Anda di halaman 1dari 9

Penelitian

MODEL PELATIHAN TERPADU UNTUK MENINGKATKAN FUNGSI


DAN PERAN SOSIAL ANAK DALAM MEMBINA KEMANDIRIAN

Akmala Hadita*

Abstract

Some problems are often faced in educating children to be self-reliant. On the other hand independency
is much required in their future life. This research conducted in RSPA Cisurupan, Garut, in April 2010 until
April 2011, aimed at developing an integrated training model to improve function and social roles of the
children in the independency. Employing research and development design with planning, preparation,
implementation and maintaining, as well as evaluation, the model development involved the parents or
the family members and the children. The research produced the Integrated Training Model to Improve
the Function and Social Roles of the Children in Developing the Self-reliance, which had been validated
in this research.

Keywords: integrated training, function, role, self-reliance

Abstrak

Berbagai kesulitan sering ditemukan dalam membina kemandirian anak, padahal kemandirian itu sangat
diperlukan dalam kehidupan anak di kemudian hari. Penelitian yang dilakukan di RSPA Cisurupan,
Garut, pada April 2010 sampai April 2011 ini, bertujuan mengembangkan model pelatihan terpadu untuk
meningkatkan fungsi dan peran sosial anak dalam kemandirian. Desain penelitian yang diterapkan
ialah penelitian pengembangan (research and development) dengan tahapan perencanaan, persiapan,
pelaksanaan pembinaan dan evaluasi hasil. Pengembangan model ini melibatkan orang tua atau
anggota keluarga peserta pelatihan disamping peserta pelatihan itu sendiri. Hasil penelitian ini adalah
berupa model pelatihan terpadu untuk meningkatkan fungsi dan peran sosial anak dalam membina
kemandirian yang keberhasilannya telah teruji dalam penelitian ini.

Kata-kata kunci : pelatihan terpadu, fungsi, peran, kemandirian

ABSTRAK
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu lembaga yang anak yang terus berkembang dewasa ini dilatarbelaka-
melaksanakan “investasi manusia” yang dapat ngi oleh masalah sosial ekonomi, psikologi, dan
diandalkan sebagai pencetak kader-kader pembangu- pedagogi.
nan yang mampu berdaya saing dalam menembus Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan,
keterbatasan dan ketertinggalan antara negara pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang
terbelakang dengan negara maju. Oleh karena itu, dimiliki orang tua (keluarga) dan guru di sekolah dalam
pemerintah dalam menetapkan “tiga lembaga memahami berbagai permasalahan yang dimiliki atau
pendidikan”, yaitu pendidikan formal, nonformal, dan disandang oleh anak juga menghambat pelaksanaan
informal. Ketiganya merupakan upaya peningkatan pendidikan seumur hidup. Masih terbatasnya
kualitas sumber daya manusia. kemampuan tersebut juga menyebabkan ketidak-
Pelaksanaan pendidikan seumur hidup itu dilaku- mampuan orang tua (keluarga) dan guru disekolah
kan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan dalam mengatasi permasalahan dan kebutuhan anak
masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan merupakan sesuai dengan tugas perkembangannya.
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, Belum berkembangnya program pelatihan yang
dan pemerintah. Kompleksnya permasalahan sosial diselenggarakan untuk pembinaan anak pada saat ini
dan relatif sedikitnya jumlah lembaga yang memberikan
* Mahasiswa Program Doktor Pendidikan Luar Sekolah pelayanan bagi anak yang menyandang masalah sosial
Universitas Pendidikan Indonesia

Jurnal Ilmiah VISI PPTK-PAUDNI - Vol. 6, No.1, Juni 2011 11


Model Pelatihan Terpadu...

baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun dan peran sosial anak dalam membina kemandirian?
pemerintah menjadi hambatan tersendiri dalam upaya Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu 1) untuk
implementasi pendidikan seumur hidup, serta belum memperoleh informasi mengenai model konseptual
terbentuknya program pelatihan terpadu yang bersifat pelatihan terpadu dalam upaya meningkatkan fungsi
konsisten, terintegrasi, dan berkesinambungan antara dan peran sosial anak dalam membina kemandirian
pemerintah, keluarga, dan masyarakat serta sekolah anak di RPSPA, 2) untuk memperoleh informasi
dalam upaya peningkatan peran dan fungsi sosial anak mengenai model pelatihan terpadu dalam upaya
dalam membina kemandirian. meningkatkan fungsi dan peran sosial anak dalam
Penelitian ini mencoba membuat model pelatihan membina kemandirian anak di RPSPA, 3) untuk
terpadu untuk meningkatan peran dan fungsi sosial memperoleh informasi mengenai efektivitas model
anak dalam membina kemandirian, serta menganalisis pelatihan terpadu dalam upaya meningkatkan fungsi
keterkaitan antara pengetahuan, nilai, sikap, dan dan peran sosial anak dalam membina kemandirian
keterampilan orang tua dan guru tentang pembinaan anak di RPSPA, dan 4) untuk memperoleh informasi
terhadap anak. mengenai peran tenaga pelatih pada pelatihan terpadu
Selanjutnya, yang menjadi perhatian dari dalam upaya meningkatkan fungsi dan peran sosial
penelitian dan untuk memperjelas penelitian yang anak dalam membina kemandirian anak di RPSPA.
hendak dilakukan, serta agar permasalahan yang diteliti Untuk itu, langkah awal penulis adalah melakukan
tidak terlalu luas dan disesuaikan dengan kemampuan studi pendahuluan dengan cara melakukan studi
yang dimiliki penulis, penulis merumuskan masalah lapangan dan studi pustaka tentang pembinaan anak
yang akan diteliti sebagai berikut: bagaimana model yang berada di Rumah Perlindungan Sosial Petirahan
pelatihan terpadu dalam upaya meningkatkan fungsi Anak (RPSPA) Cisurupan Garut Jawa Barat.

ABSTRAK
KAJIAN TEORETIS

Sikula dalam Sumantri (2000: 2) mengartikan Menurut Linton (1984: 148) fungsi sosial telah
pelatihan sebagai proses pendidikan jangka pendek melekat dalam setiap individu karena merupakan suatu
yang menggunakan cara dan prosedur yang sistematis kebutuhan dasar. Fungsi sosial akan berjalan dengan
dan terorganisir. Para peserta pelatihan akan baik dengan adanya pola-pola tingkah laku timbal balik
mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang antara individu-individu atau kelompok-kelompok
sifatnya praktis untuk tujuan tertentu. Pendapat tersebut individu. Posisi yang saling berhadapan di dalam pola
menunjukan bahwa pelatihan mementingkan adanya tingkah timbal-balik semacam itu, secara teknik disebut
proses yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan “status”. Selain itu, peran sosial merupakan segi
atau tujuannya. dinamis daripada status, di dalam hidup
Pendapat di atas menunjukan bahwa pelatihan kemasyarakatan, individu menerima suatu status dan
merupakan proses kegiatan secara sadar untuk mendudukinya di dalam hubungan dengan status-
memperbaiki sumber daya manusia baik individu status lainnya. Apabila individu melaksanakan hak-hak
maupun kelompok dengan tujuan untuk meningkatkan dan kewajiban yang melekat pada status itu atau
aspek-aspek kemampuan intelektual, kepribadian mewujudkannya, maka individu tersebut melakukan
mandiri, dan keterampilan khusus yang diharapkan sebuah peran sosial. Peran dan status sosial tidak
untuk masa yang akan datang. dapat dipisahkan, dan pembedaan antara kedua hal ini
Selain itu, pelatihan terpadu sendiri adalah suatu hanyalah merupakan “academic interest” saja. Tidak
proses kegiatan yang menciptakan kondisi dan ada status sosial tanpa peran sosial, dan tidak ada
stimulus melalui bimbingan, pembinaan dan/atau peran sosial tanpa status sosial (Linton, 1984: 149).
latihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, Mandiri adalah keadaan dapat berdiri sendiri,
nilai dan sikap dalam rangka meningkatkan fungsi dan tidak tergantung pada orang lain. Syaodih (1993: 4-5)
peran sosial anak untuk mencapai kemandirian. Melalui mengemukakan bahwa manusia mandiri adalah
pendekatan terpadu yang menghubungkan materi manusia yang memiliki keunggulan dalam kemampuan,
pembelajaran dengan aspek-aspek kehidupan sosial berkepribadian sehat dan bermoral kuat. Manusia
melalui keterlibatan peran serta pendidik, instruktur, unggul adalah manusia yang memiliki kemampuan
dan keluarga secara sistematis, terorganisir, dan tertentu, yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupannya,
berkelanjutan. baik dalam kehidupan pribadi, sosial maupun dalam

12 Jurnal Ilmiah VISI PPTK-PAUDNI - Vol. 6, No.1, Juni 2011


Model Pelatihan Terpadu...

karir atau pekerjaan. Keunggulan tidak berarti harus huan dalam sesuatu bidang, tetapi dalam kadar yang
unggul dalam segala hal, dan mengungguli semua lebih luas dan mendalam. Penguasaan pengetahuan
orang, tetapi unggul (excellent) dalam satu bidang tidak terhenti pada tahap memory (remembering), tetapi
tertentu dan tingkat tertentu. Keahlian atau kemampuan berlanjut dengan tahap berpikir atau thingking (problem
profesional juga didukung oleh penguasaan pengeta- solving, reasoning, conceptual thingking).

ABSTRAK
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berusia 10-12 tahun yang duduk dikelas 4, 5 atau
dan kuantitatif desain eksperimental, sebagai bagian 6 yang mengalami hambatan fungsi dan peran sosial
dari metode utama dalam penelitian ini adalah penelitian dan kemandiriannya. Sasaran penyelenggaraan
dan pengembangan (Research and Developoment). pelayanan RSPA berjumlah 80 orang yang memiliki
Menurut Borg & Gall (1979 : 782) Research and kriteria prestasi belajar anak menurun, sikap dan
Developoment is a process used develop and validate tingkah laku yang dapat menghambat fungsi sosialnya.
educational products. Langkah awal yang dilakukan yaitu melalui studi
Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif pendahuluan dengan cara melakukan studi lapangan
dan kuantitatif ini adalah peneliti sendiri dan dibantu dan studi pustaka tentang pembinaan anak yang berada
dengan instrumen daftar pertanyaan penelitian di Rumah Perlindungan Sosial Petirahan Anak (RPSPA)
(kuesioner), dan pedoman observasi (pengamatan Cisurupan Garut Jawa Barat.
langsung), serta studi dokumentasi. Pada tahap awal setelah mengumpulkan
Penelitian dilakukan di RPSPA Cisurupan informasi, observasi lapangan maka penulis
Kabupaten Garut pada bulan April 2010 sampai April merumuskan dalam sebuah analisa dengan
2011. Subjek penelitian dalam model pelatihan terpadu menggunakan metode SWOT pada RPSPA dengan
di RPSPA ini, yaitu seluruh peserta pelatihan anak SD hasil sebagai berikut.

Tabel 1. Analisis SWOT Program Pelatihan di RPSPA


Komponen
Keunggulan Kelemahan Peluang Tantangan
Pelatihan di RPSPA
Kurikulum: 1. Rumusan tujuan terdefinisikan 1. Aktivitas dan materi 1. Peserta memahami tujuan 1. Menumbuhkan pemahaman
1. Tujuan dengan jelas pelatihan belum optimal pelatihan dalam waktu yang dan motivasi dalam proses
2. Materi 2. Materi pelatihan diberikan oleh dalam mencapai tujuan dari cukup pelatihan di RPSPA kepada
3. Waktu pekerja sosial di RPSPA kurikulum pelatihan. 2. Bagi peserta dapat semua peserta pelatihan
4. Sumber belajar 3. Waktu belajar telah dirancang 2. Rancangan materi pelatihan menyimak dan menyerap 2. Peserta harus disiplin dalam
5. Peralatan dan disusun belum disusun secara materi pelatihan dengan melaksanakan proses
6. Praktik Pelatihan 4. Gedung dan sarana pelatihan terpadu dengan melibatkan antusias dan kreatif pelatihan
telah tersedia faktor eksternal 3. Bisa membuat dan mencari 3. Peserta pelatihan harus
5. Praktik dan pembinaan 3. Belum adanya kerjasama kerjasama dengan pihak dapat memanfaatkan waktu
dilaksanakan secara bersama- atau MoU dengan pihak luar luar sebagai sumber dan kesempatan yang ada
sama oleh guru dan pekerja dalam pengembangan peningkatan mutu dan 4. Memberikan pengetahuan
sosial dari RPSPA kurikulum dan pelatihan model pelatihan dan keahlian bagi semua
terpadu 4. Memanfaatkan gedung dan peserta
4. Penggunaan fasilitas yang fasilitas secara optimal 5. Peserta pelatihan
belum optimal 5. Penyusunan standar diharuskan menggunakan
5. Standar evaluasi bagi evaluasi oleh pihak RPSPA secara optimal semua
proses dan praktik fasilitas yang ada di RPSPA
pembinaan belum disusun
secara terpadu dengan
melibatkan faktor ekternal
Pekerja Sosial 1. Memiliki pengalaman dalam Terbatasnya pengetahuan 1. Menambah pengetahuan 1. Pekerja sosial harus mampu
pelatihan sosial dan anak mengenai materi dan model dan model pelatihan dan meningkatkan skill dan
2. Memiliki waktu dan pelatihan juga system pembelajaran dari berbagai prestasi kerja di lingkungan
kesempatan yang besar pembelajaran yang terpadu sumber dan kesempatan RPSPA
dalam proses pelatihan dan dan kreatif 2. Mengikuti pelatihan 2. Pekerja sosial harus
pembinaan di RPSPA peningkatan tenaga memiliki informasi, inovasi,
3. Komitmen dan disiplin dalam instruktur dan pekerja sosial dan integrasi dalam
proses pelatihan dan dari lembaga-lembaga melakukan proses pelatihan
pembinaan di RPSPA pendidikan dan pembinaan di
3. Mengembangkan model lingkungan RPSPA
dan materi pelatihan lebih

Jurnal Ilmiah VISI PPTK-PAUDNI - Vol. 6, No.1, Juni 2011 13


Model Pelatihan Terpadu...

Komponen
Keunggulan Kelemahan Peluang Tantangan
Pelatihan di RPSPA
Siswa/Anak Terlantar 1. Memiliki latar belakang 1. Lingkungan keluarga 1. Ada kesempatan 1. Peserta harus dapat
pendidikan yang homogen kurang mendukung proses pembinaan dan bimbingan memanfaatkan waktu,
2. Memiliki kesempatan untuk pembinaan dan pelatihan di 2. Adanya dukungan dari kesempatan, dan fasilitas
melakukan pembinaan di RPSPA pemerintah dan sekolah yang ada di RPSPA
RPSPA 2. Motivasi dan pemahaman 3. Tidak adanya biaya untuk 2. Peserta harus memupuk
3. Memiliki potensi untuk berubah akan proses pembinaan mengikuti pelatihan motivasi dan disiplin dalam
dan meningkatkan kualitas diri belum dipahami jelas oleh 4. Bisa mengikuti pelatihan pelatihan
peserta dengan tetap mengikuti 3. Peserta harus memiliki
3. Adaptasi yang lambat pembelajaran formal kemauan untuk merubah
mempengaruhi proses karena guru kelasnya hadir perilaku dan kebiasaan
pembinaan di RPSPA dalam proses pembelajaran buruk sebelum melakukan
4. Kompleksitas di RPSPA pelatihan dan merubahnya
permasalahan sosial yang menjadi perilaku dan
disandang anak kebiasaan baik
5. Anak belum memiliki sikap 4. Menyimak semua materi
mandiri sehingga memiliki dan keterampilan yang
hambatan peran dan fungsi diberikan.
sosial yang mengakibatkan
memiliki hambatan dalam
belajar
Guru Pendamping 1. Memiliki motivasi dan 1. Terbatasnya pengetahuan 1. Menambah pengetahuan 1. Guru pendamping harus
integritas dalam proses mengenai materi dan model dan model pelatihan di dapat meningkatkan skill
pelatihan pelatihan juga system RPSPA dan pengetahuan tentang
2. Memiliki tugas formal dari pembelajaran yang terpadu 2. Mengikuti pelatihan anak terlantar
intitusi/sekolah mereka dan kreatif peningkatan tenaga 2. Guru pendamping harus
3. Memiliki komitmen dan 2. Guru pendamping kurang instruktur dan pekerja memiliki informasi, inovasi,
disiplin dalam memiliki pemahaman sosial dari lembaga- dan integrasi dalam
mengembangkan anak mengenai pelatihan yang lembaga pendidikan melakukan proses pelatihan
didiknya dilaksanakan RPSPA 3. Sharing pengalaman dan dan pembinaan di
3. Guru pendamping kurang gagasan antara guru lingkungan RPSPA
memahami permasalahan pendamping
sosial anak serta treatmen
yang akan diberikan pihak
RPSPA
Orang tua/Wali Siswa 1. Memiliki latar belakang 1. Pemahaman mengenai 4. Menambah pengetahuan 3. Orangtua harus dapat
pendidikan dan ekonomi yang tujuan dan proses dan model pelatihan di meningkatkan skill dan
heterogen pembinaan di RPSPA RPSPA pengetahuan tentang anak
2. Memberikan dukungan, 2. Kurangnya pengetahuan 5. Mengikuti pelatihan terlantar
kesempatann bagi anak untuk atau teknik mengenai peningkatan orangtua 4. Orangtua harus memiliki
mengikuti pembinaan di peningkatan kemandirian dibidang pembinaan anak informasi, inovasi, dan
RPSPA anak 6. Sharing pengalaman dan integrasi dalam pelatihan
3. Memiliki potensi untuk gagasan antara orangtua dan pembinaan di
berubah dan meningkatkan lingkungan RPSPA
kualitas pendidikan bagi anak

Berdasarkan data tersebut, penulis menganggap pembinaan orang tua/wali dan guru kelas di
perlu adanya suatu program pembinaan lanjut yang lingkungan tempat tinggalnya.
dilakukan oleh orang tua (keluarga) dan guru (sekolah) 2. Kualitas pembinaan oleh orang tua/wali dan guru
pascapelatihan, agar pembinaan yang telah diberikan kelas terhadap anak sangat ditentukan oleh
efektif dan dapat dirasakan manfaatnya. Dengan pengetahuan, skill, nilai, dan sikap orang tua/wali
demikian, perlu diungkap model penyelenggaraan dan dan guru kelas.
proses pembinaan pada RPSPA saat ini. Perlu Langkah awal dalam proses penelitian dan
diformulasikan model pelatihan terpadu yang seperti pengembangan tersebut, sebagaimana dikemukakan
apa pada RPSPA, yang dapat meningkatkan fungsi dan oleh Borg dan Gall (1979: 626) adalah sebagai berikut.
peran sosial dalam pembinaan kemandirian anak. 1. Penelitian pengumpulan informasi, meliputi review
Perlu dikaji keefektifan, faktor pendukung, dan literatur, observasi lapangan dan persiapan laporan.
penghambat penerapan model pelatihan terpadu di 2. Perencanaan, meliputi penentuan model pelatihan
RPSPA. Berdasarkan uraian diatas, peneliti yang cocok, penyusunan desain kurikulum dan
menganggap perlu adanya sebuah pengembangan pembelajaran, serta melakukan ujicoba dalam skala
model pelatihan terpadu dalam upaya peningkatan kecil.
fungsi dan peran sosial dalam pembinaan kemandirian 3. Membuat rancangan model awal, meliputi
anak yang dilaksanakan oleh RPSPA. pembuatan desain rancangan model pelatihan
Merujuk kepada beberapa hasil kajian dan kasus, kemandirian anak dalam sistem pendidikan terpadu
maka penulis merumuskan model hipotetik: antara lembaga dengan orang tua.
1. Kemandirian anak dan berfungsinya peran dan fungsi 4. Uji coba pendahuluan, dilakukan langsung di lokasi
sosial anak sangat ditentukan oleh proses kegiatan pelatihan. Pada langkah ini dilakukan

14 Jurnal Ilmiah VISI PPTK-PAUDNI - Vol. 6, No.1, Juni 2011


Model Pelatihan Terpadu...

analisis data berdasarkan hasil wawancara, dilakukan dengan cara uji beda dengan analisis data
observasi, dan dokumentasi. menggunakan pendekatan desain eksperimen dengan
5. Revisi terhadap rancangan awal, dilakukan quasi experimental untuk metode yang digunakan
berdasarkan hasil yang ditemukan dalam studi adalah “Non-equivalent Control Group Design” dengan
ekspolatoris. cara membandingkan rata-rata kesenjangan skor post
6. Uji coba produk utama, difokuskan pada variabel test pada kelompok eksperimen dengan kelompok
proses pelatihan, evaluasi, dan dampak kemandirian kontrol.
anak yang dilaksanakan di RPSPA. Bentuk perlakuan terhadap kelompok eksperi-
7. Revisi terhadap produk utama, dilakukan men adalah penerapan model pelatihan tepadu bagi
berdasarkan hasil temuan dalam uji coba untuk siap orang tua/wali dan guru kelas serta pekerja sosial.
diimplementasikan. Pelatihan tersebut mengakomodir materi-materi berupa:
8. Uji coba operasional, dilakukan pada salah satu 1. Pemaparan program pembinaan anak di lingkungan
lembaga petirahan dengan melibatkan penyeleng- RPSPA,
gara, pelatih dan anak-anak. 2. Pengertian tentang anak dan permasalahannya,
9. Revisi produk operasional, dilakukan berdasarkan kesejahteraan anak,
hasil implementasi. 3. Peranan dan fungsi keluarga, motivasi bagi orang
10.Diseminasi dan retribusi, dilakukan monitoring tua/ wali dan guru kelas dalam membina anak (teori
sebagai kontrol terhadap hasil akhir. perkembangan kemampuan belajar dan motivasi
Uji untuk hipotesis dilakukan dengan uji korelasi, belajar anak),
sementara untuk menguji efektivitas model pelatihan 4. Model dan trik pembinaan anak pasca pelatihan di
terpadu untuk meningkatkan fungsi dan peran sosial RPSPA (konsultasi dan pengungkapan masalah,
anak dalam membina kemandirian. Uji efektivitas bimbingan pembentukan kepribadian anak).
ABSTRAK
HASIL PENELITIAN

Pelatihan terpadu dilaksanakan dalam rangka tahapan yang penting dalam memantapkan fungsi dan
meningkatkan fungsi dan peran sosial. Fungsi dan peran peran sosial dalam upaya membina kemandirian anak.
sosial sendiri dapat dikatakan sebagai kemampuan Dalam penyelenggaraan pelatihan terpadu perlu adanya
seseorang dalam menjalankan peran sesuai dengan suatu rangkaian pembinaan yang dilakukan kepada
status yang disandangnya. Anak dapat dikatakan telah orang tua (keluarga) dan guru (sekolah) pasca pelatihan,
melakukan fungsi sosial dengan baik bila anak memiliki hal itu agar anak memiliki bekal wawasan,
pola-pola tingkah laku yang baik dan wajar atau bisa pengetahuan, skill, dalam hal permasalahan sosial
dikatakan bertingkah laku sebagai seorang anak dalam anak serta bagaimana solusi atau pembinaan anak
hubungannya dengan orang lain di lingkungan pasca mengikuti pelatihan terpadu. Demikian juga perlu
sekitarnya. Sementara itu seorang anak dapat dikatakan diungkap model penyelenggaraan dan proses
telah menjalankan peran sosialnya bila anak tersebut pembinaan pelatihan terpadu.
telah melaksanakan dan mewujudkan hak-hak serta 1. Model konseptual “Model Pelatihan Terpadu
kewajiban yang melekat pada dirinya sebagai seorang Untuk Meningkatkan Fungsi Dan Peran Sosial
yang memiliki status yang bernama anak. Peran dan Anak Dalam Membina Kemandirian”
status tidak dapat dipisahkan, tidak ada status tanpa Melalui kajian empirik di lapangan diperoleh
adanya peran, dan tidak ada peran tanpa status. gambaran yang disajikan pada bagian ini berupa masih
Keterhambatan fungsi dan peran seorang anak tingginya jumlah anak terlantar di Indonesia khususnya
dapat menjadi penghambat pula dalam membina di pedesaan. Menurut data dari Biro Pusat Statistik
kemandirian anak. Kemandirian anak dalam hal ini dan Departemen Sosial RI pada tahun 2008 jumlah anak
adalah suatu hal atau keadaan dapat berdiri sendiri telantar berusia antara 6-18 tahun mencapai 2. 767.629
tanpa bergantung kepada orang lain. Anak yang mandiri anak atau hampir 10% jumlah anak yang tersebar yang
adalah anak yang mampu menjalankan tugas tinggal di perkotaan mencapai 492.281 anak dalam
kehidupan sehari-harinya sesuai dengan tingkat dan pedesaan mencapai 7.275.348 anak. Sedangkan yang
tugas perkembangannya dengan penuh rasa kesadaran tergolong rawan terhadap keterlantaran diperkirakan
dan tanggung jawab baik terhadap diri sendiri, keluarga, mencapai 10.322.768 anak, dengan rincian mereka
dan lingkungan masyarakatnya. yang tinggal diperkotaan mencapai 2.956.253 anak dan
Pelatihan terpadu dianggap sebagai suatu pedesaan sebanyak 7.326.421 anak. Hal ini

Jurnal Ilmiah VISI PPTK-PAUDNI - Vol. 6, No.1, Juni 2011 15


Model Pelatihan Terpadu...

menunjukan sebagian besar masalah keterlantaran a. Jenis dan materi yang digunakan,
anak diakibatkan oleh masalah ekonomi, sosial maupun b. Waktu kegiatan evaluasi,
psikologis. Dari data dan informasi tersebut dikaji c. Kriteria yang digunakan dalam melakukan evaluasi
indikator-indikator yang disajikan dalam bahasan ini, d. Hasil penilaian guru, orang tua/wali atau keluarga.
diantaranya data yang berkaitan dengan: Berdasarkan hasil di atas, maka model secara
a. Profil RRPSPA Cisurupan Garut, konseptual yang diujicobakan dapat dirumuskan dengan
b. Peserta pelatihan, gambar sebagai berikut.
c.Pelaksanaan kegiatan pembinaan di RRPSPA
Cisurupan Garut,   MODEL PELATIHAN TERPADU DALAM UPAYA PENINGKATAN FUNGSI DAN
PERAN SOSIA DALAM PEMBINAAN DAN KEMANDIRIAN ANAK

d. Orang tua/wali atau keluarga dari anak peserta


pelatihan di RRPSPA Cisurupan Garut. 1. Tahap
Persiapan Dinas
Sasaran
Orientasi Pendidikan Pelayanan Calon
Berhubungan dengan telaah penelitian terhadap Konsultasi
Spesialisasi
Dinas Sosial Klien

pelaksanaan program pelatihan terpadu di RRPSPA Seleksi

Cisurupan Garut, akan dilihat dari tiga komponen, yang Rumah Perlindungan Sosial
Pertirahan Anak (RPSPA)

meliputi: telaah terhadap perencanaan komponen Proses Pelayanan di Lembaga


RPSPA
program, komponen pelaksanaan program, dan evaluasi
kegiatan. Lembaga
Dinas
Pendidikan
2. Tahap Penerimaan
a. Registrasi
3. Tahap Pembinaan dan
Dalam komponen perencanaan program, Terkait Dinas Sosial
Kandep
b. Pembagian
Kelompok
Bimbingan
a. Pembinaan Anak
c. Penempatan
beberapa hal yang menjadi fokus utama dalam kajian Agama
Dinas Sosial d. Penelaahan
b. Bimbingan:
1. Bimbingan kepada
Pemda dan Pengung-
ini adalah Jenis kegiatan yang dilakukan diantaranya, Orsos
kapan
Masalah
anak
2. Pelatihan terhadap
orang tua
yaitu (Keluarga)
3. Case Conference II
a. Penjangkauan/koordinasi,
b. Sosialisasi Program, 4. Tahap Terminasi Pemulangan

c. Bimbingan dan motivasi sosial,


Anak dapat berfungsi sosial dan kembali ke keluarganya
d. Seleksi,
e. Materi yang dipersiapkan,
5. Tahap Pembinaan Lanjut dan Evaluasi : Instansi terkait (Disdik,
f. Alokasi waktu yang ditetapkan, ORSOS)

g. Tenaga yang dipersiapkan,


h. Sasaran peserta, dan Gambar 1 Konseptual Model Pelatihan Terpadu
i. Lokasi sasaran.
Dalam komponen pelaksanaan program, 2. Model Implementasi “Model Pelatihan Terpadu
beberapa hal yang menjadi fokus utama dalam kajian Untuk Meningkatkan Fungsi Dan Peran Sosial
ini adalah. Anak Dalam Membina Kemandirian”
a. Jenis kegiatan pembinaan dan bimbingan sosial Implementasi model pelatihan terpadu dalam
bagi anak. upaya meningkatkan fungsi dan peran sosial anak
b. Metode yang diberikan dalam penyampaian materi. dalam membina kemandirian dapat dibagi menjadi
c. Media yang digunakan dalam proses pembinaan. beberapa tahapan, yaitu persiapan, seleksi,
d. Waktu yang digunakan dalam proses pembinaan. pelaksanaan, evaluasi, dan pendampingan.
e. Tenaga pembimbing dan narasumber teknis. Dalam proses perencanaan dan persiapan
f. Jenis dan tahapan proses pelaksanaan kegiatan meliputi penjangkauan atau kontak awal Dinas Sosial
pelayanan, pembinaan/bimbingan sosial yang Kabupaten/Kota dan Dinas Pendidikan, sosialisasi pada
meliputi; Dinas Pendidikan yang menjadi sasaran pihak keluarga
1) Bimbingan sosial, dan sekolah, seleksi dilakukan oleh guru kelas masing-
2) Bimbingan fisik dan kesehatan lingkungan, masing sekolah bekerjasama dengan pekerja sosial
3) Bimbingan belajar, dengan melakukan home visit dan penyuluhan dengan
4) Bimbingan mental dan spiritual, pihak keluarga calon peserta dan motivasi pada calon
5) Bimbingan kepribadian, peserta dan keluarga.
6) Bimbingan bakat dan kreatifitas, Pada tahap pelaksanaan diawali penempatan
7) Konseling, anak di asrama dan selanjutnya dilakukan assesment
8) Pembahasan kasus dan diagnosa permasalahan pada anak kemudian
Selain itu penulis mengetahui hal-hal yang mengadakan sidang kasus pertama dalam upaya
berkenaan dengan.

16 Jurnal Ilmiah VISI PPTK-PAUDNI - Vol. 6, No.1, Juni 2011


Model Pelatihan Terpadu...

rencana tindakan dan treatment yang akan diberikaan untuk merancang pola pembinaan selanjutnya dengan
pada anak sesuai dengan permasalahannya. mengacu pada hasil evaluasi, dan akan dijadikan
Selanjutnya pelaksanaan treatmen, pembinaan, dan rujukan dan rekomendasi pada pihak sekolah masing-
bimbingan sosial pada anak sesuai dengan indikator masing dan keluarga.
permasalahan anak pembinaan yang diberikan dalam Tahap berikutnya adalah mengadakan konseling
bentuk pembinaan fisik dan kesehatan, pembinaan dan pelatihan terpadu yang dilakukan terhadap orang
keterampilan, bimbingan kepribadian, bimbingan tua/wali, keluarga dan guru asal sekolah guna
keterampilan, bimbingan sosial, bimbingan belajar, menginformasikan prihal permasalahan pada anak serta
bimbingan mental dan spiritual. Bimbingan sosial pada pola pembinaan lanjut yang harus diberikan baik
anak diberikan untuk mengatasi permasalahan- didalam lingkungan keluarga maupun lingkungan
permasalahan yang dialami oleh anak, hal tersebut sekolah sesuai dengan rekomendasi tersebut di atas.
sesuai dengan pendapat Gunarsa (1986: 11), bahwa Tahap pembinaan lanjut dilakukan evaluasi
bimbingan sosial bertujuan untuk membantu anak secara bertahap setiap bulan dalam tiga bulan berturut-
dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dalam kehidupan turut setelah anak dipulangkan pasca mengikuti
sosialnya sehingga anak mampu mengadakan pelatihan di RPSPA, tujuannya untuk mengetahui
hubungan-hubungan sosial dengan baik. sejauh mana perubahan sikap terjadi pada anak dan
Tahap evaluasi dilakukan setelah pembinaan dan mengukur kemampuan orang tua atau keluarga dalam
treatment diberikan untuk mengetahui sejauh mana pembinaan lanjut dan pada akhirnya menciptakan
perubahan sikap yang terjadi pada anak untuk dijadikan komunikasi yang efektif antara pihak sekolah dengan
penilaian selanjutnya. Sidang kasus dua dilakukan keluarga.

  ENVIRONMENTAL INPUT

INSTRUMENTAL
INPUT INPUT
OUTPUT
Peserta Peserta Pelatihan:
Orientasi, Konsultasi, OUTCOME
Pelatihan: PROSES - Meningkat peran
Sosialisasi, Koordinasi Anak
- Usia10-15 PEMBINAAN dnan fungsi
- Dinas Kab Kota sosial berfungsi
- Dinas Pendidikan tahun DAN
- Memiliki BIMBINGAN - Meningkat sosial dan
- Kantor Dinas Sosial kemandirian
- Dinas Kesehatan, masalah kembali
Departemen sosial kekeluarganya
Agama, Ormas - Berasal dari
- Sekolah (Guru) keluarga
Lembaga terkait tidak mampu
- Orangtua TERMINASI
DAN
PEMBINAAN
LANJUTAN

kontak SELEKSI SIDANG SIDANG instrumen pelatihan dan


awal dan (Pemberian Instrumen KASUS KASUS 2 evaluasi konseling bagi
motivasi kepada Orangtua dan 1 orangtua dan
Guru guru

PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI PEMANTAUAN


PENDAMPINGAN

Gambar 2 Implementasi Model Pelatihan Terpadu

3. Efektivitas Model Pelatihan Terpadu Untuk membina kemandirian. Uji efektivitas dilakukan dengan
Meningkatkan Fungsi Dan Peran Sosial Anak cara uji beda dengan analisis data menggunakan
dalam Membina Kemandirian pendekatan desain eksperimen dengan quasi
Sebagaimana telah dijelaskan pada pendahuluan, experimental untuk metode yang digunakan adalah
bahwa tulisan ini bersumber dari penelitian penulis “Non-equivalent Control Group Design” dengan cara
dengan menggunakan metode “Penelitian membandingkan rata-rata kesenjangan skor post test
Pengembangan” (Research dan Development), menurut pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Borg & Gall (1979 : 624), sedangkan uji untuk hipotesis Dari hasil uji coba yang telah dilakukan dengan
dilakukan dengan uji korelasi, sementara untuk menguji mengindahkan metodologi yang telah dirancang,
efektivitas model pelatihan terpadu untuk diperoleh gambaran tentang efektivitas model Pelatihan
meningkatkan fungsi dan peran sosial anak dalam terpadu untuk meningkatan peran dan fungsi sosial

Jurnal Ilmiah VISI PPTK-PAUDNI - Vol. 6, No.1, Juni 2011 17


Model Pelatihan Terpadu...

anak dalam membina kemandirian sebagaimana dimana satu orang pelatih membimbing delapan sampai
dijelaskan di atas adalah sebagai berikut: sepuluh anak.
a. Efektivitas model pelatihan terpadu untuk Sebagaimana dikatakan dalam Undang-undang
meningkatan peran dan fungsi sosial anak dalam Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 pasal
membina kemandirian dapat diimplementasikan 39, bahwa tugas tenaga kependidikan adalah bertugas
secara efektif dan efisien. Hal ini didasarkan pada melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengemba-
adanya penguatan kemampuan orang tua/wali dan ngan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk
guru kelas dalam pengetahuan, nilai, sikap dan menunjang berhasilnya proses pendidikan pada satuan
keterampilan dalam membina anak di lingkungannya pendidikan. Oleh karena itu dapat diungkapkan bahwa
pasca mengikuti pelatihan terpadu ini. tenaga pelatih sebagai tenaga pendidik pada pelatihan
b. Selanjutnya, berdasarkan hasil evaluasi dengan terpadu memiliki tugas menjalankan administrasi
menggunakan analisis komparasi hasil pre test dan pendidikan baik dalam pengelolaan, pengawasan
post test dengan menggunakan uji beda, diperoleh maupun dalam hal-hal menjalankan pengawasan dan
data adanya peningkatan hasil yang signifikan dan pelayanan teknis di institusi atau lembaga pendidikan.
terbukti pengaruh pengetahuan, nilai, sikap dan Tentu saja jalur pendidikan dimaksud baik formal
keterampilan orang tua/wali dan guru kelas dalam maupun non formal.
membina anak di lingkungannya, pasca mendapat- Menurut Mathis dalam Irawati (2011), pelatih
kan pelatihan dari RPSPA, sangat besar sehingga harus mempelajari dan menguasai beberapa hal
pembinaan yang telah diberikan efektif dan dapat dibawah ini.
dirasakan manfaatnya. a. Pengetahuan yang memadai dan mendalam dalam
4. Peran Tenaga Pelatih pada Pelatihan Terpadu bidang keilmuan atau studi tertentu.
Untuk Meningkatkan Fungsi Dan Peran Sosial b. Kemampuan dalam bidang pendidikan dan keguruan
Anak dalam Membina Kemandirian (berkenaan dengan proses pembelajaran berupa
Berhasil atau tidaknya pencetakan SDM atau
teori, praktek dan pengalaman lapangan).
keberhasilan peserta didik dalam menyerap ilmu
c. Kemampuan kemasyarakatan (kemampuan
pengetahuan tergantung pada profesionalisme dan
berinteraksi dalam kehidupan antara manusia dan
dedikasi guru dalam tugasnya.
masyarakat baik di lingkungan lembaga pelatihan
Dalam penyelenggaraan pelatihan terpadu sendiri
tidak terlepas dari peran tenaga pendidik khususnya maupun masyarakat luas).
pelatih, tenaga pelatih pada pelatihan teknis sendiri yaitu d. Kemampuan kepribadian
pekerja sosial yang dibagi kepada dua kategori, yaitu Pada prinsipnya seorang pelatih bertanggung
tim pengarah dan tim pelaksana. Tim pengarah sendiri jawab atas penyampaian materi latihan serta hasil yang
terdiri dari para ahli dari berbagai disiplin ilmu yang diperolehnya. Pelatih wajib melaporkan semua kegiatan
memberikan konsultasi khusus, yaitu social worker, latihan kepada Training Director, termasuk hasil
dokter medis, pendidik, psikolog, intruktur keterampilan, penilaian atas peserta. Apabila dijabarkan, tugas utama
ahli gizi, dan ahli lainnya yang relevan mendukung seorang pelatih antara lain.
pelaksanaan kegiatan. Sedangkan yang menjadi tim a. Mengajar secara teratur di kelas latihan.
pelaksana yaitu perangkat lembaga rumah perlindungan b. Mengevaluasi hasil yang dicapai setiap peserta
sosial petirahan anak, guru-guru pendamping, pekerja latihan dan melaporkannya kepada training director.
sosial fungsional, perawat kesehatan, guru agama, dan c. Memberikan catatan-catatan kepada peserta.
pengasuh (pembimbing). d. Menyiapkan bahan-bahan dan peralatan pelatihan.
Pekerja sosial adalah suatu bidang keahlian yang e. Membantu manajer mengembangkan serta
mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki dan mengarahkan para peserta.
mengembangkan interaksi sosial diantara orang-orang Menurut Moekijat (1990) peranan seorang pelatih/
dengan lingkungan sosial sehingga orang itu tidak trainer adalah sebagai pengajar, pemimpin kelas,
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas pembimbing, fasilitator, peserta aktif, ekspeditor,
kehidupan mereka, mengatasi kesulitan-kesulitan serta perencana pembelajaran, pengawas, motivator,
mewujudkan aspirasi-aspirasi serta nilai-nilai mereka evaluator, konselor, dan penyidik sikap dan nilai. Pada
(Soetarso, 1980: 4) pelatihan terpadu sendiri tenaga pelatih memiliki tugas
Rasio petugas dengan anak yang tetirah di rumah sebagai pembimbing bagi anak dalam rangka
perlindungan sosial petirahan anak adalah 1 : 8 -10, meningkatkan fungsi dan peran sosial anak dalam
membina kemandirian.

18 Jurnal Ilmiah VISI PPTK-PAUDNI - Vol. 6, No.1, Juni 2011


Model Pelatihan Terpadu...

ABSTRAK
KESIMPULAN

Kesimpulan pengawasan maupun dalam hal-hal menjalankan


Dari hasil uraian di atas maka dapat diambil pengawasan dan pelayanan teknis di institusi atau
kesimpulan sebagai berikut: lembaga pendidikan dalam rangka meningkatkan fungsi
Pertama, pelaksanaan pelatihan terpadu yang dan peran sosial anak dalam membina kemandirian.
diselenggarakan di RPSPA Cisurupan Garut berkaitan Saran
dengan hal-hal proses pelaksanaan kegiatan Terdapat beberapa hal yang harus mendapat
pembinaan, evaluasi, dan pembinaan lanjut terhadap perhatian dalam pelatihan terpadu, sehingga penulis
anak dan keluarga dan orang tua pasca mengikuti memberikan beberapa saran, diantaranya.
pelatihan di RPSPA. Model pelatihan terpadu di RPSPA Pertama, tahap pembinaan lanjutan dan evaluasi
mencakup beberapa tahapan yaitu: tahap perencanaan, menjadi sangat penting dalam menjaga konsistensi dan
persiapan, pelaksanaan pembinaan dan evaluasi hasil. keberlanjutan pembinaan anak di lingkungan keluarga
Kedua, implementasi model, terdiri atas pasca pembinaan kemandirian di RPSPA.
persiapan, seleksi, pelaksanaan, evaluasi dan Kedua, instrumen dan alat evaluasi harus
pendampingan, serta adanya proses home visit pada mendapat perhatian dan dilaksanakan secara konsisten
tahap persiapan dan evaluasi. dan diperbaharui terus untuk mendapatkan perbaikan
Ketiga, efektivitas model yang dikembangkan agar peningkatan kualitas kemandirian anak terus
dikaji berdasarkan sejauhmana fungsi dan peran serta berlanjut dan meningkat.
kemandirian anak setelah mengikuti pelatihan terpadu. Ketiga, peran stakeholder dalam pembinaan
Pelatihan terpadu berpengaruh secara signifikan anak menjadi sangat penting, karenanya perlu upaya
terhadap fungsi dan peran sosial anak. yang serius dan terencana agar pemerintah (RPSPA),
Keempat, tenaga pelatih sebagai tenaga pendidik guru kelas, orang tua dan pekerja sosial bisa
pada pelatihan terpadu memiliki tugas menjalankan meningkatkan kapasitas dan perannya untuk kemajuan
administrasi pendidikan baik dalam pengelolaan, pembinaan kemandirian anak.

ABSTRAK
DAFTAR PUSTAKA

Borg, W.R & Gall, M.D. (1979). Educational research: Bandung: Mandar Maju
An introduction. New York: Southend Press. Soetarso. (1980). Kesejahteraan sosial, pelayanan
Gunarsa, Y.S & Gunarsa D.S. (1991). Psikologi untuk sosial, dan kebijaksanaan sosial. Bandung:
membimbing. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. STKS
Irawati, R. (2011). Training 1: The role of trainer/ Sumantri, S. (2000). Pelatihan dan pengembangan
instructor. Akses: 15 Juni 2011. Alamat: http:// sumber daya manusia. Bandung: Fakultas
blog.stie-mce.ac.id/rina/2011/04/27/seluk-beluk- Psikologi Unpad
tentang-tenaga-pelatih-trai nerinstructor/. Syaodih, N. (1993). Pengembangan kemandirian: Suatu
Linton, R. (1984). Antropologi: Suatu penyelidikan tinjauan kurikuler psikologis. Pidato Pengukuhan
tentang manusia (The study of man). Guru Besar Pada IKIP Bandung: Tidak
(Penterjemah Firmansyah). Bandung: Jemmars diterbitkan.
Moekijat. (1990). Evaluasi pelatihan dalam rangka Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
meningkatkan produktivitas perusahaan. Tahun 2003

Jurnal Ilmiah VISI PPTK-PAUDNI - Vol. 6, No.1, Juni 2011 19

Anda mungkin juga menyukai