Anda di halaman 1dari 166

Pediatri

Pediatri-1
d r. B u s t o n
• UKMPPD CBT terdiri dari 150 soal • Bedakan antara terapi yang tepat,
dalam 200 menit à 1 soal = 1 definitive, abortif, suportif, awal
menit dan pendukung
• Baca soal à Baca Kasus à Kata • Terapi awal : Tatalaksana
kunci à Informasi tambahan simtomatis / kegawat daruratan
• Pemeriksaan Objektif > Subjektif • Terapi definitive : Terapi yang
langsung ke etiologi
• Jika kesulitan à Eksklusi jawaban
• Terapi supportif: Terapi yang
à Memperbesar kemungkinan
membantu dalam terapi
untuk benar
utama.

2
•Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas

4 •4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter


•4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atauPendidikan
Kedokteran Berkelanjutan (PKB)

•Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk


3 •3A. Bukan gawat darurat
•3B. Gawat darurat

2
•Mendiagnosis dan merujuk
•Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.

•Mengenali dan menjelaskan

1 •Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan
mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai
penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien.
o Neonatologi o Pediatrik Sosial
o Resusitasi Neonatus (4A) o Vaksinasi (4A)
o Hyaline Membrane Disease (3B) o Pediatrik Gastroenterohepatologi
o Meconium Aspiration Syndrome (3B) o Diare pada anak (4A)
o Transient Tachypnea of The Newborn o Diare ec Susu (2)
(3B) o Enterokolitits Nekrotikans (1)
o Bronchopulmonary Displasia (1) o Pediatrik Hemato-onkologi
o Ikterus Neonatorum (2) o Defisiensi Vitamin K
o Sepsis Neonatorum (3B)
o Tetanus Neonatorum (3B)
o Kelainan Genetik
o Pediatrik Gizi
o Pertumbuhan Anak (4A)
o Perkembangan Anak (4A)
o Gizi Buruk (4A)
o Pemberian Makanan (4A)
o Defisiensi Mikronutrien Khusus (4A)
Pediatri

NEONATOLOGI
Pediatri
4A

Resusitasi
Neonatus
Resusitasi Neonatus (IDAI 2017)
IDAI MED+EASY

Bayi lahir

HAIKaL
Hangatkan
Atur posisi Tatalaksana awal
Isap lendir
Keringkan
rangsang taktiL

HR <100 HR >100

Takipnu, retraksi, Sianosis


VTP merintih persisten
HR
<100

VTP + RJP 3:1 CPAP O2

HR <60

Epinefrine 0,1-
0,3ml/kgbb

7
> 10 MENIT à Hentikan Resusitasi

8
4A

9
4A

10
4A

Subyek 2017 2022


Persiapan Resusitasi tercantum tercantum
Penilaian Tonus otot dan usaha Prematuritas, Tonus otot dam
napas usaha napas
Langkah awal Langkah awal dan Bantuan Langkah awal dan Bantuan
pernapasan (dalam 1 menit) pernapasan (dalam 1 menit

Monitor EKG Tidak tercantum Tercantum


Langkah koreksi Tercantum pasca VTP tidak Tercantum 15 detik pasca VTP
adekuat
Intubasi Sebelum Pijat Jantung Sebelum Pijat Jantung
PJB Tidak tercantum Tercantum
CPAP 5-8 cmH2O 7 cmH2O
Target saturasi Rentang 10% Rentang 5%
4A

Kapan menghentikan resusitasi?

• Resusitasi dianggap layak untuk dihentikan jika detak jantung tetap tidak terdeteksi
setelah resusitasi selama 10 menit
• Keputusan untuk meneruskan resusitasi bisa dipertimbangkan setelah memperhatikan
beberapa faktor: penyebab henti jantung, usia gestasi, adanya komplikasi, dan
pertimbangan orangtua

12
4A

Penilaian Tanda Distress Napas

APGAR SCORE DOWN SCORE

Sneeze, cough on
stimulation

• 0-3 : Asfiksia berat


• 4-6 : Asfiksia ringan-sedang
• 7-10 : Normal

13
Pediatri
3B
1

Asfiksia Neonatus
Pediatri
3B

Hyaline Membrane
Disease
3B

Definisi

• Distres nafas yang sering ditemui pada bayi premature


karena imaturitas struktur paru dan insufisiensi produksi
surfaktan
• Defisiensi surfaktan à sebabkan alveolus kolaps dan daya
kembang paru kurang à sesak nafas

Faktor Risiko

• Kurang bulan, ibu DM


• Asfiksia perinatal
• Riwayat saudara menderita hyalin membrane disease

Gejala Klinis
• Gejala dalam 24 jam pertama:
• Takipneu, grunting, retraksi dinding dada, sianosis

16
3B

Pemeriksaan Penunjang

• Darah lengkap
• Analisis gas darah
• Rasio lesitin/sfingomielin pada cairan paru (L/S ratio) < 2:1

Pemeriksaan Radiologi

• Ground glass appearance / reticulogranular pattern,


air bronchogram

17
3B

Stadium

• 1 : pola retikulogranuler
• 2 : stadium 1 + air bronchogram
• 3 : stadium 2 + batas jantung paru kabur
• 4 : stadium 3 + white lung

Tatalaksana
• Resusitasi neonatus
• Terapi oksigen
• Surfaktan
• Antibiotik à bila ada tanda infeksi

18
Pediatri
3B

Meconium
Aspiration Syndrome
3B

Definisi

• Gangguan nafas bayi baru lahir karena aspirasi cairan amnion


yang mengandung mekonium
• Mekoneum yang teraspirasi à sebabkan obstruksi jalan napas
akut, peningkatan resistensi jalan napas, atelectasis, dan
hiperekspansi paru

Faktor risiko

• Ibu dengan preeklampsia atau hipertensi


• Ibu dengan penyakit respiratorik atau kardiovaskular kronik
• IUGR
• Post matur
• Ibu perokok berat

20
3B

Manifestasi Klinis

•Tanda postmatur: deskuamasi, kuku panjang, rambut lebat, kulit pucat, kuku, kulit, vernix, dan tali pusat terdapat
noda mekoneum
•Terdapat mekoneum pada cairan ketuban (kental seperti lumpur)
•Obstruksi jalan napas (gasping, apneu, sianosis)
•Distres nafas (takipneu, nasal flaring, retraksi dinding dada, sianosis)

Pemeriksaan Penunjang

•AGDA: alkalosis/asidosis respiratorik


•Foto Thorax: hiperinflasi, diafragma mendatar, infiltrate kasar /
patchy infiltrate

Tatalaksana

•Suction endotrakeal, ventilasi mekanik

21
Pediatri
3B

Transient Tachypnea
of The Newborn
3B

Definisi

• Distres nafas pada bayi aterm atau premature karena resorbsi dan
pengeluaran cairan alveolar paru yang terhambat sehingga ada
retensi cairan di paru
• Distres napas bersifat sementara (muncul 1-2 jam setelah lahir,
membaik dalam 24-48 jam)

Faktor risiko

• Bayi lahir dengan SC


• Ibu dengan DM, asma
• Makrosomia

Patogenesis

• Pada persalinan pervaginam, lonjakan epinefrin dan tekanan


pada dada bayi saat melewati jalan lahir à membantu
membersihkan paru dari sisa cairan amnion

23
3B

Klinis

• Takipneu
• Retraksi dinding dada, grunting, napas cuping hidung, sianosis
• Berespon terhadap suplementasi O2, jarang perlu VTP

Pemeriksaan Radiologi

• Fisura interlobaris terisi cairan


• Efusi
• Hiperinflasi paru
• Garis perihilar prominen / fuzzy vessel

Tatalaksana

• Gejala hilang dalam beberapa hari


• Tidak perlu terapi spesifik
• Oksigen bila sesak berat

24
Pediatri
1

Bronchopulmonary
Displasia
1

Definisi

• Penyakit paru kronis pada neonates preterm karena penggunaan ventilasi/ suplementasi oksigen
jangka panjang karena adanya gangguan pernapasan
• Sebabkan ketergantungan terhadap oksigen persisten hingga usia 28 hari

Faktor risiko

• Prematur
• BBL < 1000 gr
• Korioamnionitis
• RDS
• Terapi oksigen

Manifestasi Klinis

• Takipneu, takikardia
• Peningkatan usaha nafas (retraksi, nasal flaring, grunting)
• Desaturasi rekuren
26
1

Pemeriksaan Radiologi

• Foto Thorax : area atelectasis dan hiperinflasi (emfisematous), kardiomegali (akibat hipertensi
pulmonal)
• CT scan : pola mosaic lung, penebalan dinding bronkus, subpleural opacities

27
Asfiksia Neonatorum
HMD TTN MAS BPD
Usia Preterm (FR: Pemakaian
Preterm Aterm Aterm – Post term
Kehamilan ventilator)
Etiologi Retensi cairan di paru Aspirasi meconium EC:
dan faktor Defisiensi surfaktan FR à SC, Ibu dengan DM, • KPD Kolaps paru
risiko makrosomia • Postmatur
• Fisura interlobaris terisi
cairan • Hiperinflasi
• Ground glass
• Efusi • Diafragma mendatar
Rontgen • Air bronchogram Atelectasis
• Hiperinflasi paru • infiltrate kasar / patchy
• Infiltrat retikulogranular
• Garis perihilar infiltrate
prominen / fuzzy vessel
Tatalaksan • Surfaktan • Suction
Oksigen
a • CPAP • Ventilasi mekanik

28
Pediatri
2

Ikterus Neonatorum
2

Definisi

• Diskolorasi kuning pada kulit, membrane mukosa, dan sklera karena peningkatan kadar bilirubin
dalam darah
• Hampir semua bayi mengalami peningkatan kadar bilirubin serum

Ikterus Fisiologis Ikterus Patologis


Dimulai pada hari pertama
Terjadi setelah 24 jam
kehidupan
Awitan Menghilang pada: 7 – 10 hari
Menetap setelah > 14 hari (aterm)
(NCB)
21 hari (preterm
7 – 10 hari (aterm) > 14 hari (aterm)
Menghilang
8 – 14 hari (preterm) > 21 hari (preterm)

Kadar ≤12 mg/dl (aterm) > 12 mg/dl (aterm)


bilirubin ≤15 mg/dl (preterm) > 15 mg/dl (preterm)
kterus disertai demam
Lainnya Ikterus berat (telapak tangan dan
kaki bayi kuning)

