SKRIPSI
Oleh :
ANDREY PARHUSIP
170100185
SKRIPSI
Oleh :
ANDREY PARHUSIP
170100185
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang
Penyakit Hipertensi Pada Mahasiswa
Stambuk 2019 Di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Nama mahasiswa : Andrey Parhusip
Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 170100185
Program Studi : Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sumatera Utara.
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Komisi Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dosen Pembimbing
dr. Teuku Bob Haykal, M.Ked(Cardio), Sp.JP(K), FIHA. dr. Fathia Meirina, M.Ked(Ped), Sp.A.
NIP. 198507202012121001 NIP. 198405282014042001
PERNYATAAN
Andrey Parhusip
NIM. 170100185
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya yang selalu menyertai penulis sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik. Karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Gambaran Tingkat
Pengetahuan Tentang Penyakit Hipertensi Pada Mahasiswa Stambuk 2019 Di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara” merupakan salah satu syarat
penulis agar mendapatkan gelar sarjana kedokteran pada program studi Pendidikan
Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, penulis mendapat dukungan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara beserta jajaran.
3. dr. Cut Aryfa Andra, M.Ked(Cardio), Sp.JP(K), FIHA, FAsCC selaku
dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak memberikan bantuan,
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis mulai
dari awal penentuan judul hingga terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
4. dr. Teuku Bob Haykal, M.Ked(Cardio), Sp.JP(K), FIHA selaku ketua
penguji dan dr. Fathia Meirina, M.Ked(Ped), Sp.A selaku anggota penguji
yang telah memberikan saran dan masukan yang berarti agar penelitian ini
mendapatkan hasil yang terbaik.
5. Guru terbaik penulis, Prof. dr. H. T. Bahri Anwar Djohan, Sp.JP(K), FIHA,
FAsCC yang selalu memberikan dukungan, nasehat dan motivasi yang
sangat berarti bagi penulis.
6. Dr. dr. Imelda Rey, M.Ked(PD), Sp.PD, KGEH, FINASIM selaku dosen
penasehat akademik penulis yang telah memberikan nasehat dan motivasi
dalam menjalani perkuliahan.
7. Staf Medical Education Unit (MEU) dan Subbagian Pendidikan FK USU
yang telah membantu dalam proses perizinan dan pengumpulan data.
Andrey Parhusip
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan................................................................................................ i
Pernyataan. .............................................................................................................. ii
Kata Pengantar. ...................................................................................................... iii
Daftar Isi .................................................................................................................. v
Daftar Gambar ...................................................................................................... viii
Daftar Tabel............................................................................................................ ix
Daftar Singkatan...................................................................................................... x
Abstrak. ................................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................ 4
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................... 4
1.4 Manfaat penelitian.................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
2.1 Tekanan Darah ......................................................................................... 5
2.1.1 Definisi Tekanan Darah.................................................................... 5
2.1.2 Pengukuran Tekanan Darah.............................................................. 6
2.1.3 Fisiologi Tekanan Darah................................................................... 7
2.2 Hipertensi ............................................................................................... 13
2.2.1 Definisi Hipertensi ......................................................................... 13
2.2.2 Klasifikasi hipertensi...................................................................... 14
2.2.3 Patofisiologi Hipertensi.................................................................. 17
2.2.4 Faktor Risiko Hipertensi ................................................................ 23
2.2.5 Diagnosis Hipertensi ...................................................................... 24
2.2.6 Komplikasi Hipertensi.................................................................... 26
2.2.7 Tatalaksana Hipetensi..................................................................... 26
2.3 Pengetahuan ........................................................................................... 31
2.3.1 Definisi Pengetahuan...................................................................... 31
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Definisi dan klasifikasi tingkat tekanan darah kantor. ................................ 13
2.2 Definisi hipertensi berdasarkan tingkat tekanan darah
dikantor, rawat jalan, dan rumah. .............................................................. 14
2.3 Penilaian HMOD ....................................................................................... 25
3.1 Definisi operasional................................................................................... 42
4.1 Distribusi fekuensi responden berdasarkan usia ........................................ 43
4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin........................ 44
4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sumber informasi.................. 44
4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jalur masuk
perguruan tinggi......................................................................................... 44
4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan. ............ 44
4.6 Tingkat pengetahuan tentang penyakit hipertensi berdasarkan
usia pada mahasiswa stambuk 2019 di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara ....................................................................... 45
4.7 Tingkat pengetahuan tentang penyakit hipertensi berdasarkan
jenis kelamin pada mahasiswa stambuk 2019 di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara ....................................................................... 45
4.8 Tingkat pengetahuan tentang penyakit hipertensi berdasarkan
sumber informasi pada mahasiswa stambuk 2019 di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.................................................... 46
4.9 Tingkat pengetahuan tentang penyakit hipertensi berdasarkan jalur
masuk perguruan tinggi pada mahasiswa stambuk 2019 di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.................................................... 47
DAFTAR SINGKATAN
ABSTRAK
Latar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah
kesehatan penting di seluruh dunia karena prevalensinya yang tinggi dan terus meningkat.
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah mengalami kenaikan baik sistolik maupun
diastolik Di Indonesia, prevalensi hipertensi pada tahun 2018 sebesar 34,1%, tetapi yang
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar 8,4% dan riwayat minum obat hanya sebesar 8,8%.
Selain kesadaran masyarakat, kurangnya pengetahuan mahasiswa kedokteran mengenai penyakit
hipertensi dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tidak tercapainya pencegahan primer
terhadap penyakit hipertensi. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang penyakit
hipertensi pada mahasiswa stambuk 2019 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Metode Penelitian: Rancangan penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif sederhana.
Desain penelitian ini tidak melakukan intervensi dari peneliti. Hasil: Dari hasil penelitian, dari 245
orang, didapatkan 69 (28,2%) orang memiliki pengetahuan baik, 126 (51,4%) orang memiliki
pengetahuan cukup, dan 50 (20,4%) orang memiliki pengetahuan kurang. Kesimpulan: Secara
keseluruhan, tingkat pengetahuan responden tentang penyakit hipertensi dikategorikan
pengetahuan cukup.
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia karena prevalensinya yang tinggi dan terus meningkat.
Hipertensi berhubungan dengan beberapa penyakit seperti penyakit kardiovaskular,
stroke, retinopati, penyakit ginjal dan penyakit lainnya. Hipertensi menjadi faktor
risiko ketiga terbesar penyebab kematian dini. (Fitri, 2015)
Data WHO 2015 menunjukkan bahwa sekitar 1,13 miliar individu di dunia
menderita hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi.
