen besar, bak instrumen
sedang, bak instrumen kecil, baki besar, bengkok besar,
bengkok sedang, gunting besar, benang, gunting jahitan.
4. Mesin (Machines)
Teknologi sebagai bagian penting pada proses manajemen
perusahaan atau lembaga, seperti dapat dilihat yaitu alat atau mesin.
Seperti mesin komputer diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan
produktivitas yang lebih dibandingkan menggunakan tenaga manusia
saja.
5. Metode (Methods)
Pada saat melakukan proses manajemen, diperlukan langkah-
langkah tertentu yang disebut sebagai metode atau methods. Metode
yang baik dan tepat pasti menjadi sebuah unsur manajemen yang sangat
penting agar pada setiap langkahnya berjalan efektif dan efisien. Metode
yang digunakan adalah Tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri dari tenaga

15
profesional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu.
a. Konsep dasra SOP dan SAK
1) Pengertian SOP
Standar Operation Procedures (SOP) adalah ketentuan
tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diterima oleh setiap WNI secara
minimal (Juknis SPM Kesehatan Kabupaten/Kota, Setjen
Depkes RI, 2008). SOP merupakan tatacara atau tahapan yang
dilakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan proses
kerja tertentu.
2) Tujuan SOP
(a) untuk menjaga konsistensi dan tingkat penampilan kinerja
atau kondisi tertentu suatu kegiatan secara optimal.
(b) untuk mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap
posisi dan organisasi.
(c) untuk memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung
jawab dari petugas/pegawai terkait.
(d) Untuk menghindari kegagagalan atau kesalahan, keraguan,
duplikasi serta pemborosan dalam proses pelaksanaan
kegiatan.
(e) Merupakan salah satu cara dan parameter dalam
meningkatkan mutu pelayanan.
3) Fungsi SOP
(a) Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
(b) Senagai dasar hukum apabila terjadi penyimpangan.
(c) Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
(d) Mengarahkan petugas atau pegawai untuk sama-sama
disiplin dalam bekerja.
(e) Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan
mudah dilacak.

16
4) Penerapan SOP
(a) SOP harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan.
(b) SOP digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebut
sudah dilakukan dengan baik atau tidak.
(c) Uji SOP terlebih dahulu sebelum dijalankan, lakukan revisi
jika ada perubahan langkah kerja yang dapat mempengaruhi
lingkungan kerja.
5) Keuntungan adanya SOP
(a) SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana,
menjadi alat komunikasi dan pengawasan dan menjadikan
pekerjaan diselesaikan secara konsisten.
(b) Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam
bekerja dan tahu apa yang harus dicapai dalam setiap
pekerjaan.
(c) SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat
trainning dan bisa digunakan untuk mengukur kinerja
pegawai.
6) Pengertian SAK
SAK menurut American Nurse Association, memberikan
kriteria tertulis tentang evaluasi perawatan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, dan standar praktik
kperawatan mengizinkan untuk mempertahankan praktiknya
jika kebutuhan muncul: mengadakan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien terhadap standar praktik untuk kualitas
dan kelayakan (Nursalam, 2014).
6. Marketing (pemasaran)
Pasar atau market tidak bisa dilupakan dan memiliki keterkaitan
pada manajemen perusahaan dan industri. Tujuan pada perusahaan jelas
harus mengikuti perkembangan pasar yang sudah ada pada masyarakat,
sehingga pasar atau market dapat dikategorikan sebagai unsur
manajemen. Dalam hal ini marketing dilakukan dalam bentuk pemberian

17
pendidikan kesehatan tentang perawatan mandiri di rumah, penyediaan
sarana pendidikan dan pelayanan. Sasaran market adalah masyarakat
umum (menerima klien dengan KIS, Askes, Umum dan kontraktor).
Sedangkan market dalam bidang pendidikan dan pelayanan adalah
peserta didik/calon praktisi kesehatan.

2.3 Metode Asuhan Keperawatan


2.3.1. Motode asuhan keperawatan
Terdapat beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu
metode kasus, metode fungsional, metode tim dan metode keperawatan
primer (Wahyuningtias, 2019).
1. Metode kasus
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan keperawatan
yang pertama kali digunakan. Pada metode ini satu perawat akan
memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien secara total
dalam satu periode dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat
tergantung pada kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya
kebutuhan klien (Wahyuningtias, 2019).
2. Motede fungsional
Metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan
pada penyelesaian tugas dan prosedur. Setiap perawat diberi satu atau
beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua klien disuatu ruangan.
Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu
perawat yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif kecuali
mungkin kepala ruangan. Keterbatasan itu sering menyebabkan klien
merfasa kurang puas terhadap layanan atau asuhan yang diberikan. Pada
metode ini, kepala ruangan mennetukan tugas yang dikerjakannya
kepada kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut bertanggung jawab
dalam membuat laporan klien.

18
3. Metode TIM
Kegiatan In House Training (IHT) SP2KP berfokus pada perawat
ruang rawat inap dimana dalam hal ini metode Tim yang dilakukan di
ruang rawat inap. Metode keperawatan yang sering digunakan adalah
asuhan keperawatan metode tim. Asuhan keperawatan metode tim
dikenal di Indonesia pada tahun 1996 yang telah diterapkan dibeberapa
rumah sakit. Metode ini merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif. Keuntungan menggunakan metode tim adalah memfasilitasi
pelayanan keperawatan yang komprehensif dan memungkinkan
pencapaian proses keperawatan. Kerugiannya adalah rapat tim
memerlukan waktu, sehingga mengganggu komunikasi dan koordinasi
anggotatim dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Pelaksanaan metode tim menggunakan tim yang terdiri dari
anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap kelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3
tim/group yang terdiri dari perawat profesional, teknikal, dan pembantu
dalam satu tim kecil yang saling membantu. Metode ini didasarkan pada
keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul
motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi(Tussaleha, 2014
dalam Gina dan Kurniawan, 2019). Menurut Arwani dan Supriyatno
(2006) dalam Gina dan Kurniawan (2019) pemberian metode tim pada
asuhan keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga pasien merasa puas.
Metode tim juga dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan,
dan motivasi perawat karena dalam metode ini ada kerjasama antar
sesama perawat dan transfer of knowledge.Untuk tercapainya tujuan
tersebut maka tugas dan tanggung jawab dari tim keperawatan harus
diarahkan dan benar-benar direncanakan serta memiliki ketua tim yang
profesional. Menurut Huber (2010), Marquis & Huston (2012) dikutip

19
dalam oleh Gina dan Kurniawan (2019) faktor yang mempengaruhi dari
metode tim yaitu kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, penugasan,
motivasi dan supervisi. Menurut Sitorus (2006) dalam Gina dan
Kurniawan (2019) mengatakan ketua tim sebagai perawat profesional,
harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan dan harus
dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, serta
evaluasi asuhan keperawatan. Ketua tim harus mampu mengontrol
setiapperkembangan pasien, keberhasilan asuhan keperawatan sangat
ditentukan oleh ketua tim yang profesional.
4. Metode keperawatan primer
Metode penugasan yang paling dipuji dan dipraktikkan saat ini
adalah keperawatan primer. Tanggung jawab mencakup periode 24 jam,
dengan perawat kolega yang memberikan perawatan bila perawat primer
tidak ada. Perawatan yang diberikan direncanakan dan ditentukan secara
total oleh perawat primer (Wahyuningtias, 2019).
Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi
dan koordinasi dan juga akan membuat rencana pulang klien jika
diperlukan. Jika perawat primer tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan
didelegasikan kepada perawat lain.
2.3.2. Efisiensi ruang rawat
Efisiensi ruang rawat merupakan salah satu aspek dalam mutu
pelayanan kesehatan, menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di rumah
sakit secara berdaya guna dan berhasil guna dapat dilihat dari segi ekonomi
dan medis, dimana pasien dirawat dan tinggal di rumah sakit untuk jangka
waktu tertentu, untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan
keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam
(Friandi, 2019).
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk
mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit.
Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap:

20
1. BOR (Bed Ocupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) dalam Friandi (2019)adalah “the
ratio of patient service days to inpatient bed count days in a periode
under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR
adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal
adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡
𝑥 100%
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒

2. LOS (Length of Stay = rata-rata lamanya pasien dirawat)


LOS menurut Huffman (1994) adalah “The average
hospitalization stay of inpatient discharge during the periode under
consideration”. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama
rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal antara
6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang Perputaran)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat
tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

21
Rumus:
((𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟𝑥𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒) − 𝐻𝑎𝑟𝑖𝑃𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)


BTO menurut Huffman (1994) adalah “... the net effect of changed
in occupancy ratye and lenght of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005)
adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali
tempat tidur dipake dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam
satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟

5. NDR (Net Death Rate)


NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam
setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini
memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Rumus :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 > 48 𝑗𝑎𝑚
𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

6. GDR (Gross Death Rate)


GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum
untuk setiap 1000 penderita keluar.
Rumus:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟(ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

