Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS KENAKALAN REMAJA

Mei 26, 2009 oleh utamiannastasia

ABSTRAK

Anak remaja yang dalam tahap transisi, membutuhkan peran orang tua dalam kehidupannya. Hal ini

dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi tingkah laku para remaja yang dapat menjerumuskan

para remaja kedalam pergaulan bebas dengan tindakan kenakalannya. Tujuan dari penulisan ini yaitu

untuk mengetahui pola komunikasi remaja dan identitas remaja yang dapat mempengaruhi kenakalan

remaja, dan berbagai macam bentuk kenakalan remaja. Dengan pola komunikasi yang searah dengan

orang-orang disekitar para remaja dan pembentukan identitas remaja yang baik, remaja dapat

terhindar dari tindakan-tindakan yang melanggar aturan dan norma kehidupan.

RINGKASAN

Di dalam kehidupan, remaja dapat dikenali dari pola komunikasi yang unik dan khas. Ungkapan yang

mereka gunakan terkadang menurut pandangan orang-orang dewasa tanpa aturan dan menyimpang

dari kaidah berbahasa. Pola komunikasi yang berbeda menyebabkan proses komunikasi mengalami

distorsi. Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam perjalanan hidup seorang remaja

adalah pembentukan identitas remaja. Salah satu pembentuk identitas remaja adalah tata nilai, yang

membentuk pola hidup, tingkah laku, dan sebagai landasan moral maupun spiritual dalam melakukan

interaksi, sehingga menciptakan remaja yang berkepribadian, dan memliki budi pekerti yang luhur.

Kenakalan remaja bukanlah masalah yang terjadi begitu saja. Banyak faktor, baik internal maupun

eksternal yang menjadi pemicunya. Dalam hal ini peran orang tua sangat dibutuhkan untuk

mengawasi seorang anak remaja dalam bersikap. Kewajiban utama orang tua adalah memberikan

keteladanan hidup yang terpuji kepada anak remajanya sehingga mereka dapat menyaksikan

kejujuran dan kesalehan hidup di dalam diri orang tuanya.

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Fase remaja adalah masa penuh gairah, semangat, energi, dan pergolakan. Seorang anak tidak saja

mengalami perubahan fisik tetapi juga psikis. Semua ini mengakibatkan perubahan status dari anak-

anak menjadi remaja. Ada kebanggaan, karena sebagai remaja status sosial mereka berubah,

keberadaan atau eksistensi mereka harus selalu diperhitungkan. Tetapi, ada juga kebingungan,

kegelisahan, kecanggungan, kegaulan, dan teenage clumsinees1karena perubahan hormonal

menyebabkan mereka mengalami pertarungan identitas.


Selain itu, remaja umumnya sudah mampu memahami logika dan konsekuensi dari sebuah tindakan

logis. Pola berpikir logis membuat mereka selalu menuntut alasan dibalik sebuah tindakan. Itulah

sebabnya, para remaja seringkali diberi label sebagai kelompok yang suka menentang.

Perkembangan kemampuan intelektual mendorong para remaja berani membangun diskusi tentang

ide atau gagasan bersama kelompoknya. Kemampuan berdiskusi merupakan penuntun para remaja

untuk mengidntifikasi perbedaan pendapat, menguji argumentasi, dan menegaskan sebuah tindakan.

Mereka mengembangkan kemampuan untuk membentuk kelompok teman sebaya atau kelompok-

kelompok kecil yang sifatnya lebih tertutup.

Ketakutan dan kecemasan sebagian besar para remaja adalah saat mereka melewati fase remaja

mereka dengan sukses, dengan aman tanpa cedera yang berarti. Namun, hal yang menggembirakan

adalah bahwa sebagian besar dari mereka sebenarnya mampu melewati dunia kedewasaan meski

tertatih-tatih penuh kelelahan.

Di Indonesia, karena perubahan tersebutlah remaja selalu dikaitkan dengan kenakalan. Kelompok

mereka seakan-akan tidak bisa lepas dari kenakalan sehingga selalu menjadi target orang-orang

dewasa untuk dipersalahkan. Padahal, belum tentu seluruh kenakalan mereka akibat inisiatif mereka

sendiri, melainkan karena situasi dan kondisi yang mendorong mereka melakukan kenakalan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas ada beberapa aspek masalah yang akan dibahas, yaitu :
1. Bagaimanakah pola komunikasi remaja sehingga menyebabkan kenakalan remaja terjadi?
2. Bagaimanakah peran orang tua dalam pembentukan identitas remaja?
3. Bagaimankah bentuk kenakalan remaja?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah

1. Mengetahui pola komunikasi remaja sehingga kenakalan yang terjadi pada remaja dapat
terhindarkan
2. Mengetahui peran orang tua dalam pembentukan identitas remaja
3. Mengetahui bentuk kenakalan remaja

1.4 Manfaat

Manfaat dari penulisan ini adalah memahami penyebab kenakalan remaja dan bentuk-bentuk

kenakalan remaja yang biasa terjadi di lingkungan sekitar, agar para remaja yang berada dalam masa

transisi dapat dilakukan pengawasan terutama oleh orang tua sehingga para remaja tersebut tidak

terjerumus dalam pergaulan bebas yang dapat memengaruhi masa depan mereka, dan juga sebagai

referensi dan pertimbangan bagi pembaca yang ingin membuat suatu karya tulis yang berhubungan

dengan permasalahan ini,.


BAB III

POLA KOMUNKASI REMAJA

Remaja bisa dikenali dari pola komunikasinya yang unik dan khas. Unsur yang membuat pola

komunikasi mereka unik dan khas adalah ungkapan dan terminologi yang mereka gunakan acapkali

menurut pandangan orang-orang dewasa tanpa aturan dan menyimpang dari kaidah berbahasa.

Pandangan ini tidak sepenuhnya salah meskipun tidak seluruhnya benar karena seringkali para remaja

menggunakan terminologi, bahasa komunikasi, atau tata bahasa yang sulit dipahami oleh orang lain

di luar komunitas mereka.

Pola komunikasi yang berbeda antara anak-anak remaja dengan orang sekitarnya terutama orang tua

dapat menyebabkan proses komunikasi mengalami distorsi, padahal komunikasi adalah inti dari relasi

interaksi antar orang tua dengan anak-anak remaja. Jikalau para remaja menemukan keamanan dan

kenyamanan berdiskusi dengan orang tuanya, hal ini lebih baik daripada mereka mencari informasi di

luar rumah. Oleh sebab itu para remaja sebenarnya menginginkan hubungan yang akrab dan intim

dengan orang tuanya, meskipun dalam penampilannya tampaknya mereka seringkali acuh tak acuh

dengan orang tua atau orang-orang di sekelilingnya.

