Oleh:
Disusun oleh :
D3 Teknik Mesin
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, Sholawat serta salam juga tetap tercurahkan
kepada
junjungan besar Nabi Muhammad SAW, sehingga proses penyusunan laporan ini dapat
terselesaikan dengan baik tanpa ada hambatan yang berarti. Penyusunan laporan ini
bertujuan
untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan di PT. SEMEN INDONESIA (Persero)
Tbk.
Laporan ini kami susun berdasarkan data-data yang dapat dikumpulkan dan
bimbingan
INDONESIA (Persero) Tbk selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan di mulai pada
tanggal 01
Dalam penyusunan laporan ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa
adanya
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
dengan
Tbk.
9. Serta semua pihak yang telah membantu selama proses Praktek Kerja
Industri dan
penyelesaian laporan.
itu, penulis berharap kepada para pembaca untuk memberikan saran maupun
masukan yang
bersifat membangun untuk kepentingan bersama, dan semoga laporan ini bisa
memberikan
Penyusun
Jurusan Teknik mesin Politeknik Negeri Malang iv
Laporan Praktek Kerja Industri Periode Februari 2019
DAFTAR ISI
LEMBAR
PENGESAHAN ..................................................................................................... ii
KATA
PENGANTAR ............................................................................................................ iii
DAFTAR
ISI ............................................................................................................................v
DAFTAR
GAMBAR ............................................................................................................viii
DAFTAR
TABEL ....................................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah............................................................................................................... 3
1.3 Batasan
Masalah ................................................................................................................. 3
1.4 Tujuan
Prakerin .................................................................................................................. 3
1.4.1 Tujuan
Umum .......................................................................................................... 3
1.4.2 Tujuan
Khusus ......................................................................................................... 3
1.5 Manfaat
Prakerin ................................................................................................................. 4
1.5.1 Bagi
Mahasiswa ....................................................................................................... 4
2.1.1
Sejarah.............................................................................................................................
6
2.2
Keorganisasian .................................................................................................................
.10
2.3 Struktur
Organisasi........................................................................................................... 11
2.4 Sistem
Manajemeni........................................................................................................... 14
2.5 Anak
Perusahaan............................................................................................................... 16
Jurusan Teknik mesin Politeknik Negeri Malang v
Laporan Praktek Kerja Industri Periode Februari 2019
2.6 Produk.................................................................................................19
3.1 Pengertian
Semen ............................................................................................................ 21
3.2 Fungsi
Semen.................................................................................................................... 21
3.6 Proses Pembuatan Semen PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik
Tuban..................... 33
4.1.1. Breakdown
Maintenance....................................................................................... 61
4.1.2. Preventive
Maintenance......................................................................................... 61
4.1.3. Corrective
Maintenance......................................................................................... 62
4.1.4. Predictive
Maintenance......................................................................................... 62
4.1.5.
Overhaul................................................................................................................ 62
4.3 Prinsip Kerja & Proses Produksi Finish Mill (OK Mill) Tuban
1 ................................... 78
4.3.2 Grinding
Machinery............................................................................................... 82
4.3.3 Separator
(Classifier)............................................................................................. 84
4.5 Perawatan Grinding Roll & Table pada mesin Finish Mill (OK Mill) Tb
1...................... 88
4.5.1 Grinding
Roll.......................................................................................................... 88
4.5.2 Grinding
Table....................................................................................................... 90
4.5.4 Separator
(Classifier)............................................................................................. 93
5.1
Kesimpulan ......................................................................................................................
95
5.2
Saran ................................................................................................................................
. 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Jurusan Teknik mesin Politeknik Negeri Malang vii
Laporan Praktek Kerja Industri Periode Februari 2019
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 3.9 Komposisi Standart Batu Bara PT. Semen Indonesia (persero),
Tbk ......................58
Jurusan Teknik mesin Politeknik Negeri Malang x
Laporan Praktek Kerja Industri Periode Februari 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Politeknik Negeri Malang adalah salah satu bentuk perguruan tinggi yang
peningkatan kemampuan
penerapannya.
masyarakat dimasa-masa
mendatang.
sistem paket dengan proses pembelajaran yang didesain agar lulusannya siap
kerja. Untuk
itu, sistem pendidikan ini harus didukung oleh metode dan materi pembelajaran
yang
by doing berisikan materi 40% dan praktek 60% yang disampaikan melalui
kurikulum
berbasis kompetensi 5+1 untuk program III dan dan 7+1 untuk program IV. Guna
dalam bekerja.
dengan ilmu teori yang diterapkan pada kondisi sebenarnya yang terdapat pada
lapangan.
jurusan D3 Teknik Mesin, yaitu adanya Praktek Kerja Lapang yang dilaksanakan
dalam
waktu satu bulan. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan suatu instansi yang
mampu
dunia industri.
Semen utama yang diproduksi adalah Porland Tipe II-V (Non-OPC). Disamping tu
juga
memproduksi berbagai tipe khusus dan semen campur (mixed cement) untuk
penggunaan
terbatas. Semen produksi perseroan memiliki kualitas yang tinggi dan telah
memenuhi
standar SNI, ini wujud komitmen perusahaan sebagai produsen semen berkualitas
di
industri semen. Jumlah produksi semen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk pada
tahun
2018 yang mencapai 28.257 juta ton semen. Merupakan hasil kontribusi dan
kerjasama
dari semua operating company dari PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, salah
satunya
yang akan kami tempuh, maka kami memilih PT. SEMEN GRESIK (PERSERO)
Tbk,
( Persero ) Tbk, Pabrik Tuban khususnya merupakan salah satu pilihan yan tepat
bagi
melihat lebih nyata penerapan materi perkuliahan pada industri tersebut. Pada
Praktek
Kerja Industri kali ini kami ditempatkan pada area Pemeliharaan Mesin Finish Mill
(PMFM) yang secara garis besar mempunyai tujuan untuk memelihara mesin
Finish Mill
Dari hasil Praktek Kerja Industri yang telah kami lakukan maka dapat
diperoleh
beberapa permasalahan ,
diantaranya :
a. Bagaimana prinsip kerja dan proses produksi pada mesin Finish Mill (OK
Mill)
Tuban 1?
b. Bagaimanakah perawatan Grinding Roll & Table pada mesin Finish Mill
(OK
Mill) Tuban 1?
a. Pandangan umum mengenai sistem kerja mesin Finish Mill (OK Mill)
Tuban 1
b. Membahas tentang proses perawatan Grinding Roll & Table pada mesin
Finish
sikap dan keterampilan bidang ilmu teknik permesinan; baik di bidang desain
1. Mempelajari alur kerja dan struktur organisasi di PT. Semen Indonesia Unit
PMFM 1-2.
Malang.
1.5 Manfaat Prakerin
kerja.
- Melatih diri agar tanggap dan peka dalam mengahadapi situasi dan kondisi
lingkungan kerja.
sistem sebuah
perusahaan.
Malang.
BAB II
SEJARAH PERUSAHAAN
2.1.1 Sejarah
Sejak ditemukannya deposit batu kapur dan tanah liat pada tahun 1935 sebagai
bahan
baku semen oleh seorang sarjana Belanda Ir. Van Es di Gresik. Selanjutnya pada tahun
1950,
wakil presiden RI yang pertama, Moh. Hatta menghimbau kepada pemerintah untuk
mendirikan
pabrik semen di Gresik. Untuk menindaklanjuti hal tersebut maka dilakukan penelitian
ulang
dengan dibantu oleh Dr. F. Leufer dan Dr. A Kreaft dari Jerman, yang akhirnya
menyimpulkan
bahwa deposit tersebut mampu untuk persediaan selama 60 tahun untuk pabrik dengan
Dari hasil penelitian tersebut, maka dibangun pabrik semen yang pertama di
Indonesia.
Industri Negara (BIN). Pada tanggal 25 Maret 1953, dengan akta notaris Raden Mester
Soewardi no. 41 oleh BIN didirikan NV pabrik Semen Indonesia sebagai badan hukum
perusahaan itu. Pabrik ini diresmikan oleh presiden Soekarno tanggal 7 Agustus 1957
dengan
kapasitas 250.000 ton/tahun. Proyek diserahkan kepada BIN dibantu Bank Exim (USA).
