TESIS MAGISTER
Oleh
MARWAN NASRI
NIM: 127041113
TESIS MAGISTER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister dalam Program
Magister Kedokteran Klinik pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
OLEH
MARWAN NASRI
NIM: 127041113
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan
saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan referensi dan telah disebutkan dalam daftar
pustaka.
Marwan Nasri
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat yang telah diberikan-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir Program
Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Semoga Allah Yang Maha Pengasih membalas semua jasa dan budi baik mereka yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Akhirnya penulis mengharapkan
agar penelitian dan tulisan ini kiranya dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis
Metode: Sebanyak 67 pasien SKA-NEST dengan DM yang dihospitalisasi dari Januari 2015
– Desember 2017 di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik dianalisis secara retrospektif.
Pasien akan dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan adanya depresi segmen ST pada EKG
awal. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara depresi
segmen ST dan kejadian 3-VD di rumah sakit, nilai p <0,05 dianggap bermakna secara
statistik.
Hasil: Analisis bivariat menunjukkan kejadian 3- VD lebih tinggi pada penderita SKA-NEST
disertai DM dengan EKG saat masuk depresi segmen ST dibandingkan dengan tanpa depresi
segmen ST (80.6% vs 19.4 %, p <0.001). Pada analisis regresi logistik, pasien dengan depresi
segmen ST memiliki peningkatan risiko kejadian 3-VD 27 kali dibandingkan pasien tanpa
depresi segmen ST [OR 27.3 (6.117 – 121.851), p=0.000].
Kesimpulan: Depresi segmen ST saat masuk berkaitan dengan insiden 3-VD yang lebih
tinggi pada pasien SKA-NEST dengan DM dan merupakan prediktor independen 3-VD
terkua. Dalam praktek klinis, adanya depresi segmen ST dapat dijadikan sebagai alat non-
invasif sederhana untuk memprediksi 3-VD pada penderita SKA-NEST dengan DM.
Halaman
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….....56
LAMPIRAN
1. Lembar Kerja Profil Peserta Penelitian
2. Riwayat Hidup Peneliti
3. Persetujuan Komite Etik
No Judul Halaman
3-VD.................................................................................................... 46
SINGKATAN Nama
DM : Diabetes Mellitus
EKG : Elektrokardiogram
LM : Left Main
n : Besar sampel
p : Tingkat kemaknaan
α : alpha
β : beta
Q : 1-P
Q1 : 1-Q1
Q2 : 1-Q2
% : Persentase
Faktor risiko kardiovaskular lain yang memiliki efek negatif yang mempengaruhi
outcome pada penderita SKA lebih tinggi pada pasien DM. Efek negatif dari DM terhadap
outcome pasien SKA terjadi pada seluruh spektrum SKA termasuk angina pectoris tidak
stabil (APTS) dan infark miokard akut non elevasi segmen ST (IMA-NEST) (Yusuf, 2001),
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
pada penderita SKA-NEST dengan DM
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Epidemiologi
SKA merupakan suatu masalah kardiovaskular yang utama karena menyebabkan
angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang tinggi. Penyakit jantung koroner
(PJK) menempati peringkat ketiga penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi di
Indonesia menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007. Hampir separuh dari penyebab
kematian kardiovaskular tersebut adalah akibat dari infark miokardium akut (IMA)
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Di Amerika setiap tahun diperkirakan >
780.000 orang akan mengalami SKA (Amsterdam, 2014). Sekitar 50-70 % pasien yang
datang dengan sindroma koroner akut merupakan SKA-NEST (Mozaffarian, 2015;
Amstedrdam, 2014; Darlin, 2013; McMannus, 2011; Chan, 2009)
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh darah
koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi plak dan
penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut (Irmalita, 2015).
Proses ini dapat muncul secara bersamaan. Ruptur plak ataupun erosi dengan
thrombosis merupakan penyebab utama dari SKA. Ruptur plak atau erosi dapat menyebabkan
thrombus yang non oklusi sehingga terjadi gangguan perfusi miokardium yang bila menetap
akan menyebabkan nekrosis myocardium. Inflamasi dari dinding arteri dan kerja
metalloproteinase yang dihasilkan oleh sel inflamasi yang menghancurkan dinding fibrous
dari plak sehingga menjadi tidak stabil. Inflamasi memiliki peranan penting dalam disrupsi
plak walaupun stimulus yang menginisiasi inflamasi akut masih sulit dipahami. Aktivasi
platelet dan aggregasi ke daerah trombogenik dari plak yang ruptur merupakan kejadian awal
yang penting dalam patogenesa SKA. Platelet yang mengeluarkan substrat inflamasi ke
daerah mikrosirkulasi,akan mengubah kemotaksis, adhesi, dan zat proteolitik dari
endothelium. Endotel vascular yang sehat akan mengeluarkan prostasiklin dan nitric oxide,
dimana keduanya akan menghambat aktivasi platelet dan agregasi. Sangat mungkin bahwa
ketika endotel vascular utuh, mekanisme counterregulasi dari tromboresisten endotel akan
membatasi durasi dari aktivasi platelet dalam merespon cedera pembuluh darah. Hipotesa ini
akan menjelaskan kenapa hanya sebagian kecil plak terganggu yang menimbulkan gejala
sedangkan sebagian besar sembuh dengan sendiri. Aktivasi dari platelet yang disertai dengan
peningkatan biosintesa tromboxane sesuai dengan konsep atherothrombosis koroner sebagai
proses yang dinamik, dimana episode terbentuknya thrombus dan fragmentasi muncul pada
plak yang terganggu. Spasme fokal atau menyeluruh dari arteri koroner yang normal atau
aterosklerosis, biasanya disebabkan oleh stimulus vasokonstriktor pada sel otot polos
pembuluh darah yang hiperaktif sehingga menyebabkan SKA (Badimon,2012; Davy, 2007)
2.1.3. Diagnosis
2.2.1. Epidemiologi
Saat ini penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan
angka insidensi dan prevalensi DM tipe-2 di berbagai penjuru dunia. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang DM yang menjadi salah satu
2.2.2. Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan
glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan
plasma darah vena (Soelistijo, 2015). Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang
DM. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:
• Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya.
• Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada
pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Infark akut paling sering melibatkan gangguan aliran darah miokard karena plak
atherosklerotik yang mendasari dengan perburukan dari trombus yang menutupi lumen.
Progresivitas perkembangan plak atherosklerotik dan adanya robekan plak yang memicu
terjadinya trombosis menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah koroner semakin
parah. DM berkaitan dengan kedua hal tersebut, yaitu perburukan perkembangan plak
atherosklerotik dan trombosis intraluminal yang dapat meyebakan terjadinya infark dan
perburukan kondisi kardiovaskuler (Jacoby, 1992).
