Anda di halaman 1dari 32

TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN

LAPORAN MANAJEMEN LAYANAN

Disusun Oleh :

KELOMPOK I 2021

Ananda Prastuti Sutrisno Agung Ayatullah

Annisa Farhanah Helma Yuningsih

Fuji Rahmalina Meuthia Chalyta

Lia Bareta Khairunnisa

Dian Agusti Tanjung

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan keperawatan tidak terlepas dari andil sebuah rumah sakit


sebagai institusi yang ditunjuk sebagai wadah yang melayani atau memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Rumah Sakit (RS) merupakan institusi
pelayanan kesehatan yang sangat kompleks, karena Sumber Daya Manusia (SDM)
yang bekerja, terdiri dari multi disiplin dan berbagai jenis keahlian. Rumah Sakit
(RS) adalah salah satu bentuk organisasi yang kegiatannya memberikan pelayanan
yang baik, berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, sehingga
dibutuhkan kinerja karyawan yang baik (Suryadi,1999).

Pelayanan keperawatan merupakan inti dari suatu pelayanan kesehatan


termasuk di Rumah Sakit. Gillies (1998), menjelaskan bahwa 40-60% pelayanan
di Rumah Sakit merupakan pelayanan keperawatan. Sebagai pelaksana dan
pengelola pelayanan, perawat harus mampu mengembangkan bentuk pelayanan
yang dapat dijangkau oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhannya secara
berkesinambungan. Perawat adalah salah satu unsur vital dalam rumah sakit,
perawat, dokter dan pasien merupakan satu kesatuan yang saling membutuhkan
dan tidak dapat dipisahkan. Perawat sebagai bagian yang penting dari Rumah
Sakit, dituntut memberikan perilaku membantu, dalam rangka membantu pasien
untuk mencapai kesembuhan. Tanpa perawat, kesejahteraan pasien akan
terabaikan, karena perawat adalah penjalin kontak pertama dan terlama dengan
pasien.

Asuhan keperawatan harus diberikan kepada klien secara sistemik dan


terorganisasi sehingga dibutuhkan suatu manajemen yang baik dalam pemberian
asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan profesional yang diberikan untuk
memenuhi kebutuhan klien diperlukan perawat yang kompeten dalam bidang
tersebut. Kompetensi itu menunjukkan bahwa perawat profesional memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan
keperawatan. Bentuk asuhan keperawatan tersebut harus memenuhi beberapa

1
2
fungsi seperti caregiver, advocate, teacher, communicator/counselor, scholar,
collaborator, ethicist, researcher, manager, facilitator, decision maker dan user of
technology. Asuhan keperawatan di rumah sakit dilaksanakan di ruang rawat jalan
serta ruang rawat inap. Asuhan keperawatan merupakan kegiatan pokok yang
sering menjadi barometer tentang baik atau buruknya suatu pelayanan kesehatan
di rumah sakit, hal ini disebabkan karena di ruang rawat inaplah terjadi kontak
paling sering antara pasien dengan pemakai jasa dengan perawat sebagai tenaga
pelaksana dan sebagian besar pelayanan di ruang rawat inap dilakukan oleh tenaga
perawat.

Asuhan keperawatan merupakan sentral dari pelayanan kesehatan sangat


penting untuk ditingkatkan kualitasnya dalam menjawab keprofesian keperawatan
sehingga kualitas asuhan keperawatan dalam pelayanan kesehatan dapat
berkembang. Agar perawat dapat memberikan pelayanan yang berkualitas kepada
pasien diperlukan manajemen asuhan keperawatan yang profesional dan
menggunakan suatu proses berpikir yang disebut proses keperawatan yang terdiri
dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Proses
keperawatan ini membutuhkan keterampilan analisa dan komunikasi yang baik.
Pada proses keperawatan terutama pada tahap implementasi dari proses
keperawatan seseorang perawat harus mempunyai kemampuan interpersonal,
teknis dan kolaborasi dengan profesi lain. Langkah-langkah kegiatan pada proses
keperawatan yang digambarkan oleh Gillies (1998) mirip dengan langkah-langkah
yang dilakukan pada proses manajemen dimana setiap pasien adalah unik dan
memerlukan penanganan yang berbeda-beda dengan demikian bila proses
keperawatan dilakukan dengan baik, maka akan mengatasi sebagian masalah
manajemen pada ruang rawat inap.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina merupakan salah satu Rumaha sakit yang
memiliki pelayanan yang bagus di Sumatera Barat. RSI Ibnu Sina memiliki visi
Mewujudkan Rumah Sakit Terkemuka di Sumatera Barat Tahun 2025. Misi
Rumah Sakit ini antara lain Mewujudkan / Memberi Pelayanan Yang Professional
dan Islami, Mengembangkan SDM Yang Berkualitas dan Integritas Tinggi,
Melengkapi Sarana dan Prasasrana Sesuai Perkembangan Ilmu Kedokteran dan

2
Peraturan yang Berlaku, dan Menjadikan pelayanan kegawatdaruratan maternal
sebagai produk unggulan. Pada saat pandemi seperti sekarang ini, para tenaga
kesehatan RSI Ibnu Sina sudah menggunakan APD Level 2.