Proyek
dilaksanakan oleh beberapa perusahaan untuk penentuan lokasi dan pembuatan pola
pabrik
adalah Marrison Knudsen Internasional Co. Inc dan AS Pabrik ini mengadakan uji coba
operasi
pada awal Maret 1957. Kemudian setelah terbukti bahwa pabrik tersebut dapat
beroperasi
dengan baik, maka sesuai rencana dan kebutuhan, pada tahun 1966 diadakan
perluasan pertama
dengan menambah sebuah tanur pembatasan (proses basah) beserta unit lainnya yang
Pada tahun 1969 PT. Semen Indonesia menjadi BUMN pertama yang berubah
menjadi
lama yang menggunakan proses basah, perluasan ketiga ini membangun unit pabrik
baru yang
menggunakan proses kering. Perluasan ini dengan menambahkan dua buah tanur
pembakaran
beserta perlengkapannya. Setiap tanur pembakaran unit yang baru ini mempunyai
kapasitas
produksi 500.000 ton/tahun sehingga total kapasitas Pabrik Semen Indonesia menjadi
1.500.000 ton/tahun. Pelaksanaan perluasan ketiga ini terselesaikan pada akhir tahun
1978.
Pabrik proses kering diresmikan pada tanggal 2 Agustus 1979 oleh menteri
perindustrian AR,
Soehot.
dengan sumber dana dari penjualan sahamnya di Semen Cibinong, penjualan saham di
bursa
serta dana sendiri dengan melakukan kerja sama dengan Fuller Internasional. Pada
tahun 1994
pabrik unit 1 di Tuban dengan kapasitas 2,3 juta ton/tahun diresmikan oleh Presiden
Soeharto
pada tanggal 26 September 1994 sehingga kapasitas total menjadi 4,1 juta ton/tahun.
Perluasan
terus berlanjut dan dimulai pada awal tahun 1995 dengan mendirikan pabrik semen
Tuban 2
dengan kapasitas 2,3 juta ton/tahun yang merupakan perluasan pabrik semen Indonesia
3/Tuban
1 dan terselesaikan pada tahun 1997. Pabrik semen Tuban 2 ini diresmikan oleh
Presiden
Soeharto pada tanggal 17 April 1997 di Cilacap. Dengan diresmikannya pabrik Tuban 2
ini
maka kapasitasnya menjadi 6,4 juta ton/tahun. Ketika proyek pabrik semen Tuban 2
dalam
tahap penyelesaian, sejak awal tahun 1996 dilaksanakan proyek Pabrik Tuban 3 yang
Semen Padang dan Semen Tonasa pada tanggal 15 September 1995. Dalam tahun
yang sama
telah berhasil dilakukan penawaran umum terbatas saham (Right issue) yang pertama
dan
hasilnya digunakan untuk pengalihan 100% saham milik pemerintah pada Semen
Padang dan
Semen Tonasa berkat kerja sama yang baik antar pegawai maka pada tanggal 19 Mei
1996 PT
Semen Indonesia (Persero), Tbk memperoleh Sertifikat ISO 1992 untuk unit 1 dan 2 di
Gresik
dan unit 1, 2, dan 3 di Tuban, adanya krisis moneter di Indonesia, membuat PT Semen
Indonesia
Perseroan sebesar 14% melalui penawaran terbuka yang dimenangkan oleh Cemex
S.A. de C.V.
(Persero) Tbk merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang
industri
hingga saat ini. Pada tahun 1991, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan
BUMN
pertama yang Go Public di Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Jakarta (sekarang
menjadi
dua perusahaan BUMN lain, PT Semen Padang (Persero) dan PT Semen Tonasa
(Persero) dan
Company (TLCC) Vietnam. Dalam upaya untuk memperkuat posisi, pada tanggal 7
Januari
pertumbuhan. Saat ini, Perseroan memiliki 14 Integrated Cement Plant yang tersebar di
Indarung (Sumatera Barat), Tuban (Jawa Timur), Pangkep (Sulawesi Selatan),
Rembang (Jawa
Tengah) dan Quang Ninh (Vietnam) dengan total kapasitas terpasang sebesar 31,8 juta
Ton
Vietnam. Di Indonesia, Perseroan memiliki 3 merek yang telah melekat di hati konsumen
yaitu
Semen Padang, Semen Gresik dan Semen Tonasa. Pangsa pasar domestik sebesar
39% yang
fundamental keuangan ini mampu memberikan kesempatan lebih luas bagi Perseroan
untuk
melakukan perluasan kapasitas produksi serta ekspansi usaha. Hal ini dapat dibuktikan
dalam
Untuk letak perusahaan kantor pusat berada di Jalan Veteran Gresik 6112,
sedangkan
lokasi kantor perwakilan berada di Graha Irama Lantai 9, Jalan HR. Rasuna Said,
Kuningan
Jakarta 12950. Lokasi pabrik PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk unit III berada di
Tuban jauh
dari perumahan penduduk sehingga sangat baik karena tidak mencemari masyarakat
sekitarnya
dari limbah PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk di Tuban lokasinya meliputi tiga
kecamatan
terletak di Desa Sumber Arum, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban. Luas area pabrik
sekitar
Sedangkan pabrik PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk unit I dan II berada di
Sidomoro Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, ± 16 km dari kota Surabaya dengan
2
luas bangunan 150.000 m terbentang di atas area seluas 750 Ha. Daerah deposit batu
kapur berada
± 5 km sebelah barat pabrik dan deposit tanah luasnya 2-5 km di sebelah barat
pabrik. Pabrik Tuban didirikan dengan beberapa pertimbangan, antara lain : 1.
Bahan Baku
Bahan baku berupa batu kapur terletak di Desa Temandang, ±3 km dari lokasi
pabrik. Sedangkan bahan baku berupa tanah liat terletak di Kecamatan Kerek kurang
lebih 5 km dari lokasi pabrik.
2. Bahan Pendukung
Bahan pendukung diperoleh dari daerah sekitar, bahan pendukung berupa pasir
silika
diperoleh dari Tuban dan Madura. Pasir besi diperoleh dari Pasuruan, Probolinggo, dan
Cilacap.
Bahan pengganti pasir besi adalah copper slag (limbah pengolahan tembaga) yang
diperoleh
dari Gresik. Gypsum diperoleh dari Petrokimia Gresik yang berupa gypsum sintesis.
Untuk
gypsum natural diperoleh dari Kalimantan atau import dari Thailand. Bahan pembantu
berupa
3. Transportasi
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban memiliki lokasi yang strategis
karena lokasi pabrik terletak kurang lebih 9 km dari jalan raya yang menghubungkan
kota Surabaya dan Semarang. Pabrik terletak dekat dengan laut bahkan mempunyai
pelabuhan sendiri sehingga transportasi lewat laut lebih mudah dilakukan. 4. Faktor
Sosial
5. Pemasaran
Daerah pemasaran PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk meliputi seluruh wilayah
Indonesia. Selain itu juga menjalin hubungan kerja sama dagang dengan luar negeri,
antara lain
produk Semen Gresik telah diekspor ke Thailand, Singapura, Srilangka, Mexico. Karena
lokasinya yang strategis dan jalur transportasi lancar maka pemasarannya tidak
mengalami
hambatan.
2.2 Keorganisasian
Tenggara
Misi
Sunan Giri membuka “pesantren” untuk menyebarkan agama islam di bukit Giri)
yang
antara fungsi-fungsi atau orang-orang (Per dalam hubungan satu dengan yang lainnya
dalam
berbentuk organisasi garis (line organization) yang tertuang dalam Surat Keputusan
Direksi
Tbk. PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk memiliki struktur organisasi yang selalu
berkembang
pabrik yang menyangkut keadaan sosial, ekonomi, dan politik. Dari segi eksternal
sistem
organisasi PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk, terbagi menjadi dua yaitu : Perusahaan
induk
(PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk) dan Anak perusahaan sebagai penunjang. Anak
Indonesia (Persero), Tbk dan perusahaan lain yang berbentuk suatu badan
hukum.
Dilihat dari segi internal, struktur organisasi PT. Semen Indonesia (Persero)
Tbk.
dibagi dua, yaitu :
Berikut ini adalah tugas, wewenang, dan tanggung jawab Dewan Direksi yang ada
di PT.
9. Sekretaris Perusahaan
suatu alat atau kondisi di sekitar pabrik. Direktur Teknik dan Proyek
membawahi
d. Manajemen Proyek
a. Departemen Perencanaan
Pemasaran
c. Departemen CSR
Sejalan dengan strategi dan target bisnis menjadi World Class Company di
tengah
dinamika perubahan iklim persaingan bisnis yang semakin ketat, maka diperlukan
kegesitan
(agility) seluruh jajaran dalam merespon dan menangkap peluang bisnis sebagai upaya
meningkatkan daya saing Perseroan, kondisi persaingan dan tuntutan stakeholder yang
semakin
meningkat. Oleh karenanya diperlukan tata kelola Perseroan yang efektif dan efisien
untuk
menjamin:
Dalam mewujudkan efektivitas dan efisiensi tata kelola tersebut, perseroan telah
menerapkan
manajemen teritegrasi dengan mengacu pada prinsip-prinsip tata kelola perseroan yang
baik,
meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham pada khususnya dan Pemangku
Kepentingan
bisnis Perseroan dengan basis integrasi pada Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 yang
stakeholders expectation
dan implementasi.
Management System (IMS) yang terdiri dari kegiatan inovasi, kegiatan Gugus Kendali
Mutu
(GKM), Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), sistem saran, Total
Productive
dengan baik.
mendukung bisnis inti Semen Indonesia selaku holding company dan memberikan
kontribusi
secara terus - menerus. Keberadaan anak usaha diharapkan dapat memberi sinergi
yang
PT. Semen Padang adalah salah satu anak perusahaan PT. Semen Gresik yang
bergerak
PT. Semen Tonasa adalah anak perusahan PT. Semen Gresik yang
bergerak dalam
bidang produksi semen. PT. Semen Tonasa berada di Kab. Pangkep Sulawesi
Selatan.
PT. Semen Gresik adalah anak perusahan PT. Semen Gresik yang bergerak
dalam
bidang produksi semen. PT. Semen Gresik berada di
Gresik
PT. Thang Long Cement Vietnam adalah salah satu anak perusahaan PT.
Semen
Gresik yang bergerak dibidang penghasil semen. PT. Thang Long Cement
berada di
Vietnam
PT. Semen Indonesia Beton adalah salah satu anak perusahaan khusus
memroduksi beton siap pakai dan beton pracetak yang didirikan pada tahun
2012. PT. Semen Indonesia Beton memainkan peranan yang sangat penting
PT. Swadaya Graha bergerak dalam bidang developer, kontraktor sipil dan listrik,
Berangkat dari sebuah Yayasan Sejahtera Semen Gresik. yang didirikan guna
(Persero) Tbk. Pada Tahun 1969 merupakan pijakan sukses pertama dengan
semen.
3. Afiliasi
a. PT. Sinergi Informatika Semen Indonesia (SISI)
memiliki kemampuan untuk menghasilkan peranti lunak ERP yang lebih bisa
diterima oleh pelaku usaha di Tanah Air. PT. Sinergi Informatika Semen
Indonesia pun menjawab tantangan akan kebutuhan teknologi ERP yang ada
melalui ‘FORCA ERP’, sebuah aplikasi software ERP karya anak bangsa
terjangkau.
4. Lembaga Penunjang
a. Koperasi Warga Semen Gresik
PT. Cipta Nirmala bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan untuk umum dan
farmasi, meliputi Rumah Sakit, Poliklinik, Apotek, Optik, Konsultasi Gizi dan
Catering
diet.
c. Dana Pensiun Semen Gresik
Lembaga ini bergerak dalam mengelola dana terkumpul untuk program pensiun
para
pegawai.
Yayasan ini mengelola sekolah Semen Gresik (PAUD, SD, SMP, SMA,
SMK),
2.6 Produk
Jenis semen yang diproduksi PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk pabrik Tuban
adalah
berikut : semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling
terak
semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan
digiling
bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa
kalsium
sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. Adapun semen Portland yang
diproduksi di PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk. pabrik Tuban ada dua tipe
yaitu:
Ordinary Portland Cement (OPC) merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dengan
cara
menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat
hidrolis
dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk
kristal
senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. Ordinary
Portland
jembatan, jalan raya, landasan bandar udara, pembuatan beton pracetak, dan pratekan,
dan
industri produk-produk lainnya. Semen Portland terutama terdiri dari oksida kapur
(CaO),
oksida silika (SiO2), oksida alumina (Al2O3), oksida besi (Fe2O3). Kandungan keempat
oksida
tersebut kurang lebih 95% dari berat semen dan biasanya disebut major oxides,
sedangkan
sisanya sebanyak 5% terdiri dari oksida magnesium (MgO) dan oksida lain. Semen tipe
ini
mempunyai kandungan C2S lebih kecil dari kandungan C3S yang mana kandungan C3S
antara
55%-56% sedangkan kandungan SO3 1,3%-1,4%. Semen ini mempunyai sifat antara
moderat
heat cement dan high early strength cement yang mana jenis semen ini dipasarkan
dalam
bentuk:
suatu semen hidrolis yang terdiri dari campuran yang homogen antara semen portland
dan
pozolan halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozolan
bersama-sama, atau mencampur secara merata bubuk semen portland dengan bubuk
pozolan,
atau gabungan antara menggiling dan mencampur, di mana kadar pozolan 6% sampai
dengan
40% massa semen portland. Semen yang memenuhi persyaratan mutu semen Portland
Pozzoland SNI 15-0302-2004 dan ASTM C 595 M-05 s. Dapat digunakan secara luas
seperti :
Menurut ASTM (American System for Teting Material) bahan pozzoland yang
ditambahkan
berkisar antara 15% - 40%. Semen tipe ini mempunyai kandungan C2S lebih besar dari
pada
C3S, sedangkan kandungan SO3 antara 1,2% - 1,3%. Semen tipe ini mempunyai kuat
tekan
awal rendah akan tetapi kuat tekan selanjutnya lebih stabil. Jenis semen ini dipasarkan
dalam
bentuk :
• Curah
bagian-bagian kecil tak beraturan. Semen adalah perekat hidraulik yang dihasilkan
dengan cara
menghaluskan klinker yang terdiri dari bahan utama silikat-silikat kalsium dan bahan
tambahan
batu gypsum dimana senyawa-senyawa tersebut dapat bereaksi dengan air dan
membentuk zat
baru bersifat perekat pada bebatuan. Semen dalam pengertian umum adalah bahan
yang
mempunyai sifat adhesive dan cohesive, digunakan sebagai bahan pengikat (bonding
material),
yang dipakai bersama-sama dengan batu kerikil dan pasir. Sifat pengikatan semen
ditentukan
oleh susunan kimia yang dikandungnya. Adapun bahan utama yang dikandung semen
adalah
kapur (CaO), silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit
(MgO).
3
Massa jenis semen yang diisyaratkan oleh ASTM adalah 3,15 gr/cm , pada
3
kenyataannya massa jenis semen yang diproduksi berkisar antara 3,03 gr/cm sampai
3
3,25 gr/cm . Variasi ini akan berpengaruh proporsi campuran semen dalam campuran.
Pengujian massa jenis ini dapat dilakukan menggunakan Le Chatelier Flask (ASTM C
348-97).
massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butiran agregat. Agregat
merupakan
komponen yang paling banyak terkandung dalam
beton.
Batu kapur merupakan sumber utama oksida yang mempumyai rumus CaCO3
(Calcium Carbonat),pada umumnya tercampur MgCO3 dan MgSO4. Batu kapur yang
baik
Menurut R.H. Perry, 1984, salah satu sifat kimia batu kapur yaitu dapat mengalami
kalsinasi.
Reaksi :
air dan gas CO2 dari batuan adesit, granit dan treakti. Batu-batuan ini menjadi bagian
yang
halus, tidak larut dalam air dan mengendap berlapis-lapis, lapisan ini tertimbun tidak
beraturan.
Tanah liat bercampur dengan material lain antara lain Besi Oksida, Kalium Oksida,
Natrium
Oksida, Phosphor Oksida dan bahan Organik. Sifat dari tanah liat bila dipanaskan atau
dibakar
akan memampat dan menjadi keras. Warna tanah liat adalah putih bila tanpa adanya
zat
pengotor, tetapi bila ada senyawa besi organik tanah liat akan berwarna coklat
kekuningan.
Tanah liat yang baik untuk digunakan memiliki kadar air ± 20%, kadar SiO 2 tidak terlalu
tinggi
± 46%, dan penggunaan tanah liat dalam pembuatan semen itu sendiri sebesar
± 9%.
Tabel 3.1 Sifat Fisika Tanah Liat Fase Padat Warna coklat
dan abu-abu kehitaman Kadar Air 18 – 25% Bulk
3 3
Density 1,4 ton/m Spesific Gravity 2,36 gr/cm
Kandungan Al2O3 18 – 22 % Kandungan SiO2 60 –
70 %
Menurut R.H. Perry, 1984, salah satu sifat kimia tanah liat yaitu dapat mengalami
pelepasan air hidrat bila dipanaskan pada suhu 500C. Reaksinya :
Al2Si2O7.xH2O→Al2O3 + 2SiO2 + xH2O (2.2)
T = 500 ° C
Pasir silika berfungsi sebagai pembawa oksida silica (SiO 2) dengan kadar yang
cukup
tinggi yaitu sekitar 90-95 %. Depositnya berbentuk gunung-gunung pasir silika dan
berkadar
SiO2 sekitar 90 %. Semakin murni pasir silika akan semakin putih warnanya dan biasa
disebut
pasir kuarsa yang berkadar SiO2 mencapai 98,5 – 98 %. Warna pasir silika dipengaruhi
oleh
adanya kotoran seperti Oksida Logam dan bahan Organik. Pasir silika ini digunakan
sebagai
bahan tambahan pada pembuatan semen jika kadar SiO 2 nya masih
rendah.
