Oleh :
NIM 2130912310008
Pembimbing :
BANJARMASIN
Juni, 2023
1. Jenis Kasus Covid-19 Menurut WHO?
Definisi Kasus
penunjang.
A. Kasus Suspek
Yang dimaksud dengan kasus suspek adalah orang yang memenuhi salah satu
kriteria berikut:
2) Minimal 3 gejala berikut: demam, batuk, lemas, sakit kepala, nyeri otot,
riwayat demam/demam (> 38°C) dan batuk yang terjadi dalam 10 hari
teridentifikasi; atau
teridentifikasi.
dan B, dan tidak memiliki gejala serta bukan merupakan kontak erat
B. Kasus Probable
Yang dimaksud dengan Kasus Probable adalah kasus suspek yang meninggal
dengan gambaran klinis meyakinkan COVID-19 dan memiliki salah satu kriteria
sebagai berikut:
C. Kasus Terkonfirmasi
Yang dimaksud dengan Kasus Terkonfirmasi adalah orang yang memenuhi salah
dan C.
Sumber:
A. Studi Kohort
Pada rancangan studi kohort klasik, didapatkan dua kelompok individu yang
dinamakan sebagai kohort, yaitu kelompok individu yang berada dalam kondisi
atau mengalami kejadian yang sama. Kedua kelompok atau kohort tersebut
kelompok tersebut, masing-masing sebagai sampel acak dari populasi terpajan dan
populasi tak terpajan. Jika pajanan cukup sering ditemukan dalam populasi umum,
anggota sampel dapat direkrut sebagai satu sampel dari populasi umum, baru
kemudian dibagi menurut status pajanannya, yaitu kelompok terpajan dan tak
terpajan. Pada awal studi ini, seluruh anggota sampel dipersyaratkan bebas dari
telah ditetapkan, dan pada akhir periode tersebut dihitung jumlah kejadian
Metode terbaik untuk menentukan insiden dan sejarah alamiah suatu kondisi
adalah dengan menggunakan studi kohor. Studi ini dapat dilakukan secara
Dari data studi kohort dapat dihitung nilai risk ratio (incidence risk ratio,
cumulative incidence ratio). Persyaratan bagi perhitungan risk ratio ini yaitu
intensitas pajanan konstan dan tidak ada atau hanya sedikit anggota sampel yang
tidak konstan, begitu pula sering didapatkan adanya individu yang hilang selama
periode pengamatan karena atrisi (drop-out) atau meninggal karena sebab lain di
Dikenal dua tipe rancangan studi kohort, yaitu studi kohort prospektif dan
studi kohort retrospektif. Pada studi kohort prospektif yang lazim disebut sebagai
selesai, sedangkan pada studi kohort retrospektif, pengamatan dimulai pada suatu
yang memiliki kondisi atau penyakit tertentu (kasus) dengan kelompok individu
yang tidak memiliki kondisi atau penyakit tersebut (kontrol). Kelompok kasus
kelompok kontrol dipilih secara acak dari populasi yang sama dengan kasus.
terjadi. Dalam studi ini, kita dapat menghitung ukuran asosiasi yang disebut odds
memiliki keuntungan seperti waktu penelitian yang relatif singkat dan biaya yang
pembuktian hubungan antara faktor risiko dan penyakit tidak sekuat dalam studi
kohort.
Ada juga variasi dalam rancangan studi kasus-kontrol, termasuk studi kasus-
tertentu, seperti usia atau jenis kelamin. Rancangan ini membantu mengontrol
tentang hubungan antara faktor risiko dan penyakit, terutama pada kondisi yang
jarang terjadi. Meskipun memiliki kelemahan tertentu, metode ini tetap berharga
yang eligibel pada saat penelitian ataupun sampel acaknya diambil menjadi
status mereka menjadi terpajan-sakit, terpajan-tak sakit, tak terpajan-sakit, dan tak
terpajan-tak sakit. Seperti halnya pada studi kasus-kontrol, pada studi potong-
lintang pun tak dapat diperoleh nilai risk ratio, tetapi dapat dihitung nilai odds
ratio-nya.
kohort dan studi kasus-kontrol, karena tidak dapat dilakukan perhitungan ukuran
sampel untuk kelompok-kelompok yang akan diperbandingkan seperti pada studi
kausal juga seringkali tak terpenuhi di sini, karena tidak dapat dipastikan bahwa
pajanan telah ada mendahului awitan penyakit. Pengumpulan data secara potong-
lintang akan menonjolkan kasus- kasus kronis, sedangkan penyakit akut dengan
durasi singkat sukar terdeteksi. Pajanan yang dipelajari pada studi potong-lintang
D. Studi Eksperimental
tersendiri. Dua bentuk studi eksperimental yaitu uji klinik dan studi komunitas.
Uji klinik adalah studi untuk mempelajari penggunaan suatu pengobatan baru,
2003;20(1):54–60. doi:10.1136/emj.20.1.54
Pembahasan:
kejadian penyakit atau kondisi tertentu antara dua kelompok yang berbeda.
Prevalensi mengacu pada jumlah kasus penyakit dalam suatu populasi pada
antara dua kejadian atau faktor yang berbeda dalam statistik. Odd ratio
menghitung rasio antara peluang (odds) dua kelompok yang berbeda. Dalam
antara faktor risiko dan kejadian penyakit atau kondisi kesehatan tertentu.
C. Risiko relatif (relative risk) adalah rasio antara risiko kejadian suatu kondisi
atau kejadian yang terjadi pada dua kelompok yang dibandingkan, misalnya
kelompok yang terpapar dengan kelompok yang tidak terpapar. Risiko relatif
terkena suatu kondisi atau kejadian tertentu dibandingkan dengan risiko orang
D. Tingkat prevalensi adalah jumlah kasus penyakit yang ditemukan, baik yang
sudah ada sebelumnya maupun yang baru muncul, dalam suatu jangka waktu
Sumber:
puskesmas dilaksanakan?
Jawaban : RUK
Pembahasan:
global, Nasional maupun daerah sesuai dengan hasil kajian data dan informasi
RUK harus dilengkapi pula dengan usulan pembiayaan untuk kebutuhan rutin,
Penyusunan RUK tersebut disusun pada bulan Januari tahun berjalan (H),
Kabupaten/Kota.
selain dari anggaran daerah (DAU) adalah dari pusat yang dialokasikan melalui
masukan dari masyarakat. Penyesuaian ini dilakukan, oleh karena RPK/RBA yang
disusun adalah persetujuan atas RUK tahun yang lalu (H-1), alokasi yang diterima
tidak selalu sesuai dengan yang diusulkan, adanya perubahan sasaran kegiatan,
dilaksanakan pada bulan Januari tahun berjalan, dalam forum Lokakarya Mini
yang pertama.
rencana dan tujuan untuk lima tahun ke depan. Dokumen ini mengidentifikasi
masalah yang perlu diatasi dan kondisi yang diharapkan dicapai dalam jangka
waktu tersebut, serta sumber daya yang diperlukan untuk mencapainya. Renstra
yang disusun oleh pemerintah. Dengan kata lain, setiap periode pemerintahan
memiliki satu dokumen Renstra yang mencakup lima tahun masa pemerintahan
tersebut.
Sumber:
Puskesmas. 2020
Pembahasan:
Upaya Kesehatan Primer terdiri dari pelayanan kesehatan perorangan primer dan
kesehatan. Sarana utama PKPP terdiri dari: Puskesmas; Klinik pratama; Praktek
(ambulatory).
Desa/Kelurahan.
Upaya kesehatan sekunder adalah upaya kesehatan rujukan lanjutan, yang terdiri
masyarakat sekunder.
meliputi rujukan kasus, spesimen, dan ilmu pengetahuan serta dapat merujuk
terdiri dari: Rumah Sakit setara kelas C dan D milik Pemerintah Daerah
sarana, teknologi, dan sumber daya manusia kesehatan serta didukung oleh
Urusan Kesehatan.
Upaya kesehatan tersier adalah upaya kesehatan rujukan unggulan yang terdiri
tersier.
pelayanan kesehatan yang merujuk. Sarana utama PKPT terdiri dari: Rumah Sakit
masyarakat dan penapisan teknologi dan produk teknologi yang terkait. PKMT
Sumber :
Kesehatan Nasional
Penggolongan penyakit:
Pembahasan:
air tidak saja digunakan untuk minum, masak, dan cuci, tetapi juga untuk
cair domestik dan industri.1,2 Dalam bidang kesehatan, beberapa jenis penyakit
melibatkan media air dalam proses penyebarannya, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Penyebaran penyakit secara tidak langsung oleh air disebabkan
oleh kandungan bahan kimia terlarut dalam badan air yang berifat toksik bagi
tubuh manusia. Adanya bahan-bahan ini dalam air disebabkan aktivitas industri,
Termasuk dalam kategori ini adalah penyakit kolera, typhoid, disentri dll.3
atau karena kurangnya air untuk kebersihan perorangan. Air yang tidak
Adalah penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit yang sebagian siklus
schistosomiasis.
Adalah penyakit yang disebabkan oleh vektor penyakit yang sebagian atau
seluruh perindukannya berada di air. Termasuk dalam kategori ini adalah
Sumber:
2011;7:27-28
Yogyakarta, 2009.
Yogyakarta, 2010.
15. Seorang pemuda sehari-hari bekerja diperusahaan kayu kemudian
tergolong?
Pembahasan:
tiga, yaitu: Penyakit umum (general diseases), Penyakit akibat hubungan kerja
penyakit yang terjadi ditempat kerja, yang tidak ada hubungannya secara
langsung baik akibat dari kerja, ataupun berisiko terjadi akibat pekerjaan
spesifik atau mempunyai hubungan yang kuat dengan pkerjaan, yang ada
populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di tempat kerja, namun dapat
Sumber :
1) Bayu Dharma AA, Adnyana Putera IGA, Parami Dewi AAD. Manajemen