Ruangan Annisa merupakan salah satu Rawat Inap di RSI Ibnu Sina.
Ruangan ini merupakan Rawat Inap Kebidanan, Anak, dan Perinatologi. Ruangan
ini terdiri dari pelayanan Kelas I – III. Hasil Observasi dan wawancara pada
tanggal 28 Mei 2021 mendapatkan hasil bahwa ruangan tidak melakukan DRK
(Diskusi Refleksi Kasus), ruangan tidak memiliki struktur organisasi dan papan
edukasi informasi.

Hasil observasi dan wawancara kepada kepala ruangan, mengatakan


bahwa tidak mengetahui apa itu DRK dan belum melaksanakan di ruangan ini.
Serta diruangan tidak memiliki informasi tentang struktur organisasi dan papan
edukasi yang berisi berbagai leaflet tentang ibu dan anak.

A. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Memaparkan masalah dari sistem manajemen keperawatan
berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara di ruang rawat inap Annisa RSI Ibnu Sina Padang.
2. Tujuan Khusus
Kelompok mahasiswa bersama perawat di ruangan dapat
menunjukkan kemampuan untuk :
a. Mengidentifikasi masalah manajemen keselamatan
keperawatan yaitu, pelaksanaan DRK, ketersediaan
struktur organisasi dan papan edukasi.
b. Merumuskan prioritas masalah
c. Merencanakan alternatif penyelesaian masalah manajemen
keselamatan keperawatan meliputi belum optimalnya
pelaksanaan DRK, ketersedian struktur organisasi, dan
papan edukasi informasi.

3
B. Manfaat Kegiatan
1. Bagi rumah sakit
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan tambahan
informasi mengenai beberapa masalah manajemen pelayanan dan
manajemen asuhan ruang rawat inap Annisa RSI Ibnu Sina
Padang tahun 2021.
2. Bagi perawat
Mengoptimalkan kualitas manajemen keselamatan dan
pelayanan di ruang Annisa RSI Ibnu Sina Padang tahun 2021
3. Bagi pasien
Dapat mencegah terjadinya kejadian yang tidak
diharapkan dan meningkatkan keselamatan pada pasien di ruang
rawat inap Sakura RS Univesitas Andalas Padang tahun 2020.
4. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan terkait manajemen keselamatan
di ruang rawat dan sebagai pemenuhan tugas praktek keperawatan
manajemen keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Andalas.

4
BAB II
ANALISA SITUASI RUANGAN

A. Winshield Survey

Windshield survey merupakan pengamatan terhadap suatu


wilayah untuk mendapatkan gambaran umum situasi dan keadaan
suatu wilayah, yang didapatkan melalui wawancara dengan
penduduk atau individu disuatu wilayah dan observasi lingkungan.
Ruang Annisa merupakan salah satu bagian dari Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Ibnu Sina Padang. Ruang Annisa
dipimpin oleh kepala ruangan dengan jumlah tenaga keseluruhan
adalah 17 orang. Berdasarkan perhitungan tenaga menurut douglas
kebutuhan ruangan tercukupi. Tenaga keperawatan dengan jenjang
pendidikan S1 Keperawatan sebanyak 1 orang, D3 Keperawatan
sebanyak 4 orang dan D3 Kebidanan sebanyak 8 orang. Jumlah
pasien pada tanggal 28 - 29 Mei 2021 sebanyak 8 orang dan
tanggal 31-1 Juni 2021 sebanyak 9 orang.
Berdasarkan hasil winshield survey di Ruang Annisa RS
Ibnu Sina Padang pada tanggal 28- 1 Juni 2021, kelompok
menemukan ada beberapa masalah di Ruang Annisa RS Ibnu Sina
Padang, yaitu :

a. Belum terlaksananya DRK keperawatan

Meskipun sudah diberikan asuhan keperawatan secara baik dan benar


terkadang pasien memiliki masalah keperawatan yang komplek dan perlu
penatalaksanaan secara multidisiplin yang melibatkan banyak pihak.
Diharapkan dari penatalaksanaan ini pencapaian dalam pemberian asuhan
keperawatan secara komprehensif dapat terlaksana. DRK merupakan salah
satu komponen MAKP (model asuhan keperawatan profesional) yang
bertujuan untuk mencari solusi dari permasalahan pasien dan berbagi

5
pengalaman dalam menangani kasus yang berkesan bagi perawat selama
memberikan asuhan. Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan

6
untuk mencepai tersebut adalah dengan DRK. DRK bertujuan
mengembangkan profesionalisme perawat. Berdasarkan hasil wawancara
dengan kepala ruangan inap sakura andalas pada tanggal 28- 1 Juni 2021
disimpulkan : “pelaksanaan kegiatan DRK belum terealisasi”.

Identifikasi masalah : tidak terlaksana DRK

b. Papan Edukasi dan Informasi

Papan edukasi dan informasi merupakan tempat pemberian


informasi, instruksi atau peningkatan terkait kesehatan serta
memberikan informasi penting yang ada diruangan rawat inap.
Papan edukasi dan informasi sangat berguna dan penting agar
pasien beserta keluarga maupun pelayan kesehatan dapat
mengetahui bagaimana potensial kesehatan dapat tercapai serta
bagaimana menghindari masalah penyakit tertentu .
Berdasarkan observasi 28- 1 Juni 2021 didapatkan tidak ada
terpampang papan edukasi dan informasi didalam ruangan rawat
inap Annisa RS Ibnu Sina Padang.
Identifikasi masalah : kurang tersedianya papan edukasi dan
informasi

c. Struktur Organisasi Ruangan

Struktur Organisasi merupakan sistem yang mengatur jalur


koordinasi dan jalur koordinasi yang menetapkan tanggung jawab
penyelenggaraan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan di ruangan
rawat inap. Struktur organisasi dibuat untuk menjalankan
pelayanan kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-
masing jabatan. Dengan adanya struktur organisasi ruangan secara
jelas mampu memisahkan tanggung jawab dan wewenang masing-
masing anggota. Struktur organisasi ruangan rawat inap meliputi
kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana.
Berdasarkan observasi 28 – 1 Juni 2021 didapatkan tidak ada

6
terpampang struktur organisasi ruangan. Tidak ada struktur
organisasi yang mencantumkan siapa kepala ruangan, ketua tim
dan juga anggota petugas pelayanan kesehatan di ruangan Annisa
RS Ibnu Sina Padang
Identifikasi masalah : kurang tersedianya struktur organisasi
ruangan

7
B. Daftar Masalah

1. Tidak terlaksananya DRK (Diskusi Refleksi Kasus) .


2. Tidak tersedianya papan edukasi dan informasi
3. Tidak tersedianya struktur organisasi ruangan

C. Rumusan Masalah

No. Data Masalah

1. Pelaksanaan DRK Tidak terlaksananya DRK


Wawancara (diskusi refleksi kasus)
Dari hasil wawancara mahasiswa dengan
kepala ruangan, kepala ruangan mampu
menyebutkan fungsi DRK

“.…..”

Observasi
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal
28 mei - 2 juni 2021, tidak tampak adanya
pelaksanaan DRK di ruang Annisa Rumah
Sakit Islam Ibnu Sina
2. Papan Edukasi dan Informasi Tidak tersedia papan edukasi
dan informasi
Wawancara

Observasi
Berdasarkan observasi yang dilakukan
pada 28 mei 2021, di ruangan ANNISA
tidak tampak adanya papan edukasi dan
informasi.

8
3. Papan Struktur Organisasi Tidak Tersedia papan struktur
organisasi ruangan
Wawancara

Observasi

Berdasarkan observasi yang dilakukan


pada tanggal 28-29 MEI 2021, di ruangan
ANNISA tidak tampak adanya struktur
organisasi ruangan.

9
D. POA (Planning Of Action)

No. Masalah Rencana Tujuan Sasaran Waktu/Tgl Tempat P. Jawab


Kegiatan
1. Tidak terlaksananya Mengumpulkan perawat Perawat dan 4 Juni 2021 Ruang Annisa Pembimbing Klinik
Persamaan
DRK dan melakukan persamaan Mahasiswa dan Pembimbing
persepsi persepsi pelaksanaan DRK Akademik
serta fungsinya.

Implementasi Melaksanakan DRK KARU, 4 Juni 2021 Ruang Annisa Pembimbing Klinik
bersama KARU, KATIM, KATIM,
(Roleplay) perawat ruangan dan perawat ruangan
mahasiswa dan mahasiswa

Evaluasi Melihat kemampuan dan KARU, 4 Juni 2021 Ruang Annisa Pembimbing Klinik
motivasi perawat sebelum KATIM, dan Pembimbing
dan sesudah pelaksanaan perawat ruangan Akademik
DRK dan mahasiswa
2. Tidak tersedia papan Mengumpulkan perawat KARU, 3 Juni 2021 Ruang Annisa Pembimbing Klinik
Persamaan
edukasi dan dan melakukan persamaan KATIM, dan Pembimbing
informasi persepsi persepsi tentang fungsi perawat ruangan Akademik
papan edukasi dan dan mahasiswa
informasi di ruangan

Menyarankan kepada KARU dan 3 Juni 2021 Ruang Annisa Pembimbing Klinik
Implementasi KARU untuk mengajukan mahasiswa dan Pembimbing
ke bagian pengadaan perihal Akademik
papan edukasi dan
informasi di ruangan
10
3. Tidak tersedia papan Mengumpulkan perawat KARU, 3 Juni 2021 Ruang Annisa Pembimbing Klinik
Persamaan
struktur organisasi dan melakukan persamaan KATIM, dan Pembimbing
ruangan persepsi persepsi tentang fungsi perawat ruangan Akademik
papan struktur organisasi di dan mahasiswa
ruangan

Menyarankan kepada KARU dan 3 Juni 2021 Ruang Annisa Pembimbing Klinik
Implementasi KARU untuk mengajukan mahasiswa dan Pembimbing
ke bagian pengadaan perihal Akademik
papan struktur organisasi di
ruangan

11
BAB III

LAMPIRAN TEORI PRODUK

A. KONSEP DRK

1. Defenisi

Refleksi diskusi kasus adalah suatu metoda dalam merefleksikan pengalaman klinis perawat
dan bidan yang mengacu kepada pemahaman terhadap standar.

2. Tujuan

a. Untuk mengembangkan profesionalisme perawat dan bidan


b. Meningkatkan aktualisasi diri perawat dan bidan
c. Membangkitkan motivasi untuk belajar.