Menurut R.H. Perry, 1984, salah satu sifat kimia pasir silika yaitu dapat bereaksi
dengan CaO
Reaksi :
b. Copper Slag
Copper slag merupakan produk samping pada proses peleburan dan pemurnian
tembaga dari bahan baku konsentrat tembaga. Copper slag dihasilkan dari proses
peleburan
tembaga disemelter dari hasil pengikatan besi dengan pasir silika dan batu gamping
yang
utama copper slag adalah Oksida Besi (FeO), Dioksida Silikon (SiO 2), Oksida Kalsium
(CaO)
dan Oksida Alumminium(Al2O3). Copper slag mempunyai sifat fisik dan kimiawi sangat
stabil.
semen. penggunaan pasir besi dalam pembuatan semen itu sendiri sebesar ± 1%.
Copper slag
mempunyai densitas lebih tinggi dibandingkan pasir alam. Material ini mempunyai sifat
fisik
• Warna : Hitam
3
• Bulk density : 1,8 ton/m
• Specific gravity
Menurut R.H. Perry, 1984, salah satu sifat kimia copper slag yaitu dapat bereaksi
dengan
Reaksi :
T = 1095 – 1205 oC
Jurusan Teknik mesin 24 Politeknik Negeri Malang
Laporan Praktek Kerja Industri Periode Februari 2019
b. Gypsum (CaSO4.2H2O)
gamping (kapur) adalah bahan sedimen CaSO4 yang mengandung 2 molekul hidrat.
Bahan ini
ditambah setelah campuran bahan mentah dibakar menjadi terak. Penambahan gypsum
klinker menjadi semen, jumlah gypsum dikontrol melalui kadungan SO3 (Sulfur trioksida)
dari
semen yang diproduksi. Semakin tinggi kandungan SO 3 dalam semen maka ini dapat
Gypsum dalam semen dapat memberikan efek negatif apabila turun dalam
jumlah yang
besar, karena dapat menyebabkan terjadinya pemuaian pada semen saat digunakan,
itulah
sebabnya penggunaan gypsum harus dikontrol secara ketat. Selain sebagai pengatur
waktu
pengikatan dan penyebab pemuaian, gypsum juga mempengaruhi kuat tekan baik itu
nilai kuat
tekan maupun perkembangan kuar tekan. Untuk pembuatan semen gypsum yang
diijinkan
mempunyai kandungan CaSO4 50–60 % dan air bebas 2,8 %. Menurut Puja Hadi
• Fase : Padat
• Warna : Putih
Sifat kimia gypsum yaitu dapat mengalami pelepasan air hidrat bila dipanaskan
sedikit.
Reaksi :
Jika pemanasan dilakukan pada suhu yang lebih tinggi, gypsum akan kehilangan
semua
airnya dan menjadi kalsium sulfat anhidrat. Gypsum juga dapat mengalami hidrasi
dengan air
Reaksi :
1 1
CaSO4. /2H2O + 1 /2H2O → CaSO4.2H2O (2.6)
Gypsum
Komponen Nilai SiO2
1,40 Al2O3 0,30 Fe2O3
0,24
CaO 31,70 MgO 0,07
SO3 45,85 K2O - Na2O - (Sumber :
Budiawan, Manisoh 2012)
d. Limbah B3
Limbah B3 yang digunakan bahan baku alternatif adalah dust EAF (industri besi
&
baja), bottom ash & fly ash (pembangkit listrik), clay alumina (industri petrochemical),
dust
aluminium (industri aluminium), GBFS / Granulated Blast Furnace Slag (limbah besi &
baja)
dan COCS (tanah terkontaminasi). Limbah B3 tersebut diatas bisa digunakan sebagai
subtitusi
bahan baku batu kapur, tanah liat, terak maupun pasir besi. Komponen mineral limbah
B3
tersebut hampir sama dengan komponen mineral batu kapur, tanah liat yang digunakan
sebagai
bahan baku utama pembuatan semen. Semua limbah B3 tersebut rata-rata memiliki
kandungan
1. Teknologi Pembuatan
Semen
Menurut Austin (1984), dalam proses produksi semen dikenal empat macam
proses
pembuatan semen yaitu :
bubur dalam bak cuci yang terbuat dari beton. Selama pengadukan, semua kotoran
seperti akar
tumbuhan, pasir, dan kerikil dipisahkan. Lumpur tanah liat yang bersih dipindahkan ke
bejana
deng an cara di pompa sembari jumlah kadar airnya dikurangi. Batu kapur dari alam
ditumpuk
kasar yang menggunakan Jaw Crusher hingga penggilingan halus yang menggunakan
Roll
Proses pembakaran, setelah lumpur tanah liat dan lumpur kapur jadi dengan
kadar air
25 - 40 %. Masukkan ke dalam silo atau tungku bakar yang memiliki ukuran 150 m.
Tungku
• Ruang berikutnya, dinding tungku terdapat rantai baja. Dengan adanya rantai ini
penguapan air semakin sempurna, serta gumpalan-gumpalan lumpur kering
pecah.
o
• Bahan yang telah diolah tadi kemudian dipanaskan lagi dengan suhu 500-900 C.
Pada
tahap ini akar terjadi penguapan air kristal yang terdapat dalam partikel bahan
olahan tadi, dan juga CO2, SO3, dan senyawa lainnya ikut menguap sedangkan
bahan organik lainnya akan terbakar.
giliran diayak 170 mesh (90 mikron), yang masih kasar masuk kembali ke ball mill dan
semen
Keuntungan
• Efisiensi penggilingan lebih tinggi dan tidak memerlukan suatu unit homogenizer
Pada proses ini penyediaan umpan tanur hampir sama dengan proses basah,
namun
umpan tanur yang akan diberikan, disaring terlebih dahulu dengan press filter. Filter
cake
proses ini cukup besar sekitar 1000-1200 kcal/kg klinker. Proses ini jarang digunakan
karena
biaya produksinya yang terlalu besar dan kurang menguntungkan. Keuntungan dan
Kerugian
Keuntungan :
• Debu relatif
sedikit Kerugian :
• Membutuhkan filter
c. Proses Semi Kering (Semi Dry Process)
Proses ini dikenal dengan nama grate process yang merupakan transisi antara
proses
basah dan proses kering. Pada proses ini umpan tanur disemprot air dengan alat yang
bernama
granulator (pelletizer) untuk mengubah umpan tanur menjadi granular atau nodule
dengan
tegak (shaft kiln), atau long rotary kiln. Konsumsi panas untuk proses ini sebesar 1000
kcal/kg
klinker.
Keuntungan dan Kerugian Proses Semi Kering (Semi Dry Process) antara
lain :
Keuntungan :
• Menghasilkan debu
• Membutuhkan filter
Pada proses ini bahan baku dihancurkan di dalam raw mill dalam keadaan
kering dan
halus. Untuk menunjang proses pengeringan di raw mill maka udara panas sebagai
media
pengering dialirkan dari tanur putar. Kemudian hasil penggilingan raw mill tersebut yang
berkadar air 0,5 -1 % dikalsinasikan di dalam tanur putar. Konsumsi panas di rotary kiln
yang
dibutuhkan 900-700 kcal/kg klinker. Hasil pembakaran di tanur putar berupa butiran
hitam yang
Keuntungan :
Bahan baku semen adalah batu kapur, tanah liat, pasir silika, dan pasir besi.
Pasir silika
dan pasir besi diperoleh dari supplier lokal dari pertambangan warga dan dari
perusahaan
tertentu dan untuk pasir besi ada yang ditambang bersamaan dengan penambangan
batu kapur
dan tanah liat. Batu kapur dan tanah liat didapat dari menambang di pegunungan,
dimana proses
Tanah lapisan atas yang ditumbuhi tanaman dikupas dan tanaman dipindahkan
ke area
terlindung sehingga terlihat agak dalam dan lapisan batu kapur / tanah liat sudah terlihat
b. Pengeboran (Drilling)
c. Peledakan (Blasting)
bersamaan. Bahan
detonator :
Bahan yang berupa copper slag, pasir silika dan gypsum tidak disediakan sendiri
oleh PT.
Semen Gresik.
• Pasir silika diperoleh dari daerah Bangkalan, Cilacap, dan daerah sekitar
Tuban.
pabrik akan dilakukan penghancuran untuk memperkecil ukuran dengan alat Crusher.
Crusher
yang digunakan bisa macam-macam seperti Jaw Crusher dan Impact Roller Crusher.
Seluruh
bahan baku dimasukkan ke Bin Silo untuk penampungan sementara sebelum masuk ke
unit Mill
(penggilingan), silo berjumlah 4 buah dan masing-masing diisi dengan batu kapur, tanah
liat,
pasir besi dan pasir silika. Di bin silo inilah antara bahan baku hasil Crusher mengalami
pre-
homogenisasi sehingga yang berukuran besar dan kecil menyatu. Bahan baku dari sini
dengan
alat Weight Feeder yang berfungsi mengatur kecepatan Conveyor masuk ke unit Mill
biasanya
Vertical Roller Mill dan Hammer Mill dan di Conveyor inilah ke empat bahan bersatu
yang
dinamakan Raw Material untuk dilakukan penggilingan dan pengeringan di Raw Mill.
Bahan
baku yang keluar dari Raw Mill disebut Raw Mix / Raw Meal karena sudah menyatu
antara
semua bahan dan ditransportasikan ke Blending Silo. Di Blending Silo terjadi proses
Tahap ini dimulai denga diangkutnya Raw Mix ke Preheater yang berfungsi
sebagai pemanasan awal sebelum masuk ke proses selanjutnya, panas berasal dari
keluaran Rotary Kiln. Disini mulai terjadi reaksi yaitu Pre Calcination yaitu pada suhu
o
500 C dan proses kalsinasi
o
disepurnakan di Rotary Kiln yang berlangsung pada suhu 1400 C . Rotary Kiln terbagi
dalam
Zona kalsinasi CaCO3 yang tersisa setelah melewati preheater dan sebagian CaO
yang terurai dari proses kalsinasi di dalam preheater mulai membentuk C12A7 dan
sebagian CaO dan oksida silika terbentuk yaitu C 2S. Dinding pada zone ini dilapisi batu
o
tahan api. Temperatur proses kalsinasi sekitar 600 – 800 C dan terjadi pembentukan
Kalsium Silikat (2CaO.SiO2 atau
Pada zona ini proporsi CaO akan semakin besar, sebaliknya proporsi CaCO 3
o
semakin kecil da sempurna habis pada temperatur sekitar 900 C, pada temperatur
o
tersebut proporsi C2S semakin meningkat sampai temperatur bahan sekitar 1200 C
sedang oksida besi mulai
mengikat camouran oksida kalsium dan oksida alumina membentuk campuran C 2 (A,F)
dengan meningkatnya temperatur maka oksida kalsium (CaO) bergabung dengan
kalsium alumina dan C2 (A,F) masing-masing membentuk C3A dan C4AF. Pembentukan
o
C3A dan C4AF terjadi pada temperatur 1000-1200 C c. Zona Pembakaran
Bagian CaO yang tidak bereaksi dengan oksida-oksida alumina besi dan silika
biasanya dalam bentuk CaO bebas atau free lime, banyaknya persentase dibatasi di
bawah 1 %.
Pada temperatur tinggi ini sisa unsur CaO mengikat C 2S untuk membuat
C3S.
d. Zona Pendinginan
Di daerah ini campuran kalsium alumina ferrit yang berbentuk cairan bentuk
fisisnya berubah mengkristal setelah terjadi pendinginan di dalam cooler. Temperatur
o
dalam zone ini sekitar 1350-800 C, sehingga material keluar kiln mempunyai suhu
o
800 C. Dinding zona ini
4. Penggilingan Semen
finish mill. Pada proses ini dilakukan penambahan gypsum dengan kadar 91 persen
dengan
Penggilingan dilakukan dalam dua tahap yaitu dalam hidraulic roll crusher (HRC)
sebagai
penggilingan awal, kemudian dilanjutkan dengan penggilingan dalam Tube Mill untuk
ukuran dari 100 mesh menjadi 325 mesh dan lolos ayakan
90%.
Semen dari produk finish mill kemudian diangkut oleh air slide masuk ke semen
silo.
seperti logam, kertas, plastik atau bahan lain yang terikut dalam semen dan selanjutnya
masuk
ke dalam bin semen. Semen curah langsung dibawa ke bin semen curah dan
selanjutnya
Kapasitas harian atau jumlah kantong semen yang dihasilkan tiap harinya
bervariasi
kemampuan pabrik, sehingga sifatnya tergantung pada permintaan pasar. PT. Semen
Indonesia
(Persero) Tbk. Pabrik Tuban mengemas semen dalam 2 kemasan yaitu kemasan 40 kg
dan 50
kg sesuai standar SNI. Tiap kantong berkapasitas 50 kg semen untuk semua type 1
(OPC) yang
merupakan produksi utama pabrik semen Tuban dan 40 kg semen untuk jenis PPC
yang hanya
digunakan sesuai
pesanan.
3.6 Proses Pembuatan Semen PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik
Tuban
Crusher yang digunakan di unit ini berjenis hammer mill. Hammer mill
merupakan
aplikasi dari gaya pukul (impact force). Prinsip kerja hammer mill adalah rotor dengan
kecepatan tinggi akan memutar palu - palu pemukul di sepanjang lintasannya. Putaran
rotor
hammer crusher terpasang grate bars, dan jarak diantara grate bar dengan putaran
(kecepatan)
hammer, menentukan ukuran maksimum dari produk crusher. Hammer crusher yang
besar
Bahan masuk akan terpukul oleh palu yang berputar dan bertumbukan
dengan
dinding, palu atau sesama bahan. Akibatnya akan terjadi pemecahan bahan.
Proses ini
berlangsung terus hingga didapatkan bahan yang dapat lolos dari saringan di bagian
bawah
alat. Jadi selain gaya pukul dapat juga terjadi sedikit gaya sobek. Prinsip kerja
hammer mill
pabrik Tuban)
Keuntungan dan Kerugian Hammer Crusher antara
lain :
Keuntungan :
Kerugian :
Pada tuban 3 pada flowsheet dijelaskan alur proses pada unit Crusher. Batu
kapur dari tambang masuk ke hopper batu kapur berkapasitas 75 ton. Akibat adanya
gaya gravitasi, batu kapur jatuh di atas Wobbler Feeder. Wobbler Feeder berfungsi
sebagai penyaring (ayakan) dan pengumpan batu kapur ke Crusher. Untuk batu kapur
yang lolos dari ayakan Wobbler Feeder jatuh ke dalam Belt Conveyor untuk dicampur
dengan bahan baku lain, sedangkan batu kapur yang memiliki diameter lebih dari 8 cm
akan diumpankan Wobbler Feeder ke dalam Limestone Crusher untuk dihancurkan
dengan 6 buah hammer mill yang mempunyai kapasitas 700 ton/jam
menjadi bongkahan yang lebih halus dengan diameter 8 cm, selanjutnya batu kapur
dijatuhkan ke dalam Belt conveyor yang sama (BC 1 atau BC 2) dan bertemu dengan
batu kapur yang lolos dari ayakan.
Campuran batu kapur ini dibawa Belt Conveyor menuju ke penyimpanan
sementara, Surge Bin berkapasitas 500 ton. Surge Bin berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara agar supply tidak terhambat saat dump truck terlambat. Untuk
mengendalikan emisi debu pada saat pengangkutan ke Surge Bin, dipasang Bag Filter
di atas Surge Bin yang mampu menarik debu batu kapur dengan bantuan Fan. Debu
yang tertarik akan masuk ke dalam Bag Filter melalui inlet pipe yang melekat pada filter
bags, dengan jet pulse dihembuskan udara yang mampu mengguncangkan filter bags
secara berkala. Dengan demikian debu terlepas dan jatuh melalui down pipe menuju ke
Surge Bin untuk ditampung. Gas yang masuk bersamaan dengan debu, setelah
melewati filter bags keluar ke lingkungan melalui outlet pipe.
Sementara itu, tanah liat (clay) diambil dari clay storage dengan moisture 28 %,
kemudian dibawa oleh loader untuk dimasukkan ke dalam hopper. Tanah liat
berdiameter 5
cm diumpankan oleh hopper ke Appron Conveyor untuk dibawa ke clay cutter. Di dalam
alat
ini, tanah liat dipotong-potong oleh dua buah cutter (pisau) yang berputar berlawanan
dengan
Ukuran partikel tanah liat ini akan mempermudah proses pengeringan pada saat
pengolahan bahan baku di dalam Raw Mill. Setelah diperkecil di dalam Clay Cutter,
tanah liat
dan limbah B3 menuju ke BC 1. Batu kapur, tanah liat, dan limbah B3 tercampur di BC5.
Campuran batu kapur, tanah liat, dan limbah B3 (Limestone clay mix) dibawa BC6
menuju
Secondary Crusher untuk dihancurkan kembali menjadi partikel dengan diameter 6 cm,
hal
akibat campuran batu kapur dan tanah liat. Produk dari Secondary Crusher dibawa BC7
Selanjutnya, Mix Pile diarahkan oleh Tripper menuju ke Storage Mix Pile berkapasitas
160 m
atau 45.000 ton. Pembentukan pile ini diharapkan diharapkan agar campuran batu
kapur dengan
Tugas dari unit Crusher adalah mempersiapkan Mix Pile dan Correction Pile.
