Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN PADA Tn. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS


VERTIGO VESIKULER DI RUANG POLI SARAF RSUD SAWERIGADING KOTA
PALOPO

OLEH:

SARI SARAPANG

N.22.04.012

PRECEPTOR LAHAN PRECEPTOR INSTITUSI

Hamsia Kadir, S.Kep.,Ns Fadli S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (PROFESI NERS)

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO

TAHUN AJARAN

2022/2023
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi vertigo
Vertigo sering dinyatakan sebagai sensasi pusing, sempoyongan, perasaan seperti
melayang dan tubuh atau lingkungan sekitar seperti berputar dan jungkir balik (Putri et
al., 2016).
vertigo adalah sensasi gerakan tubuh ataupun lingkungan disekitar dengan gejala
lainnya yang bisa timbul yang utama pada sistem otonom yang timbul karena ada
gangguan pada sisten keseimbangan tubuh oleh kondisi ataupun penyakit. Oleh karena itu
vertigo bukan sekedar gejala pusing saja. Tapi merupakan suatu sindrom yang terdiri dari
gejala somatik dan gejala psikiatrik (Sutarni et al., 2018).
Vertigo adalah perasaan bahwa benda disekitar orang tersebut bergerak atau
berputar. Biasanya dirangsang oleh cedera kepala (Harding & Kwong, 2019). Vertigo
didefinisikan sebagai sensasi gerak ilusi diri atau lingkungan tanpa adanya gerakan yang
sebenarnya. Vertigo didefinisikan sebagai gerakan (Bhattacharyya et al., 2017).
B. Etiologi
Menurut (Victorya et al., 2016) vertigo di bedakan menjadi 2 berdasarkan
penyebabnya, vertigo perifer berhubungan dengan gejala patologis pada telinga
sedangkan vertigo sentral disebabkan oleh gangguan vaskuler :
1. Vertigo sentral merupakan vertigo yang disebabkan karena kelainan sentral, penyebab
dari vertigo sentral adalah stroke, perdarahan cerebelum, trauma, migren basilar,
neoplasma (Jusuf & Wahidji, 2016).
2. Vertigo perifer merupakan yang disebabkan oleh kelainan pada labirin dan
N.Vestibular. Penyebab dari vertigo perifer adalah post trauma, toksik, labirinitis,
oklusi & fistula labirin (Jusuf & Wahidji, 2016).
Ada beberapa faktor risiko yang berpotensi vertigo menurut (Park et al., 2019) yaitu :
1. Umur tua
2. Jenis Kelamin Jenis kelamin yang lebih berisiko terkena vertigo adalah jenis kelamin
perempuan
3. Indeks masa tubuh
4. Riwayat merokok
Seorang perokok akan lebih berisiko terserang vertigo.
C. Patofisiologi
Dalam kondisi perangkat keseimbangan pusat atau perifer tidak normal dan
terjadi gerakan yang aneh atau berlebihan, tidak akan ada pemrosesan input yang normal
dan vertigo akan terjadi. Selain itu ada juga masalah respon penyesuaian otot-otot yang
tidak adekuat. Yang menyebabkan pergerakan mata tidak normal (nistagmus)
ketidakstabilan saat berjalan dan berdiri dan gejala lainnya. Pennyebab pasti dari gejala
gejala ini belum diketahui (Sutarni et al., 2018). ada beberapa teori di antaranya :
1. Teori rangsangan berlebihan
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa stimulasi yang berlebih akan mengakibatkan
hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya yang akan mengalami gangguan
(Sutarni et al., 2018).
2. Teori konflik sensoris
Didalam kondisi yang normal (fisiologis) impuls yang diterima antara sisi kiri dan
kanan akan dibandingkan, antara impuls yang berasal dari penglihatan dan
proprioseptik dan vestibular secara timbal balik. Pengolahan informasi berjalan secara
reflektoris melalui proses normal dan hasil akhirnya adalah penyesuaian otototot yang
menggerakkan tubuh atau menopang tubuh dan otot yang menggerakkan bola mata
(Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 2016).
D. Manifestasi klinik
Vertigo dibedakan menjadi 2, sistematik dan non sistematik, gejala vertigo
menurut (Jusuf & Wahidji, 2016) yaitu :
1. Vertigo sistematik
Pucat, Peluh dingin, Mual dan muntah
2. Vertigo nonsistematik
Rasa kepala ringan, seperti diayun, rasa seperti terapung dan rasa bergoyang yang
sulit di gambarkan oleh penderita vertigo.
E. Komplikasi
apabila vertigo tidak segera ditangani dan dilakukan pengobatan, penderita bisa
saja mengalami gagar otak ringan maupun berat, itu merupakan akibat yang ditimbulkan
karena vertigo pada penderita yang sering kambuh (Yulianto et al., 2016). Vertigo akan
menyebabkan komplikasi berupa penurunan kualitas hidup karena gangguan mobilitas.
penderita vertigo juga akan mengalami penurunan fungsi individu sebagai pekerja.
Vertigo apabila terjadi saat berkendara juga akan mengakibatkan kecelakaan (Benecke et
al., 2013).
F. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 2016) pemeriksaan
yang bisa dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan darah ini dapat menggambarkan kondisi
kesehatan
2. CT Scan atau pemeriksaan MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan
komputer atau mesin yang memancarkan sinar x. Hasil dari pemeriksaan ini akan
menampilkan gambar struktur dan jaringan tubuh.
G. Penatalaksanaan
Tujuan dari pengobatan vertigo yaitu untuk menghilangkan gejala vertigo,
mengontrol gejala neurovegetatif dan psikoafektif, juga untuk meninkatkan sistem
vestibular (Pradnanying & Widiastuti, 2017). Menurut (Susilo, 2012) penatalaksanaan
vertigo nonmedikasi yaitu :
1. Manuver Epley
Langkah langkah Manuver Epley adalah menggantungkan posisi kepala selama 20-30
detik ke sisi kanan, lalu kepala di putat 90 derajat kearah depan selama 20-30 detik.
Selanjutnya pasien diangkat dan diposisikan duduk.
2. Prosedur Semont
Langkah Prosedur semont yang pertama adalah kepala pasien di putar 45 derajat
kesisi yang tidak mengalami nyeri atau ke sisi yang sehat, selanjutnya pasien
berbaring ke arah yang berlawanan. Langkah ke dua adalah pasien mempertahankan
pada posisi awal selama 30 langkah ketiga pasien melakukan gerakan yang sama ke
posisi yang berlawanan. Langkah keempat adalah kembali ke posisi awal.
3. Manuver Lampert Role
Ini adalah pengobatan untuk BPPV kanal horizontal. Yaitu dengan memposisikan
kepala dan telinga pasien yang sakit ke posisi bawah kemudian pasien memutar 90
derajat ke depan dengan cepa. Kemudian diputar 90 derajat ke arah yang tidak sakit
dan dilanjutkan memutar 360 derajat sampai telinga pasien yang sakit menempel
kebawah. Kemudian kepala pasien dinaikan dan diposisikan duduk.
4. Latihan Brandt Daroff
Latihan Brandt Daroff dengan cara pasien menutup mata, dan pasien diposisikan
duduk disisi tempat tidur dengan tungkai yang digantung. Kemudian baringkan
dengan cepat kesatu sisi. Pertahankan 30 detik lalu duduk kembali. Setlah 30 detik
barikan secara cepat kesisi yang lainnya, duduk kembali.
Karena penyebab dari vertigo beragam, tidak jarang dilakukan pengobatan
simptomatik. Pada sebagian besar kasus, setelah beberapa minggu terapi bisa dihentikan.
Obat-obat yang dapat sering digunakan :
1. Antikolinergik
Obat-obatan antikolinergik bekerja pada reseptor muskarinik dengan efek
kompensasi. Contoh antikolinergik adalah skopolamine. Efek samping dari
antikolinergik adalah sedasi, dilatasi pupil dan mulut kering (Pradnanying &
Widiastuti, 2017).
2. Antihistamin
Antihistamin mempunyai efek sentral untuk mengurangi vertigo, bekerja pada
reseptoh H2. Antihistamin mempunyai efek antikolinergik dan juga blok kanal
kalsium (Pradnanying & Widiastuti, 2017). Antihistamin yang dapat diberikan pada
penderita vertigo menurut (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 2016)
adalah :
a. Dimenhidrinat
4 sampai 6 jam adalah lama kerja obat ini. Dapat diberikan secara peroral atau
atau parentral (iv atau im) dosis yang diberikan adalah 25-50 mg (1 tablet) selama
4 hari.
b. Difenhidramin
Lama kerja dari obat ini adalah 4 sampai 6 jam, diberikan secara peroral dengan
dosis 25 mg (1 kapasul), diberikan 4 kali dalam sehari.
c. Senyawa betahisdin
1) Betahisdin meylate diberikan secara perolal, 3 kali sehari dengan dosis 12 mg
2) Betahisdin HCl dengan dosis yang diberikan 8- 24 mg, diberikan 3 kali sehari.
3. Benzodiazepine
Benzodiazepine secara sentral bekerja mensupresi respon vestibular. Obat ini
mempunyai masa kerja yang singkat dan mempunyai efek terapi dalam dosis yang
kecil.
4. Kalsium antagonis
Chinarizin, memiliki manfaat dapat menekan fungsi vestibular dan bisa mengurangi
respon kepada akselerasi angular serta linear.biasanya dosis yang diberikan adalah
15- 30 mg, diberikan 3 kali sehari (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia,
2016).
H. Pencegahan
1. Menghindari gerakan secara tiba-tiba agar tidak terjatuh
2. Segera duduk jika vertigo menyerang
3. Gunakan beberapa bantal agar posisi kepala saat tidur menjadi lebih tinggi
4. Gerakkan kepala secara perlahan-lahan
5. Hindari gerakan mendongak, berjongkok, atau tubuh membungkuk.
PENYIMPANGAN KDM
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan yaitu tahapan yang paling pertama didalam proses
keperawatan, yaitu saat mengumpulkan data secara sistematis dari berbagai
seumberdata yang bertujuan untuk identifikasi dan evaluasi status kesehatan klien.
Pengkajian keperawatan akan menjadi dasar untuk memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien (Budiono, 2016). langkah langkah
pengkajian keperawatan pada klien vertigo meliput :
a. Identitas
Pengkajian identitas yang dilakukan pada klien vertigo adalah :
1) jenis kelamin
Jenis kelamin perempuan lebih sering mengalami vertigo karena faktor dari
hormon, perempuan mengalami menstruasi (Park et al., 2019).
2) usia
usia yang lebih sering mengalami vertigo adalah usia dari 40 tahun sampai 59
tahun (Park et al., 2019).
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Menurut (Jusuf & Wahidji, 2016) keluhan utama yang dirasakan oleh
penderita vertigo adalah nyeri kepala, pandangan kabur dan berbayang, mual
& muntah.
2) faktor pencetus
vertigo perifer disebabkan karena trauma, toksik, labirinitis, oklusi & fistula
labirin dan vertigo sentral penyebabnya adalah stroke, perdarahan cerebelum,
trauma, migren basilar, neoplasma (Jusuf & Wahidji, 2016)
c. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi genogram dan keterangannya, penyakit yang pernah diderita anggota
keluarga.
d. Pola kesehatan fungsional
Pada pola aktivitas dan latihan penderita vertigo bergantung pada keluarganya
karena saat melakukan aktivitas akan merasakan nyeri kepala, pola istirahat dan
tidur, pola kognitif persepsi sensori, pola persepsi diri dan konsep diri, pola
mekanisme koping, pola seksual reproduksi, pola peran berhubungan dengan
orang lain, pola nilai kepercayaan.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umum yang dilakukan pada klien vertigo antara lain adalah
pemeriksaan kesadaran, Penampilan, Tanda tanda vital, pemeriksaan mata
,Kepala, Hidung, Telinga, Mulut dan tenggorokan, Dada, Abdomen, Genetalia,
Ekstremitas, kulit. Pemeriksaan fisik pada vertigo bertujuan untuk memeriksa
penyebab dari vertigo, baik kelainan sistemik, otologik ataupun neurologik
vestibular berupa pemeriksaan nistagmus, fungsi serebrum dan pemeriksaan
fungsi pendengaran dan keseimbangan. Beberapa faktor yang juga harus
diperhatikan diantaranya adalah hipertensi, hipotensi, gagal jantung, hipoglikemi,
anemi, dan aritmi jantung (Akbar, 2013).
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens pencederaan fisiologis
2. Intoleransi aktfitas berhubungan dengan tirah baring
C. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens pencederaan fisiologis
Tujuan dan Kriteria hasil : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan sakit kepala klien berkurang dengan kriteria hasil :
a. Skala nyeri turun
b. Gelisah turun
c. Kesulitan tidur turun
d. Keluhan mual turun
e. Mampu menegnali nyeri
f. Menyatakan merasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Planning :

a. Kaji nyeri secara komprehensif


b. Observasi tanda-tanda vital
c. Ajarkan teknik non farakologos : teknik relaksasi nafas dalam
d. Beikan waktu istirahat dan berikan posisi yang nyaman
e. Kolaborasi pemberian obat analgesik
2. Intoleransi aktfitas berhubungan dengan tirah baring
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan aktifitas klien meningkat dengan kriteria hasil :
a. Meningkatnya kekuatan tubuh atas
b. Meningkatnya kekuatan tubuh bawah
c. Tekanan darah membaik
d. Menurunnya rasa lemah
e. Keluhan lelah turun

Planning :

a. Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur


b. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
c. Ciptakan lingkungan yang nyaman
d. Kolaborasi pemberian obat tidur
D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan penulis setelah membuat rencana tindakan
keperawatan.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah langkah terakhir dalam proses keperawatan. Penulis
menuliskan evaluasi dengan metode SOAP yaitu subjektif, objektif, assesment, plan.
Evaluasi digunakan untuk pembanding tindakan yang telah dilakukan dan kriteria hasil
yang telah ditentukan. Tujuan dilakukan evaluasi adalah untuk mengetahui apakan
tindakan yang sudah diberikan sudah berjalan dengan baik. (Debora, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. (2013). Diagnosis vertigo. Makassar: Universitar Hassanudin.


Benecke, H., Agus, S., Kuessner, D., Goodall, G., & Strupp, M. (2013). The burden and
impact of vertigo : findings from the REVERT patient registry. 4(October), 1–7.
https://doi.org/10.3389/fneur.2013.00136
Bhattacharyya, N., Gubbels, S. P., Schwartz, S. R., Edlow, J. A., El-Kashlan, H., Fife, T.,
Holmberg, J. M., Mahoney, K., Hollingsworth, D. B., & Roberts, R. (2017).
Clinical practice guideline: benign paroxysmal positional vertigo (update).
Otolaryngology–Head and Neck Surgery, 156(3_suppl), S1–S47.
Budiono. (2016). Konsep Dasar Keperawatan. 68–70.
Debora, O. (2017). Proses keperawatan dan pemeriksaan fisik.
Harding, M. M., & Kwong, J. (2019). Lewis ’ s Medical-Surgical Nursing Assessment
and Management of Clinical Problems.
Haryani, S. (2018). Penatalaksanaan Nyeri Kepala pada Layanan Primer. Callosum
Neurology, 1(3), 83–90. https://doi.org/10.29342/cnj.v1i3.16
Jumariah, T., & Mulyadi, B. (2017). Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Perawatan
Kesehatan Masyarakat. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia, 7(1), 182–188.
Jusuf, M. I., & Wahidji, V. H. (2016). Bunga Rampai Kedokteran. 21824. Kartikawati,
D. (2011). Buku Ajar Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Salemba.

Anda mungkin juga menyukai