A. WAWASAN KEBANGSAAN
1. POKOK PIKIRAN
Konsep tentang mutikulturalisme, sebagaimana konsep ilmu-ilmu sosial dan
kemanusiaan yang tidak bebas nilai (value free), tidak luput dari pengayaan maupun
penyesuaian ketika dikaji untuk diterapkan. Demikian pula ketika konsep ini masuk ke
Indonesia, yang dikenal dengan sosok keberagamannya. Dalam konteks ini,
multukulturalisme dipandangnya sebagai pengayaan terhadap konsep kerukunan umat
beragama yang dikembangkan secara nasional.Istilah multikulturalisme sebenarnya belum
lama menjadi objek pembicaraan dalam berbagai kalangan, namun dengan cepat
berkembang sebagai objek perdebatan yang menarik untuk dikaji dan didiskusikan.
Dikatakan menarik karena memperdebatkan keragaman etnis dan budaya, serta penerimaan
kaum imigran di suatu negara, pada awalnya hanya dikenal dengan istilah pluralisme yang
mengacu pada keragaman etnis dan budaya dalam suatu daerah atau negara. Upaya-upaya
berkaitan kegiatan kerukunan umat beragama tersebut merupakan sebuah proses tahap demi
tahap yang harus dilalui secara seksama agar perwujudan kerukuanan umat beragama benar-
benar dapat tercapai. Di samping itu, ia juga merupakan upaya terus-menerus tanpa henti
dan hasilnya tidak diperoleh secara instan.Dan seandainya kondisi ideal kerukunan tersebut
sudah tercapai bukan berarti sudah tidak diperlukan lagi upaya untuk memelihara dan
mempertahankannya. Justru harus ditingkatkan kewaspadaan agar pihak-pihak yang secara
sengaja ingin merusak keharmonisan kerukunan hidup atau kerukunan umat beragama di
Indonesia tidak bisa masuk. Karena itu kerukunan umat beragama sangat tergantung dan erat
kaitannya dengan ketahanan nasional Indonesia. Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta
lagu kebangsaan Indonesia merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi
bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan manifestasi
kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman
budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pengaturan tentang bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan
Indonesia diatur di dalam bentuk UU Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 Tentang
Bendera, Bahasa, Dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan. Peraturan adalah petunjuk
tentang tingkah laku yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Sedangkan Peraturan
perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga Negara atau
pejabat yang berwenang dan mempunyai kekuatan mengikat. Demikian pula dengan
undang-undang atau peraturan negara. Tujuan undang-undang dan peraturan negara adalah
untuk mengatur dan menertibkan perikehidupan berbangsa dan bernegara. Tujuan
dikeluarkannya undang-undang ini adalah untuk mengatur dan menertibkan pelaksanaan
pemerintahan daerah. Peraturan perundang-undangan dan peraturan memiliki kekuatan yang
mengikat, artinya harus dilaksanakan. Saat ini, mengenai peraturan perundang-undangan
diatur berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan. Sedangkan untuk jenis produk hukum yang berbentuk Tindakan Administrasi
Pemerintahan diatur berdasarkan UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan. Kerukunan dalam kehidupan dapat mencakup 4 hal, yaitu: Kerukunan dalam
rumah tangga, kerukunan dalam beragama, kerukunan dalam mayarakat, dan kerukunan
dalam berbudaya. Indonesia yang sangat luas ini terdiri dari berbagai macam suku, ras, dan
agama serta sangat rawan akan terjadinya konflik pertikaian jika seandainya saja setiap
pribadi tidak mau saling bertoleransi. Oleh karena itu, mari memulai dari kita bersedia
berkomitmen untuk mau mengusahakan kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai.
2. PENERAPAN
Wawasan kebangsaan dan cinta tanah air melahirkan sebuah pemahaman, kesadaran, dan
sikap dari elemen anak bangsa terhadap pilar kehidupan berbangsa dan bernegara dan
menjadikan sebagai orientasi, perwujudan nilai dan tingkah sehari-hari. Melalui peranan
guru PKn , pendidikan wangsa cita dapat tumbuh dan meningkat pada anak bangsa, karena
guru PKn merupakan seseorang yang harus memiliki kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik sesuai dengan karakteristik pembelajaran PKn. Selain menjadi tenaga pengajar,
guru PKn juga diharapkan dapat menjadi tauladan yang baik bagi peserta didiknya, dapat
memperbaiki moral siswa dan mampu mengurangi dampak globalisasi pada siswa. Hal ini
dikarenakan PKn merupakan pendidikan yang mengajarkan tentang bagaimana rakyat
Indonesia harus memiliki wawasan kebangsaan dan cinta tanah air terhadap Negara
Indonesia
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan
peradaban manusia. Perubahan yang diharapkan terjadi bukannya sesuatu yang “berbeda”
saja, namun lebih dari pada itu, perubahan yang diharapkan terjadi adalah perubahan ke
arah yang lebih baik untuk memuliakan manusia.
Dalam konteks PNS, berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami
dengan baik fungsi dan tugasnya, yaitu:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
3. memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia
Menjadi PNS yang profesional memerlukan pemenuhan terhadap beberapa persyaratan
berikut:
1. Mengambil Tanggung Jawab
2. Menunjukkan Sikap Mental Positif
3. Mengutamakan Keprimaan
4. Menunjukkan Kompetensi
5. Memegang Teguh Kode Etik
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C.,2017) ada empat level
lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan
pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family),
Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/Culture), Nasional (Society), dan
Dunia (Global).
PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama
kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara (pancasila, UUD 1945, NKRI dan
Bhinneka Tunggal Ika) sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena-
fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara
kritis terkait dengan isu-isu kritikal yang terjadi saat ini atau bahkan berpotensi terjadi,
isu-isu tersebut diantaranya; bahaya paham radikalisme/ terorisme, bahaya narkoba, cyber
crime, money laundry, korupsi, proxy war.
Modal manusia adalah komponen yang sangat penting di dalam organisasi. Manusia
dengan segala kemampuannya bila dikerahkan keseluruhannya akan menghasilkan
kinerja yang luar biasa. Ada enam komponen dari modal manusia (Ancok, 2002)
1. Modal intelektual
Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan peluang dan
mengelola perubahan organisasi melalui pengembangan SDMnya. Penerapannya
dalam dunia birokrasi/pemerintahan adalah, hanya pegawai yang memiliki
pengetahuan yang luas dan terus menambah pengetahuannya yang dapat beradaptasi
dengan kondisi perubahan lingkungan strategis.
2. Modal emosional
Goleman, et. al. (2013) menggunakan istilah emotional intelligence untuk
menggambarkan kemampuan manusia untuk mengenal dan mengelola emosi diri
sendiri, serta memahami emosi orang lain agar dia dapat mengambil tindakan yang
sesuai dalam berinteraksi dengan orang lain. Bradberry & Greaves (2006) membagi
kecerdasan emosi ke dalam empat dimensi kecerdasan
emosional yakni: Self Awareness, Self Management, Social Awarness dan
Relationship Management
3. Modal sosial
Modal sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang
memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka. Ini ditujukan
untuk menumbuhkan kembali jejaringan kerjasama dan hubungan interpersonal yang
mendukung kesuksesan, khususnya kesuksesan sebagai PNS sebagai pelayan
masyarakat, yang terdiri atas kesadaran sosial dan kemampuan sosial.
4. Modal ketabahan
Konsep modal ketabahan berasal dari Paul G. Stoltz (1997). Ketabahan adalah modal
untuk sukses dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan
sebuah organisasi birokrasi.
5. Modal etika/moral
Ada empat komponen modal moral/etika yakni:
a. Integritas (integrity), yakni kemauan untuk mengintegrasikan nilai-nilai universal
di dalam berperilaku yang tidak bertentangan dengan kaidah perilaku etis yang
universal.
b. Bertanggung-jawab (responsibility) yakni orang-orang yang bertanggung-jawab
atas tindakannya dan memahami konsekuensi dari tindakannya sejalan dengan
prinsip etik yang universal.
c. Penyayang (compassionate) adalah tipe orang yang tidak akan merugikan orang
lain.
d. Pemaaf (forgiveness) adalah sifat yang pemaaf.
6. Modal Kesehatan fisik/jasmani
Kesehatan adalah bagian dari modal manusia agar dia bisa bekerja dan berpikir secara
produktif. Tolok ukur kesehatan adalah bebas dari penyakit, dan tolok ukur kekuatan
fisik adalah; tenaga (power), daya tahan (endurance), kekuatan (muscle strength),
kecepatan (speed), ketepatan (accuracy), kelincahan (agility), koordinasi
(coordination), dan keseimbangan (balance).
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai bela negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk
ancaman yang pada hakikatnya mendasari proses nation and character building. Proses nation
and character building tersebut didasari oleh sejarah perjuangan bangsa, sadar akan ancaman
bahaya nasional yang tinggi serta memiliki semangat cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan
bernegara, yakin Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan berkorban demi bangsa dan
Negara.
Kesiapsiagaan Bela Negara merupakan kondisi Warga Negara yang secara fisik
memiliki kondisi kesehatan, keterampilan dan jasmani yang prima serta secara kondisi psikis
yang memiliki kecerdasan intelektual, dan spiritual yang baik, senantiasa memelihara jiwa dan
raganya memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras dan tahan uji, merupakan sikap mental
Calon Pegawai Negeri Sipil sebagai calon aparatur pemerintahan sudah seharusnya
mengambil bagian di lini terdepan dalam setiap upaya bela negara, sesuai bidang tugas dan
tanggungjawab masing-masing. Kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS adalah kesiapan untuk
mengabdikan diri secara total kepada negara dan bangsa dan kesiagaan untuk menghadapi
berbagi ancaman multidimensional yang bisa saja terjadi di masa yang akan
datang.
Kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS menjadi titik awal langkah penjang pengabdian
yang didasari oleh nilai-nilai dasar negara. Ketangguhan mental yang didasarkan pada nilai-
nilai cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai idiologi
negara, kerelaan berkorban demi bangsa dan negara akan menjadi sumber energi yang luar
biasa dalam pengabian sebagai abdi negara dan abdi rakyat. Cinta Tanah Air Kesadaran
Berbangsa dan bernegara, misalnya yakin terhadap Pancasila sebagai ideologi negara dan rela
berkorban untuk bangsa dan negara, ini adalah contoh awal kesediaan bela negara. Hal ini
sebagai perwujudan rasa cinta tanah air dan bela bangsa. Karena dengan taat pada hukum
yang berlaku akan menciptakan keamanan dan ketentraman bagi lingkungan serta
mewujudkan rasa keadilan di tengah masyarakat. Meninggalkan korupsi. Korupsi merupakan
penyakit bangsa karena merampas hak warga negara lain untuk mendapatkan kesejahteraan.
Dengan meninggalkan korupsi, kita akan membantu masyarakat dan bangsa dalam
meningkatkan kualitas kehidupan. Kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS bukanlah
kesiapsiagaan untuk melaksanaan perjuangan fisik seperti para pejuang terdahulu, tetapi
bagaimana melanjutkan perjuangan mereka dengan pranata nilai yang sama demi kejayaan
bangsa dan negara Indonesia.
Adapun berbagai bentuk kesiapsiagaan dimaksud adalah kemampuan setiap CPNS
untuk memahami dan melaksanakan kegiatan olah rasa, olah pikir, dan olah tindak dalam
pelaksanaan kegiatan keprotokolan yang di dalamya meliputi pengaturan tata tempat, tata
upacara (termasuk kemampuan baris berbaris dalam pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatan
apel), tata tempat, dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai peraturan
perundangan-undangan yang berlaku. Aplikasi kesiapsiagaan Bela Negara dalam Latsar CPNS
selanjutnya juga termasuk pembinaan pola hidup sehat disertai pelaksanaan kegiatan
pembinaan dan latihan ketangkasan fisik dan pembinaan mental lainnya yang disesuaikan dan
berhubungan dengan kebutuhan serta ruang lingkup pekerjaan, tugas, dan tanggungjawab,
serta hak dan kewajiban PNS di berbagai lini dan sektor pekerjaan yang bertugas diseluruh
wilayah Indonesia dan dunia. Aplikasi dari latihan kesiapsiagaan Bela Negara ini juga akan
menjadi modal penguatan jasmani, mental dan spiritual dalam pelaksaaan tugas CPNS yang
memiliki fungsi utama sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan sebagai
perekat dan pemersatu Negara bangsa dari segala Ancaman, Ganguan, Hambatan, dan
Tantangan baik dari dalam maupun luar negeri. Sehingga, setiap Calon Pegawai Negeri Sipil
dapat selalu siap dan memberikan pelayanan yang terbaik. Oleh karena itu setiap CPNS
diharapkan selalu membawa motto “melayani untuk membahagiakan” dimanapun dan dengan
siapapun mereka bekerja, dalam segala kondisi apapun serta kepada siapapun mereka akan
senantiasa memberikan pelayanan terbaik dan profesional yang merupakan implementasi
kesiapsiagaan Bela Negara. CPNS yang siap siaga adalah CPNS yang mampu meminimalisir
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terkait dengan pelaksanaan kerja. Dengan memiliki
kesiapsiagaan yang baik, maka CPNS akan mampu mengatasi segala ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan (ATHG) baik dari dalam maupun dari luar.