Prevalensi hipertensi diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 1,5
miliar individu pada tahun 2025, dengan angka kematian mencapai 9,4 juta
individu. (Adrian & Tommy, 2019)
WHO menyebutkan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring
dengan jumlah penduduk yang bertambah pada 2025 mendatang diperkirakan
sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi. WHO menyebutkan negara ekonomi
berkembang memiliki penderita hipertensi sebesar 40% sedangkan negara maju
hanya 35%, kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi, yaitu
sebesar 40%. Kawasan Amerika sebesar 35% dan Asia Tenggara 36%. Kawasan
Asia penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini
menandakan satu dari tiga orang menderita hipertensi. (Praeni, 2019)
Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 34,1%, yang
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar 8,4% dan riwayat minum obat hanya
sebesar 8,8%. Angka prevalensi tertinggi di Indonesia ditemukan di Kalimantan
Selatan (44,13%), diikuti Jawa Barat (39,60%), Kalimantan Timur (39,30%) dan
Jawa Tengah (37,57%). (Riskesdas, 2018; Praeni, 2019)
Prevalensi penderita hipertensi di provinsi Sumatera Utara tahun 2018 sebesar
29,19% dan angka tersebut meningkat dari tahun 2007 dan 2013. Angka prevalensi
1
Universitas Sumatera Utara
2
hipertensi yang didiagnosis dokter sebesar 5,52% dan yang minum obat anti
hipertensi sebesar 6,07%. Berdasarkan angka tersebut, masih banyak masyarakat
yang belum terdiagnosis oleh dokter dan yang minum obat anti hipertensi.
(Riskesdas Provinsi Sumatera Utara, 2018)
Berdasarkan kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara angka tertinggi
hipertensi berada di Kabupaten Karo yaitu sebesar 45,49% dan diikuti oleh
Kabupaten Tapanuli Utara sebesar 41,02%, diikuti oleh Kabupaten Samosir
38,99%, Kabupaten Humbang Hasundutan 37,69% dan Kabupaten Dairi sebesar
37,30%. Sedangkan, prevalesi hipertensi di Kota Medan sebesar 25,21%.
(Riskesdas Provinsi Sumatera Utara, 2018)
Kriteria klinis untuk mendefinisikan hipertensi umumnya didasarkan pada rata-
rata minimal dua pengukuran tekanan darah selama kunjungan rawat jalan.
Tekanan darah dibedakan menjadi tekanan darah normal, prehipertensi, hipertensi
(derajat I, II, dan III), dan hipertensi sistolik terisolasi yang sering terjadi pada usia
tua. (Jameson et al., 2018)
Faktor risiko hipertensi dibagi menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi
dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi termasuk
diet yang tidak sehat (konsumsi garam berlebihan, diet tinggi lemak jenuh dan
lemak trans, asupan buah dan sayuran yang rendah), aktivitas fisik yang kurang,
konsumsi tembakau dan alkohol, dan kelebihan berat badan atau obesitas. Faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi termasuk riwayat keluarga dengan hipertensi,
usia di atas 65 tahun dan penyakit yang ada bersama seperti diabetes atau penyakit
ginjal. (WHO, 2019)
Sebanyak 80-95% dari pasien hipertensi didiagnosis memiliki hipertensi
primer, atau esensial. Pada 5-20% pasien hipertensi, gangguan mendasar yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah dapat diidentifikasi. Pada individu
dengan hipertensi sekunder, mekanisme spesifik untuk peningkatan tekanan darah
sering lebih jelas. (Jameson et al., 2018)
Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tidak menunjukkan
tanda dan gejala. Gejala biasanya timbul setelah 20 tahun terdiagnosis hipertensi
dan baru diketahui apabila sudah terjadi komplikasi pada organ tubuh seperti
jantung, ginjal, otak dan mata. Hal tersebut menyebabkan pengobatan hipertensi
terlambat dan dapat mengurangi angka harapan hidup karena kelemahan fungsi
organ-organ tersebut dapat mengakibatkan kecacatan bahkan kematian. Hipertensi
juga dapat menambah beban ekonomi dan mengurangi kesejahteraan baik di tingkat
rumah tangga hingga nasional. (Oktaviarini et al., 2019)
Berdasarkan uraian di atas, dalam mengatasi permasalah hipertensi diperlukan
kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit hipertensi. Sebagai calon tenaga
medis, mahasiswa kedokteran harus memiliki pengetahuan tentang penyakit
hipertensi, sehingga mampu dalam melakukan edukasi, penegakan diagnosis, dan
penatalaksanaan yang tepat pada penyakit hipertensi. Jika pencegahan yang
dilakukan belum maksimal, seorang dokter harus bisa mendiagnosis penyakit
hipertensi dan memberikan tatalaksana yang tepat.
Berdasarkan SKDI, hipertensi esensial merupakan kompetensi 4A yang artinya
lulusan dokter umum harus mampu mendiagnosis secara klinis dan memberikan
tatalaksana sampai tuntas. Sedangkan hipertensi sekunder merupakan kompetensi
3A yang artinya lulusan dokter umum harus mampu mendiagnosis secara klinis dan
memberikan tatalaksana awal untuk kasus yang bukan gawat darurat dan mampu
menentukan rujukan yang tepat untuk kasus tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini
dilaksanakan untuk mendapatkan hasil berupa gambaran pengetahuan tentang
penyakit hipertensi pada mahasiswa stambuk 2019 di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding
pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung dalam pembuluh dan
daya regang, atau distensibilitas, dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh
tersebut diregangkan). Tekanan maksimal yang ditimbulkan pada arteri sewaktu
darah disemprotkan ke dalam pembuluh tersebut selama sistol, tekanan sistol, rerata
adalah 120 mmHg. Tekanan minimal di dalam arteri ketika darah mengalir keluar
menuju ke pembuluh yang lebih kecil di hilir sewaktu diastol, tekanan diastol, rerata
adalah 80 mmHg. (Sherwood, 2016)
Tekanan sistolik adalah tekanan puncak yang ditimbulkan pada arteri ketika
darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut sewaktu sistolik ventrikel. Tekanan
diastolik adalah tekanan terendah yang ditimbulkan pada arteri ketika darah
mengalir keluar darinya ke pembuluh di hilir sewaktu diastolik ventrikel. Tekanan
nadi adalah perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan rerata adalah
tekanan rata-rata di sepanjang siklus jantung. (Sherwood, 2016)
Perubahan tekanan arteri sepanjang siklus jantung dapat diukur secara langsung
dengan menghubungkan sesuatu alat pengukur tekanan ke jarum yang dimasukkan
ke sebuah arteri. Namun, tekanan dapat diukur secara tidak langsung dengan lebih
mudah dan cukup akurat dengan sfigmomanometer, suatu manset yang dapat
kembungkan dan dipasang secara eksternal ke pengukur tekanan. Ketika maset
dilingkarkan dengan udara, tekanan manset disalurkan melalui jaringan ke arteri
brakialis di bawahnya, pembuluh utama yang membawa darah ke lengan bawah.
