TESIS
Oleh
127041089
TESIS
Oleh
Judul Tesis
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Spesialis Penyakit Dalam pada Program
Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam Universitas
Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan
mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : Januari 2019
Yang menyatakan
NIM : 127041089
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. dr. R. Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph), Sp.M(K) Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K)
NIP: 197604172005012002 NIP: 19540220198011100
NIM : 127101007
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui/ Mengesahkan
dr. Refli Hasan, Sp.PD,K-KV, FINASIM, Sp.JP(K), FasCC dr. Dairion Gatot, M. Ked, Sp.PD, K-HOM
NIP: 196104031987091001 NIP. 196203021989031003
Latar Belakang: Gagal jantung (HF) adalah sindroma klinis kompleks, yang
didasari oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah keseluruh tubuh
secara adekuat, akibat gangguan struktural dan fungsional dari jantung. Penyebab
tersering disfungsi miokard ventrikel kiri. Gagal jantung dideskripsikan dengan
pengukuran fraksi ejeksi (EF) ventrikel kiri (LV). Gagal jantung dengan
penurunan fraksi ejeksi (HFrEF) ditandai dengan LVEF ≤40%; gagal jantung yang
masih terpelihara (preserved EF) (HFpEF) ditandai dengan LVEF ≥50% yang
dinilai dengan doppler-ekokardiografi. Pada Gagal jantung, jantung tidak dapat
menyuplai oksigen secara adekuat, sehingga dapat menyebabkan kerusakan sistem
organ lain, seperti hati. Penting untuk mengidentifikasi dari awal kelainan
biokimia hati pada pasien gagal jantung, karena pemeriksaan tersebut berguna
dalam menilai derajat keparahan dan lama durasi dari gagal jantung.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara fraksi ejeksi pada ekokardiografi
dengan fungsi hati pada pasien gagal jantung.
Metode: Penelitian cross-sectional ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan
pada bulan Juni 2017 sampai sampel penelitian terpenuhi. Pasien gagal jantung
dilakukan pemeriksaan Ekokardiografi dan pemeriksaan darah: SGOT, SGPT,
Bilirubin, ALP, GGT, Albumin. Analisa data (Chi-square/ fisher exact test)
memggunakan SPSS.
Hasil Penelitian: Subjek berjenis kelamin pria 36 pasien (69,2%), dan wanita 16
pasien (30,8%), dengan rerata usia 52,08 ± 10,52 tahun. Frekuensi peningkatan
bilirubin total dan GGT lebih banyak dibandingkan fungsi hati lain. Karakteristik
fungsi hati SGOT, SGPT, bilirubin total, ALP, dan GGT memiliki rerata yang
lebih tinggi pada fraksi ejeksi <= 40% dibandingkan fraksi ejeksi > 40%. Dengan
analisa Fisher Exact test didapatkan nilai p < 0,05 untuk hubungan Fraksi Ejeksi
terhadap bilirubin total (p = 0,001) dan GGT (p = 0,016).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara Fraksi ejeksi dengan fungsi hati dan yang
bermakna adalah dengan Bilirubin total dengan GGT.
Kata kunci : Fraksi ejeksi, SGOT, SGPT, Bilirubin, ALP, GGT, Albumin
Background: Heart failure (HF) is a complex clinical syndrome, which is based on the
inability of the heart to pump blood throughout the body adequately, due to structural and
functional disorders of the heart. The most common cause of left ventricular myocardial
dysfunction. Heart failure is described by the measurement of left ventricular (LV) ejection
fraction (LV). Heart failure with decreased ejection fraction (HFrEF) is characterized by
LVEF ≤40%; preserved EF (HFpEF) is characterized by LVEF ≥50% assessed by
dopplerococardiography. In heart failure, the heart cannot supply oxygen adequately, so it
can cause damage to other organ systems, such as the liver. It is important to identify from
the outset of liver biochemical abnormalities in patients with heart failure, because the
examination is useful in assessing the severity and duration of heart failure.
Aim: To determine the relationship between ejection fraction and liver function in heart
failure patients.
Method: This cross-sectional study was conducted at H. Adam Malik General Hospital
Medan in June 2017 until the research sample was fulfilled. Heart failure patients performed
echocardiography and blood tests: SGOT, SGPT, Bilirubin, ALP, GGT, Albumin. Data
analysis (Chi-square / fisher exact test) using SPSS.
Results: Subjects were male 36 patients (69.2%), and women 16 patients (30.8%), with an
average age of 52.08 ± 10.52 years. The frequency of increasing total bilirubin and GGT is
greater than for other liver functions. Liver function characteristics of SGOT, SGPT, total
bilirubin, ALP, and GGT had a higher mean of ejection fraction <= 40% compared to
ejection fraction> 40%. With the analysis of the Fisher Exact test p value <0.05 for the
relationship of Ejection Fraction to total bilirubin (p = 0.001) and GGT (p = 0.016).
Conclusion: There is a relationship between ejection fraction and liver function and what is
meaningful is total bilirubin with GGT.
Keywords: Ejection fraction, SGOT, SGPT, Bilirubin, ALP, GGT, Albumin
Puji syukur yang tidak terhingga senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan semua pihak, tesis ini
tidak mungkin dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Rasa hormat, penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan FK USU, Ketua TKP-PPDS FK USU, dan
Ketua Program Studi Magister Kedokteran FK USU yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit
Dalam dan Magister Kedokteran Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
2. Direktur RSUP H. Adam Malik, RSUD dr. Pirngadi, dan RS Universitas Sumatera Utara
yang telah memberikan begitu banyak kemudahan dan izin dalam menggunakan fasilitas
dan sarana Rumah Sakit kepada penulis dalam menjalani penelitian dan pendidikan.