Menurut Surbakti, 2008 terdapat tiga fungsi utama komunikasi antara anak remaja dengan

lingkungan sekitarnya, yakni:

1. Menyampaikan pesan

Tujuan komunkasi antara ank remaja dengan orang-orang disekitarnya adalah menyampaikan pesan,

baik anak sebagai penerima pesan dan orang-orang sekitanya sebagai pemberi pesan ataupun

sebaliknya. Cara yang paling efektif untuk menyampaikan pesan antara keduanya adalah melalui

komunikasi tatap muka. Kelebihan komunikasi tatap muka adalah langsung mengetahui reaksi

penerima pesan pada saat pesan disampaikan. Kelemahanya, mudah mengundang konflik jika tudak

dikendalikan dengan baik.

1. Menerima Pesan

Selain menyampaikan pesan, komunikasi juga bertujuan menerima pesan. Dalam proses komunikasi

anak-anak remaja dan orang di sekitanya secara bergantian menjadi objek (receiver) dan subjek

(sender) komunikasi. Syarat utama menjadi penerima pesan (receiver) adalah kesediaan untuk

mendengarkan. Minimnya kesediaan untuk mendengarkan pesan menyebabkan pesan tidak mencapai

sasaran yang diinginkan.


1. Isi
Gambar : Perbedaan Pola Komunikasi Orang Tua dengan Remaja

Banyak orang yang kesulitan berkomunikasi dengan anak-anak remaja karena tidak saling memahami

pola komunikasi yang sedang mereka gunakan. Terkadang mereka saling mempertahankan pola

komunikasinya masing-masing. Remaja sedang berada dalam taraf pencarian identitas,

pengembangan, dan coba-coba. Ketidakstabilan remaja tampak dari perilaku mereka yang mudah

terinfeksi oleh berbagai pola komunikasi yang menurut mereka menarik meskipun belum tentu

bermanfaat bahkan membingungkan orang lain termasuk orang tua mereka sendiri.

Pola komunikasi remaja umumnya penuh dengan dinamika, terkadang

disertai sinisme atau sarkasme[1] terhadap situasi hidup sehari-hari. Istilah-istilah yang mereka

gunakan acapkali yang semakin hari semakin timpang atau karena mereka merasakan sendiri

betapa mereka mendapat tekanan dari sstem yang mengatur kehidupan mereka sebagai remaja yang

semakin hari semakin berat dan mengekang kebebasan mereka. Untuk melampiaskan kekesalan atau

tekanan tersebut, mereka acapkali menggunakan simbol-simbol komunikasi yang keluar dari aturan

berbahasa.

BAB II

PERAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN REMAJA

Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam perjalanan hidup seorang remaja adalah

pembentukan identitasnya. Aspek ini merupakan titik paling kritis bagi setiap remaja karena pada

masa remaja, mereka ragu dalam menentukan identitasnya. Salah satu identitas diri yang harus

dimiliki oleh setiap remaja adalah tata nilai. Melalui sistem tata nilai yang dianutnya, seorang remaja

mengungkapkan siapa, mengapa, dan bagaimana dia sebagai sosok pribadi. Dapat dikatakan, setiap

remaja adalah pribadi yang unik dan khas sehingga memiliki identitas atau tata nilai yang belum tentu

sama dengan identitas atau tata nilai yang dianut remaja lain.

Sistem tata nilai sebagai identitas remaja merupakan pengajaran melalui pembelajaran, pengalaman,

atau peniruan sehingga selalu terbuka kemungkinan kekeliruan atau pemahaman lain. Tata nilai

sebagai salah satu identitas remaja mengatur pola hidup, tingkah laku ke dalam maupun ke luar,

sekaligus sebagai landasan moral maupun spiritual dalam melakukan interaksi, menata hidup,

melakukan perenungan hidup, menciptakan remaja yang berkepribadian, dan memiliki budi pekerti

yang luhur. Seorang remaja haruslah senantiasa mempertimbangkan banyak aspek, seperti:

kepatutan sosial, etika, moral, norma-norma, tidak menimbulkan pertentangan, memperbaiki tat nilai

yang ada, mempertimbangkan budaya dan nilai-nilai lokal dalam menerapkan tata nilai yang baik

karena tata nilai merupakan falsafah hidup.


Tata nilai seorang remaja terbentuk oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor-faktor

internal adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, kakak, atau adik. Faktor-faktor eksternal

adalah semua faktor di luar keluarga inti misalnya, budaya, agama, sekolah, lingkungan, atau

ideologi.

Menurut Surbakti, 2008 terdapat tiga kemungkinan yang paling sering dihadapi remaja terhadap

sistem tata nilai yang dianutnya, yakni:

1. Tata nilainya lebih baik ketimbang di luar dirinya

Jika tata nilai yang dianut seorang remaja lebih baik daripada di luar dirinya, remaja tersebut dapat

menjadi contoh yang baik bagi komunitasnya.

1. Tata nilai sama dengan di luar dirinya

Jika tata nilai yang dianut seorang remaja sama dengan di luar dirinya, secara umum tidak terjadi

benturan. Artinya dia dapat melanjutkan tata nilai yang dianutnya .

1. Tata nilainya lebih buruk ketimbang di luar dirinya

Jika tata nilai yang dianutnya berbeda atau lebih buruk daripada di luar dirinya, seorang remaja akan

mengalami guncangan hebat. Ada dua kemungkinan yang dapat dilakukannya, yakni:

1. Bertahan pada sistem tata nilai yang dianutnya dengan konsekuensi ia akan tersisih dari
lingkungannya.
2. Mengadopsi tata nilai baru yang lebih baik dan meninggalkan tata nilai lama yang lebih
buruk.

Keluarga merupakan tempat pembentukan tata nilai yang paling berpengaruh terhadap remaja. Apa

yang dimunculkan seseorang pada masa remaja adalah hasil pembentukan tata nilainya sejak masa

kanak-kanak. Dalam hal ini, kedua orang tua adalah individu yang paling bertanggung jawab terhadap

pembentukan tat nilai tersebut. Melalui orang tua seorang remaja belajar tentang etika, moral,

norma-norma, budaya, kejujuran, saling menghormati, saling menghargai, tau saling menolong.

Tetapi melalui orang tua juga seorang remaja belajar tentang kecemasan, kemarahan, ketidakjujuran,

egoisme, dan perilaku buruk lainnya.