(Sherwood, 2016)
Gambar 2.2 Aliran darah melalui arteri brakialis dalam hubungannya dengan tekanan maset dan
bunyi.
(Sherwood, 2011)
Metode auskultasi untuk menentukan tekanan arteri sistolik dan diastolik.
Stetoskop ditempatkan di atas arteri antekubital dan manset tekanan darah
meningkat di sekitar lengan atas. Selama manset terus menekan lengan dengan
tekanan yang terlalu sedikit untuk menutup arteri brakialis, tidak ada suara yang
terdengar dari arteri antekubital dengan stetoskop. Namun, ketika tekanan manset
cukup besar untuk menutup arteri selama bagian dari siklus tekanan arteri, suara
kemudian terdengar dengan setiap denyut nadi. Suara-suara ini disebut suara
Korotkoff, dinamai Nikolai Korotkoff, seorang dokter Rusia yang menemukannya
pada tahun 1905. (Guyton & Hall, 2011)
Suara Korotkoff disebabkan oleh pengaliran darah melalui pembuluh yang
tersumbat sebagian dan oleh getaran dinding pembuluh. Dalam menentukan
tekanan darah dengan metode auskultasi, tekanan pada manset pertama kali
dinaikkan jauh di atas tekanan sistolik arteri. Selama tekanan manset ini lebih tinggi
dari tekanan sistolik, arteri brakialis tetap kolaps sehingga tidak ada darah yang
mengalir ke dalam arteri yang lebih rendah. Oleh sebab itu, tidak ada suara
Korotkoff yang terdengar di arteri bagian bawah. (Guyton & Hall, 2011)
Kemudian tekanan manset secara bertahap berkurang. Segera setelah tekanan
dalam manset turun di bawah tekanan sistolik, darah mulai menyelinap melalui
arteri di bawah manset selama puncak tekanan sistolik, dan seseorang mulai
mendengar suara ketukan dari antecubital. Segera setelah bunyi-bunyi ini mulai
terdengar, tingkat tekanan yang ditunjukkan oleh manometer yang terhubung ke
manset hampir sama dengan tekanan sistolik. Ketika tekanan pada manset lebih
rendah lagi, suara Korotkoff berubah dalam kualitas, memiliki kualitas penyadapan
yang lebih sedikit dan kualitas ritmis dan lebih kasar. Kemudian, akhirnya, ketika
tekanan pada manset jatuh di dekat tekanan diastolik, bunyi tiba-tiba berubah
menjadi kualitas yang teredam. (Guyton & Hall, 2011)
Ketika bunyi Korotkoff berubah menjadi kualitas teredam dan tekanan ini
hampir sama dengan tekanan diastolik, meskipun sedikit melebihi tekanan diastolik
yang diukur dengan kateter intraarteri langsung. Ketika tekanan manset turun
beberapa mmHg lebih jauh, arteri tidak lagi menutup selama diastole, yang berarti
bahwa faktor dasar yang menyebabkan bunyi (pengaliran darah melalui arteri yang
diperas) tidak lagi ada. Oleh sebab itu, suaranya hilang sepenuhnya. (Guyton &
Hall, 2011)
Tekanan arteri rerata bergantung pada curah jantung dan resistensi perifer total.
Curah jantung bergantung pada kecepatan jantung dan isi sekuncup. Kecepatan
denyut jantung bergantung pada keseimbangan relatif aktivitas parasimpatis yang
menurunkan kecepatan jantung, dan aktivitas simpatis (termasuk epinefrin dalam
seluruh pembahasan ini) yang meningkatkan kecepatan jantung. Isi sekuncup
meningkat sebagai respon terhadap aktivitas saraf simpatis (kontrol ekstrinsik isi
sekuncup). Isi sekuncup juga meningkat jika aliran darah balik vena meningkat
(kontrol intrinsik isi sekuncup sesuai hukum Frank-Starling jantung). Aliran balik
vena ditingkatkan oleh vasokonstriksi vena yang diinduksi oleh saraf simpatis,
pompa otot rangka, pompa pernafasan, dan pengisapan jantung. (Sherwood, 2016)
Volume darah sirkulasi efektif juga mempengaruhi seberapa banyak darah
dikembalikan ke jantung. Volume darah bergantung dalam jangka-pendek pada
ukuran perpindahan cairan bulk-flow pasif antara plasma dan cairan interstisium
menembus dinding kapiler. Dalam jangka-panjang, volume darah bergantung pada
keseimbangan garam dan air yang secara hormonal dikontrol masing-masing oleh
sistem renin-angiotensin-aldosteron dan vasopresin.
Penentu utama lain tekanan darah arteri rerata, resistensi perifer total,
bergantung pada jari-jari semua arteriol serta kekentalan darah. Faktor utama yang
menentukan kekentalan darah adalah jumlah sel darah merah. Namun, jari-jari
arteriol adalah faktor yang lebih penting dalam menentukan resistensi perifer total.
Jari-jari arteriol dipengaruhi oleh kontrol metabolik lokal (intrinsik) yang
menyamakan aliran darah dengan kebutuhan metabolik. Sebagai contoh, perubahan
lokal yang terjadi di otot-otot rangka yang aktif menyebabkan vasodilatasi arteriol
lokal dan peningkatan aliran darah ke otot-otot tersebut. Jari-jari arteriol juga
dipengaruhi oleh aktivitas simpatis, suatu mekanisme kontrol ekstrinsik yang
menyebabkan vasokontriksi arteriol untuk meningkatkan resistensi perifer total dan
tekanan arteri rerata. Jari-jari arteriol juga dipengaruhi secara ekstrinsik oleh
hormon vasopresin dan angiotensin II, yaitu vasokonstriktor poten serta penting
dalam keseimbangan garam dan air. (Sherwood, 2016)
Regulasi saraf terhadap tekanan darah terdiri dari:
Sistem saraf mengatur tekanan darah melalui loop umpan balik negatif yang
terjadi sebagai dua jenis refleks: refleks baroreseptor dan refleks kemoreseptor.
baroreseptor, reseptor sensorik tekanan sensitif, terletak di aorta, arteri karotis
internal (arteri di leher yang memasok darah ke otak), dan arteri besar lainnya di
leher dan dada. Mereka mengirim impuls ke pusat kardiovaskular untuk membantu
mengatur tekanan darah. Dua refleks baroreseptor yang paling penting adalah
refleks sinus karotis dan refleks aorta. (Tortora & Derrickson, 2009)
Refleks baroreseptor.
