MYASTHENIA GRAVIS
Disusun Oleh :
Nening Safitri
20300026
Myastheniagravisadalahsuatukelainanautoimunyangditandaiolehsuatukelemah
anabnormal dan progresif pada otot rangka yang dipergunakan secara terus-menerus
gangguandarisynaptictransmissionataupadaneuromuscularjunction.Dimanabilapender
itaberistirahat,makatidaklamakemudiankekuatanototakanpulihkembali(Widyadharma,
2013).
dan kelelahan dimana antibodi menurunkan sejumlah reseptor asetilkolin post sinap
Myasthenia
lamakemudiankekuatanototakanpulihkembali.Penyakitinitimbulkarenaadanyaganggua
B. ETIOLOGI
tubuh menyerang sel ataupun jaringan yang membentuk antibody itu sendiri) yang
neuromuscular.Pada orang normal jumlah asetilkolin yang dilepas sudah lebih dari
cukup untuk menghasilkan suatu kontraksi otot (otot dapat bergerak), tetapi pada
miastenia gravis, jumlah reseptor asetilkolin berkurang atau asetilkolin yang dihasilkan
terlalu cepat dihancurkan, akibat gangguan autoimun, sehingga kontraksi otot lemah.
C. ANATOMI FISIOLOGI
secara normalbercabang
beberapakalidanmerangsangtigahinggabeberaparatusseratototrangkamotor end-
plate.Ujung-
ujungsarafmembuatsuatusambunganyangdisebutneuromuscularjunctionatausambung
anneuromuscular.
sepanjangserat saraf.
D. MANIFESTASI KLINIK
Karakteristik penyakit berupa kelemahan otot ekstrem dan mudah
penggunaan tenaga yang sedikit seperti menyisir rambut, mengunyah dan berbicara,
Selain melemahnya otot, ada berbagai gejala yang sering muncul sebagai
2. Salah satu atau kedua kelopak mata pengidapnya akan turun dan susah di buka.
mudah tersedak.
4. Melemahnya otot tangan, kaki, dan leher. Gejala ini bisa memicu gangguan
E. PATOFISIOLOGI
autoimun
yangterkaitdenganpasienyangmenderitamiasteniagravis,misalnyaautoimuntiroiditis,sis
temiklupuseritematosus,arthritisrheumatoid,danlain-
lain.Sehinggamekanismeimunogenikmemegangperananyangsangatpentingpadapatofis
iologimiasteniagravis.
Halinilahyangmemegangperananpentingpadamelemahnyaototpenderitadengan
padaserumpenderitamiasteniagravissecaralangsung
melawankonstituenpadaotot.Tidakdiragukanlagi,bahwaantibodipadareseptornikotinika
Miastenia gravis dapat dikatakan sebagai “penyakit terkait sel B”, dimana
antibodi
yangmerupakanprodukdariselBjustrumelawanreseptorasetilkolin.PerananselTpadapat
ogenesismiasteniagravismulaisemakinmenonjol.Walaupunmekanismepastitentanghila
ngnyatoleransiimunologikterhadapreseptorasetilkolinpadapenderitamiasteniagravisbel
umsepenuhnyadapatdimengerti.Timusmerupakanorgansentralterhadapimunitas yang
hiperplasiatimusatautimoma,biasanyamuncullebihawalpadapasiendengangejala
miastenik.
Subunit alfa juga merupakan binding site dari asetilkolin.Sehingga pada pasien
dimana satuantibodi secara langsung melawan area imunogenik utama pada subunit
ikatansilangreseptorasetilkolinterhadapantibodianti-
reseptorasetilkolindanmengurangijumlahreseptorasetilkolinpadaneuromuscular
reseptor asetilkolinyangbarudisintesis.
F. PATHWAY
Kerusakan pada transmisi implus saraf menuju sel –sel otot karena
kehilangan kemampuan/hilangnya reseptor normal membrane postsinaps
pada sambungan neuromuskular
Penurunan hubungan
Kelemahan otot-otot
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis dapat ditegakkkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan
1. Antibodi anti-reseptorasetilkolin
penderita miastenia gravis golongan IIA dan IIB, dan 70% penderita golongan I.
Antibodi ini ditemukan pada lebih dari 90% penderita dengan timoma dan
tidak ada antibodi ini dan juga tidak ada antibodi anti-reseptor asetilkolin, maka
hasil pemeriksaannya negatif sementara secara klinis masih tetap diduga adanya
miastenia gravis.Apabila tidak ada efek samping sesudah tes 1-2 mg intravena,
lama, dan meningkatnya kapasitas vital.Reaksi ini tidak akan berlangsung lebih
lama dari 5 menit. Jika diperoleh hasil yang positif, maka perlu dibuat diagnosis
banding antara miastenia gravis yang sesungguhnya dengan sindrom miastenik.
miastenia gravis, tetapi penyebabnya ada kaitannya dengan proses patologis lain
seperti diabetes, kelainan tiroid, dan keganasan yang telah meluas. Usia timbulnya
kedua penyakit ini merupakan faktor pembeda yang penting. Penderita miastenia
4. Foto dada
Foto dada dalam posisi antero-posterior dan lateral perlu dikerjakan, untuk
melihat apakah ada timoma. Bila perlu dapat dilakukan pemeriksaan dengan sken
tomografik.
