DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VIII
KELAS KPI B
PUTRI KUMALASARI
YUNUL MARDIAH
MUH. ABRAR
TAHUN 2019
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom ii
KATA PENGANTAR
PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom iii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ............................................................................................................. 1
1. Psikologi Keluarga
4. Penyelesaian Konflik
Kesimpulan ........................................................................................................ 10
Saran .................................................................................................................. 10
PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia dilahirkan di dunia ini dalam keadaan fitrah, sehingga pengaruh
lingkungan akan turut mempengaruhi perkembangan seseorang. Baik ataupun
buruknya lingkungan akan menjadi referensi bagi perkembangan masyarakat
sekitarnya. WH. Clarck mengemukakan bahwa bayi yang baru lahir merupakan
makhluk yang tidak berdaya, namun ia dibekali oleh berbagai kemampuan yang
bersifat bawaan. Disini mengandung pengertian bahwa sifat bawaan seseorang
tersebut memerlukan sarana untuk mengembangkannya.Pendidikan merupakan
sarana yang tepat dalam mencapai hal tersebut.Baik pendidikan keluarga, formal
ataupun non formal sekalipun. Terlebih sebagai umat islam maka pendidikan
islam tentu menjadi sebuah jalan yang harus ditempuh oleh semua umat.
Makalah ini secara rinci akan membahas mengenai keluarga ditinjau dari sudut
psikologi. Pentingnya psikologi merupakan kewajiban setiap manusia untuk
belajar sekaligus mengajar, hal ini bertujuan agar manusia mampu menerapkan
tujuan pendidikan psikologi itu sendiri yaitu dalam konsep sosial di dalam
kehidupan sehari hari..
B. Rumusan masalah
a. Bagaimana psikologi dalam keluarga?
b. Bagaimana peran keluarga dalam membentuk moral anak?
C. Tujuan
Mengetahui bagaimana hakikat psikologi dalam hubungan keluarga.
PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Psikologi Keluarga
1
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008)., h. 53
PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 3
PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 4
2
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008)., h. 55
PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 5
3
Sudarsono, Etika Islam tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005)., h. 1
PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 6
paling dekat dengan individu sehingga adanya konflik dalam keluarga bisa
memicu intensitas dan durasi stres yang jauh lebih lama, lebi hmembekas, dan
lebih terasa berat.
Dalam keluarga konflik yang sering terjadi berkaitan dengan anak. Fase
anak yang paling beresiko besar terjadinya konflik dengan keluarga yaitu pada
saat anak berada di usia remaja, dimana mereka mulai tidak nyaman dengan
peraturan rumah, terbawa pengaruh teman – temannya, memimpikan
kebebasan, dan lainnya. Konflik semacam ini cukup krusial yakni apabila
orang tua tidak bisa memahami dan menyelesaikan masalah, maka dapat
berdampak pada buruknya tumbuh kembang anak ke arah negatif.
Penyelesaian konflik yang bisa dilakukan orang tua dalam hal ini adalah
menggunakan fungsi keluarga yang berarti melindungi, berkomunikasi,
berkompromi, mengalah, dan mengantisipasi setiap respon yang terjadi.
Penyelesaian konflik yang konstruktif akan berdampak positif bagi anak.
Seberat apapun konflik yang terjadi di dalam keluarga, tempat terakhir yan
gmereka tuju adalah keluarga.
Rasa nyaman dan cinta setiap anggota keluarganya mengalahkkan rasa
amarah dan permasalahan yang ada, sehingga apabila hubungan baik bisa
dijalin secara konstruktif kembali, hal tersebut tidak akan bermasalah bagi
perkembangan individu.
Berbeda, apabila sikap penyelesaian masalah yang dilakukan bersifat
destruktif, dampak yang ditimbulkan bisa jadi negatif. Dampak negatif inilah
yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan anak terkait perilaku, gaya
bicara, cara berfikir dan bersikap, dan lainnya. Dampak fungsi pembinaan
yang buruk tersebut akan menghasilkan seorang individu yang buruk juga di
dalam kehidupan bermasyarakat.
Psikologi keluarga disini memiliki fungsi agar orang tua lebih bisa
memahami , lebih bisa berfikir dan berperilaku tenang dalam menghadapai
konflik. Orang tua memiliki peran untuk menimbang nimbang atau
memprediksi dampak buruk yang mungkin terjadi sehingga tidak sampai hal
tersebut terjadi.
Psikologi keluarga memprioritaskan hubungan antar individu terjalin
harmonis, komunikasi yang interaktif dan efektif, dan juga cara berperilaku
yang adaptif. Jika setiap keluarga mampu mengimplementasikan psikologi
keluarga ini, maka kedamaian dan kesejahteraan dalam keluarga akan bisa
dicapai dengan mudah.
