Anda di halaman 1dari 9

UAS (Ujian Akhir Semester)

Islamic Philosophy and Psychology

Team teaching:
Prof. Dr. Abd. Mujib M.Ag.
Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih, M.A.
Dr. Fadhilah Suralaga, M.Si.

Oleh

Abdul Hafiz
NIM. 21181200100065

KONSENTRASI DAKWAH DAN KOMUNIKASI


PROGRAM STUDI MAGISTER
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/ 1441 H

1
1. Manusia dalam pandangan Filsafat Islam memiliki unsur-unsur kejiwaan. Jelaskan pandangan anda
tentang istilah nafs, akal dan ruh serta hubungan satu dengan yang lain! (Soal Filsafat)
Jawaban:
Ruh
Pembahasan tentang ruh adalah suatu pembahasan yang berkaitan dengan badan atau tubuh,
dalam pembahasan ruh Ghazali membagi pengertian ruh menjadi dua bagian yaitu:
Pertama Ruh adalah suatu tubuh yang lembut bersumber dari rongga hati jasmani manusia
kemudian tersebar keseluruh pokok-pokok dari bagian tubuh yang menerangi cahaya kehidupan dan
panca indera. Seperti pelita yang menerangi ruangan dalam suatu rumah maka cahayanya akan
menerangi setiap sudut dari rumah tersebut lalu menjadikan suatu rumah terang menderang karena
cahaya yang diberikan pelita begitu pula halnya dengan tubuh yang selalu diterangi oleh cahaya ruh
yang bersih dan terang.
Kedua Ruh adalah suatu kelembutan ilmu yang terdapat dalam diri manusia karena dengan
ruh inilah manusia menjadi seorang yang berilmu dan orang yang bisa membedakan antara baik buruk
yang kemudian fungsi ruh adalah memberikan petunjuk melalui cahayanya yang selalu menerangi
dalam tubuh sehingga manusia mengetahui dan mencapai ma’rifatullah. Mungkin ghazali ingin
menerangkan bahwa ruh adalah hala yang paling penting dalam jasad, karena ruh merupakan cahaya
yang menerangi jasad, jasad tanpa ruh bagaikan pohon tanpa buah, dan seperi computer tanpa
prossesor.

Ruh Menurut Ghazali


Ghazali memulai pembahasan ruh sebagaimana tanah berawal untuk menghidupkan adam dan
mani untuk menghidupkan anak dan keturunannya ruh berawal dari mani yang berada dalam rahim
seorang ibu yang kemudian Allah meniupkan ruh kedalam jasad bayi dan dianugrahi dengan cahaya
seperti Allah menganugrahi cahaya bagi bulan dan matahari untuk menerangi alam ini.
Ruh adalah jauhar dan bukan ard karena ruh mengetahui dirinya dan penciptanya dan dapat
berfikir sedangkan ard tidak memiliki sifat ini semua. Dan ruh bukan jism karena jism memiliki
bagian-bagian seperti tangan kaki kepala dan lain sebagainya sedangkan ruh tidak memiliki bagian
dan apabila ruh memiliki bagian maka bagian itu akan memiliki ilmu dan bagian yang lain tidak
memiliki ilmu sebagaimana yang dimiliki oleh satu bagian tersebut.

