Anda di halaman 1dari 75

HUBUNGAN ANTARA FRAKSI EJEKSI PADA

EKOKARDIOGRAFI DENGAN FUNGSI HATI PADA PASIEN


GAGAL JANTUNG

TESIS

Oleh

IHDA HAYATI LUBIS

127041089

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK


SPESIALIS ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


HUBUNGAN ANTARA FRAKSI EJEKSI PADA
EKOKARDIOGRAFI DENGAN FUNGSI HATI PADA PASIEN
GAGAL JANTUNG

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister


Kedokteran Klinik dan Spesialis Penyakit Dalam pada Program Studi Ilmu
Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

IHDA HAYATI LUBIS


127041089

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK


SPESIALIS ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Judul Tesis

“HUBUNGAN ANTARA FRAKSI EJEKSI PADA


EKOKARDIOGRAFI DENGAN FUNGSI HATI PADA PASIEN
GAGAL JANTUNG”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Spesialis Penyakit Dalam pada Program
Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam Universitas
Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-


bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan disertasi
ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian


disertasi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat
dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi
pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi
lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 29 Januari 2019


Penulis,

dr. Ihda Hayati Lubis

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda


tangan di bawah ini:
Nama : Ihda Hayati Lubis
NIM : 127041089
Program Studi : Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi : Ilmu Penyakit Dalam
Jenis Karya : Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right ) atas tesis saya yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA FRAKSI EJEKSI PADA EKOKARDIOGRAFI


DENGAN FUNGSI HATI PADA PASIEN GAGAL JANTUNG

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan
mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : Januari 2019
Yang menyatakan

Ihda Hayati Lubis

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PENGESAHAN

Judul Tesis : HUBUNGAN ANTARA FRAKSI EJEKSI PADA


EKOKARDIOGRAFI DENGAN FUNGSI HATI
PADA PASIEN GAGAL JANTUNG
Nama Mahasiswa : IHDA HAYATI LUBIS

NIM : 127041089

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Penyakit Dalam

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Rahmad Isnanta, Sp.PD, K-KV dr.Zainal Safri, Sp.PD, K-KV


NIP19650215 199803 1 006 FINASIM, Sp.JP(K)
NIP 19680504 1999031 1 001

Sekretaris Program Studi Dekan


Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran USU

Dr. dr. R. Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph), Sp.M(K) Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K)
NIP: 197604172005012002 NIP: 19540220198011100

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PENGESAHAN

Judul Tesis : HUBUNGAN ANTARA FRAKSI EJEKSI PADA


EKOKARDIOGRAFI DENGAN FUNGSI HATI
PADA PASIEN GAGAL JANTUNG

Nama Mahasiswa : IHDA HAYATI LUBIS

NIM : 127101007

Program Studi : Ilmu Penyakit Dalam

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Rahmad Isnanta, Sp.PD, KKV dr.Zainal Safri, Sp.PD, K-KV


NIP19650215 199803 1 00 FINASIM, Sp.JP(K)
NIP 19680504 1999031 1 001

Mengetahui/ Mengesahkan

Ketua Departemen Ketua Progran Studi


Ilmu Penyakit Dalam Ilmu Penyakit Dalam

dr. Refli Hasan, Sp.PD,K-KV, FINASIM, Sp.JP(K), FasCC dr. Dairion Gatot, M. Ked, Sp.PD, K-HOM
NIP: 196104031987091001 NIP. 196203021989031003

Universitas Sumatera Utara


Tanggal lulus : 29 Januari 2019

Telah diuji pada

Tanggal : 29 Januari 2019

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Habibah Hanum, Sp.PD, K-Psi


Anggota : 1. DR. dr. Rustam Efendi, Sp.PD, KGEH
2. dr. Tambar Kembaren, Sp.PD, K-PTI

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA FRAKSI EJEKSI PADA EKOKARDIOGRAFI
DENGAN FUNGSI HATI PADA PASIEN GAGAL JANTUNG
Ihda Hayati Lubis, Rahmad Isnanta, Zainal Safri
Divisi Kardiologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Latar Belakang: Gagal jantung (HF) adalah sindroma klinis kompleks, yang
didasari oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah keseluruh tubuh
secara adekuat, akibat gangguan struktural dan fungsional dari jantung. Penyebab
tersering disfungsi miokard ventrikel kiri. Gagal jantung dideskripsikan dengan
pengukuran fraksi ejeksi (EF) ventrikel kiri (LV). Gagal jantung dengan
penurunan fraksi ejeksi (HFrEF) ditandai dengan LVEF ≤40%; gagal jantung yang
masih terpelihara (preserved EF) (HFpEF) ditandai dengan LVEF ≥50% yang
dinilai dengan doppler-ekokardiografi. Pada Gagal jantung, jantung tidak dapat
menyuplai oksigen secara adekuat, sehingga dapat menyebabkan kerusakan sistem
organ lain, seperti hati. Penting untuk mengidentifikasi dari awal kelainan
biokimia hati pada pasien gagal jantung, karena pemeriksaan tersebut berguna
dalam menilai derajat keparahan dan lama durasi dari gagal jantung.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara fraksi ejeksi pada ekokardiografi
dengan fungsi hati pada pasien gagal jantung.
Metode: Penelitian cross-sectional ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan
pada bulan Juni 2017 sampai sampel penelitian terpenuhi. Pasien gagal jantung
dilakukan pemeriksaan Ekokardiografi dan pemeriksaan darah: SGOT, SGPT,
Bilirubin, ALP, GGT, Albumin. Analisa data (Chi-square/ fisher exact test)
memggunakan SPSS.
Hasil Penelitian: Subjek berjenis kelamin pria 36 pasien (69,2%), dan wanita 16
pasien (30,8%), dengan rerata usia 52,08 ± 10,52 tahun. Frekuensi peningkatan
bilirubin total dan GGT lebih banyak dibandingkan fungsi hati lain. Karakteristik
fungsi hati SGOT, SGPT, bilirubin total, ALP, dan GGT memiliki rerata yang
lebih tinggi pada fraksi ejeksi <= 40% dibandingkan fraksi ejeksi > 40%. Dengan
analisa Fisher Exact test didapatkan nilai p < 0,05 untuk hubungan Fraksi Ejeksi
terhadap bilirubin total (p = 0,001) dan GGT (p = 0,016).

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara Fraksi ejeksi dengan fungsi hati dan yang
bermakna adalah dengan Bilirubin total dengan GGT.

Kata kunci : Fraksi ejeksi, SGOT, SGPT, Bilirubin, ALP, GGT, Albumin

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN THE EJECTION FRACTION IN


ECHOCARDIOGRAPHY WITH LIVER FUNCTION IN HEART FAILURE
PATIENTS

Ihda Hayati Lubis, Rahmad Isnanta, Zainal Safri


Cardiology Division, Departement of Internal Medicine
Faculty of Medicine University of North Sumatera

Background: Heart failure (HF) is a complex clinical syndrome, which is based on the
inability of the heart to pump blood throughout the body adequately, due to structural and
functional disorders of the heart. The most common cause of left ventricular myocardial
dysfunction. Heart failure is described by the measurement of left ventricular (LV) ejection
fraction (LV). Heart failure with decreased ejection fraction (HFrEF) is characterized by
LVEF ≤40%; preserved EF (HFpEF) is characterized by LVEF ≥50% assessed by
dopplerococardiography. In heart failure, the heart cannot supply oxygen adequately, so it
can cause damage to other organ systems, such as the liver. It is important to identify from
the outset of liver biochemical abnormalities in patients with heart failure, because the
examination is useful in assessing the severity and duration of heart failure.
Aim: To determine the relationship between ejection fraction and liver function in heart
failure patients.
Method: This cross-sectional study was conducted at H. Adam Malik General Hospital
Medan in June 2017 until the research sample was fulfilled. Heart failure patients performed
echocardiography and blood tests: SGOT, SGPT, Bilirubin, ALP, GGT, Albumin. Data
analysis (Chi-square / fisher exact test) using SPSS.
Results: Subjects were male 36 patients (69.2%), and women 16 patients (30.8%), with an
average age of 52.08 ± 10.52 years. The frequency of increasing total bilirubin and GGT is
greater than for other liver functions. Liver function characteristics of SGOT, SGPT, total
bilirubin, ALP, and GGT had a higher mean of ejection fraction <= 40% compared to
ejection fraction> 40%. With the analysis of the Fisher Exact test p value <0.05 for the
relationship of Ejection Fraction to total bilirubin (p = 0.001) and GGT (p = 0.016).
Conclusion: There is a relationship between ejection fraction and liver function and what is
meaningful is total bilirubin with GGT.
Keywords: Ejection fraction, SGOT, SGPT, Bilirubin, ALP, GGT, Albumin

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tidak terhingga senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan semua pihak, tesis ini
tidak mungkin dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Rasa hormat, penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan FK USU, Ketua TKP-PPDS FK USU, dan
Ketua Program Studi Magister Kedokteran FK USU yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit
Dalam dan Magister Kedokteran Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
2. Direktur RSUP H. Adam Malik, RSUD dr. Pirngadi, dan RS Universitas Sumatera Utara
yang telah memberikan begitu banyak kemudahan dan izin dalam menggunakan fasilitas
dan sarana Rumah Sakit kepada penulis dalam menjalani penelitian dan pendidikan.
3. dr. Refli Hasan, Sp.PD, K-KV, Sp.JP(K), FINASIM selaku Ketua Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan dan dr. Taufik Sungkar
Sp.PD, KGEH selaku Sekretaris Departemen yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan serta senantiasa membimbing, memberikan
dorongan dan kemudahan selama penulis menjalani pendidikan.
4. dr. Zainal Safri, Sp.PD, K-KV, Sp.JP (K) dan dr. Wika Hanida Lubis, Sp.PD,K-Psi
sebagai direktur Pelayanan Medis RSUP H. Adam Malik dan Kepala Instalasi Rawat
Jalan RSUP H. Adam Malik Medan yang telah membantu, membimbing, memberi
dorongan selama penulis menjalani pendidikan.
5. dr. Dairion Gatot, Sp.PD,K-HOM sebagai Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Dalam
dan Prof. Dr. dr. Dharma Lindarto Sp.PD, K-EMD sebagai Sekretaris Program Studi
yang telah dengan sungguh-sungguh membantu, membimbing, memberi dorongan dan
membentuk penulis menjadi dokter Spesialis Penyakit Dalam yang berbudi luhur serta
siap mengabdi dan berbakti pada nusa dan bangsa

Universitas Sumatera Utara


6. Khusus mengenai tesis ini, kepada dr. Rahmad Isnanta Sp.PD, KKV dan dr.Zainal
Safri Sp.PD, KKV, FINASIM, Sp.JP(K) selaku pembimbing tesis, yang telah
memberikan bimbingan dan kemudahan bagi penulis selama mengadakan penelitian juga
telah banyak meluangkan waktu dan dengan kesabaran membimbing penulis sampai
selesainya tesis ini.
7. Jalil selaku pembimbing statistik yang telah banyak meluangkan waktu untuk
membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam menyusun tesis ini.
8. Seluruh staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU/RSUP H. Adam Malik/ RSUD
dr. Pirngadi/ Medan, Prof. dr. Harun Rasyid Lubis, Sp.PD-KGH, Prof. dr. Bachtiar
Fanani Lubis, Sp.PD-KHOM, Prof. dr. Habibah Hanum Nasution, Sp.PD-KPsi,
Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP(K), Prof. dr. Azhar Tanjung, Sp.PD-KP,
KAI, Sp.MK(K), Prof. dr. OK Moehad Sjah, Sp.PD-KR, Prof. dr. Lukman H. Zain,
Sp.PD-KGEH, (Alm) Prof. dr. M. Yusuf Nasution, Sp.PD-KGH, Prof. dr. Azmi S
Kar, Sp.PD-KHOM, Prof. DR. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, Prof.
dr. Haris Hasan, Sp.PD, Sp.JP(K), Prof. Dr. dr. Dharma Lindarto, Sp.PD-KEMD,
Dr. dr. Rustam Effendi YS, Sp.PD-KGEH, (Alm) dr. Mabel Sihombing, Sp.PD-
KGEH, (Alm) dr. Salli Roseffi Nasution, Sp.PD-KGH, DR. dr. Juwita Sembiring,
Sp.PD-KGEH, dr. Alwinsyah Abidin, Sp.PD-KP, dr. Abdurrahim Rasyid Lubis,
Sp.PD-KGH, (Alm) dr. Zulhelmi Bustami, Sp.PD-KGH, dr. Yosia Ginting, Sp.PD-
KPTI, dr. EN. Keliat, Sp.PD-KP, dr. Armon Rahimi, Sp.PD-KPTI, dr. Leonardo
Basa Dairi, Sp.PD-KGEH, (Alm) dr. Pirma Siburian, Sp.PD-KGer, dr. Zuhrial
Zubir, Sp.PD-KAI, DR. dr. Blondina Marpaung, Sp.PD-KR, dr. Tambar
Kembaren, Sp.PD-KPTI, dr. Mardianto, Sp.PD-KEMD, dr. Santi Syafril, Sp.PD-
KEMD, dr. Rahmad Isnanta, Sp.PD-KKV, dr. Ariantho S. Purba, Sp.PD, dr.
Franciscus Ginting, Sp.PD-KPTI, dr. Endang, Sp.PD-KPTI, dr. T. Abraham,
Sp.PD, dr. Daud Ginting, Sp.PD, dr. Hariyani Adin, Sp.PD, dr. Suhartono, Sp.PD,
dr. Asnawi Arief, Sp.PD, dr. Saut Marpaung, Sp.PD, dr. Meutia Sayuti, Sp.PD, dr.
Jerahim Tarigan, Sp.PD, dr. M. Bastanta Tarigan, Sp.PD-KEMD, dr. Ida Nensi,
Sp.PD, dr. Savita Handayani, Sp.PD, dr. Sugiarto Gani, Sp.PD, dr. Syafrizal
Nasution, Sp.PD-KGH, dr. Anita Rosari Dalimunthe, Sp.PD, dr. Wika H. Lubis,
Sp.PD-K.Psi, dr. T. Realsyah, Sp.PD, SpJP, dr. Deske Muhadi, Sp.PD, dr. Radar
Tarigan, Sp.PD-KGH, dr. Leni Sihotang, Sp.PD, dr. Ameliana Purba, Sp.PD, dr.
Imelda Rey, Sp.PD-KGEH, dr. Taufik Sungkar, Sp.PD-KGEH, dr Henny Syahrini,
Sp.PD, dr. Dina Aprillia Ariestine, Sp.PD, dr. Melati Silvani Nasution, Sp.PD, dr.

Universitas Sumatera Utara


Restuti Hidayani Saragih, Sp.PD, dr. M. Aron Pase, Sp.PD, dr. Sumi Ramadani,
Sp.PD, dr. Bayu Rusfandi Nst, Sp.PD, dr. Sari Harahap, Sp.PD, dr. Naomi N.
Dalimunthe, Sp.PD, dr. Feldy Gazali, Sp.PD, dr. Dian Anindita Lubis, Sp.PD, dr.
Brama Ihsan Sazli, Sp.PD, dr. Meivina Pane, Sp.PD, dr. Ananda Wibawanta
Ginting Sp.PD, dr. Andi Raga Ginting, Sp.PD serta para guru lainnya yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, yang dengan kesabaran dan perhatian senantiasa
membimbing penulis selama mengikuti pendidikan.
9. Kepada Pimpinan Instalasi Rawat Jalan, Poliklinik Reumatologi, RSUP. H. Adam Malik
Medan dan RS Jejaring beserta staf yang telah membantu dan memberikan kemudahan
kepada penulis hingga penelitian ini dapat selesai.
10. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan yang telah memberikan dorongan dan
semangat, dr. Filsi Elsa Novenda, dr. Ananda NR Lubis, dr. Taufik Ardi, dr. Otto, dr.
Iqbal Damanik, dr. Yessica, dr. Ermawati, dr. Lili, dr. Vega, dr. Citra, dr. Jamaludin,
yang telah bersama mengalami suka dan duka selama mengikuti pendidikan.
11. Abang, kakak, dan adik-adik keluarga besar IKAAPDA dan peserta Program Pendidikan
Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam FK USU yang telah banyak membantu penulis
selama menjalani pendidikan ini.
12. Seluruh Perawat/ Paramedis di berbagai tempat dimana penulis pernah bertugas selama
pendidikan.
13. Lely Husna Nasution, Wilda, Erjan, Sriwanti, Tanti, Ita, Fitri, Julita Ramadayanti, Tika,
Idriyanti, Ali dan seluruh pegawai administrasi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-
USU, yang telah banyak membantu memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan
pendidikan.
Ucapan terima kasih tidak terhingga dan rasa hormat serta sembah sujud penulis
persembahkan kepada kedua orang tua yang sangat penulis sayangi dan cintai, Ayahanda
tersayang Alm. H.Agusdin Lubis dan Ibunda Alm. Hj. Dahlia Murni atas segala jerih
payah, pengorbanan dan dengan kasih sayang yang tulus telah melahirkan, membesarkan,
mendidik, mendoakan tiada henti, memberikan dukungan moril/ materil dan mengajarkan
penulis untuk selalu berjuang menjalani hidup. Tidak akan pernah bisa penulis membalas
jasa-jasa Ayah dan Ibunda. Semoga Allah SWT menempatkan Ayah dan bunda di tempat
terbaik di sisi-Nya.
Terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada suami Edy Suranta
Tarigan, adinda Ananda NR Lubis, adik Khairul Hadi Lubis, dan seluruh keluarga besar
yang telah banyak membantu, memberi semangat dan dukungan doa selama pendidikan.

Universitas Sumatera Utara


Kepada semua pihak, baik perorangan maupun instansi yang tidak mungkin penulis
sebutkan satu persatu yang telah membantu dan berperan dalam menyelesaikan penelitian
dan pendidikan saya ini, penulis ucapkan banyak terima kasih.
Akhirnya, izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan
dan kekurangan yang pernah penulis lakukan selama menjalani pendidikan. Semoga tesis ini
dapat menjadi sumbangan yang berharga bagi perkembangan keilmuan dalam dunia
kedokteran. Semoga segala bantuan, dukungan, bimbingan dan petunjuk yang telah diberikan
kiranya mendapat balasan berlipat-ganda dari Tuhan yang Maha Esa. Amin

Medan, Januari 2019


Penulis

dr. Ihda Hayati Lubis

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul .................................................................................................... i


Pernyataan Orisinal ............................................................................................. ii
Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan Medis...... iii
Lembar Pengesahan ............................................................................................ iv
Lembar Persetujuan ............................................................................................ v
Abstrak ................................................................................................................ vi
Abstract ............................................................................................................... vii
Kata Pengantar .................................................................................................... viii
Daftar Isi ............................................................................................................. xii
Daftar Tabel ........................................................................................................ xiv
Daftar Gambar .................................................................................................... xv
Daftar Singkatan ................................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. . 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Hipotesis ........................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
1.4.1 Tujuam Umum....................................................................... . 4
1.4.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian............................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Gagal Jantung................................................... ................................. . 5
2.1.1 Definisi Gagal Jantung ............................................................. . 5
2.1.2 Epidemiologi Gagal Jantung .................................................... . 5
2.1.3 Etiologi Gagal Jantung....... ...................................................... . 6
2.1.4 Patofisiologi Gagal Jantung ..................................................... . 6
2.1.5 Gejala Klinis Gagal Jantung .................................................... . 7
2.1.6 Klasifikasi Gagal Jantung ....................................................... . 7
2.1.7 Diagnosis Gagal Jantung......................................................... . 9
2.1.8 Komplikasi Gagal Jantung ....................................................... . 10
2.2 Gangguan Fungsi Hati Pada Gagal Jantung ...................................... . 11
2.2.1 Patofisiologi Kerusakan Hati Pada Gagal Jantung .................. . 11
2.2.2 Penemuan Klinis dan Kelainan Laboratorium Fungsi Hati pada
Gagal Jantung........................................................................... . 14
2.3 Kerangka Teori ................................................................................. . 19
2.4 Kerangka Konsep ................................................................................ 21

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian............................................................................... 22
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... . 22

Universitas Sumatera Utara


3.3 Subjek Penelitian............................................................................... 22
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................................ 22
3.5 Populasi dan Sampel......................................................................... 23
3.6 Cara Penelitian .................................................................................. 24
3.7 Variabel dan Definisi Operasional .................................................... 24
3.8 Analisis Data ..................................................................................... 26
3.9 Kerangka Operasional........................................................................ 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 27
4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian......... ....................................... 27
4.2.Pembahasan ....................................................................................... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 36

LAMPIRAN....................................................................................................... 39

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Hal

Tabel 2.1 Definisi HFrEF dan HfpEF......................................................... .. 8


Tabel 4.1 Karakteristik Dasar Subjek Penelitian…………………………. .... 27
Tabel 4.2 Karakteristik Fungsi Hati dan Fraksi Ejeksi Subjek Penelitian .. .... 28
Tabel 4.3 Karakteristik Fungsi Hati berdasarkan Fraksi Ejeksi……………… 29
Tabel 4.4 Hubungan Fraksi Ejeksi terhadap Fungsi Hati………………. .. .... 29

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Hal

Gambar 1 Gangguan hemodinamik pada gagal jantung…………… ...... .. 18

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR SINGKATAN

SINGKATAN Nama Pemakaian pertama


kali pada halaman

HF Heart Failure (Gagal jantung) 1


EF Ejection Fraction (Fraksi Ejeksi) 1
LV Left Ventricle (ventrikel kiri) 1
HFrEF Heart Failure reduced Ejection Fraction 2
LVEF Left Ventricle Ejection Fraction 2
HFpEF Heart Failure preserved Ejection Fraction 2
AST (SGOT) Aspartate Aminotransferase (Serum Glutamic 3
Oxaloacetic Transaminase)
ACCF American College of cardiology Foundation 5
AHA American Heart Association 5
RAAS Renin-Angiotensin-Aldosterone system 7
LVH Left Ventricle Hyperttrophy 9
CH Congestive Hepatopathy 11
ACLI Acute Cardiogenic Liver Injury 11
TR Tricuspid Regurgutation 11
PAH Pulmonary Arterial Hypertension 11
ADHF Acute Decompensated Heart Failure 12
ALP Alkaline Phosphatase 14
GGT γ-glutamyl-transpeptidase 14
ALT (SGPT) Alanine Aminotransferase (Serum Glutamic 14
Pyruvic Transaminase)
CHARM Candesartan in Heart Failure: Assessment of 15
Reduction in Mortality and Morbidity
HR Hazard Ratio 15
LVAD Left Ventricular Assist Device 15
LDH Lactate Dehydrogenase 16
NT-proBNP N terminal-pro brain natriuretic peptide 16

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Persetujuan Setelah Penjelasan (informed consent) 39


2 Lembaran Persetujuan 40
3 Kertas Kerja Profil Peserta Penelitian 41
4 Kode etik 42
5 Data Penelitian 43
6 Hasil Statistik 47
7 Daftar Riwayat Hidup 55

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Gagal jantung (HF) adalah suatu sindroma klinis kompleks, yang didasari oleh

ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah keseluruh jaringan tubuh secara

adekuat, akibat adanya gangguan struktural dan fungsional dari jantung.1 Gagal

jantung masih merupakan masalah kesehatan utama didunia. Di Amerika Serikat

sekitar 5,1 juta penduduknya mengalami gagal jantung dan sekitar 50% dari

penderita gagal jantung tersebut meninggal dalam waktu 5 tahun setelah

didiagnosis.2

Prevalensi gagal jantung berdasar wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia

sebesar 0,13% dan yang terdiagnosis dokter ataugejala sebesar 0,3%. Prevalensi

gagal jantung berdasarkanterdiagnosis dokter tertinggi di Yogyakarta (0,25%),

disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%). Prevalensi gagal jantung

berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0,8%), diikuti

Sulawesi Tengah (0,7%), sementara Sulawesi Selatan dan Papua sebesar 0,5%.

Sumatera Utara sendiri sekitar 0,13% dengan prevalensi tertinggi pada penderita usia

65-74 tahun.3

Penyebab gagal jantung yang paling sering terjadi adalah disfungsi miokard

ventrikel kiri.2 Disfungsi miokard ventrikel kiri menyebabkan kemampuan ventrikel

kiri dalam hal pengisian dan pompa darah terganggu, oleh karenanya gagal jantung

dideskripsikan dengan menggunakan pengukuran fraksi ejeksi (EF) ventrikel kiri

(LV) (EF adalah volume akhir diastolik dikurangi dengan volume akhir sistolik,

Universitas Sumatera Utara


dibagi volume akhir diastolik). Gagal jantung dengan penurunan fraksi ejeksi

(HFrEF) ditandai dengan adanya sindroma klinis gagal jantung disertai LVEF ≤40%

atau disebut juga dengan gagal jantung sistolik karena adanya penurunan

kontraktilitas jantung; sementara gagal jantung dengan fraksi ejeksi yang masih

terpelihara (preserved EF) (HFpEF) didefinisikan sebagai adanya sindroma klinis

gagal jantung disertai dengan LVEF ≥50%, dan sering disebut dengan gagal jantung

diastolik.2 Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan doppler-ekokardiografi aliran darah

mitral dan aliran vena pulmonalis.4

Pada Gagal jantung, jantung tidak dapat menyuplai oksigen secara adekuat sesuai

dengan kebutuhan metabolisme jaringan, sehingga dapat menyebabkan kerusakan

sistem organ lain, seperti hati.2

Terdapat satu studi kohort yang besar mengenai kelainan fungsi hati sebagai nilai

prognostik pada gagal jantung. Fungsi hati dilaporkan dapat dijadikan sebagai nilai

prognostik pada gagal jantung.2 Patofisiologi utama gangguan fungsi hati pada gagal

jantung bisa disebabkan karena kongesti pasif akibat adanya peningkatan tekanan

pengisian atau penurunan curah jantung yang menyebabkan gangguan perfusi.