30
Diagnosa Banding Ikterus Neonatorum
Fisiologis Patologis

• Terjadi >1 hari • Terjadi <1 hari


• Menghilang <10 hari (aterm), <14 hari (preterm) • Menghilang > 14 hari (aterm) > 21 hari (preterm)
• ≤12 mg/dl (aterm), ≤15 mg/dl (preterm) • >12 mg/dl (aterm), >15 mg/dl (preterm)

Breastfeeding Jaundice (BFJ) Breastmilk Jaundice (BMJ) Inkompatibilitas Resus Inkompatibilitas ABO

• Ibu Resus (-), anak Resus (+) • Ibu Gol. O, anak A/B
• Kurang ASI (<8x/hari) • ASI cukup
• Kehamilan kedua dst • Kehamilan pertama
• usia 2 – 5 hari • usia 5 – 10 hari
• Coombs test (+) • Coombs test (+/-)

Berikan ASI Observasi Fototerapi / Transfusi tukar

Kern Ikterus Atresia Bilier/Kolestasis

• Feses pucat dempul


• Defisit neurologis
• Urin berwarna the
• Bilirubin >20mg/dl
• USG : Triangular Cord Sign
Untuk menjawab soal UKMPPD
Bilirubin 15 – 20 mg/dl : Fototerapi Operatif (metode Kasai)
Bilirubin > 20 mg/dl : Transfusi Tukar

31
2

Kramer’s Scale

32
Pediatri
2

Ikterus Fisiologis
2

Ikterus Fisiologis

Breastfeeding Jaundice (BFJ) Breast Milk Jaundice (BMJ)


Etiologi : pemberian ASI, dicurigai
Etiologi: kekurangan ASI (khususnya
berhubungan dengan beta-
pada bayi dengan ASI eksklusif)
glucuronidase dalam ASI

Usia 2-5 hari Usia 5-10 hari

Tertunda atau jarang Normal

Pemberian ASI (min 8x) Bilirubin >17 à Fototerapi

34
2

Tatalaksana

Untuk menjawab soal UKMPPD


Bilirubin 15 – 20 mg/dl : Fototerapi
Bilirubin > 20 mg/dl : Transfusi Tukar

35
Pediatri
2

Inkompatibilitas
Darah (Resus/ABO)
2

Definisi Etiologi

• Kondisi yang ditandai dengan penghancuran eritrosit à peningkatan unconjugated bilirubin à


ikterus. (dengan/tanpa anemia)
• Terjadi apabila janin memiliki antigen yang tidak dikenali ibu
• Nama lain: Haemolytic Disease of The Fetus and Newborn (HFDN)
Klasifikasi/Tipe

• Inkompatibilitas Resus
• Inkompatibilitas ABO (tersering)
Inkompatibilitas ABO Inkompatibilitas Resus
Insidensi Sering Jarang
Kejadian pada
Sering Jarang
kehamilan pertama

Klinis Umumnya ringan, dapat asimtomatik Ringan - Berat

Coombs Test +/- +

37
2

Inkompatibilitas ABO

• Ibu golongan darah O, anak golongan darah A/B


• Dapat terjadi tanpa didahului proses sensitisasi
terlebih
dahulu
• Antibodi maternal (anti-A dan/atau anti-B)
menyerang antigen (A atau B) pada eritrosit anak
• Terjadi hemolisis pada anak à dapat terjadi pada
kehamilan pertama

38
2

Inkompatibilitas Resus

• Terjadi pada ibu resus (-) dengan anak resus (+)


• Sensitisasi pada kehamilan pertama
• Kehamilan berikutnya à antibodi anti-D IgG ibu terhadap antigen RhD janin
• Komplikasi: Hidrops fetalis

39
2

Tatalaksana

Pre-natal
Transfusi darah intrauterine à terutama pada inkompatibilitas rhesus, untuk mencegah terjadinya
hydrops fetalis
Injeksi Anti-D (RhoGAM) à untuk mencegah terbentuknya antibodi pada ibu
untuk mencegah terjadinya hydrops fetalis
Post-natal
• Anemia à transfusi tukar pada janin
• Pada kondisi hiperbilirubinemia, dapat dilakukan fototerapi dan transfusi tukar
• Pada kasus berat, dapat diberikan immunoglobulin intravena (IVIg)

ASI tetap boleh diberikan

40
Pediatri
2

Atresia Bilier
2

Definisi

• Kondisi obstruksi total aliran empedu dan obliterasi ductus biliaris ekstrahepatik

Manifestasi klinis

• Ikterus
• Tinja pucat atau akolik (stercobilin feses negative)
• Urin berwarna seperti teh (bilirubin urin positif)
• Hepatomegali

Pemeriksaan Penunjang

• Laboratorium
• Bilirubin direk > 1 mg/dl, bila bilirubin total <5 mg/dl
• Bilirubin direk >20% dari bilirubin total bila bilirubin total >5 mg/dl
• Peningkatan enzim hati (ALT, ALP, GGT)
• USG à Triangular Cord Sign

Tatalaksana

• Hepatoportoenterostomi (Metode Kasai)

42
Pediatri
2

Kern Ikterus
2

Definisi

• Sindrom neurologis akibat deposisi bilirubin (indirek) di ganglia basalis dan nucleus batang otak

Manifestasi klinis

• Defisit neurologis
• Muncul pada:
• Aterm : Hari 2-5
• Preterm : Hari 7

Parameter Lab

• Bilirubin Total > 20 mg/dl

Tatalaksana

• Transfusi Tukar

44
Pediatri
3B

Sepsis Neonatorum
3B

Definisi

• Sindrom klinik penyakit sistemik akibat infeksi yang terjadi pada satu bulan pertama kehidupan.
Mortalitas mencapai 13-25%

Jenis

• Early Onset = Dalam 3 hari pertama, awitan tiba-tiba, cepat berkembang menjadi syok septik
• Late Onset = setelah usia 3 hari, sering diatas 1 minggu, ada fokus infeksi, sering disertai meningitis

Tanda awal

• Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak spesifik →


diperlukan skrining dan pengelolaan faktor risiko

46
3B

Faktor Risiko

• Demam pada ibu hamil (≥38oC saat persalinan)


• KPD > 24 jam
• Ketuban berbau saat persalinan

Diagnosis

• Klinis: 4 sistem @ >1 gejala


• KU: Tampak sakit, letargi, tak mau minum, hipotermi/demam, sklerema/skleredema
• SCV: takikardia, edema, dehidrasi
• S. Resp.: dispnea, takipnea, sianosis
• SGI: muntah, diare, kembung, hepatomegali
• SSP: Letargi, iritabel, kejang, fontanele bulging (meningitis)
• Hematologi: Ikterus, splenomegali, perdarahan, leukopenia, rasio I/M > 0,2
• Hasil kultur positif
• Darah, urin, CSF bila suspek meningitis -> lakukan LP pada anak < 12 bulan

47
3B

Tatalaksana

• Stabilisasi ABC
• Antibiotik
• Ampicilin 100 mg/kgBB/hari (terbagi dalam 2 dosis @ 12 jam) +
• Gentamisisn 5-7,5 mg/kgBB/hari (sekali sehari)
• Jika tidak membaik lakukan kultur dan berikan antibiotik yg sesuai
• Tangani penyakit penyerta/komplikasi (kejang, gangguan metabolik, gangguan hematologi,
hiperbilirubin, dll)
• Tangani penyakit penyerta/ komplikasi (kejang, gangguan metabolik, gangguan hematologi,
hiperbilirubin, dll)

48
Pediatri
3B

Tetanus Neonatorum
3B

Definisi

• Tetanus neonatorum (disease of the seventh day) merupakan tetanus generalisata yang terjadi
pada neonatus akibat adanya inokulasi kuman C.tetani yang terjadi pada saat persalinan
maupun sesaat setelah persalinan

Etiologi

• Clostridium tetani (basil gram positif berspora, anaerob obligat) à pada pewarnaan mikrobiologi
tampak “drumstick appearance” atau “tennis racket”

50
3B

Klasifikasi Tetanus

Tetanus generalisata Rigiditas otot pada seluruh tubuh (50-75% kasus)

Tetanus lokalisata Rigiditas terlokalisir pada daerah luka

Pada kasus pasca trauma kepala atau otitis media, klinis berupa parese nervus
Tetanus cephalica
kranialis

Terjadi pada minggu pertama kehidupan, umumnya dikarenakan kontaminasi


Tetanus neonatorum
pada perawatan tali pusar atau tempat bersalin yang tidak cukup steril

51
3B

Patofisiologi

• Spora C. tetani melepaskan 2 jenis toksin, yaitu tetanolisin (menyebabkan hemolisis) dan
tetanospasmin (menyebabkan spasme otot)
• Kedua toksin ini akan berikatan dengan neuron dan kemudian menimbulkan gejala klinis

Manifestasi Klinis

• Iritabilitas
• Kesulitan untuk menetek
• Rigiditas dengan spasme
• Grimacing
Pemeriksaan Fisik

• Tes spatula à ketika dinding faring posteror dirangsang, akan


timbul reflex spasme dari otot masseter yang menyebabkan
pasien menggigit (pada normalnya akan timbul gag reflex)
• Rangsangan suara atau stimulus à menimbulkan spasme dan
kejang generalisata hingga spasme laring
52
3B

Tatalaksana

Menghentikan produksi toksin


• Manajemen luka
• Antibiotik
• Metronidazole 30 mg/kg/hari setiap 6 jam selama 10-14 hari
• Penicilin G 100.000 U/kg/hari selama 10 hari

Netralisir toksin yang belum berikatan


• Imunisasi pasif
• HTIg 500 IU IM
• ATS 5000-10.000 IU IM
• Imunisasi aktif
• TT 0,5 ml IM

53
3B

Tatalaksana

Mengontrol spasme otot


• Sedatif
• Diazepam IV10 mg/kgBB/hari secara IV dalam 24 jam atau bolus IV setiap 3-6 jam (0,5
mg/kg/kali) maksimum 40 mg/kg/hari
• Antispasmodik
• Antispastikà baclofen
Penanganan disautonomia
• MgSO4
• Beta blocker
Manajemen suportif
• ICU
• Ventilator mekanik
• Pencegahan komplikasi (pneumonia nosocomial, decubitus, dll)