Nafs
Dalam pembahasan Nafs Ghazali membagi arti menjadi dua: Pertama Nafs adalah kekuatan
amarah dan syahwat dalam diri manusia yang kebanyakan diartikan dalam ilmu tasawuf bahwa Nafs
adalah suatu sifat yang tercela dalam diri manusia karena dengan Nafslah manusia dapat terjerumus
dalam perbuatan yang tercela dan dengan Nafsnya pulalah manusia dapat menjadi seorang yang
mempunyai sifat yang terpuji seperti orang yang sering berbuat kehinaan adalah orang yang
mengikuti Nafs syahwatnya sedangkan orang yangterpuji adalah orang yang dapat mengendalikan
sifat yang terpuji.
Kedua Nafs adalah kelembutan dalam suatu hakekat manusia Nafs manusia dan dzat manusia
mempunyai sifat yang bermacam-macam sesuai dengan keadaan manusia apabila dalam suatu
permasalahan Nafs syahwat dapat terkendali maka disebut Nafs mut’mainnah. Apabila dalam suatu
permasalahan manusia berada jauh atau tidak terdapat sifat Allah dan bukan merpakan Nafs dari
Allah melainkan Nafs yang datang dari ajakan golongan setan maka disebut dengan Nafs lawwamah.
Sedangkan manusia yang mengedepankan Nafs dan syahwatnya dalam suatu permasalahan dan
mengikuti ajakan setan maka Nafs ini disebut Nafs amrotu bissu’. Nafs adalah suatu rasa yang dapat
dirasakan oleh lima indera seperti mata melihat, telinga mendengar, hidung mencium, kulit
perangsang, lidah perasa adapun fungsi Nafs adalah sebagai penggerak bagi badan dan mempunyai
kekuatan yang tersembunyi dan dapat terlihat dibagian dari badan. Adapun kekuatan Nafsu dapat
dibagi menjadi dua pertama sebagai penggerak kedua sebagai alat untuk berfikir. dalam Nafsu
terdapat suatu kekuatan yang tersembunyi dan akan ketahuan ketika terkena dorongan seperti suatu
motifasi yang diberikan kepada orang yang sudah putus asa.

2
Akal
Dalam pengertian akal Ghazali membagi menjadi dua: Pertama akal adalah segala sesuatu
permasalahan yang menimbulkan ilmu pengetahuan yang berada dalam hati. jadi hakekat akal adalah
hati sebagaimana disebutkan dalam al-qur’an “Qulubun La Ya’qilun” dengan demikian jelaslah
bahwa akal terdapat dalam hati setiap manusia dimulai dari permasalahan dalam otak dan kemudian
dipikirkan dalam hati dan berakhir dengan perbuatan.
Kedua kelembutan yang diawali dengan ilmu-ilmu pengetahuan dalam hati kemudian
direalisasikan dalam kehidupan sehingga orang yang berilmu akan mengetahui dan sadar bahwa
dalam dirinya terdapat suatu wujud yang berdiri sendiri dan didalam wujud tersebut mempunyai sifat
dan tidak disifati.
Akal adalah gambaran hasil kepercayaan yang diperoleh dari Nafs dengan fitrah dan juga
ilmu yang didapat secara berusaha, dari hasil usaha inilah maka akan mencapai suatu ilmu yang dapat
diterima oleh akal. Dalam buku kitab an-Nafs akal terbagi menjadi dua bagian yang pertama adalah
akal nadzori akal yang menerima kekuatan Nafs dari perkara kulli adapun akal amali adalah suatu
kekuatan Nafs yang berkeinginan untuk menggerakan suatu yang juz’i.
Menurut Ghazali akal adalah suatu jembatan untuk mencapai suatu ilmu sedangkan ilmu
adalah satu dan tidak terbagi ataupun menempati suatu ruang, karena apabila ilmu menempati ruang
maka ilmu akan musnah dan tidak dapat terbagi karena apabila ilmu terbagi maka akan hilang
sebagian dan akan abadi sebagian yang lain. Mungkin akal menurut Ghazali adalah suatu jembatan
untuk mencapai suatu ilmu yang mana tidak terdapat jembatan yang lain selain jembatan itu(akal).
Seperti halnya beribadah kepada Allah adalah satu-satunya jalan menuju surga yang penuh dengan
kebahagiaan.