3. Persyaratan

a. Suatu kelompok perawat atau kelompok bidan terdiri dari 5 – 8 orang


b. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu orang lagi sebagai penyaji
dan lainnya sebagai peserta.
c. Posisi fasilitator, penyaji dan peserta lain dalam diskusi setara (equal)
d. Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman klinis keperawatan atau
kebidanan yang menarik.
e. Posisi duduk sebaiknya melingkar tanpa dibatasi oleh meja atau benda lainnya, agar setiap
peserta dapat saling bertatapan dan berkomunikasi secara bebas.
f. Tidak boleh ada interupsi dan hanya satu orang saja yang berbicara dalam satu saat, peserta
lainnya memperhatikan proses diskusi.
g. Tidak diperkenankan ada dominasi, kritik yang dapat memojokkan peserta lainnya.
h. Membawa catatan diperbolehkan, namun perhatian tidak boleh terkikis atau tertumpu
hanya pada cataan, sehingga dapat mengurangi perhatian dalam berdiskusi.

12
4. Proses Diskusi

a. Sistem yang didukung oleh manajer lini pertama (kepala ruangan/supervisor di puskesmas)
yang mendorong serta mewajibkan anggotanya untuk melaksanakan RDK secara rutin,
terencana dan terjadwal dengan baik.
b. Kelompok perawat atau kelompok bidan berbagi (sharring) pengalaman klinis dan iptek
diantara sejawat masing-masing selama 1 jam, minimal setiap bulan sekali.c.
c. Setiap anggota secara bergilir mendapat kesempatan dan menimba pengalaman sebagai
fasilitator, penyaji dan sebagai anggota dalam diskusi tersebut.
d. Proses diskusi memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk menyampaikan
pendapat dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan sedemikian rupa yang
merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta kemampuan masing-masing.
e. Selama diskusi berlangsung harus dijaga agar tidak ada pihak-pihak yang merasa tertekan
ataupun terpojok. Yang diharapkan terjadi justru sebaliknya yaitu dukungan dan dorongan
bagi setiap peserta agar terbiasa menyampaikan pendapat mereka masing-masing.
f. Refleksi Diskusi Kasus dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk memecahkan masalah,
namun tidak dipaksakan (tidak harus).
g. Adanya catatan kehadiran dan laporan RDK serta catatan tentang isu-isu yang muncul
tidak terjadi atau terulang lagi.
h. RDK merupakan salah satu metoda in-service training yang mengandung ciri-ciri
pembelajaran antar sejawat dalam satu profesi, sebagai salah satu sarana untuk
meningkatkan kemampuan perawat atau bidan.

5. Peran sebagai fasilitator, penyaji dan anggota

a. Pedoman bagi fasilitator


 Membuka pertemuan dan mengucapkan selamat datang
 Menyampaikan tujuan pertemuan, mengajak semua peserta untuk merefleksikan
pengalaman klinis masing-masing.
 Meminta persetujuan tentang lamanya waktu diskusi (kontrak waktu).
 Menyampaikan syarat-syarat selama pertemuan.
 Mempersilakan penyaji untuk mempresentasikan kasusnya selama 10 – 20 menit.

13
 Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan
secara bergilir selama 30 menit.
 Mengatur lalu lintas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta dan klarifikasi
bila ada yang tidak jelas.
 Fasilitator boleh mengajukan pertanyaan sama seperti peserta lainnya.
 Setelah pertanyaan berakhir, fasilitator bertanya kepada presenter, apa yang bisa
dipelajari dari diskusi tersebut, kemudian dilanjutkan kepada semua peserta lainnya satu
persatu, termasuk fasilitator sendiri juga memberikan pendapatnya.
 Fasilitator membuat kesimpulan dan menyampaikan issue-issue yang muncul
berdasarkan pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh semua peserta.
 Fasilitator melengkapi catatan RDK meliputi materi, issue-issue yang muncul, termasuk
meminta tanda tangan semua peserta.
 Selanjutnya fasilitator meminta kesepakatan untuk rencana pertemuan berikutnya.
 Fasilitator menutup pertemuan dan berjabat tangan.
 Fasilitator menyimpan laporan RDK pada arsip yang telah ditentukan bersama.

b. Pedoman bagi penyaji


 Memikirkan serta menyiapkan kasus klinis keperawatan atau kebidanan yang pernah
dialami atau pernah terlibat didalam perawatannya.
 Menjelaskan kasus tersebut dan tetap merahasiaan identitas pasen.
 Tujuan penyajian kasus memberikan kesempatan bagi penyaji untuk berfikir atau
berefleksi ulang tentang bagaimana pasen tersebut ditangani, hambatan apa saja yang
dialami serta keberhasilan apa saja yang telah dicapai.
 Penyaji mempunyai kesempatan 10-20 menit untuk menyajkan kasus tersebut.
 Bila penyajian telah selesai, peserta akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berupa
klarifikasi penanganannya. Mereka tidak akan mengatakan apa yang harus anda lakukan
atau memberi jawaban maupun saran apapun.
 Penyaji menyimak pertanyaan dan memberikan jawaban sesuai dengan pengetahuan
serta pengalaman nyata yang telah dilakukan dan merujuk pada standar yang relevan
atau SOP yang berlaku.