Baroreseptor di dinding sinus karotid memulai refleks sinus karotis, yang
membantu mengatur tekanan darah di otak. Sinus karotis adalah pelebaran kecil
arteri karotis internal kanan dan kiri tepat di atas titik di mana mereka bercabang
dari arteri karotis umum (Gambar 2.4). Tekanan darah meregangkan dinding sinus
karotis, yang menstimulasi baroreseptor. Impuls saraf merambat dari baroreseptor
sinus karotis ke akson sensorik di saraf glossopharyngeal (N. IX) ke pusat
kardiovaskular di medula oblongata. Baroreseptor di dinding aorta ascenden dan
lengkung aorta memulai refleks aorta, yang mengatur tekanan darah sistemik.
Impuls saraf dari baroreseptor aorta mencapai pusat kardiovaskular melalui akson
sensoris dari saraf vagus (N. X). (Tortora & Derrickson, 2009)
Ketika tekanan darah turun, baroreseptor berkurang sedikit, dan mereka
mengirim impuls saraf dengan kecepatan lebih lambat ke pusat kardiovaskular.
Sebagai tanggapan, pusat CV mengurangi stimulasi parasimpatis jantung dengan
cara akson motorik saraf vagus dan meningkatkan stimulasi simpatis jantung
melalui saraf akselerator jantung. Konsekuensi lain dari peningkatan stimulasi
simpatis adalah peningkatan sekresi epinefrin dan norepinefrin oleh medula
adrenal. Ketika jantung berdetak lebih cepat dan lebih kuat, dan ketika resistensi
vaskular sistemik meningkat, output jantung dan resistensi vaskular sistemik
meningkat, dan tekanan darah meningkat ke tingkat normal. (Tortora & Derrickson,
2009)
Sebaliknya, ketika peningkatan tekanan terdeteksi, baroreseptor mengirim
impuls dengan kecepatan lebih cepat. Pusat CV merespons dengan meningkatkan
stimulasi parasimpatis dan mengurangi stimulasi simpatis. Penurunan denyut
jantung dan kekuatan kontraksi yang terjadi menurunkan curah jantung. Pusat
kardiovaskular juga memperlambat laju pengiriman impuls simpatis di sepanjang
neuron vasomotor yang biasanya menyebabkan vasokonstriksi. Vasodilatasi yang
dihasilkan menurunkan resistensi vaskular sistemik. Penurunan curah jantung dan
penurunan resistensi pembuluh darah sistemik menurunkan tekanan darah arteri
sistemik ketingkat normal. (Tortora & Derrickson, 2009)
Gambar 2.4 Sistem saraf otonom persarafan jantung dan refleks baroreseptor yang membantu
mengatur tekanan darah.
(Tortora & Derrickson, 2009)
Refleks kemoreseptor.
Kemoreseptor, reseptor sensorik yang memantau bahan kimia komposisi darah,
terletak dekat dengan baroreseptor sinus karotid dan lengkung aorta dalam struktur
kecil yang disebut badan karotis dan badan aorta. Kemoreseptor ini mendeteksi
perubahan kadar O2, CO2, dan H dalam darah. Hipoksia (menurunkan ketersediaan
O2), asidosis (peningkatan konsentrasi H), atau hiperkapnia (kelebihan CO2)
merangsang kemoreseptor untuk mengirim impuls ke pusat kardiovaskular.
Sebagai tanggapan, pusat CV meningkatkan stimulasi simpatis pada arteriol dan
vena, menghasilkan vasokonstriksi dan peningkatan tekanan darah. Kemoreseptor
ini juga memberikan input ke pusat pernapasan di batang otak untuk menyesuaikan
laju pernapasan. (Tortora & Derrickson, 2009)
Regulasi hormonal terhadap tekanan darah terdiri dari:
Beberapa hormon membantu mengatur tekanan darah dan aliran darah dengan
mengubah curah jantung, mengubah resistensi vaskular sistemik, atau
menyesuaikan volume darah total:
Sistem Renin-Angiotensin-Aldosterone (RAA).
Ketika volume darah turun atau aliran darah ke ginjal berkurang, sel-sel juxta-
glomerular di ginjal mengeluarkan renin ke dalam aliran darah. Secara berurutan,
darah. Karena alasan ini ADH juga disebut vasopresin. (Tortora & Derrickson,
2009)
Atrial Natriuretic Peptide (ANP).
Disekresi oleh sel-sel di atrium jantung, ANP menurunkan tekanan darah
dengan menyebabkan vasodilasi dan dengan menyebabkan hilangnya garam dan
air dalam urin, yang mengurangi volume darah. (Tortora & Derrickson, 2009)
2.2 HIPERTENSI
Seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang
berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar
penentuan diagnosis hipertensi. Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi
pada seseorang merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi.
(PERKI, 2015)
Tabel 2.1 Definisi dan klasifikasi tingkat tekanan darah kantor (mmHg).
(ESC, 2013; PERHI, 2019)
Kategori TDS TDD
Optimal <120 mmHg Dan/atau < 80 mmHg
Normal 120-129 mmHg Dan/atau 80-84 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg Dan/atau 85-89 mmHg
Hipertensi Derajat 1 140-159 mmHg Dan/atau 90-99 mmHg
Hipertensi derajat 2 160-179 mmHg Dan/atau 100-109 mmHg
Hipertensi derajat 3 ≥ 180 mmHg Dan/atau ≥ 110 mmHg
Hipertensi sistolik ≥ 140 mmHg Dan/atau < 90 mmHg
terisolasi
Tabel 2.2 Definisi hipertensi berdasarkan tingkat tekanan darah di kantor, rawat jalan, dan rumah.
(ESC, 2018)
Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik
(mmHg) (mmHg)
Tekanan darah kantor ≥ 140 Dan/atau ≥ 90
Tekanan darah rawat jalan
Rata-rata siang hari ≥ 135 Dan/atau ≥ 85
(terjaga)
Rata -rata waktu Malam ≥ 120 Dan/atau ≥ 70
(tidur)
Rata-rata 24 jam ≥ 130 Dan/atau ≥ 80
Rata-rata tekanan darah di ≥ 135 Dan/atau ≥ 85
rumah
o Diet yang kurang mengandung buah, sayuran, dan produk susu (yaitu,
rendah K+ dan Ca2+)
o Kelainan membran plasma misalnya gangguan Na+-K+
o Kelainan pada NO, endotelin, dan bahan kimia vasoaktif yang bekerja lokal
lainnya
o Kelebihan vasopresin
kesadaran otak, akan tetapi terjadi secara otomatis sesuai siklus sikardian.