Kongesti hati yang disebabkan peningkatan tekanan vena sentral dapat membuat

peningkatan enzim hati dan bilirubin serum direk ataupun indirek, sementara

gangguan perfusi karena penurunan curah jantung berhubungan dengan terjadinya

hepatik selular nekrotik akut dengan peningkatan serum aminotransferase. Pada studi

yang melibatkan 1087 pasien gagal jantung dilaporkan bahwa peningkatan total

bilirubin terjadi pada 17% pasien laki-laki dan 8% pada pasien wanita, dan

peningkatan ini berhubungan dengan keparahan penyakit. 5 Selanjutnya studi

prospektif yang dilakukan oleh Batin dkk pada 557 pasien gagal jantung kronik

Universitas Sumatera Utara


melaporkan bahwa peningkatan aspartate aminotransferase (AST) dan bilirubin

total berhubungan erat dengan angka kematian.5

Pada kasus gagal jantung, gangguan fungsi hati seringkali ringan dan tidak

bergejala, dan sering terdeteksi secara tidak sengaja pada pemeriksaan rutin

biokimia. Oleh karena itu sangat penting untuk identifikasi dari awal kelainan

biokimia hati pada pasien gagal jantung, karena pemeriksaan tersebut berguna dalam

menilai derajat keparahan dan lama durasi dari gagal jantung. Dengan adanya

identifikasi dari awal kelainan serta memberikan terapi yang adekuat dari penyebab

yang mendasari terjadinya gagal jantung, maka dapat mengembalikan fungsi hati

serta mencegah dari kerusakan permanen.6

Sejauh ini belum banyak data mengenai hubungan antara fraksi ejeksi dengan

fungsi hati pada pasien gagal jantung di Sumatera Utara, sehingga penulis tertarik

untuk melakukan penelitian ini.

1.2. Perumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara fraksi ejeksi pada ekokardiografi dengan fungsi hati

pada pasien gagal jantung?

1.3. Hipotesa

Ada hubunganantara fraksi ejeksi pada ekokardiografi dengan fungsi hati pada

pasien gagal jantung.

Universitas Sumatera Utara


1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1.Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara fraksi ejeksi pada ekokardiografi dengan

fungsi hati pada pasien gagal jantung.

1.4.2.Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi level fraksi ejeksi pada ekokardiografi

yang dapat mempengaruhi fungsi hati pada pasien gagal jantung.

2. Untuk mengetahui prevalensi gangguan fungsi hati pada pasien gagal jantung

1.5. Manfaat Penelitian

1. Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah menambah wawasan mengenai

hubungan antara fraksi ejeksi pada ekokardiografi dengan fungsi hati pada

pasien gagal jantung.

2. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan

penelitian lebih lanjut, apakah pemeriksaan laboratorium fungsi hati pada pasien

gagal jantung dapat dijadikan sebagai alternatif pemeriksaan untuk menentukan

prognostik.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gagal Jantung

2.1.1 Definisi Gagal Jantung

Definisi Heart failure (HF) atau gagal jantung menurut the current American

College of cardiology Foundation (ACCF)/American Heart Association (AHA)

guidelines adalah suatu sindroma klinis kompleks, yang didasari oleh ketidak

mampuan jantung untuk memompakan darah keseluruh jaringan tubuh secara

adekuat, akibat adanya gangguan struktural dan fungsional dari jantung dengan

karakteristik gejala/symptoms (sesak nafas pada saat istirahat atau saat aktivitas atau

rasa lelah, tidak bertenaga) dan tanda/signs (retensi cairan).1,7

2.1.2 Epidemiologi Gagal Jantung

Saat ini diperkirakan sekitar hampir 5,1 juta orang di Amerika Serikat

menderita gagal jantung, dan setiap tahunnya tercatat 550.000 kasus baru

terdiagnosis. Prevalensi gagal jantung meningkat kurang dari 1% pada usia dibawah

50 tahun, 5% pada usia 50-70 tahun dan 10% pada usia diatas 70 tahun. Meskipun

ada kemajuan dalam hal penanganan dan perbaikan angka harapan hidup, namun

angka kematian gagal jantung relatif masih tinggi yaitu sekitar 300.000 pasien

meninggal setiap tahunnya.8

Jumlah rawatan rumah sakit akibat gagal jantung meningkat 250% dalam 2

dekade terakhir, dimana setengah dari populasi akan meninggal dalam 5 tahun

setelah diagnosis ditegakkan dan lebih dari 50% akan meninggal ataupun menjalani

Universitas Sumatera Utara


perawatan di rumah sakit dalam 1 tahun pertama. 8,9 Biaya yang dihabiskan

diperkirakan 21-50$ juta pertahun, dimana 60% digunakan untuk perawatan rumah

sakit. Biaya ini tiga kali lebih besar dari pasien kanker dan dua kali lebih besar dari

pasien infark miokard akut.8

2.1.3 Etiologi Gagal Jantung

Penyebab dari gagal jantung antara lain disfungsi miokard, endokard,

pericardium, pembuluh darah besar, aritmia, kelainan katup, dan gangguan irama. Di

Eropa dan Amerika disfungsi miokard paling sering terjadi akibat penyakit jantung

koroner biasanya akibat infark miokard, yang merupakan penyebab paling sering

pada usia kurang dari 75 tahun, disusul hipertensi dan diabetes. Sedangkan di

Indonesia belum ada data yang pasti, sementara data rumah sakit di Palembang

menunjukkan hipertensi sebagai penyebab terbanyak, disusul penyakit jantung

koroner dan katup.9

2.1.4 Patofisiologi Gagal Jantung

Penyebab tersering terjadinya gagal jantung adalah gangguan/kerusakan

fungsi miokard ventrikel kiri disamping adanya penyakit pada pericardium,

miokardium, endokardium ataupun pembuluh darah besar. Penurunan fungsi

ventrikel kiri mengakibatkan terjadinya penurunan curah jantung yang selanjutnya

menyebabkan teraktivasinya mekanisme kompensasi neurohormonal yang bertujuan

mengembalikan kinerja jantung dalam memenuhi kebutuhan jaringan. 10 Aktivasi

sistim simpatis menimbulkan peningkatan denyut jantung dan vasokonstriksi perifer

sehingga curah jantung dapat meningkat kembali. Aktivasi Renin-Angiotensin-

Universitas Sumatera Utara


Aldosterone system (RAAS) menyebabkan vasokonstriksi (angiotensin) dan

peningkatan volume darah melalui retensi air dan natrium (aldosterone). Mekanisme

kompensasi yang terus berlangsung ini akan menyebabkan stress pada miokardium

sehingga menyebabkan terjadinya remodeling yang progresif dan pada akhirnya

dengan mekanisme kompensasipun jantung tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan

jaringan (dekompensasi).10

2.1.5 Gejala Klinis Gagal Jantung

Sebagai kompensasi dari berkurangnya kekuatan pompa jantung, ventrikel

akan membesar untuk meningkatkan regangan dan kontraksi sehingga dapat

memompa darah lebih banyak. Akibatnya, otot jantung akan menebal untuk

membantu meningkatkan kekuatan pompa. Hal tersebut membutuhkan semakin

banyak suplai darah dari arteri koronaria yang menyebabkan jantung juga akan

berdenyut lebih cepat untuk memompa lebih sering lagi. Pada keadaan ini, kadar

hormon yang menstimulasi jantung akan meningkat. 11

Manifestasi klinis yang timbul menunjukkan adanya tanda-tanda kegagalan

jantung kongestif yaitu dispnoe dan fatique yang dapat menghambat toleransi latihan

dan retensi cairan yang dapat menimbulkan kongesti paru dan edema perifer. Kedua

abnormalitas tersebut akan mengurangi kapasitas fungsional dan kualitas hidup.12,13

2.1.6 Klasifikasi Gagal Jantung

HF dapat memberikan spektrum klinis yang luas, mulai dari ukuran jantung

LV yang masih normal, dengan EF yang masih cukup, sampai LV dilatasi berat,

dengan/atau EF yang sangat buruk.1

Universitas Sumatera Utara


Penilaian fraksi ejeksi ventrikel kiri (LVEF) penting dalam klasifikasi gagal

jantung dikarenakan adanya perbedaan demografi, komorbid, prognosis, dan respon

terapi. Serta akhir-akhir ini kebanyakan studi klinis menyeleksi pasien gagal jantung

berdasarkan EF.1 Seperti yang telah dilakukan oleh Sankar dkk yang mencari

hubungan fraksi ejeksi dengan fungsi hati pada gagal jantung; pada penelitiannya

dilaporkan bahwa pada pasien yang memiliki EF ≤40% terjadi peningkatan fungsi

hati sebanyak 92,5%, sementara pada pasien dengan EF >40% peningkatan fungsi

hati terjadi sekitar 61,7%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kejadian gangguan

fungsi hati berhubungan dengan derajat gagal jantung atau EF. 5 Nilai EF bergantung

dari tehnik imaging yang digunakan, metode analisis, dan operator.1 Dikarenakan

beberapa tehnik pemeriksaan dapat menunjukkan adanya abnormalitas fungsi sistolik

pada pasien dengan EF yang masih baik, (preserved EF), penggunaan istilah

preserved atau reduced EF lebih digunakan daripada preserved atau reduced fungsi

sistolik.1 (tabel 2.1).

Tabel 2.1. Definisi HFrEF dan HFpEF1

Klasifikasi EF (%) Deskripsi


I. Gagal jantung dengan ≤40% Dapat juga disebut gagal jantung
penurunan EF sistolik
(reduced EF (HFrEF))
II. Gagal jantung dengan ≥50% Dapat juga disebut gagal jantung
EF baik diastolik
(preserved EF (HFpEF))
a. HFpEF borderline 41-49% Karakteristik, tatalaksana dan tujuan
terapi serupa dengan HFpEF
b. HFpEF perbaikan >40% Pasien gagal jantung dengan EF yang
masih baik (HFpEF), yang sebelumnya
memiliki EF yang menurun (HFrEF)

Klasifikasi lain yang dikeluarkan oleh American College of Cardiology/

American HeartAssociation (ACC/AHA) pada tahun 2005 yang menekankan

Universitas Sumatera Utara


pembagian HF berdasarkan progressivitas kelainan struktural dari jantung dan

perkembangan status fungsional. Klasifikasi dari ACC/AHA ini, perkembangan HF

dibagi menjadi 4 stages A,B,C dan D. Stage A dan B jelas belum HF, hanya

mengingatkan pelaksana pelayanan kesehatan (health care provider) bahwa kondisi

ini kedepan dapat masuk kedalam HF. Stage A menandakan ada faktor risiko HF

(diabetes, hipertensi, penyakit jantung koroner) namun belum ada kelainan struktural

dari jantung (cardiomegali, LVH, dll) maupun kelainan fungsional. Sedangkan pada

stage B ada faktor-faktor risiko HF seperti pada stage A dan sudah terdapat kelainan

struktural, LVH cardiomegali dengan atau tanpa gangguan fungsional, namun

bersifat asimptomatik. Stage C, sedang dalam dekompensasi dan atau pernah HF,

yang didasari oleh kelainan struktural dari jantung. Stage D adalah yang benar benar

masuk ke dalam refractory HF, dan perlu tatalaksana khusus.1

2.1.7 Diagnosis Gagal Jantung

Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan jasmani,

elektrokardiografi/foto toraks, ekokardiografi-doppler dan katerisasi.4 Kriteria

Framingham dapat pula dipakai untuk diagnosis gagal jantung kongestif.