54
3B

55
Tetanus Neonatorum
Faktor Resiko: Tetanus Neonatorum
Persalinan (-) steril (mis: di dukun…)

Manifestasi Klinis
Etiologi
•Trismus
• Clostridium tetani
•Rissus Sardonicus
• Mikroskopis: drumstick appereance
•Opistotonus
• Produksi tetanolisin dan tetanospasmin
•(-) menyusu à pada neonatus
à spasme otot

Tatalaksana
•Wound treatment
•Antibiotik:
Pemeriksaan à Diagnosis Klinis •Metronidazole 4 x 30mgbb 10 hari
•Tes spatula atau
•Penicilin G 100.000 IU/kgbb 10 hari
•Antitoksin
•HTIg 500 IU IM
•ATS 5000-10.000 IU IM
•Vaksinasi

56
Pediatri

Kelainan
Genetik
Kelainan Genetik
SINDROM PENJELASAN

• Perempuan – 45 XO
• Kelenjar kelamin (gonad) yang tidak berfungsi dengan baik dan dilahirkan tanpa ovari
SINDROMA TURNER dan uterus
• Ciri : tubuh pendek, kehilangan lipat kulit di sekitar leher, wajah anak kecil, tangan kaki
bengkak

• Laki – laki - 47 XXY


SINDROMA KLINEFELTER • Infertilitas, keterbelakangan mental, gangguan perkembangan
• Ciri fisik : ginekomastia

• Kelainan genetik pada jaringan ikat


SINDROMA MARFAN
• Ciri : ekstremitas panjang, jari – jari panjang, kelainan katup jantung dan aorta

• Laki – laki, XYY (sindrom laki – laki super)


SINDROMA JACOBS
• Ciri : pertumbuhan pesat, lebih tinggi dari rata – rata, tidak mandul

58
Kelainan Genetik
SINDROM PENJELASAN
• Kelainan pada kromosom 21
• Ciri : microcephal dg bagian anteroposterior mendatar, sela hidung datar, macroglossia,
SINDROMA DOWN mata menjadi sipit dengan sudut bagian bawah tengah membentuk lipatan (epicanthal
folds) dan melebar, tangan pendek, jarak antara jari pertama dan kedua (baik tangan
dan kaki) melebar
• Kelainan pada kromosom 13
SINDROM PATAU • Defek saraf pusat ,retardasi mental
• Sumbing bibir, dan palatum, polidaktili, anomali pola dermis, abnormalis jantung, genitalia.

• Kelainan pada kromosom 18


• Retardasi mental berat
SINDROMA EDWARD • Gangguan pertumbuhan
• Ukuran kepala dan pinggul yang kecil, dan kelainan pada tangan dan kaki.

• Kelainan delesi parsial kromosom autosomal 5p


• Tangisan melengking seperti kucing
• Retardasi mental
SINDROM CRI-DU-CHAT • Mikrosefali
• Kelainan bentuk wajah: wajah bundar penuh pipi, hipertelorisme, epicantal fold, posisi
telinga sedikit inferior
• Kegagalan tumbuh kembang

59
Kelainan Genetik

SINDROM KLINEFELTER

SINDROM MARFAN
SINDROM TURNER

SINDROM CRI-DU-CHAT

60
60
Kelainan Genetik

61
61
Sindroma Down
Definisi

• Kelainan kromosom yang terjadi pada kromosom 21 dimana terdapat satu atau sebagian kromosom berlebih
(trisomy)

Manifestasi Klinis

• Microcephali dengan bagian anteroposterior mendatar


• Sela hidung datar
• Macroglossia
• Mata terlihat kecil dan melebar dengan sudut bagian bawah tengah
membentuk lipatan (epicanthal folds)
• Tangan pendek, jarak antara jari pertama dan kedua (baik tangan
dan kaki) melebar
• Single palmar crease (Simian crease) pada telapak tangan
• Penyakit jantung bawaan à paling sering berupa atrioventricular
septal defect
• Kelainan bawaan lain seperti tuli sensorineural, katarak, atresia traktus
gastrointestinal

62
Sindroma Klippel-Feil
Definisi

• Sindroma Klippel-Feil (sindroma fusi vertebra servikal) merupakan kelainan bawaan yang ditandai
dengan fusi abnormal dari dua atau lebih vertebra servikalis.

Etiologi

• Belum diketahui dengan pasti


• Genetik (gen MEOX1, RIPPLY2)
• Global fetal insult
• Disrupsi vascular pada masa prenatal

Klasifikasi

• Tipe I - Fusi masif vertebra servikalis


• Tipe II - Fusi satu atau dua tulang belakang
• Tipe III - Adanya anomali tulang belakang
torakalis dan lumbalis yang berhubungan
dengan KFS tipe I atau tipe II
Sindroma Klippel-Feil
Manifestasi Klinis

• Umumnya dapat dijumpai trias berupa


• leher pendek (webbed neck)
• garis rambut posterior yang rendah
• ROM leher terbatas, terutama gerakan ke arah kiri dan kanan
• Tortikolis à menyebabkan wajah terlihat asimetris
• Anomali Sprengel à scapula lebih tinggi di salah satu sisi
• Skoliosis
Diagnosis
• Radiografi (X-ray, CT Scan, MRI) vertebra servikalis à wasp-waist sign
• Radiografi vertebra secara keseluruhan dapat menunjukkan ada
tidaknya scoliosis
Tata Laksana

• Rujuk pasien ke Sp.OT


Pediatri

MED QUIZ
+
Bayi baru lahir, datang ke IGD RS menggunakan ambulans
yang merupakan rujukan dari puskesmas. Bayi mengalami
sesak napas sejak 3 jam yang lalu. Anak lahir pada usia
kehamilan 42 minggu dan cairan ketuban berwarna kuning
kehijauan. Pemeriksaan fisik dijumpai warna kehijauan di jari-
jari anak.
Diagnosis yang mungkin?
A. Sepsis Neonatorum
B. Hyaline Membrane Disease
C. Meconium Aspiration Syndrome
D. Transient Tachypnea of Newborn
E. Respiratory Distress Syndrome
Bayi baru lahir, datang ke IGD RS menggunakan ambulans
yang merupakan rujukan dari puskesmas. Bayi mengalami
sesak napas sejak 3 jam yang lalu. Anak lahir pada usia
kehamilan 42 minggu dan cairan ketuban berwarna kuning
kehijauan. Pemeriksaan fisik dijumpai warna kehijauan di jari-
jari anak.
Diagnosis yang mungkin?
A. Sepsis Neonatorum
B. Hyaline Membrane Disease
C. Meconium Aspiration Syndrome
D. Transient Tachypnea of Newborn
E. Respiratory Distress Syndrome
Bayi perempuan, usia 1 bulan dibawa ibunya ke IGD RS
dengan keluhan anak tampak kuning. Hal ini dialami sejak
lahir dan terasa semakin memberat. Ibu juga menyadari BAB
anak tampak seperti dempul. Pemeriksaan fisik anak tampak
aktif. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, didapatkan bilirubin
total 12, bilirubin direk 13.
Apakah diagnosis yang paling tepat pada kasus ini?
A. Neonatal hepatitis
B. Kolangitis
C. Atresia bilier
D. Infeksi TORCH
E. BMJ
Bayi perempuan, usia 1 bulan dibawa ibunya ke IGD RS
dengan keluhan anak tampak kuning. Hal ini dialami sejak
lahir dan terasa semakin memberat. Ibu juga menyadari BAB
anak tampak seperti dempul. Pemeriksaan fisik anak tampak
aktif. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, didapatkan bilirubin
total 12, bilirubin direk 13.
Apakah diagnosis yang paling tepat pada kasus ini?
A. Neonatal hepatitis
B. Kolangitis
C. Atresia bilier
D. Infeksi TORCH
E. BMJ
Bayi perempuan, 2 hari, datang dibawa ibunya dengan keluhan
anak terus tertidur. Anak lahir di puskesmas ditolong bidan. Riwayat
ketuban pecah 24 jam sebelum melahirkan, ketuban berwarna
keruh dan berbau. TTV didapatkan suhu 39 C. Pemeriksaan fisik
dijumpai anak letargis, kurang aktif, dan tidak mau menyusu.
Tatalaksana yang sesuai?
A. Ampicillin 100 mg/kgBB/hari + kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari
B. Ampicillin 100 mg/kgBB/hari + gentamisin 5-7,5 mg/kgBB/hari
C. Ampicillin 100 mg/kgBB/hari + gentamisin 5-12 mg/kgBB/hari
D. Ampicillin 100 mg/kgBB/hari + cefotaksim 100 mg/kgBB/hari
E. Ampicillin 100 mg/kgBB/hari + cefotaksim 200 mg/kgBB/hari
Bayi perempuan, 2 hari, datang dibawa ibunya dengan keluhan
anak terus tertidur. Anak lahir di puskesmas ditolong bidan. Riwayat
ketuban pecah 24 jam sebelum melahirkan, ketuban berwarna
keruh dan berbau. TTV didapatkan suhu 39 C. Pemeriksaan fisik
dijumpai anak letargis, kurang aktif, dan tidak mau menyusu.
Tatalaksana yang sesuai?
A. Ampicillin 100 mg/kgBB/hari + kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari
B. Ampicillin 100 mg/kgBB/hari + gentamisin 5-7,5 mg/kgBB/hari
C. Ampicillin 100 mg/kgBB/hari + gentamisin 5-12 mg/kgBB/hari
D. Ampicillin 100 mg/kgBB/hari + cefotaksim 100 mg/kgBB/hari
E. Ampicillin 100 mg/kgBB/hari + cefotaksim 200 mg/kgBB/hari
Anak perempuan baru lahir, 8 hari, datang dibawa oleh orang
tuanya dengan keluhan anak tidak mau minum sejak 1 hari
yang lalu. Anak lahir cukup bulan di rumah dengan
pertolongan mantri. Anak merupakan anak pertama. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai mulut bayi mencucu serta
abdomen yang rigid.
Hal yang dapat diberikan pada ibu untuk mencegah hal ini?
A. Melahirkan secara sectio cesarea
B. Mendapat TT selama kehamilan
C. Mendapat HTIg pada saat melahirkan
D. Mengonsumsi asam folat selama kehamilan
E. Mengonsumsi besi elemental selama kehamilan
Anak perempuan baru lahir, 8 hari, datang dibawa oleh orang
tuanya dengan keluhan anak tidak mau minum sejak 1 hari
yang lalu. Anak lahir cukup bulan di rumah dengan
pertolongan mantri. Anak merupakan anak pertama. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai mulut bayi mencucu serta
abdomen yang rigid.
Hal yang dapat diberikan pada ibu untuk mencegah hal ini?
A. Melahirkan secara sectio cesarea
B. Mendapat TT selama kehamilan
C. Mendapat HTIg pada saat melahirkan
D. Mengonsumsi asam folat selama kehamilan
E. Mengonsumsi besi elemental selama kehamilan
Anak perempuan, 17 tahun datang dibawa ibunya ke Puskesmas
dengan keluhan anak belum menstruasi. Selain itu ibu juga
menyadari bahwa daerah kemaluan anak belum ditumbuhi
rambut. Ketika ditanya, anak menyangkal adanya nyeri kepala
maupun gangguan penglihatan. Pada pemeriksaan fisik dijumpai
webbed neck, rambut axilla dan pubis dalam kondisi tanner 1 dan
pertumbuhan payudara pada tanner 1.
Diagnosis yang mungkin?
a. Sindroma Turner
b. Sindroma Wanita Super
c. Sindroma Kallmann
d. Pubertas terlambat
e. Pubertas prekoks
Anak perempuan, 17 tahun datang dibawa ibunya ke Puskesmas
dengan keluhan anak belum menstruasi. Selain itu ibu juga
menyadari bahwa daerah kemaluan anak belum ditumbuhi
rambut. Ketika ditanya, anak menyangkal adanya nyeri kepala
maupun gangguan penglihatan. Pada pemeriksaan fisik dijumpai
webbed neck, rambut axilla dan pubis dalam kondisi tanner 1 dan
pertumbuhan payudara pada tanner 1.
Diagnosis yang mungkin?
a. Sindroma Turner
b. Sindroma Wanita Super
c. Sindroma Kallmann
d. Pubertas terlambat
e. Pubertas prekoks
Pediatri

PEDIATRIK GIZI
Pediatri
4A

Pertumbuhan
Anak
4A

Pertumbuhan Perkembangan

• Bertambahnya ukuran fisik anak • Bertambahnya kemampuan fungsi


(panjang/tinggi badan, berat badan, individu (motorik kasar, motorik halus,
lingkar kepala) komunikasi, bahasa, emosi, sosial)
• Dipantau melalui pengukuran • Dipantau melalui KPSP, TDL, TDD,
antropometris (Z score WHO atau kurva Denver II
NCHS CDC)

78
4A

79
4A

80
4A

INTEPRETASI STATUS NUTRISI PADA ANAK

PARAMETER KETERANGAN
- Hati hati kelainan genetik,
- Marfan syndrome
Length/Heigh for Age > +2 - Kleine felter syndrome,
- Pubertas prekoks
- Tumor secreting GH
- Kekurangan energi kronis
- Hipotiroid, Gh defisiensi
Length/Heigh for Age < -2
- Riwayat pendek pada keluarga
(too short/stunted)
- Delay puberty
- Achondroplasia
Weigh for Lenght/heigh or BMI for Age - Overweight
> +2 - Obese
- Gizi Kurang
Weigh for Lenght/heigh or BMI for Age - Marasmus
< -2 - Kwashiokor
- Marasmic-kwashiokor
81
Pediatri
4A

Perkembangan
Anak
4A

SKRINING PERKEMBANGAN KPSP

Dilakukan pada anak usia 3 bulan – 6 tahun

Terdapat 10 pertanyaan tentang perkembangan anak

Interpretasi:

• Jika jawaban ya ≤6 : dicurigai ada gangguan perkembangan & perlu dirujuk


• Jika jawaban ya 7-8 : pemeriksaan perlu diulang 1 minggu kemudian
• Jika jawaban ya 9-10 : dianggap tidak ada gangguan, tetapi pada umur selanjutnya dianjurkan
dilakukan pemeriksaan ulang

83
Perkembangan Anak
Umur Gross Fine Speech Personal Social
Angkat kepala 45 derajat, Ngoceh spontan:
Balas senyum,
0 – 3 bln gerakkan kepala kaki Melihat/ menatap wajah ooh aah, bereaksi
mengenali ibu
tangan terhadap suara

Berbalik dari tengkurap – Genggam pensil, meraih


Suara gembira Tersenyum saat
3-6 bln telentang, angkat kepala benda, meraih tangan
bernada tinggi bermain sendiri
90 derajat sendiri

Duduk tidak pegangan, Memungut 2 benda sekaligus, Bersuara tanpa arti Tepuk tangan,
6-9 bln
merangkak, belajar berdiri meraup benda kecil : mamama dadada mencari mainan

Menirukan bunyi Mengenal


Mengulurkan badan untuk
Angkat badan, mau berdiri, yang didengar, keluarga, takut
9-12 bln mengambil mainan,
jalan dituntun sebut 2 – 3 suku kata terhadap orang
menggenggam pensil
tanpa arti baru

Berdiri tanpa pegangan, Rasa cemburu,


Menumpuk 3 kubus, Panggil bapak ibu,
12-18 bln berdiri jongkok berdiri, bersaing, menarik
memasukkan kubus ke kotak papa mama
jalan mundur – narik tangan ibu

84
Perkembangan Anak
Umur Gross Fine Speech Personal Social
Memegang
Menumpuk 4 kubus, cangkir, makan
18-24 bln Berlari tanpa jatuh menjimpit, menggelindingkan 3 – 6 kata berarti minum sendiri,
bola membantu
pekerjaan RT
Membantu
Bicara baik 2 kata, memungut
Jalan naik tangga, menyebut 2 benda mainan, makan
24-36 bln Corat coret pada kertas
menendang bola kecil atau lebih, menunjuk tidak banyak
bagian tubuh tumpah, melepas
pakaian sendiri
Cuci tangan,
Berdiri 1 kaki
2-4 warna, memakai sepatu,
selama 2 detik, Gambar garis lurus, menumpuk
36-48 bln menyebut nama, pakai celana
melompat 1 kaki diangkat, 8 kubus
umur, tempat panjang,kemeja,ba
bersepeda roda 3
ju
Sebut nama
lengkap tanpa
Berdiri 1 kaki 6 Menggambar x, o, orang Berpakaian, gosok
dibantu, senang
48-60 bln detik, melompat 1 kaki , dengan 3 bagian, kancingkan gigi, tidak rewel
bertanya, jawab
menari baju saat ditinggal
benar nama har/
angka
85
4A

Masalah-masalah yang akan kita bahas


termasuk dalam:
PERVASIVE DEVELOPMENTAL DISORDER (PDD)
MED+EASY
SOSIAL – KOMUNIKASI - PERILAKU
3 bulan : angkat kepala
6 bulan : duduk
9 bulan : berdiri
12 bulan : jalan
18 bulan : lari
24 bulan : naik tangga

86
4A

Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP)

Tes Daya Dengar (TDD)

Tes Daya Lihat (TDL)

Kuesioner Masalah Perilaku dan Emosional

Modified Checklist for Autism in Toddler (M-CHAT)

Gangguan Pemusatan Pehatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

87
4A

88
Pediatri
4A

Gizi Buruk
4A

Definisi
• Malnutrisi: Ketidakseimbangan seluler antara asupan dan kebutuhan energi dan nutrien tubuh
untuk tumbuh dan mempertahankan fungsinya (WHO)

Klasifikasi

• Overnutrition (overweight, obesitas)


• Undernutrition (gizi kurang, gizi buruk)
• Defisiensi nutrien spesifik

Malnutrisi energi protein (MEP)


• MEP derajat ringan-sedang (gizi kurang)
• MEP derajat berat (gizi buruk)
Malnutrisi energi protein berdasarkan klinis
• Marasmus
• Kwashiorkor
• Marasmik-kwashiorkor
90
4A

KLINIS BB/TB

Tampak sangat kurus dan


atau edema pada kedua
Gizi buruk <-3SD
punggung kaki sampai
seluruh tubuh

Gizi kurang Tampak kurus -3SD – <-2SD

Gizi baik Tampak sehat -2SD – 2SD

Gizi lebih Tampak gemuk >2SD

91
Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk, Kemenkes 2011
4A

PERBEDAAN
MARASMUS vs. KWASHIOKOR

MARASMUS KWASHIOKOR

• Tampakan kurus, kulit dan tulang, tidak • Tungkai bawah, lengan bawah, dan
terdapat edema terkadang di wajah

• Wajah tua • Nafsu makan rendah, tidak ada kelainan


• Iga gambang (mudah terlihat) pada kulit

• Baggy pants (Kehilangan lapisan lemak • Iritabilitas, apatis


dan otot di bokong) • Kurang energi protein
• Karena defisiensi energi

92
4A

MARASMUS vs. KWASHIOKOR

93
4A

EDEMA AKIBAT MALNUTRISI HARUS DAPAT


DIBEDAKAN DENGAN EDEMA AKIBAT PENYAKIT LAIN

C–R–A–N–L

C Cardiac oedema
• heart failure
R Renal oedema
• nephrotic syndrome
A Allergic oedema
• Angioneurotic
N Nutritional oedema
• kwashiorkor
L Liver oedema
• liver cirrhosis
94
Gizi Buruk
Tatalaksana

MED+EASY

GeTe Deh Ente


Ini GiLASIh
Kejar Kembang FASE STABILISASI (hari 1-2) Diet
Rumah F75
Energi: 80-100 kkal/kg/hari
Protein: 1-1,5 gram/kg/hari
1. hipoGlikEmia
2. hipoTErmia FASE TRANSISI (hari 3-7) Diet F100
3. Dehidrasi Energi: 100-150 kkal/kg/hari
4. ElEktrolit Protein: 2-3 gram/kg/hari
5. Infeksi FASE REHABILITASI (minggu 2-6)
6. Gizi mikro Diet F135
7. Stabilisasi transisi Energi: 150—220 kkal/kg/hari
8. Tumbuh KEJAR Protein: 4-6 gram/kg/hari
9. Tumbuh KEMBANG
10. Tindak lanjut di
RUMAH

95
4A

1. Atasi hipoglikemia (GDS<54 mg/dl)

•Bila anak sadar → beri 50ml glukosa 10% atau 10% sukrosa (1 sdt gula + 50ml air) per oral atau NGT diikuti first feed
F75 segera
•Lanjutkan F75 tiap 2 jam; dalam 24 jam; lalu lanjutkan tiap 2 atau 3 jam.
•Bila anak tidak sadar → beri glukosa IV 10% (5ml/kg) diikuti 50ml glukosa 10% atau sukrosa via NGT, lanjutkan
dengan F75.

