TESIS PROFESI
Oleh
KARTIKA BR KARO
NIM: 127115002
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Spesialis Jantung dan Pembuluh
Darah dalam Program Studi Kardiologi dan Kedokteran Vaskular pada
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Oleh
KARTIKA BR KARO
NIM: 127115002
Judul Proposal Tesis : Korelasi antara Jumlah Kedalaman ST Depresi Prekordial dengan
Keterlibatan dan Derajat Keparahan Stenosis Arteri Left Anterior
Descending pada Penderita Infark Miokard Akut Elevasi Segmen ST
Inferior
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Andre Pasha Ketaren , Sp.JP(K) Dr. Refli Hasan, Sp.PD, Sp.JP(K)
NIP.197905042003121002 NIP.196104031987091001
Mengetahui / Mengesahkan
Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri dan semua sumber baik yang
NIM : 127115002
Tanda tangan :
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
ini. Tesis ini dibuat untuk memenuhi syarat kelulusan dalam Program Studi
Kardiologi dan Kedokteran Vaskular di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Sinukaban yang telah memberikan dukungan dan perhatian baik moril dan materi
serta doa dan nasihat yang tulus agar penulis tetap semangat, sabar dan tegar dalam
mengikuti pendidikan sampai selesai Takkan dapat semuanya itu penulis balas
dengan apapun, penelitian ini hanya permulaan bukti kecil tanda terimakasih yang
penulis persembahkan untuk orang tua tercinta.
12.Kepada suami tercinta Dian Socrates Ginting ST yang telah memberikan dukungan
serta doa dan pengertian kepada penulis sehingga penulis tetap semangat dan kuat
dalam menyelesaikan penelitian ini. Serta kepada kedua anak tercinta Joseph
Lionel Javiersky Ginting dan Cathleen Felicia Ginting yang menjadi sumber
semangat dan kekuatan penulis dalam menjalani pendidikan dan menyelesaikan
tulisan ini.
13.Kepada kakak dan adik penulis, yakni Karmila Br Karo MPd, Juna Karo-Karo SH,
Enita Berena Br Karo, Nina Efriliana Br Ginting, (alm) Felix Hendarta Ginting
dan Wita Clarissa Br Ginting yang selalu memberikan semangat dan dorongan
untuk menyelesaikan tesis ini serta seluruh keluarga besar penulis yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan doa dan moril
sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.
14. Kedua sahabat seperjuangan penulis, dr. Ahmad Handayani Sp.JP dan dr. Jaya
Suganti yang sedari awal masa pendidikan telah bersama-sama dengan penulis
saling membantu dan bekerjasama melalui berbagai proses dalam pendidikan.
Terutama buat dr. Jaya Suganti yang telah memberikan banyak bantuan, ide, dan
kemudahan untuk penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
15. Rekan-rekan sejawat sesama peserta PPDS Departemen Kardiologi dan
Kedokteran Vaskular, terutama kepada dr. Theresia Wina Siagian, dr. Mastanova
Ginting, yang telah memberikan dukungan, masukan dan saran mengenai proses
seminar, metodologi dan pengolahan data statistika serta mengusahakan segala
macam bantuan dengan tulus terkait penyelesaian tesis ini.
16. Rekan-rekan sahabat Kelakar Medan yang telah memberikan waktu dan tenaga
dalam membantu pengambilan sampel penelitian dan memberikan masukkan dan
doa serta bahu membahu dalam mengikuti program pendidikan profesi ini.
14. Perawat yang bertugas di bagian ekokardiografi Zr. Esti Suryani Napitupulu yang
telah meberikan kesempatan kepada penulis pada waktu luang untuk mengambil
data sampel penelitian, serta selalu mengingatkan pemeriksa untuk mengambil
data-data yang dibutuhkan untuk kelengkapan penelitian.
15. Para perawat CVCU, RIC, Kateterisasi, staf administrasi Ahmad Syafi’i,
Zulkarnaen dan Nanda yang telah membantu terselenggaranya penelitian ini.
Semoga Allah membalas semua jasa dan budi baik mereka yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Akhirnya penulis
mengharapkan agar penelitian dan tulisan ini kiranya dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Abstrak
Metode : Sebanyak 60 pasien IMAEST inferior onset <24 jam dengan gambaran
DSST prekordial yang dihospitalisasi dari Desember 2013-Juli 2017 di Rumah
Sakit Umum Haji Adam Malik dianalisis secara retrospektif. Pasien akan dibagi
menjadi empat kelompok berdasarkan jumlah kedalaman DSST prekordial pada
EKG awal. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui korelasi antara jumlah
kedalaman DSST prekordial dengan keterlibatan dan derajat keparahan LAD ,
nilai p <0,05 dianggap bermakna secara statistik.
Abstract
Result : Bivariate analysis show that there is strong corelation between sum of
precordial ST depression with LAD disease (p=0.01). Sum of precordial ST
depression also corelate with severity of LAD (p=0.01). There are also corelation
with location of the lesion in proximal LAD and the complexity of the lesion but
not statistically significant (p=0.233 and p=0.102). Analysis ROC curve sum of
precordial ST depression to LAD disease give the cut off ≥5.15 mm with
sensitivity 70% and spesificity 76.2%(AUC 0,752 ,95% CI: 0,620 – 0,883
p<0,001)
Conclution : There is strong corelation between sum of precordial ST depression
with high grade LAD disease. The more the sum of precordial ST depression the
more posibility high degree LAD disease ( p=0.01).
Key Words : Sum of precordial ST depression, inferior STEMI, LAD disease.
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan................................................................................................i
Lembar Pernyataan Orisinalitas..........................................................................ii
Ucapan Terima Kasih...........................................................................................iii
Abstrak..................................................................................................................vii
Abstract................................................................................................................viii
Daftar Isi…............................…………………..........….....………………..…...ix
Daftar Gambar…........................…………………………..……………….…..xii
Daftar Tabel…………………………………….....…………………….….......xiv
Daftar Singkatan dan Lambang……………………………….……...……….xv
BAB I PENDAHULUAN…............................…………….....…………..............1
1.1 Latar Belakang…………………………………..................…….....…1
1.2 Pertanyaan Penelitian.……………………………………….……..….3
1.3 Hipotesis Penelitian………………………………………..………..…4
1.4 Tujuan Penelitian……………………………………..…..…………...4
1.5 Manfaat Penelitian……………………………………………..……...4
DAFTAR GAMBAR
2.2 EKG IMAEST Inferior dengan Elevasi Segmen ST pada II, III,aV....9
2.4 Elevasi Segmen ST pada II, III, aVF Disertai DSST prekordial........12
2.15 Pola EKG pada Sadapan Sebelum dan Sesudah Ligasi LAD……......25
2.16 Medan Listrik dari Dua Bagian Jantung Setelah Ligasi LAD Distal
dan proksimal…..….............................................................................26
2.17 Aliran Darah Transmural pada LCx yang Stenosis Sebelum dan
Sesudah Oklusi LAD…........................................................................28
DAFTAR TABEL
2.4 Komplikasi Selama Perawatan Dalam Rumah Sakit pada Pasien IMA
Inferior…………..................................................................................31
2.5 Data Klinis : Usia, Insidens Gagal Jantung Kiri, Aritmia, Mortalitas.31
SINGKATAN NAMA
AV : Atrioventricular
EKG : Elektrokardiogram
SA : Sinoatrial
VF : Ventricle Fibrilation
VT : Ventricle Tachycardia
LAMBANG
N : Besar Sampel
p : Tingkat Kemaknaan
α : Alpha
β : Beta
% : Persentase
BAB I
PENDAHULUAN
IMAEST inferior selama ini dianggap memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan dengan IMAEST anterior, sehingga perlakuan terhadap pasien
dengan IMAEST inferior terkadang menjadi kurang agresif. Sekitar 60%
IMAEST inferior menunjukkan DSST di sadapan prekordial (Sato, 1989).
Kebanyakan penelitian berikutnya memberikan alternatif pendapat bahwa DSST
pada sadapan prekordial saat IMAEST inferior menunjukkan infark luas yang
melibatkan segmen inferoposterior dan lateral, dapat dibuktikan dengan level
enzim jantung yang lebih tinggi, abnormalitas gerakan dinding regional LV yang
lebih berat dan fraksi ejeksi (EF) lebih rendah berbanding pasien tanpa DSST.
Pasien dengan DSST prekordial cenderung mengalami komplikasi jangka pendek
(inhospital) dan panjang serta mortalitas yang lebih tinggi berbanding pasien
tanpa DSST prekordial. (Berger, 1990; Birnbaum, 1996; Jennings, 1983; Gelman,
1982; Herlitz 1987; Hasdai, 1994; Forfar, 1989).
gambaran EKG dapat membantu dalam mendeteksi hal ini. Pertama, derajat
DSST yang lebih dalam dapat meningkatkan kecenderungan untuk LAD disease,
seperti yang dilaporkan oleh Haraphongse (1983), bahwa semua pasien (100%)
yang memiliki DSST prekordial lebih dari 0,3 mV memiliki LAD disease, jika
dibandingkan hanya 60% pada pasien dengan DSST prekordial 0,2-0,3 mV dan
sekitar 33% pada pasien dengan DSST prekordial kurang dari 0,2 mV.
Selain tujuan umum di atas penelitian ini juga bertujuan untuk menilai sensitivitas
dan spesifitas lokasi DSST pada sadapan EKG prekordial dalam memprediksikan
adanya keterlibatan LAD pada pasien IMAEST inferior dengan DSST.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada sebagian besar kasus, conus branch merupakan cabang pertama dari
RCA. Pada lainnya conus branch mempunyai muara yang terpisah dari aorta. Jadi
conus branch selalu berjalan anterior untuk mensuplai pulmonary outflow tract.
Terkadang, conus branch dapat merupakan cabang dari LCA. Pada 55% kasus,
sinoatrial nodal artery merupakan cabang berikutnya dari RCA, muncul sekitar
beberapa milimeter dari muara RCA. Pada sekitar 45% kasus, sinoatrial nodal
artery muncul dari proksimal LCx. Ketika RCA berjalan pada sulkus AV anterior,
dia akan memutar ke arah posterior (inferior) sesptum interventrikular. Seiring
dengan ini, RCA akan memberikan beberapa cabang yang mensuplai miokardium
ventrikel kanan (RV); cabang ini disebut RV marginal atau acute marginal.
Cabang ini mensuplai dinding anterior RV. Arteri yang mensuplai posterior
descending artery (PDA) dan posterolateral branch (PLB) akan menentukan
dominansi koroner. Jika PDA dan PLB muncul dari RCA, maka akan disebut
dominan kanan (sekitar 80-85% kasus). Pada kondisi ini, RCA akan mensuplai
segmen inferoseptal dan inferior dari LV. Jika PDA dan PLB muncul dari LCx
maka disebut dominan kiri (sekitar 15-20% kasus). Pada kondisi ini, LCA
mensuplai segmen inferoseptal dan inferior dari LV. Jika PDA muncul dari RCA
dan PLB muncul dari LCx, maka disebut dengan kodominan (sekitar 5% kasus).
Biasanya muncul pada area distal dari muara PDA adalah AV nodal artery, yang
dapat mudah dikenali karena berjalan vertikal dari distal RCA (Kini 2007).
Angka kejadian infark miokard akut elevasi segmen ST (IMAEST)
inferior adalah sekitar 40-50% dari keseluruhan IMAEST dan secara umum
dikatakan memiliki prognosis yang lebih baik berbanding IMAEST anterior. Data
dari sejumlah penelitian dengan terapi trombolitik pada IMAEST mendukung
pernyataan ini, dengan angka kematian berkisar 2-9% pada IMAEST inferior
yang mendapatkan terapi sesuai pedoman tatalaksana IMAEST (Berger, 1990;
Kennedy, 1988). Sehingga tidak mengherankan jika kebanyakan penelitian
tersebut gagal menunjukkan adanya penurunan angka kematian setelah
mendapatkan terapi trombolitik pada pasien IMAEST inferior. Akan tetapi,
penting diingat bahwa hampir 50% pasien IMAEST inferior mengalami
komplikasi atau gambaran berbeda yang berhubungan dengan peningkatan
50% pasien dapat disertai dengan gambaran DSST pada sadapan prekordial. Akan
tetapi makna klinis DSST prekordial hingga saat ini masih belum jelas. Pada
awalnya, DSST prekordial hanya dianggap sebagai fenomena EKG oleh karena
refleksi reciprocal arus listrik pada area infark inferior tanpa ada makna anatomis
maupun fisiologis. Namun hal ini tampaknya berlaku hanya pada minoritas pasien
IMAEST inferior. Kebanyakan penelitian menunjukkan pasien dengan DSST
prekordial mempunyai area infark yang lebih luas, yang ditandai dengan kadar
enzim jantung yang lebih tinggi, abnormalitas gerakan dinding regional LV yang
lebih berat, EF yang lebih rendah berbanding pasien tanpa DSST prekordial
(Berger,1990). Lebih lanjut, pasien IMAEST inferior dengan DSST prekordial,
cenderung mengalami komplikasi jangka pendek dan jangka panjang berbanding
pasien tanpa DSST prekordial (Gelman, 1982; Ong, 1983; Gibson 1982; Roubin,
1986; Nasmith, 1982).
Shah (1980) dalam penelitiannya menyatakan pasien IMAEST inferior
yang memiliki DSST prekordial mempunyai disfungsi ventrikel kiri global dan
regional yang lebih besar, serta rata-rata mortalitas dan morbiditas dalam rumah
sakit yang lebih tinggi. Menggunakan angiografi nuklir, penelitian ini berhasil
menemukan abnormalitas gerakan dinding anterior ventrikel kiri pada pasien
IMAEST inferior dengan DSST anterior. Sehingga diduga bahwa DSST anterior
pada kondisi ini merupakan iskemia subendokardium pada dinding anterior
ventrikel kiri, namun ternyata adanya abnormalitas gerakan dinding anteroseptal
bukanlah merupakan temuan umum pada penelitian lainnnya.
Goldberg (1981) berpendapat DSST anterior pada IMAEST inferior
merupakan indikator yang sensitif dan spesifik telah terjadi kerusakan
miokardium luas, terutama melibatkan area posterolateral, hal ini diakibatkan
arteri yang mengalami oklusi total mensuplai area miokardium posterolateral
yang luas. Gibson (1982) dan Pichler (1983) berpendapat pasien IMAEST
inferior yang memiliki DSST prekordial memiliki disfungsi ventrikel kiri global
dan dan regional yang lebih berat oleh karena infark inferior luas atau dinding
inferoposterior dan bukan karena iskemik anteroseptal yang terjadi secara
bersamaan. Ong (1983) dan Little (1984) menyatakan adanya DSST pada
IMAEST inferior sebagai penanda terjadi infark posterolateral luas, dan tidak
berhubungan dengan proses iskemia pada bagian anterior ventrikel kiri.
Ruddy (1986) berpendapat DSST pada sadapan prekordial anterior pasien
IMAEST inferior merepresentasikan lebih dari sekedar fenomena EKG,
gambaran ini menyatakan pasien dengan gangguan gerakan dinding ventrikel dan
hipoperfusi segmen inferior dan sekitarnya yang lebih berat. Fungsi global
ventrikel kiri yang buruk merupakan akibat infark inferior yang lebih luas, dan
bukan disebabkan iskemia anterior. Wong (1993) menyimpulkan DSST
prekordial selama IMAEST inferior mengindikasikan suatu infark yang meluas
hingga ke posterolateral oleh karena oklusi dari suatu arteri dengan distribusi area
posterior besar, tanpa menilai ada tidaknya penyempitan left anterior descending
artery (LAD). Penelitian ini mengatakan adanya DSST prekordial pada EKG awal
pasien IMAEST inferior sangat membantu dalam mengidentifikasi kelompok
pasien dengan risiko tinggi oleh karena memiliki infark luas, yang akan
bermanfaat jika mendapatkan terapi reperfusi. Abbase (2010) melaporkan bahwa
DSST prekordial pada IMAEST inferior merepresentasikan iskemia anterior pada
pasien yang memiliki RCA dengan distribusi anatomis yang sangat luas hingga
dapat mencapai di sekitar apeks jantung untuk mensuplai suatu bagian dari
permukaan anterior ventrikel kiri. Kidambi (2013) menyatakan DSST pada
kondisi IMAEST merefleksikan myocardial area at risk (AAR) yang luas, dan
pasien dengan kondisi ini akan mendapat manfaat jika dilakukan revaskularisasi.
Terdapat dua pendapat lain yang menjelaskan makna DSST prekordial
pada IMAEST inferior, yaitu menyatakan infark luas dengan perjalanan klinis
yang kompleks akibat iskemia dinding anterior oleh karena bersamaan dengan
LAD disease atau menunjukkan infark inferoposterior yang lebih luas dan berat
yang menyebabkan elevasi segmen posterior dan gambaran DSST prekordial pada
EKG 12 sadapan. Penelitian Lembo (1986) dan Hlatky (1985) berpendapat bahwa
IMAEST inferior dengan DSST prekordial ≥ 0,1 mV berhubungan dengan area
infark yang lebih luas, fungsi ventrikel kiri yang jelek, mortalitas dalam rumah
sakit dan satu tahun yang lebih tinggi. Disfungsi ventrikel kiri yang lebih berat
terlihat pada kelompok ini diakibatkan oleh keterlibatan luas miokardium inferior,
posterior, lateral (Becker, 1988; Ong, 1983; Mukharji, 1984; Gibson, 1982;
Gibson, 1982; Lew, 1985; Ruddy, 1986; Boden,1982).
Penelitian menggunakan teknik angiografi yang mengikutsertakan pasien
IMAEST inferior menunjukkan multivessel disease dan stenosis lanjut yang
melibatkan LAD lebih sering dijumpai pada DSST prekordial, terutama bila
DSST prekordial bertahan ≥ 12 jam dari periode awal infark (Becker, 1988;
Chaitman, 1978; Salcedo, 1981). Walaupun hingga saat ini kontroversi tetap
berlanjut, kebanyakan mempunyai pendapat yang sama bahwa IMAEST yang
disertai DSST merepresentasikan nekrosis miokardium yang lebih luas, dan
peningkatanan morbiditas dan mortalitas dalam rumah sakit. EKG DSST persisten
menyatakan kelompok dengan risiko untuk kejadian kardiovaskular di kemudian
hari karena kecenderungan multivessel coronary artery disease (Becker, 1988).
Gambar 2.4 Elevasi segmen ST II, III, aVF disertai DSST prekordial (Chou,
2009)
Gambar 2.10 Perubahan EKG sebagai hasil dari proses yang terjadi pada gambar
sebelumnya. Baseline telah berubah dan terletak diatas baseline awal. Tidak
adanya injury flow saat depolarisasi dari miosit yang mengalami iskemik
menyebabkan kembalinya segmen ST ke baseline awal, sehingga memberikan
gambaran depresi segmen ST (Becker, 1988)
Telah jelas terdokumentasi bahwa infark miokard yang terjadi oleh karena
oklusi arteri koroner menyebar mulai dari endokardial menuju permukaan
epikardium jantung. Secara teori, patologis telah mendefinisikan infark transmural
sebagai infark yang melibatkan 50% sampai 70% dari ketebalan dinding ventrikel,
sedangkan infark non transmural melibatkan kurang dari 50%.
Elektrokardiografer secara tradisional telah mendefinisikan infark transmural
dengan adanya munculnya gelombang Q, dan infark nontransmural dengan
munculnya DSST dengan atau tanpa inversi gelombang T secara simetris, yang
bertahan selama lebih dari 48 jam tanpa ada munculnya gelombang Q. Walaupun
telah terdapat kesepakatan untuk kriteria ini, namun terdapat korelasi yang jelek
antara gambaran EKG dengan perluasan nekrosis miokardium.
Bahkan data dari penelitian eksperimental dan klinis telah
mendokumentasikan kemampuan nekrosis miokardium nontransmural untuk
menimbulkan gelombang Q baik pada elektrocardiogram epikardial maupun
permukaan tubuh. Sebagai tambahan, DSST dan inversi gelombang T merupakan
penemuan yang tidak spesifik dan dapat terjadi pada berbagai keadaan meliputi
angina pektoris tidak stabil, LVH, perikarditis subakut/kronik, miokarditis,
abnormalitas elektrolit, gangguan metabolik dan penggunaan obat-obatan seperti
digitalis dan neuroleptik fenotiazin. Walaupun begitu, gambaran EKG seperti ini
dengan hasil enzim sesuai dengan infark miokardium akan membantu untuk
mengidentifikasi kedua kelompok pasien seperti ini (Q wave vs non Q wave)
Oklusi total yang terjadi secara tiba-tiba pada sebuah pembuluh darah
epikardial umumnya berhubungan dengan elevasi segmen ST pada sadapan EKG
yang merepresentasikan area kerusakan miokardium. Akan tetapi, seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, DSST dapat juga dijumpai pada kondisi ini dimana
telah terbentuk kolateral yang luas dan/atau reperfusi spontan. Mengikuti
terjadinya infark miokardium dengan pembentukan gelombang Q, munculnya
DSST atau perubahan reciprocal pada sadapan EKG yang letaknya jauh dari area
infark dapat merefleksikan beberapa variasi kejadian elektrikal atau patofisiologik
(tabel 2.1). Oleh karena itu, makna klinis perubahan reciprocal tetap merupakan
area yang menarik perhatian dan kontroversi (Becker, 1988).
Tabel 2.1 Mekanisme terjadinya DSST pada infark Q wave (Becker, 1988)
yang sangat berbeda namun dapat menghasilkan gambaran EKG yang sama
(Mirvis, 1988).
Pola EKG reciprocal direkam dari dua pasang sadapan dengan orientasi
aksis sadapan yang saling berlawanan. Satu pasang sadapan diperkirakan
merefleksikan secara langsung patofisiologi yang terjadi, sedangkan sadapan
kedua dihasilkan dengan memandang kejadian atau lesi miokardium dari
perspektif yang berlawanan. Sehingga infark miokard pada dinding posterior akan
menghasilkan elevasi segmen ST pada sadapan yang merepresentasikan dinding
posterior sementara disisi yang berlawanan akan menghasilkan DSST anterior.
Elevasi segmen ST disebut primer atau intrinsik, merefleksikan kerusakan
miokardium yang langsung di bawah sadapan tersebut; DSST dapat disebut
reciprocal, sekunder, atau ekstrinsik, merefleksikan kejadian pada miokardium
yang jauh dari sadapan primer. Gambaran reciprocal atau efek sekunder
merupakan konsekuensi biofisika langsung dari aktifitas listrik jantung, dan cara
kerjanya berasal langsung dari konsep dipole theory. Berikut akan dibahas tentang
elemen dasar dipole theory yang diperlukan untuk mendemonstrasikan teori ini
(Mirvis, 1988; Celik, 2003). Beberapa penelitian yang juga mendukung konsep ini
adalah Croft (1982) yang menyatakan DSST anterior umumnya terjadi pada
evolusi dini dari infark inferior transmural, dan secara umum bukanlah merupakan
penanda iskemia anterior yang bermakna dan tidak dapat digunakan untuk
memprediksi fungsi ventrikel kiri pada pasien. Maka DSST anterior merupakan
fenomena EKG. Wasserman (1983) menyatakan DSST anterior berkorelasi erat
dengan derajat elevasi segmen ST. Oleh karena DSST tidak mengubah mortalitas
jangka panjang namun berhubungan dengan derajat elevasi segmen ST maka
disimpulkan sebagai fenomena EKG. Oleh karena DSST berkorelasi dengan
derajat elevasi segmen ST, maka kemungkinan besar DSST merupakan benign
electrical phenomenon.
uV), dengan jumlah yang sama untuk garis positif dan negatif. Dengan
menggandakan kekuatan dari dipole (gambar 2.14 B) maka juga akan
menggandakan kekuatan baik maksimum maupun minimum hingga +116,3 dan -
116,3 uV,namun tidak akan menggubah gambaran dasar dari pola ini (Mirvis,
1988).
Gambar 2.14 Medan listrik yang dihasilkan oleh arus dipole yang berlokasi
dalam sphere digunakan untuk mengilustrasikan cara kerja medan listrik dipole
dan efek meningkatkan kekuatan dipole. Terdapat 5 gambaran sphere pada setiap
panel dan merepresentasikan rotasi serial 72 derajat dari sphere. Pada setiap
gambaran, garis-garis menghubungkan lokasi dengan potensial sama; garis solid
merupakan potensial positif, garis berkotak merupakan potensial negatif, garis
putus-putus merupakan voltase nol. A. Dipole berlokasi pada tengah sphere dan
diorientasikan langsung kepada pengamat (no.1). Titik positif dan negatif
dihasilkan oleh single dipole. B. Meningkatkan kekuatan dipole akan menambah
nilai potensial namun tidak mengubah lokasi (Mirvis, 1988).
dipole akan mengubah posisi dan intensitas dari titik potensial. Jika dipole
dirotasikan menuju suatu orientasi baru, maka posisi titik maksimum akan
berotasi ke area lesi, dengan titik minimum akan bergeser ke arah dinding yang
berlawanan (Mirvis, 1988).
Penelitian terakhir ini telah mengevaluasi efek dari oklusi arteri koroner,
yaitu perubahan reciprocal dapat didemonstrasikan setelah ligasi LAD pada
kelinci. EKG yang berasal dari 2 sadapan elektroda sebelum dan sesudah ligasi
LAD ditunjukkan pada gambar 2.15. Sebelum ligasi, segmen ST pada sadapan
pasien akan berada dalam keadaan isoelektrik. Sekitar 15 menit setelah ligasi
tampak elevasi segmen ST, seperti yang terekam dari sadapan elektroda 1 yang
berlokasi pada lesi iskemik. Sebaliknya, rekaman pada sadapan elektroda 2, yang
berada di lokasi berlawanan dari lesi awal menunjukkan DSST. Maka
disimpulkan elevasi segmen ST merepresentasikan perubahan primer, sedangkan
DSST menggambarkan reciprocal atau perubahan sekunder (Mirvis, 1988).
Gambar 2.16 menunjukkan medan listrik secara keseluruhan dari dua
bagian jantung setelah ligasi LAD distal (gambar 2.16.A) dan proksimal (gambar
2.16.B). Titik maksimum/ potensial positif terletak pada lesi; titik
minimum/potensial negatif (perubahan reciprocal) terletak pada area yang
berlawanan. Keduanya baik maksimum dan minimum kekuatannya akan
meningkat setelah ligasi proksimal LAD, hal ini konsisten dengan jumlah area
iskemia yang lebih luas sehingga akan menghasilkan persamaan dipole yang lebih
intens.
Gambar 2.15 Pola EKG pada sadapan sebelum (A) dan 15 menit sesudah ligasi
LAD (B) Pada sadapan 1, terletak diatas area lesi, menunjukkan elevasi segmen
Gambar 2.16 Menunjukkan medan listrik secara keseluruhan dari dua bagian
jantung setelah ligasi LAD distal (gambar 2.16.A) dan proksimal (gambar
2.16.B). Baik titik maksimum dan titik minimum kekuatannya akan meningkat
setelah ligasi proksimal LAD (Mirvis, 1988)
Pada setiap contoh, voltase positif melingkupi lokasi lesi dan voltase
negatif terletak pada sisi yang berlawanan (reciprocal). Secara kesimpulan, RSTD
merupakan suatu fenomena biofisikal yang akan selalu diekspektasikan pada
pasien setelah IMA dengan elevasi segmen ST primer. Deteksi gambaran ini pada
permukaan tubuh akan bergantung pada interaksi antara faktor fisika meliputi
kekuatan sumber dan lokasi lesi dalam hubungannya dengan sistem sadapan
elektroda di permukaan tubuh yang digunakan (Mirvis, 1988).
mekanisme ini awalnya dikemukakan oleh Blumgart (1940), teori ini lebih efektif
pada kondisi iskemia kronik yang akan menambah kolateralisasi. Akhirnya, oklusi
dari satu arteri dapat meningkatkan derajat keparahan stenosis dari pembuluh
darah yang berdekatan. (Mirvis 1988).
Gambar 2.17 Aliran darah miokardium transmural pada LCx yang mengalami
stenosis sebelum dan sesudah oklusi LAD. Aliran endokardial pembuluh darah
LCx mengalami penurunan setelah oklusi LAD (Schwartz, 1983; Mirvis, 1988)
Hingga saat ini masih menjadi kontroversi apakah DSST anterior dapat
memprediksikan keterlibatan LAD disease, sebab jika pendapat ini tidak terbukti
maka teori ishemia at distance tidak akan bermakna lagi. Data dari berbagai
penelitian klinis yang menyangkut pertanyaan ini telah terangkum dalam tabel
2.3 Untuk setiap laporan penelitian, jumlah pasien dengan atau tanpa DSST
anterior beserta jumlah pasien dengan atau tanpa LAD disease telah terlampir
dengan baik. Banyak penelitian yang mendukung keterlibatan LAD disease
dengan menggunakan kriteria angiografi (Salcedo, 1981; Croft, 1982; Jennings,
1983; Roubin, 1984; Little, 1984), sedangkan penelitian lainnya tidak mendukung
(Gibson, 1982; Ferguson, 1984; Cohen, 1984; Lew, 1985; Brymer, 1985).
Tabel 2.3 Prevalensi LAD disease pada IMA inferior dengan DSST prekordial
(Mirvis, 1988)
Tabel 2.4 Komplikasi selama perawatan dalam rumah sakit pada pasien grup I
(IMAEST inferior dengan DSST prekordial) dan grup II (IMAEST inferior tanpa
DSST prekordial) (Roubin, 1984)
Tabel 2.5 Data klinis : usia, insidens gagal jantung kiri, aritmia serta rata-rata
mortalitas pada IMAEST inferior dengan DSST prekordial dan tanpa DSST
prekordial (Gibelin, 1986)
Gambar 2.19 Nilai kumulatif survival pasien IMAEST inferior setelah selesai
rawatan rumah sakit, distratifikasi berdasarkan ada atau tidaknya DSST anterior.
Survival paling buruk terdapat pada kelompok dengan DSST (Hlatky, 1985).
Jumlah kedalaman ST
depresi prekordial
BAB III
METODE PENELITIAN
1. IMAEST adalah subset dari sindroma koroner akut yang ditandai dengan
adanya nyeri dada khas infark (nyeri dada dengan durasi > 20 menit, dapat
disertai penjalaran hingga leher, rahang bawah atau lengan kiri, tidak
respon sepenuhnya dengan nitrat, dapat disertai dengan gejala aktifasi
sistem saraf otonom seperti mual, muntah serta keringat dingin), naik
dan/atau turunnya nilai enzim jantung (troponin) sedikitnya satu nilai di
atas persentil 99 nilai normal yang disertai dengan adanya elevasi segmen
ST pada EKG yang dinilai J point, pada dua lead yang berhubungan, ≥0.25
mV pada pria <40 tahun, ≥0.2 mV pada pria >40 tahun, atau ≥0.15 mV
pada wanita di lead V2-V3, dan/atau ≥ 0.1 mV pada lead lainnya
(Thygesen, 2012; O’Gara, 2013).
2. IMAEST inferior merupakan suatu kejadian oklusi total dari right
coronary artery (RCA) pada 80% kasus atau sekitar 18-20% oleh left
circumflex artery (LCx) dan secara EKG ditandai oleh adanya elevasi
segmen ST pada sadapan II, III, aVF (Birnbaum, 2003; Chou, 2009;
Almansori, 2010).
3. Depresi segmen ST (DSST) prekordial didefinisikan sebagai depresi
segmen ST horizontal atau downsloping ≥ 1 mm pada setidaknya dua dari
enam sadapan prekordial V1 sampai V6 pada pasien dengan IMAEST
inferior (Becker,1988; Hanna and Glancy,2011) .
4. Jumlah kedalaman DSST prekordial didefenisikan sebagai hasil
penjumlahan kedalaman ST depresi (dalam milimeter) yang dijumpai pada
semua sadapan prekordial (V1-V6) yang terdapat DSST
(Haraphongse,1983).
inferior. Semua data ini akan dicatat secara seksama. Dari seluruh data yang
dimiliki pasien IMAEST inferior dengan DSST, data penting awal yang
dievaluasi adalah EKG 12 sadapan pada saat awal masuk RSHAM (IGD) yang
menggunakan kecepatan 25 mm/s dan skala 10 mV/mm. Pengukuran kedalaman
DSST prekordial pada EKG akan dilakukan secara manual dengan menggunakan
micrometer dial caliper 150 mm Krisbow (KW0600352) dan kaca pembesar.
Kedalaman ST depresi akan diukur berdasarkan jarak antara dua garis. Garis (1)
adalah garis isoelektris yang menghubungkan gelombang P dan Q (PR interval).
Garis (2) adalah bagian dari depresi segmen ST yang diambil 40-80 ms dari J
Point. Jarak antara kedua garis tersebut akan diukur dengan micrometer dial
caliper dan dijumlahkan dari masing-masing lead prekordial (V1-V6) yang
terdapat DSST (Σ DSST). Berdasarkan hasil pengukuran tersebut maka pasien
akan dikelompokkan menjadi beberapa kwartil dan dilihat kedalaman berapa yang
paling baik dalam memprediksikan keterlibatan LAD. Setelah itu dinilai
hubungan kedalaman DSST prekordial dengan derjat keparahan stenosis LAD.
Pengukuran kedalaman ST depresi akan dilakukan oleh dua orang kardiolog yang
masing-masing tidak mengetahui hasil angiografi subjek penelitian. Kemudian
akan dilakukan analisa intra observer variability. Penilaian keterlibatan dan
derajat keparahan stenosis LAD dari hasil angiografi akan dilakukan oleh dua
orang kardilog lain yang juga tidak mengetahui EKG subjek penelitian. Selain itu
juga dilakukan analisis sensitifitas dan spesifisitas tiap-tiap lead prekordial yang
berhubungan untuk memprediksikan keterlibatan LAD.
Rekam medis pasien IMAEST inferior dengan DSST onset < 24 jam di RSHAM
Memeriksa dan mencatat anamnesis, pemeriksaan fisik, EKG awal (IGD), foto thoraks,
pemeriksaan enzim jantung, ekokardiografi, dan angiografi koroner
Pengukuran kedalaman ST depresi pada EKG awal (IGD) menggunakan kaca pembesar dan
caliper pada tiap-tiap sadapan prekordial yang dijumpai DSST
Menjumlahkan kedalaman ST depresi dari tiap-tiap sadapan prekordial yang dijumpai DSST
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Kedalaman ST depresi
Karakteristik QIII(5,35-
QI(<3,24) QII(3,24-5,34) QIV(>7,88) p
Subyek 7,88)
(n=15) (n=15) (n=15)
(n=15)
Umur, rerata (SD), 53,53 (8,95) 56,07 (6,12) 55,87 (7,75) 52,27 (6,65) 0,436a
tahun
Jenis Kelamin, n (%)
Laki-laki 12 (80) 14 (93,3) 10 (66,7) 13 (86,7) 0,273b
Perempuan 3 (20) 1 (6,7) 5 (33,3) 2 (13,3)
Berat badan, rerata 67,87 (7,88) 64,4 (6,53) 67 (8,31) 68,93 (7,65) 0,415a
(SD), kg
Faktor risiko, n (%)
Hipertensi 5 (33,3) 4 (26,7) 9 (60) 10 (66,7) 0,073a
DM 4 (26,7) 6 (40) 8 (53,3) 6 (40) 0,528a
Dislipidemia 7 (46,7) 12 (80) 10 (66,7) 9 (60) 0,292a
Merokok 12 (80) 14 (93,3) 9 (60) 13 (86,7) 0,120a
TDS, rerata (SD), 105 (27,32) 112,67 (19,45) 115,33 (23,87) 124 (41,37) 0,598c
mmHg
TDD, rerata (SD), 68,87 (14,57) 74 (10,56) 72,67 (14,38) 78 (20,77) 0,567c
mmHg
Denyut jantung, rerata 63,53 (17,68) 66,93 (12,13) 74,73 (21,17) 71,27 (17,85) 0,327a
(SD), x/m
Onset nyeri dada, 16,9 (17,54) 16,27 (19,71) 20,2 (18,5) 11,27 (13,87) 0,038c
rerata (SD), jam
< 12 jam 8 (53,3) 9 (60) 7 (46,7) 11 (73,3) 0,494a
> 12 jam 7 (46,7) 6 (40) 8 (53,3) 4 (26,7)
CKMB, rerata (SD) 176,07 (144,02) 221,6 (229,86) 190 (236,79) 193 (147,62) 0,955c
EF, rerata (SD) 54,47 (7,8) 47,53 (9,78) 48 (5,46) 45,2 (9,67) 0,029c
TIMI Risk score, rerata 3,6 (1,84) 3,73 (1,98) 3,93 (1,44) 3,8 (2,34) 0,928c
(SD)
CTR, n (%)
< 50% 9 (60) 8 (53,3) 9 (60) 6 (40) 0,658a
LAD
Jumlah Kedalaman ST Depresi, n (%) p*
Ada Tidak Ada
100 86,7
80
80
Persentase
60
60
40 33,3
20
0
<3.24 3.24 - 5.34 5.35 - 7.88 > 7.88
Jumlah Kedalaman ST Depresi
Severitas LAD
Jumlah Kedalaman ST Depresi p*
Rerata (SD), %
Rerata CKMB tertinggi terlihat pada kelompok QII (3.24 - 5.34 mm)
dengan rerata 221,6 dan terendah pada kelompok QI (<3,24 mm) dengan rerata
176,07. Hasil analisis menggunakan uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa
CKMB
Jumlah Kedalaman ST Depresi N p*
Rerata (SD)
Tidak ditemukan subyek mengalami gagal jantung pada kelompok QI( <
3,24 mm). Proporsi subyek terbanyak yang mengalaami gagal jantung adalah pada
kelompok QII(3,24 – 5,34 mm) sebanyak 33,3%. Hasil analisis menggunakan uji
Chi Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
jumlah kedalaman ST depresi dengan kejadian gagal jantung (p=0,100).
*Chi Square
V1V2V3V4V5V6 56,4 81
V5V6 5,1 100
V3V4V5V6 46,2 66,7
Spesifisitas
V1V2V3V4 23,1 61,9
Sensitifitas
V1V2 5,1 90,5
0 20 40 60 80 100
Persentase
memprediksi LAD karena memiliki nilai Area Under Curve (AUC) sebesar 75,2%
(95% CI: 0,620 – 0,883) dengan nilai p=0,001, p<0,05.
Berdasarkan kurva sensitifitas dan spesifisitas pada gambar 4.8 maka
diperoleh nilai Cut Off untuk jumlah kedalaman ST depresi adalah 5,15 mm.
Dengan menggunakan cut off point 5,15 mm maka didapatkan nilai sensitivitas
jumlah kedalaman ST depresi adalah 69,2% dan spesifisitas 76,2%.
1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
sensitifitas
0,4
0,3 spesifisitas
0,2
0,1
0
2,065
3,125
4,465
4,825
5,285
5,695
6,795
7,075
13,74
19,475
1
7,94
2,25
3,29
3,67
7,56
8,34
10,1
BAB V
PEMBAHASAN
perbedaan yang signifikan. Untuk onset nyeri dada terdapat perbedaan yang
bermakna dalam hal jumlah DSST prekordial. Subyek penelitian dengan jumlah
kedalaman DSST prekordial >7,88 terlihat memiliki rerata onset yang lebih
rendah (p=0.038)
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya, dimana kelompok
pasien IMAEST dengan DSST prekordial pasien IMAEST inferior memang
memiliki high grade LAD disease. Derajat DSST yang lebih dalam dapat
meningkatkan kecenderungan untuk LAD disease, seperti yang dilaporkan oleh
Haraphongse (1983), bahwa semua pasien (100%) yang memiliki DSST
prekordial lebih dari 0,3 mV memiliki LAD disease, jika dibandingkan hanya
60% pada pasien dengan DSST prekordial 0,2-0,3 mV dan sekitar 33% pada
pasien dengan DSST prekordial kurang dari 0,2 mV. Pada penelitian ini dijumpai
semakin besar jumlah kedalaman DSST prekordial maka kemungkinan untuk
terdapat stenosis di LAD juga semakin tinggi (p=0.01)). Lebih detail lagi pada
penelitian ini jumlah kedalaman DSST prekordial juga coba dihubungkan dengan
lokasi lesi proksimal atau non-proksimal. Pada subyek penelitian yang memiliki
kedalaman DSST prekordial >7.88 terdapat 10 orang yang memiliki lesi di
proksimal dan jumlahnya paling banyak bila dibandingkan kwartil lain, namun
tidak signifikan secara statistik (p=0.233). Hal ini kemungkinan diakibatkan
karena jumlah sampel yang sedikit. Untuk derajat keparahan stenosis kelompok
dengan jumlah DSST prekordial >7.88 memiliki rerata stenosis yang lebih tinggi
(p=0.01). Tampak pada grafik severitas LAD bahwa semakin besar jumlah
kedalaman DSST prekordial maka semakin tinggi derajat stenosisnya Penelitian
ini menunjukkan bahwa selain menunjukkan adanya keterlibatan LAD (seperti
yang didapatkan dalam penelitian-penelitian sebelumnya), jumlah kedalaman
DSST prekordial yang lebih besar juga menunjukkan kecenderungan lokasi
stenosis di proksimal serta derajat keparahan stenosis yang lebih berat. Dari
analisis kurva ROC untuk jumlah kedalaman DSST prekordial didapati nilai cut-
off ≥5.15 mm yang meberikan nilai sensitifitas 70% dan spesifisitas 76.2 %. Nilai
Prediksi Positif (PPV) jumlah kedalaman ST depresi adalah sebesar 84,4% dan
Nilai Prediksi Negatif (NPV) adalah 57,1%, dengan nilai akurasi sebesar 71,7%.
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh pada penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa :
Sampel pada penelitian ini adalah pasien IMAEST inferior, dimana secara
umum angka prevalensinya lebih rendah dari IMAEST lainnya sehingga dijumpai
kesulitan dalam pengumpulan jumlah sampel minimal. Jumlah sampel dalam
penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan penelitian-penelitian yang
dilakukan sebelumnya dan hanya dilakukan pada satu tempat penelitian sehingga
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar
maupun kerjasama dengan beberapa rumah sakit rujukan yang memiliki fasilitas
rawat inap intensif kardiovaskular agar dapat memberikan hasil yang lebih
representatif.
58
DAFTAR PUSTAKA
Amsterdam EA, Wenger NK, Brindis RG, Casey Jr. DE, Ganiats TG, Holmes Jr.
DE, et al. 2014. 2014 AHA/ACC Guideline for the Management of Patients
With Non–ST-Elevation Acute Coronary Syndromes: Executive Summary.
Journal of the American College of Cardiology.
Berger PB, Ryan TJ. Inferior myocardial infarction: high-risk subgroups. Circulation.
1990;81:401-411.
Blumgart HL, Schlesinger MJ, Davis D, et al. Studies on the relation of the clinical
manifestations of angina pectoris, coronary thrombosis and myocardial
infarction to the pathologic findings. American Heart Journal. 1940;19:1-91.
Boden WE, Bough EW, Korr KS, et al. Inferoseptal infarction: another cause of
'reciprocal' anterior ST-segment depression in inferior myocardial infarction.
American Journal of Cardiology. 1984;54:1216-1223.
Cannon RO. Ischemia at a distance-So close yet so far. Journal of American College
of Cardiology. 1985;6(1):46-48.
Chaitman BR, Waters DD, Corbara F,et al. Prediction of multivessel disease after
inferior myocardial infarction. Circulation. 1978;57(6):1085-1090.
Ferguson DW, Pandian N, Kioschos JM, et al. Angiographic evidence that reciprocal
ST-segment depression during acute myocardial infarction does not indicate
remote ischemia : Analysis of 23 patients. The American Journal of
Cardiology. 1984;53(1):55-62.
Gibson RS. Bishop HL. Stamm RB, et al. Value of early two dimensional
echocardiography in patients with acute myocardial Infarction. American
Journal of Cardiology. 1982;49:1110-9.
Gibson RS, Crampton RS, Watson DD, et al. Precordial ST segmen depression
during acute inferior myocardial infarction: clinical, scintigraphic and
angiographic correlation. Circulation. 1982;66:732-741.
Goldberg HL, Borer JS. Jacobstein JG.,et al. Anterior ST-segment depression in acute
inferior myocardial infarction: indicator of posterolateral infarction.
American Journal of Cardiology. 1981;48:1001-1015.
Griffin BP, Topol EJ. Manual of Cardiovascular Medicine. Third edition. New York,
Lippincott Williams & Wilkins; 2009.
Hlatky MA, Califf RM, Lee KL, et al. Prognostic significance of precordial ST-
segment depression during inferior acute myocardial infarction. American
Journal of Cardiology. 1985;55(4):325-329.
Hopenfeld B, Stintra JG, Macleod RS. Mechanism for ST depression associated with
Contiguouos Subendocardial Ischemia. Journal of Cardiovascular
Electrophysiology. 2004;15:1200-1206.
Karslberg RP, Tcheng JE, Boris JR, et al. “ACCF/AHA 2011 key data elements and
definitions of a base carddiovascular vocabulary for electronic health record.
Journal of American College of Cardiology. 2011;58(2):202-222.
Kennedy JW, Martin GV, Davis KB, et al. The Western Washington Intravenous
Streptokinase in Acute Myocardial Infarction Randomized Trial. Circulation.
1988;77:345-352
Kini. Normal and Variant Coronary Arterial and Venous Anatomy on High-
Resolution CT Angiography. American Journal of Roentgenology.
2007;188:1665-1674.
Lembo NJ, Starling MR, Dell’italia LJ, et al. Clinical and prognostic importance of
persistent precordial (V1-V4) electrocardiographic ST segment depression in
patients with inferior transmural myocardial infarction. Circulation.
1986;74(1):56-63.
Lew AS, Maddah J, Shah PK, et al. Factors that determine the direction and
magnitude of precordial ST segment deviations during inferior wall
myocardial infarction. American Journal of Cardiology. 1985;55:883–888.
Little WC, Rogers EW, Sodiums MT. Mechanism of anterior ST segment depression
during acute inferior myocardial infarction. Annal of Internal Medicine.
1984;100:226-229.
Mirvis, DM. Physiological bases for anterior ST segment depression in patients with
acute inferior wall myocardial infarction. American Heart Journal.
1988;116(5):1038-1322.
Mukharji J, Murray S, Lewis SE, et al. Is acute anterior ST depression with acute
transmural inferior infarction due to posterior infarction? A
vectorcardiographic and scintigraphic study. Journal of American College of
Cardiology. 1984;4(1):28-34.
Parale GP, Kulkarni PM, Athawale S, et al. Importance of reciprocal leads in acute
myocardial infarction. JAPI. 2004;(52).376-379.
Ruddy TD, Yasuda T, Strauss HW, et al. Anterior ST segment depression in acute
inferior myocardial infarction as a marker of greater inferior, apical,
posterolateral damage. American Heart Journal. 1986;112(6):1210-1216.
Rude RE, Croft CH, Willerson JT. “Reciprocal” anterior ST depression early in the
course of transmural inferior myocardial infarction: an ECG finding of
uncertain clinical significance. International Journal of Cardiology.
1983;4:80–85.
Sato H, Kodama K, Masuyama T, et al. Right coronary occlusion: its role in the
mechanism of precordial ST segment depression. Journal of American
College of Cardiology. 1989;14:297-302.
Schuster EH, Bulkley BH. Ischemia at a distance after acute myocardial infarction: A
cause of early postinfarction angina. Circulation. 1980;62(3):509-515.
Schuster EH, Bulkley BH: Early post-infarction angina: ischemia at a distance and
ischemia in the infarct zone. New Engl Journal of Medicine. 1981;305:1101-
1105.
Schwartz JS, Cohn JN, Bache RJ. Effects of coronary occlusion on flow in the
distribution of neighbouring coronary artery in dogs. American Journal of
Cardiology. 1983;52:189-95.
Thygesen K, Alpert JS, Jaffe AS, et al. Third Universal Definition of Myocardial
Infarction. European Heart Journal. 2012;33:2551-2567.
Wasserman AG, Ross AM, Bogaty D. Anterior ST segment depression during acute
inferior myocardial infarction : Evidence for the reciprocal change theory.
American Heart Journal. 1983;106(3):516-520.
Wolferth CC, Bellet S, Liveyzey MM, et al. Negatif displacement of the RS-T
segment in the electrocardiogram and its relationships to positive
displacement. American Heart Journal. 1945;29:229-245.
I. KETERANGAN PERORANGAN
a. Nama Lengkap : dr. Kartika br Karo
b. NIM : 127115002
c. Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 02 Maret 1986
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Bangsa : Indonesia
f. Agama : Kristen Protestan
g. Status Perkawinan : Menikah
h. Tempat Tinggal : Jln. Bunga Terompet No. 36 Medan Selayang
II. PENDIDIKAN
a. SD INPRES Sukadame, Tamat tahun 1998
b. SMP Negeri 1 Tigapanah , Tamat tahun 2001
c. SMU Negeri 1 Kabanjahe, Tamat Tahun 2004
d. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, Tamat Tahun 2009
e. Mulai pendidikan kardiologi FK USU : Januari 2013
NIP.198104142006041002
ABSTRACT:
Background : There were many studies proved that precordial ST depression in Inferior STEMI show LAD
disease from angiografi, but there were also many who unproved . Altought LAD disease was not the main
cause of precordial ST depression in Inferior STEMI, but there were many patients with Inferior STEMI who
had high grade LAD disease. Sum of precordial ST depression is one of ECG criteria that can help us to prove
it . The aim of this study in to know if there is corelation between sum of precordial ST depression with LAD
disease and the severity of LAD disease in Inferior STEMI patients with precordial ST depression .
Methods : We analized 60 patients inferior STEMI with precordial ST depression onset less than 24 hours
that hospitalized in Haji Adam Malik General Hospital since December 2013-June 2017. Patients were
divided in to 4 groups based on sum of precordial ST depression. Bivariate analysis were made to see the
corelation between sum of precordial ST depression with LAD disease and severity of LAD, p value < 0.05 is
statistically significant.
Result : Bivariate analysis show that there is strong corelation between sum of precordial ST depression with
LAD disease (p=0.01). Sum of precordial ST depression also corelate with severity of LAD (p=0.01). There
are also corelation with location of the lesion in proximal LAD and the complexity of the lesion but not
statistically significant (p=0.233 and p=0.102). Analysis ROC curve sum of precordial ST depression to LAD
disease give the cut off ≥5.15 mm with sensitivity 70% and spesificity 76.2%(AUC 0,752 ,95% CI: 0,620 –
0,883 p<0,001)
Conclusion : There is strong corelation between sum of precordial ST depression with high grade LAD
disease. The more the sum of precordial ST depression the more posibility high degree LAD disease (
p=0.01).
Key Words : Sum of precordial ST depression, inferior STEMI, LAD disease.
13,74
1
2,25
3,29
7,56
8,34
is obtained at 65% ie on all leads (V1-V6).
4 DISCUSSION
In this study there was a statistically significant
relationship in terms sum of ST depression with
Ejection Fraction <40%. Subjects with a precursor
depth of ST depression> 7.88 mm had a lower
mean ejection fraction than other quartiles having a
lower depth of ST depression of precordial (p =
0.029). This is consistent with the results of
previous studies by Lembo (1986) and Hlatky
(1985) who argue that inferior IMAEST with
precordial DSST ≥ 0.1 mV is associated with a
With the analysis using ROC curve, it can be wider area of infarct, poor left ventricular function.
seen that depth ST depth in this study has the For the onset of chest pain subjects with sum of ST
ability to predict LAD because it has a value of depression > 7.88 were seen to have lower onset
Area Under Curve (AUC) of 75.2% (95% CI: 0.620 rates (p = 0.038).
- 0.883) with p = 0.001 , p <0.05.
Based on the sensitivity and specificity curve The results of this study support previous
of Figure 4, the Cut Off value for depth ST depth is studies, in which Inferior STEMI patients with
5.15 mm. Using a cut off point of 5.15 mm, the precordial ST depression did have high grade LAD
sensitivity of depth ST depth was 69.2% and disease. The deeper degrees of ST depression may
specificity was 76.2%. Positive Prediction Value increase the tendency for LAD disease, as reported
(PPV) sum of ST depression 84.4% and Negative by Haraphongse (1983), that all patients (100%)
Prediction (NPV) value is 57.1%, with an accuracy who had sum of precordial ST depressions more
of 71.7%. than 0.3 mV had LAD disease, compared to only
60% in patients with sum ST depression 0.2-0.3
mV and about 33% in patients with less than 0.2
mV. In this study found the greater the number of
Universitas Sumatera Utara
sum ST depression then the possibility for stenosis coronary anatomic explanation. Journal of American
in LAD is also higher (p = 0.01)). For the severity College of Cardiology. 1985;6:41-45.
3. Birnbaum Y, Herz I. Prognostic significance of
of LAD stenosis, subjects with sum of ST precordial ST Segment depression on admission ECG
depression count> 7.88 had a higher mean stenosis in patients with inferior wall myocardial infarction.
(p = 0.01). Seen on the graph of LAD severity that Jounal of American College of Cardiology.
the greater the depth of sum ST depression the 1996;28:313-318.
higher the degree of stenosis. This study suggests 4. Jennings K, Reid DS, Julian DG. “Reciprocal”
depression of ST segment in acute myocardial
that in addition to indicating the presence of LAD infarction. Br Med J. 1983;287:634-637.
involvement (as found in previous studies), the 5. Hlatky MA, Califf RM, Lee KL, et al. Prognostic
greater depth of sum ST depression is also a greater significance of precordial ST-segment depression
degree of stenosis severity weight. From the ROC during inferior acute myocardial infarction.
curve analysis for the sum of ST depression depth American Journal of Cardiology. 1985;55(4):325-
329.
there was a cut-off value of ≥5.15 mm giving 70% 6. Blumgart HL, Schlesinger MJ, Davis D, et al. Studies
sensitivity and 76.2% specificity %(AUC 0,752 on the relation of the clinical manifestations of
,95% CI: 0,620 – 0,883 p<0,001). Positive angina pectoris, coronary thrombosis and myocardial
Prediction Value (PPV) sum of ST depression infarction to the pathologic findings. American Heart
amounts 84.4% and Negative Prediction (NPV) Journal. 1940;19:1-91.
7. Croft CH, Woodward W, Nicod P, et al. Clinical
value is 57.1%, with an accuracy of 71.7%. to implications of anterior ST segment depression in
predict LAD involvement. Prior research by patients with acute inferior myocardial infarction.
Harapongse (1983), which received a value of> 0.3 The American Journal of Cardiology.
mV (3 mm) as a cut-off of LAD involvement. For 1982;50(3):428-436.
the specific purpose of this study, the ST 8. Little WC, Rogers EW, Sodiums MT. Mechanism of
anterior ST segment depression during acute inferior
depression location in V1-V6 gave the best results myocardial infarction. Annal of Internal Medicine.
when compared to other related precordial lead 1984;100:226-229
groups although the sensitivity and specificity 9. Salcedo JR, Baird MG, Chambers J, et al.
numbers are not too high. Significance of reciprocal ST segment depression in
anterior precordial leads in acute inferior myocardial
infarction : Concomitant left anterior descending
coronary artery disease? The American Journal of
5 CONCLUSION Cardiology. 1981;48(6):1003-1008.
10. Ferguson DW, Pandian N, Kioschos JM, et al.
Based on the results of data analysis obtained in Angiographic evidence that reciprocal ST-segment
this study, it can be concluded that: There is a depression during acute myocardial infarction does
correlation between sum of ST depression in not indicate remote ischemia : Analysis of 23
patients. The American Journal of Cardiology.
precordial leads with LAD involvement and the 1984;53(1):55-62.
degree of LAD severity. The sum of ST depression 11. Gibson RS. Bishop HL. Stamm RB, et al. Value of
depth value of ≥5.15 mm gave a sensitivity of 70% early two dimensional echocardiography in patients
and a specificity of 76.2% %(AUC 0,752 ,95% CI: with acute myocardial Infarction. American Journal
0,620 – 0,883 p<0,001) to predict the presence of of Cardiology. 1982;49:1110-9.
12. Lew AS, Maddah J, Shah PK, et al. Factors that
stenosis in LAD. The location of the DSST in the determine the direction and magnitude of precordial
corresponding precordial lead groups that best ST segment deviations during inferior wall
predicts LAD involvement is V1-V6. myocardial infarction. American Journal of
The number of samples in this study is smaller Cardiology. 1985;55:883–888.
than the previous studies and only done in one 13. Haraphongse M, Jugdutt BI, Rosall RE. Significance
of precordial ST-segment depression in acute
place of research so that further research is needed trammural inferior infarction: coronary angiographic
with larger number of samples as well as findings. Catheterization and Cardiovascular
cooperation with some referral hospitals that have Diagnosis. 1983;9:143-151.
intensive cardiovascular inpatient facility provide 14. O’Gara PT, Kushner FG, Ascheim DD, et al. 2013
more representative results. ACCF/AHA Guideline for the Management of ST-
Elevation Myocardial Infarction : A Report of the
American College of Cardiology
REFERENCES Foundation/American Heart Association Task Force
1. Sato H, Kodama K, Masuyama T, et al. Right on Practice Guidelines. Journal of American College
coronary occlusion: its role in the mechanism of of Cardiology. 2013;61(4):e78-140.
precordial ST segment depression. Journal of
American College of Cardiology. 1989;14:297-302.
2. Brymer JF, Khaja F, Marzilli M, et al. “Ischemia at a
distance”during intermittent coronary occlusion: a