Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PSIKOLOGI KOMUNIKASI KELUARGA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Psikologi

Dosen Pengampu: Aguswandi, S.Sos., M.I.Kom

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VIII
KELAS KPI B

PUTRI KUMALASARI
YUNUL MARDIAH
MUH. ABRAR

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2019
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Di belahan dunia dengan beragam budaya dan sistem sosial, keluarga merupakan
unit sosial penting dalam bangunan masyarakat. Keluarga merupakan warisan
umat manusia yang terus dipertahankan keberadaannya dan tidak lekang oleh
perkembangan zaman. Berbagai faktor dengan perkembangan zaman tentu saja
memiliki berbagai corak yang dimiliki keluarga termasuk karasteristik keluaraga,
namun substansi keluarga tidak terhapuskan. Dengan meningkatnya angka nilai
penceraian dalam keluarga menunjukkan bahwa sangat merosotnya keharmonisan
dalam berkeluarga. Hal ini tidak sulit kita temukan di negara kita senidiri
Indonesia.
Kemudian sebagian dari mereka yang sudah berkeluarga menganggap bahwa
keluarga bukan lembaga keluarga yang bagus untuk perkembangan anak. Hal ini
bisa kita lihat dari kasus meningkatnya jumlah kekerasan anak yang dilakukan
oleh orang terdekat, termasuk keluarga. Padahal keluarga merupakan lembaga
yang baik bagi perkembangan anak justru sebaliknya, ironisnya tidak sedikit kita
melihat dan mendengar berita seorang ibu yang merenggut nyawa anaknya sendiri
atau bahkan ayah yang selalu menyiksa anak kandungnya dan lain sebagainya.
Kasus seperti ini merupakan tidak kewajaran yang dilakukan suatu lembaga yaitu
keluarga.
Walaupun demikian berbagai kajian telah menunjukkan berbagai manfaat suatu
perkawinan, yaitu menikah tentu meilliki gaya hidup yang lebih sehat. Tehindar
dari kecenderungan lajang, bercerai duda ataupun janda. Misalnya orang yang
menikah lebih sedikit yang memiliki masalah minuman keras, dan depresi. Orang
menikah memiliki kepuasan seksual yang lebih baik. Lebih sejahtera secara
ekonomi karena orang yang menikah dapat menggabungkan pendapatnya
sehingga dapat meningkatkan kemampuan di bidang ekonomi. Orang menikah
memiliki kepuasan seksual yang lebih baik.. Selain itu anak-anak biasanya lebih
baik jika di asuh dengan keluarga yang lengkap. Anak-anak yang tinggal bersama
orang tua yang lengkap cenderung lebih baik secara emosi dan akademik.

PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan masalah ........................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2

1. Psikologi Keluarga

2. Perspektif Psikologi Keluarga

3. Psikologi Keluarga Dalam Membentuk Moral Anak

4. Penyelesaian Konflik

BAB III ................................................................................................................. 10

Kesimpulan ........................................................................................................ 10

Saran .................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Manusia dilahirkan di dunia ini dalam keadaan fitrah, sehingga pengaruh
lingkungan akan turut mempengaruhi perkembangan seseorang. Baik ataupun
buruknya lingkungan akan menjadi referensi bagi perkembangan masyarakat
sekitarnya. WH. Clarck mengemukakan bahwa bayi yang baru lahir merupakan
makhluk yang tidak berdaya, namun ia dibekali oleh berbagai kemampuan yang
bersifat bawaan. Disini mengandung pengertian bahwa sifat bawaan seseorang
tersebut memerlukan sarana untuk mengembangkannya.Pendidikan merupakan
sarana yang tepat dalam mencapai hal tersebut.Baik pendidikan keluarga, formal
ataupun non formal sekalipun. Terlebih sebagai umat islam maka pendidikan
islam tentu menjadi sebuah jalan yang harus ditempuh oleh semua umat.

Makalah ini secara rinci akan membahas mengenai keluarga ditinjau dari sudut
psikologi. Pentingnya psikologi merupakan kewajiban setiap manusia untuk
belajar sekaligus mengajar, hal ini bertujuan agar manusia mampu menerapkan
tujuan pendidikan psikologi itu sendiri yaitu dalam konsep sosial di dalam
kehidupan sehari hari..