Gambar 2.3 Disfungsi endotel, dyslipidemia ,prothrombotik state dan inflamasi merupakan
penyebab progresivitas atherosklerotik pada penderita DM (Morgan, 2004)
Studi patologi dari pembuluh darah koroner pada penderita paska infark
mengungkapkan bahwa plak yang kaya lipid lebih sering robekan dibandingkan plak fibrous
(Muller, 1987). Dibandingkan dengan penderita tanpa DM, penderita DM lebih sering
mengalami robekan plak (Davies, 1985). Pada penderita DM juga ditemukan abnormalitas
metabolisme lipid (Jacoby, 1992). Hiperinsulinemia yang ditemukan pada DM merupakan
Gambar 2.4 Faktor yang mempengaruhi risiko kardiovaskular pada penderita DM tipe-2
(Newman, 2017)
Gambar 2.5 Mekanisme disfungsi platelet pada penderita DM. Beberapa hal yang
berkontribusi menyebabkan terjadinya disfungsi platelet pada penderita DM, termasuk
hiperglikemia, defisiensi insulin, kondisi metabolik yang berkaitan dan abnormalitas seluler
lainnya (Ferreiro, 2011)
1. Mengkonfirmasi diagnosis SKA yang berkaitan dengan PJK oklusi epikardial (atau
untuk rule out nyeri dada yang disebabkan oleh oklusi koroner)
2. Identifikasi lesi culprit
3. Memandu indikasi revaskularisasi (IKP / BPAK )
4. Stratifikasi risiko jangka pendek dan jangka panjang
Pola angiografi koroner pada SKA-NEST beragam, mulai dari arteri koroner epikard
normal sampai kepada penyakit arteri koroner yang berat dan diffuse. Hampir sampai sekitar
20 % pasien SKA-NEST tidak ditemukan lesi epikardial atau lesi epikardial yang tidak
obstruktif, dan sekitar 40- 80 % dengan penyakit pembuluh multiple (Bajraktari, 2016)
Waktu yang optimal untuk dilakukan angiografi koroner invasif pada pasien SKA-
NEST telah diinvestigasi pada beberapa RCT dan metaanalisa. Strategi invasif awal (< 24
jam) direkomendasikan pada pasien dengan sekurang-kurangnya satu kriteria risiko tinggi
(Roffi, 2015, Windecker,2014). Oleh karena itu pasien dengan kriteria tersebut harus dirujuk
sesegera mungkin ke RS yang tersedia fasilitas kateterisasi. Angiografi koroner invasif
dilanjutkan dengan revaskularisasi koroner dilakukan pada sebagian besar pasien SKA-NEST
yang dirawat di rumah sakit di daerah dengan sistem kesehatan yang baik. Keputusan untuk
strategi invasif harus mempertimbangkan dengan cermat risiko diagnostik invasif dan
manfaatnya dalam hal akurasi diagnostik, stratifikasi risiko dan penilaian risiko yang terkait
dengan revaskularisasi. Keputusan revaskularisasi memperhitungkan risiko dalam hal
morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan modalitas yang diusulkan (IKP atau BPAK)
dan manfaatnya dalam hal prognosis jangka pendek dan jangka panjang, kelegaan gejala,
kualitas hidup dan durasi tinggal di rumah sakit. Indikasi untuk pendekatan invasif, waktu
untuk revaskularisasi miokard dan pemilihan modal revaskularisasi bergantung pada banyak
faktor, termasuk presentasi klinis, komorbiditas, stratifikasi risiko, adanya fitur berisiko
tinggi yang spesifik untuk modalitas revaskularisasi, kelemahan, status kognitif, perkiraan
Gambar 2.6. Variabilitas pola elektrokardiografi dengan iskemia miokard akut. EKG
mungkin juga normal atau abnormal secara nonspesifik (Giugliano, 2015)
Subendokard merupakan bagian yang sangat rentan untuk terjadinya iskemia karena
jaraknya yang terjauh dari aliran darah koroner dan berkaitan dengan tekanan yang tinggi dari
kavum ventrikel. Bagian dalam ventrikel dapat terjadi iskemia walaupun bagian luar
mendapatkan perfusi yang normal. Perubahan EKG yang paling sering ditemukan pada
iskemia subendokard adalah depresi segmen ST. Depresi segmen ST dapat terjadi terbatas di
lead anterior (I, aVL dan V1-V6) atau lead inferior (II,III,aVF) atau dapat terjadi diffuse pada
kedua kelompok lead. Kebanyakan pasien dengan keluhan angina klasik menunjukan pola
EKG iskemia subendokard, dengan gambaran EKG depresi segmen ST saat serangan. EKG
dari beberapa pasien dengan keluhan angina tidak menunjukan depresi segmen ST saat nyeri
dada. sebagai konsekuensinya, EKG normal tidak dapat mngeekslusikan penyebab dasar
CAD. Adapun EKG yang spesifik untuk iskemia miokard adalah depresi segmen ST
downsloping dan horizontal.
Jika iskemia regio subendokard cukup berat, infark dapat terjadi. Gelombang Q
patologis dapat terjadi pada infark subendokardium jika infark miokardium melebihi
sepertiga dinding lapisan dalam. Infark subendokard umumnya mempengaruhi repolarisasi
ventrikel (kompleks segmen ST) dan tidak depolarisasi (kompleks QRS). Infark
nontransmural yang luas berkaitan dengan adanya gelombang Q. Pola EKG lain yang kadang
terlihat pada infark non-Q adalah inversi gelobang T dengan atau tanpa depresi segmen ST
(inversi gelombang T terkadang dapat terlihat pada beberapa kasus iskemia non infark).
Sebagai kesimpulan, infark non-Q dapat berkaitan dengan depresi segmen ST persisten dan
atau inversi gelombang T (Goldberger, 2013).
Perubahan gelombang T terjadi pada area miokardium yang mengalami perlambatan
repolarisasi sebagai konsekuensi dari penurunan perfusi yang lebih ringan dibandingkan
dengan derajat keparahan yang dapat menyebabkan perubahan segmen ST, atau pola sebagai
konsekuensi dari keadaan iskemia tapi bukan menandakan keadaan ‘iskemia aktif’
(perubahan post iskemia). Dari sudut pandang eksperimental , iskemia dapat terjadi
subepikard, sebendokard atau transmural. Dari sudut pandang klinis hanya iskemia
subendokard dan transmural yang ada. Iskemia subepikard equivalent dengan iskemia
transmural karena kedekatannnya dengan elektroda. Secara eksperimental perubahan
gelombang T direkam pada subendokard ventrikel kiri atau subepikard sebagai konsekuensi
penurunan aliran darah (lebih ringan dibandingkan dengan derajat iskemia yang
Gambar 2.9 Pengamatan muatan listrik dan perubahan ionik yang sesuai (A dan C), tingkat
potensial transmembran diastolik (DTP) dan morfologi potensial aksi transmembran (TAP)
(D), EKG klinis (E), dan temuan patologis (F), pada berbagai jenis jaringan (normal, iskemik,
terluka dan nekrotik) (B) (Luna, 2007).