2. Jelaskan objek material dan objek formal yang mempertemukan dan membedakan antara Filsafat dan
Psikologi. Lalu apa urgensinya pembahasan kedua objek tersebut melalui pendekatan filosofis dan
psikologis? (Soal Filsafat dan Psikologi)
Jawaban:
Filsafat mempelajari masalah-masalah hakikat jiwa, hakikat hidup yang dijalani manusia,
hubungan antara jiwa dan Tuhan sebagai penciptanya dan lain sebagainya. Cakupannya lebih luas,
karena kaitanya dengan potensial dan eksistensial manusia. Karena filsafat itu sendiri adalah proses
dan tujuan atas prinsip "cinta kebijaksanaan". Maknanya, filsafat dianggap sebagai induk daripada
ilmu dan pengetahuan. Karena tujuan mulia dari pada filsafat itu sendiri adalah sampai pada titik
kebenaran yang dicita-citakan.
Filsafat adalah ilmu yang mengkaji sesuatu tidak dari segi yang spesifik tapi dari segala sudut.
Misalnya objek dari filsafat adalah manusia, maka filsafat akan membicarakan manusia sedalam-
dalamnya dengan akal pikiran, ilmu filsafat juga akan menjawab serta memikirkan, apa esensi dan
eksistensi manusia? Bagaimana posisi manusia di alam ini? dan untuk apa manusia hidup? Dan
seterusnya. Selama manusia itu bisa dikaji dan dipikirkan hingga mendalam, maka filsafat tidak akan
berhenti. Dalam memperoleh pengetahuan, filsafat tidak hanya menggunakan metode seperti disiplin
ilmu lain, yaitu metode observasi yang akan menghasilkan sesuatu yang empirik. Filsafat tidak seperti
itu. Segala sesuatu yang tidak rasional pun akan dikaji oleh filsafat.
Sedangkan, Psikologi adalah studi pengetahuan yang mempelajari tentang kejiwaan-kejiwaan
yang ada hanya pada manusia. Kajiannya meliputi kepribadian, tindakan dan gerak lingkungan sekitar
manusia. Dan terbatas pada wilayah dan gejala-gejala manusia.
Sebelum tahun 1879, psikologi merupakan bagian dari filsafat, dan dikaji oleh filsafat.
Namun mulai dari tahun itu dan seterusnya psikologi berdiri sendiri sebagai satu disiplin ilmu yang
mandiri. Psikologi juga mengkaji tentang manusia, tapi dari segi kejiwaannya. Menurut Rosleny
Marliany psikologi dapat diartikan ilmu jiwa. Makna ilmu jiwa bukan mempelajari jiwa dalam
pengertian jiwa sebagai soul atau roh, tetapi lebih mempelajari kepada gejala-gejala yang tampak dari
manusia yang ditafsirkan sebagai latar belakang kejiwaan seseorang atau spirit dari manusia sebagai
makhluk yang berjiwa. Jiwa memang sesuatu yang abstrak dan sesuatu yang abstrak juga menjadi
kajian dari filsafat, akan tetapi, psikologi tidak akan membahas sedalam itu, karena psikologi hanya
terbatas pada kajian jiwa manusia yang ditinjau dari segi perilakunya saja. Misalnya, bagaimana
menjelaskan manusia yang pada masa kecilnya sering mengalami tindak kekerasan dengan yang

3
tidak? Dan bagaimana dampak perilakunya ketika manusia itu sudah dewasa? Psikologi akan
menjawab tentang hal tersebut dengan batasan-batasan yang telah dibuatnya.

3. Psikologi Islam merupakan metamorphosis dari Psikologi Barat yang berkembang selama ini dengan
mengedepankan nilai dalam pembahasannya. Kemukakan salah satu madzhab dalam psikologi untuk
dijadikan frame dalam pengembangan psikologi Islam. Penjelasan disertai dengan contohnya! (Soal
Psikologi)
Jawaban:
Secara umum, Psikologi didefinisikan sebagai bidang pengetahuan dan terapan yang
mempelajari perilaku, fungsi mental, dan proses mental manusia secara ilmiah. Melihat Islam sebagai
agama yang konsen terhadap manusia secara fisik dan mental. Apalagi Psikologi sendiri berasal dari
bahasa latin, “psyche” yang berarti jiwa. Tentu saja psikolog muslim khususnya, harus memahami
kaitan antara jiwa, Psikologi, manusia dan Islam.

Inilah yang tidak dimiliki oleh Psikologi barat.


Allah berfirman:
َ ‫س ُك ْن أَفَ ََل ت ُ ْج ِص ُس‬
‫وى‬ ِ ُ‫َوفِي أَ ًْف‬
Pada jiwamu sendiri apakah kamu tidak memperhatikan? (Adz-Dzariyat: 21)

Lagi pula, Sebagai bidang yang mempelajari mental dan perilaku manusia, Psikologi sangat rentan
dimasuki metode, teori dan pola pikir kaum Yahudi dan Kristen, yang tentunya tidak islami.

Hal ini terkait sabda Nabi ‫ﷺ‬:

‫ت‬ َ ‫سلَكُىا جُحْ َس‬


ٍّ ‫ض‬ َ ‫ش ْج ٍس َوذ َِزاعًب ِثر َِزاعٍ َحتَّى لَ ْى‬ ِ ‫سٌَ َي َه ْي قَ ْجلَ ُك ْن‬
ِ ‫ش ْج ًسا ِث‬ َ ‫لَتَتَّ ِجعُ َّي‬
ٍُ‫سلَ ْكت ُ ُوى‬
َ َ‫ل‬
Artinya: Kalian akan membebek (ikut-ikutan) budaya/adat kaum Yahudi dan Nasrani
sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Bahkan jika mereka masuk ke dalam lubang kadal
pun, niscaya kalian akan mengikuti mereka. (Muttafaq Alaihi)
Bagi orang beriman, hadits di atas bukanlah perkataan filosofis semata, apalagi guyonan.
Buktinya, dalam budaya berpakaian dan mejalin hubungan terhadap lawan jenis saja, kita sudah
mengikuti kebiasaan kaum lain (baca: pacaran).
Sangat mungkin, kita menguasai psikologi namun dengan pola mereka. Terlebih, bidang yang
telah menjadi jurusan mandiri ini adalah alat yang pas untuk mengontrol dan mempengaruhi suatu
bangsa, terlebih adanya psikologi sosial dan psikologi pendidikan.

Dasar Psikologi Barat VS Ilmu Psikologi Islam


Sebelum lebih jauh mendalami, saya ingin menegaskan bahwa psikologi Islam bukanlah
psikologi Timur apalagi psikologi Arab. Karena dalam sejarah, Arab tidak memiliki peradaban. Yang
ada adalah Peradaban Islam. Sebagian orang menganggap Ilmu Pskologi Islam adalah cocoklogi buat-
buatan tak mendasar. Ada pula yang mengatakan, orang Islam iri terhadap kemajuan pengetahuan
Barat.
Sedihnya, diantara mereka ada segelintir orang yang mengaku muslim dengan keyakinan
bahwa Psikologi sebagai sains bersifat netral. Padahal, para psikolog Barat saat ini mulai menyadari
bahwa ilmu Psikologi yang berkembang di Barat selama ini kental kaitannya dengan nilai-nilai
budaya mereka. Artinya, Psikologi Barat adalah produk orang Barat dan untuk kebutuhan masyarakat
Barat.
Bahkan para ahli Psikologi di Inggris dan Perancis sekarang ini mulai mengeluhkan betapa
pekatnya pengaruh budaya Amerika dalam Psikologi kontemporer. Akibat dari rujukan kuliah mereka
adalah karangan para psikolog Amerika. Mahasiswa Inggris dan Perancis setelah lulus pun ikut-ikutan
corak dan gaya Psikologi Amerika.

4
Padahal Psikologi Amerika adalah based on experiment terhadap binatang seperti tikus,
anjing, monyet, kelinci dsb. Kesimpulannya belum tentu berlaku untuk manusia atau konteks budaya
di tempat lain.