Kriteria Mayor

 Paroksismal nocturnal dispnea

 Distensi vena leher

 Ronki paru

 Kardiomegali

 Edema paru akut

 Gallop S3

Universitas Sumatera Utara


 Peninggian tekanan vena jugularius

 Refluks hepatojugular

Kriteria Minor

 Edema ekstremitas

 Batuk malam hari

 Dispnea d’effort

 Hepatomegali

 Efusi pleura

 Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal

 Takikardi (>120x/menit)

Mayor atau minor

Penurunan BB >4,5kg dalam 5 hari pengobatan

Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria mayor dan 2 kriteria

minor.4

2.1.8 Komplikasi Gagal Jantung

Pada Gagal jantung, jantung tidak dapat menyuplai oksigen secara adekuat

sesuai dengan kebutuhan metabolisme jaringan, sehingga dapat menyebabkan

kerusakan sistem organ lain, seperti hati.2

10

Universitas Sumatera Utara


2.2. Gangguan Fungsi Hati Pada Gagal Jantung

Hepatopati kardiak atau cardiac hepatopathy adalah istilah yang biasa

digunakan untuk menjelaskan adanya kerusakan hati yang disebabkan oleh

kelainan jantung, tanpa ada penyakit lain yang dapat menyebabkan kerusakan

hati. Meskipun tidak ada konsensus akan terminologi dari hepatopati kardiak,

namun hepatopati kardiak dapat juga disebut sebagai hepatopati kongestif atau

congestive hepatopathy (CH) dan acute cardiogenic liver injury (ACLI). CH dan

ACLI mempunyai nilai prognostik dalam identifikasi kejadian kardiovaskular dan

mortalitas.2

2.2.1 Patofisiologi Kerusakan Hati Pada Gagal Jantung

Patofisiologi utama dari Congestive Hepatopathy (CH) adalah karena

adanya kongestif pasif vena; sementara acute cardiogenic liver injury (ACLI)

berhubungan dengan kegagalan akut sirkulasi jantung/acutecardiocirculatory

failure (penurunan curah jantung dan hipoperfusi arteri).2 Istilah hepatitis iskemik

(ischemic hepatitis), shock liver atau hypoxic hepatopathy selama ini telah

digunakan dalam berbagai kepustakaan, namun saat ini istilah ACLI dianggap

lebih tepat, karena dapat menggambarkan dengan lebih rinci tentang proses

patofisiologi yang mendasarinya.2

CH pada umumnya terjadi pada kondisi kronik jantung yang dapat

meningkatkan tekanan vena sistemik, seperti gagal jantung kronik, perikarditis

konstriktif, stenosis mitral, regurgitasi trikuspid (TR), corpulmonale, hipertensi

arteri pulmonal (PAH) berat, tindakan prosedur Fontan yang lama atau gagal

jantung kanan karena penyebab apapun.2 ACLI berhubungan dengan kegagalan

11

Universitas Sumatera Utara


akut sirkulasi jantung yang dihasilkan dari infark miokard akut, acute

decompensated HF (ADHF), miokarditis atau emboli paru massif. Pada

kenyataannya, kongesti pasif sekunder akibat gagal jantung kanan dan

menurunnya perfusi arteri serta oksigenasi yang disebabkan gagal jantung kiri

sering terjadi secara bersamaaan dan satu sama lain berpotensi memberikan efek

yang merugikan pada hati.2

Pada CH, hati membesar, lembut dan berbatas tegas. Penemuan utama

pada histopatologi congestive liver adalah adanya perdarahan dan nekrosis dari

zona 3 Rappaport acinus dengan normal atau steatotik ringan pada zona 1 dan 2.

Karena obesitas, hiperlipidemia dan diabetes adalah merupakan faktor risiko yang

paling sering pada HF, maka hepatosteatosis, non alcoholichepatosteatosis sering

ditemukan pada pasien CH.2 Perubahan yang terjadi pada zona 3, tergantung

transmisi dari peningkatan tekanan vena sistemik ke sinusoid hepatik melalui

pembuluh darah di hati, sehingga menyebabkan dilatasi sinusoid serta

penggantian hepatosit dengan sel darah merah yang ektravasasi dari sinusoid, dan

juga kerusakan jaringan sentrilobular.2,5 Sebuah studi kecil mengevaluasi pola

dari kematian sel hepatosit pada cardiachepatopathy,studi tersebut menyimpulkan

bahwa apoptosis merupakan proses utama dari kematian sel yang terjadi pada

pasien gagal jantung kronik, sementara pada gagal jantung akut yang menonjol

adalah adanya nekrosis sel. Pada CH meningkatnya tekanan vena juga

menyebabkan terjadinya asites, dimana terjadi pada lebih dari 60% pasien cardiac

hepatopathy; kerusakan duktus biliaris dan terbentuknya trombus pada sinusoid,

vena hepatik dan vena porta.2 Jika kongesti berlangsung lama, maka akan terjadi

perubahan yaitu adanya deposit kolagen, sehingga dapat menyebabkan terjadinya

12

Universitas Sumatera Utara


sirosis kardiak/cardiac cirrhosis.2,5 Sampai saat ini sirosis kardiak jarang terjadi.

Berbeda dengan sirosis yang disebabkan karena primer kelainan hati, sirosis

kardiak kerusakannya terutama terjadi pada zona 3 daripada zona 1. Kongesti

vaskular yang disebabkan oleh HF dapat meningkatkan kekakuan hati secara

transient, (yang dapat dinilai melalui elastografi), sehingga dapat salah diartikan

sebagai sirosis hati. Pada pasien HF, diagnosis sirosis kardiak harus berdasarkan

klinis, biokimia dan penemuan radiografi.2

Karena aktivitas metabolik di hati serta laju perfusinya sangat tinggi, maka

adanya perubahan sirkulasi akut seperti syok kardiogenik atau ADHF dapat

menyebabkan terjadinya ACLI, dimana mekanisme kompensasi hati dalam

meningkatkan pengeluaran oksigen dari darah (hingga 95%) tidak cukup dalam

menanggapi adanya kegagalan sirkulasi yang menetap. Aliran darah hati akan

menurun sekitar 10% setiap terjadi penurunan 10 mmHg pada tekanan arteri.

Dengan adanya mekanisme kompensasi yang sangat baik dari hati, maka jarang

terjadi kerusakan hati pada individu yang sebelumnya sehat, kemudian terjadi

syok. Sebuah analisis retrospektif melaporkan bahwa dari 31 pasien dengan

hepatitis iskemik, didapatkan bahwa semua pasien memiliki dasar kelainan

jantung yang berat disertai adanya kongesti pasif hati. Oleh karenanya

disimpulkan bahwa diperlukan adanya suatu kongesti hati untuk terjadinya suatu

kerusakan dihati yang dicetuskan oleh kejadian hipotensi. 2 Terdapat studi besar

lain yang mendukung hipotesis tersebut, bahwa ACLI terjadi disebabkan karena

adanya gangguan perfusi akut yang tumpang tindih dengan adanya kondisi

kongesti hati sebelumnya, yang disebabkan oleh peningkatan tekanan vena

hepatik. Secara histologi, ACLI ditandai dengan adanya nekrosis dari zona

13

Universitas Sumatera Utara


hepatosit pericentral 3, yang menerima oksigenasi lebih sedikit daripada zona

hepatosit periportal 1 dan 2.2

2.2.2 Penemuan Klinis Dan Kelainan Laboratorium Fungsi Hati Pada Gagal

Jantung

CH pada umumnya asimtomatik, namun dilaporkan pada beberapa pasien,

adanya rasa tidak nyaman pada perut kanan atas yang disebabkan karena

peregangan kapsul hati, rasa cepat kenyang, mual dan anoreksia. Pada

pemeriksaan fisik dijumpai jaundice, hepatomegali, refluks hepatojugular, asites

dan hati yang berpulsasi. Pada sebuah studi analisis retrospektif pada 661 pasien,

dilaporkan terdapat 8 pasien (1,2%) jaundice, yang disebabkan karena kelainan

primer jantung. Refluks hepatojugular didefinisikan sebagai adanya peningkatan

lebih dari 3 cm pada tekanan vena jugularis, jika dilakukan penekanan pada

abdomen regio kuadran kanan atas. Manuver tersebut sangat berguna dalam

memprediksi adanya HF. Pulsasi di hati terjadi disebabkan karena TR, stenosis

trikuspid, perikarditis konstriktif, kardiomiopati restriktif atau hipertensi

pulmonal. Splenomegali dapat terjadi pada minoritas gagal jantung kronik, varises

esofagus sangat jarang terjadi, karena mayoritas pasien memiliki tekanan vena

hepatik yang normal.2

Pada pemeriksaan laboratorium pasien dengan CH, dijumpai adanya

peningkatan penanda kolestasis di serum, termasuk bilirubin, alkaline

phosphatase (ALP) dan γ-glutamyl-transpeptidase (GGT). Kadar alanine

aminotransferase (ALT) dan aspartate aminotransferase (AST) pada umumnya

terjadi peningkatan hingga 2-3 kali lipat dari batas normal.2 Penurunan ringan

14

Universitas Sumatera Utara


kadar albumin (sekitar 25% pasien) dan sedikit peningkatan pada masa

protrombin juga sering terjadi pada pasien CH. 2 Peningkatan fungsi hati sangat

erat berhubungan dengan penurunan indeks jantung, peningkatan tekanan

pengisian dan TR berat. Pada studi yang dilakukan oleh 1087 pasien HF,

prevalensi peningkatan GGT dilaporkan sekitar 43% pada pria dan 48% pada

wanita, sementara peningkatan bilirubin total dilaporkan 17% pada pria dan 8%

pada wanita. Pada studi ini disimpulkan bahwa kadar GGT dan bilirubin total

berhubungan dengan keparahan penyakit. Pada studi berikutnya, dilakukan

analisa tes fungsi hati pada 2679 pasien dan didapati 13% pasien memiliki kadar

bilirubin diatas batas normal. Dan setelah melakukan penyesuaian beberapa

variabel, maka hanya kadar bilirubin total yang berhubungan dengan morbiditas

dan mortalitas (program CHARM). Studi prospektif lain pada 552 pasien gagal

jantung kronik, melaporkan bahwa semua nilai abnormal tes fungsi hati

berhubungan dengan mortalitas, namun AST dan kadar bilirubin total yang

mempunyai hubungan dengan mortalitas paling kuat. Poelzl dkk melaporkan

bahwa ALP (HR 1,52) dan GGT (HR 1,22) adalah prediktor independen kematian

dari penyebab apapun pada studi yang dilakukan 1032 pasien HF. Poelzl dkk juga

melaporkan bahwa kadar bilirubin total, ALP dan GGT berkorelasi dengan

functional class dan tanda klinis gagal jantung termasuk distensi vena jugularis,

TR dan edema perifer. Studi terbaru mengevaluasi pasien yang menjalani

implantasi (left ventricular assist device (LVAD) implantation), kadar bilirubin

total dilaporkan sebagai sebuah komponen dari model risiko untuk adverse

outcomes sesudah implantasi LVAD atau tansplantasi jantung. 2

Hipoalbuminemia, terutama disebabkan karena gagal jantung (berhubungan

15

Universitas Sumatera Utara


dengan inflamasi sistemik), adalah penanda prognostik lain pada gagal jantung

akut dan kronik. Hipoalbuminemia mempunyai nilai prognostik pada pasien

LVAD dan juga sebagai komponen dari model risiko. Asites yang berhubungan

dengan gagal jantung kronis juga mempunyai gambaran yang berbeda, yang

mungkin dapat berguna dalam membuat diferensial diagnosis. Asites yang

disebabkan oleh jantung mempunyai kadar protein yang tinggi (biasanya ≥ 2,5

g/dl) dan gradient serum asites yang tinggi (> 1,1 g/dl), hal ini disebabkan karena

fungsi sintetik hati masih terpelihara. Hitung sel darah merah dan kadar lactate

dehydrogenase (LDH) juga tinggi pada asites yang disebabkan jantung

dibandingkan dengan asites sirosis yang disebabkan oleh lainnya, hal ini

dikarenakan adanya ekstravasasi dari sel darah merah kedalam asites dan adanya

lisis. Penanda lain yang berguna adalah kadar NT-proBNP pada serum dan asites.

Sheer dkk melaporkan bahwa kadar NT-proBNP mempunyai sensitivitas dan

spesifisitas dalam memprediksi HF, sebagai penyebab asites. ACC dan European

Society of Cardiology Heart Failure Guidelines merekomedasikan melakukan

pemeriksaan test fungsi hati pada semua pasien dengan HF. 2

ACLI pada umumnya asimtomatik, namun rasa mual, muntah, lemah, nyeri

perut kanan atas mungkin muncul sesudah periode laten, yaitu 2-24 jam sesudah

masa akut. Hanya sedikit kasus yang menjadi gangguan kesadaran, jaundice,

flapping tremor ataupun koma hepatikum. Pada pasien ACLI, gangguan

kesadaran dan koma lebih sering terjadi karena hipoksia serebri daripada

ensefalopati hepatikum. Gagal hati fulminan juga pernah dilaporkan pada kasus

HF, namun sangat jarang terjadi.2 Pada analisis retrospektif yang melibatkan 1147

pasien gagal akut hati, dilaporkan bahwa 4,4% pasien mengalami hepatitis

16

Universitas Sumatera Utara


iskemik. Pada analisis studi ini, diketahui bahwa ensefalopati hepatikum

berhubungan dengan mortalitas jangka pendek, sementara prognosis jangka

panjang ditentukan oleh penyakit jantung yang mendasarinya. Pada studi lain

yang melibatkan 202 pasien gagal hati akut, syok kardiogenik ditemukan pada 13

pasien. Angka mortalitas pada 13 pasien ini adalah 54% dan yang membedakan

antara yang bertahan dengan yang tidak adalah indeks jantungnya. Pada beberapa

pasien dengan gagal hati akut, biasanya penyakit jantung yang mendasari pada

awalnya tidak begitu jelas. Adanya kelainan EKG disertai dengan ditemukan

murmur/bising pada jantung, maka harus dilakukan pemeriksaan ekokardiografi

pada pasien dengan gagal hati akut yang tidak diketahui penyebabnya. 2

Pemeriksaan laboratorium yang dijumpai pada ACLI adalah adanya

peningkatan kadar transaminase dan LDH (biasanya 10-20 kali dari nilai normal,

dan bisa meningkat hingga 2000 kali lipat). Kadar transaminase dan LDH

mencapai puncaknya 1-3 hari sesudah masa akut dan kembali kenilai normal

dalam waktu 7-10 hari jika hemodinamik pasien telah pulih. Pada ACLI,

peningkatan cepat kadar LDH, paralel dengan kadar transaminase, rasio

ALT:LDH adalah <1,5, Penurunan kadar ALT lebih dari 50% dalam waktu 72

jam adalah karakteristik dari viral akut, alkoholik atau hepatitis imbas obat. 2

Penemuan laboratorium lainnya adalah peningkatan ringan dari kadar serum

bilirubin dan ALP serta pemanjangan masa protrombin. Beberapa studi

melakukan penelitian mengenai peran test fungsi hati pada pasien ADHF.