Vektor berasal dari daerah iskemik yang belum sepenuhnya terrepolarisasi dan masih
dalam keadaan muatan negatif, menuju daerah yang telah selesai repolarisasi dengan muatan
positif. Pada subendokard iskemia vektor iskemia menjauhi zona iskemik sehingga
menghasilkan gelombang T yang lebih tinggi dari normal. Akan tetapi jika pada kasus
subepikard iskemia (secara klinis disebut transmural) maka akan menghasilkan inversi
gelombang T (Luna, 2007).
Pada kasus paska infark miokard, pola EKG iskemia ini (inversi gelombang T) lebih
diakibatkan karena gangguan repolarisasi pada daerah yang nekrosis (Q patologis) dari pada
suatu iskemia yang aktif. Pada SKA inversi gelombang T sebagai konsekuensi iskemia bukan
suatu aktif iskemia. Khususnya pada inversi gelombang T yang dalam yang ditemukan di
lead V1-V4, mengindikasikan adanya oklusi LAD yang kritikal tetapi arteri masih terbuka
atau memiliki kolateral yang baik (Luna, 2007).
Perubahan segmen ST direkam pada area miokardium pada saat diastolik depolarisasi
sebagai konsekuensi penurunan aliran darah yang signifikan (iskemia aktif yang lebih
signifikan daripada derajat keparahan yang menyebabkan pola iskemia). Pada kasus
predominant subendokard iskemia yang lebih berat, baik secara eksperimental maupun secara
klinis, depresi segmen ST akan terjadi. Sedangkan pada kasus iskemia subepikardial yang
lebih berat secara eksperimental dan secara klinis transmural maka elevasi segmen ST akan
terlihat (Luna, 2007).
SKA-NEST DM
Disfungsi Endothelial,
PLAK ATHEROSKLEROTIK Disfungsi Platelet, Disfungsi
Metabolik, Inflamasi
RUPTUR PLAK
ISKEMIA
BERAT
ST DEPRESI
Kejadian Kardiovaskular
Mayor (KKVM)
SKA-NEST DENGAN DM
METODE PENELITIAN
Keterangan:
Q1 = 1-P1
Q2 = 1-P2
Dari rumus diatas, didapat jumlah pasien masing-masing kelompok adalah 23 pasien.
Windows SPSS-17 (Statistical Product and Science Service). Analisa dan penyajian
data dilakukan sebagai berikut :
• Data kontinu ditunjukkan dengan mean +/- standar deviasi dari mean atau nilai median
(min - maks) sesuai dengan hasil uji normalitas sebagai data karakteristik dasar.
• Data kategorik ditunjukkan dengan frekuensi dan persentase.
• Uji Chi-square dipakai untuk menentukan hubungan variabel kategorikal dengan atau
tanpa depresi segmen ST . Fisher exact dan Mann Whitney dipakai untuk menilai bivariat
dan beda rerata dengan atau tanpa depresi segmen ST begitu juga berdasarkan 3-VD dan
non 3-VD.
• Untuk variabel yang ditemukan signifikan pada uji analisis univariat dimasukkan ke uji
multivariate dengan uji regresi logistik pada variabel kategorik dan regresi linear pada
variabel numerik. Untuk menilai uji variability interobserver digunakan uji kappa
• Out-come klinik ditampilkan dengan frekuensi, presentase, odds rasio dan 95%
Confidence Interval. P value < 0.05 dianggap bermakna
Penelitian ini akan meminta persetujuan dari komite etik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
HASIL PENELITIAN
4.1.Karakteristik Penelitian
Dari seluruh data pasien SKA-NEST dengan DM, data penting awal yang akan
dievaluasi adalah hasil EKG. Berdasarkan hasil tersebut maka sampel penelitian akan dibagi
menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah penderita dengan gambaran hasil EKG
depresi segmen ST saat masuk dan kelompok kedua adalah penderita tanpa EKG depresi
segmen ST saat masuk. Kemudian dari setiap kelompok akan dilihat perbandingan kejadian
3- VD berdasarkan hasil angiografi koroner.
Jumlah total subjek penelitian adalah 67 orang yang terdiri dari kelompok EKG
depresi segmen ST sebanyak 30 orang dan kelompok non ST depresi sebanyak 37 orang.
Berdasarkan data tersebut tidak dijumpai perbedaan jenis kelamin diantara kedua kelompok
tersebut. Berdasarkan jenis kelamin laki-laki terdiri dari 20 0rang (66.7%) pada kelompok
depresi segmen ST dan 29 orang (78.4 %) pada kelompok tanpa depresi segmen ST. Tidak
dijumpai perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok terebut. Usia rata-rata pada
kelompok depresi segmen ST adalah 56 tahun sedangkan pada kelompok tanpa depresi
segmen ST adalah 57 tahun.
FAKTOR RISIKO
Riwayat hipertensi (%) 27 (90) 19 (51.4) 0.001
Riwayat dislipidemia (%) 12 (40) 6 (16.2) 0.029
Riwayat keluarga PJK (%) 15 (50) 4 (10.8) < 0.001
Riwayat merokok (%) 18 (60) 21 (51.68) 0.789
LABORATORIUM
Troponin 1.78 ± 3.93 0.74 ± 1.64 0.018
KGD Sewaktu 223 ± 100 263 ± 155 0.348
KGD Puasa 157.9 ± 59.7 143 ± 53.9 0.325
KGD 2 jam PP 212.8 ± 77.9 200.8 ± 67 0.504
HbA1C 8.6 ± 1.8 8.14 ± 1.93 0.313
Total Kolesterol 209.1 ± 73.69 194.6 ± 61.84 0.528
LDL 169 ± 43 132 ± 53 0.001
HDL 37.43 ± 11.73 43.5 ± 29.9 0.865
Trigliserida 151.8 ± 87.3 130.92 ± 50.28 0.504
Ureum 37.8 ± 18.2 44.77 ± 32.83 1
Kreatinin 1.39 ± 0.4 1.08 ± 0.28 < 0.001
Hb 12.89 ± 1.9 13.02 ± 3.8 0.151
EKOKARDIOGRAFI
FEVK
≥50 8 (26.7) 25 (67.6) 0.001
< 50 22 (73.3) 12 (42.4)
STRATIFIKASI KLINIS
Skor TIMI
Moderate + High 26 (86.7) 22 (59.6) 0.014
Low 4 (13.3) 15 (40.5)
Skor GRACE
Moderate + High 25 (83.3) 20 (54.1) 0.011
Low 5 (16.7) 17 (45.9)
Pada penelitian ini ditemukan bahwa penderita SKA-NEST dengan DM yang telah
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 67 orang. Penderita SKA-NEST dengan
EKG depresi saat masuk berjumlah 30 orang sedangkan penderita tanpa depresi segmen ST
berjumlah 37 orang. Pada kelompok dengan depresi segmen ST saat masuk, ST depresi
sebanyak 10 orang (15 %) dan ST depresi + T inversi sebanyak 20 orang (20%). Pada
kelompok tanpa depresi segmen ST ditemukan isolated T inversi sebanyak 20 orang (20%),
EKG normal 15 0rang (22%) dan EKG lainnya sebanyak 2 orang (3 %). Adapun yang
dimaksud dengan EKG lainnya disini adalah EKG tanpa deviasi segmen ST dan tanpa inversi
gelombang T akan tetapi dijumpai q patologis yang persisten.