2. Atasi hipotermia <35oC

•Beri makan segera dan lanjutkan tiap 2 jam


•Pakaikan pakaian (terutama kepala), tutup dengan selimut hangat atau gunakan heater atau KMC (skin to skin)

3. Atasi dehidrasi

•Jangan gunakan IV kecuali pada syok (RL dg 5% dextrose/0,45% NS dg 5% dextrose)


•Oral / NGT rehidrasi Resomal 5 ml/kg tiap 30 mnt dalam 2 jam pertama
•Lanjut 5-10 ml/kg/ jam selama 4-10 jam dengan F75

96
4A

4. Perbaiki gangguan elektrolit

•Koreksi elektrolit selama minimal 2 minggu dengan menambahkan extra substansi dalam makanan
• Koreksi Kalium: extra Kalium (3-4 mmol/kgBB/hari)
•Koreksi Magnesium: extra Magnesium (0.4-0.6 mmol/kgBB/hari)

5. Obati Infeksi

•Berikan antibiotik spectrum luas:


•Anak tanpa komplikasi: Kotrimoksazol 5 ml larutan pediatrik peroral 2x sehari selama 5 hari
•Anak dengan komplikasi: intravena AMPICILLIN (50 mg/kgBB setiap 6 jam selama 2 hari) lalu dilanjut oral
AMOXICILLIN selama 5 hari PLUS intravena GENTAMYCIN (7,5 mg/kgBB sekali sehari selama 7 hari)
•Vaksin campak: jika ≥ 6 bulan dan belum vaksinasi ATAU sudah tervaksinasi sebelum usia 9 bulan.

97
4A

6. Perbaiki defisiensi mikronutrien

•Berikan mikronutrisi berikut setiap hari selama minimal 2 minggu:


•Suplemen multivitamin
•Asam folat 5 mg (Hari 1) dilanjut 1 mg/hari
•Zat Zinc 2 mg/kgBB/hari
•Zat Tembaga 0.3 mg/kgbb/hari
•Zat Besi 3 mg/kgBB/ hari (saat fase Rehabilitasi)
•Vitamin A

Umur Dosis Sediaan


< 6 bulan 50.000 IU ½ kapsul biru
6-11 bulan 100.000 IU 1 kapsul biru
>12 bulan 200.000 IU 1 kapsul merah

98
4A

7. Pemberian makan

•Pemberian makanan F-75 dalam jumlah sedikit namun sering (Oral atau NGT)
• Kebutuhan zat gizi anak gizi buruk menurut fase terapi:

Zat Satuan STABILISASI TRANSISI REHABILITASI


Energi kkal/kgBB/hari 80-100 100-150 150-220
Protein g/kgBB/hari 1-1,5 2-3 4-6
130 atau 100
Cairan ml/kgBB/hari 150 150-200
bila edema

• Jika anak masih ASI maka lanjutkan saja ditambah kebutuhan F-75 sebagai berikut:

Hari Frekuensi Cc/kgBB/kali Cc/kgBB/hari


1-2 Setiap 2 jam 11 130
3-5 Setiap 3 jam 16 130
6 - dst Setiap 4 jam 22 130

99
4A

8. Mencapai kejar-tumbuh

• Target peningkatan berat badan > 10 g/kgBB/hari


• Mengganti konsumsi F-75 dengan F-100 dalam jumlah dan frekuensi yang sama (selama 2 hari)
• Setelah transisi bertahap, berikan:
• Makanan lebih sering dalam jumlah yang lebih besar
• Kebutuhan kalori: 150-220 kcal/kgBB/hari
• Kebutuhan protein; 4-6 g/kgBB/hari

100
4A

9. Beri stimuli fisik, sensorik, dan dukungan emosional

•Perawatan dengan kasih saying


•Kegembiraan dan lingkungan nyaman
•Terapi bermain 15-30 menit/hari
•Aktivitas fisik

10. Persiapan tindak lanjut di rumah

•Pemberian makan secara serung dengan kandungan energi dan nutrient yang memadai
•Berikan terapi bermain yang terstruktur
•Membawa anak kontrol secara teratur
•Memberikan imunisasi booster
•Memberikan vitamin A setiap 6 bulan

101
Gizi Buruk
Gizi Buruk
Antoprometri : BB/PB <-3SD

Klasifikasi Klinis

Marasmus Kwarsiorkor
• Kekurangan Kalori Marasmus • Kekurangan Protein
• Wajah tua (Old man face) • Edema
• Baggy Pants Kwarsiorkor • Rambut Jagung
• Iga gambang • Atrofi otot

Fase: STR
Stabilisasi (Hari 1-2) F75 80-100kkal/kg
Atasi Hipoglikemi Dextrose à 10% 5cc/kg
Tatalaksana Atasi Hipotermi
Atasi Dehidrasi à Resomal 5cc/kg / 30 menit
Transisi (Hari 3-7) F100 100-150kkal/kg
Rehabilitasi (Minggu 2-6) F135 150-220kkal/kg

102
4A

Obesitas

Pemilihan kurva pertumbuhan


pada anak dengan gizi lebih
4A

Obesitas

Penatalaksanaan Gizi pada Anak dengan Obesitas meliputi:


• Pola makan yang benar
Pemberian diet seimbang sesuai requirement daily allowances (RDA) merupakan prinsip
pengaturan diet pada anak gemuk karena anak masih bertumbuh dan berkembang dengan
metode food rules
• Pola aktivitas fisis yang benar
• Modifikasi perilaku

Target penurunan berat badan pada anak dengan obesitas à 20% di atas berat badan ideal
Pediatri
4A

Pemberian
Makanan
4A

Umur Makanan

0 – 6 bulan ASI eksklusif

6 – 7 bulan ASI + bubur susu MP-ASI:


• Mulai diberikan pada usia 6 bulan
8 bulan ASI + bubur tim lumat • Jika ASI tidak cukup maka dapat
diberikan paling dini usia 4 bulan
9 bulan ASI + bubur nasi • Tidak boleh diberikan lebih lambat dari
usia 6 bulan
10 bulan ASI + nasi tim
• Hindari makanan mengandung
nitrat pada bayi usia < 6 bulan
11 bulan ASI + nasi lembek

Berikan makanan orang dewasa:


>12 bulan
nasi, lauk pauk, sayur

106
4A

Penyimpanan ASI Perah

• Mencuci tangan sebelum memerah ASI


• Wadah penyimpanan harus dipastikan bersih (botol kaca atau kontainer plastik dengan tutup
yang rapat dengan bahan bebas bisphenol A (BPA)). Kontainer harus dicuci dengan air panas
dan sabun serta dianginkan hingga kering sebelum dipakai.
• Simpanlah ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
• Beri label berisi nama anak dan tanggal ASI diperah.
• Jangan mencampurkan ASI yang telah dibekukan dengan ASI yang masih baru pada wadah
penyimpanan.
• Jangan menyimpan sisa ASI yang sudah dikonsumsi untuk pemberian berikutnya.
• Jangan mengocok ASI karena dapat merusak komponen penting dalam susu, putarlah kontainer
ASI agar bagian yang mengandung krim pada bagian atas tercampur merata.

107
4A

Tempat Suhu Durasi Keterangan


Meja Suhu ruangan (max 25 6-8 jam Wadah tertutup rapat,
C) dijaga sedingin
mungkin (dibalut
dengan handuk
dingin)
Cooler bag tertutup -15 s/d 4 C 24 jam Pastikan es batu
menyentuh ASI
Hindari membuka
cooler bag
Lemari es 4C 5 hari ASI disimpan pada
bagian belakang
Freezer
lemari es/freezer
1 pintu -15 C 2 minggu
2 pintu -18 C 3-6 bulam
Dengan pintu di atas -20 C 6-12 bulan

108
4A

109
Pediatri
4A

Defisiensi
Mikronutrien
Khusus
4A

Mikronutrien khusus Sumber Kondisi terkait

Vitamin A Karotenoid - Xeroftalmia (rabun senja)


(hewani maupun nabati)

Vitamin D dan Kalsium D2 (ergocalciferol) à nabati Anak: Rickets


D3 (cholecalciferol) à konversi Dewasa: Osteomalacia
7-dehydrocholesterol + UVB

Besi Hewani + vitamin C, asam sitrat, Akhlorhidria


asam laktat Anemia defisiensi besi

Yodium Garam fortifikasi Hipotiroid


Goiter (gondok)

111
Pediatri

PEDIATRIK
SOSIAL
Pediatri
4A

Vaksinasi
Jadwal Vaksinasi

114
4A

1. HEPATITIS B

•Vaksin Hep-B1 diberikan segera setelah lahir < 24 jam setelah injeksi Vitamin K1 pada paha berbeda +- 30
menit sebelumnya à mencegah perdarahan
•Bayi dari ibu HBsAg (+) à berikan tambahan HBIg untuk mencegah infeksi perinatal

2. POLIO

•Vaksin Polio-0 à OPV (saat lahir atau sebelum pulang)


•Vaksin Polio-1,2,3 dan booster à OPV atau IPV (minimal IPV 2x sebelum umur 1 tahun)

3. BCG

•Vaksin BCG diberikan segera setelah lahir atau segera mungkin sebelum umur 1 bulan
•Jika diberikan pada usia ≧ 3 bulan à uji tuberculin dahulu

4. DPT

•Vaksin DPT paling cepat diberikan saat usia 6 minggu


•Pada anak usia >7 tahun à booster Td dan diulangi setiap 10 tahun
•DPaT << demam dibandingkan DPwT

115
4A

5. CAMPAK

•Umur 9 bulan diberikan MR.


•Bila sampai umur 12 bulan belum mendapat MR à beri MMR
•Booster Umur 18 bulan diberikan MR atau MMR, dan saat BIAS kelas 1 diberi MR atau MMR

6. PNEUMOKOKUS (PCV)

•Diberikan pada umur 2, 4 , dan 6 bulan dengan booster pada umur 12-15 bulan.
•Jika belum diberi di umur 7-12 bulan --> beri PCV 2 kali dengan jarak 1 bulan dan booster setelah umur 12 bulan
dengan jarak minimal 2 bulan dari dosis sebelum
•Jika belum diberi di umur 1-2 tahun --> beri PCV 2 kali dengan jarak minimal 2 bulan
•Jika belum diberi di umur 2-5 tahun --> PCV10 diberikan 2 kali dengan jarak 2 bulan, PCV13 diberikan 1 kali

7. ROTAVIRUS

•Monovalen: diberikan 2 kali, dosis pertama umur 6 minggu, dosis kedua interval minimal 4 minggu, harus selesai
umur 24 minggu
•Pentavalen: diberikan 3 kali, dosis pertama 6-12 minggu, dosis kedua & ketiga interval 4-10 minggu, harus selesai
umur 32 minggu

116
4A

8. VARISELA

•Diberikan mulai umur 12 – 18 bulan.