Di berbagai belahan dunia dengan beragam budaya dan sistem sosial,
keluarga merupakan unit sosial penting dalam bangunan masyarakat. Keluarga
merupakan warisan umat manusia yang terus dipertahankan keberadaannya
dan tidak lekang oleh perubahan zaman. Berbagai perubahan oleh faktor
perkembangan zaman tentu saja memengaruhi corak dan karakteristik
keluarga, namun substansi keluarga tidak terhapuskan. Pada beberapa negara
isu tentang kemerosotan nilainilai keluarga memang mengemuka.
Meningkatnya angka perceraian dianggap sebagai salah satu indikasi dari
merosotnya nilainilai keluarga ini. Kasus perceraian di Indonesia,
sebagaimana dipaparkan dalam laman Direktorat Jenderal Badan Peradilan
PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 7
Agama MA (www. badilag. net) juga mengalami tren peningkatan. Pada tahun
2007 jumlah perceraian yang diputus oleh pengadilan agama sebanyak
167.807 kasus, meningkat menjadi 213.960 kasus pada tahun 2008, dan
223.371 kasus pada tahun 2009. Selain itu terungkap pula data bahwa lembaga
keluarga tidak se lalu menjadi tempat yang baik bagi perkembangan anak. Hal
ini terlihat dari meningkatnya jumlah kekerasan anak yang dilakukan oleh
orang terdekat, termasuk keluarga.
Keluarga merupakan arena utama dan pertama untuk melakukan interaksi
sosial dan mengenal perilaku-perilaku yang dilakukan oleh orang lain. Juga
keluarga sebagai tonggak awal dalam pengenalan budaya-budaya masyarakat
dalam mana anggota keluarga belajar tentang pribadi dan sifat orang lain di
luar dirinya. Karena itu keluarga merupakan wadah yang memiliki arti penting
dalam pembentukan karakter, hubungan kekerabatan, sosial dan kreativitas
para anggotanya. Karena itu sangat menarik untuk dikaji urgensitas keluarga
ini dalam berbagai dimensinya baik oleh para ilmuwan maupun para praktisi.
E. Pendidikan Keluarga
Keluarga masa kini berbeda dengan keluarga zaman dulu .dalam ikatan
keluarga ,orang-orang yang mengalami pergolakan dan perubahan yang hebat
,khususnya mereka yang hidup di kota. Apabila ditinjau keluarga-keluarga di
daerah yang belum mengalami maupun menikmati hasil kemajuan teknologi,
kemajuan dalam dunia industri dan sebagainya, maka gambaran mengenai
ikatam dan fungsi keluarga yang berada di tengah segalah kemegahan
materi.[1]
Anak pada masa bayi sampai sekolah memiliki lingkungan tunggal, Yaitu
keluarga. Makanya tidak mengheran kan jika Gilbert Highest menyatakan
bahwa kebiasaan yang dimiliki anank-anak sebagian besar terbentuk oleh
pendidikan keluarga. Sejak bangundari tidur hingga saat akan tidur kembali,
Anak-anak kenerima pengaruh dan pendidikan keluarga (Gilbert Highest,
1961).
Bayi yang baru lahir merupakan mahluk yang tidak berdaya, namun ia
dibekali oleh bebagai kemampuan yang bersifat bawaan, Disini terlihat oleh
berbagai aspek yang kontradiktif. Disatu pihak bayi bayi berada dalam kondisi
tanpa daya, Sedang dipihak lain bayi mempunyai kemampuan untuk
berkembang (exploratif). Tetapi menurut Walter Houston Clark,
Perkembangan bayi tidak dapat berlangsung secara normal tanpa adanya
interfensi dari luar, Walaupun secara alami ia memiliki potensi bawaan.
Seandai nya bayi dalam pertumbuhan dan perkembangan nya hanya
diharapkan menjadi manusia normal sekalipun, Maka ia memerlukan berbagai
persyaratan tertentu serta pemeliharaan yang berkesinambungan
(W.H.CLrak,1964).
Dua ahli psikologi prancis bernama Itar dan sanguin pernah meniliti anak-
anak asuhan srigala.Mereka menemukan dua oarang bayiyang dipelihara oleh
seklompok srigala disebuah gua, Ketika ditemukan, kedua bayi manusia itu
sudahberusia kanak-kanak. Namun, Kedua bayi tersebut tidak menunjukkan
PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 8
kemampuan yang seharus nya dimiliki manusia pada usia kanak-kanak. Tak
seorangpun diantara keduanya mampu mengucapakan kata-kata, kecuali
aungan sekor srigala.Keduanya juga berjalan merangkak dan makan dengan
cera menjilat.Dan terlihat pertumbuhan gigi serinya paling pinggir lebih
runcing menyerupai taring srigala.Setelah dikembalikan kelingkungan
masyarakat mnusia, ternyata kedua anak-anak hasil asuhan srigala tak dapat
menyesuikan diri, dan akhir nya mati.