Pada penelitian ini ditemukan hubungan antara EKG saat masuk (depresi segmen ST
dan tanpa depresi segmen ST) dengan hasil angiografi koroner dengan nilai p sebesar 0.000.
Pada kelompok 3-VD dijumpai EKG masuk depresi segmen ST sebanyak 14 orang (73.7%)
dan 5 orang (26.3%) tanpa depresi segmen ST. Pada kelompok 3-VD + LM, dijumpai EKG
masuk depresi segmen ST sebanyak 11 orang ( 91.7 %) dan tanpa depresi segmen ST
Tabel 4.2 Hubungan antara EKG (depresi segmen ST dan tanpa depresi segmen ST) dengan
hasil angiografi koroner (3 VD, 3 VD + LM, 2 VD, 2 VD + LM, 1 VD, normal/ non
signifikan stenosis, LM )
ANGIOGRAFI KORONER TOTAL P
EKG 3 VD 3 VD 1 VD 2 VD 2 VD Normal LM
+ LM + LM
Depresi segmen ST n 14 11 1 0 1 2 1 30 0.000
% 73.7% 91.7% 9.1% 0% 100% 28.6% 100% 44.8%
Tanpa depresi n 5 1 10 16 0 5 0 37
segmen ST % 26.3% 8.3% 90.9% 100% 0% 71.4% 0% 55.2%
Total n 19 12 11 16 1 7 1 67
% 100 % 100 % 100% 100% 100% 100% 100 % 100 %
Pada penelitian ini ditemukan hubungan antara EKG saat masuk (depresi segmen ST
dan tanpa depresi segmen ST) dengan kejadian 3-VD pada pemeriksaan angiografi koroner.
Pada kelompok 3-VD ditemukan pada kelompok EKG depresi segmen ST sebanyak 25 orang
(80.6%) dan pada kelompok tanpa depresi segmen ST sebanyak 6 orang (19.4%). Sedangkan
pada kelompok Non 3-VD dijumpai pada kelompok depresi segmen ST sebanyak 5 orang (
13.9%) dan pada kelompok tanpa depresi segmen ST sebanyak 31 orang (86.1%) dengan ods
ratio (OR) 25.8 dan nilai p < 0.001.
Gambar 4.2 Grafik perbandingan kejadian 3-VD pada penderita SKA-NEST disertai DM
dengan EKG masuk depresi segmen ST dan tanpa depresi segmen ST
Dari analisis bivariate dihasilkan bahwa selain depresi segmen ST bahwa riwayat
keluarga, nilai troponin, kadar kreatinin, FEVK, Skor TIMI, Skor GRACE memiliki
hubungan dengan kejadian 3-VD. Pada kelompok 3-VD, faktor resiko keluarga PJK
ditemukan pada 13 orang (41.9 %) sedangkan pada kelompok non 3-VD sebanyak 6 orang
(16.7%) dengan nilai p 0.022. Nilai troponin juga lebih tinggi pada kelompok 3-VD yaitu
1.74 ± 3.9 sedangkan pada kelompok non 3-VD 0.27 ± 1.7 dengan nilai p 0.017. Nilai
kreatinin juga lebih tinggi pada kelompok 3-VD dengan nilai 1.27 ± 0.36 mg/dl dibandingkan
pada kelompok non 3-VD dengan nilai kreatinin 1.05 ± 0.38 mg/dl dengan nilai p 0.01.
FEVK pada kelompok 3-VD terlihat lebih rendah. Pada kelompok 3-VD ditemukan 22 orang
(73.3%) yang memiliki FEVK < 50 %, sedangkan pada kelompok non 3-VD 12 orang
Analisis multivariat dalam penelitian ini berguna untuk mengetahui variabel bebas
mana yang paling dominan dan berpengaruh terhadap terjadinya kejadian 3-VD. Analisis
Penelitian ini merupakan suatu studi ambispektif yang bertujuan untuk menilai
perbedaan kejadian CAD 3VD pada penderita SKA-NEST dengan DM dengan EKG masuk
depresi segmen ST dan tanpa depresi segmen ST. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah
menjadikan EKG depresi segmen ST sebagai prediktor kejadian 3-VD. Penelitian ini
dilakukan dengan mengambil data rekam medis mulai dari Januari 2015 sampai dengan
sampai Desember 2017.
Pada pasien SKA-NEST, stratifikasi risiko dini penting dilakukan, untuk
mengidentifikasi pasien dengan risiko kematian dan kardiovaskular tinggi dan jangka
panjang, dimana strategi invasif awal dan terapi medikal dapat mengurangi risiko ini. ( Roffi,
2015, Windecker, 2014 ). Penderita 3-VD merupakan prediktor KKvM pada pasien PJK
setelah pemantauan jangka panjang (Tsai, 2017). Memperkirakan 3-VD dari temuan
angiografi koroner merupakan hal yang penting diketahui sejak awal pada penderita SKA-
NEST dengan DM, karena pertimbangan modalitas revaskularisasi yang akan dilakukan.
Adapun stratifikasi dini yang dilakukan dengan melakukan anamnesa, pemeriksaan EKG,
enzim jantung dan pemeriksaan penunjang lainnya. . EKG awal merupakan penanda risiko
awal (Savonitto, 1999), yang mudah ditemukan hampir disemua fasilitas layanan kesehatan.
