No Soal Skor
1 Proses globalisasi pada hakikatnya bergantung pada pola pikir dan pengendalian diri manusia
dalam menyikapinya. Dampak globalisasi dapat menjadi tantangan sekaligus juga ancaman
khususnya bagi ketahanan nasional Indonesia. Hasil penelitian M. Insya Musa pada tahun 2015
menunjukkan bahwa dampak positif dari globalisasi adalah terjadinya perubahan tata nilai dan
sikap, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadinya tingkat kehidupan yang
lebih baik, sedangkan dampak negatifnya antara lain pola hidup konsumtif, sikap
individualistik, gaya hidup kebarat-baratan dan kesenjangan sosial. Globalisasi dewasa ini
harus disikapi dengan kecerdasan dan sikap mental yang tangguh dan kuat. Berdasarkan
paparan tersebut, jawablah pertanyaan berikut:
1) Analisa oleh anda langkah-langkah strategis seperti apa yang dapat dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat sebagai upaya meningkatkan ketahanan nasional Indonesia
berdasarkan model Astagatra!
2) Deskripsikan contoh konkret yang dapat mengancam nasionalisme dalam bidang ekonomi,
sosial, dan politik!
3) Jelaskan bagaimana nilai-nilai Pancasila mampu memfilter sisi negatif dari arus
globalisasi!
Jawab:
1) Menurut hasil penelitian M. Insya Musa pada tahun 2015, dampak negatif pengaruh
globalisasi dalam kehidupan Bangsa Indonesia Pengaruh dampak negatif Globalisasi
bidang hukum, pertahanan, dan keamanan:
o Peran masyarakat dalam menjaga keamanan, kedaulatan, dan ketertiban negara
semakin berkurang karena hal tersebut sudah menjadi tanggung jawab pihak tentara
dan polisi.
o Perubahan dunia yang cepat, mampu mempengaruhi pola pikir masyarakat secara
global. Sifat – sifat masyarakatnya adalah pragmatisme, hedonisme, primitif,dan
konsumerisme
o Semakin lunturnya semangat gotong-royong, solidaritas, kepedulian, dan
kesetiakawanan sosial sehingga dalam keadaan tertentu.
Pendidikan Kewarganegaraan MKDU4111 Fachrudin Razi Aru Bone / NIM 041867638
Globalisasi bidang sosial budaya:
o Semakin mudahnya nilai-nilai barat masuk ke Indonesia baik melalui internet,
media televisi, maupun media cetak yang banyak ditiru oleh masyarakat.
o Semakin memudarnya apresiasi terhadap nilai-nilai budaya lokal yang melahirkan
gaya hidup berikut ini. Individualisme (mengutamakan kepentingan diri sendiri).
Untuk mengatasi pengaruh negatif globalisasi dalam kehidupan Bangsa Indonesia, maka
langkah-langkah strategis dapat dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat sebagai upaya
meningkatkan ketahanan nasional Indonesia berdasarkan model Astagatra. Astagatra terdiri
dari Trigatra dan Pancagatra.
Trigatra adalah tiga aspek alamiah, yaitu aspek geografi, demografi, dan sumber kekayaan
alam yang merupakan potensi dan modal bagi bangsa Indonesia dalam melaksanakan
pembangunan, oleh karena itu Trigatra harus dikelola dengan baik.
Sedangkan Pancagatra adalah lima aspek, yaitu aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan aspek pertahanan keamanan.
Bangsa Indonesia seperti kebanyakan negara berkembang lainnya, masih menitikberatkan
pada generalisasi (pembidangan yang bersifat umum atau luas) seperti yang terlihat pada
Astagatra. Ini adalah salah satu pendekatan dalam menelaah atau mengukur ketahanan
nasional, pendekatan keuletan dan ketangguhan serta pendekatan kesejahteraan dan
keamanan.
Pada hakikatnya, ketahanan nasional tergantung pada “kemampuan” bangsa dan negara
meningkatkan kondisi Astagatra tersebut dengan jalan memanfaatkan Trigatra sebagai
modal dasar untuk meningkatkan kondisi Pancagatra. Trigatra bersifat relatif statik
sedangkan Pancagatra bersifat dinamik. ketahanan nasional merupakan resultante (hasil)
dari ketahanan masing-masing aspek kehidupan (IPOLEKSOSBUD HANKAM).
Untuk mengatasi pengaruh negatif globalisasi dalam kehidupan Bangsa Indonesia, maka
langkah-langkah strategis dapat dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat sebagai upaya
untuk membentuk pola pikir, pola sikap dan pola tindak berupa pendidikan, pelatihan
sosialisasi dan upaya-upaya positif lainnya yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dalam rangka meningkatkan ketahanan nasional karena:
2) Contoh konkret yang dapat mengancam nasionalisme dalam bidang ekonomi, sosial, dan
politik:
Menurut hasil penelitian M. Insya Musa pada tahun 2015, dampak negatif pengaruh
globalisasi dalam kehidupan Bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:
Pola Hidup Konsumtif (di bidang ekonomi):
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat
melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang
dengan banyak pilihan yang ada.
Sikap Individualistik (di bidang sosial)
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak
lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa
mereka adalah makhluk sosial.
Gaya Hidup Kebarat-baratan (di bidang sosial)
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang
Pendidikan Kewarganegaraan MKDU4111 Fachrudin Razi Aru Bone / NIM 041867638
mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan
bebas remaja, dan lain-lain.
Kesenjangan Sosial (di bidang sosial)
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat
mengikuti arus globalisasi, maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu
dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.
Di bidang politik:
Masuknya paham dan ideology asing yang bisa merongrong stabilitas negara Indonesia
dan juga menimbulkan gerakan-gerakan separatisme seperti yang terjadi di Papua.
Gerakan-gerakan separatisme ini biasanya didanai oleh pihak asing yang mempunyai
tujuan ingin memecahbelah persatuan dan kesatuan bangsa.
3) Nilai-nilai Pancasila mampu memfilter sisi negatif dari arus globalisasi disebabkan
ideology Pancasila memiliki kemampuan untuk memelihara persatuan dan kesatuan
nasional dan kemampuan menangkal penetrasi ideology asing serta nilai-nilai yang tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa. Ketahanan ideology merupakan kondisi mental bangsa
Indonesia yang berpegang pada ideology Pancasila yang menjadi ideology nasional.
Pancasila sebagai ideology negara merupakan seperangkat prinsip dasar yang sistematik
dan menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya baik individual maupun sosial dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila mengutamakan persatuan dan
kesatuan serta kepentingan dan keselamatan bangsa sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan individu dan golongan. Nilai-nilai Pancasila turut mengajarkan cinta tanah air
dan mengembangkan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia.
2 Tragedi Trisakti terjadi pada tanggal 12 Mei 1998. Dalam tragedi ini, mahasiswa yang
berdemonstrasi menuntut Presiden Soeharto turun dari jabatannya, mereka juga terlibat bentrok
dengan aparat yang ingin membubarkan demonstrasi. Empat orang mahasiswa meninggal dunia
akibat tertembak dalam tragedi ini, di antaranya Hafidin Royan, Elang Mulia Lesmana,
Hertanto, dan Hendriawan Sie (www.kompas.com).
1) Analisa oleh anda adakah pelanggaran HAM yang terjadi pada tragedi Trisakti tersebut?
Mengapa amandemen UUD 1945 menjadi tuntutan pertama pada tragedi Trisakti!
2) Jelaskan contoh implementasi HAM di Indonesia berdasarkan teori realitas, teori
relativisme kultural, dan teori radikal universalisme!
3) Kemukakan minimal 2 contoh pelanggaran HAM dan bagaimana cara mengatasinya
berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM!
Untuk menjawab pertanyaan di atas terlebih dahulu, saya akan menguraikan kronologi kejadian
yang dimuat di https://id.wikipedia.org/wiki/Tragedi_Trisakti:
17.00-17.05
Oknum tersebut dikejar massa dan lari menuju barisan aparat sehingga massa mengejar ke
barisan aparat tersebut. Hal ini menimbulkan ketegangan antara aparat dan massa mahasiswa.
Pada saat petugas satgas, ketua SMUT serta Kepala kamtibpus Trisakti menahan massa dan
meminta massa untuk mundur dan massa dapat dikendalikan untuk tenang. Kemudian Kepala
Kamtibpus mengadakan negoisasi kembali dengan Dandim serta Kapolres agar masing-masing
baik massa mahasiswa maupun aparat untuk sama-sama mundur.
17.05-18.30
Ketika massa bergerak untuk mundur kembali ke dalam kampus, di antara barisan aparat ada
yang meledek dan mentertawakan serta mengucapkan kata-kata kotor pada mahasiswa sehingga
sebagian massa mahasiswa kembali berbalik arah. Tiga orang mahasiswa sempat terpancing dan
bermaksud menyerang aparat keamanan tetapi dapat diredam oleh satgas mahasiswa Usakti.
Pada saat yang bersamaan barisan dari aparat langsung menyerang massa mahasiswa dengan
tembakan dan pelemparan gas air mata sehingga massa mahasiswa panik dan berlarian menuju
kampus. Pada saat kepanikan tersebut terjadi, aparat melakukan penembakan yang membabi
buta, pelemparan gas air mata dihampir setiap sisi jalan, pemukulan dengan pentungan dan
popor, penendangan dan penginjakkan, serta pelecehan seksual terhadap para mahasiswi.
Termasuk Ketua SMUT yang berada di antara aparat dan massa mahasiswa tertembak oleh dua
peluru karet dipinggang sebelah kanan.
Kemudian datang pasukan bermotor dengan memakai perlengkapan rompi yang bertuliskan
URC mengejar mahasiswa sampai ke pintu gerbang kampus dan sebagian naik ke jembatan
layang Grogol. Sementara aparat yang lainnya sambil lari mengejar massa mahasiswa, juga
menangkap dan menganiaya beberapa mahasiswa dan mahasiswi lalu membiarkan begitu saja
mahasiswa dan mahasiswi tergeletak di tengah jalan. Aksi penyerbuan aparat terus dilakukan
dengan melepaskan tembakkan yang terarah ke depan gerbang Trisakti. Sementara aparat yang
berada di atas jembatan layang mengarahkan tembakannya ke arah mahasiswa yang berlarian di
dalam kampus.
Lalu sebagian aparat yang ada di bawah menyerbu dan merapat ke pintu gerbang dan membuat
formasi siap menembak dua baris (jongkok dan berdiri) lalu menembak ke arah mahasiswa
yang ada di dalam kampus. Dengan tembakan yang terarah tersebut mengakibatkan jatuhnya
korban baik luka maupun meninggal dunia. Yang meninggal dunia seketika di dalam kampus
tiga orang dan satu orang lainnya di rumah sakit beberapa orang dalam kondisi kritis.
Sementara korban luka-luka dan jatuh akibat tembakan ada lima belas orang. Yang luka
tersebut memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.
18.30-19.00
Tembakan dari aparat mulai mereda, rekan-rekan mahasiswa mulai membantu mengevakuasi
korban yang ditempatkan di beberapa tempat yang berbeda-beda menuju RS.
1) Berdasarkan kronologi kejadian di atas saya menyimpulkan bahwa telah terjadi pelanggaran
HAM pada tragedy Trisakti, berupa penganiayaan, pelecehan secara seksual, dan
pembunuhan. Tindakan-tindakan di atas bertentangan dengan pengakuan tentang HAM
yang dinyatakan di bagian paling awal Undang-Undang Dasar Negara Repeublik Indonesia
Tahun 1945 dan pemgakuan universal tentang HAM yang dilakukan PBB pada tahun1948.
Aparat penegak hukum sebagai perangkat negara dan pengayom masyarakat termasuk
mahasiswa di dalamnya tidak mampu menjalankan amanat UUD NRI Tahun 1945 dalam
melindungi HAM dan bahkan bertindak sebagai pelanggar HAM itu sendiri.
Menurut Wahidin (2015) HAM dapat dibagi menjadi 6 kelompok, yakni: hak asasi pribadi,
hak asasi politik, hak asasi hukum, hak asasi ekonomi, hak asasi peradilan dan hak asasi
budaya, jika dikaitkan dengan kejadian tragedy Trisakti, maka setidaknya ada 3 pelanggaran
hak asasi yang terjadi, yakni hak asasi pribadi, hak asasi politik, dan hak asasi hukum.
Amandemen UUD 1945 menjadi tuntutan pertama pada tragedi Trisakti karena keberhasilan
Pemerintahan Orde Baru dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, meningkatnya
sarana dan prasarana fisik infrastruktur kurang diimbangi dengan pembangunan mental
(character building) para pelaksana pemerintahan (birokrat), aparat keamanan maupun
pelaku ekonomi (pengusaha/ konglomerat). Klimaksnya, pada pertengahan tahun 1997,
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang sudah menjadi budaya (bagi penguasa, aparat
dan penguasa). Tuntutan reformasi pada saat itu adalah :
a) Amandemen UUD 1945
b) Penghapusan doktrin dwi fungsi ABRI
c) Penegakan hukum HAM, dan memperantasan KKN
d) Otonomi daerah
e) Kebebasan pers
f) Mewujudkan kehidupan demokrasi
Tujuan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk:
a) Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan dasar dalam mencapai tujuan nasional
yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila.
b) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan rakyat
serta memperluas partisipasi rakyat sesuai demokrasi
Sumber:
http://rizabella.web.unej.ac.id/2015/11/25/tuntutan-reformasi/
BMP MKDU4111 Pendidikan Kewarganegaraan; Lasiyo, Reno Wikandaru & Hastangka;
Universitas Terbuka.
Teori relativitas kultural berpandangan bahwa nilai-nilai HAM bersifat lokal dan spesifik
(khusus) sehingga hanya berlaku pada suatu negara. Penerapan HAM menurut teori
relativitas kultural ada tiga model:
Implementasi HAM yang lebih menekankan pada hak sipil, hak politik dan hak
kepemilikan pribadi, banyak dilakukan negara-negara yang tergolong maju;
Implementasi HAM yang lebih menekankan pada hak ekonomi dan hak sosial, banyak
diterapkan di negara-negara yang berkembang/sedang berkembang;
Implementasi HAM yang lebih menekankan pada hak penentuan nasib sendiri (self
determination) dan pembangunan ekonomi, banyak dilakukan oleh negara-negara
yang masih tergolong terbelakang.
Implementasinya adalah otonomi khusus yang berlaku di Nangroe Aceh Darussalam,
dimana syariat Islam dijalankan misalnya hukum cambuk bagi orang yang tidak
nenjalankan syariat Islam tertentu.
3) Contoh pelanggaran HAM dan cara mengatasinya berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000
tentang Pengadilan HAM:
Pelanggaran HAM yang muncul setelah UU nomor 26 tahun 2000, yakni peristiwa Wasior;
peristiwa Wamena; peristiwa Jambu Kepuk dan, Peristiwa Paniai pada 2014.
Kejaksaan Agung sudah melakukan pendalaman berkas 12 perkara yang diperoleh dari
penyelidikan Komisi Nasional (Komnas) HAM.
Sementara perkara Paniai tahun 2014 masih berupa SPDP (surat perintah dimulainya
penyelidikan) yang sampai saat ini belum ditindaklanjuti dengan hasil penyelidikan.
(Sumber: https://nasional.republika.co.id/berita/q0l77o377/kejagung-selesaikan-tiga-
kasus-ham-berat )
Suatu pelanggaran Hak Asasi Manusia (“HAM”) dapat diproses secara hukum melalui
Pengadilan HAM. Akan tetapi, Pengadilan HAM hanya dapat mengadili pelanggaran
HAM yang berat sebagaimana diatur Pasal 1 angka 3 UU No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia (“UU 26/2000”).
Kemudian, yang dimaksud dengan pelanggaran HAM berat adalah kejahatan genosida dan
kejahatan terhadap kemanusiaan (Pasal 7 UU 26/2000).
Pengertian dari kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara (Pasal 8 UU 26/2000).
Sedangkan, pengertian dari kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan
yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang
diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil,
berupa (Pasal 9 UU 26/2000).
Menurut Pasal 18 ayat (1) UU 26/2000, penyelidikan atas pelanggaran HAM berat
dilakukan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (“Komnas HAM”). Komnas HAM
dalam melaksanakan tugasnya, berwenang menerima laporan atau pengaduan seseorang
(Sumber : https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt50d6aab16b611/mengenai-
pelanggaran-ham/ )
Jawab:
1) Pada masa orde baru terjadi korupsi, kolusi, dan nepotisme, karena Pemerintahan Orde
Baru dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, meningkatnya sarana dan prasarana
fisik infrastruktur kurang diimbangi dengan pembangunan mental (character building)
para pelaksana pemerintahan (birokrat), aparat keamanan maupun pelaku ekonomi
(pengusaha/konglomerat).
Dampaknya dengan kondisi perpolitikan Indonesia dewasa ini (era reformasi) adalah
korupsi, kolusi, dan nepotisme menjad sebuah budaya yang sulit dihilangkan karena sudah
menjadi sangat kronis di negara ini. Hampir setiap institusi pemerintah, legislative,
yudikatif, maupun pihak swasta terlibat dengan kasus korupsi.
Kondisi ini dibuktikan dengan maraknya operasi tangkap tangan (OTT) oleh KPK yang
berhasil menangkap para pelaku yang berasal dari berbagai kalangan terutama para politisi
di lembaga legislative maupun pemerintah.
2) Deskripsi kekurangan dan kelebihan implementasi demokrasi Indonesia saat ini
berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi menurut Innu Kencana:
Pendidikan Kewarganegaraan MKDU4111 Fachrudin Razi Aru Bone / NIM 041867638
a) Adanya pembagian kekuasaaan (sharing power)
b) Adanya pemilihan umum yang bebas (General election)
c) Adanya manajemen pemerintahan yang terbuka
d) Adanya kebebasan individu
e) Peradilan yang bebas
f) Pemgakuan hak minoritas
g) Pemerintahan yang berdasarkan hukum
h) Pers yang bebas
i) Multipartai
j) Musyawarah
k) Persetujuan parlemen
l) Pemerintahan yang konstitusional
m) Pengawasan terhadap administrasi public
n) Perlindungan hak asasi manusia
o) Pemerintahan yang bersih (clean dan good government)
p) Persaingan keahlian (profesionalitas)
q) Pendukung sistem demokrasi seperti UU dan Peraturan Pemerintah.
Menurut saya prinsip-prinsip demokrasi menurut Innu Kencana telah tertuang secara
normatif melalui regulasi-regulasi yang mengatur tentang jalannya demokrasi di Indonesia,
hanya saja kekurangannya ada pada tataran implementasi oleh pelaku-pelaku demokrasi itu
sendiri. Adanya kelemahan mental SDM, konflik kepentingan, dan hal-hal lainnya yang
melemahkan penegakan prinsip-prinsip demokrasi. Misalnya pada Pilpres 2019 lalu pers
seolah-olah terbelah menjadi dua, masing-masing membela figur pasangan andalannya,
sehingga tidak mampu menyajikan berita secara berimbang.
(Sumber: https://guruppkn.com/prinsip-rule-of-law)
4 Maraknya praktek kolusi di dalam pemerintahan merupakan salah satu persoalan yang
mengiringi penyelenggaraan kebijakan Otonomi Daerah. Dalam kehidupan sehari-hari praktek
kolusi ini seakan menjadi rahasia umum, sehingga muncullah adagium bahwa selain prestasi,
ada hal lain yang menentukan kesuksesan seseorang yaitu koneksi. Rekrutmen PNS, lelang
Pendidikan Kewarganegaraan MKDU4111 Fachrudin Razi Aru Bone / NIM 041867638
tender, perizinan, adalah contoh tiga hal yang rawan dijangkiti oleh praktek kolusi di tingkat
pemerintahan daerah. Maraknya praktek kolusi, merupakan bukti pelanggaran atas prinsip-
prinsip di dalam good governance.
Prinsip good governance apa sajakah yang dilanggar di dalam kasus terjadinya praktek kolusi
tersebut? Jelaskan jawaban Anda dengan argumentasi yang memadai.
Jawab:
Prinsip-prinsip good governance:
Prinsip Partisipasi Masyarakat
Prinsip Tegaknya Supremasi Hukum
Prinsip Perduli Kepada Masyarakat
Prinsip Berorientasi Kepada consensus
Prinsip Efektif dan Efisien
Prinsip Keadilan dan Kesetaraan
Prinsip Transparansi
Prinsip Responsibility
Prinsip Akuntabilitas
Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat kesepakatan secara
tersembunyi dalam melakukan kesepakatan perjanjian yang diwarnai dengan pemberian uang
atau fasilitas tertentu (Gratifikasi) sebagai pelicin agar segala urusannya menjadi lancar.
Dari contoh kasus maraknya praktek kolusi dalam penyelengaraan kebjakan otonomi daerah,
maka dapat disimpulkan Prinsip-prinsip good governance yang dilanggar antara lain:
Prinsip Tegaknya Supremasi Hukum, karena ada perlakuan khusus terhadap pelaku kolusi
sehingga aturan yang mengatur tentang penyeleggaraan suatu urusan (SOP) dilanggar demi
memuluskan kepentingan pihak tertentu.
Prinsip Berorientasi Kepada Consensus, Kesepakatan bersama yang dibuat dilanggar demi
memuluskan kepentingan pihak tertentu.
Prinsip Keadilan dan Kesetaraan, dengan adanya kolusi maka prinsip keadilan dan
kesetaraan tidak terpenuhi karena akan menguntungkan pihak tertentu dan merugikan
pihak lainnya.
Prinsip Transparansi dilanggar karena biasanya sebuah praktek kolusi dilakukan secara
sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh masyarakat umum.
Prinsip Akuntabilitas juga akan dilanggar karena sebuah perilaku kolusi biasanya
dilakukan untuk menghindari sebuah pertanggungjawaban terhadap suatu masalah.
Skor Total