Kondisi seperti itu tampak nya menyebabkan manusia memerlukan
pemeliharaan, Pengawasan dan bimbingan yang serasi dan sesuai agar
pertumbuhan dan perkembangan dapat berjalan baik dan benar. Manusia
memang bukan mahkluk yan instintik secara utuh, Sehingga ia tidak mungkin
berkembang dan tumbuh secara instingtif sepenuh nya. Makanya menurut
W.H. Clrak, bayi memerlukan persyaratan-persyaratan tertentupengawasan
serta pemeliharaan terus menerus sebagai latihan dasar dalam pembentukan
dasar dalam pembentukan kebiasaan dan sikap-sikap tertentu agar ia memiliki
kemungkinanuntuk berkembang secara wajar dalam kehidupan dimassa
depan.
Keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidikan yang
pertama dan pendidiknya adalah kedua orang tua.Orang tua adalh pendidik
kodrati.Mereka pendidik bagi ank-anaknya karena secara kodrat ibu dan ayah
diberikan anugrah oleh tuhan penciptaberupa naluri orang tua. Karena naluri
ini,timbul kasih sayangpara orang tua terhadap anak mereka, sehingga secara
moral kedua nya merasa terbeban tanggung jawab untuk memelihara,
mengawasi ,melindungi, serta membimbing keturunan mereka.
Sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku
penerus keturunan saja. Dalam bidang pendidikan , keluarga merupakan
sumber pendidikan utama, karena segala pengetahuan dan kecerdasan
intelektual manusia diperoleh pertama dari orang tua dan anggota keluarganya
sendiri. Keluarga merupakan produsen dan konsumen sekaligus, dan harus
mempersiapkan dan menyediakan segala kebutuhan sehari-hari seperti
sandang dan pangan. Setiap anggota keluarga dibutuhkan dan saling
membutuhkan satu sama lain, masing-masing anggota keluarga mempunyai
peranan yang penting dalam roda kehidupan serta dibutuhkan oleh anggota
lain.[2]
Fungsi pendidikan sudah diserahkan pada lembaga-lembaga pendidikan
seperti sekolah-sekolah, sehinggah tugas orang tua dalam hal
memperkembangkan segi intelek anak menjadi jauh lebih ringan. Akhirnya
kesatuan keluarga hanya dianggap sekedar proforma saja, hubungan antar
pribadi makin jauh dan melemah, sehiggah akhirnya arti pribadi mengalami
perubahan. Beberapa kebutuhan dasar individu sebagai suatu pribadi, dengan
cara pandang hidup individualis tidak terpenuhi. Karena itu dapat
menimbulkan frustasi.
Dasar kepribadian seseorang terbentuk sebagai hasil perpaduan antara
warisan sifat-sifat, bakat-bakat orang tua dan lingkungan dimana ia berada dan
berkembang. Disinilah orang tua berperan dalam hal mencari lingkungan dan
memilih lingkungan yang dapat membantu menguatkan dasar hati nurani
PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 9
anak. Tahap demi tahap anak dilepaskan kedalam lingkungan yang lebih luas
dan lebih banyak pengaruhnya.
Dalam bimbingan orang tua terhadap anaknya, jelas terlihat arti hubungan
orang tua dan sumbangan nya secara tidak langsung bagi kepentingan umum
dan tercapainya masyarakat yang aman dan sentosa. Berbagai macam masalah
umum tidak akan menjadi masalah dan tidak akan menyebabkan penderitaan
bila ditangangi seawal mungkin, yakni penangan masalah dalam keluarga
masing-masing.
PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 10
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Keluarga merupakan suatu sarana untuk mencapai keharmonisan hidup.
Untuk mencapainya, sangat dibutuhkan keteraturan didalam struktur keluarga.
Karena keluarga adalah rumah yang paling indah dalam suatu kehidupan. Maka
dari itu dapat disimpulkan keluarga merupakan makhluk sosial karakteristik
tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi
(Murdock, 1965). Meskipun bersifat struktural akan tetapi memiliki makna yang
universal.
Selain itu keluarga juga merupakan tempat yang penting bagi perkembangan anak
secara fisik, emosi, spiritual, psikis dan social. Karena keluarga sebagai sumber
bagi kasih sayang perlindungan dan identitas bagi anggotanya. Dan keluarga
harus menjalankan fungsi yang penting bagi keberlangsungan dari generasi
kegenerasi dengan baik.
SARAN
Demikianlah makalah yang kami buat, apabila ada kekurangan dalam
penulisan maupun penyusunan makalah ini mohon dimaklumi. Kritik dan saran
yang membangun masih kami harapkan guna penyusunan makalah yang lebih
baik untuk selanjutnya. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
yang membaca dan pembuatnya, Aamiin!
PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 11
DAFTAR PUSTAKA
PENGANTAR PSIKOLOGI