Ayah merupakan panutan dalam merancang sistem interaksi sosial bagi anak-anaknya. Ayah adalah

figur kekuatan di dalam keluarga. Ia merupakan simbol wibawa dan kedaulatan keluarga. Personifikasi

dirinya mendorong keberanian anggota keluarganya untuk menantang berbagai persoalan hidup.

Tetapi, terkadang ayah mampu memainkan perannya secara sempurna tanpa pernah melakukan

kesalahan. Kesalahan yang seringkali dilakukan seorang ayah adalah bertindak otoriter, sering

tergesa-gesa, malu mengakui kelemahannya atau melanggar peraturan yang ia tetapkan sendiri. Ibu
berperan sebagai pengasuh yang memberikan rasa nyaman bagi anak remajanya. Ibu merupakan

penerjemah utama sifat, dan kepribadian. Pengaruh ibu sangat besar terhadap pembentukan persepsi

anak-anak tentang kehidupan.

BAB III

BENTUK KENAKALAN REMAJA

Dunia remaja selalu membuat kebayakan orang tua pusing kepala. Para remaja selalu ingin tahu

sampai batas mana mereka diperbolehkan melanggar aturan. Secara tidak langsung, orang tua yang

lemah dan ragu-ragu dalam menghadapi tingkah laku anak-anaknya akan mendorong anak remajanya

menuju ke jurang kehancuran. Perlu sikap tegas dalam mendidik remaja. Tetapi, perlu diperhatikan

bahwa ketegasan tidak identik dengan kemarahan yang disertai kekerasan dan pengniayaan.

Hal yang tidak boleh diabaikan adalah bahwa kenakalan remaja tidaklah berdiri sendiri dan terjadi

secara tiba-tiba, melainkan melalui proses. Di dalam proses tersebut, banyak unsur yang terlibat yang

membentuk mentalitas remaja. Dalam hal ini, orang tua adalah unsur yang paling penting yang

membentuk identitas remaja. Dengan demikian, kekalan remaja tidak mungkin dilepaskan dari peran

orang tua sebagai mesin pemroses utama pembentukan mentalitas, karakter, atau kepribadian

remaja. Anak remaja memasuki dunianya dengan bekal pendidikan yang dipersiapkan selama

bertahun-tahun oleh orang tua. Namun, pada suatu tahapan tertentu dalam masa keremajaan

mereka, para remaja seakan-akan sedang memasuki tahap tertentu yang membuat mereka enggan

berbicara dengan siapa pun sehingga diam dalam proses komunikasi.

Beberapa bentuk kenakalan remaja yang sering terjadi dalam kehidupan adalah sebagai berikut.

1. Penentangan

Persamaan sifat seluruh remaja di dunia, yakni cenderung menentang otoritas orang tua. Transisi

menuju kebebasan yang lebih besar pada masa remaja sangat bergantung pada sikap dan kerelaan

orang tua. Penegakan disiplin diperlukan, tetapi harus disertai dengan kesabaran dan argumentasi

rasional. Inti dari pemberontakan remaja adalah ingin mendapatkan kemerdekaan, pengakuan

eksistensi, dan perhatian orang tua.

1. Perkelahian

Salah satu ciri khas remaja adalah membuktikan eksistensinya di dalam komunitasnya. Remaja laki-

laki selalu dipersepsikan dengan kekuatan dan keberanian, banyak remaja laki-laki yang terobsesi

menjadi “hero” dengan menunjukan keberanian terutama dalam bentuk perkelahian. Semangatnya

bagus, namun pelaksanaanya keliru.


1. Narkoba

Remaja banyak yang terlibat dalam peredaran obat-obatan terlarang mulai dari obat-obat psikotropika

sampai narkoba, sebagai pemakai ataupun pengedar. Sebenarnya para remaja hanyalah korban

permainan orang-orang dewasa yang ingin mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan

mengorbankan mereka.

1. Tindak Kriminal
Pada banyak kota besar di Indonesia tiada hari tanpa perkelahian anak-anak pelajar remaja. Bahkan
banyak pelajar remaja sudah terlibat perbuatan kriminal berat, seperti penodongan, penganiayaan,
pemerasan, perampasan, pemerkosaan, pelecehan, dan pembuunuhan.

Melalaikan Tanggung Jawab

Melalaikan tanggung merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja yang paling umum. Mereka
cenderung mengabaikan atau menghindar dari segala sesuatu yang berkaitan dengan kewajiban, apalagi
jika kewajiban tersebut terasa memberatkan, namun menuntut dengan tegas hak mereka.

Kemalasan

Para remaja tampaknya erat sekali dengan kemalasan. Banyak remaja yang malas mengurus diri mereka
sendiri termasuk mengurus lingkungannya.

Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam pembentukan watak dan tata nilai anak remaja yang kelak
menjadi identitasnya. Bagaimanapun, anak remaja mempunyai ciri khas masing-masing yang berbeda
dengan yang lain. Meskipun tampaknya anak-anak remaja acuh dengan segalanya, namun mereka tetap
peka dengan berbagai perubahan di sekelilingnya, apalagi perubahan tersebut menyangkut kepentingan
mereka.

BAB VI

Kesimpulan

Perbedaan pola komunikasi antara remaja dengan orang-orang di sekitarnya, terutama orang tua akan
menyebabkan terjadinya kenakalan remaja. Dalam hal ini, peran orang tua sangat diperlukan. Begitu
pula dengan pembentukan identitas remaja. Setiap remaja memiliki pribadi yang berbeda dengan
remaja lainnya. Oleh karena itu, dalam masa pembentukan identitas diri, orang tua dijadikan sebagai
motivator dalam kehidupan mereka. Kesalahan dalam mendidik remaja, akan menyebabkan kenakalan
terjadi, seperti penganiayaan, penentangan, perkelahian, narkoba, pemerkosaan, tindak kriminal, dan
sebagainya.

Daftar Pustaka

Baharuddin. 2007, Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena. Ar-ruzz:: Jogjakarta.

Boeree, George C. 2008, General Psychology: Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognisi, Emosi, dan
Perilaku, Prima Shopie: Jogjakarta.

Gunarsa, Singgih D. 2002. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: PT BPK gunung Mulia.
Surbakti, E. B. 2008. Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja. Jakarta: PT elex Media
Komputindo.

Suryabrata, Sumadi. 2008, Psikologi Kepribadian, Ar-ruzz: Jakarta

BUDIMN'S BLOG

Top of Form

Bottom of Form
(MAKALAH) Berbagai Upaya Untuk Mengatasi Masalah Kenakalan Remaja Yang Terjadi Di Masyarakat
Berdasarkan Perundang - Undangan

on March 06, 2017

BERBAGAI UPAYA UNTUK MENGATASI MASALAH KENAKALAN REMAJA YANG TERJADI DI MASYARAKAT
BERDASARKAN PERUNDANG -UNDANGAN

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu: LETKOL.INF. Drs. H. Djadjang

Disusun Oleh:

Anisa Nurhasanah 1503451 Sefty Fauzia Irhamni 1503645

Andi Suprayogi 1500546 Titi Misti 150000


Friskie Siti Alfiyah M 150000 Teguh Illahi Wahyu B 1500670

Jia Fajarisman 150000 Zia Nisa 1501142

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN JASMANI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2016

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, yang atas rahmat dan bimbingan-Nya
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Makalah ini merupakan hasil dari tugas mandiri bagi para mahasiswa, untuk belajar dan mempelajari
lebih lanjut tentang topik berbagai upaya untuk mengatasi masalah kenakalan remaja yang terjadi di
masyarakat berdasarkan perundang -undangan. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk
menumbuhkan proses belajar mandiri kepada mahasiswa, agar kreativitas dan penguasaan materi
kuliah dapat optimal sesuai dengan yang diharapkan.

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mengetahui tentang
berbagai penyebab kenakalan remaja serta dapat membentengi diri dan lingkungan pergaulannya dari
terjerumus ke dalam berbagai bentuk kenakalan remaja tersebut.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa menjadi sahabat dalam belajar untuk meraih
prestasi yang gemilang. Kritik dan saran dari dosen pengampu mata kuliah dan juga teman-teman
sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan dalam belajar pada masa mendatang.

Penyusunan karya tulis ini tak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

LETKOL.INF. Drs. H. Djadjang

Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya serta keridhoan-Nya kepada kita
semua , amin.
i

Penulis menyadari bahwa tugas karya tulis ini masih banyak memiliki kekurangan.Oleh karena itu segala
saran dan kritik yang membangun , penulis harapkan untuk kemajuan masa-masa mendatang.

Harapan penulis semoga penulis tugas karya tulis ini dapat diambil manfaatnya oleh pembaca.

Bandung, 11 Maret 2016

Penyusun
ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kenakalan remaja bukanlah merupakan suatu masalah yang baru muncul kepermukaan, tetapi masalah
ini sudah ada sejak berabad-abad yang lampau dan menjadi persoalan yang aktual hampir di semua
negara-negara di dunia, termasuk di Indonesia, dan masalah ini bukan hanya terjadi di wilayah
perkotaan bahkan sekarang sampai ke wilayah pedesaan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Romli Atmasasmita ( 1983 :23 ) bahwa : “Kenakalan adalah
suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang anak yang dianggap bertentangan dengan ketentuan-
ketentuan hukum yang bcrlaku di suatu negara yang oleh masyarakat itu sendiri dirasakan serta
ditafsirkan sebagai perbuatan tercela”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kenakalan merupakan suatu pengertian yang
memuat segi-segi juridis maupun segi-segi sosiologis. Selanjutnya pengertian remaja dikemukakan oleh
Zakiah Daradjat (1974:35) adalah:
“Remaja adalah usia transisi. Seseorang individu telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan
penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik
terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat.

Banyaknya masa transisi ini tergantung kepada keadaan dan tingkat sosial masyarakat dimana dia
hidup.

Semakin maju masyarakat semakin panjang usia remaja karena ia harus mempersiapkan

diri untuk menyesuaikan dalam masyarakat yang banyak syarat dan tuntutannya”.
Berdasarkan pada kenyataan ini, sangat dituntut peranan keluarga ataupun orang tua untuk
mengarahkan anak-anak remaja, sehingga tidak terjerumus kenakalan remaja. Disamping itu masyarakat
juga harus turut berpartisipasi untuk mencegah timbulnya kenakalan remaja karena adaiah kewajiban
setiap orang untuk ikut berpikir dan bertindak mengarahkan kehidupan para remaja untuk menjadi
orang yang berguna bagi bangsa dan ncgara. Dalam hal ini turut pula peranan pihak kepolosian sebagai
salah satu instansi yang paling berwenang dalam mengatasi dan mengantisipasi kenakalan remaja.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Kenakalan Remaja ?

2. Bagaimana upaya masyarakat dan pemerintah dalam mengatasi kenakalan remaja?

3. Bagaimana gejala-gejala yang muncul pada remaja yang terlibat kenakalan?

4. Perilaku apa saja yang merupakan kenakalan remaja?

C. TUJUAN

Pada dasarnya tugas ini dibuat sebagai wujud dari pertanggung jawaban kami atas tugas yang
diberikan oleh guru pengampu sebagai syarat untuk memenuhi aspek penilaian mata pelajaran PKN

D. MANFAAT

1. Memahami pengertian kenakalan remaja

2. Mengetahui penyebab kenakalan remaja dan gejala-gejala yang dapat memperlihatkan hal- hal
yang mengarah pada kenakalan remaja serta untuk memahami hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
menanggulangi kenakalan remaja.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Masa remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
Istilah adolensencemempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional
sosial dan fisik” (Hurlock, 1992 dalam Admin, 2012). Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat
yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Masa
remaja merupakan masa peralihan seperti yang dikemukakan oleh Calon (Monks, 1994 dalam Admin,
2012) “Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak”. Ditambahkan oleh Sri Rumini, 2004
(dalam Admin, 2012) “masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa”.
Masa remaja awal muncul setelah perkembangan dari masa pubertas dilewati. Nurkencana (1999)
menyebutkan “Masa remaja awal dimulai sekitar umur 12/13 tahun. Masa remaja ini berakhir pada usia
17/18 tahun. Istilah yang biasa diberikan bagi si remaja awal adalah Teenajers (anak usia belasan
tahun)”. Masa remaja ini dicirikan dengantimbulnya perubahan-perubahan berkaitan dengan tanda-
tanda kedewasaan fisik maupun fsikologis. Perubahan secara fisik sesungguhnya berpangkal pada
terbentuknya hormon seks dari kelenjar yang baru sehingga masa ini sebenarnya tidak mempunyai
tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

Timbulnya gejolak emosi dan ketidakseimbangan merupakan ciri perkembangan remaja.

Remaja diombang-ambingkan oleh munculnya kekecewaan dan penderitaan, meningkatnya konflik,


pertentangan-pertentangan dan krisis penyesuaian, impian dan khayalan, pacaran dan percintaan,
keterasingan dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan.

2.1.1.Pertumbuhan dan perkembangan masa remaja Awal

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua konsep berbeda namun sering disalah artikan.
Menurut Sunarto, 1991

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan
struktur secara biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil proses
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat.