Dalam konteks ini pun, hanya manusia-manusia bejat dan jahat yang disetarakan al-Quran dengan
binatang:

‫ىى ِث َهب َولَ ُه ْن أَ ْعيُ ٌي ََل‬


َ ‫ىة ََل يَ ْفقَ ُه‬ ٌ ُ‫اْل ًْ ِس لَ ُه ْن قُل‬ ً ِ‫َولَقَ ْد ذَ َزأًَْب ِل َج َهٌَّ َن َكث‬
ِ ْ ‫يسا ِه َي ا ْل ِج ِّي َو‬
‫ض ُّل أُولَئِكَ ُه ُن‬ َ َ‫ىى ِث َهب أُولَئِكَ ك َْبْلَ ًْعَ ِبم ثَ ْل ُه ْن أ‬ َ ُ‫س َوع‬ ْ َ‫اى ََل ي‬ ٌ َ‫وى ِث َهب َولَ ُه ْن آذ‬ َ ‫يُ ْج ِص ُس‬
َ ُ‫ا ْلغَب ِفل‬
‫ىى‬
“Sungguh Kami jadikan mayoritas jin dan manusia sebagai penghuni neraka Jahannam. Mereka
mempunyai hati, tetapi tidak digunakannya untuk memahami, mereka mempunyai mata tapi tidak
digunakannya untuk melihat bukti kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tapi tidak
digunakannya untuk mendengar. Mereka itu bagaikan binatang, bahkan lebih sesat. Karena mereka
orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf: 179)

Jelas sekali Al-Quran tidak ingin manusia disetarakan dengan hewan. Silakan baca beberapa
ayat dalam al-Quran, seperti: Muhammad.12, al-Furqan.44, al-Jumuah.5.
Karenanya, sejak lama orang-orang Rusia menolak Psikologi Amerika dengan membangun
Psikologi Rusia yang lebih relevan dengan dan untuk orang Rusia. Mereka berupaya membuat teori-
teori baru dan percobaan tersendiri, seperti yang dilakukan Ivan Pavlov pada tahun 1960-an. Kritik
terhadap Psikologi modern yang sekular pun banyak dilontarkan oleh kalangan Katolik di Barat.
Betapa naif jika orang Islam masih menelan mentah-mentah psikologi dari Barat yang dianggap
modern.
Dalam ayat di atas, juga jelas al-Quran memberikan satu konsep Psikologi tersendiri, bahwa
yang berpikir itu adalah hati bukan otak. Jadi, kalau kita masih menganggap bahwa otak sebagai pusat
pikiran, berarti kita sudah ketinggalan zaman.
Setelah Psikologi Humanisme mulai menyentuh kecerdasan spiritual yang sesungguhnya
mempunyai dimensi vertical, muncul gagasan Psikologi Islam. Seperti gagasan bank Islam (bank
syari`ah) yang dulu dimustahilkan tetapi sekarang tumbuh menjamur, gagasan Psikologi Islam juga
masih banyak ditolak oleh kalangan Western Psychology, tetapi pada akhirnya nanti Psikologi Islam
juga akan diterima.
Sejarah keilmuan Islam tidak melahirkan ilmu semacam psikologi, karena berbeda dengan
perkembangan ilmu pengetahuan di Barat yang bermusuhan dengan agama (Gereja), perkembangan
ilmu pengetahuan dalam sejarah keilmuan Islam disamping terinspirasi oleh kitab suci Al Qur’an,
pertumbuhannya juga dilakukan oleh ulama. Al Khawarizmi (ahli matematika) al Birruni (ahli
sain)/ahli kedokteran) adalah juga ulama ahli agama.
Perbedaan Psikologi Barat dengan Psikologi Islam:
1. Jika Psikologi Barat merupakan produk pemikiran dan penelitian empiric, Psikologi Islam , sumber
utamanya adalah wahyu Kitab Suci Al Qur’an, yakni apa kata kitab suci tentang jiwa, dengan
asumsi bahwa Allah SWT sebagai pencipta manusia yang paling mengetahui anatomi kejiwaan
manusia. Selanjutnya penelitian empiric membantu menafsirkan kitab suci.
2. Jika tujuan Psikologi Barat hanya tiga; menguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah
laku, maka Psikologi Islam menambah dua poin; yaitu membangun perilaku yang baik dan
mendorong orang hingga merasa dekat dengan Allah SWT.
3. Jika konseling dalam Psikologi Barat hanya di sekitar masalah sehat dan tidak sehat secara
psikologis, konseling Psikologi Islam menembus hingga bagaimana orang merasa hidupnya
bermakna, benar dan merasa dekat dengan Allah SWT