22
2.3.3. Discharge planning
Kozier (2004) dalam Erita (2019)mendefinisikan discharge planning
sebagai proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit
pelayanan kepada unit yang lain didalam atau di luar suatu agen pelayanan
kesehatan umum.Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi dimana
perawatan professional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan
dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh pasien dimana
perencanaan harusberpusat pada masalah pasien, yaitu pencegahan,
teurapeutik, rehabilitative, serta perawatan rutin yang sebenarnya.
Discharge planning sebagai perencanaan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang
perlu dihindari dan dilakukan sehubunagan dengan kondisi
penyakitnya.Discharge planning (perencanaan pulang) merupakan komponen
sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara
berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan
membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada
saat tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa discharge planning adalah komponen
sistem perawatan berkelanjutan sebagai perencanaan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya yang dituliskan untuk
meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain didalam atau diluar
suatu agen pelayanan kesehatan umum, sehingga pasien dan keluarganya
mengetahui tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubunagan
dengan kondisi penyakitnya.
1. Tujuan Discharge Planning
Tujuan dari dilakukannya discharge planning sangat baik untuk
kesembuhan dan pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit.
Menurut Nursalam (2014) tujuan discharge planning/perencanaanpulang
antara lain sebagai berikut:
a. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial.
b. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga

23
c. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien
d. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
e. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikpa dalam memperbaiki serta mempertahankan
status kesehatan pasien
f. Melaksanakan rentang keperawatan anytara rumah sakit dan
masyarakat.
Di dalam perencanaan pulang, terdapat pemberian edukasi atau
discharge teaching dari tim kesehatan. Menurut William & Wilkins
(2009) dalam Gina Meirawaty (2019)discharge teaching harus
melibatkan keluarga pasien atau perawat lainnya untuk memastikan
bahwa pasien mendapatkan home care yang tepat. Discharge teaching
bertujuan agar pasien :
a. Memahami mengenai penyakitnya
b. Melakukan terapi obat secara efektif
c. Mengikuti aturan diet secara hati-hati
d. Mengatur level aktivitas
e. Mengetahui tentang perawatan yang dilakukan
f. Mengenali kebutuhan istirahatnya
g. Mengethaui komplikasi yang mungkin dialami
h. Mengetahui mencari follow up care
2. Manfaat Discharge planning
a. Bagi pasien
1) Dapat memenuhi kebutuhan pasien
2) Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan
sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
3) Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya
4) Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan
memperoleh support sebelum timbulnya masalah.
5) Dapat memilih prosedur perawatannya

24
6) Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa
yang dapat dihubunginya.
b. Bagi perawat
1) Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan
2) Menerima informasi kunci setiap waktu
3) Memahami perannya dalam system
4) Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru
5) Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda
dan cara yang berbeda.
6) Bekerja dalam suatu system dengan efektif.
3. Prinsip-prinsip Discharge Planning
a. Pasien merupakan focus dalam perencanaan pulang, nilai keinginan
dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
b. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan
masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang, nanti,
sehingga kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat segera
antisipasi.
c. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif, perencanaan
pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus
saling bekerja sama.
d. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas
yang ada, tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang
disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun
fasilitas yang tersedia di masyarakat.
e. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan
kesehatan, setiap klien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan
pulang harus dilakukan.
4. Jenis jenis Discharge Planning
a. Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan
pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat
komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat dirumah sakit namun

25
harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas
terdekat.
b. Absolute discharge (pulangmutlak atau selamanya) cara ini
merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit, namun
apabila pasien perlu dirawat kembali, maka prosedur perawatan
dapat dilakuakan kembali.
c. Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan
pulang walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk
pulang, tetapi pasien hrus dipantau dengan melakukan kerja sama
dengan perawatan puskesmas terdekat.

26
BAB III
MANAJEMEN RUANGAN PERAWATAN UMUM 1 (RPU 1)
RUMAH SAKIT JUANDA KUNINGAN

3.1 GambaranUmum
3.1.1 GambaranUmum Rumah Sakit Juanda Kuningan.
Rumah Sakit Juanda adalah rumah sakit umum swasta yang berlokasi
di Jl. Ir. H. Juanda No 207 Kuningan, yang didirikan pada tanggal 12
November 2002, di bawah Yayasan Assyfa yang diketuai oleh dr. H.
Sardjono, M. Kes. Perlu diketahui bahwa, sebelumnya RS. Juanda Kuningan
adalah sebuah rumah bersalin yang hanya melayani pasien kebidanan dan
kandungan, namun karena kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang bersifat
umum di Kabupaten Kuningan meningkat, maka Rumah Bersalin Juanda
berubah menjadi Rumah Sakit Umum Swasta dengan nama Rumah Sakit
Juanda Kuningan sesuai dengan Surat Izin Penyelenggaraan Rumah Sakit
Nomor : 503/11/028 /Jamsarkes dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan.
Pada Tahun 2012 badan hukum Rumah Sakit Juanda berubah menjadi
di bawah PT. GAFARI dimana direktur utamanya adalah dr. H. Sardjono, M.
Kes serta mendapatkan ijin pelayanan kesehatan sebagai rumah sakit tipe C.
Rumah Sakit Juanda adalah rumah sakit yang mengutamakan
pelayanan, kebersihan, dan keramahan petugas sehingga kepuasan pasien
(Customer Satisfaction) adalah segala-galanya. Sebagai rumah sakit swasta
di kota Kuningan Rumah Sakit Juanda Kuningan hadir tidak untuk
berkompetisi dengan rumah sakit yang lain, melainkan untuk saling
melengkapi dan meningkatkan kualitas derajat kesehatan masyarakat di
Kabupaten Kuningan. Dalam usianya yang telah mencapai sepuluh tahun RS.
Juanda Kuningan terus berbenah dalam berbagai aspek, baik aspek pelayanan
medis, manajemen, peralatan kesehatan, sarana dan prasarana yang
menunjang dalam bidang pelayanan kesehatan terhadap pasien.

27
A. Instalasi Pelayanan Medis
1. Instalasi Rawat Inap
a) VVIP
b) VIP A
c) VIP B
d) Kelas 1
e) Kelas 2
f) Kelas 3
g) Ruang Kebidanan
h) Ruang Perawatan Anak
i) Perinatologi
j) Ruang Isolasi
k) Kamar Operasi
2. Instalasi Rawat Jalan
a) Poli Umum
b) Poli Gigi
c) Poli Gizi
d) Poli Laktasi
e) Poli Khitan
f) Poli Vaksin
g) Poli Transfusi
h) Poli PDP
i) Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
j) Poliklinik Spesialis Paru & Pernapasan
k) Poliklinik Spesialis Anak
l) Poliklinik Spesialis Kebidanan & Kandungan
m) Poliklinik Spesialis Bedah
n) Poliklinik Spesialis Kulit & Kelamin
o) Poliklinik Spesialis Mata
p) Poliklinik Spesialis Rehabilitasi Medik
q) Poliklinik Spesialis Kesehatan Jiwa

28
r) Poliklinik Spesialis Orthopedi
s) Poliklinik Urologi
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Instalasi Bedah Sentral
5. Instalasi Intensive Care Unit (ICU)
6. Instalasi Pemulasaran Jenazah
7. Instalasi Laboratorium
8. Instalasi Farmasi
9. Instalasi Radiologi
10. Instalasi Pemasaran Sosial dan SIM RS
11. Instalasi Laundry
12. Instalasi Bank Darah
13. Instalasi Gizi
14. Instalasi Administrasi Pasien
15. Unit Hemodialisa\
16. Ruang JKN & Casemix
17. Ruang Bimroh

3.2 Kajian/AnalisisSituasi
3.2.1 Kajian Situasi Rumah Sakit Juanda Kuningan
A. VisiRumah Sakit Juanda Kuningan
“Menjadi Rumah Sakit Pilihan Utama di Kabupaten Kuningan
yang Berorientasi Pada Layanan Berkualitas, Paripurna dan
Berkesinambungan.”
B. Misi Rumah Sakit Juanda Kuningan
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan berkualitas sesuai standar
nasional.
2. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
sesuai standar nasional yang berkesinambungan.
3. Meningkatkan sarana dan prasarana guna menunjang kualitas mutu
layanan kesehatan

29
4. Menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis dengan institusi
dan pelanggan
5. Kendali mutudan kendali biaya
C. Motto Rumah Sakit Juanda Kuningan
“Kesembuhan dan Kepuasan Pasien Adalah Tujuan Utama Kami.”
D. Tujuan Rumah Sakit Juanda Kuningan
Melaksanakan pelayanan kesehatan yang paripurna dengan
mengutamakan kesembuhan, dengan berpedoman kepada usaha
promotive, preventive, curative, rehabilitative.