•Pada umur 1-12 tahun diberi 2 dosis dengan interval 6 minggu – 3 bulan.
•Umur 13 atau lebih à interval 4-6 minggu.

9. INFLUENZA

•Diberikan mulai umur 6 bulan, diulang tiap tahun


•Pada umur 6 bulan – 8 tahun à imunisasi pertama 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
•Umur 9 atau lebih à imunisasi pertama 1 dosis.

10. HPV

•Diberikan pada anak perempuan umur 9-14 tahun, 2 kali dengan jarak 6-15 bulan
•Umur 15 tahun atau lebih à diberi 3 dosis dengan interval 0,1,6 bulan (bivalen) atau 0,2,6 bulan (kuadrivalen)

117
4A

12. TIFOID

•Diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang tiap 3 tahun

13. HEPATITIS A

•Diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2 diberikan 6 – 12 bulan kemudian

14. JAVANESE ENCEPHALITIS

•Diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau yang akan bepergian ke daerah endemis.
•Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun kemudian

118
4A
PENYELENGGARAAN IMUNISASI
BERDASARKAN PERMENKES 42/2017

IMUNISASI DASAR IMUNISASI LANJUTAN


ANAK USIA SEKOLAH DASAR
Umur Jenis
0 Bulan Hepatitis B-0 Sekolah Jenis Pelaksanaan
1 Bulan BCG, Polio 1 Kelas 1 SD MR Agustus
2 Bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2 DT November
3 Bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 Bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4 Kelas 2 SD Td November
9 Bulan MR Kelas 3 SD Td November
IMUNISASI LANJUTAN BATITA

Umur Jenis
18 Bulan DPT-HB-HiB
18 Bulan MR

119
4A

VAKSIN HIDUP VAKSIN INAKTIF


• Kontraindikasi: imunodefisiensi dan • Titer antibodi akan terus menurun
kehamilan sehingga butuh dosis ulangan
• Respon imunitas alami • Tidak dapat dibekukan
• Dapat dibekukan

VAKSIN HIDUP VAKSIN INAKTIF


• Diphteria (toxoid)
• Tetanus (toxoid)
• Pertusis (Whole cell, Fractional acellular)
VAKSIN • BCG • Kolera
BAKTERI • Oral Typhoid • Meningoccocal (Polysaccharide)
• Pneumoccocal (Polysaccharide)
• HiB (Polysaccharide)
• Typhoid Vi (Polysaccharide, Fractional)
• Influenza (Whole cell)
• MMR
• IPV (Whole cell)
VAKSIN • Campak
• Hepatitis A (Whole cell)
VIRUS • OPV
• Hepatitis B (Fractional)
• Yellow Fever
• Rabies

120
4A

KONTRAINDIKASI ABSOLUT
• Anafilaksis atau hipersensitifitas pada bahan vaksin
• Ensefalopati dalam 7 hari pasca vaksin DPT
• AIDS (tidak diberikan vaksin BCG , OPV, dan yellow fever)

• Imunodefisiensi seperti pada pasien keganasan hematologi, tumor kongenital)

KONTRAINDIKASI RELATIF
• Live vaccine: kehamilan, mendapat transfusi darah atau imunoglobulin dalam 3-11 bulan, trombositopenia
• Moderate/severe acute illness
• Demam >40,5 °C, syok, kejang, menangis > 3jam dalam 48 jam pasca vaksin DPT sebelumnya
• Sindrom GBS dalam 6 minggu pasca vaksinasi

• Prematur atau BBLR à tunggu berat badan >2 kg atau usia 2 bulan (terutama untuk vaksin BCG)

121
4A

BUKAN KONTRAINDIKASI
• Alergi/asma (selain komponen vaksin)
• Mild illness : ISPA, diare ringan, otitis media, demam, ringan,
• Dalam terapi antibiotik
• Penyakit kronis (jantung, ginjal, hepar, paru)
• Cerebral palsy atau down syndome
• Malnutrisi atau jaundice
• Diketahui atau suspek HIV tanpa tanda dan gejala AIDS
• Ibu Menyusui

• Riwayat keluarga kejang dan alergi vaksin


• Riwayat Demam < 40,5 °C pasca DPT sebelumnya
• Riwayat kejang, KIPI pasca DPT dalam keluarga

122
4A

VAKSINASI
PADA PASIEN HIV

Pada kasus anak lahir dari ibu HIV (+) maka pemberian vaksin VAKSIN KETERANGAN

diberlakukan syarat khusus: IPV Pasien dan keluarga serumah

DPT Pasien dan keluarga serumah


– Seluruh jenis vaksinasi boleh dilanjutkan, kecuali BCG dan
Yellow Fever HiB Pasien dan keluarga serumah

Hep-B* Sesuai jadwal anak sehat


– Jika daerah tersebut endemis TB, maka BCG boleh diberikan
Hep-A Sesuai jadwal anak sehat
– Jika fasilitas kurang mendukung untuk menegakan simptomatik MMR** Diberikan umur 12 bulan
HIV(+) maka BCG tetap diberikan (dengan asumsi pasien
Influenza Tiap tahun diulang
mungkin masih asimtomatik)
Pneumokok Secepat mungkin
– Jika kondisi anak sudah diketahui simptomatik HIV (+), BCG tidak BCG*** Dianjurkan untuk Indonesia
boleh diberikan.
* Dianjurkan dosis hepatitis B dilipatgandakan 2x
** Diberikan pada asimptomatik HIV atau gejala ringan
*** Tidak diberikan bila HIV gejala berat
123
4A

KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI)

Kejadian medis yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin, reaksi sensitifitas,
efek farmakologis maupun kesalahan program yang biasanya terjadi dalam kurun waktu sebulan
paska imunisasi

Jenis Reaksi
§ Reaksi lokal ringan: nyeri, eritema, bengkak daerah suntikan <1 cm
• Reaksi lokal berat: nyeri, eritema/indurasi > 8cm, abses
• Reaksi sistemik: demam, lesu, nyeri otot, mengigil
• Kolaps/syok anafilaksis
• Sepsis
• Ensefalitis
• Kejang à akibat demam tinggi, Tetanus
• Kelemahan otot/kelumpuhan
• Sindrom Guillain-Barre, Neuritis Brakialis

124
4A

VAKSINASI PADA
BAYI DENGAN IBU HEPATITIS B POSITIVE

RISIKO PENULARAN

• Ibu terinfeksi di TRIMESTER I DAN II RESIKO KECIL karena antigen dalam darah sudah negatif pada kehamilan cukup bulan dan anti HBs
sudah muncul
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Bukti klinis pertama infeksi HBV adalah KENAIKAN SERUM ALT, YANG MULAI NAIK SEBELUM TIMBUL GEJALA, SEKITAR 6-7 MINGGU
SESUDAH PEMAJANAN.
• Periksa kadar HBsAg dan IgM anti-HBc. Kadar antigen akan terdeteksi dalam darah bayi pada usia 6 bulan, dengan kadar puncak
pada usia 3-4 bulan. Jangan ambil darah umbilikal karena
§ (1) terkontaminasi dengan darah ibu yang mengandung antigen positif atau sekresi vagina,
§ (2) adanya kemungkinan antigen noninfeksius dari darah ibu.
TATALAKSANA

• Berikan dosis awal VAKSIN HEPATITIS B 0,5 ML IM DALAM 12 JAM SETELAH LAHIR dilanjutkan dosis ke-2 dan ke-3 pada usia 1 dan 6
bulan.
• Bila tersedia, berikan imunoglobulin hepatitis B (HBIG) 200 IU (0,5 mL)
• YAKINKAN IBU UNTUK TETAP MENYUSUI BAYINYA
IBU MASIH BOLEH MEMBERIKAN ASI PADA ANAK; DENGAN SYARAT ANAK SUDAH DIVAKSINASI
125
4A

IMUNOPROFILAKSIS HEPATITIS B
PADA BAYI PREMATUR DAN BBLR

HbsAg IBU BL ≥ 2000 g BL < 2000 g

• Vaksin Hep B + HBIG (dalam 12 jam


• Vaksin HepB + HBIg (dalam 12 jam)
pertama)
• Imunisasi 4 dosis pada 0,1, 2-3 dan 6 bulan
• Imunisasi 3 dosis pada 0,1, dan 6 bulan
POSITIF (usia kronologis)
(usia kronologis)
• Periksa anti-HBs dan HBsAg pada umur 9-
• Periksa anti-HBs dan HBsAg pada umur
15 bulan
9-15 bulan

• Vaksin HepB (dalam 12 jam) + HBIg (dalam • Vaksin HepB + HBIg (dalam 12 jam)
TIDAK 7 hari) • Periksa HBsAg ibu segera, jika tidak dapat
DIKETAHUI • Periksa HBsAg ibu segera, bila positif dilakukan dalam 12 jam maka berikan HBIg
maka berikan HBIg segera segera

• Vaksin HepB dalam 12 jam • Vaksin Hep B diberikan dalam 30 hari usia
NEGATIF • Vaksin HepB dalam 3 dosis yaitu pada kronologis jika klinis stabil Vaksin diberikan 3
0,1 dan 6 bulan (usia kronologis) dosis yaitu 1-2, 2-4, dan 6 bulan usia kronologis