B. Rumusan masalah
a. Bagaimana psikologi dalam keluarga?
b. Bagaimana peran keluarga dalam membentuk moral anak?

C. Tujuan
Mengetahui bagaimana hakikat psikologi dalam hubungan keluarga.

PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Psikologi Keluarga

Psikologi keluarga mencakup kultur, value, dan tata krama yang


diajarkan di rumah. Keluarga adalah cermin dari komunitas yang lebih besar
(negara). Maka jika tata kelola negara kacau berarti keluarga pun ikut kacau.
Pemimpin sejati lahir dari keluarga yang kondusif. Keluarga adalah segalanya,
rumah sejati, tempat ketika rasa sedih, suka, susah dan senang membaur
menjadi satu, keluarga adalah tempat manusia menempa diri.
Psikologi keluarga dalam pembentukan generasi penerus mempunyai
andil yang cukup besar, komposisi kebersamaan orang tua dengan anak tidak
bisa dikalahkan oleh yang lain. Oleh karena itu, dengan memberikan
pengarahan dan tuntunan yang benar kepada anak-anak, maka diharapkan
akan mencapai hasil yang maksimal dalam mendidik anak, yaitu terciptanya
anak-anak yang santun, mengerti tata krama, sopan dan berbudi luhur.
Barang kali sangat sulit untuk mengabaikan peran keluarga dalam
pendidikan. Anak-anak sejak masa bayi hingga usia sekolah memiliki
lingkungan tunggal, yaitu keluarga. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan
jika Gilbert Highest menyatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki anak
sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga. Sejak bangun tidur hingga
saat akan tidur kembali, anak-anak menerima pengaruh dan pendidikan dari
lingkungan keluarga.1
Psikologi memiliki arti keilmuan yang mempelajari tentang jiwa.
Keluarga merupakan sekelompok orang yang memiliki hubungan darah satu
dengan yang lainnya. Menurut Hill, keluarga diartikan sebagai suatu rumah
tangga dengan hubungan darah atau perkawinan dan sebagai tempat yang
terselenggaranya fungsi fungsi ekspresif keluarga bagi individu individu di
dalamnya. Menurut Burgess dan Locke, keluarga adalam sekelompok individu
yang terikat oleh perkawinan atau darah yang memiliki struktur syah, ibu, aak
perempuan, anak laki- laki, dan lainnya serta memiliki kebudayaan untuk
dipertahankan.
Dari kedua pernyataan definisi diatas, maka psikologi keluarga bisa
diartikan sebagai suatu keilmuan yang mempelajari tentang kejiwaan dalam
interaksi individu individu dalam sebuah jaringan ikatan darah atau
perkawinan. Psikologi keluarga juga bisa diartikan sebagai keilmuan yang
mempelajari kejiwaan dalam keluarga.