Saat ini,
Mix Pile yang dipersiapkan oleh unit Crusher terdiri atas 75% batu kapur, 24% tanah liat,
dan
alat 700 ton/jam. Berbeda dengan sebelumnya, saat ini digunakan 1 mesin Lime
Crusher untuk
mempersiapkan bahan baku dengan kapasitas menjadi ± 1.600 ton/jam. Sementara itu,
1 mesin
Lime Crusher yang lain digunakan bila terdapat gangguan pada mesin
lainnya.
Berikut ini jenis hammer mill yang digunakan pada pabrik Semen Gresik pabrik
Tuban
unit 1,2,3, dam 4
Material per
Gambarhammer per small
3.4 Hammer Mill shaft) :
Jurusan Teknik mesin 37 Politeknik Negeri Malang
Jurusan Teknik mesin Politeknik Negeri Malang 38
Gambar 3.5 Hammer Mill Tuban 4
Produk koreksi (corection Pile) digunakan untuk mengkoreksi Mix Pile jika terjadi
kekurangan CaO di unit Raw Mill. Produk koreksi yang dipersiapkan terbuat dari batu
kapur
high grade. Rata - rata produk koreksi yang digunakan adalah 7% - 10% per
hari.
Alur proses di unit Raw Mill PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik Tuban
yaitu,
Limestone Clay Mix dari Limestone Clay Mix Storage yang mempunyai kapasitas total
storage
90.000 ton dengan 2 stok pile yang masing –masing 45.000 ton di reklaiming dengan
Scrapper
Laporan Praktek Kerja Industri Periode Februari 2019
Reclaimer. Produknya dibawa oleh Belt conveyor dan dimasukkan ke dalam Mix Bin.
Pada
unit ini terdapat 4 buah bin yang masing-masing bin berisi bahan baku yang berbeda -
beda.
Bin 1 berisi campuran/mix (batu kapur, tanah liat, dan limbah B3) berkapasitas 235 ton,
bin 2
berisi batu kapur high grade berkapasitas 250 ton, bin 3 berisi pasir besi dan bin 4 berisi
pasir
silika berkapasitas 150 ton. Batu kapur high grade, pasir besi dan pasir silika berfungsi
sebagai
bahan baku koreksi bila bahan baku utama (mix) kekurangan CaO, SiO2, Fe2O3, dan
Al2O3.
Berikut ini gambar Mix Pile PT.Semen Indonesia (Persero), Tbk Pabrik
Tuban.
Gambar 3.7 Mix Pile PT.Semen Indonesia (Persero), Tbk Pabrik
Tuban
Pada bagian bawah bin-bin terdapat Weight Feeder (WF) yang berfungsi untuk
mengatur berapa banyak jumlah meterial yang akan di proses pada Roll Mill. Alat yang
digunakan untuk membawa material dari bin ke Raw Mill adalah Belt Conveyor. Selain
berfungsi sebagai alat transportasi, Belt Conveyor juga berfungsi sebagai tempat
bercampurnya
bahan baku utama dengan bahan baku koreksi. Pada Belt Conveyor dilengkapi alat
detektor
logam untuk menyensor logam yang terikut masuk, selanjutnya dalam 5 detik Gate
akan
menutup aliran material ke Roller Mill sehingga material yang mengandung logam akan
direject dan dibuang melalui down pipe. Apabila logam ikut masuk ke dalam Roller mill,
maka
blade-blade di dalam Roller mill yang berfungsi sebagai penghancur partikel akan
bertubrukan
dengan logam, hal ini dapat mengakibatkan rusaknya Blade Roller Mill sekaligus
material tidak
tereduksi secara
sempurna.
Di dalam Roller Mill material digiling dan dikeringkan. Bila dalam Roller Mill terlalu
banyak yang harus digiling, maka oleh gate dimasukkan ke bin dulu. Setelah Roller mill
normal
kapasitasnya, material akan ditransfer oleh belt conveyor dikirim ke Bucket Elevator,
turun ke belt conveyor untuk digiling lagi oleh Roller Mill. Panas yang ada pada Roller
Mill berasal dari gas buang preheater.
Bila kiln tidak beroperasi, maka panas berasal dari Air Heater dengan bahan
bakar IDO (Industrial Diesel Oil). Suhu yang diinginkan pada produk Roller Mill adalah
o
88 C, bila
menggunakan Air Heater feed maksimum untuk Roller Mill adalah 450 ton/jam. Produk
keluar
Raw Mill mempunyai kehalusan mesh 11-13 % dari ayakan 170 mesh dengan kadar air
1%. Material yang masih kasar akan turun ke Belt Conveyor ditransportasikan ke
Bucket Elevator dan dikembalikan lagi ke roller mill untuk digiling kembali, kemudian
material yang telah diklasifikasikan oleh klarifyer material sudah sesuai dengan standart
akan ditarik oleh fan dan akan masuk dalam 4 cyclone yang dipasang paralel.
Cyclone Separator adalah alat yang menggunakan prinsip gaya sentrifugal dan
tekanan rendah karena adanya perputaran untuk memisahkan material berdasarkan
perbedaan berat jenis dan ukuran. Adapun prinsip kerja Cyclone ini sebagai berikut
(Wibawa, 2012) :
• Partikel dengan ukuran atau kerapatan yang lebih besar didorong ke arah luar
vortex.
• Partikel dengan ukuran atau kerapatan yang lebih kecil keluar melalui bagian atas
dari cyclone melalui pusat yang bertekanan rendah.
• Gaya sentrifugal timbul saat partikulat di dalam udara masuk ke puncak kolektor
silindris pada suatu sudut dan diputar dengan cepat mengarah ke bawah seperti
pusaran
air. Aliran udara mengalir secara melingkar dan partikulat yang lebih berat
mengarah
Akibat tarikan mill fan debu campuran limestone clay mix, batu kapur koreksi,
copper
slag, silika dan gas melewati Electrostatic Precipitator (EP). EP adalah alat pengumpul
debu
(dust collecting) yang dipakai untuk membersihkan gas buangan di industri agar
memenuhi
kriteria tertentu. Kemampuan EP dalam membersihkan debu ini sangat tinggi, bisa
mencapai
99% dari jumlah debu yang masuk dan juga partikel debu yang bervariasi mulai dari
kurang
dari 1 μm hingga lebih besar dari 10 μm. Prinsip Kerja EP yaitu Melewatkan gas buang
(flue
gas) melalui suatu medan listrik yang terbentuk antara discharge electrode dengan
collector
plate, flue gas yang mengandung butiran debu pada awalnya bermuatan netral dan
pada saat
melewati medan listrik, partikel debu tersebut akan terionisasi sehingga partikel debu
tersebut
Partikel debu yang bermuatan negatif (-) selanjutnya menempel pada pelat-
pelat
secara periodik dari collector plate melalui suatu getaran (rapping). Debu ini kemudian
jatuh
ke bak penampung (ash hopper), dan dipindahkan (transport) ke fly ash silo dengan
cara
dihembuskan (vacuum).
Alur proses pembentukan medan listrik yaitu (1) Terdapat dua jenis electrode,
yaitu
discharge electrode yang bermuatan negatif (-) dan collector plate electrode bermuatan
positif
(+). Discharge electrode diletakkan diantara collector plate pada jarak tertentu (jarak
antara
discharge electrode dengan collector plate). Discharge electrode diberi listrik arus
searah (DC)
380 volt AC, kemudian dinaikkan oleh transformer menjadi sekitar 90 –110 kV dan
diubah
pada saat discharge electrode diberi arus DC, maka medan listrik terbentuk pada ruang
yang
berisi tirai-tirai electrode tersebut dan partikel-partikel debu akan tertarik pada pelat-
pelat
Material dari 4 Cyclone yang dipasang paralel oleh Air Slide untuk dikirim ke
Bucket
Elevator melewati Gate untuk dikirim ke Blending Silo sebagai umpan kiln. Kapasitas
masing-
masing Blending Silo maksimal 20.000 ton. Proses Blending (pencampuran) yang
terjadi di
dalam Blending Silo adalah dengan cara Aerasi dan Outlet. Di dalam blending silo
terjadi
proses aerasi dengan cara udara dari luar dihisap oleh Blower kemudian dihembuskan
pada
bagian bahwa Blending Silo. Tujuan aerasi adalah untuk melancarkan proses transport
material
Gambar 3.12 Flowsheet Kiln Feed Pada masing-masing Blending Silo terdapat 7 outlet
o
berupa Air Slide dengan kemiringan 6 . Outlet yang berjumlah 7 ini dihubungkan
dengan Bin dan sistem outlet ini
bekerja secara bergantian, akibatnya material yang berasal dari Blending Silo akan
turun melalui outlet atau Air Slide masuk ke dalam Bin berkapasitas 60 ton dengan
membentuk pola melingkar. Proses turunnya material dengan pola ini menyebabkan
terjadinya pencampuran sempurna di dalam Kiln Feed Bin.
pada unit ini senyawa - senyawa penyusun semen seperti dikalsium silikat (C 2S),
trikalsium
silikat (C3S), trikalsium aluminat (C3A), dan tetrakalsium alumina ferit (C4AF)
terbentuk.