14
 Bila perlu mencatat esensi penting dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, atau hal-
hal yang belum pernah diketahui sebelumnya sebagai informasi baru.
 Bila tidak ada lagi pertanyaan, fasilitator akan meminta anda sebagai orang pertama
dalam kelompok untuk menyampaikan apa saja yang dapat dipelajari dari kasus
tersebut, terutama berhubungan dengan informasi baru yang dianggap dapat
memberikan tambahan pengetahuan atau sesuatu hal yang pernah diketahui tetapi
dilupakan. Semua hal tersebut diyakini akan dapat dipergunakan untuk perbaikan
kinerja pada waktu yang akan datang.

c. Pedoman bagi anggota atau peserta


 Setelah memperhatikan penyajian kasus tersebut , setiap peserta menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan, minimal satu pertanyaan. Kesempatan seluas-luasnya diberikan
untuk melakukan klarifikasi atas penanganan kasus tersebut.
 Didalam mengajukan pertanyaan, cobalah merujuk pada standar atau SOP yang berlaku,
refleksi ulang bila anda mempunyai pengalaman dalam menangani kasus semacam itu
atau iptek terbaru yang diketahui.
 Peserta tidak diperbolehkan untuk memberikan jawaban, saran secara langsung atau
memberitahukan bagaimana seharusnya perawatan pasen itu harus dilakukan.
 Bila anda berpikir bahwa penyaji melakukan perawatan dengan cara yang berbeda ,
tidak sesuai standar atau tidak sesuai dengan SOP yang berlaku, anda dilarang keras
untuk melakukan kritik. Anda hanya dapat melakukan klarifikasi kepada penyaji apakah
dia telah memikirkan cara lain seperti apa yang anda pikirkan.
 Selama diskusi berlangsung semua peserta memberikan perhatian penuh, karena sangat
mungkin dari setiap pertanyaan atau klarifikasi yang muncul, ada diantaranya yang
belum pernah diketahui oleh peserta lainnya. Ini merupakan kesempatan bagi semua
anggota untuk belajar serta memperoleh informasi atau pengetahuan baru dari proses
diskusi ini dalam waktu yang relatif sangat singkat.
 Perlu diingat bahwa semua anggota kelompok juga akan belajar dari pemikiran anda.
 Peserta mempunyai waktu 20-30 menit untuk mengajukan pertanyaan, setelah itu anda
perlu menyimak kembali apa yang dapat anda pelajari dari proses diskusi kasus

15
tersebut, guna dapat menjawab dengan tepat pertanyaan dari fasilitator pada akhir sesi
tersebut.
 Kesimpulan tentang issue-issue yang muncul dapat dijadikan cermin bagi semua
peserta, agar kejadian atau masalah yang sama tidak terulang dimasa yang akan datang.

B. KONSEP PAPAN EDUKASI DAN INFORMASI

1. DEFENISI

a. Informasi
Informasi adalah pesan yang disampaikan seseorang komunikator kepada
komunikan. Menurut Rakhmat (1986), proses informasi meliputi empat tahap, yakni
tahap sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Tahap sensasi merupakan tahap yang
paling awal dalam penerimaan informasi melalui alat indera, sehinnga individu dapat
memahami kualitas fisik lingkungannya. Selanjutnya individu mempersepsikan objek,
peristiwa, atau pun hubungan-hubungan yang diperoleh, kemudian menyimpulkan atau
menafsirkan informasi tersebut. Sensasi yang telah dipersepsikan oleh individu direkam
oleh memori.
Memori berperan penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir.
Dengan memori inilah informasi dapat direkam, disimpan, dan kemudian digunakan
kembali, jika diperlukan. Tahap terakhir proses pengolahan informasi adalah berpikir,
yang mempengaruhi penafsiran individu terhadap stimuli. Berpikir dilakukan untuk
memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan persoalan, dan
menghasilkan pengetahuan baru. Proses pengolahan informasi ini akan dapat
menimbulkan suatu perubahan pada sikap atau tindakan individu. Menurut Aristoteles
(dalam Tina Afianti, 2007), informasi dapat digunakan sebagai alat persuasi. Informasi
dapat digunakan untuk membujuk dan mempengaruhi perilaku manusia, atau untuk
mengubah perilaku manusia, sesuai yang diinginkan pemberi informasi. Melalui
informasi individu mendapatkan pengetahuan.

b. Edukasi
Edukasi Kesehatan adalah kegiatan upaya meningkatkan pengetahuan kesehatan
perorangan paling sedikit mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku

16
hidup bersih dan sehat dalam upaya meningkatkan status kesehatan peserta, mencegah
timbulnya kembali penyakit dan memulihkan penyakit. Menurut Ross (1998) dalam
(Afiatin, 2007), pendidikan yang berusaha mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku,
lebih penting dibandingkan hanya sekedar memberikan informasi tanpa disertai usaha
pembentukan sikap dan perubahan perilaku nyata. Haloran (1970) menyatakan bahwa
interaksi dengan tatap muka langsung antara pihak penerima pesan dan pihak
penyampai pesan merupakan intervensi dua arah yang lebih memungkinkan untuk
menghasilkan perubahan. Dengan demikian peningkatan pengetahuan yang bertujuan
untuk mengubah sikap akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara tatap muka
langsung.
Menurut Ross (1998) dalam (Afiatin, 2007), pendidikan yang berusaha mengubah
pengetahuan, sikap dan perilaku, lebih penting dibandingkan hanya sekedar
memberikan informasi tanpa disertai usaha pembentukan sikap dan perubahan perilaku
nyata. Haloran (1970) menyatakan bahwa interaksi dengan tatap muka langsung antara
pihak penerima pesan dan pihak penyampai pesan merupakan intervensi dua arah yang
lebih memungkinkan untuk menghasilkan perubahan. Dengan demikian peningkatan
pengetahuan yang bertujuan untuk mengubah sikap akan lebih efektif jika disampaikan
dengan cara tatap muka langsung. Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi
perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan
informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut
pendidikan atau penyuluhan kesehatan. Memang dampak yang timbul dari cara ini
terhadap perubahan perilaku masyarakat memakan waktu yang lama, dibanding dengan
cara koersi. Namun demikian bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat, maka
akan langgeng, bahkan selama hidup dilakukan