3.2.2 Kajian/Analisis Situasi Ruangan Perawatan Umum 1 (RPU 1)


A. Karakterstik Unit
1. Visi Ruangan
“Menjadi team perawat yang solid dalam bekerjasama untuk
mencapai perawatan pasien yang maksimal.”
2. Misi Ruangan
a. Menjadikan RPU 1 sebagai acuan pelaksanaan askep dan tata
kelola askep yang optimal.
b. Meningkatkan efektivitas kerja dengan menyajikan laporan
yang sistematis, responsif, cepat, tepat dan akurat.
c. Meningkatkan kemampuan perawatan pasien dalam bekerja,
baik secara individu maupun team.
d. Menciptakan kondisi lingkungan pasien yang baik dan nyaman.
e. Ikut serta mendukung visi dan misi Rumah Sakit Juanda.
3. Motto
“ CARE (Cermat, aman, responsif, empati).”
4. Sifat Kekayaan Ruangan
a. Fokus telaah
Fokus telaah RPU 1 Rumah Sakit Juanda Kuningan yaitu
perawatan isolasi. RPU 1 merupakan unit pelayanan bagi pasien
BPJS dan non BPJS (umum).Dalam bidang pendidikan fokus

30
telaah RPU 1adalah dokter, perawat, staff, pasien, keluarga
pasien dan juga mahasiswa yang membutuhkan pengetahuan
dan pengalaman dalam memenuhi kebutuhan pasien khususnya
masalah keperawatan.
b. Lingkup garapan
Lingkup garapan dalam bidang pelayanan di RPU 1
Rumah Sakit Juanda Kuningan adalah pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Selain itu perawat di Rumah Sakit
Juanda juga selalu memberikan edukasi pada keluarga pasien
pada saat perawatan dan saat persiapan pulang.
c. Basis intervensi
Basis intervensi dalam bidang pelayanan RPU 1 RS
Juanda Kuningan adalah ketidaktahuan, ketidakmampuan dan
ketidakmauan pasien maupun keluarga pasien untuk memenuhi
kebutuhan dasar pasien dengan masalah kesehatan. Intervensi
dan pelaksanaan asuhan keperawatan di RPU 1 belum
meratanya penggunaanSDKI, SLKI dan SIKI, namun pada
pelaksanaan asuhan keperawatan disesuaikan berdasarkan
kemampuan perawat.
4. Model Layanan
Model layanan di RPU 1 menggunakan model pelayanan
keperawatan metode tim, artinya pengorganisasian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan tim yang terdiri atas kelompok
klien dan perawat.

31
5. Denah Ruangan

Mawar 2

Mawar 1

R.Perawat

R. Peralatan

Melati 4
Melati 3

Melati 2

Melati 1

Jasmin
1
Kamar mandi Nusa 1

Jasmin 2 Nusa 2

Gambaran 3.1 Denah Ruang RPU 1 Rumah Sakit Juanda Kuningan

6. Kapasitas Ruangan
Hasil pengkajian dari tanggal 28 Desember 2023, melalui
Observasi, Wawancara, Penyebaran Angket dan survey, RPU 1
adalah ruang perawatan dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 18
tempat tidur. Dengan dilengkapi alat medis dan non medis yang
bertujuan untuk menunjang kebutuhan pasien.
7. Karakteristik Ruangan
RPU 1 merupakan ruangan perawatan isolasi, dimana pasien
yang sedang perawatan di RPU 1 merupakan pasien dengan masalah
kesehatan dalam kategori penyakit menular.

32
B. Analisis Pasien
RPU 1 Rumah Sakit Juanda Kuningan adalah ruang perawatan
isolasi yang terdiri dari ruangan dengan pasien yang memiliki masalah
kesehatan yang beragam seperti pasien yang memiliki keluhan sedang
sampai berat.
1. Jumlah Pasien pada Bulan Mei 2022 Di RPU 1
Jumlah pasien pada bulan Desmber 2023 terdiri dari 108
pasien dilihat berdasarkan cara pembayarannya yaitu melalui
Umum, BPJS dan Asuransi. Adapun bentuk datanya, sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Jumlah Pasien Menurut Cara Pembayaran Bulan
Desember 2023 Di RPU 1 Rumah Sakit Juanda
No Cara Pembayaran Frekuensi (ƒ) Presentase (%)
1. Umum 1 1,0
2. BPJS 106 98,0
3. Asuransi 1 1,0
Total 100 100,0
Sumber: Laporan Registrasi Pasien RPU 1 bulan Desember 2023

33
C. Analisis Unit Layanan Keperawatan
a) Flow of Care
a) Alur transfer pasien
Keluarga Pasien daftar
rawat inap ke petugas
Pasien Masuk
admisi rawat inap
melalui UGD / Poli
Rawat Jalan

Petugas Admisi rawat inap,


Staff perawatan rawat inap,
memesankan tempat untuk
mengkonfirmasi kesiapan
pasien ke staff perawatan
tempat untuk pasien baru
rawat inap, untuk pasien baru
kepada staff UGD / Poli
rawat jalan dari IGD atau poli rawat jalan

Staff UGD / Poli rawat inap Staff Perawat / Bidan UGD / Poli
mengkonfirmasi kondisi pasien, rawat inap mengirim pasien ke
diagnosa, dll ruangan yang dituju

Jika hasil assessment awal pasien Staff perawatan rawat inap menerima dan
baru tidak lengkap, staff melakukan handover pasien dengan staff
keperawatan rawat inap UGD / poli rawat jalan di depan pasien
mengkonfirmasi kembali tentang
kelengkapan assessment tersebut
dan harus segera diisi oleh staff
keperawatan UGD / poli rawat
jalan

Staff perawatan rawat inap


mengorientasikan ruangan
kepada pasien dan keluarga
34 pasien sesuai dengan
kebutuhan pasien
b) Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru Di RPU 1
Tabel 3.2 Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru Di RPU 1 Rumah
SakitJuanda
No Jenis Tindakan Ya Tidak
1. Perawat mengucapkan salam. 80% 20%
2. Perawat memperkenalkan diri 60% 40%
kepada pasien
3. Perawat menunjukkan kamar 100%
dan ruang perawatan.
4. Perawat menjelaskan tata tertib 80% 20%
rumah sakit (waktu berkunjung
dan peraturan penunggu
pasien).
5. Perawat menjelaskan hak dan 60% 40%
kewajiban pasien.
6. Melakukan orientasi kamar 80% 20%
pasien dan kamar mandi.
7. Mengenalkan dokter yang 100%
merawat (DPJP), PPJP , dokter
ruangan.
8. Menjelaskan alur evakuasi. 80% 20%
9. Menjelaskan tindakan yang 100%
akan dilakukan kepada pasien.
10. Memberikan edukasi mengenai 40% 60%
hand hygiene.
11. Menjelaskan manfaat gelang 40% 60%
pasien serta penjelasan resiko
jatuh.
Rata Rata 74% 35%
Berdasarkan observasi dan pengkajian dari tanggal 28
Desember 2023 sampai dengan 29 Desember 2023 kepada 10
responden bahwa pelaksanaan orientasi pasien baru didapatkan
nilai rata-rata responden yang memilih jawaban ya sebesar 74%
sedangkan responden yang memilih jawaban tidak sebesar 35%.
Dari hasil diatas dapat dikatakan sudah dilaksanakan dengan baik.
c) Operan jaga
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal
28-29 Desember 2023 didapatkan hasil bahwa operan jaga yang
dilakukan oleh perawat di ruang RPU 1 RS Juanda Kuningan

35
sudah optimal dimana ketika shift pagi kepala ruangan
melakukan pre conference and post conference sebelum
melakukan kegiatan yang dimulai dengan membaca doa terlebih
dahulu, menyampaikan maksud dan tujuan, kemudian
penyampaian asuhan yang telah diberikan dari shift malam ke
shift pagi dan setelah itu langsung melakukan kunjungan ke
setiap kamar pasien yang diikuti oleh kepala ruangan, kepala tim
dan perawat pelaksana dan kegiatan tersebut sudah optimal
dilakukan di semua ruagan yang ada di RPU 1.
d) Ronde Keperawatan
Tabel 3.3 Ronde Keperawatan RPU 1 Di Rumah Sakit Juanda
No Aspek Hasil Observasi
1. Pelayanan Alur Pasien Masuk
Penerimaan Pasien Hasil Observasi Saat Pengkajian Tanggal 28
Desember - 29 desember 2023
a. Pasien masuk dari IGD setelah mendapat
kofirmasi dari perawat RPU 1 bahwa kamar dan
tempat tidur telah siap, baru pasien diantar dari
IGD ke ruangan. Diruangan perawat melaporkan
pasien baru kepada dokter, setelah menerima
advis dari dokter perawat mengecek obat-obatan
yang akan diberikan kepada pasien, inform
consent dilakukan pada pasien ataupun keluarga
mengenai tindakan yang akan dilakukan pada
pasien. Selanjutnya tindakan disesuaikan dengan
advis dokter.
Hasil Observasi Saat Pengkajian Tanggal 28
Desember - 29 Desember 2023
a. Dari 4 orang pasien baru yang masuk ke RPU 1,
pasien diantar petugas dari IGD dan keluarga.
Perawat memeriksa kelengkapan status dan
memberi tahu kamar dan tempat tidur yang telah
disiapkan. Pasien langsung diantar oleh petugas
IGD ke kamar dan tempat tidur yang telah
disiapkan. Pasien dipindahkan oleh petugas IGD
dan keluarga pasien ikut membantu
memindahkan pasien ketempat tidur.
Selanjutnya perawat ruangan mengatur peralatan
pendukung sesual kebutuhan pasion (tetesan
infus, oksigen dll).