Analisis yang dilakukan pada 1134 pasien ADHF yang mendapat terapi inotropik

melaporkan bahwa 46% pasien memiliki nilai fungsi hati yang abnormal, dan

diantara pemeriksaan tersebut, hanya kadar transaminase abnormal yang

17

Universitas Sumatera Utara


berhubungan dengan mortalitas 180 hari (Survival Of Patients With Acute Heart

Failure In Need Of Intravenous Inotropic Support = SURVIVE trial). Analisis

lain yang melibatkan pasien ADHF yang menjalani rawat inap, menunjukkan

bahwa nilai dasar abnormal dari tes fungsi hati biasa terjadi pada pasien ADHF,

akan tetapi hanya kadar albumin yang rendah dan peningkatan kadar bilirubin

yang mempunyai nilai prognostik untuk mortalitas (Efficacy of Vasopressin

Antagonism in Heart Failure Outcome Study With Tolvaptan = EVEREST trial).

Studi lain yang dilakukan pada gagal jantung akut, dilaporkan bahwa adanya

peningkatan ≥ 20% kadar serum ALT pada masa akut berhubungan dengan

penyebab mortalitas 180 hari (Efficacy and Safety of Relaxin for the Treatment of

Acute Heart Failure (RELAX-AHF).2

Gambar 1. Gangguan hemodinamik pada gagal jantung dan mekanisme yang menghasilkan berbagai
pola peningkatan enzim hati. Congestive hepatic injury (panel kiri) dan cedera hati iskemik (panel
kanan).14

18

Universitas Sumatera Utara


2.3 Kerangka Teori

Penurunan fungsi ventrikel kiri

Penurunan kardiak output

Aktivasi mekanisme kompensasi sistem

Aktivasi saraf simpatis Aktivasi RAAS

Peningkatan Vasokonstriksi Vasokonstriksi Retensi


denyut jantung perifer perifer Air-Natrium

Peningkatan kardiak output Peningkatan volume darah

Mekanisme kompensasi terjadi terus-menerus menyebabkan


stress miokard → remodeling progresif

GAGAL JANTUNG

Suplai oksigen ke hati tidak ade kuat


(Hepatopati Kardiak)

Pada Gagal Jantung Akut Pada Gagal Jantung Kronik


Acut Cardiogenic Liver Injury Congestive Hepatopaty
(ACLI) (CH)

19

Universitas Sumatera Utara


ACUTE CARDIOGENIC LIVER INJURY (ACLI)

Terjadi pada perubahan sirkulasi Penurunan takanan


Akut jantung (Syok kardiogenik,ACS) arteri

Nekrosis di zona hepatosit Penurunan suplai Penurunan aliran


Persentral 3 Oksigen ke hati Darah ke hati

LIVER ISCHEMIC

CONGESTIVE HEPATOPATY (CH)

Terjadi pada kondisi kronik (CHF, Peningkatan vena Dilatasi sinusoid


Perikarditis, Mitral Senosis, CPC, sistemik di hati
Hipertensi Pulmonal)

Penggantian hepatosit dengan sel darah


- Perubahan anatomis → hati merah ekstravasasi dari sinusoid hati
membesar, lembut, berbatas tegas
Kerusakan jaringan sentrolobuler
- Histopatologi → perdarahan dan
(APOPTOSIS)
nekrosis zona 3 Reppaport acinus
dan gambaran normal/ steatotik
ringan di zona 1 dan 2

Kongesti berlangsung Deposit KARDIAK


lama kolagen SIROSIS

20

Universitas Sumatera Utara


2.4. Kerangka Konsep

Gagal Jantung

Suplai oksigen hati


tidak adekuat

Hubungan

Fraksi Ejeksi Gangguan fungsi hati

21

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi cross-sectional analitik untuk mengetahui hubungan

antara fraksi ejeksi pada ekokardiografi dengan fungsi hati pada pasien gagal

jantung.

3.2.Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di ruang rawat inap RSUP HAM Medan mulai bulan Juni

2017 sampai jumlah sampel terpenuhi.

3.3. Subjek Penelitian

Populasi adalah seluruh pasien gagal jantung yang menjalani rawat inap. Sampel

adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi.

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Penderita penyakit gagal jantung yang ditegakkan berdasarkan kriteria

Framingham

b. Usia > 18 tahun

c. Subjek menerima informasi serta memberikan persetujuan untuk ikut serta

dalam penelitian secara sukarela dan tertulis (informed concent)

22

Universitas Sumatera Utara


Kriteria eksklusi pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Pasien dengan HBsAg positif.

b. Pasien dengan anti HCV positif.

c. Pasien hamil.

d. Pasien yang mendapat obat hepatotoksik.

e. Pasien anemia hemolitik.

f. Pasien hepatitis.

g. Pasien kolestasis.

h. Penyakit sirosis hati (berdasarkan klinis) dan penyakit hati kronik lainnya.

3.5.Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh pasien gagal jantung yang menjalani rawat inap. Sampel

adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Untuk menentukan jumlah sampel

yang diambil dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

n
Z (1 / 2 ) Po (1  Po )  Z (1  ) ) Pa (1  Pa )  2

Po  Pa 2
dimana :

Z (1 / 2) = deviat baku alpha. utk  = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96

Z (1  ) = deviat baku betha. utk  = 0,15 maka nilai baku normalnya 1,036

P0
= proporsi penderita CHF yang memiliki EF < 40 % dan peningkatan fungsi hati

= 0,925 (92,5 %)(sumber)

Pa
= perkiraan proporsi CHF yang memiliki EF < 40 % dan peningkatan fungsi hati

yang diteliti, sebesar = 0,775 (77,5 %)

23

Universitas Sumatera Utara


P0  Pa = beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar 0,15 (15 %)

Dengan demikian, besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini dibulatkan

menjadi 47 orang.

3.6. Cara Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

 Setelah mendapatkan persetujuan dari komite etik, maka subjek yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi dilakukan penjelasan dan diminta memberikan

persetujuan tertulis (informedconsent) untuk mengikuti penelitian.

 Pasien dilakukan pengambilan sampel darah pada daerah fossa cubiti subjek

penelitian untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium fungsi hati

(SGOT,SGPT,Bilirubin,ALP,GGT,albumin). Pengambilan darah dilakukan oleh

laboran.

 Pasien dilakukan pemeriksaan Doppler ekokardiografi. Pemeriksaan

ekokardiografi dilakukan oleh spesialis jantung dan pembuluh darah.

 Kemudian setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data dan analisa data.

3.7. Variabel dan Definisi Operasional

 Variabel Independen

Variabel Skala ukur


No Definisi Cara dan ukur
dependen
Klasifikasi Kategorik
fraksi ejeksi - HFrEF) ≤
Volume akhir diastolik dikurangi dengan 40%1,7
Fraksi
1 dengan volume akhir sistolik, dibagi alat ukur : -(HFpEF)
Ejeksi
volume akhir diastolik Doppler > 40%1,7
ekokardiografi

24

Universitas Sumatera Utara


 Variabel Dependen

Variabel
No Definisi Cara dan ukur
dependen Skala

Serum glutamic oxalo-acetic


transaminase merupakan enzim
sitoplasmik dan mitokondrial didalam
1 SGOT
hepatosit yang berperan pada tranfer
gugus amino antara aspartat dan α
ketoglutarat. Kadar normal 5-34 U/L
Serum glutamic-pyruvic transaminase
berperan pada tranfer gugus amino
antara alanin dan α
ketoglutarat,.terutama terdapat pada
2 SGPT
hepatosit, menunjukkan adanya
kerusakan hati yang lebih spesifik
dibandingkan SGOT. Kadar normal 0-
55 U/L
Hasil katabolisme heme didalam Kategorik
3 Bilirubin sistem retikuloendotelial (RES). Kadar Automatic (normal
Bilirubin normal 0,2-1,2 mg/dl (turbidimetri), atau
Enzim yang mengkatalisis hidrolisa dengan alat meningkat)
berbagai fosfomonoester pada suasana ukur cobas
alkalis. Ditemukan dalam jumlah besar
4 ALP
di jaringan hati, tulang, usus, limpa,
plasenta dan ginjal. Kadar ALP normal
40-150 U/L
γ-glutamyl-transpeptidase adalah
enzim yang mengkatalis tranfer γ-
glutamyl dari γ-glutamyl peptides ke
5 GGT asam amino. Kadar meningkat pada
obstruksi bilier, pankreatitis, alkohol,
obat-obatan. Kadar GGT normal 9-36
U/L
Albumin adalah protein utama yang
terdapat dalam darah manusia yang
6 Albumin
diproduksi oleh organ hati. Albumin
serum normal 3,5-5g/ dL

25

Universitas Sumatera Utara


3.8. Analisa Data

1. Chi-square/ fisher exact test digunakan untuk mengetahui hubungan antara

fraksi ejeksi dengan fungsi hati pada pasien gagal jantung.

2. Analisis statistik dilakukan dengan software SPSS versi 17.0

3. Untuk semua uji statistik dengan p value< 0,05 dianggap secara statistik

bermakna.

3.9. Kerangka Operasional

Pasien Gagal jantung yang


dirawat di RS HAM

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Sampel

Pemeriksaan Doppler
ekokardiografi Pemeriksaan Fungsi Hati

Analisa Data

26

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Selama periode penelitian (Juni 2017 s/d Oktober 2018) di ruang rawat inap RSUP.

H. Adam Malik Medan diperoleh 52 subjek penelitian dengan gagal jantung yang

sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini. Karakteristik subjek

penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik dasar subjek penelitian

Variabel Frekuensi
Jenis Kelamin, n (%)
Pria 36 (69,2)
Wanita 16 (30,8)
Umur, rerata ± SD, tahun 52,08 ± 10,52
Laboratorium, rerata ± SD
Hb (gr/dl) 12,30 ± 2,37
Leukosit (/mm3) 8684,62 ± 2895,46
Trombosit (/mm3) 266346,15 ± 130741,61
SGOT (U/L) 69,77 ± 116,95
SGPT (U/L) 65,60 ± 109,21
Bilirubin Total (mg/dl) 2,673 ± 2,37
ALP (U/L) 119,08 ± 63,40
GGT (U/L) 118,4 ± 49,85
Albumin (g/dL) 2,96 ± 0,46
Ejection Fraction (EF) (%) 36,19 ± 10,42

Subjek berjenis kelamin pria sebanyak 36 pasien (69,2%), dan berjenis

kelamin wanita sebanyak 16 pasien (30,8%), dan rerata usia adalah 52,08 ± 10,52

tahun. Pada penelitian ini variabel fungsi hati dan fraksi ejeksi dijadikan sebagai

variabel kategorik, yang dapat dilihat pada tabel 4.2.

27

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2. Karakteristik fungsi hati dan fraksi ejeksi subjek penelitian

Fungsi hati Frekuensi; n(%)


SGOT
< 34 U/L 27 (51,9)
> 34 U/L 25 (48,1)
SGPT
< 55 U/L 40 (76,9)
> 55 U/L 12 (23,1)
Bilirubin Total
< 1.2 mg/dL 20 (38,5)
> 1.2 mg/dL 32 (61,5)
ALP
< 150 U/L 37 (71,2)
> 150 U/L 15 (28,8)
GGT
< 36 U/L 3 (5,8)
> 36 U/L 49 (94,2)
Albumin
< 3.5 g/dL 47 (9,4)
> 3.5 g/dL 5 (9,6)
Fraksi Ejeksi
< 40 % 38 (73,1)
>40 % 14 (26,9)

Pada tabel 4.2 tampak frekuensi peningkatan bilirubin total dan GGT lebih

banyak dibandingkan fungsi hati lainnya.Karakteristik fungsi hati pada tabel 4.3

tampak bahwa SGOT, SGPT, bilirubin total, ALP, dan GGT memiliki rerata yang

lebih tinggi pada fraksi ejeksi < 40% dibandingkan dengan fraksi ejeksi > 40%.

28

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3 Karakteristik fungsi hati berdasarkan Fraksi Ejeksi

Fungsi Hati Fraksi Ejeksi


EF < 40 % EF > 40%
SGOT (U/L) 80,21 ± 131,49 41,43 ± 57,16
SGPT (U/L) 73,26 ± 123,894 44,79 ± 49,64
Bilirubin Total (mg/dl) 3,12 ± 2,27 1,46 ± 2,31
ALP (U/L) 129,32 ± 62,29 91,29 ± 59,88
GGT (U/L) 124,21 ± 42,13 102,64 ± 65,82
Albumin (g/dL) 2,92 ± 0,45 3,08 ± 0,49
Untuk mengetahui hubungan Fraksi Ejeksi terhadap fungsi hati dilakukan uji

hipotesis variabel kategorik tidak berpasangan menggunakan uji Chi-Square. Hasil

analisa tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4. Hubungan Fraksi Ejeksi terhadap fungsi hati (analisa Chi-Square)

Fungsi hati Fraksi Ejeksi (n) p


EF <= 40 % EF > 40%
SGOT
< 34 U/L 18 9 0,279
> 34 U/L 20 5
SGPT
< 55 U/L 30 10 0,712
> 55 U/L 8 4
Bilirubin Total
< 1.2 mg/dL 9 11 0,001
> 1.2 mg/dL 29 3
ALP
< 150 U/L 25 12 0,300
> 150 U/L 13 2
GGT
< 36 U/L 0 3 0,016
> 36 U/L 38 11
Albumin
< 3.5 g/dL 3 2 0,602
> 3.5 g/dL 35 12

Pada tabel diatas didapatkan nilai p < 0,05 untuk hubungan Fraksi Ejeksi terhadap

bilirubin total (p = 0,001) dan GGT (p = 0,016) berdasarkan analisa Fischer Exact
29

Universitas Sumatera Utara


test. Analisa tersebut menyimpulkan terdapat hubungan yang bermakna secara

statistik antara fraksi Ejeksi terhadapbilirubin total dan GGT.

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini pasien gagal jantung memiliki karakteristik berjenis kelamin pria

sebanyak 36 pasien (69,2%), dan berjenis kelamin wanita sebanyak 16 pasien

(30,8%). Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan banyaknya anggapan

bahwa gagal jantung banyak terjadi pada pria, karena faktor risiko koroner umum

pada pria dan angka rawatan gagal jantung banyak terjadi pada pria, sedangkan pada

wanita terutama terjadi pada wanita lanjut usia. 12

Rerata usia pada penelitian iniadalah 52,08 ± 10,52 tahun. Hal ini tidak

sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa gagal jantung merupakan kondisi

yang terjadi pada lansia umumnya, dan berkontribusi pada meningkatnya insidensi

HF.11 Walaupun dari satu penelitian menunjukkan bahwa di Afrika, pasien HF lebih

muda daripada di wilayah lain, dengan sebagian besar adalah NYHA kelas III / IV

dan memiliki penyakit katup, dan setengah dari pasien gagal jantung tersebut adalah

laki-laki dan 29% memiliki HFpEF. Di Asia proporsi penyakit arteri koroner adalah

etiologi utama gagal jantung, dan lebih dari separuh populasi gagal jantung tersebut

adalah laki-laki dan memiliki hipertensi.15

Karakteristik fungsi hati pada penelitian ini tampak bahwa SGOT, SGPT,

bilirubin total, ALP, dan GGT memiliki rerata yang lebih tinggi pada fraksi ejeksi

<= 40% dibandingkan dengan fraksi ejeksi > 40%. Hal ini sesuai denga teori yang

menyatakan adanya peningkatan fungsi hati pada pasien gagal jantung. Gagal

jantung sering mengakibatkan kerusakan hati. Hal ini didasari dengan fakta bahwa

30

Universitas Sumatera Utara


hati menerima hingga 25% curah jantung, sehingga fungsi hati sangat sensitif

terhadap penurunan aliran darah. Gambaran laboratorium terutama menunjukkan

kolestasis, dengan peningkatan serum g-glutamyl-transpeptidase, alkalin fosfatase,

dan bilirubin, sementara transaminase sering normal atau meningkat sedang, kecuali

pada gagal jantung berat.16

Pada penelitian ini untuk mengetahui hubungan Fraksi Ejeksi terhadap fungsi hati

dilakukan uji hipotesis variabel kategorik tidak berpasangan menggunakan uji Chi-

Square, dan didapatkan nilai p < 0,05 untuk hubungan Fraksi Ejeksi terhadap

bilirubin total (p = 0,001) dan GGT (p = 0,016). Analisa tersebut menyimpulkan

terdapat hubungan antara fraksi Ejeksi terhadap bilirubin total dan GGT.

Pada Penelitian Acute Study of Clinical Effectiveness of Nesiritide in

Decompensated Heart Failure (ASCEND-HF) yang dilakukan Marc D dkk

menyatakan pasien dengan gagal jantung pada umumnya memiliki nilai fungsi hati

yang meningkat, dan EF < 50% dikatakan memiliki perbedaan signifikan terhadap

peningkatan bilirubin (p < 0,001). Penelitian tersebut juga tidak menemukan

hubungan antara aminotransferase. Kondisi ini diduga adanya kriteria eksklusi

seperti keadaan hipotensi, kondisi yang memerlukan inotropik intravena, dan

sindrom koroner akut, yang kemudian diduga kondisi tersebut memberikan

kontribusi peningkatan risiko ACLI. Pada pasien gagal jantung dengan hemodinamik

tidak stabil, kondisi hipotensi saja tidak selalu cukup untuk menyebabkan

peningkatan kadar aminotransferase.17

Huan Zheng dkk menganalisa 327 pasien gagal jantung dan membandingkan

dengan 200 sampel kontrol sehat. Pada penelitian tersebut menunjukkan adanya

31

Universitas Sumatera Utara


perbedaan bermakna pada kadar bilirubin total terhadap keparahan Ejection Fraction

( p = 0,001).18

Proporsi pasien denganHFrEF (fraksi ejeksi ≤ 0,40, n = 1594) yang memiliki

peningkatan total bilirubin (15,8%) hampir dua kali lipat dari pasien dengan HFpEF

(fraksi ejeksi> 0,40, n = 1085; peningkatan bilirubin total 9,4%; p <0,001 sebagai

perbandingan).19

Sankar dkk yang meneliti 100 pasien gagal jantung, menyatakan adanya

hubungan yang bermakna antara kadar peningkatan bilirubin, SGOT, SGPT dan

ALP dengan fraksi ejeksi (p < 0,05), dan tidak ada hubungan antara kadar albumin

dengan fraksi ejeksi.6

Dalam CH, temuan laboratorium yang sering ditemukan adalah penanda serum

kolestasis yang meningkat termasuk bilirubin, alkaline phosphatase (ALP), dan γ-

glutamyl-transpeptidase (GGT). Alanine aminotransferase (ALT) dan aspartate

aminotransferase (AST) tingkat umumnya menunjukkan peningkatan ringan hingga

2-3 kali tingkat referensi normal. Penurunan ringan dalam kadar albumin (sekitar

25% pasien) dan sedikit peningkatan waktu prothrombin juga sering terjadi pada

pasien CH. Peningkatan tes fungsi hati lebih kuat berkorelasi dengan penurunan

indeks jantung, peningkatan tekanan pengisian, dan regurgitasi trikuspid berat.

Dalam sebuah penelitian terhadap 1087 pasien rawat jalan HF, prevalensi GGT

tinggi dilaporkan 43% pada pria dan 48% pada wanita dan total bilirubin dilaporkan

17% pada pria dan 8% pada wanita. Baik GGT dan kadar bilirubin total ditemukan

terkait dengan keparahan penyakit, tetapi hanya tingkat GGT yang secara

independen terkait dengan hasil yang merugikan dalam penelitian itu.2

32

Universitas Sumatera Utara


Van Deursen dkk menemukan interaksi yang signifikan antaracentral venous

pressure(CVP) dan cardiac index (CI) pada hubungan dengan tes fungsi hati. Pada

dasarnya, semua tingkat parameter fungsi hati meningkat dengan penurunan CI dan

meningkatkan CVP, kecuali untuk ALT dan AST. Baik ALT dan AST hanya

menunjukkan peningkatan ketika CI berkurang. Karena kelainan ini sering terjadi

bersamaan, temuan ini tampaknya merupakan cerminan dari patofisiologi kelainan

fungsi hati pada gagal jantung yang merupakan kombinasi dari kongesti dan

penurunan curah jantung. Bersama dengan temuan tersebut, menunjukkan bahwa

peningkatan kadar GGT, ALP, LDH, dan bilirubin bergantung pada penurunan

perfusi dan kongesti, sedangkan Tingkat AST dan ALT terutama ditentukan oleh

penurunan perfusi hati. Hal ini menunjukkan bahwa perfusi hati rendah pada gagal

jantung terutama predisposisi untuk cedera hati hepatoseluler (AST tinggi dan ALT),

sedangkan cedera hati kolestasis terutama diamati ketika CVP sangat tinggi

(bilirubin tinggi, GGT, ALP).20

Studi yang dilakukan Megalla dkk terhadap 188 pasien gagal jantung kanan,

menyimpulkan tidak adanya hubungan variabel ekokardiografi (LV ejection fraction,

LA diameter, severe TR, RV hypokinesis, RV dilated) terhadap kejadian cardiac

hepatopathy (CH). Mereka menyatakan temuan asosiasi antara berbagai parameter

dan CH tidak menyiratkan bahwa parameter adalah penyebab atau efek CH,

dikarenakan penelian tersebut bersifat retrospektif. Diduga hal ini dikarenakan

pengukuran parameter pada kateterisasi, serologi dan ekokardiografi tidak simultan.

Padahal hemodinamik pada pasien gagal jantung kongestif dapat bervariasi secara

substansial dari hari ke hari.21 Inisiasi terapi pada 1 jam pertama rawat inap bisa

mengurangi besarnya kelainan echocardiographic pada pasien dengan hasil tes hati

33

Universitas Sumatera Utara


yang abnormal pada saat masuk. Perawatan diuretik intravena dapat menyebabkan

perubahan volume cepat yang dapat mempengaruhi right atrial pressure (RAP) dan

hasil pengukuran ekokardiografi. Selain itu penundaan pengambilan tes darah untuk

pemeriksaan fungsi hati sejak pasien masuk RS dapat mengakibatkan perubahan

prevalensi tes hati yang. Hal ini ditunjukkan pada beberapa pasien gagal jantung,

peningkatan enzim hati menurun secara signifikan bahkan 1 hari setelah pengobatan

yang efektif.22

Dalam evaluasi 1087 pasien rawat jalan dengan gagal jantung kronis, Ess et al

menemukan prevalensi GGT tinggi menjadi 43% pada pria dan 48% pada wanita.

GGT secara independen terkait dengan hasil prognosis yang tidak bagus pada pasien

ini. Temuan ini lebih lanjut menyoroti pentingnya klinis GGT pada penyakit

kardiovaskular.23 Dalam sebuah penelitian prospektif yang melibatkan 3494 pria

berusia 60 hingga 79 tahun tanpa diagnosis HF atau infark miokard yang

ditindaklanjuti selama periode rata-rata sembilan tahun, di mana terdapat 168 kasus

insiden HF, peningkatan GGT dikaitkan dengan signifikan peningkatan risiko

insiden gagal jantung pada pria <70 tahun, tetapi tidak pada pria ≥70 tahun. 24

Relevansi GGT serum dan keparahan penyakit pada HF kronis diselidiki oleh

Poelzl dkk, yang menemukan bahwa serum GGT dikaitkan dengan tingkat

keparahan HF seperti yang dinilai oleh kelas New York Heart Association, fraksi

ejeksi ventrikel kiri dan NT-pro BNP (p < 0,001).25

34

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Subjek berjenis kelamin pria sebanyak 36 pasien (69,2%), dan berjenis kelamin

wanita sebanyak 16 pasien (30,8%), dan rerata usia adalah 52,08 ± 10,52 tahun.

Frekuensi peningkatan bilirubin total dan GGT lebih banyak dibandingkan

fungsi hati lainnya. Pada karakteristik fungsi hati tampak SGOT, SGPT,

bilirubin total, ALP, dan GGT memiliki rerata yang lebih tinggi pada fraksi

ejeksi <= 40% dibandingkan dengan fraksi ejeksi > 40%.

2. Berdasarkan analisa Fisher Exact test pada penelitian ini didapatkan nilai p <

0,05 untuk hubungan Fraksi Ejeksi terhadap bilirubin total (p = 0,001) dan GGT

(p = 0,016). Analisa tersebut menyimpulkan terdapat hubungan yang bermakna

antara fraksi ejeksi dengan terhadap bilirubin total dan GGT.

5.2. Saran

1. Dibutuhkan penelitian prospektif skala besar dan uji klinis acak untuk melihat

hubungan fraksi ejeksi terhadap fungsi hati.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan baru yang

mendorong para klinisi untuk dapat membuat kesimpulan dari peran fraksi

ejeksi terhadap fungsi hati

35

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Manurung D, Muhadi. Gagal jantung akut. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, K

MS, Setiyohadi B, Syam AF, eds.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI ed. Jakarta

– Indonesia: InternaPublishing; 2014:1136-1147.

