MYASTHENIA GRAVIS
“kelainan taut saraf otot • Memburuk dengan aktivitas >< membaik dengan
istirahat
yang ditandai dengan • Penyebab: penurunan AChR antibody
autoimun
kelemahan fluktuatif pada • Faktor yang berperan: jenis kelamin, hormone,
otot-otot skeletal, yaitu otot- kelainan timus
Antibodi Antibodi
MuSK LRP4
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
• Bersifat fluktuatif tergantung intensitas aktivitas pasien
• Terdapat pola khas: otot kranial (awal) generalisata (lanjutan
85% kasus)
• Gambaran khas:
• Diplopia dan ptosis (keluhan utama)
• Ekspresi geram/snarling ketika tersenyum
• Anamnesis
• KU: kelemahan/lumpuh otot
mata (diplopia atau ptosis) +
anggota tubuh (deltoid, triseps,
ekstensor jari + otot nervus
kranialis
• Pemeriksaan fisik
DIAGNOSIS
Botulisme
DIAGNOSIS
BANDING Neurasthenia
Gangguan tiroid
Plasmaferesis &
Timektomi
IVIg
• Menghambat kerja enzim asetilkolinesterase dalam memecah
asetilkolin meningkatkan kadar ACh dalam taut saraf otot
• Jenis yang sering digunakan: piridostigmin dan neostigmin.
• Dosis piridostigmin berkisar antara 30-90 mg dan diberikan
setiap 6 jam sekali, sedangkan dosis neostigmin berkisar
antara 7,5 mg hingga 45 mg dan diberikan setiap 2-6 jam
sekali.
ANTIKOLINESTERASE • Antikolinesterase jangka panjang juga dapat diberikan pada
pasien yang mengeluhkan kelemahan otot pada malam hari
atau saat bangun tidur. 2
• Frekuensi, jumlah dosis, dan waktu meminum obat
disesuaikan pada masing-masing pasien.
• Overdosis obat antikolinesterase justru dapat meningkatkan
kelemahan otot, karena overstimulasi dari sistem kolinergik
dapat menyebabkan blokade depolarisasi.
Gastrointestinal Sistem respirasi Mata Kelenjar Jantung
TIMEKTOMI
3) angka remisi yang tinggi pada pasien yang menjalani timektomi
total.6
• Abnormalitas kelenjar timus pada MG dapat berupa hiperplasia folikel,
hiperplasia difus, involusi timus, dan timoma
• Keuntungan dan indikasi timektomi pada pasien MG masih menjadi
kontroversi.
• Angka remisi dapat mencapai 35% apabila prosedur timektomi
dilakukan dalam jangka waktu satu hingga dua tahun setelah onset MG.
• Indikasi timektomi menurut Aydin dkk. (2017):
1) seluruh pasien MG dengan timoma
2) pasien MG dengan autoantibodi AChR
KOMPLIKASI
Krisis
Krisis
kolinergi
miastenia
k
KRISIS MIASTENIA
• 20/30/40 rule:
• FVC < 20 ml/kg batuk kering,
atelektasis, dan hipoksemia
• NIP < 30 cmH2O kelemahan otot-otot
inspirasi dan diafragma
• PEP < 40 cmH2O gangguan otot-otot
ekspirasi
• Indikasi absolut intubasi: henti jantung atau
henti napas, penurunan kesadaran, syok,
aritmia, kelainan gas darah berat, dan disfungsi
bulbar dengan aspirasi.
• Apabila pasien masih mengeluhkan kesulitan
bernapas, ekstubasi tidak boleh dilakukan
walaupun kriteria ekstubasi sudah terpenuhi
dan/atau analisis gas darah sudah mencapai
batas normal.7
MANAJEMEN
KRISIS
MIASTENIA
MANAJEMEN
KRISIS Pemberian atropine
KOLINERGIK
2. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and Victor’s Principles of Neurology. 10th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2014.
3. Sanders DB, Evoli A. Immunosuppressive therapies in myasthenia gravis. Autoimmunity. 2010 Aug; 43(5-6):428-35.
4. Barth D, Nouri MN, Ng E, Nwe P, Bril V. Comparison of IVIg and PLEX in patients with myasthenia gravis. Neurology. 2017 Jun; 76:2017-23.
5. Aydin Y, Ulas AB, Mutlu V, Colak A, Eroglu A. Thymectomy in myasthenia gravis. Eurasian J Med. 2017 Feb; 49:48-52.
6. Godoy DA, de Mello LJV, Masotti L, Napoli MD. The myasthenic patient in crisis: an update of the management in neurointensive care unit. Arq
Neuropsiquiatr. 2013; 71(9):627-39.
7. Gilhus NE, Verschuuren JJ. Myasthenia gravis: subgroup classification and therapeutic strategies. Lancet Neurol. 2015; 14:1023-36.
8. Adeyinka A, Kondamudi NP. Cholinergic Crisis. 2018 Feb 25 [Cited 2018 Apr 22]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
REFERENSI
Publishing; 2018 Jan. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482433/
9. Li ZY. China guidelines for the diagnosis and treatment of myasthenia gravis. Neuroimmunol Neuroinflammation. 2016; 3:1-9.
10. Wakata N, Iguchi H, Sugimoto H, Nomoto N, Kurihara T. Relapse of ocular symptoms after remission of myasthenia gravis-a comparison of
relapsed and complete remission cases. Clin Neurol Neurosurg. 2003; 105:75–7.
11. Suzuki S, Nishimoto T, Kohno M, Utsugisawa K, Nagane Y, Kuwana M, Suzuki N. Clinical and immunological predictors of prognosis for
Japanese patients with thymoma-associated myasthenia gravis. J Neuroimmunol. 2013; 258:61–6.
12. Mao ZF, Mo XA, Qin C, Lai YR, Olde Hartman TC. Course and prognosis of myasthenia gravis: a systematic review. Eur J Neurol.
2010;17:913–21.
13. Wang L, Zhang Y, He M. Clinical predictors for the prognosis of myasthenia gravis. BMC Neurology. 2017; 17:77.
DI SKUSI
• Hendra: gejala MG awalnya bagaimana?
• Awalnya biasanya muncul gangguan ekstraokular (diplopia, ptosis), lalu muncul kelemahan otot bagian proksimal, lalu generalized
• Retta: kalo dari PF nya normal, tapi ada kelemahan otot, assess nya apa?
• Christian: mana pemeriksaan penunjang yg paling perlu?
• Bedain sesaknya MG dan sesak yg lain? Saat bernapas otot yg dominan adalah otot abdominal
• Kalo kolinergik biasanya gejalanya serupa dgn keracunan (miosis, dll)
• Pemeriksaan antibody bisa tapi lama
• CT scan thorax perlu di seluruh MG (bukan hanya MG ocular saja) untuk cari timoma
• Beta: bagaimana hubungan antara faktor pencetus miastenia dgn krisis miastenia? Kapan kita lakukan tes neostigmine u/ membedakan
krisis miastenia dan kolinergik
• Krisis kolinergik paling sering gejalanya diare dan hipersalivasi.
• Tes tensilon jarang dilakukan
• Kevin: gejala ocular apakah harus ada pada miastenia gravis? Bagaimana memastikan bahwa pasien memang mengalami kelemahan
otot?
• Dapat ditanyakan kelemahan ototnya munculnya saat kapan, pencetusnya apa
• Bisa juga dari tes klinis sederhana
• Apakah harus ada ptosis? Tidak harus (80%), bisa saja disfoni atau bisa saja langsung seluruh tubuh
• Dr. Fitri: Bisa pake ice pack test. Setelah dipasang 30-60 detik matanya sudah membukab
DISKUSI