126
4A

PERBEDAAN
OPV vs. IPV

KEUNTUNGAN KERUGIAN
1. Harga terjangkau 1. Dapat menyebabkan kelumpuhan pada
2. Mudah cara pemberian penerima vaksin (VAPP)
3. Mengimunisasi secara alami 2. Virus aktif yang diekskresi melalui feses dapat
4. Menimbulkan mucosal immunity pada intestine ditularkan kepada anak lain
dan oropharynx 3. Dapat bermutasi menjadi ganas (VDVP)
OPV
5. Memberikan kekebalan humoral seumur 4. Tidak dapat diberikan pada
hidup imudodefisiensi
6. Menimbulkan community immunity 5. Ekskresi virus melalui virus pada anak sehat
berlangsung 4-6 minggu, pada anak
imunodefisiensi berlangsung 10 tahun
1. Memberikan serokonversi yang tinggi 1. Harga mahal
2. Pemberiannya dapat dikombinasi 2. Pemeberian harus disuntik
dengan vaksin lain 3. Sedikit menimbulkan mucosal immunity pada
IPV 3. Virus mati sehingga tidak menular intestine
4. Tidak menyebabkan VAPP 4. Tidak memberikan kekebalan alami
5. Tidak bermutasi VDVP 5. Tidak memberikan community immunity
6. Menimbulkan mucosal immunity pada oropharynx

127
Pediatri

PEDIATRIK
GASTROENTERO
HEPATOLOGI
Pediatri
4A

Diare pada
Anak
4A

Qualitative Assessment

• Keluarnya feses dengan struktur lebih lunak atau bahkan berair, sebanyak 3 kali atau labih dalam
durasi 24 jam

Quantitave Assessment

• Kadar air dalam feses melebihi nilai normal, yakni >10 mL/kg/hari pada bayi atau anak-anak,
atau 200 g/hari pada remaja dan dewasa

Klasifikasi Diare

Diare Akut Berlangsung beberapa hari sampai 14 hari (umumnya <1 minggu)

Diare Persisten
Berlangsung sampai >14 hari dan umunya disebabkan agen infeksius

Diare Kronik Kondisi diare dengan durasi >14 hari dan umumnya disebabkan agen non-
infeksius

130
4A

Mekanisme Diare

• Terjadi perubahan gradien absorbsi cairan sehingga menimbulkan retensi cairan dalam
intralumen usus
Osmotik
• Intoleransi laktosa à hiperosmotik à malabsorbsi cairan
• Infeksi rotavirus, Shigella à merusak epitel usus à malabsorbsi cairan

• Tejadi karena adanya sekresi aktif cairan ke intralumen ususoleh substansi endogen yang
mengaktivasi mediator intraselular (cAMP, cGMP, Kalsium intraselular)
Sekretorik • Contoh:
• Infeksi Cholera, rotavirus à toxin ke epitel usus à sekresi
• Substansi empedu, asam lemak, lakastif

• Terjadi perubahan motilitas gastrointestinal yang mempengaruhi kemampuan absorbsi


(secara tidak langsung)
Motilitas
• Contoh:
• Hipomotility à stasis à inflamasi à overgrowth bacterial à malabsorbsi

• Terjadi karena adanya proses peradangan yang menyebabkan destruksi villi usus dan atau
disfungsi transporter sehingga menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dalam rupa
Inflamatorik mucus, protein dan darah.
• Contoh:
• Infeksi shigella, Inflamatory Bowel Disease, Celiac Disease (Imunne process)

131
4A

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

• Riwayat konsumsi makan, • Tanda dehidrasi • Kultur feses


durasi kejadian • Darah pada feses • AGDA
• Darah atau lendir di feses • Tanda malnutrisi • Kadar elektrolit serum
• Local reports of cholera • Massa di abdomen
outbreak • Distensi abdomen
• Muntah
• Tanda dehidrasi

TANDA-TANDA DEHIDRASI ?

• Gelisah/cengeng
Tanda Utama •lemah/letargi/koma
•Haus, turgor kulit abdomen menurun

• Nafas kussmaul (asidosis metabolik)


Tanda gangguan asam •Kembung (hipokalemia)
basa dan elektrolit •Kejang (hipo/hiper natremia)

132
4A

PENILAIAN DEHIDRASI
BERDASARKAN KRITERIA WHO

133
Lima Pilar Tatalaksana Diare pada Anak

1.Rehidrasi
• Tanpa dehidrasi à rencana terapi A
• Dengan dehidrasi tak berat à rencana terapi B
• Dengan dehidrasi berat à rencana terapi C
2.Dukungan Nutrisi
• Tetap diteruskan sesuai umur anak à menu sama pada anak sehat
• ASI tetap diteruskan à frekuensi lebih sering dari biasanya
3.Suplementasi Zinc (10 – 14 hari)
• < 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
• > 6bulan : 20mg (1tablet) perhari
4.Antibiotik Selektif (diare berdarah (disentri) dan kolera)
5.Edukasi

134
4A

RENCANA TERAPI A à UNTUK DIARE TANPA DEHIDRASI

• ASI sebanyak anak mau


• Oralit:
• < 2 tahun = 50- 100 ml setiap kali BAB
• ≥ 2 tahun = 100-200 ml setiap kali BAB

135
4A

RENCANA TERAPI B à UNTUK DEHIDRASI RINGAN/SEDANG

• ASI sebanyak anak mau


• Oralit:
• 75 cc X kgBB dalam 3 jam pertama

136
4A

RENCANA TERAPI C à UNTUK DEHIDRASI BERAT

• Cairan RL atau NaCI


• 6 Bulan < I tahun = 30 ml/kgBB (I jam) & 70
cc/kgBB (5 jam)
• Anak > I tahun = 30 ml/kgBB (30 menit) & 70
ml//kgBB (2.5 jam)

TIPS:
Usia makin muda, badan lebih kecil, ga boleh buru-
buru kasih cairan
Usia <1 tahun à total 6 jam
Usia >1 tahun à total 3 jam

137
4A

138
Diare (Gastroenteritis Akut/GEA)
Diare
Derajat Dehidrasi Diare BAB >3x/hari atau Klasifikasi
>10cc/bb
Tanpa dehidrasi: Akut: <14 hari
• Mata cekung (-)
Persisten: > 14 hari infeksius
• Turgor kembali cepat
5 Pilar Diare Kronik: > 14 hari (-) infeksius
Dehidrasi ringan-sedang:
• Mata cekung(+)
• Rasa haus (+) Rehidrasi • Tanpa Dehidrasi (A), Oralit:
• Turgor Kembali lambat • < 2 tahun = 50- 100 ml setiap kali BAB
Dehidrasi berat • ≥ 2 tahun = 100-200 ml setiap kali BAB
• Mata cekung(+) • Dehidrasi Ringan-Sedang (B), Oralit:
Nutrisi • 75 cc X kgBB dalam 3 jam pertama
• Tidak mau minum
• Turgor Kembali sangat • Dehidrasi Berat (C), RL atau NaCI:
lambat • 6 bulan < I tahun =
Zinc 30 ml/kgBB (I jam) & 70 cc/kgBB (5 jam)
• Anak > I tahun =
30 ml/kgBB (30 menit) & 70 ml//kgBB (2.5 jam)
Antibiotik Selektif
•< 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
•> 6bulan : 20mg (1tablet) perhari
Edukasi

139
4A

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
DIARE PADA ANAK

DIAGNOSIS MANIFESTASI
- Diare >3 kali per hari berlangsung <14 hari
Diare cair akut
- Tidak mengandung darah
- Diare air cucian beras yang sering dan banyak
Kolera
- Cepat menyebabkan dehidrasi berat
Disentri - Diare berdarah (terlihat atau dilaporkan)
Diare persisten - Diare berlangsung selama 14 hari atau lebih

Diare dengan gizi buruk - Diare jenis apapun disertai gizi buruk

Diare terkait antibiotik - Riwayat mendapatkan pengobatan antibiotik jangka Panjang

- Dominan diare darah dan lendir


Invaginasi - Terdapat massa intraabdomen
- Tangisan keras anak/bayi

140
Pediatri

Diare ec. Susu


Definisi Etiologi

• Kelainan akibat defisiensi enzim laktase sehingga tidak dapat mencerna lactosa yang terdapat
dalam makanan (susu)

Patofisiologi

• Malabsorbsi laktosa à lumen usus terisi cairan hiperosmotik à menyerap cairan dan
menyebabkan diare
• Laktosa yang tidak diserap usus difermentasi oleh bakteri menjadi zat asam (fatty acid,
organic acid) dan berbagai macam gas.
Manifestasi Klinis

• Mual muntah, bloating; nyeri perut


• Diare dan Flatulensi
• Feses berbau asam
• Kemerahan pada anus
• Gejala muncul setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung laktosa
142
Pemeriksaan Penunjang

• Hidrogen breath test (+)


• Uji toleransi laktosa (+)
• Analisis tinja à pH tinja asam

Tatalaksana

• Bersifat self limiting


• Dapat diberikan susu bebas laktosa

143
Definisi Etiologi

• Kelainan akibat defisiensi enzim laktase sehingga tidak dapat mencerna lactosa yang terdapat
dalam makanan (susu)

Patofisiologi

• Malabsorbsi laktosa à lumen usus terisi cairan hiperosmotik à menyerap cairan dan
menyebabkan diare
• Laktosa yang tidak diserap usus difermentasi oleh bakteri menjadi zat asam (fatty acid,
organic acid) dan berbagai macam gas.
Manifestasi Klinis

• Mual muntah, bloating; nyeri perut


• Diare dan Flatulensi
• Feses berbau asam
• Kemerahan pada anus
• Gejala muncul setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung laktosa
144
Alergi Susu Sapi
Definisi
• Reaksi alergi yang terjadi akibat protein yang terkandung di dalam susu sapi

Etiologi

• Reaksi imun terhadap protein susu sapi (kasein dan whey)


• Perantara IgE
• Tanpa perantara IgE
• Campuran

Manifestasi klinis

• Diare
• Reaksi alergi, seperti: urtikaria, angioedema, ruam kulit, dermatitis atopik, muntah, nyeri
perut, diare, rinokonjungtivitis, bronkospasme, dan anafilaksis.

