Anda di halaman 1dari 24

1.

Pernyataan dalam abstrak tersebut yang dapat menjelaskan pertanyaan validitas “Was the
defined representative sample of patients assembled at a common (usually early) point in
the course of their disease?” adalah:
a. Pasien usia lebih dari 65 tahun dengan diagnosis Kanker nasofaring dan
mendapatkan pengobatan radioterapi
b. Pasien kanker nasofaring berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi
c. Pasien kanker lanjut dengan pengobatan radioterapi
d. pasien Laki-laki dengan diagnosis kanker nasofaring
e. Pasien kanket nasofaring dengan komorbiditas
2. Sebuah artikel RCT yang berjudul Dexamethasone in Hospitalized Patients with COVID - 19 (N
Engl J Med 2021; 384:693-704) meneliti efikasi penambahan deksametasone dibandingkan
dengan pengobatan tanpa deksametason pada pasien COVID - 19.

Berapakah penurunan risiko relatif mortalitas dalam 28 hari pada kelompok deksametason
dibanding kelompok kontrol?
a. 8 %
b. 4%
c. 3%
d. 11%
e. 5%
3.
Salah satu pertanyaan kesahihan dari jenis penelitian ini adalah mengenai "adanya
adjustment terhadap faktor prognosis penting”. Manakah dari pernyataan di
bawah ini yang menunjukkan bahwa peneliti telah melakukan hal tersebut?
a. Pengamatan pada pasien dengan diagnosis karsinoma nasofaring
b. Outcorne dinilai setelah 5 (lima) tahun
c. Multivariate anatyses. Cox proportional hazards modeling
d. Tidak ada subyek yang mengalami lost to follow up
e. Data penelitian diambil dari rekam medis
4. Sebuah artikel RCT yang berjdul Dexamethason in hospitalized patients with covid 19
meneliti efikasi penambahan deksametason dilengkapi dengan pengobatan standar tanpa
deksametason ada pasien covid 19

Berapakah jumlah pasien yang harus diberikan deksametason untuk mengurangi


penggunaan ventilasi mekanik invasif?
a. 5
b. 12
c. 50
d. 10
e. 20

5. Pilih pernyataan yang paling benar untuk menggambarkan forest plot dibawah ini :

 a. Semua studi memotong garis ‘no effect’ atau ‘line of effect’
b. Roth 2010 menunjukan efek yang paling besar
c. Effect estimate dari Marya 1988 adalah satu-satunya studi yang menunjukkan vitamin D
dalam mengurangi kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)
d. Roth 2010 memberikan kontribusi bobot paling besar ke dalam analisis
e. Sablok 2015 memberikan kontribusi bobot paling kecil ke dalam analisis
6. Sebuah artikel RCT yang berjdul Dexamethason in hospitalized patients with covid 19
meneliti efikasi penambahan deksametason dilengkapi dengan pengobatan standar tanpa
deksametason ada pasien covid 19

Berapakah jumlah pasien yang harus diberikan deksametason untuk mengurangi


penggunaan ventilasi mekanik invasif?
a. 5
b. 12
c. 50
d. 10
e. 20

7. Ciri-ciri sebuah Evidence-based Clinical Practice Guideline adalah:


a. Dibuat dengan melibatkan seluruh stakeholder terkait
b. Harus ada pernyataan bebas konflik kepentingan
c. Terdapat hubungan langsung dan eksplisit antara rekomendasi yang diberikan
dengan bukti klinis yang menjadi dasar
d. Dalam penerapannya membutuhkan kemampuan klinisi untuk melakukan telaah
kritis
e. Disarankan hanya menggunakan studi individual yang berkualitas tinggi
8. Tn. x, 45 tahun, datang berobat dengan keluhan sakit tenggorok sejak 5 hari yang lalu. Dari
pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa Tn. X menderita tonsilofaringitis akut dengan
kecurigaan infeksi bakteri. Anda akan memberikan terapi oral terdiri atas antibiotika dan
kortikosteroid. Tn. X kemudian bertanya efektivitas penambahan terapi kortikosteroid dalam
mempercepat penyembuhan penyakitnya.

Untuk mendapatkan info yang valid, Anda melakukan penelusuran literatur. Untuk dapat
menjawab pertanyaan diatas. jenis studi apa yang pertama Anda Cari?
a. Systematic review/meta.analysis dari randomised controlled trial
b. Suatu randomised controlled trial dengan kualitas yang baik dan jumlah sampel yang
besar
c. Systematic review/meta-analysis dari randomised, non-randomised controlled trial,
dan studi kohort
d. Systematic review/meta-analysis dari randomised dan non-randomised controlled
trial
e. Suatu randomised controlled trial dengan jumlah sampel yang besar

9. Mahasiswa FK tahap akhir mengadakan penelitian uji diagnosis untuk menilai akurasi
penilaian foto Rontgen toraks pada pasien sesak terduga pneumonia. Sebagai baku emas
pada penelitian ini adalah kejadian hipoksemia yang diketahui berdasarkan hasil analisis gas
darah (AGD). Hasil positif pada pemeriksaan Rontgen adalah gambaran sesuai pneumonia
sedangkan hasil negatif adalah tidak ditemukan gambaran sesuai pneumonia. Baku emas
dinyatakan positif jika didapatkan hipoksemia pada AGD yaitu saturasi oksigen kurang dari
90% pada kondisi udara ruang. Sesuai perhitungan jumlah sampel maka subyek yang
direkrut berjumlah 175 subyek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 75 subyek yang
saturasinya kurang dari 90% ternyata 15 subyek hasil foto Rontgennya normal/tidak
menunjukkan gambaran pneumonia. Dari 85 subyek yang Rontgen menunjukan gambaran
pneumonia. ternyata 25 subyek hasil AGDnya normal (tidak ada hipoksemia).
Berapakah prevalens pneumonia dari studi ini?
a. 43%
b. 60%
c. 34 %
d. 25%
e. 49%

10. Seorang mahasiswa berusia 22 tahun berkonsultasi ke Dokter terkait kesehatannya.


Mahasiswa tersebut mengeluhkan beberapa minggu ini sering merasa lelah dan kurang
semangat. Karena pandemi, dia lebih sering beraktivitas di depan laptop. Kemudian dia
menemukan kuesioner PHQ-9 di internet. Mahasiswa tersebut menanyakan. mana yang
lebih bagus kuesioner PHQ-9 atau structured clinical interview dalam mendeteksi status
kesehatan mentalnya?

Jika Anda melakukan penelusuran ilmiah secara sistematik untuk clinical scenario di atas,
untuk meningkatkan sensitivitas pencarian, strategi yang dapat dilakukan antara lain:
a. Menggunakan MeSH thesaurus dengan spesifik subheading
b. Menggunakan terminologi yang lebih spesifik
c. Membatasi pencarian berdasarkan tahun publikasi dan bahasa
d. Menggunakan Boolean operator "AND"
e. Menggunakan Boolean operator 'OR"

11.

Dari informasi diatas, pertanyaan mengenai lama waktu pengamatan studi tersebut dapat
kita lihat dari informasi atau pernyataan yang mana dalam abstrak tersebut diatas?
a. Tidak Ada informasi tersebut
b. Skor Chanson Comorbidity Index (CCI)
c. Hazard ratio
d. Median follow up 61.2 bulan
e. Pasien kanker nasofaring yang mendapatkan pengobatan dari tahun 2004-2012
12. Langkah dalam EBM:
a. Memformulasi pertanyaan klinis, melakukan telaah kritis, mencari, dan menerapkan
bukti,
b. Memformulasi pertanyaan klinis, mencari bukti, menilai secara kritis, kemudian
menerapkan bukti
c. Mencari bukti yang relevan, memformulasikan pertanyaan klinis, menilai secara
kritis, dan menerapkan bukti tersebut
d. Mencari bukti yang relevan, menilai secara kritis, dan menerapkan bukti tersebut
e. Memformulasi pertanyaan klinis, mencari bukti, menerapkan, dan melakukan telaah
kritis
13.  Tn. X, 45 tahun, datang berobat dengan keluhan sakit tenggorok sejak 5 hari yang lalu. Dari
pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa Tn. X menderita tonsilofaringitis akut dengan
kecurigaan infeksi bakteri. Anda akan memberikan terapi oral terdiri atas antibiotika dan
kortikosteroid. Tn. X kemudian bertanya efektivitas penambahan terapi kortikosteroid dalam
mempercepat penyembuhan penyakitnya. Untuk mendapatkan info yang valid, Anda
melakukan penelusuran literatur. Setelah melakukan penelusuran artikel, Anda menemukan
suatu systematic review/meta-analysis dengan forest plot dibawah.

Berapakah number needed to treat (NNT) atau number needed to harm (NNH) untuk forest
plot di atas?
a. 4
b. 14
c. 9
d. 3
e. 23

14. Di bawah adalah forest plot dari Cochrane Review mengenai intervensi stimulasi otak
non-invasif berintensitas tinggi ditujukan ke korteks motor yang dibandingkan intervensi
sham untuk nyeri kronik. Luaran nyeri dilaporkan dalam bentuk perbedaan rerata
terstandarisasi. Data dalam forest plot dibagi menjadi dua subgrup, yeitu grup intervensi
dosis tunggal dan grup intervensi dosis multipel.
Apakah heterogenitas dari forest plot diatas dapat dijelaskan dengan metode subgroup yang
dilakukan?
a. Ya, terlihat dari 12 dari grup intervensi dosis tunggal yang lebih rendah
b. Tidak, terlihat dari tes heterogenitas perbedaan subgroup yang menunjukkan tidak
adanya heterogenitas
c. Ya, terlihat dari tes heterogenitas perbedaan subgroup yang menunjukkan Chi2
dengan p-value 0,05 dan I2 & lt 30%
d. Ya, terlihat dari interval kepercayaan dari studi-studi dalam forest plot yang saline
tumpang tindih
e. Tidak, terlihat dari 12 dari grup intervensi dosis tunggal yang lebih rendah dari 12
total

15. Mahasiswa FK tahap akhir mengadakan penelitian uji diagnosis untuk menilai akurasi
penilaian foto Rontgen toraks pada pasien sesak terduga pneumonia. Sebagai baku emas
pada penelitian ini adalah kejadian hipoksemia yang diketahui berdasarkan hasil analisis gas
darah (AGD). Hasil positif pada pemeriksaan Rontgen adalah gambaran sesuai pneumonia
sedangkan hasil negatif adalah tidak ditemukan gambaran sesuai pneumonia. Baku emas
dinyatakan positif jika didapatkan hipoksemia pada AGD yaitu saturasi oksigen kurang dari
90% pada kondisi udara ruang. Sesuai perhitungan jumlah sampel maka subyek yang direkrut
berjumlah 175 subyek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 75 subyek yang saturasinya
kurang dari 90% ternyata 15 subyek hasil foto Rontgennya normal/tidak menunjukkan
gambaran pneumonia. Dari 85 subyek yang Rontgennya menunjukkan gambaran pneumonia,
ternyata 25 subyek hasil AGDnya normal (tidak ada hipoksemia).

Berapa kemungkinan pasien benar sakit pneumonia jika hasil Rontgennya menunjukkan
gambaran pneumonia?

a. 75%
b. 71 %
c. 90 %
d. 80 %
e. 84 %

16. Skenario klinis:


Seorang wanita, 45 tahun datang ke praktik Anda dengan pilek disertai hidung tersumbat dan
sakit kepala sejak 1 (satu) tahun terakhir. Hasil anamnesis dan pemeriksaan penunjang
lainnya memastikan pasien tersebut menderita rinosinusitis akibat infeksi jamur Aspergillus
Sp. Berdasarkan pilihan pengobatan yang ada. Anda menganjurkan tindakan operatif karena
diketahui mempunyai tingkat penyembuhan yang lebih baik dibandingkan pilihan
konvesional seperti terapi anti jamur jangka panjang. Pasien dan keluarga setuju untuk
menjalani operasi, namun mereka menanyakan kemungkinan komplikasi apabila pasien
menjalani operasi, menimbang faktor-faktor seperti usia pasien yang sudah lanjut, memiliki
beberapa penyakit penyerta lain, dan jenis jamur yang invasif.
Jenis pertanyaan klinis yang tepat berdasarkan skenario di atas adalah:
a. Etiologi/Harm
b. Intervensi
c. Diagnosis
d. Prognosis
e. Prevalens

17.  Random-allocation dalam penelitian RCT diperlukan untuk:


a. Membantu mengurangi bias seleksi
b. Membuat kedua kelompok comparable
c. Memenuhi syarat melakukan ITT analysis
d. Mengurangi kontaminasi dan masalah kepatuhan subjek
e. Mencegah bias pengukuran

18. Jawablah pertanyaan berdasarkan abstrak:

Objective: To determine the relative risk (RR) of lung cancer in lifetime never smokers associated with environmental tobacco smoke (ETS)
exposure.
Design: Multicenter population-based case-control study.
Setting: Five metropolitan areas in the United States: Atlanta, Ga, Houston, Tex, Los Angeles, Calif, New Orleans, La, and the San Francisco
Bay Area, Calif.
Patients or other participants: Female lifetime never smokers: 653 cases with histologically confirmed lung cancer and 1253 controls
selected by random digit dialing and random sampling from the Health Care Financing Administration files for women aged 65 years and
older.
Main outcome measure: The RR of lung cancer, estimated by adjusted odds ratio (OR) with 95% confidence interval (CI), associated with
ETS exposure.
Results: Tobacco use by spouse(s) was associated with a 30% excess risk of lung cancer: all types of primary lung carcinoma (adjusted OR
= 1.29; P < .05), pulmonary adenocarcinoma (adjusted OR = 1.28; P < .05), and other primary carcinomas of the lung (adjusted OR = 1.37; P =
.18). An increasing RR of lung cancer was observed with increasing pack-years of spousal ETS exposure (trend P = .03), such that an 80%
excess risk of lung cancer was observed for subjects with 80 or more pack-years of exposure from a spouse (adjusted OR = 1.79; 95% CI =
0.99 to 3.25). The excess risk of lung cancer among women ever exposed to ETS during adult life in the household was 24%; in the
workplace, 39%; and in social settings, 50%. When these sources were considered jointly, an increasing risk of lung cancer with
increasing duration of exposure was observed (trend P = .001). At the highest level of exposure, there was a 75% increased risk. No
significant association was found between exposure during childhood to household ETS exposure from mother, father, or other
household members; however, women who were exposed during childhood had higher RRs associated with adult-life ETS exposures
than women with no childhood exposure. At the highest level of adult smoke-years of exposure, the ORs for women with and without
childhood exposures were 3.25 (95% CI, 2.42 to 7.46) and 1.77 (95% CI, 0.98 to 3.19), respectively.
Conclusion: Exposure to ETS during adult life increases risk of lung cancer in lifetime nonsmokers.
Penelitian tersebut melaporkan hasil dalam bentuk adjusted Odds Ratio. Dalam hal ini,
dilakukannya adjustment dalam penghitungan OR bertujuan untuk:
a. Memungkinkan analisis beberapa faktor determinan sekaligus
b. Mengendalikan bias informasi
c. Mencegah recall bias
d. Mengendalikan faktor perancu
e. Mengendalikan bias seleksi

19. Jawablah pertanyaan berdasarkan abstrak dibawah


Objective: To determine the relative risk (RR) of lung cancer in lifetime never smokers associated with environmental tobacco smoke
(ETS) exposure.
Design: Multicenter population-based case-control study.
Setting: Five metropolitan areas in the United States: Atlanta, Ga, Houston, Tex, Los Angeles, Calif, New Orleans, La, and the San
Francisco Bay Area, Calif.
Patients or other participants: Female lifetime never smokers: 653 cases with histologically confirmed lung cancer and 1253 controls
selected by random digit dialing and random sampling from the Health Care Financing Administration files for women aged 65 years and
older.
Main outcome measure: The RR of lung cancer, estimated by adjusted odds ratio (OR) with 95% confidence interval (CI), associated with
ETS exposure.
Results: Tobacco use by spouse(s) was associated with a 30% excess risk of lung cancer: all types of primary lung carcinoma (adjusted
OR = 1.29; P < .05), pulmonary adenocarcinoma (adjusted OR = 1.28; P < .05), and other primary carcinomas of the lung (adjusted OR =
1.37; P = .18). An increasing RR of lung cancer was observed with increasing pack-years of spousal ETS exposure (trend P = .03), such that
an 80% excess risk of lung cancer was observed for subjects with 80 or more pack-years of exposure from a spouse (adjusted OR =
1.79; 95% CI = 0.99 to 3.25). The excess risk of lung cancer among women ever exposed to ETS during adult life in the household was
24%; in the workplace, 39%; and in social settings, 50%. When these sources were considered jointly, an increasing risk of lung cancer
with increasing duration of exposure was observed (trend P = .001). At the highest level of exposure, there was a 75% increased risk. No
significant association was found between exposure during childhood to household ETS exposure from mother, father, or other
household members; however, women who were exposed during childhood had higher RRs associated with adult-life ETS exposures
than women with no childhood exposure. At the highest level of adult smoke-years of exposure, the ORs for women with and without
childhood exposures were 3.25 (95% CI, 2.42 to 7.46) and 1.77 (95% CI, 0.98 to 3.19), respectively.
Conclusion: Exposure to ETS during adult life increases risk of lung cancer in lifetime nonsmokers.

Manakah dari kriteria diagnosis kausalitas di bawah ini yang paling dapat dibuktikan
keberadaannya berdasarkan abstrak penelitian di atas?
a. Is the association consistent from study to study?
b. Does the association make biological sense?
c. Is there a dose-response gradient?
d. Is there positive evidence from a "dechallenge-rechallenge" study?
e. Is it clear that the exposure preceded the onset of the outcome?

20. Sebuah artikel RCT yang berjudul Dexamethasone in Hospitalized Patients with Covid-lg (N
Engl J Med 2021 ; 384:693-704) meneliti efikasi penambahan deksametason dibandingkan
dengan pengobatan standar tanpa deksametason pada pasien Covid-19.
 
Luaran yang menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik antara kelompok
deksametason dan kelompok kontrol adalah
a. Pulang rawat dalam 28 hari dan kematian dalam 28 hari
b. Pulang rawat dalam 28 hari
c. Penggunaan ventilasi mekanik invasif dan kematian secara keseluruhan
d. Kematian dalam 28 hari dan kematian secara keseluruhan
e. Kematian secara keseluruhan

21. Suatu laporan kasus yang konvensional biasanya akan menyajikan:


a. Metode pencarian literatur secara sistematis
b. Laporan penilaian validitas bukti
c. Pertanyaan terkait berbagai pilihan tata laksana suatu penyakit
d. Ringkasan bukti yang konklusif
e. Diskusi mengenai applicability

22. Evidence (bukti) yang diperoleh dari uji klinis konvensional (RCT) dibandingkan dengan bukti
dari analisis data faktual (real world evidence, RWE) pada umumnya:
a. Waktu follow-up subyek pada RCT lebih lama
b. Data yang tersedia pada RCT lebih banyak
c. Ketaatan dalam tata laksana pasien pada RCT lebih baik
d. Bukan salah satu di atas.
e. Validitas eksterna pada RCT lebih baik
23.

Bagaimana menurut anda presisi angka angka kesintasan 5 tahun untuk pasien dengan skor
CCI lebih dari 2? Rumus menghitung interval kepercayaan 95% untuk proporsi adalah

a. 30.1%-45%
b. Tidak bisa dinilai
c. 39.3%-45%
d. 30.1%-35.6%
e. 29.1%-33.4%

24. Komponen penting yang harus dideskripsikan dalam bagian Metode suatu evidence-based
case report (EBCR) adalah:
a. Tujuan dari penyusunan EBCR
b. Rekomendasi yang dihasilkan dari EBCR
c. Laporan penilaian validitas bukti
d. Flowchart hasil pencarian literatur
e. Instrumen telaah kritis yang digunakan

25. Panduan Praktis Klinis (PPK) berdasarkan Permenkes 1438 tahun 2010 merupakan CPG yang
bersifat lokal (spesifik untuk rumah sakit tertentu).
Pernyataan berikut yang tidak tepat terkait penerapan PPK adalah:
a. Dalam penyusunannya, PPK harus melibatkan seluruh pihakyang berkepentingan
b. Walaupun CPG yang dijadikan acuan pembuatan PPK dibuat oleh organisasi
internasional bereputasi, tetap harus dilakukan telaah kritis melalui proses adaptasi
c. PPK sebaiknya dibuat berdasarkan Panduan Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK)
d. Penyusunan PPK dapat dilakukan dengan mengacu pada PNPK atau CPG yang sudah
ada berdasarkan kesepakatan pihak-pihak yang berkepentingan
e. Dalam penerapannya klinisi boleh mengerjakan sesuatu yang berbeda dengan yang
tercantum pada PPK namun harus dinyatakan alasannya

26. Dalam suatu skenario klinis EBCR, hal penting yang harus ada adalah:

a. Pemaparan penelitian-penelitian yang telah dilakukan dan terkait dengan pertanyaan klinisnnya

b. Metode telaah kritis yang dilakukan

c. Pertanyaan yang luas, mencakup semua area penatalaksanaan

d. Informasi yang detail tentang riwayat kesehatan pasien

e. Menggambarkan pertanyaan (knowledge gap) secara implisit

27. Peringkat bukti terendah, yakni pendapat ahli atau kesepakatan ahli dapat diterapkan pada:

a. Terapi

b. Semua di atas.

c Diagnosis

d. Prevensi

e. Prognosis

28. Pada proses critical appraisal, dilakukan penilaian terhadap validitas suatu penelitian. Manakah
dari langkah penelitian di bawah ini, yang bertujuan
untuk mengendalikan bias seleksi?

a. Melakukan pemeriksaan maupun intervensi dengan prosedur standar

b. Melakukan alokasi subyek secara acak

c Melakukan pengambilan sampel secara acak

d. Memastikan agar jumlah pasien yang tidak menyelesaikan penelitian seminimal mungkin.

e. Melakukan analisis multivariat

29. Penyakit Hand-Foot and Mouth (HFMD) pada bayi dan anak balita diduga disebabkan oleh
infeksi Enterovirus. Selama ini spesies Enterovirus yang dikenal berhubungan dengan HFMD
adalah EV-A71, CV-A16, CV-A6. Namun secara sporadis dilaporkan kemungkinan Coxackie Virus-B3
(CV-B3) sevagai penyebab ensefalitis dan miokarditis pada HFMD. Untuk itu dilakukan pencarian
bukti ilmiah hubungan antara spesies virus ini dengan kejadian HFMD. Hasil pencarian
mendapatkan 1 artikel yang dipublikasi di BMC pada tahun 2019 sebagai berikut:
Dari gambar di atas diketahui bahwa diagnosis probable HFMD ditetapkan berdasarkan
gambaran klinis, di mana kasus yang dinyatakan terkonfirmasi adalah probable HFMD dengan
bukti Enterovirus EV A-71, CV-A16, dan enterovirus lain. Pemeriksaan lebih lanjut pada
spesimen feses kasus terkonfirmasi dapat menunjukkan penemuan spesies CV-B3.

Pada tahun 2012 tercatat 355 kasus klinis atau probable HFMD, di mana 64 di antaranya
terkonfirmasi enterovirus, dan pada 35/64 (54,7%) kasus terkonfirmasi ditemukan CV-B3.
Sedangkan pada tahun 2016 tercatat 433 kasus klinis atau probable HFMD, di mana 65 di
antaranya terkonfirmasi enterovirus, dan pada 42/65 (64,6%) kasus terkonfirmasi
ditemukan CV-B3.

Bila digunakan perhitungan relative risk menggunakan pendekatan incidence +/ incidence -


untuk menjawab pertanyaan apakah HFMD di China disebabkan oleh CV-B3 (dengan alasan
tidak dapat dihitung dari HFMD total karena angka positivity RT-PCR atau positif
terkonfirmasi CV-B3 dengan RT-PCR <20% pada kedua tahun) didapatkan angka:

Select one:

A. RR tahun 2012 adalah 0,547/0,453 (1,2)


B. RR gabungan tahun 2012 dan 2016 adalah 1,290/0,77 (1,6)
C. RR tahun 2016 adalah 0,18
D. RR tahun 2012 adalah 0,547
E. RR tahun 2016 adalah 0,147

30. Penelitian RCT obat baru yang diteliti dengna luaran menurunkan mortalitias berikut ini yang
mempunyai effect size yang paling besar adalah
a. CER = 50% EER = 25%
b. CER = 80% EER= 40%
c. CER = 80% EER = 50%
d. CER= 40% EER = 20%
e. CER= 60% EER = 30%

31. Tn. X. 45 tahun datang berobat dengan keluhan sakit tenggorok sejak 5 hari yang lalu. Dari
pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa Tn. X menderita tonsilofaringitis akut dengan kecurigaan
infeksi bakteri. Anda akan memberikan terapi oral terdiri atas antibiotika dan kortikosteroid. Tn. X
kemudian bertanya efektivitas penambahan terapi kortikosteroid dalam mempercepat penyembuhan
penyakitnya. Untuk mendapatkan info yang valid. Anda melakukan penelusuran literatur.Setelah
melakukan penelusuran artikel, Anda menemukan suatu systematic review/meta-analysis dengan
forest plot dibawah.
Apabila didapatkan angka kejadian pasien tonsilofaringitis akut bakterialis yang hanya mendapat
antibiotika saja (terapi standar tanpa kortikosteroid) dan mengalami resolusi nyeri komplit dalam 24
jam di praktik Anda sebesar 20%, maka berpakah absolute risk increase (AR) berdasarkan forest plot
di atas?
a. 4.2%
b. 11.3%
c. 7.1%
d. 32.9%
e. 24.8%

32. Jawablah pertanyaan berdasarkan abstrak di bawah ini

Objective: To determine the relative risk (RR) of lung cancer in lifetime never smokers associated with environmental tobacco smoke (ETS)
exposure.

Design: Multicenter population-based case-control study.

Setting: Five metropolitan areas in the United States: Atlanta, Ga, Houston, Tex, Los Angeles, Calif, New Orleans, La, and the San Francisco
Bay Area, Calif.

Patients or other participants: Female lifetime never smokers: 653 cases with histologically confirmed lung cancer and 1253 controls selected
by random digit dialing and random sampling from the Health Care Financing Administration files for women aged 65 years and older.

Main outcome measure: The RR of lung cancer, estimated by adjusted odds ratio (OR) with 95% confidence interval (CI), associated with ETS
exposure.

Results: Tobacco use by spouse(s) was associated with a 30% excess risk of lung cancer: all types of primary lung carcinoma (adjusted OR =
1.29; P < .05), pulmonary adenocarcinoma (adjusted OR = 1.28; P < .05), and other primary carcinomas of the lung (adjusted OR = 1.37; P =
.18). An increasing RR of lung cancer was observed with increasing pack-years of spousal ETS exposure (trend P = .03), such that an 80%
excess risk of lung cancer was observed for subjects with 80 or more pack-years of exposure from a spouse (adjusted OR = 1.79; 95% CI = 0.99
to 3.25). The excess risk of lung cancer among women ever exposed to ETS during adult life in the household was 24%; in the workplace, 39%;
and in social settings, 50%. When these sources were considered jointly, an increasing risk of lung cancer with increasing duration of exposure
was observed (trend P = .001). At the highest level of exposure, there was a 75% increased risk. No significant association was found between
exposure during childhood to household ETS exposure from mother, father, or other household members; however, women who were exposed
during childhood had higher RRs associated with adult-life ETS exposures than women with no childhood exposure. At the highest level of adult
smoke-years of exposure, the ORs for women with and without childhood exposures were 3.25 (95% CI, 2.42 to 7.46) and 1.77 (95% CI, 0.98 to
3.19), respectively.

Conclusion: Exposure to ETS during adult life increases risk of lung cancer in lifetime nonsmokers.

Berdasarkan informasi yang dapat dibaca pada abstrak, bias yang paling kecil risikonya terdapat pada
penelitian tersebut adalah
a. Recall bias
b. Systematic error
c. Perancu
d. Bias konfirmasi
e. Bias seleksi

33. Penyakit Hand-Foot and Mouth (HFMD) pada bayi dan anak balita diduga disebabkan oleh infeksi
Enterovirus. Selama ini spesies Enterovirus yang dikenal berhubungan dengan HFMD adalah EV-A71,
CV-A16, CV-A6. Namun secara sporadis dilaporkan kemungkinan Coxackie Virus-B3 (CV-B3) sevagai
penyebab ensefalitis dan miokarditis pada HFMD. Untuk itu dilakukan pencarian bukti ilmiah
hubungan antara spesies virus ini dengan kejadian HFMD. Hasil pencarian mendapatkan 1 artikel
yang dipublikasi di BMC pada tahun 2019 sebagai berikut:

Dari gambar di atas diketahui bahwa diagnosis probable HFMD ditetapkan berdasarkan
gambaran klinis, di mana kasus yang dinyatakan terkonfirmasi adalah probable HFMD dengan
bukti Enterovirus EV A-71, CV-A16, dan enterovirus lain. Pemeriksaan lebih lanjut pada
spesimen feses kasus terkonfirmasi dapat menunjukkan penemuan spesies CV-B3.

Pada tahun 2012 tercatat 355 kasus klinis atau probable HFMD, di mana 64 di antaranya
terkonfirmasi enterovirus, dan pada 35/64 (54,7%) kasus terkonfirmasi ditemukan CV-B3.
Sedangkan pada tahun 2016 tercatat 433 kasus klinis atau probable HFMD, di mana 65 di
antaranya terkonfirmasi enterovirus, dan pada 42/65 (64,6%) kasus terkonfirmasi
ditemukan CV-B3.
Proporsi kasus terkonfirmasi terhadap laporan kasus HMFD adalah

a. Tahun 2016 55,5%

b. Tahun 2012 44,5%

c. Tahun 2016 8,1%

d. Tahun 2012 18%

e. Tahun 2016 64,6%

34. Kasus yang umumnya diangkat dalam Evidence-based case report (EBCR)
a. Kasus yang menjalankan manajemen sesuai panduan praktik klinis
b. Tatalaksana kasus yang memberikan hasil yang baik
c. Presentasi yang tidak biasa dari kasus-kasus yang umum
d. Kasus yang sering ditemukan di Instalasi Gawat Darurat
e. Kasus yang dirpesentasikan secara detail dari penegakkan diagnosis hingga
tatalaksana

35. Dalam merumuskan pertanyaan klinis, sesua Langkah EBM, yang harus dibuat adalah pertanyaan
yang bersifat
a. PICO question
b. Background question
c. Foreground question
d. Health question
e. Clinical question

36. Skenario klinis:

Seorang wanita, 45 tahun datang ke praktik Anda dengan pilek disertai hidung tersumbat dan sakit
kepala sejak 1 (satu) tahun terakhir. Hasil anamnesis dan pemeriksaan penunjang lainnya
memastikan pasien tersebut menderita rinosinusitis akibat infeksi jamur Aspergillus Sp. Berdasarkan
pilihan pengobatan yang ada. Anda menganjurkan tindakan operatif karena diketahui mempunyai
tingkat penyembuhan yang lebih baik dibandingkan pilihan konvesional seperti terapi anti jamur
jangka panjang. Pasien dan keluarga setuju untuk menjalani operasi, namun mereka menanyakan
kemungkinan komplikasi apabila pasien menjalani operasi, menimbang faktor-faktor seperti usia
pasien yang sudah lanjut, memiliki beberapa penyakit penyerta lain, dan jenis jamur yang invasif.

Berdasarkan jawaban Anda dari scenario klinis diatas, apakah komponen I pada permasalahan kasus
ini?
a. Terapi anti jamur
b. Usia, Faktor komorbid dan jenis jamur
c. jenis kelamin, jenis tindakan operasi
d. Plasebo
e. Kombinasi tindakan operasi dan medika mentosa
37. Skenario klinis:

Seorang wanita, 45 tahun datang ke praktik Anda dengan pilek disertai hidung tersumbat dan sakit
kepala sejak 1 (satu) tahun terakhir. Hasil anamnesis dan pemeriksaan penunjang lainnya
memastikan pasien tersebut menderita rinosinusitis akibat infeksi jamur Aspergillus Sp. Berdasarkan
pilihan pengobatan yang ada. Anda menganjurkan tindakan operatif karena diketahui mempunyai
tingkat penyembuhan yang lebih baik dibandingkan pilihan konvesional seperti terapi anti jamur
jangka panjang. Pasien dan keluarga setuju untuk menjalani operasi, namun mereka menanyakan
kemungkinan komplikasi apabila pasien menjalani operasi, menimbang faktor-faktor seperti usia
pasien yang sudah lanjut, memiliki beberapa penyakit penyerta lain, dan jenis jamur yang invasif.

Berdasarkan jawaban Anda dari scenario klinis diatas, apakah komponen P (population, patient) pada
permasalah kasus ini?
a. Pasien usia lanjut dengan rhinosinusitis jamur
b. Pasien rhinosinusisits jamur pasca operasi
c. Pasien dengna keluhan hidung tersumbat dan sakit kepala
d. Pasien rhinosinusitis jamur pasca operasi yang mengalami komplikasi
e. Pasien usia lanjut dengan banyak komorbid

38. Pada proses critical appraisal, dilakukan penilaian terhadap validitas suatu penelitian. Manakah
dari Langkah penelitian di bawah ini yang bertujuan untuk mengendalikan faktor perancu?
a. Melakukan alokasi subyek secara acak
b. Melakukan pemeriskaan maupun intervensi dengan prosedur standar
c. Melakukan pengambilan sampel secara acak
d. Melakukan blinding terhadap subyek penelitian
e. Memastikan agar jumlah pasien yang tidak menyelesaikan penelitian seminimal
mungkin

39.
Angka kesintasan 5 tahun pasien CCI > 2 berdasarkan informasi abastrak di atas

a. 53,1
b. 22,4
c. 32,9
d. 50,4
e. 42,2

40. Suatu penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi antara lama pendidikan responden (dalam
tahun) dengan skor perilaku hidup bersih sehat. Peneliti melaporkan bahwa nilai R=0,25 dan p = 0.02.

Manakah interpretasi hasil penelitian tersebut yang paling tepat?


a. Lama pendidikan responden berkorelasi secara lemah dengan perilaku hidup
bersih sehat namun besar kemungkinan hasil tersebut terjadi karena kesempatan
b. Lama pendidikan responden berkorelasi secara lemah namun bermakna dengan
perilaku hidup bersih sehat
c. Lama pendidikan responden berkorelasi secara lemah dengan perilaku hidup
bersih sehat dan kecil kemungkinan hasil tersebut terjadi karena kesempatan
d. Lama pendidikan responden berkorelasi secara bermakna dengan perilaku hidup
bersih sehat
e. Lama pendidikan responden berkorelasi secara lemah dan bermakna dengan
perilaku hidup bersih sehat

41. Suatu alat dipromosikan sebaga alat skrining penyakit X. Alat tersebut dikatakan memiliki
sensitivitas sebesar 95% dan spesifisitas sebesar 90%. Prevalensi penyakit X adalah 0,2% dan
penduduk yang akan terkena skrining alat tersebut adalah 50000 orang. Jumlah penduduk yang
dikatakan positif menderita penyakit X dengan alat tersebut adalah
a. 100
b. 95
c. 5085
d. 4990
e. 5190

42. Saat menerapkan praktis berbasis bukti dengan mengacu pada studi tertentu yang
dipublikasikan, kita berasumsi bahwa pasien kita adalah bagian dari:
a. Pasien yang menyelesaikan studi
b. Populasi target penelitian
c. Pasien yang direkrut untuk penelitian
d. Populasi terjangkau penelitian
e. Semua pernyataan tersebut benar

43. Skenario klinis:

Seorang wanita, 45 tahun datang ke praktik Anda dengan pilek disertai hidung tersumbat dan sakit
kepala sejak 1 (satu) tahun terakhir. Hasil anamnesis dan pemeriksaan penunjang lainnya
memastikan pasien tersebut menderita rinosinusitis akibat infeksi jamur Aspergillus Sp. Berdasarkan
pilihan pengobatan yang ada. Anda menganjurkan tindakan operatif karena diketahui mempunyai
tingkat penyembuhan yang lebih baik dibandingkan pilihan konvesional seperti terapi anti jamur
jangka panjang. Pasien dan keluarga setuju untuk menjalani operasi, namun mereka menanyakan
kemungkinan komplikasi apabila pasien menjalani operasi, menimbang faktor-faktor seperti usia
pasien yang sudah lanjut, memiliki beberapa penyakit penyerta lain, dan jenis jamur yang invasif.

Berdasarkan jawaban Anda dari skenario klinis diatas, apakah studi penelitian terbaik untuk
menjawab pertanyaan tersebut di atas?
a. Cross sectional
b. RCT
c. Case series
d. Cohort
e. Case control
44. Jika Anda akan melakukan penelusuran bukti ilmiah secara sistematis untuk menjawab
pertanyaan klinis berikut: "In adults screened with faecal occult blood-testing compared to
no screening. is there a reduction in mortality from colorectal cancer?. Strategi pencarian
yang tepat adalah:
a. (screening OR early detection AND colorectal cancer OR bowel cancer) AND
(mortality OR death OR survival)
b. screening OR early detection AND (colorectal cancer OR bowel cancer AND
mortality OR death OR survival)
c. (screening AND early detection) OR (colorectal cancer AND bowel cancer)
OR (mortality AND death AND survival)
d. screening AND early detection OR colorectal cancer AND bowel cancer) OR
(mortality AND death AND survival
e. (screening OR early detection) AND (colorectal cancer OR bowel cancer) AND
(mortality OR death OR survival)

45. Pernyataan berikut yang tepat untuk Clinical Practice Guideline (CPG) adalah:
a. CPG dibuat untuk seluruh penyakit/kondisi klinis di rumah sakit dan
diaplikasikan secara rigid oleh semua klinisi yang bertugas di rumah sakit tersebut
b. CPG dibuat untuk membatasi pilihan diagnosis dan terapi di suatu rumah
sakit agar terjadi efisiensi biaya
c. CPG dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat clinical pathway
d. CPG seharusnya dibuat berbasis-bukti agar dapat digunakan untuk memandu
klinisi melakukan telaah kritis terhadap bukti-bukti klinis (clinical evidence) yang
tersedia
e. CPG diperlukan hanya bila ada tata laksana suatu penyakit yang bervariasi
antara satu klinis dengan klinisi lain
46. Seorang mahasiswa berusia 22 tahun berkonsultasi ke Dokter terkait kesehatannya.
Mahasiswa tersebut mengeluhkan beberapa minggu ini sering merasa lelah dan kurang
semangat. Karena pandemi, dia lebih sering beraktivitas di depan laptop. Kemudian dia
menemukan kuesioner PHQ-9 di internet. Mahasiswa tersebut menanyakan, mana yang
lebih bagus kuesioner PHQ-9 atau structured clinical interview dalam mendeteksi status
kesehatan mentalnya?
Strategi pencarian dari kasus di atas adalah?
a. Adults NOT PHQ.9 AND structured clinical interview AND accuracy
b. Adults OR PHQ-9 OR structured clinical interview OR accuracy
c. Adults OR PHQ-9 AND structured clinical interview AND accuracy
d. Adults AND PHQ-9 AND structured clinical interview AND accuracy
e. Adults OR PHQ-9 NOT structured clinical interview AND accuracy
47. Manakah dari nilai di bawah ini yang paling penting untuk dilihat pertama kali dalam
penentuan "Importance" dari suatu hasil penelitian:
a. Jumlah sampel
b. Interval kepercayaan
c. Nilai p
d. Besar perbedaan efek dua kelompok
e. Besar perbedaan efek sebelum dan sesudah intervensi
48. Pada proses critical appraisal, dilakukan penilaian terhadap validitas suatu penelitian.
Manakah dari langkah penelitian di bawah ini yang bertujuan untuk mengendalikan bias
informasi?
a. Melakukan analisis multivariat
b. Memastikan agar jumlah pasien yang tidak menyelesaikan penelitian
seminimal mungkin.
c. Melakukan pemeriksaan maupun intervensi dengan prosedur standar
d. Melakukan pengambilan sampel secara acak
e. Melakukan alokasi subyek secara acak
49. Garis horizontal dalam forest plot mengindikasikan
a. Bobot dari tiap studi
b. Jumlah kejadian Luaran dari tiap studi
c. Jumlah partisipan dari tiap studiThe number of participants included in each
study
d. 95% Interval kepercayaan dari pooled effect estimate
e. 95% Interval kepercayaan dari tiap studi
50. Jika suatu peristiwa memiliki ODDS = 3, apa artinya ini?

a. Kemungkinan peristiwa itu terjadi dibanding kemungkinan tidak terjadi adalah


3:1
b. Peristiwa kemungkinan akan terjadi 3 kali dari setiap 100
c. bukan salah satu di atas
d. Peristiwa kemungkinan terjadi 2 kali dari setiap 3
e. Peristiwa kemungkinan akan terjadi 25 kali dari setiap 10

Anda mungkin juga menyukai