3. dr. Refli Hasan, Sp.PD, K-KV, Sp.JP(K), FINASIM selaku Ketua Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan dan dr. Taufik Sungkar
Sp.PD, KGEH selaku Sekretaris Departemen yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan serta senantiasa membimbing, memberikan
dorongan dan kemudahan selama penulis menjalani pendidikan.
4. dr. Zainal Safri, Sp.PD, K-KV, Sp.JP (K) dan dr. Wika Hanida Lubis, Sp.PD,K-Psi
sebagai direktur Pelayanan Medis RSUP H. Adam Malik dan Kepala Instalasi Rawat
Jalan RSUP H. Adam Malik Medan yang telah membantu, membimbing, memberi
dorongan selama penulis menjalani pendidikan.
5. dr. Dairion Gatot, Sp.PD,K-HOM sebagai Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Dalam
dan Prof. Dr. dr. Dharma Lindarto Sp.PD, K-EMD sebagai Sekretaris Program Studi
yang telah dengan sungguh-sungguh membantu, membimbing, memberi dorongan dan
membentuk penulis menjadi dokter Spesialis Penyakit Dalam yang berbudi luhur serta
siap mengabdi dan berbakti pada nusa dan bangsa
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. . 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Hipotesis ........................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
1.4.1 Tujuam Umum....................................................................... . 4
1.4.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian............................................................................ 4
LAMPIRAN....................................................................................................... 39
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Gagal jantung (HF) adalah suatu sindroma klinis kompleks, yang didasari oleh
adekuat, akibat adanya gangguan struktural dan fungsional dari jantung.1 Gagal
sekitar 5,1 juta penduduknya mengalami gagal jantung dan sekitar 50% dari
didiagnosis.2
sebesar 0,13% dan yang terdiagnosis dokter ataugejala sebesar 0,3%. Prevalensi
disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%). Prevalensi gagal jantung
berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0,8%), diikuti
Sulawesi Tengah (0,7%), sementara Sulawesi Selatan dan Papua sebesar 0,5%.
Sumatera Utara sendiri sekitar 0,13% dengan prevalensi tertinggi pada penderita usia
65-74 tahun.3
Penyebab gagal jantung yang paling sering terjadi adalah disfungsi miokard
kiri dalam hal pengisian dan pompa darah terganggu, oleh karenanya gagal jantung
(LV) (EF adalah volume akhir diastolik dikurangi dengan volume akhir sistolik,
(HFrEF) ditandai dengan adanya sindroma klinis gagal jantung disertai LVEF ≤40%
atau disebut juga dengan gagal jantung sistolik karena adanya penurunan
kontraktilitas jantung; sementara gagal jantung dengan fraksi ejeksi yang masih
gagal jantung disertai dengan LVEF ≥50%, dan sering disebut dengan gagal jantung
Pada Gagal jantung, jantung tidak dapat menyuplai oksigen secara adekuat sesuai
Terdapat satu studi kohort yang besar mengenai kelainan fungsi hati sebagai nilai
prognostik pada gagal jantung. Fungsi hati dilaporkan dapat dijadikan sebagai nilai
prognostik pada gagal jantung.2 Patofisiologi utama gangguan fungsi hati pada gagal
jantung bisa disebabkan karena kongesti pasif akibat adanya peningkatan tekanan
Kongesti hati yang disebabkan peningkatan tekanan vena sentral dapat membuat
peningkatan enzim hati dan bilirubin serum direk ataupun indirek, sementara
hepatik selular nekrotik akut dengan peningkatan serum aminotransferase. Pada studi
yang melibatkan 1087 pasien gagal jantung dilaporkan bahwa peningkatan total
bilirubin terjadi pada 17% pasien laki-laki dan 8% pada pasien wanita, dan
prospektif yang dilakukan oleh Batin dkk pada 557 pasien gagal jantung kronik
Pada kasus gagal jantung, gangguan fungsi hati seringkali ringan dan tidak
bergejala, dan sering terdeteksi secara tidak sengaja pada pemeriksaan rutin
biokimia. Oleh karena itu sangat penting untuk identifikasi dari awal kelainan
biokimia hati pada pasien gagal jantung, karena pemeriksaan tersebut berguna dalam
menilai derajat keparahan dan lama durasi dari gagal jantung. Dengan adanya
identifikasi dari awal kelainan serta memberikan terapi yang adekuat dari penyebab
yang mendasari terjadinya gagal jantung, maka dapat mengembalikan fungsi hati
Sejauh ini belum banyak data mengenai hubungan antara fraksi ejeksi dengan
fungsi hati pada pasien gagal jantung di Sumatera Utara, sehingga penulis tertarik
Apakah ada hubungan antara fraksi ejeksi pada ekokardiografi dengan fungsi hati
1.3. Hipotesa
Ada hubunganantara fraksi ejeksi pada ekokardiografi dengan fungsi hati pada
1.4.1.Tujuan umum
1.4.2.Tujuan Khusus
2. Untuk mengetahui prevalensi gangguan fungsi hati pada pasien gagal jantung
hubungan antara fraksi ejeksi pada ekokardiografi dengan fungsi hati pada
2. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan
penelitian lebih lanjut, apakah pemeriksaan laboratorium fungsi hati pada pasien
prognostik.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Heart failure (HF) atau gagal jantung menurut the current American