Pada penelitian ini peneliti membagi kedalam dua kelompok yaitu penderita dengan
EKG masuk depresi segmen ST dan tanpa depresi segmen ST. Pada kelompok EKG depresi
segmen ST memiliki faktor resiko yang lebih banyak seperti riwayat keluarga PJK,
hipertensi, dyslipidemia, dan kadar kreatinin yang lebih tinggi. Penelitian sebelumnya juga
menunjukan karakteristik yang hampir sama dengan penelitian ini. Jin dkk mengungkapkan
bahwa kelompok pasien yang masuk dengan EKG depresi segmen ST memiliki komorbid
yang lebih banyak dan usia yang lebih tua dibandingkan dengan kelompok tanpa depresi
segmen ST (Jin, 2016). Begitu juga penelitian substudi FRISC II ECG yang dilakukan oleh
diderholm dkk pada tahun 2002 menunjukan penderita angina pectoris tidak stabil yang
masuk dengan EKG depresi segmen ST memiliki faktor risiko yang lebih banyak seperti
hipertensi, usia yang lebih tua, angina dan riwayat infark miokard sebelumnya dibandingkan
pada penderita dengan EKG inversi gelombang T dan pada kelompok tanpa perubahan
segmen ST. Pada tabel karakteristik dasar juga terlihat bahwa nilai GDS, GDP, GD2PP dan
kadar HbA1C lebih tinggi pada kelompok depresi segmen ST walaupun tidak berbeda secara
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh pada penelitian ini disimpulkan bahwa:
1. Pada penderita SKA-NEST dan DM dengan EKG masuk depresi segmen ST memiliki
angka kejadian 3-VD yang lebih tinggi dari pada penderita tanpa EKG depresi
segmen ST
2. EKG depresi segmen ST merupakan prediktor independen terhadap kejadian CAD 3-
VD
Abizaid A, Kornowski R, Mintz GS, Hong MK, Abizaid AS, Mehran R, et all.1998.The
influence of diabetes mellitus on acute and late clinical outcomes following coronary
stent implantation. J Am Coll Cardiol 32: 584–589.
Alderman EL, Corley SD, Fisher LD, et al. 1993.Five-year angiographic follow-up of factors
associated with progression of coronary artery disease in the coronary artery surgery
study (CASS). CASS participating investigators and staff. J Am Coll Cardiol 22:1141–54
Amsterdam EA, Wenger NK, Brindis RG, Casey Jr. DE, Ganiats TG, Holmes Jr.DE, et al. 2014.
"2014 AHA/ACC Guideline for the Management of Patients With Non–ST-Elevation
Acute Coronary Syndromes: Executive Summary." Journal of the American College of
Cardiology.
Angiolillo DJ, Bernardo E, Ramirez C, Costa MA, Sabaté M, Jimenez-Quevedo P, et al. 2006.
Insulin therapy is associated with platelet dysfunction in patients with type 2 diabetes
mellitus on dual oral antiplatelet treatment. J Am Coll Cardiol 48:298–304.
Angiolillo DJ. 2009.Antiplatelet therapy in diabetes: efficacy and limitations of current treatment
strategies and future directions. Diabetes Care 32:531–540.
Bavry AA, Kumbhani DJ, Rassi AN, Bhatt DL, Askari AT. 2006. Benefit of early invasive
therapy in acute coronary syndromes: a meta-analysis of contemporary randomized
clinical trials. J Am Coll Cardio Oct 3;48(7):1319-25.
Birnbaum Y, Drew BJ. 2003. The electrocardiogram in ST elevation acute myocardial infarction:
correlation with coronary anatomy and prognosis. Postgrad Med J 79:490–504.
Cannon CP, McCabe CH, Stone PH, et al. 1997. The electrocardiogram predicts one-year
outcome of patients with unstable angina and non– Q wave myocardial infarction: results
of the TIMI III Registry ECG Ancillary Study. Thrombolysis in Myocardial Ischemia. J
Am Coll Cardiol 30:133–40.
Chan MY, Sun JL, Newby K et al. 2009. Long-term mortality of patients undergoing cardiac
catheterization for ST-elevation and non-ST-elevation myocardial infarction. Circulation
119:3110–3117
Chow BJ, Wells GA, Chen L, Yam Y, Galiwango P, Abraham A, et al. 2010. Prognostic value of
64-slice cardiac computed tomography severity of coronary artery disease, coronary
atherosclerosis, and left ventricular ejection fraction. J Am Coll Cardiol 2010;55:1017–
28.
Creager MA, Lu¨scher TF, Cosentino F, Beckman JA. 2003. Diabetes and vascular disease:
pathophysiology, clinical consequences, and medical therapy: part I. Circulation
108:1527–1532.
Davies MJ. 2000. The pathophysiology of acute coronary syndromes. Heart Mar;83(3):361-6.
Davy G, Patrono C. 2007. Platelet activation and atherothrombosis. N Engl J Med 357:2482–
2494.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
de Waha S, Eitel I, Desch S, Fuernau G, Pöss J, Schuler G, et al. 2015. Impact of multivessel
coronary artery disease on reperfusion success in patients with ST-elevation myocardial
infarction: A substudy of the AIDA STEMI trial. Eur Heart J Acute Cardiovasc Care.
Dortimer AC, Shenoy PN, Shiroff RA, et al. 1978. Diffuse coronary artery disease in diabetic
patients: fact or fiction? Circulation 57:133–6.
Dries DL, Sweitzer NK, Drazner MH, Stevenson LW, Gersh BJ. 2001. Prognostic impact of
diabetes mellitus in patients with heart failure according to the etiology of left ventricular
systolic dysfunction. J Am Coll Cardiol 38:421– 428.
Dunn RF, Freedman B, Bailey EK, et al. Noninvasive Prediction of Multivessel Disease After
Myocardial Infarction. Circulation 62, No. 4, 1980.
Farkouh ME, Domanski M, Sleeper LA, Siami FS, Dangas G, Mack M, et al. 2012. Strategies
for Multivessel Revascularization in Patients with Diabetes. N Engl J Med 367:2375-84
Fein FS. Heart Diseases in diabetes. Cardiovasc Rev & Rep 1982;3:877-93
Fein FS. Heart Diseases in Diabetes Mellitus: Theory and Practice. Elsevier. 1998;812-23
Ferreiro JL, Angiolillo DJ. 2011. Diabetes and Antiplatelet Therapy in Acute Coronary
Syndrome. Circulation 123:798-813
Ferroni P, Basili S, Falco A, Davı` G. 2004. Platelet activation in type 2 diabetes mellitus. J
Thromb Haemost 2:1282–1291.
Fuster V, Moreno PR, Fayad ZA, Corti R, Badimon JJ. 2005. Atherothrombosis and high-risk
plaque, part I: evolving concepts. J Am Coll Cardiol 46:937–954.
Goldstein JA, Demetriou D, Grines CL, Pica M, Shoukfeh M, O’Neill WW. 2000. Multiple
complex coronary plaques in patients with acute myocardial infarction. N Engl J Med
343:915–22.
Hamby R, Sherman L, Mehta J, et al. Reappraisal of the role the diabetic state in coronary artery
diseases. Chest. 1976;70:251-7
Hamm CW, Bassand JP, Agewall S, Bax J, Boersma E, Bueno H, et al. 2011. "ESC guidelines
for the management of acute coronary syndromes in patients presenting without
persistent ST-segment elevation." European Heart Journal 32: 2999-3054.
Hillis LD, Smith PK, Anderson JL, et al. 2011. ACCF/AHA Guideline for Coronary Artery
Bypass Graft Surgery: executive summary: a report of the American College of
Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines.
Circulation 124:2610
Hyde TA, French JK, Wong CK, et al. 1999. Four-year survival of patients with acute coronary
syndrome without ST segment elevation and prognostic significance of 0.5 mm ST
segment depression. Am J Cardiol 84:379–85.
Irmalita, Juzar DA, Andrianto, Setianto BY, Tobing DPL, Firman D. 2015. Pedoman
Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi Ketiga. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia.
Jacoby RM, Nesto RW. 1992. Acute Myocardial Infarction in the Diabetic Patient:
Pathophysiology, Clinical Course and Prognosis. J Am CON Card&d 20:736-44)
Jin Eun-Sun, Park Chang-Bum, Kim Dong-Hee, Hwang Hui-Jeong, Cho Jin-Man, et al. 2016.
Comparative clinical implications of admission electrocardiographic findings for patients
with non-ST-segment elevation myocardial infarction. Medicine. 95:37(e4862)
Kappetein AP, Head SJ, Morice MC, Banning AP, Serruys PW, Mohr PW. 2013. Treatment of
complex coronary artery disease in patients with diabetes: 5-year results comparing
outcomes of bypass. European Journal of Cardio-Thoracic Surgery 1–8
Kapur A, Hall RJ, Malik IS, Qureshi AC, Butts J, de Belder M, et al. 2010. Randomized
comparison of percutaneous coronary intervention with coronary artery bypass grafting in
diabetic patients. 1-year results of the CARDia (Coronary Artery Revascularization in
Diabetes) trial. J Am Coll Cardiol 55:432–40.
Kastrati A, Neumann FJ, Mehilli J, Byrne RA, Iijima R, Büttner HJ, et al. 2008. Bivalirudin
versus unfractionated heparin during percutaneous coronary intervention. N Engl J Med
Aug 14; 359(7):688-96.
Kaul P, Fu Y, Chang WC, Harrington RA, Wagner GS, Goodman SG, et al. 2001. Prognostic
value of ST segment depression in acute coronary syndromes: insights from PARAGON-
A applied to GUSTO-IIb. PARAGON-A and GUSTO IIb Investigators. Platelet IIb/IIIa
Antagonism for the Reduction of Acute Global Organization Network. J Am Coll Cardiol
38: 64-71
Kim YG, Park DW, Lee WS, Park GM, Sun BJ, Lee CH, et all. 2012. Influence of Diabetes
Mellitus on Long-Term (Five-Year) Outcomes of Drug-Eluting Stents and Coronary
Artery Bypass Grafting for Multivessel Coronary Revascularization. Am J Cardiol. 109 :
1548-1557
King DE, Mainous AG III, Buchanan TA, et al. 2003. C-reactive protein and glycemic control in
adults with diabetes. Diabetes Care 26:1535–9.
Kuusisto J, Mykkanen L, Pyorala K, Laakso M. 1994. NIDDM and its metabolic control predict
coronary heart disease in elderly subjects. Diabetes 43:960–967.
Langer HF, Gawaz M. Platelet-vessel wall interactions in atherosclerotic disease. 2008. Thromb
Haemost 99:480–486.
Luscher TF, Creager MA, Beckman JA, Cosentino F. 2003. Diabetes and vascular disease:
pathophysiology, clinical consequences, and medical therapy: part II. Circulation
108:1655–1661.
Luna AB. 2007. Electrocardiography normal and abnormal ecg patterns ;electrocardiographic
pattern of ischemia, injury and necrosis. 1st ed. Blackwell Futura
Machecourt J, Danchin N, Lablanche JM, Fauvel JM, Bonnet JL, Marliere S, et al. 2007. Risk
factors for stent thrombosis after implantation of sirolimus-eluting stents in diabetic and
nondiabetic patients: the EVASTENT Matched-Cohort Registry. J Am Coll Cardiol
50:501–8.
Madan P, Elayda MA, Lee VV, Wilson JM. 2008. Predicting major adverse cardiac events after
percutaneous coronary intervention: the Texas Heart Institute risk score. Am Heart J
155:1068–74.
Maile MD, Armstrong WF, Jewell ES. Impact of ejection fraction on infectious, renal, and
respiratory morbidity for patients undergoing noncardiac surgery. J Clin Anesth. 2017
Feb;36:1-9.
Mak KH, Moliterno DJ, Granger CB, Miller DP, White HD, Wilcox RG, et al. 1997. Influence
of diabetes mellitus on clinical outcome in the thrombolytic era of acute myocardial
infarction: GUSTO-I Investigators: Global Utilization of Streptokinase and Tissue
Plasminogen Activator for Occluded Coronary Arteries. J Am Coll Cardiol 30: 171–179.
Malmberg K, Yusuf S, Gerstein HC, Brown J, Zhao F, Hunt D,et al. 2000. Impact of diabetes on
long-term prognosis in patients with unstable angina and non-Q-wave myocardial
infarction: results of the OASIS (Organization to Assess Strategies for Ischemic
Syndromes) Registry. Circulation 102:1014 –1019.
Mehran R, Dangas GD, Kobayashi Y, Lansky AJ, Mintzs GS, Aymong ED, et al. 2004. Short-
and Long-Term Results After Multivessel Stenting in Diabetic Patients. J Am Coll
Cardiol 43: 1348–54
Mehta SR, Granger BD, Boden WE, et al. 2009. Early versus delayed invasive intervention in
acute coronary syndrome. N Engl J Med 360:2165–75
Milojovic M, Head SJ, Paraska CA, Serruys PW, Mohr FW, Morice MW, et al. 2016. Causes of
Death Following PCI Versus CABG in Complex CAD 5-Year Follow-Up of SYNTAX. J
Am Coll Cardiol 67:42–55
Misumida N, Kobayashi A, Fox JT, Hanon S, Schweitzer P, et al. 2016. Predictive Value of ST-
Segment Elevation in Lead aVR for Left Main and/or Three-Vessel Disease in Non-ST-
Segment Elevation Myocardial Infarction. Ann Noninvasive Electrocardiol. Jan;21(1):91-
7. doi: 10.1111/anec.12272. Epub 2015 Apr 17.