Rumah sakit dapat memberikan materi dan proses edukasi pada pasien dan
keluarga minimal berupa topik:
1. Penggunaan obat obatan yang didapat pasien secara efektif dan aman
2. Penggunaan peralatan medis secara efektif dan aman
3. Potensi interaksi antara obat yang diresepkan dengan obat lainnya, serta
makanan

17
4. Diet dan nutrisi
5. Manajemen nyeri dan teknik relaksasi

2. TATA LAKSANA
Dalam memberikan pelayanan informasi dan edukasi pada sasaran (pasien,
keluarga, pengunjung, dll) harus menggunakan komunikasi yang efektif agar tepat, akurat,
jelas, dan mudah dipahami oleh sasaran, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
(kesalahpahaman). Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi
(pelayanan promosi)

1) Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan didalam rumah sakit adalah :


a. Jam pelayanan
b. Pelayanan yang tersedia
c. Cara mendapatkan pelayanan
d. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit. Akses informasi ini
dapat diperoleh melalui Customer Service, Admission, dan Website.
2) Komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi) :
a. Edukasi tentang obat
b. Edukasi tentang penyakit
c. Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari
d. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan kualitas
hidupnya pasca dari rumah sakit
e. Edukasi tentang Gizi
3) Akses untuk mendapatkan materi edukasi melalui unit PKRS (Promosi Kesehatan
Rumah Sakit).
Pemberian edukasi dan informasi diberikan oleh semua petugas yang ada di
Rumah Sakit baik petugas medis maupun non medis. Edukasi dapat diberikan kepada
siapa saja yang berada di lingkungan Rumah Sakit maupun di luar Rumah Sakit,

18
misalnya pelanggan intern (Yayasan Badan Wakaf Rumah Sakir, petugas Rumah
Sakit dan keluarga) dan pelanggan ekstern (pasien, pengunjung, keluarga, pedagang,
masyarakat).
Dalam pemberian materi atau pesan yang akan diberikan kepada sasaran harus
disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan pasien keluarga dan masyarakat, sehingga
dapat dirasakan langsung manfaatnya. Sebelum melakukan edukasi, langkah awal
petugas harus

1. RUANG LINGKUP
1. sasaran pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3 kelompok
a. pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu
b. pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat
2. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Menurut dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai
tempat. Dengan sendirinya sasarannya berbeda pula, misalnya:
a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid, guru
b. Pendidikan kesehatan di Rumah Sakit, dilakukan di rumah sakit dengan sasaran pasien,
keluarga pasien, pengunjung, petugas Rumah Sakit, dan masyarakat sekitar Rumah Sakit
c. Pendidikan kesehatan di Posyandu atau Desa Binaan dengan sasaran masyarakat sekitar
3. Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima
tingkat pencegahan (five levels of prevention) dari Leavel and Clark, sebagai berikut:
a. Promosi Kesehatan (Health Promotion).
Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan
hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, higiene perorangan, dan sebagainya.
b. Perlindungan Khusus (Specifik Protection)
Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini pendidikan
kesehatan sangat diperlukan terutama di negara-negara berkembang. Hal ini karena kesadaran
masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit pada
orang dewasa maupun pada anak-anaknya masih rendah.

19
c. Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan
penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di dalam masyarakat.
Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal
ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak.

C. KONSEP PENGORGANISASIAN
1. PENGERTIAN
Secara konseptual ada dua batasan yang perlu dikemukakan, yakni istilah
“organization” sebagai kata benda dan “organizing” (pengorganisasian) sebagai kata kerja,
menunjukkan pada rangkaian aktivitas yang harus dilakukan secara sistematis.
Istilah organisasi memiliki dua arti umum, pertama, mengacu pada suatu lembaga
(institution) atau kelompok fungsional, sebagai contoh kita mengacu pada perusahaan, badan
pemerintah, rumah sakit, atau suatu perkumpulan olahraga. Arti kedua mengacu pada proses
pengorganisasian, sebagai salah satu dari fungsi manajemen.
Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian pengorganisasian sebagai berikut:
1. Menurut G. R Terry: pengorganisasian berasal dari kata organism (organisme) yang
merupakan sebuah enititas dengan bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian rupa
sehingga hubungan mereka satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka terhadap
keseluruhan.
2. Menurut Siagian (1983): Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-
orang, alat-alat, tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta
suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah
ditetapkan.
3. T. Hani handoko(1999): sesuatu yang digambarkan sebagai sesuatu yang tersentralisasi dan
berisi tugas-tugas yang sangat terspesialisasikan.
4. Kamus lengkap bahasa Indonesia: Pengorganisasian adalah merupakan kegiatan
merancang dan merumuskan struktur.
Dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian adalah langkah untuk merancang struktur
formal, menetapkan, menggolongkan dan mengatur bebagai macam kegiatan, menetapkan

20
tugas-tugas pokok, wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam
rangka mencapai tujuan organisasi dengan efisien.