guidelines adalah suatu sindroma klinis kompleks, yang didasari oleh ketidak
adekuat, akibat adanya gangguan struktural dan fungsional dari jantung dengan
karakteristik gejala/symptoms (sesak nafas pada saat istirahat atau saat aktivitas atau
Saat ini diperkirakan sekitar hampir 5,1 juta orang di Amerika Serikat
menderita gagal jantung, dan setiap tahunnya tercatat 550.000 kasus baru
terdiagnosis. Prevalensi gagal jantung meningkat kurang dari 1% pada usia dibawah
50 tahun, 5% pada usia 50-70 tahun dan 10% pada usia diatas 70 tahun. Meskipun
ada kemajuan dalam hal penanganan dan perbaikan angka harapan hidup, namun
angka kematian gagal jantung relatif masih tinggi yaitu sekitar 300.000 pasien
Jumlah rawatan rumah sakit akibat gagal jantung meningkat 250% dalam 2
dekade terakhir, dimana setengah dari populasi akan meninggal dalam 5 tahun
setelah diagnosis ditegakkan dan lebih dari 50% akan meninggal ataupun menjalani
diperkirakan 21-50$ juta pertahun, dimana 60% digunakan untuk perawatan rumah
sakit. Biaya ini tiga kali lebih besar dari pasien kanker dan dua kali lebih besar dari
pericardium, pembuluh darah besar, aritmia, kelainan katup, dan gangguan irama. Di
Eropa dan Amerika disfungsi miokard paling sering terjadi akibat penyakit jantung
koroner biasanya akibat infark miokard, yang merupakan penyebab paling sering
pada usia kurang dari 75 tahun, disusul hipertensi dan diabetes. Sedangkan di
Indonesia belum ada data yang pasti, sementara data rumah sakit di Palembang
peningkatan volume darah melalui retensi air dan natrium (aldosterone). Mekanisme
kompensasi yang terus berlangsung ini akan menyebabkan stress pada miokardium
jaringan (dekompensasi).10
memompa darah lebih banyak. Akibatnya, otot jantung akan menebal untuk
banyak suplai darah dari arteri koronaria yang menyebabkan jantung juga akan
berdenyut lebih cepat untuk memompa lebih sering lagi. Pada keadaan ini, kadar
jantung kongestif yaitu dispnoe dan fatique yang dapat menghambat toleransi latihan
dan retensi cairan yang dapat menimbulkan kongesti paru dan edema perifer. Kedua
HF dapat memberikan spektrum klinis yang luas, mulai dari ukuran jantung
LV yang masih normal, dengan EF yang masih cukup, sampai LV dilatasi berat,
terapi. Serta akhir-akhir ini kebanyakan studi klinis menyeleksi pasien gagal jantung
berdasarkan EF.1 Seperti yang telah dilakukan oleh Sankar dkk yang mencari
hubungan fraksi ejeksi dengan fungsi hati pada gagal jantung; pada penelitiannya
dilaporkan bahwa pada pasien yang memiliki EF ≤40% terjadi peningkatan fungsi
hati sebanyak 92,5%, sementara pada pasien dengan EF >40% peningkatan fungsi
hati terjadi sekitar 61,7%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kejadian gangguan
fungsi hati berhubungan dengan derajat gagal jantung atau EF. 5 Nilai EF bergantung
dari tehnik imaging yang digunakan, metode analisis, dan operator.1 Dikarenakan
pada pasien dengan EF yang masih baik, (preserved EF), penggunaan istilah
preserved atau reduced EF lebih digunakan daripada preserved atau reduced fungsi
dibagi menjadi 4 stages A,B,C dan D. Stage A dan B jelas belum HF, hanya
ini kedepan dapat masuk kedalam HF. Stage A menandakan ada faktor risiko HF
(diabetes, hipertensi, penyakit jantung koroner) namun belum ada kelainan struktural
dari jantung (cardiomegali, LVH, dll) maupun kelainan fungsional. Sedangkan pada
stage B ada faktor-faktor risiko HF seperti pada stage A dan sudah terdapat kelainan
bersifat asimptomatik. Stage C, sedang dalam dekompensasi dan atau pernah HF,
yang didasari oleh kelainan struktural dari jantung. Stage D adalah yang benar benar
Kriteria Mayor
Ronki paru
Kardiomegali
Gallop S3
Refluks hepatojugular
Kriteria Minor
Edema ekstremitas
Dispnea d’effort
Hepatomegali
Efusi pleura
Takikardi (>120x/menit)
Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria mayor dan 2 kriteria
minor.4
Pada Gagal jantung, jantung tidak dapat menyuplai oksigen secara adekuat
10
kelainan jantung, tanpa ada penyakit lain yang dapat menyebabkan kerusakan
hati. Meskipun tidak ada konsensus akan terminologi dari hepatopati kardiak,
namun hepatopati kardiak dapat juga disebut sebagai hepatopati kongestif atau
congestive hepatopathy (CH) dan acute cardiogenic liver injury (ACLI). CH dan
mortalitas.2
adanya kongestif pasif vena; sementara acute cardiogenic liver injury (ACLI)
failure (penurunan curah jantung dan hipoperfusi arteri).2 Istilah hepatitis iskemik
(ischemic hepatitis), shock liver atau hypoxic hepatopathy selama ini telah
digunakan dalam berbagai kepustakaan, namun saat ini istilah ACLI dianggap
lebih tepat, karena dapat menggambarkan dengan lebih rinci tentang proses
arteri pulmonal (PAH) berat, tindakan prosedur Fontan yang lama atau gagal
11
menurunnya perfusi arteri serta oksigenasi yang disebabkan gagal jantung kiri
sering terjadi secara bersamaaan dan satu sama lain berpotensi memberikan efek
Pada CH, hati membesar, lembut dan berbatas tegas. Penemuan utama
pada histopatologi congestive liver adalah adanya perdarahan dan nekrosis dari
zona 3 Rappaport acinus dengan normal atau steatotik ringan pada zona 1 dan 2.
Karena obesitas, hiperlipidemia dan diabetes adalah merupakan faktor risiko yang
ditemukan pada pasien CH.2 Perubahan yang terjadi pada zona 3, tergantung
penggantian hepatosit dengan sel darah merah yang ektravasasi dari sinusoid, dan
bahwa apoptosis merupakan proses utama dari kematian sel yang terjadi pada
pasien gagal jantung kronik, sementara pada gagal jantung akut yang menonjol
menyebabkan terjadinya asites, dimana terjadi pada lebih dari 60% pasien cardiac
vena hepatik dan vena porta.2 Jika kongesti berlangsung lama, maka akan terjadi
12
Berbeda dengan sirosis yang disebabkan karena primer kelainan hati, sirosis
transient, (yang dapat dinilai melalui elastografi), sehingga dapat salah diartikan
sebagai sirosis hati. Pada pasien HF, diagnosis sirosis kardiak harus berdasarkan
Karena aktivitas metabolik di hati serta laju perfusinya sangat tinggi, maka
adanya perubahan sirkulasi akut seperti syok kardiogenik atau ADHF dapat
meningkatkan pengeluaran oksigen dari darah (hingga 95%) tidak cukup dalam
menanggapi adanya kegagalan sirkulasi yang menetap. Aliran darah hati akan
menurun sekitar 10% setiap terjadi penurunan 10 mmHg pada tekanan arteri.
Dengan adanya mekanisme kompensasi yang sangat baik dari hati, maka jarang
terjadi kerusakan hati pada individu yang sebelumnya sehat, kemudian terjadi
jantung yang berat disertai adanya kongesti pasif hati. Oleh karenanya
disimpulkan bahwa diperlukan adanya suatu kongesti hati untuk terjadinya suatu
kerusakan dihati yang dicetuskan oleh kejadian hipotensi. 2 Terdapat studi besar
lain yang mendukung hipotesis tersebut, bahwa ACLI terjadi disebabkan karena
adanya gangguan perfusi akut yang tumpang tindih dengan adanya kondisi
hepatik. Secara histologi, ACLI ditandai dengan adanya nekrosis dari zona
13
2.2.2 Penemuan Klinis Dan Kelainan Laboratorium Fungsi Hati Pada Gagal
Jantung
adanya rasa tidak nyaman pada perut kanan atas yang disebabkan karena
peregangan kapsul hati, rasa cepat kenyang, mual dan anoreksia. Pada
dan hati yang berpulsasi. Pada sebuah studi analisis retrospektif pada 661 pasien,
lebih dari 3 cm pada tekanan vena jugularis, jika dilakukan penekanan pada
abdomen regio kuadran kanan atas. Manuver tersebut sangat berguna dalam
memprediksi adanya HF. Pulsasi di hati terjadi disebabkan karena TR, stenosis
pulmonal. Splenomegali dapat terjadi pada minoritas gagal jantung kronik, varises
esofagus sangat jarang terjadi, karena mayoritas pasien memiliki tekanan vena
terjadi peningkatan hingga 2-3 kali lipat dari batas normal.2 Penurunan ringan
14
protrombin juga sering terjadi pada pasien CH. 2 Peningkatan fungsi hati sangat
pengisian dan TR berat. Pada studi yang dilakukan oleh 1087 pasien HF,
prevalensi peningkatan GGT dilaporkan sekitar 43% pada pria dan 48% pada
wanita, sementara peningkatan bilirubin total dilaporkan 17% pada pria dan 8%
pada wanita. Pada studi ini disimpulkan bahwa kadar GGT dan bilirubin total
analisa tes fungsi hati pada 2679 pasien dan didapati 13% pasien memiliki kadar
variabel, maka hanya kadar bilirubin total yang berhubungan dengan morbiditas
dan mortalitas (program CHARM). Studi prospektif lain pada 552 pasien gagal
jantung kronik, melaporkan bahwa semua nilai abnormal tes fungsi hati
berhubungan dengan mortalitas, namun AST dan kadar bilirubin total yang
bahwa ALP (HR 1,52) dan GGT (HR 1,22) adalah prediktor independen kematian
dari penyebab apapun pada studi yang dilakukan 1032 pasien HF. Poelzl dkk juga
melaporkan bahwa kadar bilirubin total, ALP dan GGT berkorelasi dengan
functional class dan tanda klinis gagal jantung termasuk distensi vena jugularis,
total dilaporkan sebagai sebuah komponen dari model risiko untuk adverse
15
LVAD dan juga sebagai komponen dari model risiko. Asites yang berhubungan
dengan gagal jantung kronis juga mempunyai gambaran yang berbeda, yang
disebabkan oleh jantung mempunyai kadar protein yang tinggi (biasanya ≥ 2,5
g/dl) dan gradient serum asites yang tinggi (> 1,1 g/dl), hal ini disebabkan karena
fungsi sintetik hati masih terpelihara. Hitung sel darah merah dan kadar lactate
dibandingkan dengan asites sirosis yang disebabkan oleh lainnya, hal ini
dikarenakan adanya ekstravasasi dari sel darah merah kedalam asites dan adanya
lisis. Penanda lain yang berguna adalah kadar NT-proBNP pada serum dan asites.
spesifisitas dalam memprediksi HF, sebagai penyebab asites. ACC dan European
ACLI pada umumnya asimtomatik, namun rasa mual, muntah, lemah, nyeri
perut kanan atas mungkin muncul sesudah periode laten, yaitu 2-24 jam sesudah
masa akut. Hanya sedikit kasus yang menjadi gangguan kesadaran, jaundice,
kesadaran dan koma lebih sering terjadi karena hipoksia serebri daripada
ensefalopati hepatikum. Gagal hati fulminan juga pernah dilaporkan pada kasus
HF, namun sangat jarang terjadi.2 Pada analisis retrospektif yang melibatkan 1147
pasien gagal akut hati, dilaporkan bahwa 4,4% pasien mengalami hepatitis
16
panjang ditentukan oleh penyakit jantung yang mendasarinya. Pada studi lain
yang melibatkan 202 pasien gagal hati akut, syok kardiogenik ditemukan pada 13
pasien. Angka mortalitas pada 13 pasien ini adalah 54% dan yang membedakan
antara yang bertahan dengan yang tidak adalah indeks jantungnya. Pada beberapa
pasien dengan gagal hati akut, biasanya penyakit jantung yang mendasari pada
awalnya tidak begitu jelas. Adanya kelainan EKG disertai dengan ditemukan
pada pasien dengan gagal hati akut yang tidak diketahui penyebabnya. 2
peningkatan kadar transaminase dan LDH (biasanya 10-20 kali dari nilai normal,
dan bisa meningkat hingga 2000 kali lipat). Kadar transaminase dan LDH
mencapai puncaknya 1-3 hari sesudah masa akut dan kembali kenilai normal
dalam waktu 7-10 hari jika hemodinamik pasien telah pulih. Pada ACLI,
ALT:LDH adalah <1,5, Penurunan kadar ALT lebih dari 50% dalam waktu 72
jam adalah karakteristik dari viral akut, alkoholik atau hepatitis imbas obat. 2
melakukan penelitian mengenai peran test fungsi hati pada pasien ADHF.
Analisis yang dilakukan pada 1134 pasien ADHF yang mendapat terapi inotropik
melaporkan bahwa 46% pasien memiliki nilai fungsi hati yang abnormal, dan
17
lain yang melibatkan pasien ADHF yang menjalani rawat inap, menunjukkan
bahwa nilai dasar abnormal dari tes fungsi hati biasa terjadi pada pasien ADHF,
akan tetapi hanya kadar albumin yang rendah dan peningkatan kadar bilirubin
Studi lain yang dilakukan pada gagal jantung akut, dilaporkan bahwa adanya
peningkatan ≥ 20% kadar serum ALT pada masa akut berhubungan dengan
penyebab mortalitas 180 hari (Efficacy and Safety of Relaxin for the Treatment of
Gambar 1. Gangguan hemodinamik pada gagal jantung dan mekanisme yang menghasilkan berbagai
pola peningkatan enzim hati. Congestive hepatic injury (panel kiri) dan cedera hati iskemik (panel
kanan).14
18
GAGAL JANTUNG
19
LIVER ISCHEMIC
20
Gagal Jantung
Hubungan
21
METODE PENELITIAN
3.1.Desain Penelitian
antara fraksi ejeksi pada ekokardiografi dengan fungsi hati pada pasien gagal
jantung.
Penelitian dilaksanakan di ruang rawat inap RSUP HAM Medan mulai bulan Juni
Populasi adalah seluruh pasien gagal jantung yang menjalani rawat inap. Sampel
Framingham
22
c. Pasien hamil.
f. Pasien hepatitis.
g. Pasien kolestasis.
h. Penyakit sirosis hati (berdasarkan klinis) dan penyakit hati kronik lainnya.
Populasi adalah seluruh pasien gagal jantung yang menjalani rawat inap. Sampel
adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Untuk menentukan jumlah sampel
n
Z (1 / 2 ) Po (1 Po ) Z (1 ) ) Pa (1 Pa ) 2
Po Pa 2
dimana :
Z (1 / 2) = deviat baku alpha. utk = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96
Z (1 ) = deviat baku betha. utk = 0,15 maka nilai baku normalnya 1,036
P0
= proporsi penderita CHF yang memiliki EF < 40 % dan peningkatan fungsi hati
Pa
= perkiraan proporsi CHF yang memiliki EF < 40 % dan peningkatan fungsi hati
23
Dengan demikian, besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini dibulatkan
menjadi 47 orang.
Setelah mendapatkan persetujuan dari komite etik, maka subjek yang memenuhi
Pasien dilakukan pengambilan sampel darah pada daerah fossa cubiti subjek
laboran.
Kemudian setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data dan analisa data.
Variabel Independen
24
Variabel
No Definisi Cara dan ukur
dependen Skala
25
3. Untuk semua uji statistik dengan p value< 0,05 dianggap secara statistik
bermakna.
Sampel
Pemeriksaan Doppler
ekokardiografi Pemeriksaan Fungsi Hati
Analisa Data
26
Selama periode penelitian (Juni 2017 s/d Oktober 2018) di ruang rawat inap RSUP.
H. Adam Malik Medan diperoleh 52 subjek penelitian dengan gagal jantung yang
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini. Karakteristik subjek
Variabel Frekuensi
Jenis Kelamin, n (%)
Pria 36 (69,2)
Wanita 16 (30,8)
Umur, rerata ± SD, tahun 52,08 ± 10,52
Laboratorium, rerata ± SD
Hb (gr/dl) 12,30 ± 2,37
Leukosit (/mm3) 8684,62 ± 2895,46
Trombosit (/mm3) 266346,15 ± 130741,61
SGOT (U/L) 69,77 ± 116,95
SGPT (U/L) 65,60 ± 109,21
Bilirubin Total (mg/dl) 2,673 ± 2,37
ALP (U/L) 119,08 ± 63,40
GGT (U/L) 118,4 ± 49,85
Albumin (g/dL) 2,96 ± 0,46
Ejection Fraction (EF) (%) 36,19 ± 10,42
kelamin wanita sebanyak 16 pasien (30,8%), dan rerata usia adalah 52,08 ± 10,52
tahun. Pada penelitian ini variabel fungsi hati dan fraksi ejeksi dijadikan sebagai
27
Pada tabel 4.2 tampak frekuensi peningkatan bilirubin total dan GGT lebih
banyak dibandingkan fungsi hati lainnya.Karakteristik fungsi hati pada tabel 4.3
tampak bahwa SGOT, SGPT, bilirubin total, ALP, dan GGT memiliki rerata yang
lebih tinggi pada fraksi ejeksi < 40% dibandingkan dengan fraksi ejeksi > 40%.