1
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008)., h. 53

PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 3

B. Perspektif Psikologi Keluarga


Perspektif psikologi keluarga merupakan pandangan tentang bagaimana
psikologi keluarga ini diterapkan atau pengaruh yang diberikan terhadap
keluarga maupun individu di dalamnya. Beberapa hal berikut ini menarik
tentang psikologi keluarga :
Psikologi keluarga merupakan ilmu yang menggabungkan antara
psikologi dengan ilmu tentang keluarga.Keilmuan ini dipersatukan dengan
definisi yang berbeda. Psikologi melihat seseorang dari segi kejiwaan dan
tingkah lakunya dan keluarga merupakan objek yang dapat dipengaruhi
seccara psikologis. Psikologi keluarga dikenal sebagai bentuk intervensi
psikologi dengan target keluarga, berupa terapi keluarga.Terapi keluarga salah
satunya adalah kebersamaan keluarga sebagai terapi penyemangat, terapi
rekreasi dan lain sebagainya. Keluarga merupakan tempat dimana pertama kali
individu mendapatkan pendidikan, pengalaman interaksi, dan lainnya.
Keluarga merupakan dasar dari terbentuknya karakteristik tertentu
seorang individu.Keluarga adalah sebuah sistem yang sangat kuat dan selalu
berperan dalam setiap tumbuh kembang individu. Hal ini dapat
mengendalikan pembentukan individu dan karakteristiknya atau
kepribadiannya.Keluarga membutuhkan sudut pandang sebagai suatu sistem.
Setiap keluarga memiliki masing masing tujuan pencapaiannya. Cara berfikir
sistem ini yang kemudian akan memperhitungkan masing masing individu
didalamnya namun tetap menuju tujuan utama yang satu.Genogram sebagai
dasar pemahaman dan pembangun persepsi terhadap anggota keluarga lainnya
yang masing – masing memiliki status yang berbeda misalnya kakek, nenek,
ayah, ibu, kakak, adek.
Individu dalam keluarga merupakan cerminan keluarga tersebut.
Meskipun tidak semua perilaku individu merupakan apa yang diajarkan dalam
aturan aturan yang di tetapkan dalam keluarga tersebut, namun adanya sikap
positif atau negatif dari individu akan mempengaruhi seluruh keluarga
tersebut. Misalnya, apabila ada keluarga yang baik, dan salah satu anaknya
terjerat kasus narkoba. Keluarga yang biasanya sangat ramah, suka
bersosialisasi, maka seketika bisa berubah menjadi tertutup, tidak sering
bertemu orang, sering absen dalam pekerjaan, dan lainnya.
Terapi psikologi banyak yang bisa diterapkan dalam keluarga baik yang
mempengaruhi individu saja atau untuk keseluruhan. Terapi psikologi dalam
keluarga ini bisa memberikan sudut pandang yang lebih luas, pemikiran dan
hati yang lebih sabar dan membuka diri. Contoh terapi psikologi yang bisa
diterapkan yaitu terapi manajemen konflik, terapa manajemen stres, dan
lainnya. Masing masing terapi memiliki tujuan dan metodenya yang berbeda
beda dan menarik.
Terapi psikologi dalam keluarga bisa diaplikasikan sendiri oleh
individu dan juga ada yang membutuhkan bantuan orang lain. Terapi
terapinya kebanyakan memiliki metode yang mudah dan bisa diaplikasikan
secara luas tidak hanya dalam keluarga namun juga dalam masyarakat juga
bisa.

PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 4

Psikologis yang merupakan ilmu kejiwaan tentu memperhatikan tentang


persepsi psikologis seseorang. Dalam keluarga pun juga dibutuhkan kesadaran
akan peratian terhadap hal ini. Jangan sampai aturan aturan yang dibuat
memberatkan salah satu individu dan memicu adanya stres permanen.
Misalnya, seorang remaja yang dituntut untuk selalu mendapatkan juara
kelas, sedangkan hal tersebut bertentangan dengan keinginan individu yang
ingin bermain atau bertentangan dengan keadaan lingkungan misalnya banyak
temannya yang juga pintar. Tuntutan semacam itu bisa memicu tekanan stres
yang berangsur angsur memburuh dan timbullah gangguan psikologis kronik.
Jika hal tersebut sampai terjadi, pendekatan yang dilakukan mungkin lebih
sulit dan membutuhkan bantuan tenaga medis dan psikolog.
Psikologi keluarga baik untuk diketahui, dipahami, dan diaplikasikan
pada keluarga atau individu dalam keluarga. Psikologi keluarga diperlukan
oleh semua anggota keluarga dan memiliki banyak manfaat sebagai berikut
ini; Psikologi keluarga sebagai bekal untuk mengendalikan, memprediksi dan
memahami perilaku anggota keluarga. Mempermudah interaksi dengan
anggota keluarga yang lebih memahami. Memahami keinginan atau
karakteristik masing masing anggota keluarga dengan baik. Memahami
pendapat dan perbedaan yang ada sebagai proses memberikan dukungan.
Mempengaruhi perilaku atau pola pikir anggota keluarga dengan memberikan
sudut pandang yang lebih positif.

C. Psikologi Keluarga dalam Mendukung Moral Anak


Dua ahli psikologi anak dari Perancis bernama Itard dan Sanguin
pernah meneliti anak-anak asuhan serigala. Mereka menentukan dua orang
bayi yang dipelihara oleh sekelompok serigala di sebuah gua. Ketika
ditemukan, kedua bayi manusia itu sudah berusia kanak-kanak. Namun
mereka tidak menunjukkan kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh anak-
anak. Mereka tidak mampu mengucapkan kata-kata, kecuali suara auman,
layaknya seekor serigala. Mereka juga jalan merangkak, dan makan dengan
cara menjilat. Giri serinya paling pinggir tampak lebih runcing menyerupai
taring serigala. Setelah dikembalikan ke lingkungan masyarakat manusia,
ternyata kedua anak-anak hasil asuhan serigala tersebut tidak dapat
menyesuaikan diri dan akhirnya mati.2
Itulah betapa pentingnya pembinaan terhadap anak, jika orang tua lalai
akan kewajibannya ini, maka siapa lagi yang akan mendidik anak, siapa lagi
yang akan mengarahkan anak-anak kepada jalan yang seharusnya mereka
lewati. Jika anak-anak tidak mendapatkan perhatian dan hanyut dalam
pergaulan bebas, maka bahaya akan narkoba, seks bebas dan penyelewengan-
penyelewengan lainnya akan menghampiri anak-anak yang tidak kukuh secara
psikologis karena tidak pernah mendapatkan pembinaan dan arahan dari orang
tua mereka.

