Anda di halaman 1dari 4

LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku, ras, dan agama, membuat
pemikiran masyarakat Indonesia juga menjadi berbagai macam. Masyarakat Indonesia cenderung
lebih suka berpikir cepat daripada berpikir bagaimana hal itu terjadi dan bagaimana
penjelasannya. Sering kali kita mendengar istilah seperti “tahayul” dan “pamali” membuat pola
pikir masyarakat Indonesia menjadi tumpul dan lebih tertarik dengan hal-hal yang berbau “gaib”
atau hal yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat.
Menurut wikipedia, takhayul itu tampak tidak rasional atau tidak logis. Takhayul sendiri
dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu agama, budaya, dan individual. Dalam sebuah
agama, takhayul bisa muncul dalam bentuk ritual-ritual atau kebiasaan yang diyakini baik dan
perlu untuk dilakukan. Karena sifat takhayul yang sering dianggap tidak masuk akal, orang
mungkin menganggap hal-hal yang dilakukan oleh orang yang beragama lain darinya itu “hanya
takhayul”. Seseorang juga bisa memunculkan takhayulnya masing-masing. Sepeti halnya
percaya baha ia memiliki jimat keberuntungan. Lalu, kalau mau mengikuti suatu acara khusus, ia
akan selalu mengenakan jimat itu supaya dijauhkan dari hal buruk.
Setiap orang atau kelompok sangat mungkin memiliki keyakinan yang berbeda-beda
karena sifat takhayul yang subjektif. Itu kenapa apa yang menjadi kepercayaan kita belum tentu
dipercaya oleh orang lain, terutama yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Sejalan
dengan anggapan takhayul yang tidak masuk akal, pada lama The Open University, takhayul
didefinisikan sebagai kepercayaan bahawa suatu hal teradi bukan karena penyebab alaminya,
melainkan sihit, kebetulan, atau bantuan ilahi.
Menurut wikipedia pamali sendiri berasal dari bahasa sunda yang berarti sesuatu yang
tabu atau tidak bole dilanggar dalam adat masayarakat. Sama seperti takhayul, pamali sendiri
memiliki makna jika sesuatu terjadi itu bukan karena penyebab alaminya melainkan karena sihir,
kebetulan, atau bahkan gangguan gaib sekalipun. Seperti halnya pamali jika kita tidak boleh
bersiul ketika berjalan malam hari yang nantinya akan mengundang makhluk halus, padahal jika
kita logikanan bersiul dimalam hari dapat mengganggu masyarakt sekitar yang sedang istirahat.
Tidak boleh memotong kuku pada malam hari karena membuat umur kita pendek, padahal jika
dilogikanan memotong kuku pada malam hari itu dilarang karena pada zaman dahulu penerangan
yang ada hanya berupa petromak sehingga membuat pandangan kita tidak maksimal dan di
zaman dahulu orang memotong kuku menggunakan silet atau alat tajam lainnya sehingga jika
memotong kuku pada malam hari bisa saja kita secara tidak sengaja memotong kulit jari kita.
Dengan banyaknya takhayul dan pamali yang ada di Indonesia membuat masyarakt lebih
berpikir mundur atau bahkan tetap daripada memilih berpikir maju. Daripada demikian artikel ini
dibuat yang berjudul Scientific Temper atau Berpikir Ilmiah, agar kita bisa belajar bagaimana
caranya berpikir lebih logis dan memaklumi apa yang sudah terjadi secara ilmiah.

PEMBAHASAN
Berpikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal dan
empiris adalah dibahasa secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung
jawabkan, selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan
mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini
merupakan serangkaian gerak pemikirian dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang
akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi
adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-
pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khsus, sedangkan deduksi adalah cara berpikir yang di
dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat
umum.
Sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh, tanpa penguasaan sara berpikir ilmiah kita tidak akan dapat
melaksanaan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Mempunyai metode tersendiri yang berbeda
dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya sebab funsi saran berpikir ilmiah
adalah membantu proses metode ilmiah.
Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut para ahli :
1. Menurut Salam, berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia untuk
menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk sampai pada
suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
2. Menurut Jujun S.Suriasumantri, berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh
pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan
induksi dan deduksi.
3. Menurut Kartono, berpikir ilmiah yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan
pengerian yang lebih komplek disertasi pembuktian-pembuktian.
4. Menurut Emam Sulaeman, berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan
pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan
ilmiah yang sudah ada.
Ilmu pengetahuan telah didefinisikan dengan beberapa cara dan definisi untuk operasional.
Berfikir secara ilmiah adalah upaya untuk menemukan kenyataan dan ide yang belum diketahui
sebelumnya. Ilmu merupakan proses kegiatan mencari pengetahuan melalui pengamatan
berdasarkan teori dan atau generalisasi. Ilmu berusaha memahami alam sebagaimana adanya dan
selanjutanya hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk meramalkan dan mengendalikan
gejala alam.
Adapun pengetahuan adalah keseluruhan hal yang diketahui, yang membentu persepsi
tentang kebenaran atau fakta. Ilmu adalah bagian dari pengetahuan, sebaliknya setiap
pengetahuan belum tentu ilmu. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik
maka diperlukan sara berpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika, dan statistika. Matematika
mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif. Statistika mempunyai perana penting
dalam berpikir induktif. Salah satu langkah kerah penguasaan adalah mengetahui dengan benar
peranan masing-masing sarana berpikir dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah.
Untuk itu terdapat syarat-syarat yang membedakan ilmu (science), dengan pengetahuan
(knowlede), anatara lain :
1. Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudiro, ilmu harus ada objeknya, terminologinya,
metodologinya, filosofinya dan teorinya yang khas.
2. Menurut Prof.Dr.Hadari Nawawi, ilmu juga harus memiliki objek, metode, sistematika,
dan mesti bersifat universal.
Sumber-sumber pengetahuan manusia dikelompokan atas:
a) Pengalaman
b) Otoritas
c) Cara berfikir deduktif
d) Cara berfikir induktif
e) Berfikir ilmiah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah:
1. Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan
berdasarkan metode ilmu
2. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah secara baik
Berfikir merupakan ciri utama bagi manusai. Berfikir disebut juga sebagai proses bekerjanya
akal. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah.
Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh
alam sekelilingnya.
Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan saran tertentu secara teratur dan cermat.
Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan
akalnya semaksimal mungkin. Seseorang yang tidak berpikir berada sangat jauh dari kebenaran
dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan
mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di dunia. Banyak yang
beranggapan bahwa untuk “berpikir secara mendalam”, seseorang perlu memegang kepala
dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah ruangan yang sunyi, jauh dari
keramaian dan segala urusan yang ada. Mereka telah menganggap “berpikir secara mendalam’
sebagai sesuatu yang memberatkan dan menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan
ini hanyalah untuk kalangan “filosofi”. Bagia seorang ilmuan penguasaan sarana berfikir ilmiah
merupakan suatu keharusan, karena tanpa adanya penguasaan saran ilmiah, maka tidak akan
dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Saran ilmiah pada dasarnya merupakan alat
untuk membantu kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah yang harus ditempuh.
Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu : bahasa ilmiah, logika dan matematika,
logika dan statistika. Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan
jalan fikiran seluruh proses berfikir ilmiah. Logika dan matematika mempunyai peranan penting
dalam berfikir deduktif sehingga mudah diikuti dan mudah dilacak kembali kebenarannya.
Sedang logika dan statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif dan mencari
konsep-konsep yang berlaku umum.
Fungsi berfikir ilmiah, sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dalam kaitan kegiatan
ilmiah secara keseluruhan. Dalam hal ini berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang
ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai