Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PSIKOLOGI

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN


===========================================================================================
VOL 6 NO (1) 2019 || Email :jurnalpsikologi@uhn.ac.id || Web : http://jurnal.uhn.ac.id/index.php/psikologi
==========================================================================================

PERAN SOCIAL MATURITY DALAM MEMBANGUN SCHOOL


READINESS PADA MURID PRASEKOLAH KAYATA SCHOOL
BERASTAGI

Yulinda Septiani Manurung


Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Prima Indonesia
(yulindaseptianimanurung@unprimdn.ac.id)

Winida Marpaung
Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Prima Indonesia
(winidamarpaung@unprimdn.acid)

ABSTRACT

This study aims to see how the readiness of preschool children to enter primary
school, especially their social maturity. The subjects of the study were 15 Berastagi
Kayata School preschoolers aged four to seven year old. Data was taken with the
Nijmeegse Schoolbekwaamheidstest (NST) test to obtain a picture of children's
school readiness and the Vineland Adaptive Behavior Scale (VABS) to look more
specifically at a child's social maturity. The research data were analyzed
descriptively with a quantitative approach. The results obtained in this study are as
the chronological age of Kayata School preschoolers become more mature, they
are intellectually ready to enter elementary school. But socially and emotionally,
their readiness is still not optimal to be able to participate in learning activities in
elementary schools
.
.
Keywords : School readiness, Social Maturity

PENDAHULUAN kedisiplinan, jarak lokasi sekolah


Orangtua selalu berkeinginan dari rumah, dsb.
untuk memberikan yang terbaik bagi Pendidikan adalah hak setiap
anak-anaknya termasuk dalam hal manusia. Hal ini ditegakkan dalam
pendidikan. Setiap tahunnya, UUD 1945 Pasal 31 yang berisi
menjelang tahun ajaran baru, para tentang “Setiap warga negara berhak
orangtua sibuk mencari informasi mendapat pendidikan”. Pada
tentang sekolah, mulai dari hakekatnya, pendidikan adalah salah
mengumpulkan brosur untuk satu kebutuhan utama dalam
mengenal profil sekolah, meninjau kehidupan manusia. Bagaimana
lingkungan sekitar sekolah, mencari kualitas manusia sangat dipengaruhi
informasi mengenai fasilitas, oleh pendidikan yang diterimanya.

43
Untuk menciptakan generasi diri, namun hanya 50% yang sudah
yang berkualitas, pendidikan harus cukup mandiri, dengan 68,75%
dilakukan sejak usia dini, dalam hal belum terampil untuk mandi sendiri,
ini melalui Pendidikan Anak Usia 65,625% belum terampil untuk
Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang membersihkan diri setelah buang air
ditujukan bagi anak sejak lahir besar, dan 56,25% belum terampil
hingga usia 6 tahun. Dalam Peraturan untuk berpakaian sendiri.
Mendikbud Republik Indonesia Kondisi ini membuat peneliti
Nomor 146 Tahun 2014 Tentang tertarik untuk melihat bagaimana
Kurikulum 2013 PAUD disebutkan kesiapan sekolah anak TK dalam
bahwa salah satu layanan PAUD memasuki SD khususnya
adalah berupa Taman Kanak-kanak kematangan sosialnya. Penelitian ini
(TK) yang ditujukan untuk anak diharapkan dapat membantu guru
berusia 4 (empat) sampai dengan 6 dalam menyusun pembelajaran serta
(enam) tahun. memberikan informasi pada
Kondisi peralihan dari TK ke orangtua/wali tentang kemajuan
Sekolah Dasar (SD) adalah satu fase pertumbuhan dan perkembangan
yang tidak mudah. Hal ini anak.
merupakan satu langkah besar bagi
anak, karena di sekolah, besar Kesiapan Sekolah
tuntutan yang dterima anak akan Lerner (1997) menjelaskan
berbeda dengan saat anak tersebut bahwa konsep kesiapan (readiness)
berada di Taman Kanak-kanak. Sabri berkaitan dengan kondisi
(dalam Novitawati, 2011) perkembangan kematangan dan
mengemukakan bahwa anak-anak pengalaman sebelumnya yang
yang pernah mengikuti program TK, diperlukan sebelum suatu
secara fisik, intelektual, dan fungsi keterampilan tertentu dapat
sosial, lebih siap memasuki kelas dipelajari. Pengalaman dan
satu SD. kematangan yang dimaksudkan di
Namun, pada kenyataannya, sini bisa meliputi tahap
masih sering ditemukan keluhan dari perkembangan susunan syaraf,
orangtua bahwa anak belum bisa kekuatan otot yang memadai, dan
dilepas untuk belajar sendiri ketika perkembangan lainnya.
masuk ke SD, masih tampak seperti Vygotsky (dalam Lerner,
anak TK yang perlu dibantu untuk 1997) mengungkapkan teori tentang
menata pakaian dan perlengkapan zone of proximal development, yang
sekolah, masih perlu ditunggui untuk mendasari tentang teori kesiapan
menyelesaikan tugas rumah, dan belajar. Terdapat beberapa tahap
banyak lagi. kesiapan dalam belajar. Tahapnya
Hasil penelitian Sembiring berkisar dari yang pertama adalah
(2013) mengenai kesiapan sekolah siswa dapat belajar hampir secara
anak menunjukkan bahwa 82% anak mandiri, hingga tahap terakhir, yaitu
sudah cukup mampu untuk materinya berada di luar kemampuan
menyesuaikan diri, 84% sudah cukup anak, sehingga walau dengan
terampil bersosialisasi, 68% sudah petunjuk yang terstruktur sekalipun,
cukup mampu untuk mengendalikan siswa tidak akan dapat menguasai

44
keterampilan yang diajarkan. Zona sekitarnya. Perilaku yang berkaitan
perkembangan yang sesuai berada dengan kematangan sosial seseorang
dalam kisaran kedua tahap tersebut. adalah komunikasi, keterampilan
Siswa tidak dapat memecahkan sehari-hari, sosialisasi dengan orang
persoalan sendirian, namun dapat lain, dan kemampuan motorik
belajar dengan berhasil di bawah (Sparrow, dkk., 1984).
bimbingan orang dewasa atau
berkolaborasi dengan teman yang METODE PENELITIAN
lebih mampu. Penelitian ini menggunakan
Beberapa hal yang perlu metode analisis deskriptif dengan
dikuasai agar siap masuk sekolah pendekatan kuantitatif. Adapun
yang dirumuskan Hurlock (1980), pengertian deskriptif menurut
antara lain: kemampuan adaptasi, Sugiyono (2012) adalah metode yang
kemampuan menata dan merawat berfungsi untuk mendeskripsikan
barang, pengendalian emosi, atau memberi gambaran terhadap
keterampilan motorik halus dan objek yang diteliti melalui data atau
kasar, keterampilan menolong diri sampel yang telah terkumpul
sendiri, dan keterampilan sosial. sebagaimana adanya, tanpa
Secara umum, keterampilan tersebut melakukan analisis dan membuat
dapat dibagi menjadi empat kategori, kesimpulan yang berlaku umum.
yakni menolong diri sendiri, Termasuk dalam statistik deskriptif,
menolong orang lain, keterampilan antara lain: penyajian data melalui
sekolah, dan keterampilan bermain. tabel, grafik, diagram lingkaran,
pictogram, perhitungan modus,
median, mean (pengukuran tendensi
Kematangan Sosial sentral), perhitungan desil, persentil,
Kematangan sosial merupakan perhitungan penyebaran data melalui
kemampuan individu untuk perhitungan rata-rata dan standar
mengurus dirinya dan berpartisipasi deviasi, perhitungan persentase
atau ikut serta dalam kegiatan yang (Sugiyono dalam Sudaryono, 2016).
mengarahkan pada kemandirian Sampel diambil dari sebuah
(Doll, 1965). Ada beberapa istilah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
yang sering digunakan untuk Kayata School, sebuah prasekolah di
menyebut kematangan sosial, seperti Kecamatan Berastagi, Kabupaten
kematangan atau kedewasaan sosial. Karo, Sumatera Utara. Jumlah
Salah satunya adalah Chaplin (1989) sampel dalam penelitian ini adalah
yang mendefinisikan bahwa sebanyak 15 orang, yakni seluruh
kematangan sosial merupakan suatu murid berusia 4 (empat) hingga 7
perkembangan keterampilan dan (tujuh) tahun yang aktif bersekolah
kebiasaan-kebiasaan individu yang di Kayata School. Pengambilan data
menjadi ciri khas kelompoknya. dilakukan secara individual (1 orang
Kematangan sosial juga dapat dilihat tester, 1 orang murid) selama satu
sebagai suatu indikator keberhasilan hari di bulan Mei 2019 yang
seorang anak dalam penyesuaian diri berlangsung di Kayata School,
dengan lingkungan sekitar, baik Berastagi. Ada 6 (enam) orang tester
terhadap orang lain maupun benda di yang terlibat untuk melakukan

45
pengambilan data terhadap 15 orang Sedangkan VABS merupakan
murid dan 15 orang adalah suatu alat pengukuran
guru/wali/orangtua murid. psikologi yang dirancang untuk
mengukur perilaku adaptif individu
Variabel yang diteliti adalah mulai dari lahir hingga usia 90 tahun.
kesiapan anak untuk masuk sekolah, VABS terdiri atas 5 domain, masing-
yang didefinisikan secara operasional masing dengan 2-3 subdomain.
sebagai kesiapan sekolah yang Kelima domain tersebut, antara lain:
meliputi kesiapan fisik, kesiapan komunikasi, keterampilan hidup
intelektual, kesiapan sosial, dan sehari-hari, sosialisasi, keterampilan
kesiapan emosional; serta motorik, dan perilaku adaptif (yang
kematangan sosial anak yang sifatnya opsional). Dalam penelitian
mencakup: kemampuan ini, hanya 3 domain VABS yang
berkomunikasi, keterampilan hidup hasilnya digunakan oleh peneliti,
sehari-hari, dan kemampuan yakni domain komunikasi (terdiri
bersosialisasi. dari subdomain: komunikasi reseptif,
ekspresif, dan tertulis), domain
keterampilan hidup sehari-hari
Instrumen yang Digunakan
(terdiri dari subdomain: personal,
domestik, dan masyarakat), dan
Data diambil dengan alat tes
domain sosialisasi (terdiri dari
Nijmeegse Schoolbekwaamheidstest
subdomain: hubungan antar personil,
(NST) yang diberikan langsung
bermain dan waktu senggang, serta
kepada anak untuk memperoleh
keterampilan mengatasi).
gambaran kesiapan sekolah anak dan
Vineland Adaptive Behavior Scale
(VABS) yang ditanyakan kepada
orangtua atau wali untuk melihat Pengolahan Data
kematangan sosial anak secara lebih
spesifik. Data hasil tes NST akan diskor
NST dibuat oleh Prof. Dr. secara individual, kemudian dianalisa
F.J. Monks, Drs. H. Rost, Drs. N.H. menggunakan teknik statistika dan
Coffie, dengan tujuan untuk diinput ke dalam tabel berdasarkan
mengetahui tingkat kematangan anak persentasenya, dengan kategori
memasuki pendidikan level sekolah belum siap, ragu-ragu, dan siap
dasar, prognosis (meramalkan) untuk sekolah. Demikian pula data
prestasi sekolah anak di sekolah hasil penelitian menggunakan
dasar, dan mengetahui kemampuan- metode survei berdasarkan VABS.
kemampuan tertentu anak yang Data dianalisa dengan teknik
sudah atau belum matang dan perlu statistika sederhana agar diperoleh
latihan, pembinaan, pengembangan, gambaran bagaimana kematangan
atau peningkatan. Kesiapan sekolah sosial anak yang akan memasuki
yang dapat diketahui dari NST, sekolah dasar
antara lain: kesiapan fisik, kesiapan
intelektual, kesiapan sosial, dan
kesiapan emosional.

46
HASIL dan PEMBAHASAN Perbandingan
Pengamatan 0 16,67 83,33 100
Berikut ini merupakan deskripsi Tajam
Pengamatan 0 16,67 83,33 100
Kritis
berdasarkan umur sebagai Konsentrasi 0 0 100 100
Daya Ingat 0 16,67 83,33 100
karakteristik sampel: Pengertian 0 16,67 83,33 100
Tentang
Objek dan
Tabel 1. Karakteristik Sampel Penilaian
Penelitian Berdasarkan Usia Terhadap
Umur Jumlah Persentase Situasi
Memahami 16,67 0 83,33 100
(Tahun) (Orang) (%) Cerita
4 6 40 Gambar 100 0 0 100
5 4 26,67 Orang
6 4 26,67
7 1 6,66
Total 15 100 Berdasarkan perolehan data dari hasil
tes NST pada Tabel 2 terlihat bahwa
seluruh murid yang berusia 4 tahun
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa (100%) telah mampu untuk
sampel terbanyak, yaitu pada umur 4 melakukan tugas pengamatan bentuk
tahun dengan jumlah 6 orang dan dan membedakan. Selain itu, keenam
persentase 40%. Sampel berumur 5 orang murid juga sudah memiliki
tahun ada 4 orang (26,67%), sampel konsentrasi yang baik ketika
berusia 6 tahun ada 4 orang mengerjakan tugas yang
(26,67%), dan jumlah yang paling membutuhkan fokus dengan batasan
sedikit ada pada sampel berusia 7 waktu untuk mencari benda yang
tahun, yakni hanya ada 1 orang sama. Sedangkan pada aspek motorik
(6,66%). halus, pengertian tentang besar
Selanjutnya peneliti jumlah dan perbandingan,
mendeskripsikan hasil dari pengamatan tajam, pengamatan
pemeriksaan kesiapan sekolah dan kritis, daya ingat, pengertian tentang
kematangan sosial berdasarkan usia objek dan penilaian terhadap situasi,
masing-masing anak. serta memahami cerita terlihat
berbeda-beda. Ada murid yang
Tabel 2. Gambaran Hasil NST Murid belum siap, ada yang masih
Kayata School yang Berusia 4 Tahun diragukan kesiapannya, dan ada yang
Aspek NST Belum Ragu Siap Total
Siap (%) Untuk (%) benar-benar siap. Sementara untuk
(%) Sekolah
(%)
subtes menggambar orang, hampir
Pengamatan 0 0 100 100 keseluruhan murid (100%) terlihat
Bentuk dan belum mampu menggambar orang
Kemampuan
Membedakan dengan baik. Artinya, mereka belum
Motorik 50 0 50 100 mengenali diri dan memahami fungsi
Halus tubuhnya dengan baik.
Pengertian 50 0 50 100
Tentang
Besar Jumlah
dan

47
Tabel 3. Gambaran Hasil NST Murid benar-benar siap. Sementara untuk
Kayata School yang Berusia 5 Tahun subtes menggambar orang, tiga orang
Aspek NST Belum Ragu Siap Total murid (75%) terlihat belum mampu
Siap
(%)
(%) Untuk
Sekolah
(%) menggambar orang dengan baik.
(%) Sedangkan satu orang lainnya (25%).
Pengamatan 0 0 100 100 Artinya, sudah cukup mampu
Bentuk dan
mengenali diri dan memahami fungsi
Kemampuan
Membedakan tubuhnya dengan baik.
Motorik 0 25 75 100
Halus
Pengertian 0 50 50 100 Tabel 4. Gambaran Hasil NST Murid
Tentang Kayata School yang Berusia 6 Tahun
Besar Jumlah
dan Aspek NST Belum Ragu Siap Total
Siap (%) Untuk (%)
Perbandingan (%) Sekolah
Pengamatan 25 25 50 100 (%)
Tajam Pengamatan 0 0 100 100
Pengamatan 0 25 75 100 Bentuk dan
Kritis Kemampuan
Konsentrasi 0 25 75 100 Membedakan
Daya Ingat 25 0 75 100 Motorik 0 0 100 100
Pengertian 25 0 75 100 Halus
Tentang Pengertian 0 25 75 100
Objek dan Tentang
Penilaian Besar Jumlah
Terhadap dan
Situasi Perbandingan
Memahami 25 0 75 100 Pengamatan 25 0 75 100
Cerita Tajam
Gambar 75 0 25 100 Pengamatan 0 0 100 100
Orang Kritis
Konsentrasi 0 0 100 100
Daya Ingat 0 0 100 100
Pengertian 0 0 100 100
Berdasarkan perolehan data Tentang
dari hasil tes NST pada Tabel 3 Objek dan
terlihat bahwa seluruh murid yang Penilaian
berusia 5 tahun (100%) juga telah Terhadap
Situasi
mampu untuk melakukan tugas
Memahami 0 0 100 100
pengamatan bentuk dan Cerita
membedakan. Sedangkan pada aspek Gambar 50 0 50 100
motorik halus, pengertian tentang Orang
besar jumlah dan perbandingan,
pengamatan tajam, pengamatan
kritis, daya ingat, pengertian tentang Berdasarkan perolehan data
objek dan penilaian terhadap situasi, dari hasil tes NST pada Tabel 4
serta memahami cerita terlihat terlihat bahwa seluruh murid yang
berbeda-beda. Ada murid yang berusia 6 tahun (100%) juga telah
belum siap, ada yang masih mampu untuk melakukan tugas
diragukan kesiapannya, dan ada yang pengamatan bentuk dan

48
membedakan. Keempat murid yang Situasi
Memahami 0 0 100 100
berusia 6 tahun tersebut juga telah Cerita
terampil menggunakan alat tulis, Gambar 0 100 0 100
mampu menilai kondisi atau situasi Orang
yang dirasa kurang atau belum
lengkap, fokus terhadap tugas yang
dikerjakan, mampu mengingat Berdasarkan perolehan data dari hasil
kembali stimulus gambar yang telah tes NST pada Tabel 5 terlihat bahwa
disajikan sebelumnya, mampu seorang murid yang telah berusia 7
memahami aturan dan penilaian tahun (100%) telah sangat siap untuk
sosial, dan mampu memahami cerita mengikuti pendidikan di sekolah
dengan baik. Hal ini terlihat pada dasar. Ia sudah menguasai hampir
masing-masing aspek NST, yakni seluruh aspek yang diukur
motorik halus, pengamatan kritis, menggunakan NST. Hanya satu
konsentrasi, daya ingat, pengertian aspek saja, yakni kemampuan
tentang objek dan penilaian terhadap menggambar orang, yang masih
situasi, serta memahami cerita. belum berkembang secara optimal.
Aspek yang tergolong sedikit Dari penjabaran data NST
dikuasai oleh kelompok murid berdasarkan kelompok usia murid
berusia 6 tahun adalah menggambar Kayata School Berastagi, yakni 4, 5,
orang. Hanya dua dari empat orang 6, dan 7 tahun, dapat ditarik
(50%) yang sudah mampu mengenali kesimpulan bahwa semakin
anggota tubuhnya dengan baik. bertambah usia anak prasekolah,
maka semakin banyak aspek
kesiapan sekolah yang dikuasai,
Tabel 5. Gambaran Hasil NST
khususnya kesiapan intelektual.
Murid Kayata School yang Berusia
Didukung dengan proses belajar
7 Tahun
Aspek NST Belum Ragu Siap Total yang mereka dapatkan di sekolah,
Siap
(%)
(%) Untuk
Sekolah
(%) mereka mampu berpikir kritis,
(%) mengamati secara tajam, mengingat
Pengamatan 0 0 100 100 informasi, dan berkonsentrasi saat
Bentuk dan
Kemampuan mengerjakan tugas. Sementara
Membedakan kesiapan motorik, sosial, dan emosi
Motorik 0 0 100 100 masih belum optimal. Hal ini dapat
Halus
Pengertian 0 0 100 100 terlihat dari aspek gambar orang,
Tentang yang meminta murid untuk
Besar Jumlah menggambarkan orang lengkap.
dan
Perbandingan Semakin lengkap dan jelas gambar
Pengamatan 0 0 100 100 orang yang digambar, maka semakin
Tajam matang juga perkembangan motorik,
Pengamatan 0 0 100 100
Kritis
sosial, dan emosi anak. Sedangkan
Konsentrasi 0 0 100 100 dari hasil perolehan data diketahui
Daya Ingat 0 0 100 100 bahwa murid yang berusia 7 tahun
Pengertian 0 0 100 100 pun belum dapat menggambarkan
Tentang
Objek dan orang dengan tepat.
Penilaian
Terhadap

49
Tabel 6. Gambaran Age-Equivalent (AE) domestik (seperti: menyimpan
Berdasarkan VABS barang, ke toilet sendiri pada malam
Murid Kayata School
Nam Usia AE AE AE hari, dsb), dan masyarakat (seperti:
a Kron Komuni Keteram Sosiali paham akan fungsi jam, fungsi uang,
ologis kasi pilan sasi
Muri Hidup dsb) setara dan di atas usia
d Sehari- kronologisnya. Mereka antara lain:
(Inisi hari
AL, ST, RA, ALD, AR, dan DI.
al)
Sedangkan enam orang lainnya
AI 4 2 4 3
AD 4 2 2 5 (60%) memiliki keterampilan hidup
AL 4 3–4 4 5 yang tergolong di bawah usia
AN 4 4 2 5 kronologisnya.
BR 4 2 2 3 Sementara dalam domain
KI 4 5 4 4 ‘Sosialisasi’, hanya tujuh orang
ST 5 2 7 6 murid (46,67%) yang telah mampu
EM 5 3–4 4 4–5
JE 5 2 4 3
berinteraksi dengan orang lain
RA 5 3–4 6 7–8 (hubungan antar personil),
ALD 6 5 6 5 menggunakan waktu luang dengan
AR 6 7–8 7 7–8 baik (bermain dan waktu senggang),
DI 6 6 7 5 bertanggung jawab serta peka
JO 6 7–8 4 5 terhadap orang lain (keterampilan
SH 7 7–8 6 6
mengatasi) setara dan di atas usia
kronologisnya. Mereka antara lain:
AD, AL, AN, ST, EM, RA, dan AR.
Hasil pemeriksaan menggunakan Sedangkan delapan orang lainnya
NST, diperkuat juga oleh hasil (53,33%) memiliki keterampilan
perolehan data menggunakan VABS. hidup yang tergolong di bawah usia
Berdasarkan Tabel 6 di atas, terlihat kronologisnya.
sejauhmana perkembangan Berdasarkan data VABS yang
kemampuan adaptif masing-masing dijabarkan tersebut, dapat diketahui
murid bila dibandingkan dengan usia bahwa hampir setengah dari
kronologisnya. Pada domain keseluruhan murid Kayata School
‘Komunikasi’, hanya ada enam orang memiliki kemampuan sosial yang
murid (40%) yang memiliki belum optimal. Hal ini sejalan
kemampuan komunikasi reseptif, dengan hasil dari pemeriksaan
ekspresif, dan tertulis setara dan di dengan NST, dimana kebanyakan
atas usia kronologisnya. Mereka murid telah memiliki kesiapan
antara lain: antara lain: AL, KI, AR, intelektual untuk memasuki sekolah
DI, JO, dan SH. Sedangkan sembilan dasar, namun secara sosial dan emosi
orang lainnya (60%) memiliki masih dapat dikatakan belum siap
kemampuan komunikasi yang untuk mengikuti kegiatan belajar di
tergolong di bawah usia sekolah dasar. Padahal kesiapan
kronologisnya. bersekolah tidak hanya meliputi hal-
Demikian juga dalam domain hal yang berkaitan dengan
‘Keterampilan Hidup Sehari-hari’, kecerdasan atau intelektual saja,
hanya enam orang murid (40%) yang tetapi juga mencakup aspek yang
telah memiliki keterampilan personal lebih luas, yaitu aspek sosial dan
(seperti: makan, berpakaian, dsb),

50
emosional (Haditono, 1986). murid prasekolah Kayata School
Kesiapan sosial diperlukan agar anak telah memiliki kesiapan intelektual
mudah menyesuaikan diri dengan untuk memasuki sekolah dasar,
harapan-harapan dan aturan-aturan di namun secara sosial dan emosi masih
sekolah. Apabila anak memiliki dapat dikatakan belum siap untuk
kesiapan sekolah, ia akan cukup mengikuti kegiatan belajar di sekolah
matang serta sadar akan status dasar.
dirinya, sehingga tidak menuntut
perhatian terus menerus, mau SARAN
menang sendiri, tetapi harus mampu
melaksanakan tugas dari guru serta Berkaitan dengan hasil penelitian,
mampu menerima kewibawaan guru. maka penelit mengajukan beberapa
Sedangkan anak yang secara saran, diantaranya:
emosional sudah siap bersekolah 1. Bagi orangtua, diharapkan untuk
ditandai dengan kemandiriannya terus memberikan stimulasi bagi
lepas dari bantuan dan bimbingan anak agar kematangan sosial dan
orang dewasa, tidak mengalami emosi anak dapat lebih optimal.
kesulitan untuk berpisah dalam Hal yang dapat dilakukan adalah
waktu tertentu dengan orangtuanya, mengurangi pemberian bantuan
dapat menerima dan mengerti setiap secara bertahap, meluangkan
tuntutan di sekolah, serta dapat waktu untuk membaca dan
mengontrol emosinya seperti rasa berdiskusi dengan anak,
marah, takut, dan iri (Hurlock dalam meluangkan waktu untuk
Sulistyaningsih, 2005). Selain itu bermain dengan anak, dan
anak juga harus sudah dapat bekerja melatih anak untuk
sama, saling menolong, menunggu mengendalikan emosi.
giliran untuk suatu tugas, dan 2. Orangtua juga perlu
sebagainya (Margolin dalam mempertimbangkan usia anak
Sulistyaningsih, 2005). saat memasuki sekolah dasar
agar mereka lebih produktif dan
bertanggung jawab atas perilaku
KESIMPULAN mereka saat berada di sekolah
dasar. Membantu anak untuk
Berdasarkan hasil belajar bertanggung jawab
pemeriksaan kesiapan sekolah terhadap perilaku mereka sendiri
menggunakan NST dan kematangan sama pentingnya dengan
sosial menggunakan VABS terhadap membantu mereka belajar
murid-murid Kayata School, membaca dan menulis.
disimpulkan bahwa seiring semakin 3. Bagi guru dan pihak sekolah,
matang usia anak prasekolah dan perlu memberikan stimulasi
didukung dengan proses belajar di yang seimbang bagi berbagai
sekolah, maka semakin banyak aspek aspek perkembangan anak,
kesiapan sekolah yang dikuasai oleh, termasuk aspek sosial dan
khususnya kesiapan intelektual. emosi. Guru juga perlu
Sementara kesiapan motorik, sosial, mengoptimalkan kemampuan
dan emosi terlihat masih belum anak dalam mengenali diri dan
optimal. Dengan kata lain, murid-

51
fungsi tubuh, agar anak dapat Nasional Pendidikan Anak Usia
lebih mandiri ketika memasuki Dini 2012: Identifikasi
sekolah dasar. Perkembangan Psikologis Anak
4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat Usia Dini. Salatiga: Universitas
meneliti bagaimana kesiapan Kristen Satya Wacana.
sekolah anak ditinjau dari jenis
kelamin, status pernikahan Sparrow, S., Bella, D. & Cicchetti,
orangtua, maupun tingkat D. (1984). Vineland Adaptive
pendidikan orangtua. Behavior Scales. Circle Pines,
MN: American Guidance
Services.
DAFTAR PUSTAKA Sudaryono. (2016). Metode
Penelitian Pendidikan. Jakarta:
Kencana.
Chaplin, J.P. (1989). Dictionary of
Psychology. New York: Dell
Publishing Co. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif.
Haditono, S.R. (1986). Pengasuhan Bandung: Alfabeta.
Anak Menuju Kesiapan Masuk
Sekolah Dasar (SD). Sulistyaningsih, W. (2005). Kesiapan
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Bersekolah Ditinjau Dari Jenis
Universitas Gajah Mada. Pendidikan Pra Sekolah Anak
dan Tingkat Pendidikan
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Orangtua. Psikologia Volume I,
Perkembangan: Suatu Edisi Juni 2005 No. 1, Hal 1-8.
Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan Edisi Ke-5. Jakarta: Syah, M. (1997). Psikologi
Erlangga. Pendidikan: Dengan Pendekatan
Baru: Bandung: PT Remaja
Lerner, J.W. (1997). Learning Rosdakarya.
Disabilities: Theories,
Diagnosis, and Teaching UNICEF. (2012). School Readiness,
Strategies 7th Edition. Boston: a Conceptual Framework. New
Houghton Mifflin Co. York: UNICEF.
Novitawati. (2013). Kesiapan Sekolah
Anak Taman Kanak-kanak Berbasis
Model Pembelajaran Sentra (Studi
Kualitatif di Taman Kanak-kanak
Islam Sabilal Muhtadin
Banjarmasin Tahun 2011). Jurnal
Pendidikan Usia Dini Volume 7,
Edisi 1 April 2013 Hal 109-132.
Sembiring, R.A. (2013). Kesiapan
Masuk Sekolah Dasar Ditinjau
Dari NST, Emosi, dan Sosial.
Proceeding Temu Ilmiah

52

Anda mungkin juga menyukai