36
b. Pasien baru yang masuk ke RPU 1, dilakukan
pengkajian Tanda-Tanda Vital, orientasi ruangan
dan penjelasan tata tertib ruangan dilakukan
dengan baik pada pasien maupun pada keluarga
pasien, serta penjelasan penyakit atau diagnosa
penyakit dilakukan dengan baik pada pasien
maupun pada keluarga. Perawat
memperkenalkandiri sebagai petugas dinas pada
jam kerja nya.
Alur Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium (lab)
Pemeriksaan laboratorium sudah dilakukan di
IGD. Pemeriksaan laboratorium pagi atau siang
hari dilakukan dengan pengambilan sampel
darah kemudian mengirimkan sampel
pemeriksaan ke laboratorium.
b. Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan radiologi
dilakukan setelah pasien diperiksa oleh
dokter/pasien yang harus dikonsulkan kebagian
lain, dokter menuliskan permintaan konsul,
kemudian perawat membawa status pasien
tersebut kebagian yang dituju.
Simpulan Masalah :
Perlu dipertahankan dalam pelaksanaan alur penerimaan pasien masuk di RPU 1,
dan inform concent saat menerima pasien baru terutama orientasi ruangan,
peraturan rumah sakit dan penjelasan diagnosa.
2. Pengelolaan pasien Pengelolaan Pasien di Ruangan
di ruangan a. Hasil observasi selama 2 hari didapatkan
pengelolaan pasien diruangan yaitu:
setelah pasien menempati kamar yang sesuai
kemudian perawat mengecek dokumen pasien
terkait pengobatan dan terapi lain yang telah
didapatkan di IGD, kemudian diresepkan obat dan
keperluan lainnya seperti konsul dengan dokter
terkait sesuai kebutuhan pasien.
b. Model pelayanan yang digunakan di RPU 1 yaitu
metode tim.
c. Distribusi penyakit di RPU 1 sebagian besar
pasien dengan Pneumonia, TB Paru, Efusi Pleura,
PPOK, Dyspepsia, Hipertensi, DM, SOPT, PPH,
dan Anemia.
d. Distribusi perawat: jumlah tenaga perawat di RPU
1 sebanyak 14 orang termasuk dengan kepala
ruangan. Shift pagi terdiri dari 2 orang perawat
pelaksana 1 orang kepala tim dan 1 orang kepala
ruangan, 2 orang perawat pelaksana dan 1 orang

37
katim shift sore, 2 orang perawat pelaksana dan 1
kepala tim shift malam. 3 orang lepas dinas.
Namun, jadwal tersebut bisa berubah karena
jadwal disesuaikan dengan jadwal tiap bulan.
e. Distribusi mahasiswa : jumlah mahasiswa
program profesi ners sebanyak 10 orang. Yang
terbagi dalam 3 shift dengan jumlah masing-
masing orang per shift adalah sebanyak 4 orang
dan 3 orang.
f. Bed yang terisi pada tanggal 28-29 desember
2023 sebanyak 13 bed dan bed yang kosong
sebanyak 5 bed.
g. Dalam pengambilan obat dilakukan oleh perawat
yang sebelumnya sudah diberikan resep yang
ditandatangani oleh dokter untuk pengambilan
obat ke apotek.
h. Pemeriksaan laboratorium untuk pagi atau siang
hari,pengambilan sampel darah dilakukan oleh
perawat dan perawat mengirimkan sampel
pemeriksaan ke laboratorium.
i. Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien,
perawat bekerjasama dengan ahli gizi, yang
sebelumnya perawat sudah menuliskan identitas
dan jenis makanan yang tepat untuk pasien.
Selanjutnya ahli gizi akan mengantarkan makanan
setiap pagi, slang dan sore hari.
j. Visit dokter dilakukan sesuai jadwal, jika ada
pasien baru perawat langsung konsultasi ke dokter
via telepon jika dokter yang bersangkutan tidak
sedang berada di rumah sakit. Advise yang
didapatkan di dokumentasikan dalam buku
catatan dan rekam medik pasien.
Simpulan Masalah:
Perlu dipertahankan dalam pengelolaan pasien di RPU 1
3. Discharge planning Alur Pasien Pulang
a. Pasien diperbolehkan pulang setelah dinyatakan
sembuh atau rawat jalan diizinkan oleh dokter
yang menangani. Bila pasien pulang paksa,
pasien atau keluarga harus menandatangani
format penolakan rawat inap maka pasien
diizinkan untuk pulang. Perawat menjelaskan
cara penyelesaian administrasi dan memeriksa
kelengkapan administrasi serta hasil
pemeriksaan penunjang. Setelah administrasi
dinyatakan lengkap, perawat memberikan dan
menjelaskan obat yang harus diminum, waktu

38
kontrol yang telah ditulis secara lengkap dan
cara perawatan di rumah.
Simpulan Masalah :
Perlu dipertahankan dalam Discharge Planning di RPU 1, karena penerapannya
sudah cukup baik bagi pasien dan keluarga yang akan pulang untuk perawatan
dirumah
4. Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Kebutuhan
Kebetuhan Dasar a. Pasien yang mengalami gangguan oksigenasi
Manusia dibantu dengan pemberian 02 yang sesuai
dengan advis dokter.
b. Ventilasi/jendela tiap kamar tidak semua
dibuka, namun berfungsi dengan baik. Dan
disetiap ruangan terdapat blower.
c. Pada tanggal 28-29 desember 2023 berdasarkan
observasi terdapat pasien yang menggunakan
oksigen sebanyak 3 pasien.
Simpulan Masalah:
Ventilasi ruangan di RPU 1 sudah memenuhi kebutuhan pasien.
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
a. Pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien di
RPU 1 dilakukan dengan cara oral dan
parenteral.
b. Pergantian alat infus dilakukan 3 hari dan bila
pasien plebitis, bengkak dan transfusi darah.
Cairan diganti berdasarkan kebutuhan setiap
pasien dan observasi perawat.
c. Pergantian cairan infus biasanya jenisnya sama
dengan sebelumnya atau disesuaikan dengan
keadaan dan kebutuhan pasien yang merupakan
hail konsultasi dengan dokter.
d. Pada tanggal 28-29 desember 2023 berdasarkan
observi terdapat 13 orang yang terpasang cairan
infus.
Simpulan Masalah :
Perlu dipertahankan cairan dan elektrolit bagi pasien di RPU 1
Kebutuhan Nutrisi
a. Menu makanan pasien diatur oleh bagian gizi dan
disesuaikan dengan koodisi pasien.
b. Penyajian makanan diberikan 3x sehari.
c. Penyajmn makan pagi jam 06.00 makan siang
jam 11.00 dan makan sore jam 17.00.
d. Makanan dan air minum disajikan dalam keadaan
tertutup
e. Perubahan diet pasien di domumentasikan di
buku makanan.

39
f. Dari segi penyajian makanan, kebersihan
makanan, ketepatan waktu pemberian makanan
hampir seluruh pasien mengatakan sudah "baik".
g. Kontrol makanan atau diet di tentukan oleh
dokter dan di lakukan oleh ahli gizi.
h. Pengkajian pada tanggal 28-29 desember 2023,
terdapat 10 pasien, dengan hasil wawancara 10
pasien mengatakan bahwa makanan dari rumah
sakit "cukup enak" serta mengatakan nafsu
makan baik, terbukti dengan porsi makan yang di
habiskan.
Simpulan Masalah :
Sudah cukup baik Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada pusien di RPU 1
Kebutuhan eliminasi
a. Pemenuhan kebutuhan eliminasi dilakukan
dengan bantuan kehurps ke kamar mandi,
mengeunakan pispot, pempers atau pasien
dipasang kateter.
b. Kamar mand tersedia Idi setiap kamr dengan
dalam kondis eukup bersih dengan lancar aliran
air yang lancar.
Simpulan masalah :
Perlu dipertahankan dalam Kebutuhan Eliminasi bagi pasien di RPU 1
Istirahat dan Tidur
a. Dari hasil observasi, penpaturan tentang tata
tertib jam kunjungan dan batasan jumlah
penunggu sudah terlekasana dengan cukup baik,
sehingga tidak mengganggu kenyamanan dan
istirahat tidur pasien.
b. Tidak tersedia ruang tunggu untuk keluarga
pasien.
c. Fasilitas tempat tidur : 100% layak pakai, tempat
tidur juga terdapat pengamanan tempat tidur.
d. Dari hasil observasi tingkat kebisingan di RPU 1
dapat disimpulkan bahwa cukup tenang, hal ini
di karenakan RPU 1 berada di bagian samping
Rumah Sakit dan jauh dari parkiran.
Hasil pengkajian dari 10 pasien, didapatkan
sebanyak 4 pasien mengatakan dapat tidur dengan
nyenyak dan 6 pasien yang mengeluh tidak dapat
tidur dengan nyenyak karena nyeri, batuk dan
cemas yang dirakan pasien.
Simpulan Masalah :
Perlunya peningkatan fasilitas ruang tunggu keluarga pasien dengan kapasitas
yang telah dibatasi utuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman

40
Kebutuhan Aktivitas
a. Pemenuhan ADL pasien dibantu oleh keluarga.
Tetapi apabila keluarga pasien ada kesulitan,
biasanya dibantu oleh perawat.
b. Pendidika kesehatan yang dialakukan perawat
melalui lisan
Simpulan Masalah :
Perlu dipertahankan dalam Kebutuhan aktivitas bagi pasien di RPU 1
Kebutuhan integritas kulit dan kebersihan diri
a. Menurut perwat pemenuhan kebutuhan
kebersihan di dilakukan oleh keluarga tetapi bila
ada kesulitan di bantu oleh perawat.
b. Pemenuhan personal hygiene dilakukan oleh
pasien sendiri atau keluarga di bantu oleh
perawat.
c. Berdasarkan observasi yang telah di lakukan
tanggal 29 desember 2023 di temukan 1 pasien
yang memerlukan bantuan kebersihan diri total.
Rumusan masalah :
Perlu dipertahankan dalam membantuan kebersihan diri.
Pencegahan Terkadap Infeki di RPU 1
1) Upaya pencegahan infeksi pada pasien
a. Perawat melakukan cuci tangan sebelum
melakukan tindakan kepada pasien, dan
melakukan cuci tangan kembali setelah
tindakan atau kontak dengan pasien sesuai
protap (6 langkah cuci tangan).
b. Menggunakans sarung tangan dan memakai
apron/sow.
c. Set ganti balutan yang steril dan
menggunakan teknik septic dan aseptic.
d. Petunjuk cuci tangan yang benar terpasang di
sebelah tempat cuci tangan di ruang perawat.
Untuk petujuk cuci tangan pasien terpasang
dalam kamar.
e. Terdapat handrub di depan setiap kamar
pasien.
2) Kamar pasien di pel sebanyak 2x sehari pada
shift pagi dan sore.
3) Penampungan sampah medis dan non medis
sudah terpisah.
4) Terdapat 2 (dua) tempat sampah untuk sampah
medis (wama kuning), non medis (wamna