(Yogiantoro, 2014)
Ada beberapa reseptor adrenergik yang berada di jantung, ginjal, otak serta
dinding vaskular pembuluh darah ialah reseptor α1, α2, β1 dan β2. Belakangan
ditemukan reseptor β3 di aorta yang ternyata kalau dihambat dengan beta bloker β1
selektif yang baru (nebivolol) maka akan memicu terjadinya vasodilatasi melalui
peningkatan nitrit oksida. (Yogiantoro, 2014)
Neurotransmiter ini akan meningkatkan denyut jantung atau Heart Rate (HR)
lalu di ikuti kenaikan CO atau CJ, sehingga tekanan darah akan meningkat dan
akhirnya akan mengalami agregrasi platelet. Peningkatan neurotransmiter NE ini
mempunyai efek negatif terhadap jantung, sebab di jantung ada reseptor α1, β1, β2
yang akan memicu terjadinya kerusakan miokard, hipertrofi, dan aritmia dengan
akibat progresivitas dari hipertensi aterosklerosis. (Yogiantoro, 2014)
Karena pada dinding pembuluh darah juga ada reseptor α1, maka bila NE
meningkat hal tersebut akan memicu vasokonstriksi (melalui reseptor α1) sehingga
hipertensi aterosklerosis juga semakin progresif. Pada ginjal NE juga berefek
negatif, sebab di ginjal ada reseptor β1 dan α1 yang akan memicu terjadinya retensi
natrium, mengaktifasi sistem RAA, memicu vasokonstriksi pembuluh darah
dengan akibat hipertensi aterosklerosis juga makin progresif. Bila kadar NE tidak
pernah normal maka sindroma hipertensi aterosklerosis juga akan berlanjut makin
progresif menuju kerusakan organ target/ Target Organ Damage (TOD).
(Yogiantoro, 2014)
converting enzime) ACE. Akhirnya angiotensin II ini akan bekerja pada reseptor-
reseptor yang terkait AT1, AT2, AT3, AT4. (Yogiantoro, 2014)
Faktor risiko yang tidak dikelola akan memicu sistem RAA. Tekanan darah
akan semakin meningkat dan hipertensi aterosklerosis akan semakin progresif.
Ternyata yang berperan utama untuk memicu progresifitas ialah angiotensin II, hal
ini terbukti dengan uji klinis yang sangat kuat. Setiap intervensi klinik pada tahap-
tahap aterosklerosis kardiovaskular kontinum ini terbukti selalu bisa menghambat
progresifitas dan menurunkan risiko kejadian kardiovaskular. (Yogiantoro, 2014)
Peran dinding vaskular pembuluh darah
Hipertensi adalah the disease cardiovascular continuum, penyakit yang
berlanjut terus menerus sepanjang usia. Paradigma yang baru tentang hipertensi
dimulai dengan disfungsi endotel, lalu berlanjut menjadi disfungsi vaskular,
vaskular biologis berubah, lalu berakhir dengan TOD. (Yogiantoro, 2014)
Hipertensi ini lebih cocok menjadi bagian dari salah satu gejala sebuah
sindroma penyakit yang akan kita sebut sebagai “The artherosclerosis syndrome”
atau “the hypertension syndrome”, sebab pada hipertensi sering disertai gejala-
gejala lain berupa resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, kerusakan
membran transport, disfungsi endotel, dislipidemia, pembesaran ventrikel kiri,
gangguan simpatis parasimpatis. Aterosklerosis ini akan akan berjalan progresif
dan berakhir dengan kejadian kardiovaskular. (Yogiantoro, 2014)
Faktor risiko yang paling dominan memegang peranan untuk progresivitas
ternyata tetap dipegang oleh angiotensin II. Bukti klinis sudah mencapai tingkat
evidence A, bahwa bila peran angiotensin II dihambat oleh ACE-inhibitor (ACE-I)
atau angiotensin receptor bloker (ARB), risiko kejadian hipertensi dapat dicegah
secara meyakinkan. WHO menetapkan bahwa faktor risiko paling banyak
menyebabkan premature death ialah hipertensi. (Yogiantoro, 2014)
Faktor risiko terjadinya hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko
yang dapat dikontrol dan faktor risiko yang tidak dapat dikontrol. (Booth et al.
2017; AHA, 2014)
a. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol
1. Usia
Usia dikategorikan sebagai <40 tahun, 40 hingga 59 tahun, dan ≥ 60
tahun.
2. Ras/etnis
Ras/etnis didefinisikan sebagai kulit putih non-hispanik, hitam non
hispanik, dan hispanik.
3. Keturunan
Kecenderungan menderita hipertensi dalam keluarga. Jika orang tua
memiliki riwayat hipertensi, kemungkinan akan diturunkan kepada
keturunannya.
b. Faktor risiko yang dapat dikontrol
1. Indeks massa tubuh (IMT)
Orang dengan indeks massa tubuh (IMT) 25 atau lebih tinggi cenderung
mengembangkan hipertensi.
2. Merokok dan asap rokok
Merokok dapat meningkatkan risiko arteri rusak dan meningkatkan
tekanan darah sementara. Dan paparan asap orang lain meningkatkan
risiko penyakit jantung bagi bukan perokok.
3. Aktivitas fisik
Gaya hidup yang tidak aktif membuatnya lebih mudah menjadi
kelebihan berat badan dan meningkatkan kemungkinan hipertensi.
4. Konsumsi alkohol
Penggunaan alkohol yang berat dan teratur dapat sangat meningkatkan
tekanan darah.
