GRAVIS
Dr Yusmahenry SpS
Bag IP Saraf
FK. UNIBA
BaTAM
Pendahuluan
Myasthenia gravis (MG)
Penyakit neuromuscular yang mengenai
neuromuscular junction
Kelumpuhan yang berfluktuasi, bertambah
berat setelah aktifitas dan berkurang
dengan istirahat
Berhubungan dengan berkurangnya
receptor acetylcholin
1672 Thomas Willis :
❖ Otot Respirasi
❖ Otot pelvis
Otot Tungkai
Derajat keparahan
Etiologi
Derajat keparahan
❖ MG okuler
❖ MG generalisata derajat ringan sampai
sedang
❖ MG generalisata derajat berat
❖ Krisis myasthenia
Etiologi
Aquired autoimmun
Transient neonatal
Drug induce
Congenital Myasthenia
Test diagnostik
1. Test Farmakologi
◼ Test tensilon
Perbaikan klinis setelah pemberian tensilon 5
mg
◼ Test Prostigmin
Test positif bila terdapat perbaikan klinis
dengan pemberian prostigmin
2. Test elektrodiagnostik
Pemeriksaan Repetitif nerve stimulation
penurunan aksi potensial lebih 10%
3. Radiologi
◼ 20% pasen ditemukan thimoma
pada fotothorax
◼ CT Scan Thorax
4. Lab Antibody receptor asetilcholin
Terapi
Inhibitor asetylcholinesterase
Kortikosteroid
Imunosupresan
Plasmapharesis
Immunoglobulin intravena (IVIg)
Thymectomy
Acetylcholin esterase inhibitor
Menginhibisi acetylcholin esterase
sehingga meningkatkan kerja acetylcholin
pada acethylcholin reseptor
Piridostigmin bromide yang digunakan
Terapi initial MG
Dosis awal 30 mg 3x/hari dinaikan
tergantung respon pasen
Efek samping nyeri perut diare salivasi
Kortikosteroid
Efek immunosupresan
Bermanfaat pada MG derajat sedang berat
Menurunkan jumlah antibodi di AChR dan
menghilangkan reaktifitas antibodi AChR
Dosis mulai 25 mg dinaikan bertahap
Perbaikan timbul beberapa bln
Banyak efek samping.
Immunosupressan
Azatriopine
Cyclophosphamide
Cyclosporine
Methotrexate
Mycophenolate mofetil