41
hitam). namun untuk sampah bekas makanan
atau minuman masih disatukan ke sampah non
medis dan safety box yang masing-masing
terpisah dari tempat sampah.
Simpulan Masalah :
Perlu dipertahankan tindakan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan pada
pasien secara langsung. Perlu ditingkatkan pengolahan sampah non medis khusus
untuk bekas makanan dan minuman.
5 Aplikasi proses Dokumnentasi Asuhan Keperawatan
keperawatan a. Sistem pendokumentasian yang berlaku di RPU
1 adalah system SOR (Source Oriented Record)
yaitu satu sistem pendokumentasian yang
berorientasa dari berbagai sumber tenaga
kesehatan, misalnya dari dokter, perawat,
rehabilitasi dan lain- lain. Selama ini,
pendokumentasian asuhan keperawatan sudah
dilakukan dengan cukup optimal. Hal tersebut
berdasarkan observasi dan wawancara dengan
kepala ruangan bahwa pendokumentasian
dilakukan oleh perawat yang mengisi format
pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
b. Dari hasil observasi yang dilakukan tanggal 29
Desember 2023, dengan melihat status pasien
didapatkan dokumentasi untuk pengisian lembar
pengkajian sudah diisi secara optimal, laporan
catatan perkembangan pasien yang meliputi
SOAP sudah cukup optimal. Format laporan
harian dinas terdiri dari nama, no kamar, status
kepesertaan, diagnose penyakit, therapy dan
laporan keadaan pasien yang ditulis dari tiap
shifnya yaitu keadaan umum klien, therapy yang
diberikan serta intruksi dari tim kesehatan lain
(Dokter).
Pengkajian
Dari hasil studi dokumentasi yang dilakukan
selama 2 hari terhadap 5 dokumentasi asuhan
keperawatan di isi dengan lengkap dari mulai
pengisian format pengkajian yang ada, yaitu
dengan mencheck list pada option yang
disediakan. Berdasarkan observasi terhadap
perawat. perawat ruangan melakukan pengkajian
secara akurat karena berdasarkan tehnik

42
pemeriksaan fisik yang ditetapkan dari mulai
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
Diagnosa Keperawatan
Dari 5 dokumentasi asuhan keperawatan yang
ada, perawat mencantumkan beberapa diagnosa
keperawatan prioritas yang disesuaikan
berdasarkan keluhan pasien. Tetapi belum
merathnya pengpunaan SDKI pada penumusan
diagosa Perencanaan keperawatan : Secara
keseluruhan perencanaan intervensi keperawatan
sudah sessai dengan diagnosa keperawatan yang
muncul. Tetapi belum meratanya penggunaan
SLKI dan SIKI perumusan
perencanaan.

Pelaksanaan keperawatan
a. Sebagian besar dari rencana tindakan yang
dibuat oleh perawat dilakukan dengan
melibatkan pasien atau keluarga.
b. Implementasi dilakukan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan, sebagian besar
implementasi keperawatan yang dilakukan
yaitu sesuai kebutuban pasien, dalam
beberapa kondisi terkadang kebutuhan pasien
berubah sehingga perlu melakukan tindakan
segera tanpa perencanaan terlebih dahulu.
Namun, sebelumnya dikonsultasikan atau
sesuai advis dokter.
c. Berdasarkan observasi yang dilakukan dari l4
dokumentasi ASKEP didapatkan hasil
seluruh dokumentasi sudah mencantumkan
nama, tanggal, jam dan tanda tangan perawat
dalam melakukan setiap tindakan.
Evaluasi keperawatan
Evaluasi yang dilakukan sudah mengacu
pada tujuan dán dilakukan evaluasi hasil dani
setiap tindakan yang diberikan, Catatan
perkembangan yang digunakan SOAP.
6 Metode pengelolaan Metode ini menggunakan cara tim yaitu terdapat 4
pasien kepala tim dan 2-3 anggota setiap tim. Setiap tim
berhak memegang pasien secara menyeluruh.
7 Pendidikan Pendidikan kepada pasien dan keluarga dilakukan

43
cukup aktif oleh perawat. Pendidikan kesehatan
diberikan sesuai denean dingnosis, prognosis dan
pengobaran pasien dan ketika Pasien nanyakan
tentang penyakit atau hal lain yang berkaitan dengan
pasien. Pendidikan kesehatan yang diberikan
biasanya dilakukan berbarengan pada saat tindakan,
misalkan pada saat pemberian terapi dan pada Saat
ada pasien atau keluarga
8 Penelitian Rumah Sakit Juanda mempebolehkan siapapun
yang ingin melakukan salah satunya di RPU 1.

b) Manajemen Unit
Data Inventaris Ruang Perawatan / Sarana dan Prasarana
Penunjang Rumah Sakit Juanda Kuningan
Ruang : RPU 1
Jumlah Tempat Tidur : 18 Tempat Tidur
Tabel 3.4 Sarana Prasarana Di RPU 1 Rumah Sakit Juanda
No. Sarana Prasarana Jumlah Kondisi
1. EKG 1 Baik
2. Timbangan Dewasa 1 Baik
4. Stetoskop 3 Baik
5. Termometer 2 Baik
6. SPO2 3 Baik
7. Baki 1 Baik
8. Ambu Bag 1 Baik
9. Nebulizer 2 Baik
10. Box Tindakan 2 Baik
11. Komputer 2 Baik
12. Kotak Saran 1 Baik
14. Dispenser 1 Baik
15. Lemari Steril 1 Baik
16. Safety Box 4 Baik
17. Tempat Sampah Infeksius 1 Baik
18. Tempat Sampah Rumah Tangga 2 Baik
19. Tempat Sampel 1 Baik
20. Apar 1 Baik
21. Helm 4 Baik
22. Kursi Roda 2 Baik
23. Handsrub 1 Baik
24. Troli 2 Baik
25. Bak Instrumen 1 Baik

44
26. Bengkok 1 Baik
27. Torniquet 2 Baik
28. Kursi 8 Baik
29. Nier Beken 2 Baik
30. Pincet Anatomis 2 Baik
31. Pincet Chirugris 1 Baik
32. Blankar 1 Baik
33. Tensimeter Manual 2 Baik
34. Gunting Jaringan 1 Baik
35. Gunting Verban 2 Baik
36. Gunting 1 Baik
37. Alat GDS 2 Baik
38. Tensimeter Digital 2 Baik
39. Monitor CCTV 1 Baik
40. CCTV 4 Baik
41. Lemari non steril 1 Baik
42. Lemari pendingin 1 Baik
43. Kipas Angin 2 Baik
44. Meja kecil 1 Baik
45. Patient monitor 1 Baik
46. Lemari alat non medis 1 Baik
47. X-ray Viewer 1 Baik
48. Syringpump 2 Baik

Tabel 3.5 Sarana Prasarana Tiap Ruangan Di RPU 1 Rumah


Sakit Juanda
Ruangan Sarana dan Jumlah Kondisi
prasarana
NusaIndah 1 Tempat tidur 1 Baik
Standar infus 1 Baik
Sofsa 1 Baik
Lemari 1 Baik
Meja tindakan 1 Baik
Wastafel 1 Baik
Kipas 1 Baik
Temperature 1 Baik
Jam dinding 1 Baik
Blower 1 Baik
CCTV 1 Baik
Handsanitaizer 1 Baik
Nusaindah 2 Tempat tidur 1 Baik
Standar infus 1 Baik

45
Sofa 1 Baik
Lemari 1 Baik
Meja tindakan 1 Baik
Wastafel 1 Baik
Kipas 1 Baik
Temperature 1 Baik
Jam dinding 1 Baik
Blower 1 Baik
CCTV 1 Baik
Handsanitaizer 1 Baik
Jasmin 2 Tempat tidur 1 Baik
Standar infus 1 Baik
Sofa 1 Baik
Lemari 1 Baik
Meja tindakan 1 Baik
Wastafel 1 Baik
Kipas 1 Baik
Wc 1 Baik
Jam dinding 1 Baik
Blower 1 Baik
CCTV 1 Baik
Handsanitaizer 1 Baik
Melati 1 Tempat tidur 2 Baik
Standar infus 2 Baik
Kipas 2 Baik
Kursi 2 Baik
Wc 2 Baik
Blower 2 Baik
Jam dinding 1 Baik
Melati 2 Tempat tidur 2 Baik
Kipas 2 Baik
Jam dinding 1 Baik
Lemari 2 Baik
Standar infus 2 Baik
Kursi 2 Baik
Blower 2 Baik
Wc 2 Baik
Tempat sampah 1 Baik
Melati 3 Tempat tidur 2 Baik
Kipas 2 Baik
Standar infu 2 Baik
Kursi 2 Baik
Wstafel 1 Baik
Tempat sampah 1 Baik
Blower 2 Baik
Wc 1 Baik

46
Melati 4 Tempat tidur 2 Baik
Kipas 2 Baik
Standar infu 2 Baik
Kursi 2 Baik
Wastafel 1 Baik
Tempat sampah 1 Baik
Blower 2 Baik
Wc 1 Baik
Mawar 1 Tempat tidur 3 Baik
Kipas 2 Baik
Standar infu 3 Baik
Kursi 3 Baik
Wastafel 1 Baik
Tempat sampah 1 Baik
Blower 2 Baik
Wc 1 Baik
Mawar 2 Tempat tidur 3 Baik
Kipas 2 Baik
Standar infu 3 Baik
Kursi 3 Baik
Wastafel 1 Baik
Tempat sampah 1 Baik
Blower 2 Baik
Wc 1 Baik

D. Sumber Daya atau Kekuatan Kerja


1. Man (manusia)
a) Struktur organisai RPU 1 Rumah Sakit Juanda Kuningan
Secara struktural RPU 1 Rumah Sakit Juanda Kuningan di
bawah bidang instalasi rawat inap yang di pimpin oleh seorang
kepala ruangan dan dibantu 4 kepala tim, 8 perawat pelaksana.

47
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Ruang RPU 1 Rumah Sakit Juanda
Kuningan

KABID KEPERAWATAN
H. Ns. Nana Suryana, S.Kep.,. M.Kep.

KEPALA RUANGAN
Ns. Uceu Srimulyani, S.Kep.,. M.Kep.

KA. TIM KA. TIM KA. TIM KA. TIM


Ns. Dadan Rina Heryanti. Risa Salsabila. Ns. Asri Rahayu.
Hamdan.S.Kep. Amd.Kep. Amd.Kep S. Kep

PERAWAT PELAKSANA
1. Mega Aulia P Amd.Kep.
2. Siti Khoirunisa. Amd. Kep.
3. Syifa Nurul H Amd.Kep.
4. M. Rizal Azmi A Amd.Kep
5. Ns. Anggita Maharani, S. Kep
6. Reksa Fazar Nugraha, Amd. Kep
7. Yunita Septianingsih, S.Kep., Ners
8. Hapera S. Kep., Ners

b) Ketenagakerjaan/Sumber Daya Manusia


Tenaga kerja Ruang RPU 1 Rumah Sakit Juanda
Kuningan berjumlah 12 orang yang terdiri dari 1 kepala
ruangan, 4 kepala tim, 8 perawat pelaksana. Dari 13 orang

48
tenaga kerja yang bekerja di RPU 1 Rumah Sakit Juanda
Kuningan berpendidikan sebagai berikut:

Tabel 3.7 Daftar Keadaan Dan Kebutuhan Pegawai RPU 1Rumah Sakit Juanda
Kuningan

No Ketenagaan No Nama Pendidikan Lama STR SIK


RPU 1 Kerja
1. Kepala 1. Ns. Uceu Srimulyani, Profesi Ners 11 (+) (+)
Ruangan S.Kep. Tahun
2. Kepala Tim 1. Ns. Dadan Hamdan, Profesi Ners 7 Tahun (+) (+)
S. Kep.
2. Rina Heryanti, Amd. DIII 11 (+) (+)
Kep. Keperawatan Tahun
3. Risa Salsabila, DIII 2 Tahun (+) (+)
Amd.Kep Keperawatan
4. Ns. Asri Rahayu, Profesi Ners 2 Tahun (+) (+)
S.Kep
3. Perawat 1. Mega Aulia P, DIII 2 Tahun (+) (+)
Pelaksana Amd.Kep Keperawatan
Siti Khoirunisa, Amd. DIII 1 Tahun (+) (+)
2. Kep Keperawatan
Syifa Nurul H, Amd. DIII 1 Tahun (+) (+)
3. Kep Keperawatan
M. Rizal Azmi A, DIII 1 Tahun (+) (+)
4. Amd. Kep. Keperawatan
Ns.Anggita Profesi Ners 1 Tahun (+) (-)
5. Maharani, S.Kep
Reksa Fazar DIII 9 bulan (+) (-)
6. Nugraha, Amd.Kep Keperawatan
Yunita Septianingsih, Profesi Ners 7 bulan (+) (-)
7. S.Kep., Ners
Hapera, S.Kep., Ners Profesi Ners 1 bulan (+) (-)
8.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan,


bahwasannya masih ada perawat yang belum mempunyai SIP,
dikarenakan masih dalam proses pembuatan.
2. M3 (Metode)
Manajemen asuhan keperawatan di Ruang RPU 1 Rumah
Sakit Juanda Kuningan menggunakan metode keperawatan tim.
Dimana artinya pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat.

49
E. Lingkungan Kerja
1. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik adalah semua keadaan yang terdapat
disekitar, seperti ruangan, suhu udara, sirkulasi udara, pencahayaan,
kebisingan, getaran mekanis, kebersihan dan bau-bauan, warna akan
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia tersebut
(Mugianti, 2018).

Tabel 3.8 lingkungan Fisik

Lingkungan Fisik
Kapasitas Ruangan RPU 1 RS. Juanda Kuniingan
No. Ruangan Jumlah
1. Nurse Station 1
2. Ruang Perawatan 9
3. Kamar Mandi Perawat 2
4. Kamar Mandi Pasien 10

Tabel 3.9 Kapasitas Unit Keperawatan

Kapasitas Unit Ruangan


Ruang RPU 1 memiliki ruang perawatan yang terdiri dari: 9 kamar pasien yaitu
Ruang Nusa Indah 1-2 ( Ruang isolasi dengan masing-masing memiliki 1 Bed),
Ruangan Jasmine 2 (Ruang isolasi dengan masing-masing memiliki 1 Bed),
Ruangan Melati 1-4 (Ruang kelas 2 dengan masing-masing memiliki 2 Bed) dan
Ruangan Mawar 1-2 (Ruang kelas 2 dengan masing-masing 3 bed)
Deskripsi Keadaan Masing-Masing Ruangan
1. Nurse Ruang nurse station menyatu dengan bagian administrasi,
Station dalam kondisi baik dengan penataan cukup rapih, meja
tersebut digunakan untuk menyimpan komputer dan berkas-
berkas pasien. Diruang nurse station terdapat 8 kursi, 2 meja
panjang, 1 meja pendek, 1 rak untuk obat-obatan, 1 jam
dinding, 2 Kipas angin, 1 kulkas, 2 loker untuk penyimpanan
barang perawat, 1 lemari untuk penyimpanan alat medis dan
non medis, 1 lemari untuk penyimpanan alat streril, 1 lemari
untuk penyimpanan alat non steril, 1 dispenser beserta
galonnya, 1 troli, I wastafel beserta dengan 1 handcrub dan 1
handwash, 1 x-ray viewer, 1 tong sampah non medis, 1 rak
sepatu. 1 tong sampah infeksius, 2 troli.
2. Ruang Ruang RPU 1 memiliki ruang perawatan yang terdiri dari:
Perawatan Ruang Nusa Indah 1-2 dan Ruang jasmine 2, masing masing
memiliki 1 bed pasien, 1 standar infus, 1 sofa, 1 kipas, 1 lemari

50
pasien, 1 meja tindakan, 1 wastafel, , 1 kamar mandi, 1 jam
dinding, 1 blower Ruangan Melati 1- 4 masing- masing
memiliki 2 bed, 2 standar infus, 2 kursi, 2 kipas angin, 2
blower, 2 lemari pasien dan 1 kamar mandi. Ruangan mawar
1-2 masing- masing memiliki 3 bed, 3 standar infus, 3 kursi, 2
kipas angin, 1 blower, 3 lemari pasien dan 1 kamar mandi.
3. Kamar Keadaan kamar mandi perawat cukup bersih, ada gayung,
Mandi sabun, penerangan cukup baik, pintu kamar mandi baik,
Perawat ventilasi kamar mandi baik.
4. Kamar cukup bersih, penerangan cukup baik, terdapat handraile
Mandi kamar mandi (toilet bar) untuk membantu pasien yang
Pasien kekurangan dalam mobilisasi

2. Lingkungan Non Fisik

Tabel 3.10 Lingkungan Non Fisik

No. Aspek Hasil Pengkajian


1. Hubungan Interaksi perawat dan pasien, terjadi saat perawat melakukan
Perawat dengan keperawatan langsung, seperti:
Pasien a. Saat perawat pemeriksaan Tanda Tanda Vital (TTV),
memberikan terapi obat, memasang infus, mengganti
balutan, memasang kateter dan tindakan keperawatan
lainnya. Hubungan juga terjadi ketika melakukan
asuhan keperawatan tidak langsung seperti ketika
melakukan operan, pengecekan jumlah pasien dan
lain- lain.
b. Dari hasil observasi, didapatkan bahwa perawat
berkomunikasi baik dengan pasien pada saat
melakukan tugas keperawatan secara rutin, seperti
ketika mengganti laken, mengganti balutan, dan
menyuntikkan obat dan sebagainya. Selebihnya,
komunikasi terjadi saat pasien membutuhkan
bantuan perawat seperti memperbaiki infus yang
macet dan mengganti cairan infus yang habis
2. Hubungan a. Hubungan antara perawat dengan perawat lainnya saat di
Perawat dengan ruangan berjalan dengan baik, pengambilan keputusan
Perawat di dilakukan dengan musyawarah dan komunikasi perawat
Ruangan berjalan dua arah, jika keadaan mendesak keputusan
diambil oleh ketua tim atau kepala ruangan.
b. Serah terima tugas atau timbang terima (operan)
dilakukan oleh perawat shift sebelumnya dengan shift
berikutnya.
c. Dalam serah terima ini juga dibicarakan mengenai
informasi- informasi terbaru yang perlu diketahui oleh

51
perawat, termasuk rencana tindakan yang sedang dan
akan dilakukan.
d. Serah terima pasien dilakukan secara langsung dengan
melihat kondisi pasien yang rutin. Dilakukan setiap
pergantian shift baik pagi siang dan malam.
3. Hubungan Dengan tim medis
Perawat dengan Komunikasi dengan dokter bersifat sosial dankomunikasi
Profesi Lain yang berhubungan dengan pasien bersifat delegatif dan
kolaboratif. Komunikasi dengan dokter lebih banyak terjadi
saat visit dokter dan saat perawat berkonsultasi terkait
kondisi pasien yang kurang baik.

Dengan tim gizi


Komunikasi perawat dengan tim gizi saling membantu untuk
pemenuhan kebutuhan gizi pasien. Komunikasi dengan tim
gizi lebih banyak berkaitan dengan perubahan diit.
Komunikasi terjadi dua arah antara perawat dan tim gizi
untuk memastikan diit yang diberikan pada pasien.

Dengan petugas laboratorium


Hubungan antara perawat dengan petugas laboratorium
terjadi saat perawat mengantar sampel ke laboratorium atau
saat perawat menanyakan terkait hasil pemeriksaan
laboratorium pasien
4. Hubungan Hasil observasi dan pengamatan hubungan perawat dan
Perawat dengan mahasiswa terjalin sangat baik, perawat bersikap ramah dan
Mahasiswa baik, mulai dari kepala ruangan, ketua tim maupun perawat
5. Hubungan Hubungan kepala ruangan maupun perawat pelaksana terjalin
Perawat dengan sangat baik
Cleaning
Service dan
Satpam

52
Tabel 3.6 Penilaian Kepuasan Pasien Di RPU 1 Rumah Sakit
Juanda
No JENIS NILAI
PELAYAN 1 2 3 4 5
AN
1 PENDAFTARAN
a. Ketepatan waktu pelayanan 20% 60% 20%
b. Tanggapan petugas dalam memberi informasi 20% 40% 40%
2 RUANG TUNGGU
a. Kebersihan dan keindahan ruang tunggu 20% 60% 20%
b. Kenyamanan ruang tunggu 40% 20% 40%
c. Kejelasan papan petunjuk 40% 40% 20%
3. INSTALASI GAWAT DARURAT
a. Kecepatan pelayanan 20% 40% 40%
b. Keraahan petugas 20% 40% 40%
c. Kejelasan informasi 20% 40% 40%
4 KENYAMANAN DAN KEBERSIHAN RUANG
PASIEN
a. Kebersihan ruangan dan kamar mandi 20% 40% 20% 20%
b. Gangguan dari nyamuk 20% 20% 40% 20%
c. Kerapian tempat tidur 20% 60% 20%
d. Penerangan di kamar saudara/i 80% 20%
e. Pengambilan sampah dari kamar saudara/i 20% 60% 20%
5 PERAWAT RUMAH SAKIT
a. Kecepatan petugas dalam menangani keluhan
penyakit
saudara/i 60% 40%
b. Keramahan petugas 20% 40% 40%
c. Tanggapan petugas terhadap keluhan saudara/i 20% 60% 20%
d. Kejelasan informasi 20% 60% 20%
e. Keteraturan observasi rutin pasien 20% 60% 20%
6 PEMERIKSAAN DOKTER
a.Keramahan 20% 60% 20%
b. Perhatian terhadap keluhan yang disebutkan 80%
20%
c. Penjelasan penyakit dengan bahasa yang mudah
20%
dimengerti 60% 20%
7 MAKANAN
a. Menu yang dihidangkan 20% 60% 20%
b. Penata atau penampilan makanan 80% 20%
c. Ketepatan waktu penyaji makanan 80% 20%
Rata-rata 20% 23.15% 54.54% 26%

53
Sumber : kuesioner kepuasan pasien rawat inap Rumah Sakit Juanda

Keterangan :
1 : Sangat buruk
2 : Buruk
3 : Cukup
4 : Baik
5 : Sangat Baik
Interpretasi:
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kepuasan
pasien di Rumah Sakit Juanda Kuningan dari 10 responden yaitu 20 %
menjawab buruk, menjawab baik. 23.15% menjawab cukup, 54.54%
menjawab baik dan 26% menjawab sangat baik.
F. Kajian Indikator Mutu Ruangan
1. Alat Ukur (Teori Indikator Mutu Ruangan)
a) BOR (Bed Occupancy Rate)
Indikator Mutu Ruangan pada bulan Desember 2023 sebagai berikut:

Tabel 3.12 Indikator Mutu Ruangan Bulan Desember 2023

Uraian Kinerja Rawat Inap


No Desember 2023

BOR 93%
1.
LOS 5
2.
BTO 6
3.
TOI 0,3
4.
JUMLAH HARI PERAWAT 520
5.
JUMLAH TEMPAT TIDUR 18
6.
JUMLAH PASIEN 104
7.

54
2. 10 Diagnosa masalah terbanyak
a) Pneumonia
b) TB. Paru
c) Eupusi pleura
d) PPOK
e) Dispepsia
f) Hipertensi
g) DM
h) SOPT
i) PPH
j) Anemia
c) 10 Masalah keperawatan yang sering muncul
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif.
b) Pola nafas tidak efektif.
c) Nyeri akut.
d) Defisit Nutrisi.
e) Hipertermi.
f) Resiko Perfusi perifer tidak efektif.
g) Intoleransi Aktivitas.
h) Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah.
i) Gangguan pola tidur.
j) Gangguan mobilitas fisik.

d) 10 Tindakan yang sering dilakukan


a) TTV
b) Kaji skala nyeri dan identifikasi kualitas dan kuantitas nyeri
c) Teknik relaksasi
d) Beri terapi oksigen
e) Anjurkan ROM pasif aktif
f) Beri Terapi Nebulisasi
g) Pemeriksaan GDS
h) Anjurkan untuk kompres air hangat

55
i) Anjurkan makan sedikit tapi sering
j) Pemberian obat IV

G. Pendidikan
No Nama Jabatan Pendidikan Pelatihan
1. Ns. Uceu Srimulyani., S.Kep Ka.Ru Profesi Ners BTCLS

2. Ns. Dadan Hamdan, S.Kep Ka. Tim Profesi Ners BTCLS

3. Rina Heryanti, Amd.Kep Ka. Tim DIII BTCLS


Keperawatan
4. Risa Salsabila, Amd.Kep Ka. Tim DIII BTCLS
Keperawatan
5. Ns. Asri Rahayu, S.Kep Ka. Tim Profesi Ners BTCLS
6. Mega Aulia P, Amd.Kep Pelaksana DIII BTCLS
Keperawatan
7. Siti Khoerunissa A, Amd.Kep Pelaksana DIII BTCLS
Keperawatan
8. Syifa Nurul Hikmah, Amd.Kep Pelaksana DIII BTCLS
Keperawatan
9. M Rizal Azmi Aziz, Amd.Kep Pelaksana DIII BTCLS
Keperawatan
10. Ns. Anggita Maharani, S.KEP Pelaksana Profesi Ners BTCLS

11. Reksa Fazar Nugraha, Amd. Kep Pelaksana DIII BTCLS


Keperawatan
12. Yunita Septianingsih, S.Kep., Pelaksana Profesi Ners BTCLS
Ners
13. Hapera, S.Kep., Ners Pelaksana Profesi Ners BTCLS

56
BAB IV

ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN

4.1. Analisis Data


Berdasarkan hasil pengkajian dari tanggal 28-29 Desember 2023. Hasil
kajian situasi ruangan dan analisa SWOT di Ruang RPU 1 RS Juanda
Kuningan adalah sebagai berikut:

4.1.1. Belum 0ptimalnya supervisi di RPU 1

Tabel 4.1 Analisis SWOT


Internal Strengh Weakness
1. Kepala ruangan selalu 1. Belum adanya jadwal
memberikan pengarahan supervisi.
kepada perawat. 2. Belum adanya format SOP
2. Kepala ruangan mendukung supervisi.
adanya kegiatan supervisi. 3. Belum adanya Panduan
3. Adanya teguran dan supervisi
masukan dari kepala
ruangan bagi perawat yang
tidak melaksanakan tugas
Eksternal dengan baik.
4. Perawat selalu
memperbaiki dan belajar
dari kesalahan, agar dapat
melaksanakan tugas dengan
baik.
Opportunity SO WO
1. Supervisi di RPU 1 1. Dengan adanya pembuatan 1. Pembuatan panduan dan
sudah dilakukan panduan dan SOP SOP supervisi agar supervisi
dengan cara fleksibel. supervisi, pembuatan di RPU 1 dilaksanakan
kuesioner supervisi dan secara terjadwal.
pemberian pengarahan dari
karu kepada perawat dapat
meningkatkan perawat
dalam memberikan
pelayanan.
Threats ST WT
1. Kualitas pelayanan 1. Dengan adanya buku 2. Pembuatan panduan dan SOP
yang diberikan bisa panduan dan SOP supervisi supervisi dengan perawat
menurun. dan mempertahankan RPU 1, agar panduan tersebut
kepala ruangan untuk selalu dapat dijadikan pedoman

57
memberikan pengarahan, dalam melaksanakan
teguran (apabila ada supervisi serta pelayanan
perawat yang tidak yang diberikan optimal.
menjalankan tugasnya
dengan baik), serta
mendukung adanya
kegiatan supervisi agar
kualitas pelayanan yang
diberikan tetap optimal.