2
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008)., h. 55

PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 5

Delinkuensi anak-anak sebagai salah satu problem sosial sangat


mengganggu keharmonisan, juga keutuhan segala nilai dalam kebutuhan dasar
kehidupan sosial. Dalam kenyataannya delinkuensi anak-anak atau kenakalan
remaja merusak nilai-nilai moral, nilai-nilai susila, nilai-nilai luhur agama dan
beberapa aspek pokok yang terkandung di dalamnya, serta norma-norma
hukum yang hidup dan bertumbuh di dalamnya baik hukum tertulis maupun
hukum yang tidak tertulis. Di samping nilai-nilai dasar kehidupan sosial, juga
kebutuhan dasar kehidupan sosial tidak luput dari gangguan delinkuensi anak-
anak. Secara materiil, masyarakat maupun perseorangan kerap kali terpaksa
harus menerima beban kerugian. Hal ini seiring dengan hal-hal immateriil,
masyarakat, maupun perseorangan merasa tidak aman, ketenteraman mereka
terganggu, dan kedamaian nyaris tidak terwujud.3
Jika nilai-nilai moral sudah tidak dipahami dan diterapkan dengan
baik oleh generasi muda, maka akan menjadi masalah besar dalam
perkembangan zaman kelak. Bahkan generasi yang jenius pun tidak akan
pernah berarti jika mereka tidak mempunyai kepribadian yang baik dan
mampu menjadi penerus pembangunan.

D. Penyelesaian Konflik dalam Keluarga dengan Psikologi Keluarga

Konflik memiliki definisi pertentangan yang cukup keras. Penyebab


konflik merupakan adanya komunikasi yang tidak efektif antara beberapa
pihak. Konflik dipicu karena adanya perbedaan pola pikir, kepentingan, nilai
dan tujuan, perbedaan lainnya yang tidak mampu dinegosiasikan dan
diselesaikan dengan mudah.
Konflik keluarga pun juga merupakan adanya pertentangan antara anggota
anggota keluarga baik itu antar suami istri, orang tua dengan anak, atau
lainnya dengan saling menyerang dengan kata kata, bahasa tubuh atau
perilaku, berlaku kaku atau tegang, permusuhan, bahkan perceraian dalam
rumah tangga. Bentuk konflik dalam keluarga pun bermacam maca mulai dari
konflik hubungan perkawinan, konflik ekonomi, konflik, pekerjaan, konflik
yang berasal dari tingkah laku anak, konflik urusan rumah tangga, dan
lainnya.
Konflik dalam keluarga bisa terjadi dikarenakan keterbatasan kemampuan
diri untuk menyesuaikan diri, mengatasi masalah, dorongan emosional yang
terlalu tinggi, dan lainnya. Konflik yang terjadi terus menerus dapat
berdampak pada krisis keluarga yang semakin parah sampai pada perceraian,
kekerasan rumah tangga, gangguan mental anggota keluarga, dan lainnya.

Perbedaan Konflik Keluarga dan Lingkungan

Berbeda dengan konflik di lingkungan yaitu diluar keluarga. Hal yang


membedakan antara konflik keluarga dan lingkungan adalah aspek intensitas,
aspek durasi, dan aspek kompleksitas. Keluarga merupakan bagian yang