145
Pemeriksaan Penunjang

• Uji eliminasi dan provokasi (Gold Standard)


• Disebut juga double blind placebo controlled food challenge
• Uji tusuk kulit (skin prick test)
• Uji IgE RAST (Radio Allergo Sorbent Test)

Tatalaksana
• Hindari segala bentuk produk susu sapi
• Untuk bayi, tetap berikan ASI eksklusif
• Untuk bayi yang mengonsumsi susu formula:
• Susu terhidrolisat ekstensif atau formula asam amino
• Susu kedelai (alternatif)

146
Intoleransi Laktosa vs Alergi Susu Sapi

Intoleransi Laktosa Alergi Susu Sapi


Defisiensi ensim lactase à tidak dapat mencerna
Etiologi laktosa
Reaksi hipersensitivitas terhadap protein susu sapi

Reaksi • (+) à IgE Mediated (HS tipe I)


Tidak ada
Imunologis • (-) à Non IgE Mediated (HS tipe IV)

Manifestasi • Diare • Diare


khas • Kemerahan pada anus • Ruam, gatal, urtika

• Double blind placebo controlled food challenge


• Analisis tinja: pH asam (DBPCFC) à Gold Standard
Pemeriksaan • Uji toleransi laktosa (+) • Skin prick test
• Hidrogen Breath Test (+) • IgE RAST
• Patch test

• Susu formula terhidrolisir sempurna


Tatalaksana Susu bebas laktosa • Susu formula asam amino
• Ibu pantangan protein sapi

147
Pediatri
1

Enterokolitis
Nekrotikans
Enterokolitis Nekrotikans 1

Definisi

• Sindrom nekrosis intestinal akut pada neonatus yang ditandai oleh kerusakan dinding intestinal
berat akibat proses inflamasi vaskular, mukosa dan metabolik pada usus yang imatur
• Biasanya terjadi pada neonatus usia 2-3 minggu kehidupan. Faktor risiko: bayi prematur, terlalu dini
memberi susu formula.
Manifestasi Klinis
SISTEMIK SALURAN PENCERNAAN
• Distress napas • Distensi abdomen (terisi gas)
• Letargis atau iritabilitas • Eritema dinding abdomen
• Suhu tubuh tidak stabil • Muntah (bilier, darah)
• Toleransi minum buruk • Diare dengan tinja berdarah
• Asidosis • Residu lambung
• Oliguria • Tanda-tanda ileus: Bising usus
• Hipotensi berkurang/menghilang
• Syok sepsis

Keywords: Neonatus, premature, susu formula à Diare berdarah dan distensi abdomen

149
Enterokolitis Nekrotikans 1

Pemeriksaan Penunjang

• Laboratorium
• LED dan CRP meningkat à penanda inflamasi
• Asidosis metabolik pada AGD
• Pencitraan à Rontgen abdomen
• Pneumatosis intestinalis à terbentuknya gelembung gas di dalam dinding usus
• Dilatasi usus proksimal à akibat stenosis bagian distal Pneumoperitoneum à bila terjadi perforasi
usus

150
Enterokolitis Nekrotikans 1

Tatalaksana

• Dekompresi dengan NGT à tata laksana awal


• Bowel rest à Pemberian nutrisi parenteral
• Antibiotik spektrum luas
• Ampisilin 100 mg/kg/hari terbagi 2 dosis DAN
• Gentamisin 5 mg/kg/hari DAN
• Metronidazole 15-30 mg/kg/hari terbagi 3 dosis
• Eksisi usus yang nekrotik à laparotomi
• Indikasi: perforasi usus, peritonitis, ataupun perburukan

151
Pediatri

PEDIATRIK
HEMATO-
ONKOLOGI
Definisi

• Merupakan bentuk penyakit perdarahan akibat kekurangan vitamin K


• Manifestasinya berupa defisiensi kompleks protrombin yang didapat

Anamnesis

• Bayi kecil (1-6 bulan), sebelumnya sehat tiba tiba tampak pucat dan malas minum, banyak tidur
• Minum ASI, tidak mendapat suntikan vit K saat lahir
• Kejang fokal

Pemeriksaan Fisik
• Pucat tanpa perdarahan yang nyata
• Peningkatan tekanan intrakranial, UUB Menonjol, penurunan kesadaran, papil edema
• Defisit neurologis : kejang fokal, hemoparesis, peresis nervus kranial

153
Pemeriksaan Penunjang

• Darah lengkap
• Pemeriksaan PT dan APTT dapat normal atau memanjang
• USG atau CT scan Kepala

Tatalaksana

• Vit K 1 mg IM selama 3 hari berturut turut


• Transfusi FFP 10-15ml/kg selama 3 hari
• Transfusi PRC (sesuai HB)
• Tatalaksana Kejang dan peningkatan TIK (manitor 0,5-1gram/kgBB/kali)
• Konsultasi bedah saraf

Pemantauan

• UUB, GCS, Kejang


• Balance cairan
• Monitor tumbuh kembang

154
Pediatri

MED QUIZ
+
Anak laki-laki, 3 tahun, datang dibawa ibunya ke Puskesmas
dengan keluhan anak tampak sangat kurus. Riwayat anak
lahir cukup bulan secara normal di bidan. Pemeriksaan TTV
dbn. Pada pemeriksaan fisik dijumpai lemak di bawah kulit
tipis, rambut mudah dicabut dan terlihat seperti jagung, kedua
tungkai tampak bengkak. Antropometri BB/TB 60%.
Diagnosis?
a. Kekurangan protein
b. Kekurangan karbohidrat
c. Marasmus
d. Kwarshiorkor
e. Marasmus-kwarshiorkor
Anak laki-laki, 3 tahun, datang dibawa ibunya ke Puskesmas
dengan keluhan anak tampak sangat kurus. Riwayat anak
lahir cukup bulan secara normal di bidan. Pemeriksaan TTV
dbn. Pada pemeriksaan fisik dijumpai lemak di bawah kulit
tipis, rambut mudah dicabut dan terlihat seperti jagung, kedua
tungkai tampak bengkak. Antropometri BB/TB 60%.
Diagnosis?
a. Kekurangan protein
b. Kekurangan karbohidrat
c. Marasmus
d. Kwarshiorkor
e. Marasmus-kwarshiorkor
Anak laki-laki, 3 tahun, datang dibawa ke IGD RS oleh ibunya
dengan keluhan utama sesak napas yang dialami sejak 2 hari yang
lalu. Keluhan disertai batuk, suara serak, dan demam. Pasien belum
pernah mendapatkan imunisasi. Pemeriksaan tanda vital
didapatkan TD 120/70, N 100x/menit, RR 36x/menit, S 38,5 C. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan adanya pseudomembran pada
daerah tonsil dan pembesaran KGB di sekitar leher.
Imunisasi apa yang dapat diberikan untuk mencegah kondisi ini?
A. BCG
B. DPT
C. Td
D. MMR
E. Polio
Anak laki-laki, 3 tahun, datang dibawa ke IGD RS oleh ibunya
dengan keluhan utama sesak napas yang dialami sejak 2 hari yang
lalu. Keluhan disertai batuk, suara serak, dan demam. Pasien belum
pernah mendapatkan imunisasi. Pemeriksaan tanda vital
didapatkan TD 120/70, N 100x/menit, RR 36x/menit, S 38,5 C. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan adanya pseudomembran pada
daerah tonsil dan pembesaran KGB di sekitar leher.
Imunisasi apa yang dapat diberikan untuk mencegah kondisi ini?
A. BCG
B. DPT
C. Td
D. MMR
E. Polio
Anak laki-laki, 5 bulan datang ke Puskesmas dibawa
ibunya. Ibu pasien mengatakan anaknya belum
mendapat vaksin pada saat berusia 4 bulan pasien
sedang sakit.
Apa yang sebaiknya dilakukan dokter?
A. Vaksin + catch up
B. Rujuk ke dr Sp. A
C. Memberikan vaksin DPT
D. Vaksin harus diulang
E. Vaksin tidak diberikan
Anak laki-laki, 5 bulan datang ke Puskesmas dibawa
ibunya. Ibu pasien mengatakan anaknya belum
mendapat vaksin pada saat berusia 4 bulan pasien
sedang sakit.
Apa yang sebaiknya dilakukan dokter?
A. Vaksin + catch up
B. Rujuk ke dr Sp. A
C. Memberikan vaksin DPT
D. Vaksin harus diulang
E. Vaksin tidak diberikan
Anak perempuan, 14 bulan, datang dibawa ibunya ke
Puskesmas dengan keluhan BAB cair sejak 2 hari. BAB dialami
pasien sebanyak 5x/ hari, konsistensi cair, warna coklat
kekuningan. Darah maupun lendir disangkal. Pada
pemeriksaan fisik pasien tampak sadar, mata cekung (-),
turgor kulit kembali cepat, CRT <2 detik.
Diagnosis?
a. Diare akut tanpa dehidrasi
b. Diare akut dengan dehidrasi ringan
c. Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang
d. Diare akut dengan dehidrasi sedang-berat
e. Diare akut dengan dehidrasi berat
Anak perempuan, 14 bulan, datang dibawa ibunya ke
Puskesmas dengan keluhan BAB cair sejak 2 hari. BAB dialami
pasien sebanyak 5x/ hari, konsistensi cair, warna coklat
kekuningan. Darah maupun lendir disangkal. Pada
pemeriksaan fisik pasien tampak sadar, mata cekung (-),
turgor kulit kembali cepat, CRT <2 detik.
Diagnosis?
a. Diare akut tanpa dehidrasi
b. Diare akut dengan dehidrasi ringan
c. Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang
d. Diare akut dengan dehidrasi sedang-berat
e. Diare akut dengan dehidrasi berat
Anak laki-laki, 1 bulan, datang dibawa oleh ibunya ke Puskesmas
dengan BAB cair disertai darah sejak 1 hari yang lalu. Sebelumnya
anak mendapatkan ASI eksklusif namun 3 hari terakhir ini anak mulai
diberikan susu formula karena ibu merasa produksi ASI tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan sang anak. Anak lahir kurang bulan
pada usia 34 minggu. Pada pemeriksaan fisik dijumpai anak iritabel
dan distensi abdomen.
Pemeriksaan penunjang yang tepat?
a. Urea breath test
b. Hydrogen breath test
c. Skin prick test
d. USG abdomen
e. Foto polos abdomen
164
Anak laki-laki, 1 bulan, datang dibawa oleh ibunya ke Puskesmas
dengan BAB cair disertai darah sejak 1 hari yang lalu. Sebelumnya
anak mendapatkan ASI eksklusif namun 3 hari terakhir ini anak mulai
diberikan susu formula karena ibu merasa produksi ASI tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan sang anak. Anak lahir kurang bulan
pada usia 34 minggu. Pada pemeriksaan fisik dijumpai anak iritabel
dan distensi abdomen.
Pemeriksaan penunjang yang tepat?
a. Urea breath test
b. Hydrogen breath test
c. Skin prick test
d. USG abdomen
e. Foto polos abdomen
165
Pediatri

Terima Kasih
#OneShotBersamaMedsense+

Anda mungkin juga menyukai