2. Cagli K, Basar FN, Tok D, Turak O, Basar O. How to interpret liver function test

in heart failure patients?. Turk J Gastroenterol. 2015;26:197-203.

3. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Pedoman Pewawancara Petugas

Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes Depkes RI; 2013:90-93.

4. Pangabean MM. Gagal jantung. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, K MS,

Setiyohadi B, Syam AF, eds.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI ed. Jakarta –

Indonesia: InternaPublishing; 2014:1132-1135.

5. Alvarez AM, Mukherjee D. Liver abnormalities in cardiac diseases and heart

failure. Int J Angiol. 2011;20:135-142.

6. Sankar K, Kumar GR, Anandan H. Correlation between ejection fraction and

hepatic and renal functions in heart failure patients. International Journal of

Scientitic Study. 2016;4:164-167.

7. Mann DL, Chakinala M. Heart failure: pathophysiology and diagnosis. In :

Kasper D, Fauci A, Hauser S, Longo D, Jameson JL, Loscalzo J, eds. Harrison’s

Principles of Internal medicine. 19th ed. Mc Graw Hill; 2015:1500-1505.

8. Klein L, Gattis WA. Pharmacologic therapy for patients with chronic heart

failure and reduced systolic function: review of trials and practical

considerations. Am J Cardiol. 2003;91:18F-40F.

36

Universitas Sumatera Utara


9. Ghanie A. Gagal jantung kronik. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, K MS,

Setiyohadi B, Syam AF, eds.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI ed. Jakarta –

Indonesia: InternaPublishing; 2014:1148-1153.

10. Jackson G, Gibbs CR, Davies MK. ABC of heart failure: Pathophysiology.

BMJ.2000;320:167-170.

11. Heartfailure. Mayoclinic. Cited 20 Juni 2017. Available from:

http:/www.mayoclinic.com/health/heartfailure/DS00061/DSECTION=7

12. Hunt SA, Abraham WT, Chin MH, et al. ACC/AHA 2005 Guideline Update for

the Diagnosis and Management of Chronic Heart failure in the Adult, A Report

of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force

on Practical Guidelines (Writing Committee to Update the 2001 Guidelines for

Evaluation and Management of Heart Failure). Circulation. 2005;112:e154-e235.

13. Heart Failure. Medline Plus. Cited 20 Juni 2017. Available from:

http:/www.nlm.nih.gov/medlineplus//ency/article/00158.htm

14. Auer J. What does the liver tell us about the failing heart?European Heart

Journal. 2013;34:711–714.

15. Savarese G, Lars H Lund. Global Public Health burden of Heart Failure. Cardiac

Failure Review.2017;3(1):7–11.

16. Moller S, Mauro B. Interaction of the Heart and the Liver. European Heart

Journal. 2013;34: 2804-2811.

17. Samsky MD, Dunning A, De Vore AD, et al. Liver Function Test in Patients

with Acute Heart Failure and Associated Outcomes: Insight from ASCEND-HF.

European Heart Journal. 2016;18: 424-432.

37

Universitas Sumatera Utara


18. Zheng H, Ye L, Nanzi X. Association of Serum Total Bilirubin Levels with

Diastolic Dysfunction in Heart Failure with Preserved Ejection Fraction.

Biological Research. 2014; 47:7

19. Allen LA, Felker M, Pocock S, et al. Liver function abnormalities and outcome

in patients with chronic heart failure: data from the Candesartan in Heart Failure:

Assessment of Reduction in Mortality and Morbidity (CHARM) Program.

European Heart Journal. 2009;11: 170-177.

20. Van Deursen VM, Damman K, Hillege HL, et al.Abnormal Liver Function in

Relation to Hemodynamic Profile in Heart Failure Patients. Journal of Cardiac

Failure. 2010;16: 84-90.

21. Megalla S, Holtzman D, Aronow WS, et al. Predictors of Cardiac Hepatopathy in

Patients with Right Heart Failure. Med Sci Monit. 2011;17(10): 537-541.

22. Styczynski G, Milewska A, Marczewska M, et al. Echocardiographic Correlates

of Abnormal Liver Tests in Patients with Exacerbation of Chronic Heart Failure.

Journal of American Society of Echocardiography. 2016;29: 132-139.

23. Ess M, Mussner-Seeber C, Mariacher S, et al. Gammaglutamyltransferase rather

than total bilirubin predicts outcome in chronic heart failure. J Card Fail.

2011;17:577-584.

24. Wannamethee SG, Whincup PH, Shaper AG, et al. Gammaglutamyltransferase,

hepatic enzymes, and risk of incident heart failure in older men. Arterioscler

Thromb Vasc Biol. 2012;32:830-835.

25. Poelzl G, Eberl C, Achrainer H, et al. Prevalence and prognostic significance of

elevated gamma-glutamyltransferase in chronic heart failure. Circ Heart Fail.

2009;2:294-302.

38

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONSENT)
Judul Penelitian :
HUBUNGAN ANTARA FRAKSI EJEKSI PADA EKOKARDIOGRAFI
DENGAN FUNGSI HATI PADA PASIEN GAGAL JANTUNG

Instansi / SMF Pelaksana :Departemen Penyakit Dalam divisi Kardiologi

Bapak/Ibu yang terhormat ,


Saya Ihda Hayati Lubis, saat ini sedang melakukan penelitian yang
berjudul :
Hubungan Antara Fraksi Ejeksi Pada Ekokardiografi Dengan Fungsi
Hati Pada Pasien Gagal Jantung
Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui hubungan antara fraksi ejeksi
pada ekokardiografi dengan fungsi hati pada pasien gagal jantung.
Adapun manfaatnya penelitian ini adalahdapat dijadikan dasar untuk
melakukan penelitian lebih lanjut, apakah pemeriksaan laboratorium fungsi hati
pada pasien gagal jantung dapat dijadikan sebagai alternatif pemeriksaan untuk
menentukan prognostik.
Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Pasien CHF yang dirawat di RS HAM yang memenuhi kriteria inklusi dan telah
menandatangani persetujuan tertulis lalu dilakukan pemeriksaan laboratorium
fungsi hati (SGOT,SGPT,Bilirubin,ALP, GGT,albumin) kemudian dilakukan
pemeriksaan Ekokardiografi, EKG, Foto Thorax, USG abdomen.
Pada lazimnya penelitian ini tidak menimbulkan hal-hal yang berbahaya
baik secara langsung maupun tidak langsung pada Bapak/Ibu/Saudara/Saudari
sekalian dan tidak menimbulkan efek samping pada Bapak/Ibu/Saudara/Saudari,
serta penelitian ini tidak dikenakan beban biaya pada pasien.Namun bila terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan selama penelitian berlangsung atau ada hal yang
kurang jelas yang ingin ditanyakan, Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dapat
menghubungi saya Ihda Hayati Lubis (Hp 085296451091).
Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang telah
ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.

Peneliti,

Ihda Hayati Lubis

39

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

LEMBARAN PERSETUJUAN

Setelah membaca lembaran penjelasan di atas dan sudah dimengerti, kami


Nama :
Alamat :
Orang Tua/Wali dari :

bersedia untuk turut serta sebagai subyek dalam penelitian atas nama :
…………………………………………………………..
dengan judul penelitian : Hubungan Antara Fraksi Ejeksi Pada Ekokardiografi
dengan fungsi hati pada pasien gagal jantung
Menyatakan tidak keberatan maupun melakukan tuntutan di kemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran dan
tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2018

…………………………......
nama terang

Saksi :

Nama Terang : ……………………………………..

Tanda Tangan : …………………………………….

40

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

KERTAS KERJA PROFIL PESERTA PENELITIAN

1. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Kode : X / Y
Tempat/Tanggal Lahir :
No.rekam medis :
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
No. Telp/HP :

2. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

U/L, Mg/dL, g/dL


SGOT
SGPT
Bilirubin
ALP
GGT
Albumin

3. PEMERIKSAAN EKOKARDIOGRAFI
%
Fraksi Ejeksi

Nama Umur Jenis Ekokardiografi Fungsi Hati


kelamin EF SGOT SGPT Bilirubin ALP GGT Albumin

41

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

Scan Kode etik

42

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5

DATA PENELITIAN

no RM UMUR JK Hb LEUKOSIT TROMBOSIT SGOT SGPT Bil Total ALP GGT Albumin EF

1 70 90 67 48 LK 7.2 9000 398000 11 13 0.3 96 53 1.7 48

2 71 81 90 47 LK 11.9 16000 283000 12 19 0.6 35 30 3 54

3 71 67 53 47 LK 12.6 8000 251000 11 28 0.5 174 108 2.9 34

4 71 91 59 64 PR 13.4 6100 237000 36 26 3 62 55 3 33

5 72 48 18 45 LK 15 7000 201000 23 17 1.5 74 75 3 52

6 71 59 40 48 LK 15.3 11500 316000 23 27 2.1 103 131 3.9 29

7 72 38 91 44 LK 13.2 6600 248000 391 414 4.3 79 142 2.7 17

8 71 43 78 46 PR 11.6 7300 313000 39 26 0.3 77 30 2.8 61

9 63 56 52 48 LK 14.6 7500 189000 663 558 7.3 72 116 3 36

10 72 14 63 66 LK 12.8 8400 296000 39 29 6.5 66 132 2.4 29

11 69 12 17 44 LK 11.7 8300 226000 18 11 1.4 196 126 2.3 36

12 72 40 55 58 PR 10.8 6800 150000 35 18 3.9 178 130 3 36

13 72 28 14 80 PR 13.9 13000 255000 12 14 0.7 76 23 3.8 51

43

Universitas Sumatera Utara


14 67 29 55 59 PR 8.3 8400 247000 22 30 0.7 206 64 3.2 40

15 71 98 75 58 PR 9.2 14000 702000 8 10 0.2 67 89 3 44

16 71 30 52 42 PR 9.7 11000 240000 36 122 1.1 192 225 3.8 46

17 71 52 50 62 LK 13.4 17000 487000 75 96 0.9 94 92 3.2 53

18 71 52 54 55 LK 10 6000 186000 38 14 8.7 50 229 3.3 66

19 66 91 59 62 LK 16.4 7800 77000 94 197 1.4 115 145 2.4 36

20 69 12 17 44 LK 12 10000 205000 22 23 1.4 133 180 2.5 26

21 72 8791 49 LK 15.3 11000 440000 13 8 2.7 56 174 3 25

22 72 62 48 43 LK 14 10000 247000 30 38 3 112 166 3.3 30

23 52 49 17 53 LK 13.6 7200 211000 15 22 1.2 74 157 3.9 35

24 72 60 13 59 LK 13.2 6500 100000 33 53 0.8 74 55 3.7 40

25 62 55 66 41 LK 16.5 5800 184000 21 13 3.4 100 137 2.8 23

26 71 26 42 77 PR 15.7 10000 283000 162 111 4.2 196 213 2.9 35

27 64 81 64 52 LK 12.2 6100 208000 40 51 2.1 148 108 3.1 34

28 71 20 14 38 LK 10.6 4400 186000 27 21 7.2 53 49 2.5 23

29 71 98 75 58 PR 9.2 14700 550000 8 10 0.2 67 167 3 44

30 72 23 83 54 LK 10.5 7900 304000 19 11 1.2 198 120 3.1 32

44

Universitas Sumatera Utara


31 67 29 55 59 PR 8.3 8400 247000 22 30 0.7 98 169 3.2 40

32 72 38 91 44 LK 13.2 6600 298000 391 414 5 198 132 2.7 17

33 69 12 17 44 LK 11.8 5000 175000 18 11 1.4 196 128 2.1 30

34 49 25 28 61 LK 17.5 11200 145000 31 59 0.6 65 98 3.1 43

35 72 40 55 58 PR 10.8 6000 125000 35 18 3.9 76 97 3 36

36 69 73 31 56 PR 14.4 8000 230000 124 130 7.2 128 103 3.4 21

37 72 63 01 56 LK 13.2 9500 210000 56 48 0.2 30 78 2.9 33

38 72 60 72 27 LK 13.9 10000 620000 44 30 6 109 89 3.1 25

39 63 56 52 48 LK 14.6 7500 245000 156 147 4 72 56 3 36

40 69 12 17 44 LK 11.7 8300 226000 181 11 1.4 196 147 2.3 36

41 71 91 69 64 PR 13.4 6100 237000 36 26 3 62 97 3 33

42 71 67 53 46 LK 12.6 8000 251000 11 28 0.5 174 120 2.9 34

43 70 02 62 63 PR 8.3 4200 401000 230 169 0.4 257 98 2.9 46

44 69 88 21 44 LK 11 7300 146000 46 18 1.6 86 65 1.8 33

45 72 45 40 34 LK 15 7800 273000 30 36 0.9 120 145 3.1 22

46 64 55 40 71 LK 10 7000 236000 12 18 2.1 89 136 2.9 35

47 70 11 63 48 LK 12 10000 153000 23 39 0.8 62 98 3.2 42

45

Universitas Sumatera Utara


48 54 67 32 38 PR 8.8 13000 120000 34 19 4.1 66 130 3.3 42

49 71 69 96 61 LK 10 13000 480000 55 77 5.1 246 190 2.4 40

50 71 68 79 42 LK 13 5400 120000 23 27 8.7 274 179 3 28

51 67 12 97 47 PR 12.7 10000 506000 56 12 3.5 136 94 3.2 38

52 71 52 59 62 LK 10 6000 186000 38 14 5.1 229 187 3.3 24

46

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6
DATA ANALISA STATISTIK
Frequencies
Jenis kel amin