Moise A, Theroux P, Taeymans Y, et al. 1984. Clinical and angiographic factors associated with
progression of coronary artery disease. J Am Coll Cardiol 3:659–67.
Moreno PR, Murcia AM, Palacios IF, et al. 2000. Coronary composition and macrophage
infiltration in atherectomy specimens from patients with diabetes mellitus. Circulation
102:2180–4.
Morgan KP, Kapur A, Beat KJ. 2004. Anatomy of coronary disease in diabetic patients: an
explanation for poorer outcomes after percutaneous coronary intervention and potential
target for intervention. Heart 90:732–738.
Mozaffarian D, Benjamin EJ, Go AS et al. 2015. Heart disease and stroke statistics—2015
update: a report from the American Heart Association. Circulation 131:e29–e322
Mulukutla SR, Vlachos HA, Marroquin OC, Selzer F, Holper EM, Abbott JD, et al. 2008. Impact
of drug-eluting stents among insulin-treated diabetic patients: a report from the National
Heart, Lung and Blood Institute Dynamic Registry. JACC Cardiovasc Interv 1:139–147.
Muller JE, Ludmer PL, Willich SN, Tofler GH, Aylmer G, Klangos I, et al. 1987. Circadian
variation in the frequency of sudden cardiac death. Circulation 75, No. 1, 131-138, Natali
Newman JD, Schwartzbard AZ, Weintraub HS, Goldberg IJ, 2017. Berger JS. Primary
Prevention of Cardiovascular Disease in Diabetes Mellitus. J Am Coll Cardiol 70:883–93
Nichols GA, Hillier TA, Erbey JR, Brown JB. 2001. Congestive heart failure in type 2 diabetes:
prevalence, incidence, and risk factors. Diabetes Care 24:1614–1619.
O’Donoghue ML, Vaidya A, Afsal R, Alfredsson J, Boden WE, Braunwald E et al. 2012. An
invasive or conservative strategy in patients with diabetes mellitus and non-ST-segment
elevation acute coronary syndromes: a collaborative meta-analysis of randomized trials. J
Am Coll Cardiol 60(2):106–111.
Palmerini T, Dangas G, Mehran R, Caixeta A, Généreux P, Fahy MP, et al. 2011. Predictors and
implications of stent thrombosis in non-ST-segment elevation acute coronary syndromes:
the ACUITY Trial. Circ Cardiovasc Interv 4:577–84.
Pendyala LK, Loh JP, Kitabata H, Minha S, Torguson R, Chen F, et al. 2014. The impact of
diabetes mellitus on long-term clinical outcomes after percutaneous coronary saphenous
vein graft interventions in the drug eluting stent era. J Interv Cardiol 27:391–8
Peterson PN, Spertus JA, Magid DJ, Masoudi FA, Reid K, Hamman RF. 2006. The impact of
diabetes on one-year health status outcomes following acute coronary syndromes. BMC
Cardiovascular Disorders 6:41.
Roffi M, Chew DP, Mukherjee D, Bhatt DL, White JA, Heeschen C,et al. 2001. Platelet
glycoprotein IIb/IIIa inhibitors reduce mortality in diabetic patients with non-ST-
segment-elevation acute coronary syndromes. Circulation 04:2767–2771.
Roffi M, Topol EJ. 2004. Percutaneous coronary intervention in diabetic patients with non-ST-
segment elevation acute coronary syndromes. Eur Heart J 25:190 –198.
Roffi M, Patrono C, Collet JP, Valgimigli M, Mueller C, Andreotti F, et al. 2015. "ESC
guidelines for the management of acute coronary syndromes in patients presenting
without persistent ST-segment elevation." European Heart Journal.
Roger VL, Go AS, Lloyd-Jones DM, et al. 2012. Heart disease and stroke statistics — 2012
update: a report from the American Heart Association. Circulation 125(1): e2-e220.
Ryde´n L, Grant PJ, Anker SD , Berne C , Cosentino F, Danchin N, et al. 2013. Guidelines on
diabetes, pre-diabetes, and cardiovascular diseases developed in collaboration with the
EASD. European Heart Journal 34, 3035–3087
Sarak B, Goodman SG, Yan RT, Tan MK, Steg PG, Tan NS, et all. 2016. Prognostic value of
dynamic electrocardiographic T wave changes in non-ST elevation acute coronary
syndrome. Heart.
Savonitto S, Cohen MG, Politi A, Hudson MP, Kong DF, Huang Y, et al. 2005. Extent of ST-
segment depression and cardiac events in non-ST-segment elevation acute coronary
syndromes. Eur Heart J 26: 2106-2113.
Sardella G, Lucisano L, Garbo R, Pennacchi M, Cavallo E, Stio RE, et al. 2016. Single
StagedComparedWithMulti-Staged PCI in Multivessel NSTEMI Patients. The SMILE
Trial. J Am Coll Cardiol 67:264–72
Solomon DH, Ganz DA, Avorn J, Glynn RJ, Knight EL, Gibson CM, et al. 2002. Which patients
with unstable angina or non- Q-wave myocardial infarction should have immediate
cardiac catheterization? A clinical decision rule for predicting who will fail medical
therapy. J Clin Epidemiol 55: 121-128.
Soto GE, Jones P, Weintraub WS, Krumholz HM, Spertus JA. 2004. Prognostic Value of Health
Status in Patients With Heart Failure After Acute Myocardial Infarction. Circulation
110:546-551.
Spertus JA, Jones P, McDonell M, Fan V, Fihn SD. 2002. Health status predicts long-term
outcome in outpatients with coronary disease. Circulation 106:43-49
Stratmann B, Tschoepe D. 2005. Pathobiology and cell interactions of platelets in diabetes. Diab
Vasc Dis Res 2:16 –23.
Stuckey TD, Stone GW, Cox DA, Tcheng JE, Garcia E, Carroll J, et al. 2005. CADILLAC
Investigators. Impact of stenting and abciximab in patients with diabetes mellitus
undergoing primary angioplasty in acute myocardial infarction (the CADILLAC trial).
Am J Cardiol 95:1–7.
Taniwaki M, Stefanini GG, Silber S, Richardt G, Vranckx P, Serruys PW, et al. 2014. 4-year
clinical outcomes and predictors of repeat revascularization in patients treated with new-
Thiele H, Rach J, Klein N, Pfeiffer D, Hartmann A, Hambrecht R, et al. 2012. Optimal timing of
invasive angiography in stable non-ST-elevation myocardial infarction: the Leipzig
Immediate versus early and late PercutaneouS coronary Intervention triAl in NSTEMI
(LIPSIA-NSTEMI Trial). Eur Heart J Aug; 33(16):2035-43.
Tsai I, Wang CP, Lu YC, Hung WC, Wu CC, Lu F, et al. 2017. The burden of major adverse
cardiac events in patients with coronary artery disease. BMC Cardiovascular Disorders
17:1
Vlaar PJ, Mahmoud KD, Holmes DR Jr, van Valkenhoef G, Hillege HL, van der Horst IC, et al.
2011. Culprit vessel only versus multivessel and staged percutaneous coronary
intervention for multivessel disease inpatients presenting with STsegment elevation
myocardial infarction: a pairwise and network meta-analysis. J Am Coll Cardiol. Aug
9;58(7):692-703.
Vigorita VJ, Moore GW, Hutchins GM. 1980. Absence of correlation between coronary arterial
atherosclerosis and severity or duration of diabetes mellitus of adult onset. Am J Cardiol
46:535–42.
Vinik AI, Erbas T, Park TS, Nolan R, Pittenger GL. 2001. Platelet dysfunction in type 2
diabetes. Diabetes Care 24:1476 –1485.
Waldecker B, Waas W, Haberbosch W, et al. 1999. Type 2 diabetes and acute myocardial
infarction: angiographic findings and results of an invasive therapeutic approach in type 2
diabetic versus nondiabetic patients. Diabetes Care 22:1832–8.
Windecker S, Kohl P, Alfonso F, Collet JP, Cremmer J. Falk V, et al. 2014. ESC/EACTS
Guidelines onmyocardial revascularization The Task Force on Myocardial
Revascularization of the European Society of Cardiology (ESC) and the European
Association for Cardio-Thoracic Surgery (EACTS). European Heart Journal
Windhausen F, Hirsch A, Tijssen JG, Cornel JH, Verheugt FW, Klees MI, et al. 2007. ST-
segment deviation on the admission electrocardiogram, treatment strategy, and outcome
in non-STelevation acute coronary syndromes A substudy of the Invasive versus
Conservative Treatment in Unstable coronary Syndromes (ICTUS) Trial. J
Electrocardiol 40: 408-415.
Wiviott SD, Braunwald E, Angiolillo DJ, Meisel S, Dalby AJ, Verheugt FW, et al. 2008.
Investigators T-T. Greater clinical benefit of more intensive oral antiplatelet therapy with
prasugrel in patients with diabetes mellitus in the trial to assess improvement in
therapeutic outcomes by optimizing platelet inhibition with prasugrel-Thrombolysis in
Myocardial Infarction 38. Circulation 118(16):1626–1636.
Wu T, Wang L. 2003. Angiographic characteristics of the coronary artery in patients with type 2
diabetes. Exp Clin Cardiol 7(4):199-200.
Yu X, He J, Luo Y, Yuan F, Song X, Gao Y, et al. 2015. Influence of diabetes mellitus on long-
term outcomes of patients with unprotected left main coronary artery disease treated with
either drug-eluting stents or coronary artery bypass grafting. Int Heart J 56:43–8.
Yusuf S, Zhao F, Mehta SR, Chrolavicius S, Tognoni G, Fox KK. 2001. Clopidogrel in Unstable
Angina to Prevent Recurrent Events Trial Investigators. Effects of clopidogrel in addition
to aspirin in patients with acute coronary syndromes without ST-segment elevation. N
Engl J Med 345:494 –502.
Zimetbaum PJ, Josephson ME. 2003. Use of Electrocardiogram in Acute Myocardial Infarction.
The New England Journal of Medicine 348:933-40.
Formulir Tesis
No. Formulir Reg/ MR :
Tanggal MRS :
Rumah sakit :
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien :______________________________________________________ (L / P)
Umur :________ thn. Tanggal lahir : ________/ ________/ ________/ (DD/MM/YY)
No. Telp/HP :
Suku :_________________ Pekerjaan : ________________ ______________
Alamat : _______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
BMI :
TB : _____cm BB : _____kg Lingk.Pinggang(cm): _______ ____________
Diagnosis masuk : _______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
Faktor Resiko
4
Hipertensi : 0. Tidak 1. Ada (……thn) DM : 0. Tidak 1. Ada (……thn)
Dislipidemia : 0. Tidak 1. Ada (……thn) Merokok : 0. Tidak 1. Ada (……thn)
Riwayat Keluarga PJK : 0.Tidak 1. Ada (ayah/ibu)
7 Laboratorium
Hb :…..… Ht :……… Leukosit :……… Tromb :……… Lymphosit :………
Neutrofil : ……… KGDN :……… KGD2jPP :……… GDS :……… HbA1C :………
HsCRP :……… BNP :………. Ureum :………. Kreatinin :……… as Urat :………
Kolesterol Total :……… Na :…… K :……… Cl:………
LDL :………. HDL :……… Trigliserida :………
8 Ekokardiografi FEVK :
9 SKOR GRACE 1. LOW 2. INTERMEDIATE 3. HIGH NILAI :
10 SKOR TIMI 1. LOW 2. INTERMEDIATE 3. HIGH NIL AI :
11 Kateterisasi
Diagnostik 0. Tidak 1Ada
LM 0. (N) 1. stenosis < 70% 2. Stenosis ≥ 70% 3. Total Oklusi
LAD 0. (N) 1. stenosis < 70% 2. Stenosis ≥ 70% 3. Total Oklusi
LCx 0. (N) 1. stenosis < 70% 2. Stenosis ≥ 70% 3. Total Oklusi
RCA 0. (N) 1. stenosis < 70% 2. Stenosis ≥ 70% 3.
otal Oklusi
3VD 0. TIDAK 1. Ya
I. KETERANGAN PERORANGAN
a. Nama Lengkap : dr. Marwan Nasri
b. NIM : 127041113
c. Tempat/Tanggal Lahir : Belawan / 7 Desember 1984
d. Jenis kelamin : Pria
e. Bangsa : Indonesia
f. Agama : Islam
g. Status Perkawinan : Menikah
h. Tempat Tinggal : Jln. HM Joni Asrama Polisi Pasar Merah Blok C No.6
Medan
i. Email/No.HP : mmc.marwan@gmail.com/ 081397778444
II. PENDIDIKAN
a. SD Negeri 060966 Belawan ( 1990-1996 )
b. SMP Negeri 5 Medan (1996 -1999 )
c. SMA Negeri 1 Plus Matauli Pandan Kab. Tapanuli Tengah (1999 – 2002 )
d. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan (2002-2008)
e. Pendidikan PPDS Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara : Juli
2013 – hingga saat ini