Dari bin tersebut material dibawa oleh Bucket Elevator (BE) ke Preheater (SLC
dan
ILC). Keluar dari preheater umpan dalam kondisi siap (panas). Setelah dari pre heater
umpan
masuk ke rotary kiln, yang prinsip kerjanya ditunjukkan pada Gambar 3.13 di
bawah ini.
kalsinasi 90 % sudah terjadi di kalsiner, maka umpan di dalam kiln akan mengalami
kalsinasi lebih lanjut hingga 100 % pada Calcining zone dengan temperatur 900-
o
1000 C, kemudian
o
diteruskan melewati transition zone dengan suhu sekitar 1000-1250 C. Di daerah ini
terjadi
perubahan material ke fasa cair. Setelah itu material melewati burning zone dengan
o
suhu 1200- 1450 C, sehingga terjadi reaksi dalam fasa cair menghasilkan senyawa
clinker (C2S, C3A,
C4AF, C3S). Di dinding bagian luar kiln di daerah burning zone dilengkapi dengan 12 fan
yang berfungsi untuk mencegah kerusakan dinding kiln dan adanya pembakaran kiln
yang mempunyai temperatur sangat tinggi.
Sistem pembakaran rotary kiln yang digunakan adalah Indirect Firing yaitu batu
bara
penggilingan di coal mill dan menggunakan gas panas dari preheater.Batu bara yang
digunakan
mempunyai diameter 20 mikron dan kebutuhan batu bara yang digunakan untuk
pembakaran
terak di kiln sebesar 15,47 ton/jam, sedangkan supply udara primer sebagai pembakar
di rotary
kiln berasal dari Primary Air Fan (Udara sekunder berasal dari gas buang cooler
kompartemen
I). Rotary kiln memiliki ketebalan 1 inchi (2,5 cm) dan dilapisi batu tahan api (brick)
dengan
Kiln putar ini berbentuk silinder yang terbuat dari baja yang dipasang secara
horisontal
o
dengan kemiringan 4 , berdiameter 5,6 m, panjang 84 m, dan kecepatan putar 2,8 rpm.
Kiln
tanur mampu membakar umpan dengan kapasitas 8400 ton/jam hingga menjadi terak
klinker.
Gerakan antara material dan gas panas hasil pembakaran batubara berlangsung
secara counter
current. Karena panas yang ditimbulkan batubara tinggi maka Rotary Kiln perlu dilapisi
batu
tahan api pada bagian dalamnya untuk mencegah agar baja tidak
meleleh.
Setelah keluar dari burning zone, klinker dengan kandungan moisture < 1%
berubah
menjadi bentuk kristal karena mengalami proses pendinginan di dua tempat yaitu
pertama
terjadi di daerah cooling zone dan selanjutnya diteruskan di luar kiln yaitu di dalam
clinker
cooler. Klinker yang keluar dari kiln akan mengalai pendinginan lebih lanjut di dalam
clinker
cooler. Sebagai media pendingin digunakan udara luar yang dihembuskan oleh 12
buah fan.
Jurusan Teknik mesin Politeknik Negeri Malang 47
Laporan Praktek Kerja Industri Periode Februari 2019
Berikut ini pada gambar 3.14 adalah Rotary Kiln pada Pabrik Tuban 3
& 4.
a. Zona Kalsinasi
→ o →
CaCO3 CaO + CO2 T = 800 – 850 C (2.15) MgCO3 MgO + CO2 T =
o →
700 – 750 C (2.16) 2CaO + SiO2 2CaO.SiO2 atau C2S (2.17) b. Zona
Transisi
→
3CaO + Al2O3 3CaO.Al2O3 atau C3A (2.18) 4CaO + Al2O3 + Fe2O3 →
4CaO. Al2O3. Fe2O3 atau C4AF (2.19)
c. Zona Pembakaran
Produk dari cooler akan dihaluskan di Hammer Mill. Keluar dari proses
pendinginan
terdapat material yang memiliki ukuran besar. Material tersebut berasal dari coating
yang
menempel pada dinding. Karena panas pada Kiln tidak stabil menyebabkan coating
tersebut
lepas. Material yang keluar dari Hammer Mill dan Electrostatic Precipitor masuk ke
tempat
Gambar 3.15 merupakan unit coal mill PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk.
Pabrik
Tuban 4. Unit Coal Mill termasuk salah satu unit terpenting dalam proses pembakaran.
Pada
unit Coal Mill, dipersiapkan batubara yang digunakan sebagai bahan bakar di unit
pembakaran.
Di dalam coal mill terjadi pengurangan kadar air pada batu bara hingga menjadi 4%.
Proses
pada unit Coal Mill hampir sama dengan unit raw mill. Pada unit ini batubara akan
dihaluskan
pada Roll Mill yang memiliki 3 sekat pada bagian samping dan mill table pada bagian
o
bawah yang berputar. Temperatur pada Coal Mill dijaga pada temperatur 55 - 90 C.
Selanjutnya material ditimbang di Weight Feeder (WF3). Dari Weight Feeder material
dibawa
oleh Belt Conveyor (BC1) ke Bucket Elevator (BE1). Bucket Elevator membawa
material ke
HRC. HRC berfungsi untuk Pra-Grinding sehingga dapat membantu kerja Ball Mill.
Sistem
dari HRC adalah 2 Roll besar berputar berlawanan arah dan material masuk lewat celah
dari ke
dua roll tersebut. Sementara itu, gypsum masuk ke bin 1 dan Weight Feeder 1 (WF1)
dan trass
masuk ke bin 2 dan Weight Feeder 2(WF2). Selanjutnya ke dua material ini masuk ke
Bucket
Elevator 2 (BE2).
Klinker, gypsum, dan trass kemudian masuk ke Ball Mill untuk dihaluskan dan
dicampur. Trass dan gypsum berfungsi untuk membantu proses di Ball Mill. Ball Mill
memiliki
2 ruang yang dipisahkan oleh sekat yang memiliki mesh ± 94,37%. Ruang yang
pertama berisi
bola - bola baja berukuran 70 mm, 60 mm, 50 mm, dan 40 mm. Sedangkan pada ruang
ke-2
Di dalam Ball mill terdapat dua kompartemen yang dipisahkan oleh diafragma.
Pada kompartemen I (lifting linier), campuran semen mengalami penggilingan awal
mejadi partikel yang beukuran 70 mesh. Setelah dari kompartemen I, campuran semen
masuk ke dalam
kembali menjadi partikel yang berukuran diameter 90 mikron (325 mesh) atau 3.200
o
100 blaine. Untuk mengendalikan suhu campuran semen di dalam Ball mill (115 ) maka
dilakukan Water Spray di dalam Ball Mill.
Campuran semen halus yang berukuraan 325 mesh dari Balll mill melalui Air
Slide
dan Bucket Elevator masuk ke dalam separator. Dari separator semen dipisahkan
antara yang
halus dan kasar, yang kasar melalui Air Slide di giling kembali di Ball Mill, sedangkan
yang
halus ditarik oleh fan masuk ke cyclone untuk dipisahkan antara gas dan semen dari
separator.
Semen masuk ke silo dengan menggunakan Air Slide untuk ditampung, sedangkan gas
keluar
dan sebagian gas di recycle kembali menuju ke separator. Semen yang lolos karena
tarikan fan
ditangkap oleh Bag filter, lalu dengan menggunakan Air Slide semen tersebut masuk ke
silo
untuk ditampung, sedangkan udara keluar melalui fan. Berikut adalah gambar
ball mill
Gambar 3.17 Ball mill
b) Bin Central
Fungsi : sebagai tempat penampungan produk telah
melalui vibrating screen sebelum di masukan ke dalam
bin PM untuk dilakukan proses packing Kapasitas : 150
ton Bahan casing : baja
d) Bin curah
Fungsi : sebagai tempat penampungan produk yang
disalurkan dari bin central untuk segera di jual dalam
bentuk curah Kapasitas : 90 ton Bahan casing : baja
e) Roto packer
1) Pengendalian Kualitas
Analisis bahan meliputi bahan baku, bahan penolong, dan bahan bakar
(batu
bara) di PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk. ditangani oleh unit ini. Unit ini
meneliti kandungan batu kapur, tanah liat, pasir besi, pasir silika, gypsum,
trass,
dan batu bara yang dilakukan dengan cara pengujian kimia melalui sampel
yang
Tugas dari unit ini secara umum adalah mengendalikan kualitas produk
selama
kimia dan fisika produk di dalam proses, sehingga diperoleh produk dengan
kualitas
komposisi produk setiap keluar dari satu proses ke proses yang lain.