28
Tabel 4.4. Hubungan Fraksi Ejeksi terhadap fungsi hati (analisa Chi-Square)
Pada tabel diatas didapatkan nilai p < 0,05 untuk hubungan Fraksi Ejeksi terhadap
bilirubin total (p = 0,001) dan GGT (p = 0,016) berdasarkan analisa Fischer Exact
29
4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini pasien gagal jantung memiliki karakteristik berjenis kelamin pria
(30,8%). Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan banyaknya anggapan
bahwa gagal jantung banyak terjadi pada pria, karena faktor risiko koroner umum
pada pria dan angka rawatan gagal jantung banyak terjadi pada pria, sedangkan pada
Rerata usia pada penelitian iniadalah 52,08 ± 10,52 tahun. Hal ini tidak
sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa gagal jantung merupakan kondisi
yang terjadi pada lansia umumnya, dan berkontribusi pada meningkatnya insidensi
HF.11 Walaupun dari satu penelitian menunjukkan bahwa di Afrika, pasien HF lebih
muda daripada di wilayah lain, dengan sebagian besar adalah NYHA kelas III / IV
dan memiliki penyakit katup, dan setengah dari pasien gagal jantung tersebut adalah
laki-laki dan 29% memiliki HFpEF. Di Asia proporsi penyakit arteri koroner adalah
etiologi utama gagal jantung, dan lebih dari separuh populasi gagal jantung tersebut
Karakteristik fungsi hati pada penelitian ini tampak bahwa SGOT, SGPT,
bilirubin total, ALP, dan GGT memiliki rerata yang lebih tinggi pada fraksi ejeksi
<= 40% dibandingkan dengan fraksi ejeksi > 40%. Hal ini sesuai denga teori yang
menyatakan adanya peningkatan fungsi hati pada pasien gagal jantung. Gagal
jantung sering mengakibatkan kerusakan hati. Hal ini didasari dengan fakta bahwa
30
dan bilirubin, sementara transaminase sering normal atau meningkat sedang, kecuali
Pada penelitian ini untuk mengetahui hubungan Fraksi Ejeksi terhadap fungsi hati
dilakukan uji hipotesis variabel kategorik tidak berpasangan menggunakan uji Chi-
Square, dan didapatkan nilai p < 0,05 untuk hubungan Fraksi Ejeksi terhadap
terdapat hubungan antara fraksi Ejeksi terhadap bilirubin total dan GGT.
menyatakan pasien dengan gagal jantung pada umumnya memiliki nilai fungsi hati
yang meningkat, dan EF < 50% dikatakan memiliki perbedaan signifikan terhadap
kontribusi peningkatan risiko ACLI. Pada pasien gagal jantung dengan hemodinamik
tidak stabil, kondisi hipotensi saja tidak selalu cukup untuk menyebabkan
Huan Zheng dkk menganalisa 327 pasien gagal jantung dan membandingkan
dengan 200 sampel kontrol sehat. Pada penelitian tersebut menunjukkan adanya
31
( p = 0,001).18
peningkatan total bilirubin (15,8%) hampir dua kali lipat dari pasien dengan HFpEF
(fraksi ejeksi> 0,40, n = 1085; peningkatan bilirubin total 9,4%; p <0,001 sebagai
perbandingan).19
Sankar dkk yang meneliti 100 pasien gagal jantung, menyatakan adanya
hubungan yang bermakna antara kadar peningkatan bilirubin, SGOT, SGPT dan
ALP dengan fraksi ejeksi (p < 0,05), dan tidak ada hubungan antara kadar albumin
Dalam CH, temuan laboratorium yang sering ditemukan adalah penanda serum
2-3 kali tingkat referensi normal. Penurunan ringan dalam kadar albumin (sekitar
25% pasien) dan sedikit peningkatan waktu prothrombin juga sering terjadi pada
pasien CH. Peningkatan tes fungsi hati lebih kuat berkorelasi dengan penurunan
Dalam sebuah penelitian terhadap 1087 pasien rawat jalan HF, prevalensi GGT
tinggi dilaporkan 43% pada pria dan 48% pada wanita dan total bilirubin dilaporkan
17% pada pria dan 8% pada wanita. Baik GGT dan kadar bilirubin total ditemukan
terkait dengan keparahan penyakit, tetapi hanya tingkat GGT yang secara
32
pressure(CVP) dan cardiac index (CI) pada hubungan dengan tes fungsi hati. Pada
dasarnya, semua tingkat parameter fungsi hati meningkat dengan penurunan CI dan
meningkatkan CVP, kecuali untuk ALT dan AST. Baik ALT dan AST hanya
fungsi hati pada gagal jantung yang merupakan kombinasi dari kongesti dan
peningkatan kadar GGT, ALP, LDH, dan bilirubin bergantung pada penurunan
perfusi dan kongesti, sedangkan Tingkat AST dan ALT terutama ditentukan oleh
penurunan perfusi hati. Hal ini menunjukkan bahwa perfusi hati rendah pada gagal
jantung terutama predisposisi untuk cedera hati hepatoseluler (AST tinggi dan ALT),
sedangkan cedera hati kolestasis terutama diamati ketika CVP sangat tinggi
Studi yang dilakukan Megalla dkk terhadap 188 pasien gagal jantung kanan,
dan CH tidak menyiratkan bahwa parameter adalah penyebab atau efek CH,
Padahal hemodinamik pada pasien gagal jantung kongestif dapat bervariasi secara
substansial dari hari ke hari.21 Inisiasi terapi pada 1 jam pertama rawat inap bisa
mengurangi besarnya kelainan echocardiographic pada pasien dengan hasil tes hati
33
perubahan volume cepat yang dapat mempengaruhi right atrial pressure (RAP) dan
hasil pengukuran ekokardiografi. Selain itu penundaan pengambilan tes darah untuk
prevalensi tes hati yang. Hal ini ditunjukkan pada beberapa pasien gagal jantung,
peningkatan enzim hati menurun secara signifikan bahkan 1 hari setelah pengobatan
yang efektif.22
Dalam evaluasi 1087 pasien rawat jalan dengan gagal jantung kronis, Ess et al
menemukan prevalensi GGT tinggi menjadi 43% pada pria dan 48% pada wanita.
GGT secara independen terkait dengan hasil prognosis yang tidak bagus pada pasien
ini. Temuan ini lebih lanjut menyoroti pentingnya klinis GGT pada penyakit
ditindaklanjuti selama periode rata-rata sembilan tahun, di mana terdapat 168 kasus
insiden gagal jantung pada pria <70 tahun, tetapi tidak pada pria ≥70 tahun. 24
Relevansi GGT serum dan keparahan penyakit pada HF kronis diselidiki oleh
Poelzl dkk, yang menemukan bahwa serum GGT dikaitkan dengan tingkat
keparahan HF seperti yang dinilai oleh kelas New York Heart Association, fraksi
34
5.1.Kesimpulan
1. Subjek berjenis kelamin pria sebanyak 36 pasien (69,2%), dan berjenis kelamin
wanita sebanyak 16 pasien (30,8%), dan rerata usia adalah 52,08 ± 10,52 tahun.
fungsi hati lainnya. Pada karakteristik fungsi hati tampak SGOT, SGPT,
bilirubin total, ALP, dan GGT memiliki rerata yang lebih tinggi pada fraksi
2. Berdasarkan analisa Fisher Exact test pada penelitian ini didapatkan nilai p <
0,05 untuk hubungan Fraksi Ejeksi terhadap bilirubin total (p = 0,001) dan GGT
5.2. Saran
1. Dibutuhkan penelitian prospektif skala besar dan uji klinis acak untuk melihat
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan baru yang
mendorong para klinisi untuk dapat membuat kesimpulan dari peran fraksi
35
1. Manurung D, Muhadi. Gagal jantung akut. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, K
MS, Setiyohadi B, Syam AF, eds.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI ed. Jakarta
2. Cagli K, Basar FN, Tok D, Turak O, Basar O. How to interpret liver function test
4. Pangabean MM. Gagal jantung. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, K MS,
Setiyohadi B, Syam AF, eds.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI ed. Jakarta –
8. Klein L, Gattis WA. Pharmacologic therapy for patients with chronic heart
36
Setiyohadi B, Syam AF, eds.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI ed. Jakarta –
10. Jackson G, Gibbs CR, Davies MK. ABC of heart failure: Pathophysiology.
BMJ.2000;320:167-170.
http:/www.mayoclinic.com/health/heartfailure/DS00061/DSECTION=7
12. Hunt SA, Abraham WT, Chin MH, et al. ACC/AHA 2005 Guideline Update for
the Diagnosis and Management of Chronic Heart failure in the Adult, A Report
13. Heart Failure. Medline Plus. Cited 20 Juni 2017. Available from:
http:/www.nlm.nih.gov/medlineplus//ency/article/00158.htm
14. Auer J. What does the liver tell us about the failing heart?European Heart
Journal. 2013;34:711–714.
15. Savarese G, Lars H Lund. Global Public Health burden of Heart Failure. Cardiac
Failure Review.2017;3(1):7–11.
16. Moller S, Mauro B. Interaction of the Heart and the Liver. European Heart
17. Samsky MD, Dunning A, De Vore AD, et al. Liver Function Test in Patients
with Acute Heart Failure and Associated Outcomes: Insight from ASCEND-HF.
37
19. Allen LA, Felker M, Pocock S, et al. Liver function abnormalities and outcome
in patients with chronic heart failure: data from the Candesartan in Heart Failure:
20. Van Deursen VM, Damman K, Hillege HL, et al.Abnormal Liver Function in
Patients with Right Heart Failure. Med Sci Monit. 2011;17(10): 537-541.
than total bilirubin predicts outcome in chronic heart failure. J Card Fail.
2011;17:577-584.
hepatic enzymes, and risk of incident heart failure in older men. Arterioscler
2009;2:294-302.
38
Peneliti,
39
LEMBARAN PERSETUJUAN
bersedia untuk turut serta sebagai subyek dalam penelitian atas nama :
…………………………………………………………..
dengan judul penelitian : Hubungan Antara Fraksi Ejeksi Pada Ekokardiografi
dengan fungsi hati pada pasien gagal jantung
Menyatakan tidak keberatan maupun melakukan tuntutan di kemudian hari.
Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran dan
tanpa paksaan dari pihak manapun.
Medan, 2018
…………………………......
nama terang
Saksi :
40
1. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Kode : X / Y
Tempat/Tanggal Lahir :
No.rekam medis :
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
No. Telp/HP :
2. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
3. PEMERIKSAAN EKOKARDIOGRAFI
%
Fraksi Ejeksi
41
42
DATA PENELITIAN
no RM UMUR JK Hb LEUKOSIT TROMBOSIT SGOT SGPT Bil Total ALP GGT Albumin EF
43
44
45
46
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perempuan 16 30.8 30.8 30.8
Laki-laki 36 69.2 69.2 100.0
Total 52 100.0 100.0
Descriptives
Descriptive Statistics
Frequency Table
SGOT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 34 (Normal) 27 51,9 51,9 51,9
> 34 (Tidak normal) 25 48,1 48,1 100,0
Total 52 100,0 100,0
SGPT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <= 55 (Normal) 40 76,9 76,9 76,9
> 55 (Tidak normal) 12 23,1 23,1 100,0
Total 52 100,0 100,0
47
ALP
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <= 150 (Normal) 37 71,2 71,2 71,2
> 150 (Tidak normal) 15 28,8 28,8 100,0
Total 52 100,0 100,0
GGT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <= 36 (Normal) 3 5,8 5,8 5,8
> 36 (Tidak normal) 49 94,2 94,2 100,0
Total 52 100,0 100,0
Albumin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid > 3.5 (Normal) 5 9,6 9,6 9,6
<= 3.5 (Tidak normal) 47 90,4 90,4 100,0
Total 52 100,0 100,0
EF
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid > 40 (Normal) 14 26,9 26,9 26,9
<= 40 (Tidak normal) 38 73,1 73,1 100,0
Total 52 100,0 100,0
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Umur (tahun) ,151 52 ,005 ,968 52 ,181
Hemoglobin ,070 52 ,200* ,988 52 ,866
Leukosit ,174 52 ,000 ,924 52 ,003
Trombosit ,208 52 ,000 ,862 52 ,000
SGOT ,355 52 ,000 ,511 52 ,000
SGPT ,315 52 ,000 ,528 52 ,000
Bilirubin total ,194 52 ,000 ,866 52 ,000
ALP ,159 52 ,002 ,896 52 ,000
GGT ,063 52 ,200* ,984 52 ,687
Albumin ,178 52 ,000 ,940 52 ,011
EF ,142 52 ,011 ,970 52 ,208
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
48
SGOT
<= 34 > 34 (Tidak
(Normal) normal) Total
EF > 40 (Normal) Count 9 5 14
Expected Count 7.3 6.7 14.0
% wit hin EF 64.3% 35.7% 100.0%
% wit hin SGOT 33.3% 20.0% 26.9%
<= 40 (Tidak normal) Count 18 20 38
Expected Count 19.7 18.3 38.0
% wit hin EF 47.4% 52.6% 100.0%
% wit hin SGOT 66.7% 80.0% 73.1%
Total Count 27 25 52
Expected Count 27.0 25.0 52.0
% wit hin EF 51.9% 48.1% 100.0%
% wit hin SGOT 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
49
SGPT
<= 55 > 55 (Tidak
(Normal) normal) Total
EF > 40 (Normal) Count 10 4 14
Expected Count 10.8 3.2 14.0
% wit hin EF 71.4% 28.6% 100.0%
% wit hin SGPT 25.0% 33.3% 26.9%
<= 40 (Tidak normal) Count 30 8 38
Expected Count 29.2 8.8 38.0
% wit hin EF 78.9% 21.1% 100.0%
% wit hin SGPT 75.0% 66.7% 73.1%
Total Count 40 12 52
Expected Count 40.0 12.0 52.0
% wit hin EF 76.9% 23.1% 100.0%
% wit hin SGPT 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
50
Bilirubin total
<= 1.2 > 1.2 (Tidak
(Normal) normal) Total
EF > 40 (Normal) Count 11 3 14
Expected Count 5.4 8.6 14.0
% wit hin EF 78.6% 21.4% 100.0%
% wit hin Bilirubin total 55.0% 9.4% 26.9%
<= 40 (Tidak normal) Count 9 29 38
Expected Count 14.6 23.4 38.0
% wit hin EF 23.7% 76.3% 100.0%
% wit hin Bilirubin total 45.0% 90.6% 73.1%
Total Count 20 32 52
Expected Count 20.0 32.0 52.0
% wit hin EF 38.5% 61.5% 100.0%
% wit hin Bilirubin total 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
51
ALP
<= 150 > 150 (Tidak
(Normal) normal) Total
EF > 40 (Normal) Count 12 2 14
Expected Count 10.0 4.0 14.0
% wit hin EF 85.7% 14.3% 100.0%
% wit hin ALP 32.4% 13.3% 26.9%
<= 40 (Tidak normal) Count 25 13 38
Expected Count 27.0 11.0 38.0
% wit hin EF 65.8% 34.2% 100.0%
% wit hin ALP 67.6% 86.7% 73.1%
Total Count 37 15 52
Expected Count 37.0 15.0 52.0
% wit hin EF 71.2% 28.8% 100.0%
% wit hin ALP 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
52
Crosstab
GGT
<= 36 > 36 (Tidak
(Normal) normal) Total
EF > 40 (Normal) Count 3 11 14
Expected Count .8 13.2 14.0
% wit hin EF 21.4% 78.6% 100.0%
% wit hin GGT 100.0% 22.4% 26.9%
<= 40 (Tidak normal) Count 0 38 38
Expected Count 2.2 35.8 38.0
% wit hin EF .0% 100.0% 100.0%
% wit hin GGT .0% 77.6% 73.1%
Total Count 3 49 52
Expected Count 3.0 49.0 52.0
% wit hin EF 5.8% 94.2% 100.0%
% wit hin GGT 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
53
Albumin
> 3.5 <= 3.5 (Tidak
(Normal) normal) Total
EF > 40 (Normal) Count 2 12 14
Expected Count 1.3 12.7 14.0
% wit hin EF 14.3% 85.7% 100.0%
% wit hin Albumin 40.0% 25.5% 26.9%
<= 40 (Tidak normal) Count 3 35 38
Expected Count 3.7 34.3 38.0
% wit hin EF 7.9% 92.1% 100.0%
% wit hin Albumin 60.0% 74.5% 73.1%
Total Count 5 47 52
Expected Count 5.0 47.0 52.0
% wit hin EF 9.6% 90.4% 100.0%
% wit hin Albumin 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
54
I. DATA PRIBADI
Agama : Islam
Pekerjaan : Dokter
4. FK UISU (6 Tahun)
1. Klinik BP.AKSARA
2. Klinik BP.Haji
3. RS. Martondi
55
V. KARYA ILMIAH
56