3
Sudarsono, Etika Islam tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005)., h. 1

PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 6

paling dekat dengan individu sehingga adanya konflik dalam keluarga bisa
memicu intensitas dan durasi stres yang jauh lebih lama, lebi hmembekas, dan
lebih terasa berat.
Dalam keluarga konflik yang sering terjadi berkaitan dengan anak. Fase
anak yang paling beresiko besar terjadinya konflik dengan keluarga yaitu pada
saat anak berada di usia remaja, dimana mereka mulai tidak nyaman dengan
peraturan rumah, terbawa pengaruh teman – temannya, memimpikan
kebebasan, dan lainnya. Konflik semacam ini cukup krusial yakni apabila
orang tua tidak bisa memahami dan menyelesaikan masalah, maka dapat
berdampak pada buruknya tumbuh kembang anak ke arah negatif.
Penyelesaian konflik yang bisa dilakukan orang tua dalam hal ini adalah
menggunakan fungsi keluarga yang berarti melindungi, berkomunikasi,
berkompromi, mengalah, dan mengantisipasi setiap respon yang terjadi.
Penyelesaian konflik yang konstruktif akan berdampak positif bagi anak.
Seberat apapun konflik yang terjadi di dalam keluarga, tempat terakhir yan
gmereka tuju adalah keluarga.
Rasa nyaman dan cinta setiap anggota keluarganya mengalahkkan rasa
amarah dan permasalahan yang ada, sehingga apabila hubungan baik bisa
dijalin secara konstruktif kembali, hal tersebut tidak akan bermasalah bagi
perkembangan individu.
Berbeda, apabila sikap penyelesaian masalah yang dilakukan bersifat
destruktif, dampak yang ditimbulkan bisa jadi negatif. Dampak negatif inilah
yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan anak terkait perilaku, gaya
bicara, cara berfikir dan bersikap, dan lainnya. Dampak fungsi pembinaan
yang buruk tersebut akan menghasilkan seorang individu yang buruk juga di
dalam kehidupan bermasyarakat.
Psikologi keluarga disini memiliki fungsi agar orang tua lebih bisa
memahami , lebih bisa berfikir dan berperilaku tenang dalam menghadapai
konflik. Orang tua memiliki peran untuk menimbang nimbang atau
memprediksi dampak buruk yang mungkin terjadi sehingga tidak sampai hal
tersebut terjadi.
Psikologi keluarga memprioritaskan hubungan antar individu terjalin
harmonis, komunikasi yang interaktif dan efektif, dan juga cara berperilaku
yang adaptif. Jika setiap keluarga mampu mengimplementasikan psikologi
keluarga ini, maka kedamaian dan kesejahteraan dalam keluarga akan bisa
dicapai dengan mudah.
Di berbagai belahan dunia dengan beragam budaya dan sistem sosial,
keluarga merupakan unit sosial penting dalam bangunan masyarakat. Keluarga
merupakan warisan umat manusia yang terus dipertahankan keberadaannya
dan tidak lekang oleh perubahan zaman. Berbagai perubahan oleh faktor
perkembangan zaman tentu saja memengaruhi corak dan karakteristik
keluarga, namun substansi keluarga tidak terhapuskan. Pada beberapa negara
isu tentang kemerosotan nilainilai keluarga memang mengemuka.
Meningkatnya angka perceraian dianggap sebagai salah satu indikasi dari
merosotnya nilainilai keluarga ini. Kasus perceraian di Indonesia,
sebagaimana dipaparkan dalam laman Direktorat Jenderal Badan Peradilan

PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 7

Agama MA (www. badilag. net) juga mengalami tren peningkatan. Pada tahun
2007 jumlah perceraian yang diputus oleh pengadilan agama sebanyak
167.807 kasus, meningkat menjadi 213.960 kasus pada tahun 2008, dan
223.371 kasus pada tahun 2009. Selain itu terungkap pula data bahwa lembaga
keluarga tidak se lalu menjadi tempat yang baik bagi perkembangan anak. Hal
ini terlihat dari meningkatnya jumlah kekerasan anak yang dilakukan oleh
orang terdekat, termasuk keluarga.
Keluarga merupakan arena utama dan pertama untuk melakukan interaksi
sosial dan mengenal perilaku-perilaku yang dilakukan oleh orang lain. Juga
keluarga sebagai tonggak awal dalam pengenalan budaya-budaya masyarakat
dalam mana anggota keluarga belajar tentang pribadi dan sifat orang lain di
luar dirinya. Karena itu keluarga merupakan wadah yang memiliki arti penting
dalam pembentukan karakter, hubungan kekerabatan, sosial dan kreativitas
para anggotanya. Karena itu sangat menarik untuk dikaji urgensitas keluarga
ini dalam berbagai dimensinya baik oleh para ilmuwan maupun para praktisi.

E. Pendidikan Keluarga

Keluarga masa kini berbeda dengan keluarga zaman dulu .dalam ikatan
keluarga ,orang-orang yang mengalami pergolakan dan perubahan yang hebat
,khususnya mereka yang hidup di kota. Apabila ditinjau keluarga-keluarga di
daerah yang belum mengalami maupun menikmati hasil kemajuan teknologi,
kemajuan dalam dunia industri dan sebagainya, maka gambaran mengenai
ikatam dan fungsi keluarga yang berada di tengah segalah kemegahan
materi.[1]
Anak pada masa bayi sampai sekolah memiliki lingkungan tunggal, Yaitu
keluarga. Makanya tidak mengheran kan jika Gilbert Highest menyatakan
bahwa kebiasaan yang dimiliki anank-anak sebagian besar terbentuk oleh
pendidikan keluarga. Sejak bangundari tidur hingga saat akan tidur kembali,
Anak-anak kenerima pengaruh dan pendidikan keluarga (Gilbert Highest,
1961).
Bayi yang baru lahir merupakan mahluk yang tidak berdaya, namun ia
dibekali oleh bebagai kemampuan yang bersifat bawaan, Disini terlihat oleh
berbagai aspek yang kontradiktif. Disatu pihak bayi bayi berada dalam kondisi
tanpa daya, Sedang dipihak lain bayi mempunyai kemampuan untuk
berkembang (exploratif). Tetapi menurut Walter Houston Clark,
Perkembangan bayi tidak dapat berlangsung secara normal tanpa adanya
interfensi dari luar, Walaupun secara alami ia memiliki potensi bawaan.
Seandai nya bayi dalam pertumbuhan dan perkembangan nya hanya
diharapkan menjadi manusia normal sekalipun, Maka ia memerlukan berbagai
persyaratan tertentu serta pemeliharaan yang berkesinambungan
(W.H.CLrak,1964).
Dua ahli psikologi prancis bernama Itar dan sanguin pernah meniliti anak-
anak asuhan srigala.Mereka menemukan dua oarang bayiyang dipelihara oleh
seklompok srigala disebuah gua, Ketika ditemukan, kedua bayi manusia itu
sudahberusia kanak-kanak. Namun, Kedua bayi tersebut tidak menunjukkan

PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 8

kemampuan yang seharus nya dimiliki manusia pada usia kanak-kanak. Tak
seorangpun diantara keduanya mampu mengucapakan kata-kata, kecuali
aungan sekor srigala.Keduanya juga berjalan merangkak dan makan dengan
cera menjilat.Dan terlihat pertumbuhan gigi serinya paling pinggir lebih
runcing menyerupai taring srigala.Setelah dikembalikan kelingkungan
masyarakat mnusia, ternyata kedua anak-anak hasil asuhan srigala tak dapat
menyesuikan diri, dan akhir nya mati.
Kondisi seperti itu tampak nya menyebabkan manusia memerlukan
pemeliharaan, Pengawasan dan bimbingan yang serasi dan sesuai agar
pertumbuhan dan perkembangan dapat berjalan baik dan benar. Manusia
memang bukan mahkluk yan instintik secara utuh, Sehingga ia tidak mungkin
berkembang dan tumbuh secara instingtif sepenuh nya. Makanya menurut
W.H. Clrak, bayi memerlukan persyaratan-persyaratan tertentupengawasan
serta pemeliharaan terus menerus sebagai latihan dasar dalam pembentukan
dasar dalam pembentukan kebiasaan dan sikap-sikap tertentu agar ia memiliki
kemungkinanuntuk berkembang secara wajar dalam kehidupan dimassa
depan.
Keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidikan yang
pertama dan pendidiknya adalah kedua orang tua.Orang tua adalh pendidik
kodrati.Mereka pendidik bagi ank-anaknya karena secara kodrat ibu dan ayah
diberikan anugrah oleh tuhan penciptaberupa naluri orang tua. Karena naluri
ini,timbul kasih sayangpara orang tua terhadap anak mereka, sehingga secara
moral kedua nya merasa terbeban tanggung jawab untuk memelihara,
mengawasi ,melindungi, serta membimbing keturunan mereka.
Sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku
penerus keturunan saja. Dalam bidang pendidikan , keluarga merupakan
sumber pendidikan utama, karena segala pengetahuan dan kecerdasan
intelektual manusia diperoleh pertama dari orang tua dan anggota keluarganya
sendiri. Keluarga merupakan produsen dan konsumen sekaligus, dan harus
mempersiapkan dan menyediakan segala kebutuhan sehari-hari seperti
sandang dan pangan. Setiap anggota keluarga dibutuhkan dan saling
membutuhkan satu sama lain, masing-masing anggota keluarga mempunyai
peranan yang penting dalam roda kehidupan serta dibutuhkan oleh anggota
lain.[2]
Fungsi pendidikan sudah diserahkan pada lembaga-lembaga pendidikan
seperti sekolah-sekolah, sehinggah tugas orang tua dalam hal
memperkembangkan segi intelek anak menjadi jauh lebih ringan. Akhirnya
kesatuan keluarga hanya dianggap sekedar proforma saja, hubungan antar
pribadi makin jauh dan melemah, sehiggah akhirnya arti pribadi mengalami
perubahan. Beberapa kebutuhan dasar individu sebagai suatu pribadi, dengan
cara pandang hidup individualis tidak terpenuhi. Karena itu dapat
menimbulkan frustasi.
Dasar kepribadian seseorang terbentuk sebagai hasil perpaduan antara
warisan sifat-sifat, bakat-bakat orang tua dan lingkungan dimana ia berada dan
berkembang. Disinilah orang tua berperan dalam hal mencari lingkungan dan
memilih lingkungan yang dapat membantu menguatkan dasar hati nurani

PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 9

anak. Tahap demi tahap anak dilepaskan kedalam lingkungan yang lebih luas
dan lebih banyak pengaruhnya.
Dalam bimbingan orang tua terhadap anaknya, jelas terlihat arti hubungan
orang tua dan sumbangan nya secara tidak langsung bagi kepentingan umum
dan tercapainya masyarakat yang aman dan sentosa. Berbagai macam masalah
umum tidak akan menjadi masalah dan tidak akan menyebabkan penderitaan
bila ditangangi seawal mungkin, yakni penangan masalah dalam keluarga
masing-masing.

PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 10

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Keluarga merupakan suatu sarana untuk mencapai keharmonisan hidup.
Untuk mencapainya, sangat dibutuhkan keteraturan didalam struktur keluarga.
Karena keluarga adalah rumah yang paling indah dalam suatu kehidupan. Maka
dari itu dapat disimpulkan keluarga merupakan makhluk sosial karakteristik
tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi
(Murdock, 1965). Meskipun bersifat struktural akan tetapi memiliki makna yang
universal.

Selain itu keluarga juga merupakan tempat yang penting bagi perkembangan anak
secara fisik, emosi, spiritual, psikis dan social. Karena keluarga sebagai sumber
bagi kasih sayang perlindungan dan identitas bagi anggotanya. Dan keluarga
harus menjalankan fungsi yang penting bagi keberlangsungan dari generasi
kegenerasi dengan baik.

SARAN
Demikianlah makalah yang kami buat, apabila ada kekurangan dalam
penulisan maupun penyusunan makalah ini mohon dimaklumi. Kritik dan saran
yang membangun masih kami harapkan guna penyusunan makalah yang lebih
baik untuk selanjutnya. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
yang membaca dan pembuatnya, Aamiin!

PENGANTAR PSIKOLOGI
AGUSWANDI S.Sos, M.I.Kom 11

DAFTAR PUSTAKA

Sri Lestari. 2012. Psikologi Keluarga. Jakarta. Kencana


Riadi, Muklisin. 2012. Pengertian Keluarga. Jakarta
Ali Ashraf, Horison..Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus.1993
Gunarsa Singgih,D.Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta:Gunung Mulia.2009
Hasan Chalijah. Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya: Al Ikhlas.1994
Jalaludin.Psikologi Agama. Jakarta: PT Rajawali Grafindo.2005
Prof.Dr.H Jalaludin.Psikologi Agama. Jakarta: rajawali Pers.2004
Jurnal Prof. Dr. H.Ulfah, M.Si UIN Sunan Gunung Djati 2017
Jurnal Sri Lestari Universitas Muhammadiyah Surakarta 2012
Dra.Ny.Singgih . Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia 2009
ChalijahHasan.Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya: Al Ikhlas 1994
HorisonAli Ashraf. Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus 1993

PENGANTAR PSIKOLOGI

Anda mungkin juga menyukai