4.1.2. Belum Meratanya Pendokumentasian Dan Standar Asuhan


Keperawatan Menggunakan SDKI, SIKI dan SLKI
Tabel 4.2 Analisis SWOT
Internal Strengh Weakness
1. Tersedianya perawat 1. Belum meratanya
dengan pendidikan DIII pendokumentasian dan
Keperawatan dan S1 standar asuhan keperawatan
keperawatan Ners. menggunakan SDKI, SIKI
2. Adanya protapuntuk SOP dan SLKI.
dan SAK.
3. Tersedianya buku SDKI,
SLKI dan SIKI.
Eksternal 4. Perawat sudah pernah
mengikuti pelatihan SDKI,
SLKI, SIKI.
5. Perawat menjadi terbiasa
melakukan tindakan sesuai
SOP.
Opportunity SO WO
1. Kepuasan pasien 1. Dengan diadakannya 1. Desiminasi
dalam kategori desiminasi dan semakin pendokumentasian asuhan
“Baik”. banyaknya perawat yang keperawatan berbasis SDKI,
mengikuti pelatihan SLKI dan SIKI, agar dapat
mengenai SDKI, SLKI dan meningkatkan pengetahuan
SIKI, dapat meningkatkan perawat serta dapat
standar asuhan meningkatkan pelayanan
keperawatan, sehingga yang diberikan agar
pelayanan yang diberikan meningkatnya kepuasan
dapat meningkatkan pasien.
kepuasan pasien.
Threats ST WT
1. Menurunnya nilai 1. Dengan adanya modul 1. Pembuatan format atau
akreditasi Rumah standar asuhan modul mengenai SDKI,

58
Sakit. keperawawatan berbasis SLKI dan SIKI, agar dapat
SDKI, SLKI dan SIKI dapat dijadikan sebagai pedoman
mempertahankan perawat dalam memberikan
agar selalu melakukan pelayanan, sehingga dapat
tindakan sesuai SOP serta meningkatkan standar asuhan
mendukung perawat untuk keperawatan dan
selalu mengikuti pelatihan meningkatkan penilaian
mengenai SDKI, SLKI dan akreditas rumah sakit.
SIKI, agar dapat
meningkatkan penilaian
akreditas rumah sakit.

4.2. Prioritas Masalah


Dengan mempertimbangkan masalah waktu, sumber daya dan
kemampuan untuk mengatasi masalah yang ada, maka dalam penyelesaian
identifikasi masalah tersebut diselesaikan berdasarkan prioritas masalah.
Teknik yang digunakan untuk memprioritaskan masalah adalah dengan
menggunakan USG dan memperhatikan beberapa aspek sebagai berikut:
U = Urgency
S = Seriousness atau tingkat keseriusan
G = Growth atau tingkat perkembangan
Dengan Skala Likert:
5 : Sangat Besar
4 : Besar
3 : Sedang
2 : Kecil
1 : Sangat Kecil
Tabel 4.3 Prioritas masalah Manajemen Keperawatan

No. Masalah Nilai Kriteria


C A R L Total Prioritas
1. Belum 4 5 4 5 400 1
optimalnya
supervisi di
RPU 1
2. Belum 4 4 5 4 320 2
meratanya

59
pendokumenta
sian dan
standar asuhan
keperawatan
menggunakan
buku SDKI,
SIKI dan SLKI
Berdasarkan hasil pembobotan masalah diatas, maka penentuan prioritas
masalah yang akan diselesaikan, didiskusikan dengan Kepala Bidang
Keperawatan serta Kepala Ruangan dengan mempertimbangkan lingkup
kegiatan aplikasi, keterbatasan waktu dan kemampuan maka disepakati untuk
menyelesaikan 3 masalah yang silaksanakan oleh mahasiswa. Prioritas masalah
pertama yang dilaksanakan oleh mahasiswa adalah pembuatan format supervisi
dan SOP supervisi, masalah kedua yaitu pendokumentasian dan standar asuhan
keperawatan pada pasien yang belum merata menggunakan buku SDKI, SLKI,
dan SIKI.
4.2.1. Analisa Penyebab (Fish Bone)
1. Belum optimalnya supervisi di RPU 1

MONEY MAN

Dalam Kepala ruangan belum


pelaksanaankegiatan pernah mengikuti
supervisi tidak pelatihan mengenai
dibutuhkan biaya supervisi

Belum optimalnya
supervisidi RPU 1

Belum adanya buku Di RPU 1 kegiatan


panduan dan juknis supervisi belum
2.mengenai supervisi di terlaksana sesuai jadwal
RPU 1

MATERIAL METHODE

60
2. Belum meratanya pendokumentasian dan standar asuhan keperawatan
menggunakan buku SDKI, SIKI dan SLKI.

MONEY MAN

Dalam
pendokumentasian Belum meratanya
standar asuuhan pendokumentasikan asuhan Belum meratanya
keperawatan berbasis keperawatan berbasis 3S oleh pendokumentasian
3S tidak dibutuhkan perawat di RPU 1
biaya. dan standar asuhan
keperawatan
menggunakan buku
SDKI, SIKI dan
SLKI
Pendokumentasian asuuhan
keperawatan berbasis 3S di
Belum tersedianya buku RPU 1 belum digunakan
3. 3S di RPU 1 secara merata

MATERIAL METHODE

4.2.2. Alternatif Penyelesaian Masalah


Setelah diketahui faktor penyebab dari masalah tersebut, kemudian
faktor penyebab dicari cara menyelesaikan. Adapun penyelesaiannya
dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 4.2.2 Alternatif Penyelesaian Masalah
No. Penyebab Penyelesaian
1. Belum optimalnya supervisi 1. Pembuatan panduan dan juknis
di ruang RPU 1 mengenai supervisi.
2. Belum meratanya 1. Mendesiminasikan
pendokumentasian dan pendokumentasian standar
standar asuhan keperawatan asuhan keperawatan berbasis
menggunakan SDKI, SIKI SDKI, SLKI, dan SIKI
dan SLKI 2. Pembuatan SAK 10 diagnosa
keperawatam terbanyak di
Ruangan dengan berbasis SDKI,
SLKI, dan SIKI.

61
4.2.3. Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
1. Belum optimalnya supervisi di RPU 1
No. Alternatif C A R L Nilai Urutan
Penyelesaian Masalah
1. Pembuatan panduan dan 4 5 5 5 500 1
SOP supervisi.

2. Belum meratanya pendokumentasian dan standar asuhan keperawatan


menggunakan SDKI, SIKI dan SLKI
No. Alternatif Penyelesaian C A R L Nilai Urutan
Masalah
1. Mendesiminasikan 5 4 5 5 500 1
pendokumentasian
standar asuhan
keperawatan berbasis
SDKI, SLKI, dan SIKI
2. Pembuatan SAK 10 4 4 4 4 256 1
diagnosa keperawatam
terbanyak di Ruangan
dengan berbasis SDKI,
SLKI, dan SIKI

Agar masalah lebih bisa diselesikan maka dilakukan pembobotan


alternatif penyelesaan masalah dengan memperhatikan aspek:
Capability (C) : Kemampuan melaksanakan alternatif
Acessibility (A) : Kemudahan melaksanakan alternatif
Readiness (R) : Kesiapan dalam melaksanakan alternatif
Leverage (L) : Daya ungkit alternatif dalam menyelesaikan
masalah

Kriteria Hasil:
Sangat kurang penting : Bernilai 1
Kurang penting : Bernilai 2
Cukup penting : Bernilai 3

62
Penting : Bernilai 4
Sangat Penting : Bernilai 5

63
4.3. Planning Of Action (POA)

No. Kegiatan Tujuan Metode Sasaran Waktu Penanggung


jawab
1. Pembuatan panduan dan juknis Adanya format supervisi yang Diskusi a. Kepala ruangan 4-6 Januari 1. Lusy Marliana
supervisi. akan dilakukan. b. Perawat ruangan 2024 A
2. Ineu Jumiati
3. Riska
4. Cintia
Rindyantika
5. Kamaludin
6. Dosen
Pembimbing
7. Perawat
2. Mendesiminasikan Untuk meningkatkan Diskusi a. Kepala ruangan 7-8 Januari 1. Firda Asri .N
pendokumentasian asuhan pengetahuan perawat mengenai b. Perawat ruangan 2024 2. Dinda
keperawatan berbasis SDKI, SDKI, SLKI dan SIKI. Anggraeni
3. Indy Teguh .P
SLKI, dan SIKI.
4. M.Fajar .T
3. Pembuatan SAK 10 diagnosa Untuk dijadikan pedoman Diskusi a. Kepala ruangan 9 Januari 2024 5. Nida Silvia
keperawatam terbanyak di perawat serta memudahkan b. Perawat ruangan 6. Dosen
Ruangan dengan berbasis perawat dalam merumuskan Pembimbing
SDKI, SLKI, dan SIKI. diagnosa, luaran dan intervensi.

64
65
66

Anda mungkin juga menyukai