5
4. Sesuai tesis/disertasi atau konsentrasi keilmuan Anda, Jelaskan topik yang anda presentasikan,
kemudian anda masukkan kerangka Filsafat Islam dan/atau Psikologi Islam untuk menjelaskan topik
yang Anda pilih. Penjelasan disertasi ilustrasi contohnya! (Soal Filsafat/Psikologi)
Jawaban:

ABSTRAK

Kegiatan keagamaan di dunia maya marak dilakukan siswa Muslim di Indonesia. Mereka
mempelajari Islam di Internet yang menyediakan materi yang melimpah. Siswa bebas
memilih materi yang mereka sukai, dan mendengarkan Tausiyah dari ustad idola mereka.
Ada kecenderungan, mereka menjadikan media sosial sebagai sumber agama alternatif.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya fenomena cyberreligion pada siswa
MAN 11 Jakarta.

Ada dua pendekatakan analisis yang penulis gunakapan pada penelitian ini. Pertama adalah
tradisi pemikiran fenomenologis Alferd Schutz terkait aktifitas cyberrelegion sebagai sebuah
fenomena sosial. Dan kedua, Teori Ketergantungan Media Sandra Ball-Rokeach dan Melvin
L. DeFluer (1976) dalam mengungkap aspek ketergantungan siswa pada media sosial dan
dampak yang ditimbulkannya.

Penelitian ini menggunakan Mixed Methods Research, yakni sebuah metode penelitian
gabungan kuantitatif dan kualitatif yang digunakan secara bersama-sama dalam suatu
kegiatan penelitian untuk mendapatkan data yang lebih komprehensif, valid, reliabel dan
objektif. Beberapa temuan menarik dari penelitian ini mengungka adanya
ketergantungan siswa dalam penggunaan smartphone. Dalam satu hari, siswa minimal
menghabiskan waktu 4 jam lebih untuk berselancar di media sosial. Umumnya siswa
menyukai tausiyah dari para ustad atau ulama yang dikaguminya.

Antusiasme siswa belajar agama dari para ustad pilihannya di media sosial ini, terkadang juga
dilandasi oleh kekaguman yang berlebihan dan bahkan cenderung pada upaya kultus
individu.

Kata Kunci: Media Sosial, Internet, Agama, Siswa, Agama, Islam, dan Telepon Genggam
(Smartphone)

A. Pendahuluan

Dalam dua dekade terakhir, atau tepatnya awal 2000, gairah remaja muslim Indonesia
memanfaatkan interet untuk “mengaji” ilmu agama di media sosial menampakkan
kecenderungan meningkat bersama dengan perkembangan teknologi di era globalisasi saat
ini.1

1
Theodore Levitte merupakan orang pertama menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Globalisasi diambil dari kata global, yang artinya universal. Globalisasi juga bisa dimaknai sebagai suatu proses
sosial, sejarah, atau proses alamiah untuk mewujudkan satu tatanan kehidupan baru dengan menyingkirkan
batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. James R. Situmorang, “Pemasaran Pada Era
Globalisasi”, Jurnal Administrasi Bisnis Volume 8, Nomor 2, Tahun 2012.

6
Asumsi ini didasari sejumlah data survey dan penelitian tentang meningkatnya jumlah
pengguna internet.2 Mengingat mayoritas penduduk beragama Islam, kuat diduga pengakses
terbesar internet ialah remaja muslim.

Data yang dirilis perusahaan facebook dan Twitter, Indonesia masuk lima besar dunia
pengguna produk mereka. Untuk facebook, tahun 2017 mencapai 115 juta, naik 40 persen
dari tahun 2016 yang mencapai 82 juta.3

Istilah cyberrelegion sengaja pilih dengan pertimbangan mempunyai pengertian yang


lebih umum dibanding istilah Islam Digital atau Religion Online 4, meskipun ketiganya sama-
sama menggambarkan aktifitas berselancar “mengaji” agama di internet. Brenda Brasher’s 5
mendefinisikan cyberreligion sebagai kehadiran institusi dan aktivitas keagamaan di dunia
siber. Internet bahkan menyerupai ladang subur bagi perkembangan agama. Sementara Lorne
L Dawson6 mengartikan sebagai organisasi atau grup keagamaan yang eksistensinya hanya
berada di dunia siber.