2. UNSUR-UNSUR PENGORGANISASIAN
Secara sederhana organisasi memiliki tiga unsur, yaitu ada orang, ada kerjasama, dan
ada tujuan bersama. Tiga unsur organisasi itu tidak berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi saling
kait atau saling berhubungan sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh. Adapun unsur-
unsur organisasi secara terperinci dapat di jabarkan sebagai berikut:
1. Man (orang-orang), dalam kehidupan organisasi atau ketata lembagaan sering disebut
dengan istilah pegawai atau personnel. Pegawai atau personnel terdiri dari semua anggota
atau warga organisasi, yang menurut fungsi dan tingkatannya terdiri dari unsur
pimpinan(administrator) sebagai unsur pimpinan tertinggi dalam organisasi, para manajer
yang memimpin suatu unit satuan kerja sesuai dengan fungsinya masing-masing dan para
pekerja (non management/workers). Semua itu secara bersama-sama merupakan kekuatan
manusiawi (man power) organisasi.
2. Kerjasama, merupakan suatu perbuatan bantu-membantu akan suatu perbuatan yang
dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu, semua
anggota atau semua warga yang menurut tingkatan-tingkatannya dibedakan menjadi
administrator, manajer, dan pekerja (workers), secara bersama-sama merupakan kekuatan
manusiawi (man power) organisasi.
3. Tujuan, merupakan arah atau sasaran yang dicapai. Tujuan menggambarkan tentang apa
yang akan dicapai atau yang diharapkan. Tujuan merupakan titik akhir tentang apa yang
harus dikerjakan. Tujuan juga menggambarkan tentang apa yang harus dicapai melalui
prosedur, program, pola (network), kebijaksanaan (policy), strategi, anggaran (budgeting),
dan peraturan-peraturan (regulation) yang telah ditetapkan.
4. Peralatan (Equipment), merupakan Unsur yang keempat yaitu peralatan atau equipment
yang terdiri dari semua sarana, berupa materi, mesin-mesin, uang, dan barang modal
lainnya (tanah, gedung, bangunan, kantor).
5. Lingkungan (Environment), Faktor lingkungan misalnya keadaan sosial, budaya, ekonomi,
dan teknologi. Yang termasuk dalam unsur lingkunga adalah:

21
a. Kondisi atau situasi, yang secara langsung maupun secara tidak langsung berpengaruh
terhadap daya gerak kehidupan organisasi, karena kondisi atau situasi akan selalu
mengalami perubahan.
b. Tempat atau lokasi, sangat erat hubungannya dengan masalah komunikasi dan
transportasi yang harus dilakukan oleh organisasi.
a. Wilayah operasi yang dijadikan sasaran kegiatan organisasi. Wilayah operasi dibedakan
menjadi :
 Wilayah kegiatan, yang menyangkut jenis kegiatan atau macam egiatan apa saja yang
boleh dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi.
 Wilayah jangkauan, atau wilayah geografis atau wilayah teritorial, menyangkut
wilayah atau daerah operasi organisasi.
 Wilayah personil, menyangkut semua pihak (orang-orang, badan-badan) yang
mempunyai hubungan dan kepentingan dengan organisasi.
 Wilayah kewenangan atau kekuasaan, menyangkut semua urusan, persoalan,
kewajiban, tugas, tanggung jawab dankebijaksanaan yang harus dilakukan dalam
batas-batas tertentu yang tidak boleh dilampaui sesuai dengan aturan main yang telah
ditetapkan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Kekayaan Alam, Yang termasuk dalam kekayaan alam ini misalnya keadaan iklim, udara,
air, cuaca (geografi, hidrografi, geologi, klimatologi), flora dan fauna

3. STRUKTUR ORGANISASI KEPERAWATAN

22
4. PERAN DALAM PENGORGANISASIAN KEPERAWATAN
a. Peran kepala ruangan
1) Pengkajian : mengidentifikasi masalah terkait fungsi manajemen.
2) Perencanaan : fungsi perencanaan dan fungsi ketenagaan
 Menunjuk Ketua tim
 Mengikuti serah terima klien
 Mengidentifikasi tingkat ketergantungan
 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan klien
 Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
 Merencanakan logistik ruangan/fasilitas ruangan
 Melakukan pendokumentasian
3) Implementasi
 Fungsi pengorganisasian
 Merumuskan sistem penugasan
 Menjelaskan rincian tugas ketua tim
 Menjelaskan tentang kendali diruang rawat
 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan di ruang rawat

23
 Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik
 Mendelegasikan tugas kepada ketua tim
 Fungsi pengarahan :
 Memberikan pengarahan kepada ketua TIM
 Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
anggota Tim
 Memberi pujian kepada anggota Tim yang melaksanakan tugas dengan baik
 Membimbing bawahan
 Meningkatkan kolaborasi dengan anggota Tim
 Melakukan supervisi
 Memberikan informasi tentang hal-hal berhu ungan dengan pelayanan
keperawatan di ruangan
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
4) Evaluasi
 Fungsi pengendalian :
 Mengevaluasi kinerja ketua Tim
 Memberikan umpan balik pada kinerja ketua Tim
 Mengatasi masalah di ruang rawat dan menetapkan tindak lanjut
 Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

b. Peran ketua tim


1) Pengkajian : mengumpukan data kesehatan klien
2) Perencanaan : fungsi perencanaan dan fungsi ketenagaan
 Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas
 Bersama karu melaksanakan pembagian tugas
 Menyusun rencana asuhan keperawatan
 Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
 Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan
 Mengorientasikan klien baru pada lingkungan
 Melakukan pelaporan dan pendokumantasian