Sementara perkembangan menurut schneirla, 1957(dalam sunarto, 1991) menyatakan,

Perkembangan merupakan perubahan-erubahan progresif dalam organisasi organisme, dan organisme


ini dapat dilihat sebagai sistem fungsional dan adaktif sepanjang hidupnya. Perubahan secara progresif
meliputi kematangan dan pengalaman.

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja awal dapat dibagi menjadi dua bagian yakni
pertumbuhan secara fisik dan perkembangan secara fsikologis, yang dapat dijelaskan sebagai berikut;

2.1.2.Pertumbuhan fisik

Pertumbuhan secara fisik merupakan proses yang dilalui pada masa remaja awal pada proses ini
remaja mengalami kejutan yang sangat besar terhadap kondisi fisik dirinya. Hurlock, 1992 (dalam Ali,
2006) menyatakan “Bahwa perubahan fisik tersebut, terutama

dalam hal perubahan yang menyangkut ukuran tubuh, perubahan proposisi tubuh, perkembangan ciri-
ciri seks primer, dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder. Pertumbuhan yang terjadi pada fisik remaja
dapat terjadi melalui perubahan-perubahan, baik internal maupun eksternal”. Yang dapat dijelaskan
sebagai berikut;

1. Perubahan Internal

Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak tampak dari luar. Perubahan ini
nantinya sangat mempengaruhi kepribadian remaja. Perubahan tersebut adalah:

a. Sistem Pencernaan

b. Sistem Peredaran Darah

c. Sistem Pernafasan

d. Sistem Endoktrin

e. Jaringan Tubuh

2. Perubahan Eksternal

Perubahan dalam tubuh seorang remaja yang mengalami datangnya masa remaja ini terjadi sangat
pesat. Perubahan yang terjadi, dapat dilihat pada fisik luar anak.

Perubahan tersebut ialah:

a. Tinggi Badan

b. Berat Badan

c. Proporsi Tubuh

d. Organ Seks/Ciri Seks Primer

2.1.3Perkembangan Psikologis

Perkembangan psikologis yang terjadi pada remaja didahului dengan pembentukan konsep diri,
perkembangan sosial yang dapat dijelaskan sebagai berikut;

· Pembentukan konsep diri

Pembentukan konsep diri individu memainkan peran pokok dalam pemilihan karir. Banyak perubahan
perkembangan dalam konsep diri tentang pekerjaan terjadi pada waktu remaja dan dewasa muda
(Super, 1967 dalam Ali, 2006). Pada usia 12-18 tahun, remaja mengembangkan gagasan tentang bekerja
yang berhubungan dengan konsep diri global yang sudah mereka miliki, fase ini disebut kristalisasi.
untuk memilih dan cocok dengan karir tertentu atau disebut stabilisasi.

· Perkembangan intelegensi
Intelegensi adalah konsep abstrak, yang diukur secara tidak langsung dan mencakup kemampuan verbal,
keterampilan memecahkan masalah, dan kemampuan belajar dan menyesuaikan diri terhadap
pengalaman hidup sehari-hari. Perkembangan intelegensi merupakan perkembangan yang dilalui oleh
remaja menuju proses kematangan.

· Perkembangan sosial

Nurkencana (1999) menyatakan ”Perkembangan sosial pada masa remaja awal ditandai dengan gejala
untuk melepaskan diri dari pengaruh orang tua, dan usaha untuk semakin mendekatkan diri dengan
teman sebayannya”. Perkembangan sosial pada masa ini cenderung membentuk prilaku remaja.
Pergaulan remaja banyak dihujutkan dalam kelompok-kelompok baik kecil maupun besar. Baik
kelompok besar maupun kelompok kecil masalah yang dihadapi remaja adalah

masalah penyesuaian diri. Remaja yang pandai menyesuaikan diri akan merasa percaya diri dan akan
mengembangkan kepribadiannya untuk dapat menambah kepopulerannya, sedangkan bagi remaja yang
tidak bisa menyesuaikan diri akan merasa tidak percaya diri, dikucilkan dan akan membenci anak yang
tidak mau menerimannya.

· Perkembangan seksual

Kematangan seksual pada masa rmaja awal mempunyai korelasi positif dengan perkembangan sosial
mereka. Dengan makin matangnya kelenjar seksual, maka makin kuatlah dorongan untuk mendekati
lawan jenis. Remaja pria mulai terdorong kuat untuk mendekati remaja putrid, sementara remaja putrid
akan menunjukan prilaku “penyerahan” bahkan keaktifan mendekati pendekatan lawan jenis. Beberapa
remaja telah mengalami hubungan-hubungan sosial yang bersifat hetroseksual seperti berdansa, kencan
(Andi Mapprare, 1982 dalam Nurkencana, 2006). Bagi remaja yang tidak dapat menyalurkan kodrat
seksualnya akan melakukan kebiasaan onani ataupun martubasi pada masa perkembangan ini.

2.2. Upaya Pencegahan Kenakalan remaja

2.2.1.Pengertian Kenakalan remaja

Kenakalan remaja merupakan salah satu prilaku menyimpang yang ditunjukan dari remaja. Pengertian
kenakalan remaja menurut para ahli meliputi;

M.Gold dan J.Petronio (dalam Weiner, 1980 : dalam Sarwono, 2006:205 menyatakan“Kenakalan remaja
adalah tindakan oleh seorang yang belum dewasa yang

sengaja melanggar hukum dan diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat
diketahui oleh petugas hukum bisa dikenakai hukuman”

Kartono (dalam Anonim, 2012:1) menyatakan “Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilahjuvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh
satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang
menyimpang”.
Santrock (dalam Anonim, 2012:1) menyatakan “Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai
perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.”

Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan kenakalan remaja merupakan fenomena
sosial yang ditunjukan oleh remaja dalam bentuk pengabean sosial atau penyimpangan sosial yang
melanggar hukum bentuk pelanggaran hukum, dilakukan dengan kesengajaan.

“Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses
perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya”(Tarumanegara,
2011). Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik,
psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-
konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya.
Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan
dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang
membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya.

2.2.2.Jenis Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja menurut Jesen 1986 (dalam Sarwono, 2006) dibagi menjadi empat jeni yakni;

1). Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain:Perkelahian, pemerkosaan,
perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.

2). Kenakalan yang menimbukan korban materi:perusakan, pencurian, perampokan, pembunuhan,


dan lain-lain.

3). Kenakalan yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat,
maupun hubungan seks sebelum menikah.

4). Kenakalan melawan status, misalnnya mengingkari status sebagai pelajar denngan cara
membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membatah perintah
mereka dan sebagainnya.Secara hukum perbuatan ini merupakan belum melanggar hukum namun yang
dilanggar adalah status-status dalam lingkungan primer (keluarga) dan sekunder (sekolah) akan tetapi
jika prilaku ini dilakukan sebagai kebiasaan sampai dibawa dewasa Jensen mengolongkan kenakalan ini
sebagai kenakalan remaja.

2.2.3.Faktor Penyebab Kenakalan Remaja

Faktor dari penyebab dari kenakalan remaja sesungguhnya sampai sekarang ini belum diketahui dengan
pasti. Walaupun demikian, secara umum dapat dijelaskan beberapa penyebab kenakalan remaja yakni
faktor dari lingkungan sosial dan pribadi perkembangan anak tersebut. Graham, 1983 (dalam Sarwono,
2006) yaitu dibagi menjadi dua golongan yakni;

10

1) Faktor Lingkungan (Eksternal)

(1) Kemiskinan di kota-kota besar


(2) Gangguan lingkungan misal; pengaruh temansepermainan, Komunitas/lingkungan tempat tinggal
yang kurang baik.

(3) Faktor sekolah (kesalahan mendidik, faktor kurikulum, dan lain-lain)

(4) Keluarga yang tercerai bercerai (perpisahan yang terlalu lama, perceraian)

(5) Gangguan dalam pengauhan oleh keluarga:

· Kematian orang tua

· Orang tua sakit berat atau cacat

· Hubungan antara anggota keluarga yang tidak harmonis

2) Faktor Pribadi (Internal)

(1) Faktor bakat yang mempengaruhi temperamen(menjadi pemarah, hiperaktif, dan lain-lain)

(2) Cacat Tubuh

(3) Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri

(4) Kontrol diri yang lemah

2.2.4. Upaya Penaggulangan Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja merupakan suatu bentuk penyimpangan sosial yang melanggar hukum. Kenakalan
remaja dapat dicegah dengan peranan orang tua, guru maupun aparatur masyarakat. Beberapa cara
yang dapat ditempuh mencegah dan mengatasi kenakalan remaja dapat dijelaskan sebagai berikut;

11

A. Upaya Pencegahannya(Preventif)

1) Lingkungan keluarga

Kenakalan remaja dapat dicegah dengan pendidikan dalam lingkungan keluarga. Pendidikan lingkungan
keluarga merupakan pendidikan awal yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Pendidikan
lingkungan keluarga ini penting diberikan disesuaikan dengan perkembangan anak itu sendiri. “Banyak
orang tua yang mendidik anak dengan menyerahkan anak kepada sekolah, dan menjadi tanggung jawab
sekolah dan menganggap anak itu dewasa namun sebenarnya anak itu bukanlah orang dewasa alam
bentuk kecil. Pikiran, perasaan, keingginan, dan kemampuan anak itu berbeda dengan kemampuan
orang dewasa” (Rousseau dalam Ngalim, 2006). Pemahaman yang tidak benar dari orang tua inilah
menyebabkan berbagai penyimpangan dan kenakalan yang dlakukan oleh remaja.

2) Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah sebagai lingkungan kedua bagi anak dalam proses perkembangan jiwa dan
kepribadian si anak. Sekolah merupakan lembaga resmi bagi anak didik untuk mendapat pendidikan dan
pengajaran. Sekolah merupakan lingkungan pergaulan anak yang cukup kompleks. Di dalam hal ini,
kedudukan pendidik di lingkungan sekolah memegang peran utama dalam mengarahkan anak untuk
tidak melakukan berbagai kenakalan remaja. Berbagai hal yang dapat dilakukan guru selaku pendidik
dalam upaya mencegah kenakalan remaja, antara lain, berikut ini:

12

(1) Mengembangkan hubungan yang erat dengan setiap anak didiknya agar dapat tercipta
komunikasi timbal balik yang seimbang.

(2) Menanamkan nilai-nilai disiplin, budi pekerti, moral, dan spiritual sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.

(3) Selalu mengembangkan sikap keterbukaan, jujur, dan saling percaya.

(4) Memberi kebebasan dan mendukung siswa untuk mengembangkan potensi diri, sejauh potensi
tersebut bersifat positif.

(5) Bersedia mendengar keluhan siswa serta mampu bertindak sebagai konseling untuk membantu
siswa mengatasi berbagai permasalahan, baik yang dihadapinya di sekolah atau yang dihadapinya di
rumah.

3) Lingkungan masyarakat

Lingkungan pergaulan dalam masyarakat sangat mampu memengaruhi pola pikir seseorang. Dalam hal
ini, perlu tercipta lingkungan pergaulan yang sehat dan nyaman sehingga dapat dijadikan tempat ideal
untuk membentuk karakter anak yang baik. Adapun hal-hal yang dapat dikembangkan dalam
masyarakat agar upaya pencegahan perilaku penyimpangan remaja dapat tercapai, antara lain, berikut
ini.

(1) Mengembangkan kerukunan antarwarga masyarakat. Sikap ini akan mampu meningkatkan rasa
kepedulian, gotong royong, dan kekompakan antarsesama warga masyarakat. Jika dalam suatu
masyarakat tercipta kekompakan, maka perilaku penyimpangan dapat diminimalisasikan.

13

(2) Membudayakan perilaku disiplin bagi warga masyarakat, misalnya disiplin dalam menghormati
keputusan-keputusan bersama, seperti tamu bermalam harap lapor RT, penetapan jam belajar anak,
menjaga kebersihan lingkungan, dan sebagainya.

(3) Mengembangkan berbagai kegiatan warga yang bersifat positif, seperti perkumpulan PKK, Karang
Taruna, pengajian, atau berbagai kegiatan lain yang mengarah kepada peningkatan kemampuan
masyarakat yang lebih maju dan dinamis.

B. Upaya Mengatatasi Kenakalan Remaja(Kuratif)

1) Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya dukungan
keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin
yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja.
Gerald Patterson (Santrock, 1996 dalam Yusup, 2012) menunjukkan bahwa “pengawasan orangtua yang
tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak sesuai
merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya kenakalan remaja. Perselisihan
dalam keluarga atau stress yang dialami keluarga juga berhubungan dengan kenakalan”. Bagi Remaja
yang cenderung melakukan kenakalan hanya dapat diatasi

14

dengan pemberian kasih sayang yang penuh dari keluarga itu sendiri terhadap anaknya yang
menagalami penimpangan.

2) Lingkungan Sekolah

Kenakalan yang dilakukan oleh remaja, merupakan bentuk dari penyimpangan sosial maka dari itu
sekolah menerapkan upaya-upaya untuk mengatasi penyimpangan tersebut. Baik penyimpangan yang
dilakukan oleh anak dengan kadar penyimpangan rendah sampai penyimpangan berat. Sekolah
menerapkan upaya antara lain:

(1) Pembinaan

Merupakan cara yang dilakukan oleh sekolah mengatasi kenakalan yang dilakukan oleh remaja dengan
membina remaja setelah melakukan penyimpangan. Pembinaan merupakan cara pertama yang
ditempuh bagi sekolah agar nantinya anak yang mengalami penyimpangan dapat sadar dan diharapkan
tidak lagi melalukan kenakalan.

(2) Skorsing

Skorsing merupakan cara yang ditempuh bagi sekolah terhadap remaja apabila melakukan
penyimpangan dengan kadar berat. Skorsing akan diterapkan jika anaksering melakukan kenakalan dan
sifatnya meresahkan.

(3) Pemutusan hubungan sekolah(Pemecatan)

15

Pemutusan hubungan sekolah dengan anak didik adalah cara terakhir yang ditempuh oleh
sekolah setelah remaja melakukan kenakalan. Sekolah dianggap tidak lagi mampu mendidik anak
tersebut sehingga dikembalikan ke orang tuannya. Tindakan tegas ini dilakukan jika anak melakukan
penyimpangan yang berhubungan dengan tindak pidana seperti; pemerkosaan, menggunakan narkoba
maupun pembunuhan.

3) Lingkungan masyarakat

Kenakalan remaja merupakan fenomena pidana yang terjadi di masyarakat maka dari itu pemerintah
mengeluarkan beberapa peraturan bagi pelanggar hukum yang menjerat jika remaja tersebut
melakukan pelanggaran. Ahira(2012) menyebutkan beberapa peraturan hukum yang dikenakan:
A. Penyalahgunaan Narkoba

Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyebutkan bahwa

(1) Setiap Penyalah guna:

(a) Narkotika Golongan I bagi dirinya sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun;

(b) Narkotika Golongan II bagi dirinya sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun;

(c) Narkotika Golongan III bagi dirinya sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun.

16

B. Seks Bebas

Secara khusus mengenai seks bebas tidak diatur dalam KUHP tetapi tindakan tersebut dapat
menjerumuskan kita pada tindak pidana tertentu, seperti:

(a) Melanggar kesusilaan didepan umum

Pasal 281 KUHP menyatakan bahwa

Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-
banyaknya empat ribu lima ratus rupiah:

Ke-1 barang siapa dengan sengaja merusak kesusilaan dihadapan umum;

Ke-2 barangsiapa dengan sengaja merusak kesusilaan dimuka orang lain yang hadir tidak dengan
kemauannya sendiri

(b) Tindak Pidana Perkosaan

Pasal 285 KUHP menyatakan bahwa “Barangsiapa yang dengan kekerasan atau dengan ancaman
memaksa perempuan yang bukan isterinya bersetubuh dengan dia, karena perkosaan, dipidana dengan
pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun”.

(c) Menggugurkan kandungan

Pasal 346 KUHP menyatakan bahwa “Wanita yang dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati
kandungannya, atau menyuruh orang

17

lain menyebabkan itu, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya emapat tahun”

Pasal 348 KUHP menyatakan


(1) Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan seorang wanita dengan
izin wanita itu, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan.

(2) Jika perbuatan itu berakibat wanita itu mati, ia dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya
tujuh tahun.

C. Tawuran

Pasal 358 KUHP menyatakan bahwa

Barangsiapa dengan sengaja turut serta dalam penyerangan atau perkelahian yang dilakukan oleh
beberapa orang, maka selain dari tanggungannya masing-masing atas perbuatan yang istimewa
dilakukannya dipidana:

Ke-1; dengan pidana penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan, jika penyerangan atau
perkelahian itu hanya berakibat ada orang luka berat;

Ke-2; dengan pidana penjara selama-lamanya empat tahun, jika penyerangan itu berakibat ada orang
mati.

18

2.2.5. Usaha pembinaan remaja dapat dilakukan melalui:

1. Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang


dihadapinya.

2. Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan


melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etiket.

3. Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi perkembangan


pribadi yang wajar.

4. Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.

5. Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan merangsang hubungan
sosial yang baik.

6. Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan mengemukakan


pandangan dan pendapat para remaja dan memberikan pengarahan yang positif.

7. Memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat di


mana banyak terjadi kenakalan remaja.

Sebagaimana disebut di atas, bahwa keluarga juga mempunyai andil dalam membentuk pribadi
seorang remaja. Jadi untuk memulai perbaikan, maka harus mulai dari diri sendiri dan keluarga. Mulailah
perbaikan dari sikap yang paling sederhana, seperti selalu berkata jujur meski dalam gurauan, membaca
doa setiap melakukan hal-hal kecil, memberikan bimbingan agama yang baik kepada anak dan masih
banyak hal lagi yang bisa dilakukan oleh keluarga. Memang tidak mudah melakukan dan membentuk
keluarga yang baik, tetapi semua itu bisa dilakukan dengan pembinaan yang perlahan dan sabar.Dengan
usaha pembinaan yang terarah, para remaja akan mengembangkan diri dengan baik sehingga
keseimbangan diri yang serasi antara aspek rasio dan aspek emosi akan dicapai. Pikiran yang sehat akan
mengarahkan para remaja kepada perbuatan yang pantas, sopan dan bertanggung jawab yang
diperlukan dalam menyelesaikan kesulitan atau persoalan masing-masing.

Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus dilakukan oleh para pendidik terhadap
kelainan tingkah laku para remaja. Pendidikan mental di sekolah dilakukan oleh guru, guru pembimbing
dan psikolog sekolah bersama dengan para pendidik lainnya. Usaha pendidik harus diarahkan terhadap
remaja dengan mengamati, memberikan perhatian khusus dan mengawasi setiap penyimpangan tingkah
laku remaja di rumah dan di sekolah.

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan
remaja. Ada banyak hal yang bisa dilakukan pihak sekolah untuk memulai perbaikan remaja, di
antaranya melakukan program “monitoring” pembinaan remaja melalui kegiatan-kegiatan keagamaan,
kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah dan penyelenggaraan berbagai kegiatan positif bagi remaja.

Bimbingan yang dilakukan terhadap remaja dilakukan dengan dua pendekatan:

1. Pendekatan langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada remaja itu
sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan remaja dan membantu mengatasinya.

2. Pendekatan melalui kelompok, di mana ia sudah merupakan anggota kumpulan atau


kelompok kecil tersebut:

19

2.3. Gejala atau tanda-tanda seorang remaja mengalami kenakalan remaja

1. anak-anak tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri.

2. Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau sekolah.

3. Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh dia
sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya.

4. Anak-anak yang suka berbohong.

5. Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian.

6. Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan
ketakutan anak-anak normal.

7. Anak-anak yang suka menyakiti / mengganggu teman-temannya disekolah atau dirumah.

2.4. Perilaku-perilaku yang merupakan kenakalan remaja

Berdasarkan pengertian kenakalan remaja diatas kami mengadakan pengamatan tentang beberapa
perilaku remaja yang termasuk kenalan remaja di lingkungan sekitar, berikut beberapa contoh
kenakalan remaja yang ada di lingkungan sekitar kami :
a) perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur;

b) perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar;

c) mengganggu teman;

d) memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan tidak hormat pada orang tua
dan saudara;

e) Merokok;

f) menonton video atau media cetak yang tidak layak

g) Corat-coret tembok sekolah

20

h) Membolos dan

i) Mengendarai kendaraan di bawah umur tanpa helm

j) Selalu melanggar tata tertib

Jadi, dapat disimpulkan tindakan kenakalan remaja sangat merugikan bagi remaja dan masyarakat itu
sendiri.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana
yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di
sekitarnya.

Faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja dapat dikelompokkan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa krisis identitas dan kontrol diri yang lemah.
Sedangkan faktor eksternal berupa kurangnya perhatian dari orang tua; minimnya pemahaman tentang
keagamaan; pengaruh dari lingkungan sekitar dan pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan
teman sebaya; dan tempat pendidikan. Untuk menanggulanginya Remaja harus bisa mendapatkan
sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga
mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.

Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya merupakan hal-hal yang bisa dilakukan juga mampu
mengatasi kenakalan remaja.

Adapun solusi dalam menghadapi kenakalan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

· Tindakan preventif, yaitu tindakan untuk mengantisipasi terjadinya kenakalan remaja

· Tindakan represif, yaitu memberikan sanksi tegas kepada pelaku kenakalan remaja

· Tindakan kuratif dan rehabilitasi, yaitu mengubah tingkah laku pelanggar remaja itu dengan
memberikan pendidikan lagi.

21

22

B. Saran

a. Orangtua

Disarankan kepada orangtua untuk dapat menjaga hubungan yang hangatdalam keluarga dengan cara
saling menghargai, pengertian, dan penuh kasihsayang serta tidak bertengkar di depan anak. Serta
memberi pengarahan tentang cara bergaul. Orang tua harus bisa menjadi teman, agar anak dapat
terbuka dan anak dapat menjadikan orang tua sebagai seorang sahabat terpercaya.

b. Pihak Sekolah
Pihak sekolah disarankan dapat membantu siswa untuk mengenali potensi-potensi yang dimiliki siswa.
Sehingga dapat meningkatkan konsep diri siswa, serta dapatmeminimalisir penggunaan kata-kata atau
sikap yang dapat menurunkan konsep diri siswa.

c. Pihak Pemerintah

Perlu adanya tindakan-tindakan dari pemerintah untuk mengawasi tindakan remaja di Indonesia agar
tidak terjerumus pada kenakalan remaja.

d. Masyarakat Umum

Bagi masyarakat umum hendaknya ikut berpartisipasi guna pencegahannya. Apabila melihat hal-hal
yang tidak wajar yang dilakukan oleh para remaja segera laporkan ke penegak hukum setempat agar
diberi penyuluhan dan pengarahan.

23

e. Para Remaja

Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai remaja yang
baik dan benar sesuai tuntutan dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Agar kita dapat menjadi
remaja yang baik dan agar kita bisa menciptakan Negara dan bangsa yang sukses.
DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2012. “Pengertian Remaja Menurut Para Ahli” Tersedia


dalam http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja diakses tanggal 3 maret 2012

Ahira. 2012. “Beberapa Peraturan Hukum Mengatur Kenakalan Remaja”. Tersedia


di http://fakultashukum-universitaspanjisakti.com/informasi-akademis/artikel-hukum/74-materi-
penyuluhan-kenakalan-remaja-dan-akibat-hukumnya.html diakses tanggal 3 maret 2012

Anonim, 2012. “Definisi Kenakalan Remaja” Tersedia dalam http://belajarpsikologi.com/kenakalan-


remaja diakses pada tanggal 3 Maret 2012

Nurkencana, Wayan. 1999. Perkembangan Jasmani dan Kejiwaan. Singaraja:USAHA NASIONAL

Ngalim, Purwanto. 2006. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Jakata:PT REMAJA ROSDAKARYA

Sarlito, Sarwono. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Sunarto, dkk. 1991.Perkembangan Perserta Didik. Proyek Pembinaan dan Penigkatan mutu tenaga
kependidikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tarumanegara, 2011. Artikel Kenakalan Remaja. Tersedia


dalam http://psikologi.tarumanagara.ac.id/artikel/16-psikologi/26-akr.htmldiakses tanggal 12 maret
2012

Ali, Mohammad. 2006 . Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: P.T. Bumi Aksara

Yusup, Kick.2012. “Pengaruh Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja” Tersedia


dalam dalam http://Pengaruh keluarga terhadaap kenakalan remaja .ac.id/artikel/18-/27-
akr.html diakses 12 April 2012

24

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAPTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1. Latar Belakang 1

2. Rumusan Masalah 2

3. Tujuan 2

4. Manfaat 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1.Pengertian Kenakalan Remaja 3

2.1.2.Pertumbuhan dan perkembangan masa remaja Awal……………………………..4

2.1.3.Pertumbuhan fisik…………………….…………………………………………..4

2.1.3Perkembangan Psikologis

C. Jenis-jenis Senam Lantai Yang Ada 4 1). Berguling ke depan (Roll Depan) 4

2). Guling ke Belakang (Back roll) 4

3). Kayang. 5

4). Sikap Lilin 6

5). Guling Lenting 6

6). Lenting Tumpuan Tangan (Hand Spring Overslag) 7

7). Berdiri Tangan (Hand Stand) 8

8). Gerakan Lenting (Neck Kip) 9

9). Meroda (Ratslag) 11

10). Loncat Harimau (Tiger Sprong) 12

11). Berdiri dengan Kepala (Headstand) 12

D. Peraturan senam lantai pada berbagai lomba pecan-pekan olahraga 14


BAB III PENUTUP 16

Kesimpulan 16

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

Anda mungkin juga menyukai