5. TesWartenberg
Bila gejala-gejala pada kelopak mata tidak jelas, dapat dicoba tes
atas bidang kedua mata beberapa lamanya.Pada miastenia gravis kelopak mata
6. Tesprostigmin
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Antikolinesterase
Dapat diberikan piridostigmin 30-120 mg per oral tiap 3 jam atau neostigmin
bromida 15-45 mg per oral tiap 3 jam. Piridostigmin biasanya bereaksi secara
bermanfaat pada miastenia gravis golongan IIA dan IIB. Efek samping pemberian
berlebihan. Efek samping gastro intestinal (efek samping muskarinik) berupa kram
atau diare dapat diatasi dengan pemberian propantelin bromida atau atropin.Penting
sekali bagi pasien-pasien untuk menyadari bahwa gejala-gejala ini merupakan tanda
terlalu banyak obat yang diminum, sehingga dosis berikutnya harus dikurangi untuk
maka obat ini dapat diberikan lebih dulu agar pasien mengerti bagaimana
2. Steroid
Di antara preparat steroid, prednisolon paling sesuai untuk miastenia gravis, dan
diberikan sekali sehari secara selang-seling (alternate days) untuk menghindari efek
samping.Dosis awalnya harus kecil (10 mg) dan dinaikkan secara bertahap (5-10
dimulai dengan dosis tinggi.Peningkatan dosis sampai gejala- gejala terkontrol atau
dosis mencapai 120 mg secara selang-seling.Pada kasus yang berat, prednisolon
dapat diberikan dengan dosis awal yang tinggi, setiap hari, dengan memperhatikan
efek samping yang mungkin ada.Hal ini untuk dapat segera memperoleh perbaikan
klinis.
3. Azatioprin
baik, efek sampingnya sedikit jika dibandingkan dengan steroid dan terutama berupa
4. Timektomi
hari pasca operasi dan tidak bermanfaatnya pemberian antikolinesterase sering kali
merupakan tanda adanya infeksi paru- paru.Hal ini harus segera diatasi dengan
5. Plasmaferesis
Tiap hari dilakukan penggantian plasma sebanyak 3-8 kali dengan dosis 50
ml/kg BB.Cara ini akanmemberikan perbaikan yang jelas dalam waktu singkat.
Plasmaferesis bila dikombinasikan dengan pemberian obat imusupresan akansangat
bermanfaat bagi kasus yang berat. Namun demikian belum ada bukti yang jelas
bahwa terapi demikian ini dapat memberi hasil yang baik sehingga penderita mampu
I. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
a.KeluhanUtama
Hal yang sering menyebabkan klien miastenia meminta bantuan medis adalah
dari 90% klien miastenia gravis, disfonia (gangguan suara), masalah menelan, dan
b. Riwayat PenyakitSekarang
Miestania gravis juga menyerang otot-otot wajah, laring, dan faring.Keadaan ini
(otot-otot palatum); menimbulkan suara abnormal atau suara nasal; dank lien
yang lemah, akhirnya dapat berupa serangan dispnea dan klien tidak mampu
c. Riwayat PenyakitDahulu
d. Riwayat PenyakitKeluarga
e. PengkajianPsikososiokultural
Klien miestania gravis sering mengalami gangguan emosi pada kebanyakan klien
kelemahan otot jika mereka berada dalam keadaan tegang.Adanya kelemahan pada
2. PengkajianFisik
a. B1(Breathing)
produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan
frekuensi pernapasan yang sering didapatkan pada klien yang disertai adanya
atau stridor pada klien, menunjukkan adanya akumulasi secret pada jalan napas
b. B2(Blood)
Pengkajian pada system kardiovaskuler terutama dilakukan untuk memantau
darahyang secara progresif akan berubah sesuai dengan kondisi tidak membaiknya
status pernapasan.
c. B3(Brain)
1) Pengkajian SarafKranial
Saraf XII. Lidah tidak simetris, adanya deviasi pada satu sisi akibat
kelemahan otot motorikpada lidah.
2) Pengkajian SistemMotorik
3) PengkajianRefleks
4) Pengkajian SistemSensorik
Pemeriksaan sensorik pada penyakit ini biasanya didapatkan sensasi raba dan
d. B4(Bladder)
e. B5(Bowel)
f. B6(Bone)
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (kelemahan otot
pernafasan) ditandai dengan pola nafas abnormal
K. INTERVENSI
Pola napas tidak Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan nafas ( 010111)
efektif keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan pola nafas klien O :
berhubungan membaik dengan criteria
hasil : - Monitor pola nafas
dengan hambatan - Monitor bunyi nafas
upaya nafas - Tekanan ekspirasi
meningkat dengan skala 4/5 T:
(kelemahan otot
- Tekanan inspirasi meningkat - Posisikan semifowler/fowler
pernafasan) dengan skala 4/5 - Berikan oksigen
E:
ditandai dengan - Dispnea menurun dengan - Anjurkan asupan cairan 2000
pola nafas skala 4/5 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
K:
abnormal - Frekuensi nafas membaik - Kolaborasi pemberian bronkodilator
dengan skala 4/5
K:
perubahan gaya membaik dengan skala - Timbang berat badan secara rutin
4/5
hidup - Rencanakan program pengobatan
- Tebal lipatan kulit untuk perawatan dirumah ( misal
membaik dengan skala medis, konseling )
4/5
- Diskusikan perilaku makan dan
jumlah aktivitas fisik yang sesuai
E:
K:
Kamarudin .S, (2019). Miastenia Gravis. Jurnal Kesehatan Anak. 1(1), 63-71
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Imunologi. Jakarta : Salemba