Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN TINDAKAN KEPERAWATAN PREOPERATIF DENGAN TINGKAT

KECEMASAN KLIEN FRAKTUR DI RUANG PERAWATAN BEDAH


RSU A. MAKKASAU PAREPARE

H. Muhammad Asikin

Politeknik Kesehatan, Jurusan Keperawatan, Prodi Keperawatan Parepare

ABSTRAK

Situasi preoperatif merupakan salah satu kondisi yang dapat menimbulkan kecemasan.
Penurunan rasa cemas merupakan hal yang penting dilakukan oleh perawat karena stres fisik maupun
emosional dapat meningkatkan resiko pembedahan. Tujuan : Mengetahui hubungan tindakan
keperawatan preoperatif dengan tingkat kecemasan pada klien dengan fraktur. Metode Penelitian :
Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan teknik pengambilan sampel secara
Purposif sampling. Sampel yang diteliti sejumlah 30 responden yang dirawat di ruang perawatan bedah
RSU A. Makkasau Parepare. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan dilakukan analisa statistik
Spearman-Rank Correlation dengan =0,05. Hasil : Berdasarkan uji hubungan didapatkan nilai p statistik
= 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa Ho ditolak atau terdapat hubungan antara kecemasan dengan
tindakan keperawatan preoperatif. Koefisien korelasi yang dibentuk adalah 0,666 yang berarti
hubungan antar variabel kuat. Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara tindakan
keperawatan pre operatif dengan kecemasan klien fraktur di RSU A. Makkasau Parepare. Berdasarkan
gambaran diatas maka penting bagi perawat untuk mempertahankan dan meningkatkan perannya
dalam melakukan tindakan keperawatan preoperatif serta memperhatikan tingkat kecemasan klien
preoperatif.

Kata kunci: Kecemasan, tindakan keperawatan pre operatif.

selanjutnya akan merangsang kelenjar pituitari


PENDAHULUAN anterior untuk meningkatkan produksi ACTH
Kecemasan merupakan perasaan yang (Adreno Cortico Tropin Hormon.(Guiton & Hall,
terus-menerus akan kesedihan dan 1996). Hormon ini yang akan merangsang
ketidakpastian (Ellis dan Nowlis;1994 dalam kortek adrenal untuk meningkatkan sekresi
Chitty;1997) cemas berbeda dengan rasa takut kortisol. Kortisol inilah yang selanjutnya akan
,dimana cemas disebabkan oleh hal-hal yang menekan sistem imun tubuh (Ader, 1996).
tidak jelas (Ellis dan Nowlis;1994 dalam Kegiatan keperawatan yang dapat
Chitty;1997) termasuk didalamnya klien yang dilakukan antara lain mengindentifikasi faktor-
akan menjalani operasi karena mereka tidak faktor yang mempengaruhi resiko pelaksanaan
tahu konsekuensi pembedahan dan takut operasi, mengkaji kebutuhan fisik dan
terhadap prosedur pembedahan itu psikologis, dan memfasilitasi persiapan fisik
sendiri.(Chitty, 1997) dan psikologis selama masa pra pembedahan
Kecemasan dapat menimbulkan adanya (Lilis & Taylor, 1993; Rothrock, 1999).
perubahan secara fisik maupun psikologis yang Pengkajian terhadap kondisi fisik, psikologis,
akhirnya sering mengaktifkan syaraf otonom sosiokultural dan dimensi spiritual pada klien
dimana detak jantung menjadi bertambah, penting karena pembedahan merupakan
tekanan darah naik, frekuensi nafas bertambah stressor utama psikologis, mempengaruhi pola
dan secara umum mengurangi tingkat energi koping, support sistem dan kebutuhan
pada klien, sehingga dapat merugikan individu sosiokultural (Lilis & taylor, 1997).
itu sendiri (Rothrock, 1999). Penurunan rasa cemas dan takut
Berdasarkan konsep merupakan hal yang sangat penting selama
psikoneuroimunologi; kecemasan merupakan masa preoperatif karena stress emosional di
stressor yang dapat menurunkan sistem tambah dengan stress fisik meningkatkan
imunitas tubuh. Hal ini terjadi melalui resiko pembedahan (Lilis & Taylor, 1997).
serangkaian aksi yang diperantarai oleh HPA- Berbagai bentuk sistem dukungan (Support
axis (Hipotalamus, Pituitari dan Adrenal). sistem) dapat memfasilitasi penurunan stress.
Stress akan merangsang hipotalamus Berdasarkan pada konsep datas, maka
untuk meningkatkan produksi CRF adanya persiapan yang matang dari perawat
(Corticotropin Releasing Factor). CRF ini secara ideal akan menurunkan rasa

243
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 2 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
kecemasan pada klien karena persiapan yang tingkat signifikansi < 0,05. Uji yang digunakan
telah dilaksanakan oleh perawat adalah Spearman-Rank Corelation.
diselenggarakan secara holistik tidak hanya Seluruh teknis pengolahan data
pada aspek fisik semata tapi juga aspek statistikal dilakukan secara komputerisasi
psikologis yang akhirnya dapat menurunkan dengan menggunakan software Statistical
kecemasan. Pada penelitian ini akan dipelajari Product and Service Solution (SPSS).
hubungan tindakan keperawatan pre operasi
yang dilaksanakan oleh perawat dengan HASIL PENELITIAN
respon kecemasan. 1. Umur
Tabel 1. Distribusi frekwensi berdasarkan
BAHAN DAN METODE golongan umur responden di Ruang
Penelitian dilaksanakan dengan Perawatan Bedah RSU A. Makkasau
menggunakan metode Cross sectional (Burns Parepare, Tahun 2012.
& Grove, 1999) dimana dilakukan pengukuran Golongan Umur n %
tingkat kecemasan responden menjelang 20 30 tahun 5 16,7 %
operasi dan sekaligus dievaluasi kualitas 31 40 tahun 15 50%
tindakan keperawatan preoperatif yang telah
diberikan oleh perawat sebelum dilaksanakan 41 50 tahun 7 23,3 %
operasi dalam satu waktu. > 50 tahun 3 10 %
Populasi pada penelitian ini adalah Jumlah 30 100%
seluruh klien yang mengalami fraktur yang
akan menjalani operasi di Ruang Bedah RSU. 2. Tingkat Pendidikan
A. Makkasau Parepare. Besar sampel tetapkan Tabel 2. Distribusi frekwensi berdasarkan
sebesar 30 responden; berdasarkan katagori tingkat pendidikan responden di Ruang
responden yang memenuhi kriteria inklusi Perawatan Bedah RSU A. Makkasau
dengan menggunakan metoda Purposive Parepare, Tahun 2012.
sampling. Tingkat pendidikan n %
Variabel Dependen pada penelitian ini
SD 3 10 %
adalah Kecemasan. Kecemasan dapat
ditentukan dengan menggunakan Hamilton SLTP 7 23,3 %
Anxiety Rating Scale (Hawari, 2000) dengan SLTA 14 46,7 %
nilai akhir dalam skala ordinal yaitu: tidak
cemas, cemas ringan, cemas sedang, dan PT 6 20 %
cemas berat. Klien disebut tidak mengalami Jumlah 30 100%
cemas bila total skore kurang dari 6,
mengalami derajad cemas ringan bila total 3. Jenis Pekerjaan
skore antara 7 16, disebut mengalami cemas Tabel 3. Distribusi frekwensi berdasarkan
sedang bila skore 17 26 dan disebut jenis pekerjaan responden di Ruang
mengalami kecemasan berat bila skore bernilai Perawatan Bedah RSU A. Makkasau
lebih dari 26. Parepare, Tahun 2012.
Variabel Independen pada penelitian Pekerjaan n %
adalah Tindakan keperawatan Preoperatif.
Petani 4 13,3 %
Kegiatan preoperatif dimaksud adalah tindakan
yang diberikan secara langsung oleh perawat Pedagang 8 26,7 %
terhadap klien(melibatkan klien secara Wiraswasta 12 40 %
langsung). Tindakan keperawatan dibedakan
dalam kurang, sedang dan baik dengan kriteria PNS 6 20 %
berdasarkan tindakan keperawatan preoperatif Jumlah 30 100%
(lilis & taylor, 1997) yaitu :
- Baik bila melaksanakan > 76 % tindakan 4. Tingkat kecemasan responden.
atau 15 item tindakan Tabel 4. Distribusi frekwensi berdasarkan
- Cukup bila melaksanakan 56 75 % tingkat kecemasan responden di Ruang
tindakan atau sebanyak 11-15 item Perawatan Bedah RSU A. Makkasau
tindakan Parepare, Tahun 2012.
- Kurang bila melaksanakan < 55 % tindakan Kecemasan n %
atau kurang dari 11 item tindakan. Tidak cemas 10 33,3 %
Data yang telah terkumpul selanjutnya
diolah dengan. menggunakan uji statistik untuk Cemas ringan 17 56,7 %
penilaian hubungan tindakan keperawatan Cemas sedang 3 10%
preoperatif dengan tingkat kecemasan dengan Jumlah 30 100%

244
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 2 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
5. Tindakan Perawatan Preoperatif. mengalami kecemasan (Chitty, 1997). Dari
Tabel 5. Distribusi frekwensi berdasarkan data juga didapat bahwa tingkat kecemasan
tindakan preoperatif di Ruang Perawatan klien berfariasi dari tingkatan tidak mengalami
Bedah RSU A. Makkasau Parepare, Tahun kecemasan; kecemasan ringan dan
2012. kecemasan sedang. Hal ini sesuai dengan
Tindakan Perawatan pendapat Peplau (1963) dalam (Chitty, 1997)
Preoperatif n % yang menyebutkan bahwa kecemasan dapat
Kurang 12 40% terjadi dalam suatu rentang (kontinuum).
Cukup 8 26,7% Adanya tingkat kecemasan ringan sebanyak 17
responden (56,7 %) yang lebih banyak dari
Baik 10 33,3%
kecemasan sedang (10 %) merupakan suatu
Jumlah 30 100% kondisi yang tampaknya perlu dicermati karena
menurut Carpenito (1999) kecemasan pada
6. Hubungan antara tindakan keperawatan pre klien yang akan menjalani operasi biasanya
operatif dengan tingkat kecemasan. merupakan kecemasan derajad sedang.
Tabel 6. Tabulasi silang antara tindakan Namun hal ini dapat dijelaskan kemungkinan
keperawatan pre operatif dengan disebabkan oleh beberapa faktor : 1) alat ukur
kecemasan responden di Ruang Perawatan yang digunakan merupakan alat ukur untuk
Bedah RSU A. Makkasau Parepare, Tahun mengukur derajad kecemasan umum sehingga
2012. mungkin kurang valid dalam mengukur derajad
Tindakan Kep. kecemasan preoperasi; 2) Tingkat kecemasan
Preoperatif yang diukur merupakan tingkat kecemasan
Kecem- Total
asan Baik Cukup Kurang yang telah mendapatkan inervensi
keperawatan; sehingga kemungkinan derajad
n % n % n % n % kecemasan terjadi telah mengalami penurunan
Tidak akibat tindakan keperawatan preoperatif.
10 100 0 0 0 0 10 33,3
cemas Berdasarkan tindakan keperawatan
Cemas yang telah dilaksanakan oleh para perawat
0 0 7 87,5 10 83,3 17 56,7
ringan Ruang Perawatan Bedah RSU A. Makkasau
Cemas Parepare terhadap klien yang akan dioperasi;
0 0 1 12,5 2 16,7 3 10 terdapat gambaran bahwa tindakan
sedang
Jumlah 10 100 8 100 12 100 30 100 keperawatan yang memiliki rentang kurang
Uji Statistik Spearman rho p = 0,000 sebanyak 12 (40 %) tindakan dan tindakan
keperawatan preoperatif yang cukup sebanyak
PEMBAHASAN 8 tindakan (26,7 %) dan tindakan keperawatan
Berdasarkan pada karakteristik preoperatif yang baik sebanyak 10 tindakan
responden didapatkan bahwa sebagian besar (33,3 %). Adanya tindakan yang dalam tingkat
responden berusia 31-40 tahun (50 %). Hal ini yang berbeda dimungkinkan karena
dimungkinkan karena fraktur dapat disebabkan pengambilan data yang dilakukan masih dalam
oleh trauma baik langsung maupun tidak tahap-tahap preoperatif sehingga
langsung (Oswari, 1993) yang memungkinkan adanya tindakan keperawatan
kemungkinannya besar terjadi pada kelompok yang diberikan pada klien setelah pengambilan
usia produktif, baik akibat kecelakaan kerja data; dan hal ini tidak diikuti oleh peneliti
maupun kecelakaan lainnya. (Lonquist & sehingga seluruh tindakan kepeawatan selesai
Weiss, 1997). Selanjutnya berdasarkan dilaksanakan.
pekerjaan juga didapatkan bahwa penderita Berdasarkan pada uji hubungan antara
sebagian besar bekerja swasta (40 %). Hal ini tindakan keperawatan preoperatif dan tingkat
dimungkinkan karena kelompok dengan kecemasan didapatkan adanya hubungan
pekerjaan swasta merupakan kelompok yang antara tingkat kecemasan dan tindakan
dituntut oleh lingkungan kerja menjadi besar; keperawatan dalam signifikansi p = 0,000,
selain itu juga karena RSU A. Makkasau Selanjutnya berdasarkan koefisien korelasi
Parepare terletak di daerah perkotaan Spearman didapatkan nilai 0,666 yang berarti
sehingga sektor diluar pertanian dan sektor bahwa hubungan yang dibentuk antara
nonformal dan swasta menjadi lebih menonjol. tindakan keperawatan preoperatif dengan
Berdasarkan tingkat kecemasan klien tingkat kecemasan cukup kuat (Notoadmodjo,
didapatkan bahwa sebagian besar klien 1993). Hal ini secara teoritik dapat diterangkan
mengalami kecemasan ringan (56,7 %) dan bahwa adanya berbagai tindakan keperawatan
33,3 % yang lain tidak dikatagorikan mengalami merupakan bentuk dukungan profesional dan
kecemasan. Hal ini sesuai dengan konsep dukungan sosial yang dapat memberikan
bahwa klien yang akan dioperasi akan pengaruh baik fisik maupun psikologis

245
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 2 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
sehingga klien merasa lebih aman dan akhirnya Perawatan Bedah RSU A. Makkasau
kecemasan dapat menurun (Lonquis & Weiss, Parepare ,dimana koefisien korelasi
1997). Selain itu juga karena kecemasan lebih sebesar -0,666 atau hubungan yang
merupakan pengalaman psikologis dan lebih terbentuk cukup kuat.
sering timbul karena ketidaktahuan tentang
konsekuensi pembedahan dan prosedur bedah SARAN
itu sendiri (Chitty, 1997; Stuard&Laraia, 1998) Mengacu pada hasil kesimpulan diatas; maka
maka klien yang mendapatkan persiapan disarankan agar :
preoperasi tentu akan lebih memiliki 1) Perlunya dilakukan penelitian dalam
pemahaman karena dalam persiapan lingkup yang lebih luas sehingga hasil
preoperatif terkandung unsur persiapan penelitian dapat digeneralisasikan, dengan
psikologis dan sekaligus bentuk komunikasi melibatkan faktor-faktor
untuk mengurangi ketidaktahuan tentang pengontrol/perancu yang mungkin
konsekuensi pembedahan. ( Lilis & taylor, mempengaruhi tindakan keperawatan
1997). preoperatif maupun terhadap tingkat
kecemasan.
KESIMPULAN 2) Perlunya disusun alat ukur khusus dalam
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat pengukuran kecemasan untuk situasi
disimpulkan bahwa : preoperatif sehingga lebih mampu
1) Klien dengan fraktur yang akan menjalani mencerminkan gambaran tingkat
operasi di RSU A. Makkasau Parepare kecemasan yang sebenarnya.
mengalami kecemasan dalam rentang tidak 3) Ditingkatkannya kuantitas dan kualitas
cemas sampai dengan kecemasan ringan. pelayanan keperawatan preoperatif yang
2) Klien dengan fraktur yang akan menjalani menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial
operasi mendapatkan tindakan dan spiritual
keperawatan preoperatif. 4) Perlunya disusun/diteliti suatu prosedur
3) Terdapat hubungan tindakan keperawatan baku yang memungkinkan
preoperatif dengan tingkat kecemasan pada tindakanpenurunan/reduksi kecemasan
klien fraktur yang dirawat di ruang pada klien keperawatan preoperatif.

DAFTAR PUSTAKA

Abraham & Stanley(1996), Konseling Keperawatan, Penerbit EGC, jakarta

Ader, Albert.Psichoneuroimmunology, J.B Lippincott Company, Philadelphia Bayne, Marilyn V & Ignatavicus,
Donna D (1991) Medical Surgical Nursing, A Nursing Proccess Approach, W. B Saunders Co,,
Philadelphia

Burns, Nancy & Grove, Susan K. (1999)

Understanding Nursing Research, 2nd ed., W.B Saunders Co., Philadelphia

Chitty, Kay K. (1997) Professional Nursing, Concepts and Challenge, 2nd edition, W.B Saunders Co, Philadelphia

Carpenito, Linda Juall (1999) Nursing Diagnosis, JB Lippincott Co. Philadelphia

Dempsey, Patricia Ann & Dempsey, Arthur D. (1995) Nursing Research With Basic Statistical Application, Jones
& bartlett Publ., Boston

George, Julia B (1990) Nursing Theories, The Base For Professional Nursing Practice, Appleton & Lange,
Conecticut

Guyton & Hall (2002) Fisiologi Kedokteran, Penerbit EGC, Jakarta

Kozier,Barbara; Erb, Glenora (1991)

Fundamentals Of Nursing, Concepts, Proccess and Practice, Addison-Wesley Co. Inc.,Philadelphia


Lillis, Carol; Taylor, Carol (1997)

Fundamentals of Nursing, The Arts and Science of Nursing Care, 3rd ed.,J.B. Lippincott Co., Philadelphia

Lonnquist, Linne E & Weiss, Gregory L (1997) The Sociology of Health, Healing and Illness, 2nd edition, Prentice-
Hall, New Jersey

246
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 2 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
Oswari, E (1993) Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Price, S.A; Wilson, LM (1995) Fisiologi Proses-Proses Penyakit, edisi Terjemah, Penerbit EGC, Jakarta

Rothrock, Jane C (1999) Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif, EGC, Jakarta

Sastroasmoro, S & Ismail, S, (1995). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinik, Binarupa Aksara, Jakarta.
Schwartz (2000) Ilmu Bedah, edisi Tejemah, Penerbit EGC, Jakarta
Santoso, Singgih (2000) Statistical Product and Service Solutions Versi 7,5, Cet. 3, Elek Media Computindo,
Jakarta

Stromborg, Marylin F. (1988) Instruments for Clinical Nursing Research, Appleton & lange, Connecticut

Sugiyono (2000) Statistik Untuk Penelitian, Cet. 2, C.V Alfabeta, Bandung

247
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 2 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

Anda mungkin juga menyukai