B. Batasan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas, penulis hanya akan fokus pada
kecenderungan prilaku siswa MAN 11 Jakarta dalam memanfaatkan internet guna keperluan
mencari informasi ditengah maraknya website dan situs-situs keagamaan islam. Baik yang
dikelola oleh sejumlah tokoh agama terkenal dengan kedalamam ilmu agama Islam maupun
ulasan dari para pengelola situs atau website yang diragukan pemahamannya tentang Islam.

Adapun batasan masalah pada penelitian ini berkisar pada kebiasaan siswa dalam
berselancar menimba ilmu agama di dunia maya. Benarkah materi materi keagamaan di
Internet, telah cukup memuaskan keingintahuan mereka tentang Islam? Serta alasan mereka
memilih mencari informasi keagamaan lewat media sosial berbasis internet.

C. Rumusan Masalah

Pengguna internet di kalangan siswa MAN 11 Jakarta cukup tinggi. Dari penuturan
salah seorang guru bernama Bu Jannatun, diperkirakan 95 persen lebih siswa di Sekolah
MAN 11 Jakarta, memiliki smartphone.

2
Agustinus Mario Damar, “Pengguna Internet Di Indonesia Tembus 134 Juta”. Diunduh dari
https://www.liputan6.com
3
Yudhianto, “Smartfren: Kami Sekarang Rajanya MiFi.” Diunduh dari Detik. Net, 27 Maret 2020.
4
Muliati, “Efektivitas Mengikuti Religion Online di Instagram Terhadap Spiritualitas Mahasiswa
Universitas Syiah Kuala.” Pada Jurnal ilmiah mahasiswa Fisip Unsyiah, Volume 3 No
1 halaman 117-131 Februari 2018. Atau menurut Helland (2000) dalam (Ibrahim dan Akhmad, 2014:153),
religion online adalah yang memanfaatkan. “The power of the Net as another means to maintain religious
struktures” menyediakan para pengguna internet informasi tentang agama: doktrin, organisasi, dan keyakinan;
dan juga perlengkapan lain yang berhubungan dengan tradisi keagamaan.
5
Brenda Brasher. Give Me that Online Religion. (San Fransisco: Jossey-Bass Inc. 2001), halaman 11.
Lihat juga Fazlul Rahman, Matinya Sang Dai: Otonomisasi Pesan Pesan Keagamaan di_duni@maya, halaman
3-4
6
Dawson L. Lorne, Anti-Modernism, Modernism, and Postmodernism: Struggling with the Cultural
Significance of New Religious Movements. Diunduh dari http://Socrel.oxforJournals.org Lihat juga, Rulli
Nasrullah Msi , “Cyber-Religion”, Detik.com Rabu 30 Juli 2008

7
Tapi apakah mereka berselancar di internet untuk mendapatkan informasi terkait
dengan masalah keagamaan?. Hal pasti fenomena cyberreligion terkait pemanfaatan Internet
sebagai sarana pembelajaran agama Islam merupakan pokok masalah utama yang akan
diteliti melalui penelitian ini.

Rumusan masalah terkandung dalam pertanyaan mayor dan beberapa pertanyaan


minor yang diharap bisa terjawab dalam penelitian ini. Antara lain:

1. Seberapa besar manfaat media sosial sebagai sumber keberagamaan alternartif bagi
siswa untuk memenuhi kebutuhannya mendalami Agama Islam?.
2. Materi keagamaan seperti apa yang diminati siswa? Adakah perbedaan “ngaji agama”
konvensional dengan “ngaji” secara online?
3. Seberapa pentingkah bagi siswa untuk mengandalkan internet/ media sosial sebagai
sumber keberagamaan?
4. Bagaimana pengaruh bersosial media terhadap sikap keberagamaan siswa.?
Pilihan menjadikan remaja sebagai subjek penelitian karena masa remaja merupakan
masa transisi. Perkembangan remaja antara masa kanak-kanak dan dewasa yang umumnya
dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia belasan tahun atau awal dua
puluhan tahun. Kata pubertas berasal dari kata latin yang berarti “usia kedewasaan”. Kata ini
lebih menunjukkan pada perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang terjadi pada saat
individu secara seksual menjadi matang dan mampu memperbaiki keturunan7

Ada dua alasan mengapa penulis menggunakan Teori Ketergantungan Media


(Dependency Theory Media) 8 dan Tradisi Pemikiran Fenomenologi9 sebagai landasan
kerangka berfikir untuk memperjelas ruang lingkup penelitian yang dimaksud.

Pertama, “Media Dependency Theory” sebagai teori komunikasi ini akan menganalisis
efek yang ditimbulkan media pada pembacanya. Khususnya relevansi ketergantungan siswa
MAN 11 Jakarta pada media sosial sebagai sumber informasi keagamaan.

Kedua, dengan melakukan pendekatan fenomeologi. 10 Pemikiran fenomenologi yang


berasal dari filsafat ini dipopulerkan oleh Edmund Husserl. Selain sebagai pemikiran filsafat,
fenomenologi juga merupakan metodologi penelitian yang bersifat kualitatif. 11

7
Elizabeth B, Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Terjemahan: Soedjarwo dan Iswidayanti. ( Jakarta : Erlangga, 1990), halaman 188.
8
Media dependency theory sebagai teori komunikasi digagas Sandra Ball-Rokeach dan Melvin
Defleur. Titik sentral teori ini ialah bahwa masyarakat modern bergantung pada media untuk memahami dunia
disekitar. Maureen Syallow, “Media Dependency Theory in Use”. Diunduh dari
https://www.academia.edu/9834996/
9
Alfred Schutz Alfred Schutz lahir di Wina pada tahun 1899 dan meninggal di New York pada tahun
1959. Dalam membangun fenomenologi sosial mengaitkan sosiologi (marx Weber) dengan fenomenologi dari
filosofinya Edmund Husserl. Meskipun Schutz terkagum-kagum pada Weber tetapi ia beusaha mengatasi
kelemahan yang ada di dalam karya Weber dengan menyatukan ide filsuf besar Edmund Husserl dan Henri
Bergson. Alfred Schutz dalam John Wild dkk, The Phenomenology of the Social World. (Illinois: Northon
University Press, 1967), halaman 6.
10
Istilah fenomenologi diperkenalkan oleh Johann Heinrick Lambert, sedangkan tokoh pelopor
fenomenologi adalah Edmund Husserl (1859-1938). Moustakas Clark, Phenomenological Research Methods.
(California: Sage, 1987), halaman 87.

8
Dengan kata lain, metodologi kualitatif merupakan riset terhadap dunia
kehidupan atau pengalaman subjektif terhadap kehidupan pribadi.

Penelitian fenomenologi melihat komunikasi sebagai sebuah proses berbagi pengalaman


personal melalui dialog atau percakapan. 12

11
Bertens K, Filsafat Barat Abad XX. (Jakarta: Gramedia, 1981), halaman 90-95
12
Penelitian fenomenologi dimulai dengan memperhatikan fenomena yang akan diteliti, yang melihat
berbagai aspek subjektif dari perilaku subjek. Selanjutnya, peneliti melakukan penggalian data. Penggalian data
tersebut dilakukan dengan melakukan wawancara yang mendalam kepada objek atau informan didalam
penelitian, serta dengan melakukan observasi secara langsung mengenai bagaimana objek penelitian
menginterpretasikan pengalamannya kepada orang lain. Lihat Syahran Jailani, “Ragam Penelitian Qualitative
(Ethnografi, Fenomenologi, Grounded Theory, dan Studi Kasus.” Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013.

Anda mungkin juga menyukai