24
3) Implementasi
 Fungsi pengorganisasian
 Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan
 Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien
 Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan
 Mampu mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama tim kesehatan
lain
 Mengatur waktu istirahat anggota tim
 Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
 Fungsi pengarahan :
 Memberikan pengarahan kepada anggota tim
 Memberikan bimbingan pada anggota tim
Memberikan infromasi yang berhubungan dengan askep
 Mengawasi proses pemberian askep
 Melibat anggota tim sampai awal dan akhir kegiatan
 Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
4) Evaluasi
 Fungsi pengendalian :
 Mengevaluasi asuhan keperawatan
 Memberikan umpan balik pada pelaksana
 Memperhatikan aspek legal dan etik
 Melakukan pelaporan dan pendokumantasian

c. Peran perawat pelaksana


1) Pengkajian : mengkaji kesiapan klien dan diri sendiri untuk melaksanakan asuhan
keperawatan.
2) Perencanaan : fungsi perencanaan dan fungsi ketenagaan
 Bersama Karu mengadakan serah terima tugaas
 Menerima pembagian tugas dari katim

25
 Bersama katim menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
 Mengikuti ronde keperawatan
 Menerima klien baru
3) Implementasi
 Fungsi pengorganisasian
 Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim
 Menerima pembagian tugas
 Melaksanakan tugas yang diberikan oleh katim
 Melaksanakan program kolaborasi dengan tim kesehatan lain
 Menyesuiakan waktu istirahat dengan anggota tim lainnya
 Melaksanakan asuhan keperawatan
 Menunjang pelaporan, mencatat tindakan keperawatan yang dilaksanakan.
 Fungsi pengarahan :
 Menerima pengarahan dan bimbingan dari katim
 Menerima informasi yang berkaitan dengan askep dan melaksanakan askep
dengan etik dan legal
 Memehami pemahaman yang telah dicapai
 Menunjang pelaporan dan pendokumentasian
4) Evaluasi
 Fungsi pengendalian : Menyiapkan menunjukkan bahan yang diperlukan untuk
proses evaluasi serta ikut mengevaluasi kondisi pasien.

26
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ruangan Annisa merupakan salah satu Rawat Inap di RSI Ibnu Sina. Ruangan ini
merupakan Rawat Inap Kebidanan, Anak, dan Perinatologi. Ruangan ini terdiri dari pelayanan
Kelas I – III. Hasil Observasi dan wawancara pada tanggal 28 Mei 2021 mendapatkan hasil
bahwa ruangan tidak melakukan DRK (Diskusi Refleksi Kasus), ruangan tidak memiliki struktur
organisasi dan papan edukasi informasi. Hasil observasi dan wawancara kepada kepala ruangan,
mengatakan bahwa tidak mengetahui apa itu DRK dan belum melaksanakan di ruangan ini. Serta
diruangan tidak memiliki informasi tentang struktur organisasi dan papan edukasi yang berisi
berbagai leaflet tentang ibu dan anak.

Beberapa masalah yang ditemukan yaitu, belum terlaksananya DRK keperawatan, kurang
tersedianya papan edukasi dan informasi, dan kurang tersedianya struktur organisasi ruangan.
DRK merupakan salah satu komponen MAKP (model asuhan keperawatan profesional) yang
bertujuan untuk mencari solusi dari permasalahan pasien dan berbagi pengalaman dalam
menangani kasus yang berkesan bagi perawat selama memberikan asuhan. Pelayanan DRK
bertujuan mengembangkan profesionalisme perawat.

Papan edukasi dan informasi merupakan tempat pemberian informasi, instruksi atau
peningkatan terkait kesehatan serta memberikan informasi penting yang ada diruangan rawat
inap. Papan edukasi dan informasi sangat berguna dan penting agar pasien beserta keluarga
maupun pelayan kesehatan dapat mengetahui bagaimana potensial kesehatan dapat tercapai serta
bagaimana menghindari masalah penyakit tertentu.

Struktur Organisasi merupakan sistem yang mengatur jalur koordinasi dan jalur
koordinasi yang menetapkan tanggung jawab penyelenggaraan dan pelaksanaan pelayanan
kesehatan di ruangan rawat inap. Struktur organisasi dibuat untuk menjalankan pelayanan
kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing jabatan. Dengan adanya struktur
organisasi ruangan secara jelas mampu memisahkan tanggung jawab dan wewenang masing-
masing anggota. Struktur organisasi ruangan rawat inap meliputi kepala ruangan, ketua tim dan
perawat pelaksana.

27
B. SARAN

Diharapkan setelah perumusan masalah yang ditemukan, maka ada beberapa hal yang dapat

disarankan yaitu:

1. Kepada rumah sakit


Diharapkan pihak manajemen keperawatan di rumah sakit dapat memberikan
tambahan informasi mengenai beberapa masalah manajemen pelayanan dan manajemen
asuhan ruang rawat inap Annisa RSI Ibnu Sina Padang tahun 2021.
2. Kepada perawat
Diharapkan kualitas manajemen keselamatan dan pelayanan di ruang Annisa RSI
Ibnu Sina Padang tahun 2021 dapat optimal.

28
DAFTAR PUSTAKA

Momay, Sarlota Y dkk. 2014. “Pengaruh Kinerja Perawat dan Pengorganisasian Terhadap

Pelayanan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Menggunakan Metode Tim di RSI Faisal

Makassar dalam Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Vol.5 No.4”(online)

http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/download/59/17/ diunduh 13 September 2017

Anda mungkin juga menyukai