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perempuan 16 30.8 30.8 30.8
Laki-laki 36 69.2 69.2 100.0
Total 52 100.0 100.0

Descriptives
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean St d. Dev iation


Umur (tahun) 52 27 80 52.08 10.525
Hemoglobin 52 7.2 17.5 12.308 2.3672
Leukosit 52 4200 17000 8684.62 2895.459
Trombosit 52 77000 702000 266346.15 130741.608
SGOT 52 8 663 69.77 116.953
SGPT 52 8 558 65.60 109.210
Bilirubin total 52 .2 8.7 2.673 2.3743
ALP 52 30 274 119.08 63.401
GGT 52 23 229 118.40 49.851
Albumin 52 1.7 3.9 2.962 .4624
EF 52 17 66 36.19 10.428
Valid N (listwise) 52

Frequency Table
SGOT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 34 (Normal) 27 51,9 51,9 51,9
> 34 (Tidak normal) 25 48,1 48,1 100,0
Total 52 100,0 100,0

SGPT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <= 55 (Normal) 40 76,9 76,9 76,9
> 55 (Tidak normal) 12 23,1 23,1 100,0
Total 52 100,0 100,0

47

Universitas Sumatera Utara


Bilirubin total
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <= 1.2 (Normal) 20 38,5 38,5 38,5
> 1.2 (Tidak normal) 32 61,5 61,5 100,0
Total 52 100,0 100,0

ALP
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <= 150 (Normal) 37 71,2 71,2 71,2
> 150 (Tidak normal) 15 28,8 28,8 100,0
Total 52 100,0 100,0

GGT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <= 36 (Normal) 3 5,8 5,8 5,8
> 36 (Tidak normal) 49 94,2 94,2 100,0
Total 52 100,0 100,0

Albumin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid > 3.5 (Normal) 5 9,6 9,6 9,6
<= 3.5 (Tidak normal) 47 90,4 90,4 100,0
Total 52 100,0 100,0

EF
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid > 40 (Normal) 14 26,9 26,9 26,9
<= 40 (Tidak normal) 38 73,1 73,1 100,0
Total 52 100,0 100,0

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Umur (tahun) ,151 52 ,005 ,968 52 ,181
Hemoglobin ,070 52 ,200* ,988 52 ,866
Leukosit ,174 52 ,000 ,924 52 ,003
Trombosit ,208 52 ,000 ,862 52 ,000
SGOT ,355 52 ,000 ,511 52 ,000
SGPT ,315 52 ,000 ,528 52 ,000
Bilirubin total ,194 52 ,000 ,866 52 ,000
ALP ,159 52 ,002 ,896 52 ,000
GGT ,063 52 ,200* ,984 52 ,687
Albumin ,178 52 ,000 ,940 52 ,011
EF ,142 52 ,011 ,970 52 ,208
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

48

Universitas Sumatera Utara


EF * SGOT
Crosstab

SGOT
<= 34 > 34 (Tidak
(Normal) normal) Total
EF > 40 (Normal) Count 9 5 14
Expected Count 7.3 6.7 14.0
% wit hin EF 64.3% 35.7% 100.0%
% wit hin SGOT 33.3% 20.0% 26.9%
<= 40 (Tidak normal) Count 18 20 38
Expected Count 19.7 18.3 38.0
% wit hin EF 47.4% 52.6% 100.0%
% wit hin SGOT 66.7% 80.0% 73.1%
Total Count 27 25 52
Expected Count 27.0 25.0 52.0
% wit hin EF 51.9% 48.1% 100.0%
% wit hin SGOT 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.173b 1 .279
Continuity Correctiona .593 1 .441
Likelihood Ratio 1.187 1 .276
Fisher's Exact Test .355 .221
Linear-by -Linear
1.150 1 .283
Association
N of Valid Cases 52
a. Computed only f or a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 6.
73.

Risk Esti mate

95% Conf idence


Interv al
Value Lower Upper
Odds Rat io f or EF
(> 40 (Normal) / <= 2.000 .564 7.087
40 (Tidak normal))
For cohort SGOT =
1.357 .811 2.270
<= 34 (Normal)
For cohort SGOT =
.679 .316 1.458
> 34 (Tidak normal)
N of Valid Cases 52

49

Universitas Sumatera Utara


EF * SGPT
Crosstab

SGPT
<= 55 > 55 (Tidak
(Normal) normal) Total
EF > 40 (Normal) Count 10 4 14
Expected Count 10.8 3.2 14.0
% wit hin EF 71.4% 28.6% 100.0%
% wit hin SGPT 25.0% 33.3% 26.9%
<= 40 (Tidak normal) Count 30 8 38
Expected Count 29.2 8.8 38.0
% wit hin EF 78.9% 21.1% 100.0%
% wit hin SGPT 75.0% 66.7% 73.1%
Total Count 40 12 52
Expected Count 40.0 12.0 52.0
% wit hin EF 76.9% 23.1% 100.0%
% wit hin SGPT 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .326b 1 .568
Continuity Correctiona .040 1 .842
Likelihood Ratio .316 1 .574
Fisher's Exact Test .712 .409
Linear-by -Linear
.320 1 .572
Association
N of Valid Cases 52
a. Computed only f or a 2x2 table
b. 1 cells (25.0%) hav e expect ed count less than 5. The minimum expected count is 3.
23.

Risk Esti mate

95% Conf idence


Interv al
Value Lower Upper
Odds Rat io f or EF
(> 40 (Normal) / <= .667 .165 2.696
40 (Tidak normal))
For cohort SGPT =
.905 .625 1.310
<= 55 (Normal)
For cohort SGPT =
1.357 .484 3.809
> 55 (Tidak normal)
N of Valid Cases 52

50

Universitas Sumatera Utara


EF * Bilirubin total
Crosstab

Bilirubin total
<= 1.2 > 1.2 (Tidak
(Normal) normal) Total
EF > 40 (Normal) Count 11 3 14
Expected Count 5.4 8.6 14.0
% wit hin EF 78.6% 21.4% 100.0%
% wit hin Bilirubin total 55.0% 9.4% 26.9%
<= 40 (Tidak normal) Count 9 29 38
Expected Count 14.6 23.4 38.0
% wit hin EF 23.7% 76.3% 100.0%
% wit hin Bilirubin total 45.0% 90.6% 73.1%
Total Count 20 32 52
Expected Count 20.0 32.0 52.0
% wit hin EF 38.5% 61.5% 100.0%
% wit hin Bilirubin total 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 13.022b 1 .000
Continuity Correctiona 10.806 1 .001
Likelihood Ratio 13.141 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by -Linear
12.772 1 .000
Association
N of Valid Cases 52
a. Computed only f or a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 5.
38.

Risk Esti mate

95% Conf idence


Interv al
Value Lower Upper
Odds Rat io f or EF (> 40
(Normal) / <= 40 (Tidak 11.815 2.691 51.877
normal))
For cohort Bilirubin t ot al
3.317 1.762 6.247
= <= 1.2 (Normal)
For cohort Bilirubin t ot al
.281 .101 .778
= > 1.2 (Tidak normal)
N of Valid Cases 52

51

Universitas Sumatera Utara


EF * ALP
Crosstab

ALP
<= 150 > 150 (Tidak
(Normal) normal) Total
EF > 40 (Normal) Count 12 2 14
Expected Count 10.0 4.0 14.0
% wit hin EF 85.7% 14.3% 100.0%
% wit hin ALP 32.4% 13.3% 26.9%
<= 40 (Tidak normal) Count 25 13 38
Expected Count 27.0 11.0 38.0
% wit hin EF 65.8% 34.2% 100.0%
% wit hin ALP 67.6% 86.7% 73.1%
Total Count 37 15 52
Expected Count 37.0 15.0 52.0
% wit hin EF 71.2% 28.8% 100.0%
% wit hin ALP 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.979b 1 .160
Continuity Correctiona 1.127 1 .288
Likelihood Ratio 2.173 1 .140
Fisher's Exact Test .300 .144
Linear-by -Linear
1.941 1 .164
Association
N of Valid Cases 52
a. Computed only f or a 2x2 table
b. 1 cells (25.0%) hav e expect ed count less than 5. The minimum expected count is 4.
04.

Risk Esti mate

95% Conf idence


Interv al
Value Lower Upper
Odds Rat io f or EF
(> 40 (Normal) / <= 3.120 .605 16.086
40 (Tidak normal))
For cohort ALP = <=
1.303 .952 1.783
150 (Normal)
For cohort ALP = >
.418 .108 1.622
150 (Tidak normal)
N of Valid Cases 52

52

Universitas Sumatera Utara


EF * GGT

Crosstab

GGT
<= 36 > 36 (Tidak
(Normal) normal) Total
EF > 40 (Normal) Count 3 11 14
Expected Count .8 13.2 14.0
% wit hin EF 21.4% 78.6% 100.0%
% wit hin GGT 100.0% 22.4% 26.9%
<= 40 (Tidak normal) Count 0 38 38
Expected Count 2.2 35.8 38.0
% wit hin EF .0% 100.0% 100.0%
% wit hin GGT .0% 77.6% 73.1%
Total Count 3 49 52
Expected Count 3.0 49.0 52.0
% wit hin EF 5.8% 94.2% 100.0%
% wit hin GGT 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 8.641b 1 .003
Continuity Correctiona 5.149 1 .023
Likelihood Ratio 8.391 1 .004
Fisher's Exact Test .016 .016
Linear-by -Linear
8.475 1 .004
Association
N of Valid Cases 52
a. Computed only f or a 2x2 table
b. 2 cells (50.0%) hav e expect ed count less than 5. The minimum expected count is .
81.

Risk Esti mate

95% Conf idence


Interv al
Value Lower Upper
For cohort GGT = >
.786 .598 1.033
36 (Tidak normal)
N of Valid Cases 52

53

Universitas Sumatera Utara


EF * Albumin
Crosstab

Albumin
> 3.5 <= 3.5 (Tidak
(Normal) normal) Total
EF > 40 (Normal) Count 2 12 14
Expected Count 1.3 12.7 14.0
% wit hin EF 14.3% 85.7% 100.0%
% wit hin Albumin 40.0% 25.5% 26.9%
<= 40 (Tidak normal) Count 3 35 38
Expected Count 3.7 34.3 38.0
% wit hin EF 7.9% 92.1% 100.0%
% wit hin Albumin 60.0% 74.5% 73.1%
Total Count 5 47 52
Expected Count 5.0 47.0 52.0
% wit hin EF 9.6% 90.4% 100.0%
% wit hin Albumin 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .481b 1 .488
Continuity Correctiona .027 1 .870
Likelihood Ratio .447 1 .504
Fisher's Exact Test .602 .409
Linear-by -Linear
.472 1 .492
Association
N of Valid Cases 52
a. Computed only f or a 2x2 table
b. 2 cells (50.0%) hav e expect ed count less than 5. The minimum expected count is 1.
35.

Risk Esti mate

95% Conf idence


Interv al
Value Lower Upper
Odds Rat io f or EF (>
40 (Normal) / <= 40 1.944 .289 13.073
(Tidak normal))
For cohort Albumin = >
1.810 .337 9.719
3.5 (Normal)
For cohort Albumin =
.931 .737 1.175
<= 3.5 (Tidak normal)
N of Valid Cases 52

54

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 7

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : dr.Ihda Hayati Lubis

Tempat/Tgl. lahir : Medan, 21 Juni 1986

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Dokter

Suami : Edy Suranta Tarigan

Anak : 1. Nayla Kanza Tarigan

2. Azqa Gunanta Tarigan

3. Aqsho Al-Fatih Tarigan

Alamat : Jl. P.Banting IV No.74 Medan

II. PENDIDIKAN : 1. SD N 060789 Medan (6 Tahun)

2. SLTP N 4 Medan (3 Tahun)

3. SMU N 1 Medan (3 Tahun)

4. FK UISU (6 Tahun)

III. RIWAYAT PEKERJAAN

1. Klinik BP.AKSARA

2. Klinik BP.Haji

3. RS. Martondi

55

Universitas Sumatera Utara


IV. KEANGGOTAAN PROFESI

1. Ikatan Dokter Indonesia (IDI)

2. Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)

V. KARYA ILMIAH

1. Ensefalitis Toksoplasma Pada Pasien HIV-AIDS

2. Dampak Hemodialisis Terhadap Fungsi Paru Sebelum dan Sesudah Hemodialisis

Pada Penyakit Ginjal Kronis Dengan Hemodialis Reguler.

56

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai