Teori mulla sadra yaitu kebahruan dalam jasmani dan keabadian sebagai ruhani
yaitu bahwa dalam keberawalan dalam jiwa sudah ada kebersamaan dengan materi
dasar, dalam halini terjadi proses perkembangan materi dasar yang dimana terdapat 2
sisi yaitu sisi material dan forma didalam sisi material berkembang dalam sisi raga dan
didalam konteks forma berkembang menjadi nafs. Setelah itu maka terjadi
perkembangan raga dan nafs, nafs akan berkembang menjadi nafs nabati, hewani, dan
natiqah. Pada saat proses perkembangan tersebut tidak ada nama jeda(tidak ada jiwa)
dalam proses perkembangan tersebut.
Sayyidina Ali berkata: “malaikat punya akal tetapi tidak ada dorongan nafsu
sedangkan hewan tidak ada akal tetapi ada dorongan nafsu, sementara manusia
mengumpulkan keduanya”. Mulla sadra juga memisalkan manusia seperti tanah
lempung yang didalamnya terdapat jiwa tumbuhan, hewan, malaikat, setan ,dan
natiqahi.
Daya didalam nafs nabati seperti daya reproduktif yaitu membentuk persis
dengan iduknya, daya nutritif yaitu mengarahkan bentuk sesuai dengan sebagaimana
jenisnya, dan numu’ yaitu daya berkembang sehingga sempurna sebagaimana umumnya
manusia dalam hal ini ialah fisik yang dalam artian manusia tidak dapat melebihi batas
kemanusiaanya contoh manusia tidak dapat setinggi jerapah. Daya di dalam nafs hewani
yaitu daya penggerak, daya penggerak terbagi menjadi 2 yaitu gerakan karena
ketertarikan dan gerakan karena emosional sehingga ia menolak atau menjauhi sesuatu.
Kedua adalah daya persepsi, daya persepsi ada yang indra eksternal( menangkap Sesutu
melalui indra internal( mental) didalam konteks indra internal ialah salah satunya
kemampuan khayali seperti ia dapat mengenali sahabatnya ataupun musuhnya sehingga
hewan dapat mengenali mana spesiesnya dan yang bukan. Di tingkat tertinggi ialah nafs
natiqah memiliki daya berpikir yaitu proses dari ketidaktahuan menuju mengetahui dan
di tingkat ini dapat memisahkan konsep kulli yang satu dangan konsep kulii
lainnya(kategorisasi)