5. Stres
namun sebaiknya tidak menunda inisiasi terapi obat pada pasien dengan HMOD
atau risiko tinggi kardiovaskular. Pola hidup sehat telah terbukti menurunkan
tekanan darah yaitu pembatasan konsumsi garam dan alkohol, peningkatan
konsumsi sayuran dan buah, penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal,
aktivitas fisik teratur, serta menghindari rokok. (PERHI, 2019)
Perubahan pola makan
Pasien hipertensi disarankan untuk konsumsi makanan seimbang yang
mengandung sayuran, kacang- kacangan, buah-buahan segar, produk susu rendah
lemak, gandum, ikan, dan asam lemak tak jenuh (terutama minyak zaitun), serta
membatasi asupan daging merah dan asam lemak jenuh. (PERHI, 2019)
Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal
Tujuan pengendalian berat badan adalah mencegah obesitas (IMT >25 kg/m 2),
dan menargetkan berat badan ideal (IMT 18,5 – 22,9 kg/m2) dengan lingkar
pinggang <90 cm pada laki-laki dan <80 cm pada perempuan. (PERHI, 2019)
Olahraga teratur
Olahraga aerobik teratur bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan
hipertensi, sekaligus menurunkan risiko dan mortalitas kardiovaskular. Olahraga
yang dianjurkan adalah olahraga dengan intensitas dan durasi yang ringan. Pasien
hipertensi disarankan untuk berolahraga setidaknya 30 menit latihan aerobik
dinamik berintensitas sedang (seperti: berjalan, joging, bersepeda, atau berenang)
5-7 hari per minggu. (PERHI, 2019)
Berhenti merokok
Merokok merupakan faktor risiko vaskular dan kanker, sehingga status
merokok harus ditanyakan pada setiap kunjungan pasien dan penderita hipertensi
yang merokok harus diedukasi untuk berhenti merokok. (PERHI, 2019)
Gambar 2.12 Alur panduan Inisiasi terapi obat sesuai dengan klasifikasi hipertensi.
(PERHI, 2019)
2.3 PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses sensoris,
terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior.
(Donsu, 2017)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap suatu objek melalui indra yang dimilikinya sehingga menghasilkan
pengetahuan. (Notoatmodjo, 2014)
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan ataupun mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang lain. Aplikasi juga
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, rencana
program dalam situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan atau
memisahkan, lalu kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen dalam suatu objek atau masalah yang diketahui. Indikasi
pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkatan ini adalah jika orang
tersebut dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat
bagan (diagram) terhadap pengetahuan objek tersebut.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum atau
meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan
yang sudah dimilikinya. Dengan kata lain suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada sebelumnya.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan
manusia.
7. Secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat melalui di luar
kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran
yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak
menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis.
8. Melalui jalan pikiran
Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan dalam pikirannya, baik melalui
induksi maupun deduksi.
9. Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.
10. Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyatan-pernyataan
umum ke khusus.
b. Cara ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah
(research methodology).
METODE PENELITIAN
38
Universitas Sumatera Utara
39
Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 10 bulan dari sejak peneliti
menentukan judul penelitian, menyusun proposal penelitian, mengumpulkan data
dan membuat hasil penelitian hingga seminar hasil penelitian, yang berlangsung
sejak Maret 2020 sampai dengan Desember 2020.
Populasi target dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang kuliah di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Subbagian Pendidikan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, jumlah mahasiswa yang ada di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun 2020 berjumlah sekitar 754
orang.
b. Kriteria eksklusi
Tidak mengisi seluruh data pada kuesioner dengan lengkap
Tidak menjawab pertanyaan secara keseluruhan
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang
diperoleh langsung dari subjek penelitian. Alat pengumpulan data yang digunakan
adalah kuesioner online yang bersifat tertutup. Alat pengumpul data dirancang oleh
peneliti dengan mengacu pada kerangka konsep yang sudah dibuat dan teori dalam
studi pustaka yang berhubungan dengan penelitian. Penelitian ini menggunakan
skala tingkat pengetahuan yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan
kuesioner.
Kuesioner online yang disusun terdiri dari dua bagian, yaitu data karakteristik
resoponden dan tingkat pengetahuan tentang penyakit hipertensi.
a. Bagian pertama untuk data umum yang merupakan data karakteristik
responden. Data tentang karakteristik responden meliputi data tentang
Nama, Nomor Induk Mahasiswa (NIM), jenis kelamin, usia, sumber
informasi mengenai penyakit hipertensi.
b. Bagian kedua dipergunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan tentang
penyakit hipertensi, terdiri dari 30 pertanyaan yang telah disediakan pilihan
jawabannya. Jawaban yang benar diberi nilai 1 sedangkan yang salah dan
tidak tahu mendapat nilai 0.
Pertanyaan dibuat dalam bentuk skala Guttman yaitu skala yang bersifat tegas
dan konsisten dengan memberikan, jawaban tegas pada pertanyaan. Responden
harus memilih salah satu dari jawaban yang telah disediakan yaitu benar (B), salah
(S) atau tidak tahu.
Sebelum peneliti mengumpulkan data, terlebih dahulu dilakukan uji coba
instrumen terhadap 20 orang responden, dimana responden tersebut tidak
diikutsertakan dalam penelitian. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui apakah
pertanyaan dalam kuesioner dapat dimengerti oleh responden, serta menghindari
43
Universitas Sumatera Utara
44
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 245 responden sebagian besar memperoleh
informasi tentang penyakit hipertensi dari lain-lain yaitu sebanyak 86 (35,1%)
responden. Sedangkan yang paling kecil responden tidak pernah memperoleh
informasi tentang penyakit hipertensi yaitu sebanyak 5 (2%) responden.
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jalur masuk perguruan tinggi.
Jalur masuk Jumlah Persentase(%)
perguruan tinggi
SNMPTN 66 26,9
SBMPTN 82 33,5
Mandiri 69 28,2
Kelas Internasional 28 11,4
Jumlah 245 100,0
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 245 responden sebagian besar responden
masuk perguruan tinggi melalui jalur SBMPTN yaitu sebanyak 82 (33,5%)
responden. Sedangkan yang paling kecil responden masuk perguruan tinggi melalui
jalur kelas internasional yaitu sebanyak 28 (11,4%) responden.
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 245 responden sebagian besar memiliki
pengetahuan yang cukup tentang penyakit hipertensi yaitu sebesar 126 (51,4%)
responden. Sedangkan yang paling kecil responden memiliki pengetahuan yang
kurang tentang penyakit hipertensi yaitu sebanyak 50 (20,4%) responden.
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 32 responden yang berusia 15-18 tahun,
didapati 5 (15,6%) responden yang memiliki tingkat kemampuan baik dan dari 213
responden yang berusia 18-21 tahun, didapatkan 64 (30%) responden yang
memiliki tingkat kemampuan yang baik.
Tabel 4.7 Tingkat pengetahuan tentang penyakit hipertensi berdasarkan jenis kelamin pada
mahasiswa stambuk 2019 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Jenis Tingkat pengetahuan Total
kelamin Baik Cukup Kurang
N % N % N % N %
Laki-laki 24 25,0 52 54,2 20 20,8 96 39,2
Perempuan 45 30,2 74 49,7 30 12,2 149 60,8
Total 69 28,2 126 51,4 50 20,4 245 100,0
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 96 responden yang berjenis kelamin laki-
laki didapati 24 (25%) responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan dari
149 responden yang berjenis kelamin perempuan didapati 45 (30,2%) responden
yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik.
Tabel 4.8 Tingkat pengetahuan tentang penyakit hipertensi berdasarkan sumber informasi
pada mahasiswa stambuk 2019 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Sumber Tingkat pengetahuan Total
informasi Baik Cukup Kurang
N % N % N % N %
Keluarga 15 23,1 41 63,1 9 13,8 65 26,5
Pemberi 7 21,9 18 56,3 7 21,9 32 13,1
pelayanan
kesehatan
Media 9 31,0 13 44,8 7 24,1 29 11,8
massa/TV
Media 10 35,7 12 42,9 6 21,4 28 11,4
cetak
Lain-lain 27 31,4 40 46,5 19 22,1 86 35,1
Tidak 1 20,0 2 40,0 2 40,0 5 2,0
pernah
Total 69 28,2 126 51,4 50 20,4 245 100,0
Tabel 4.9 Tingkat pengetahuan tentang penyakit hipertensi berdasarkan jalur masuk perguruan
tinggi pada mahasiswa stambuk 2019 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Jalur Tingkat pengetahuan Total
masuk Baik Cukup Kurang
perguruan N % N % N % N %
tinggi
SNMPTN 19 28,8 34 51,5 13 19,7 66 26,9
SBMPTN 30 36,6 42 51,2 10 12,2 82 33,5
Mandiri 18 26,1 34 49,3 17 24,6 69 28,2
Kelas 2 7,1 16 57,1 10 35,7 28 11,4
internasional
Total 69 28,2 126 51,4 50 20,4 245 100,0
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari 66 responden yang masuk perguruan tinggi
dari jalur SNMPTN, didapati 19 (28,8%) responden yang memiliki tingkat
pengetahuan baik. Dari 82 responden yang masuk perguruan tinggi dari jalur
SBMPTN, didapati 30 (36,6%) responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik.
Dari 69 responden yang masuk perguruan tinggi dari jalur mandiri, didapati 18
(26,1%) responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik. Dari 28 responden
yang masuk perguruan tinggi dari jalur kelas internasional, didapati 2 (7,1%)
responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik.
4.5 PEMBAHASAN
JENIS KELAMIN
pengetahuan baik tentang penyakit hipertensi sebesar 30,2%. Baik responden laki-
laki maupun perempuan, sebagian besar memiliki pengetahuan yang cukup tentang
penyakit hipertensi.
Hasil analisis diatas berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinaga
(2012). Dalam penelitiannya didapati sebagian besar responden penelitian berjenis
kelamin laki-laki dan yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang penyakit
hipertensi adalah laki-laki.
Menurut WHO (2020), gender (jenis kelamin) mengacu pada karakteristik
wanita, pria, anak perempuan dan anak laki-laki yang dikonstruksi secara sosial.
Jenis kelamin memengaruhi pengalaman dan akses orang ke perawatan kesehatan.
SUMBER INFORMASI
JALUR MASUK
5.1 KESIMPULAN
1. Usia mahasiswa stambuk 2019 paling banyak berada pada kelompok usia
18-21 tahun yaitu sebanyak 213 (86,9%) orang.
2. Dari 245 orang mahasiswa stambuk 2019, sebesar 149 (60,8%) orang
berjenis kelamin perempuan.
3. Sebagian besar mahasiswa stambuk 2019 memperoleh informasi tentang
penyakit hipertesi dari lain-lain yaitu sebanyak 86 (35,1%) orang.
4. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar mahasiswa stambuk 2019
memiliki pengetahuan cukup tentang penyakit hipertensi yaitu sebanyak
126 (51,4%) orang.
5.2 SARAN
Dari seluruh proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti, terdapat beberapa
saran yang sekiranya bermanfaat kepada seluruh pihak, yaitu:
1. Bagi responden
Diharapkan agar lebih meningkatkan pengetahuannya terhadap setiap jenis
penyakit terkhusus penyakit hipertensi agar dapat mengenali tanda, gejala,
dan faktor risiko penyakit hipertensi sedini mungkin. Dengan demikian,
angka prevalensi hipertensi dapat ditekan.
2. Bagi penelitian selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi penelitian-penelitian
selanjutnya sehingga dapat mengetahui lebih dalam mengenai gambaran
51
DAFTAR PUSTAKA
Adrian & Tommy. 2019, ‘Hipertensi Esensial: Diagnosis dan Tatalaksana Terbaru
pada Dewasa’, CDK-274, vol. 46, no. 3, pp. 1.
Almeida, F.L, Coimbra, T.M. 2019. When Less or More Isn't Enough: Renal
Maldevelopment Arising From Disequilibrium in the Renin-
Angiotensin System, accesesed on 17th April 2020, available at :
https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fped.2019.00296/full
Booth, J.N., Li, J., Zhang, L., Chen, L., Muntner, P., Egan, B., 2017. Hypertension:
Trends in Prehypertension and Hypertension Risk Factors in US
Adults, American Heart Association, Vol. 70, Issue 2 , pp. 275-284.
Budiman & Riyanto, A. 2014, Kapita selekta Kuesioner Pengetahuan dan sikap
dalam penelitian Kesehatan, Jakarta: Saleman Medika.
Fitri, D.R., 2015. Diagnose Enforcement and Treatment of High Blood Pressure, J
Majority, Vol. 4, No.3, pp. 47-51.
Guyton & Hall. 2011, Text book of Medical Physiology, 12th edn, Saunders
Elsevier, United States of America, pp. 170-171.
Jameson, J.L., Kasper, D.L., Longo, D.L., Fauci, A.S., Hauser, S.L., & Loscalzo, J.
2018, Harrison’s Principles of Internal Medicine, 20th edn, McGraw-
Hill Education, United States of America, pp. 1895-1901.
JNC 8, 2014, 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood
Pressure in Adults Report From the Panel Members Appointed to the
Eighth Joint National Committee (JNC 8).
Lily, L.S. 2016, Pathophysiology of Heart Disease, 6th edn, Wolters Kluwer, China,
pp. 311-323.
Liwang, F. & Wijaya, I.P., 2014, Hipertensi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 4,
Jilid 2, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta :
MEDIAAESCULAPIUS, pp. 747.
Notoatmojo, S., 2007, Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Oktaviarini, E., Hadisaputro, S., Chasani, S., Suwondo, A., Setyawan, H. 2019,
Faktor yang Berisiko Terhadap Hipertensi pada Pegawai di Wilayah
Perimeter Pelabuhan, Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas, vol.
4, no. 1, pp. 36.
Putri, N.A. & Setianingsih, A. 2016, ‘Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap
Perilaku Personal Hygiene Menstruasi’, Jurna IKM, Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Indonesia Maju, vol. 05, N0. 01, pp. 15-17.
Racman, R. 2016, ‘Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Pasien yang Berobat di
Poliklinik RSUD RAA Soewondo Pati’, Repository Institusioal
UNDIP.
Riskesdas, 2018, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) Nasional Tahun
2018, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A.W., Simadibrata, M., Setiayahadi, B., dan Syam,
A.F., 2014, Hipertensi, Ilmu Penyakit Dalam, Edisi. 4, Jilid. 2, Jakarta:
Interna Publishing, pp. 2259- 2306.
Sherwood, L. 2016, Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem, Edisi 8, EGC, Jakarta,
pp. 373-404.
Sinuraya, R.K., Siagian, B.J., Taufik, A., Destiani, D.P., Puspitasari, I.M., Lestari,
K., Diantini, A. 2017, ‘Pengukuran Tingkat Pengetahuan tentang
Hipertensi pada Pasien Hipertensi di Kota Bandung: Sebuah Studi
Pendahuluan’, Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Vol. 6, No. 4, pp.
290-297.
Tanto, C. & Hustrini, N.M., 2014, Hipertensi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 4,
Jilid 2, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta :
MEDIAAESCULAPIUS, pp. 635-640.
Tortora & Derrickson. 2009, Principles of A.natomy and Physiology, 12th edn, John
Wiley & Sons, Inc, United States of America, pp. 777-779.
Wawan, A. & Dewi, M. 2010, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika, pp. 11-17.
Yogiantoro, M., 2014, Pendekatan Klinis Hipertensi, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
6, Jilid 2, Jakarta: Interna Publishing, pp: 2259-2263.
RIWAYAT HIDUP
Lampiran C.
Medan,
Peneliti Responden
(Andrey Parhusip) ( )
Lampiran D.
Petunjuk pengisian
A. Data Responden
Nama :
NIM :
Jenis kelamin :
Usia :
Lampiran E.
DATA INDUK
Jenis Tingkat
No. NIM Kelamin Usia Sumber Jumlah Nilai Pengetahuan
1 Mandiri Perempuan 18-21 Keluarga 17 57 Cukup
2 SNMPTN Laki-laki 18-21 Pelayanan 20 67 Cukup
3 SBMPTN Perempuan 18-21 Pelayanan 24 80 Baik
4 Mandiri Perempuan 15-18 Pelayanan 18 60 Cukup
5 SBMPTN Laki-laki 18-21 Keluarga 24 80 Baik
6 SNMPTN Perempuan 18-21 Lain-lain 15 50 Kurang
7 SBMPTN Perempuan 15-18 Keluarga 18 60 Cukup
8 SNMPTN Laki-laki 18-21 Massa 19 63 Cukup
9 SBMPTN Perempuan 18-21 Pelayanan 21 70 Cukup
10 SBMPTN Laki-laki 18-21 Lain-lain 23 77 Baik
11 SNMPTN Perempuan 18-21 Pelayanan 21 70 Cukup
12 SNMPTN Laki-laki 18-21 Cetak 19 63 Cukup
13 SNMPTN Laki-laki 15-18 Lain-lain 19 63 Cukup
14 SNMPTN Perempuan 18-21 Cetak 24 80 Baik
15 SNMPTN Laki-laki 18-21 Pelayanan 16 53 Kurang
16 SNMPTN Laki-laki 15-18 Lain-lain 16 53 Kurang
17 SNMPTN Laki-laki 18-21 Cetak 16 53 Kurang
18 SNMPTN Laki-laki 18-21 Keluarga 20 67 Cukup
19 SNMPTN Perempuan 18-21 Lain-lain 23 77 Baik
20 SBMPTN Perempuan 18-21 Keluarga 24 80 Baik
21 SBMPTN Laki-laki 15-18 Keluarga 18 60 Cukup
22 SBMPTN Laki-laki 18-21 Keluarga 20 67 Cukup
23 SBMPTN Perempuan 18-21 Keluarga 20 67 Cukup
24 SNMPTN Perempuan 18-21 Keluarga 24 80 Baik
25 SBMPTN Perempuan 18-21 Keluarga 23 77 Baik
26 SNMPTN Laki-laki 18-21 Lain-lain 29 97 Baik
27 SNMPTN Perempuan 18-21 Keluarga 14 47 Kurang
28 SBMPTN Laki-laki 18-21 Massa 24 80 Baik
29 SNMPTN Perempuan 18-21 Pelayanan 25 83 Baik
30 SBMPTN Laki-laki 15-18 Lain-lain 15 50 Kurang
31 SNMPTN Perempuan 18-21 Lain-lain 24 80 Baik
32 SBMPTN Perempuan 18-21 Lain-lain 22 73 Cukup
33 SNMPTN Perempuan 18-21 Cetak 26 87 Baik
34 SBMPTN Perempuan 18-21 Lain-lain 26 87 Baik
35 SNMPTN Perempuan 18-21 Lain-lain 23 77 Baik
Lampiran F.
TABEL PENGOLAHAN DATA APLIKASI STATISTIK
Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Remaja pertengahan 32 13,1 13,1 13,1
Remaja akhir 213 86,9 86,9 100,0
Total 245 100,0 100,0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 96 39,2 39,2 39,2
Perempuan 149 60,8 60,8 100,0
Total 245 100,0 100,0
Sumber Informasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Keluarga 65 26,5 26,5 26,5
Pelayan kesehatan 32 13,1 13,1 39,6
Media massa 29 11,8 11,8 51,4
Media cetak 28 11,4 11,4 62,9
Lain-lain 86 35,1 35,1 98,0
Tidak pernah 5 2,0 2,0 100,0
Total 245 100,0 100,0
Persentase Benar
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pengetahuan kurang 50 20,4 20,4 20,4
Pengetahuan cukup 126 51,4 51,4 71,8
Pengetahuan baik 69 28,2 28,2 100,0
Total 245 100,0 100,0
Jalur Masuk
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SNMPTN 66 26,9 26,9 26,9
SBMPTN 82 33,5 33,5 60,4
Mandiri 69 28,2 28,2 88,6
Internasional 28 11,4 11,4 100,0
Total 245 100,0 100,0