Parameter yang
diuji dan dianalisis mencakup komposisi pile (campuran limestone dan clay),
komposisi bahan masuk dan keluar dari Raw Mill, komposisi umpan masuk
Kiln,
komposisi terak, komposisi pencampuran terak dan gypsum pada Finish Mill,
dan
semen.
pada sampel yang akan diambil setiap 1 jam sekali secara berkala. Dalam
2) Laboratorium
semen dari bahan mentah sampai bahan jadi. Standar mutu semen yang
dipakai
b) Jenis Laboratorium
Laboratorium X-Ray dalam melakukan pengujian atau analisis
• Analisis Klinker
• % CaO bebas
• Setting time
• False set
3) Laboratorium Kimia
hasil gilingan Finish Mill. Tugas laboratorium kimia adalah melakukan analisis
Laboratorium Komponen
Analisis Kandungan oksida Frekuensi
1. SiO2 Satu kali sehari 2. Al2O3 Satu kali sehari Bahan 3. CaO
Mentah 4. CaO Satu kali sehari
Satu kali sehari Kimia Semen 5.
SO3 Satu kali sehari Terak 6. Fe2O3 Satu kali sehari 7. Free
lime Satu kali sehari 8. Insoluble Satu kali sehari (Sumber :
Laboratorium Jaminan Mutu)
4) Laboratorium Fisika
Pada laboratorium fisika, bahan yang diuji adalah hasil dari finish mill
yaitu
kuat tekan, false set, pemuaian, kehalusan, dan setting time. Frekuensi :
satu kali
sehari.
• Setting Time
Yaitu waktu yang dibutuhkan semen untuk mengeras, mulai dari
• False Set
Yaitu pengerasan semua dari pasta semen tanpa disertai panas hidrasi, yang
berlangsung selama beberapa menit. Pengerasan semua ini dapat
dihilangkan dengan penambahan pengadukan.
• Kehalusan
• Pemuaian
content, volatile matter, fixed carbon, total sulfur, gross caloric value, total
moist,
dan HGI.
Tabel 3.9 Komposisi Standart Batu Bara PT. Semen Indonesia (persero),
Tbk
1) Analisis X-Ray
kapur, copper slag, alumina ( Al2O3), pasir silika (SiO2), terak, dan
gypsum.
Analisis kadar air pada Gypsum meliputi analisis kadar air bebas dan
analisis
asetat (CH3COONH4)
1) Analisis Kimia
asetat (CH3COONH4)
2) Analisis Fisika
kuat tekan
Jurusan Teknik mesin Politeknik Negeri Malang 60
Laporan Praktek Kerja Industri Periode Februari 2019
BAB IV
TUGAS KHUSUS
barang atau jasa, sedangkan kontinuitas adalah keberhasilan menjalankan suatu sistem
secara
terus – menerus dan berkesinambungan. Untuk mencapai suatu tolak ukur diatas tadi
perlu
kiranya dibentuk suatu tim inspeksi peralatan dan perbaikan mesin pada seksi
pemeliharaan
Finish Mill tuban 1, 2, 3, dan 4. Adapun tugas dari tim inspeksi ini secara garis besar
sebagai
berikut :
diberikan kepada operator maupun petugas dilapangan harus benar dan sesuai
dengan
kondisi dan situasi yang sebenarnya, dengan memperhatikan beberapa
faktor yaitu
a. Time Base.
b. Master Schedule.
• Lokasi peralatan
Mematikan semua peralatan yang ada untuk pengecekan dan pekerjaan preventive
ini direncanakan berdasarkan manual yang ada dilapangan sehingga tindakan
selanjutnya akan lebih mudah.
gangguan itu terjadi dan evaluasi dilaksanakan pada saat kondisi mesin
( peralatan )
dimatikan atau mati dengan sendirinya pekerjaan ini dapat direncanakan,
kecuali
memang harus
dilaksanakan.
peralatan.
• Berdasarkan analisa.
4.1.5 Overhaul Yaitu memperbaiki mesin – mesin secara total bisa dikarenakan karena
trouble
( gangguan ) yang besar atau karena kondisi peralatan ( mesin ) yang harus
diperbaiki
atau penggantian suku cadang. Oleh karena itu pekerjaan dapat direncanakan
dan
disusun jadwalnya dengan baik. Pekerjaan ini timbul dalam usaha melakukan
improvement terhadap exiting plant. Oleh karena itu pekerjaan perbaikan yang
secara
total menyangkut kegiatan – kegiatan proses produksi dalam waktu yang lama
tenaga
pekerja yang banyak serta dalam kondisi mesin yang mati, Kegiatan ini harus
waktu yang lama , maka pekerjaan tersebut dilakukan di bengkel mesinn dan
bila di
bengkel mesin PT. Semen Gresik tidak mampu menyelesaikan dengan cepat,
maka
1. elt Conveyor
Belt conveyor atau ban berjalan adalah alat transportasi yang paling efisien dalam
pengoperasiannya jika dibanding dengan alat berat / truck untuk jarak
jauh, karena dapat mentransport material lebih dari 2 kilometer,
tergantung disain belt itu sendiri. Material yang ditransport dapat berupa
powder, granular atau lump dengan kapasitas lebih dari 2000 ton/jam, hal
ini berkembang seiring dengan kemajuan disain belt itu sendiri. Saat ini
sudah dikembangkan belt conveyor jenis long curve, yaitu belt dengan
lintasan kurva horizontal maupun vertikal dengan radius minimum 400 m,
sehingga sangat cocok untuk medan berliku dan jarak jauh. Keuntungan
lainnya penggunaan belt adalah kemudahan dalam pengoperasian dan
pemeliharaan, tetapi belt tidak tahan temperatur di atas 200 0C. Dengan
belt conveyor, material dapat diumpan disepanjang lintasan, begitu juga
pengeluarannya.
Jenis belt bisa berupa textil rubber belt, metal belt, steel cord belt. Jenis yang paling
banyak dipakai adalah jenis textil rubber belt. Lintasan belt dapat
direncanakan horizontal, inklinasi, kombinasi inklinasi dan horizontal.
Sudut kemiringannya tergantung koefisien gesek antara material yang
diangkut. Dalam prakteknya sudut inklinasi berkisar antara 7 o – 10o lebih
kecil dari sudut gesek material belt. Hal ini disebabkan karena adanya
penurunan belt (belt sag) antara idler roller, sehingga inklinasi lebih besar
dari inklinasi belt itu sendiri.
a) Prinsip kerja
Prinsip kerja belt conveyor adalah mentransport material yang ada di atas belt,
dimana umpan atau inlet pada sisi tail dengan menggunakan chute
dan setelah sampai di head material ditumpahkan akibat belt
berbalik arah. Belt digerakkan oleh drive / head pulley dengan
menggunakan motor penggerak. Head pulley menarik belt dengan
prinsip adanya gesekan antara permukaan drum dengan belt,
sehingga kapasitasnya tergantung gaya gesek tersebut.
2. Weight Feeder
Equipment yang digunakan untuk pengukuran jumlah massa total material yang
mengalir (flow rate) pada sebuah Belt Conveyor. Tapi biasanya pada belt
scale/weigher hanya menggunakan sistem open loop artinya hanya
digunakan untuk pengukuran, karena biasanya material belt conveyor
menuju ke penyimpanan2 sementara baik bin/silo sedangkan pada weigh
feeder mengaplikasikan sistem closed loop karena biasanya weigh
feeder digunakan untuk feeding/umpan sehingga diperlukan akurasi yang
tinggi ke misal: kalau dipabrik semen raw mill feed, cement mill feed. Di
mana data berat yang di dapat dari load cell dan kecepatan dari speed
sensor/
3. Pneumatic Pump
Udara disedot oleh kompresor dan disimpan pada reservoir air ( tabung udara)
hingga mencapai tekanan kira-kira sekitar 6 – 9 bar. Kenapa harus
6 – 9 bar?? Karena bila tekanan hanya dibawah 6 bar akan
menurunkan daya mekanik dari cylinder kerja pneumatik dan
sedangkan bila bertekanan diatas 9 bar akan berbahaya pada
sistem perpipaan atau kompresor. Baca berapa standar tekanan
maksimal yang terdapat pada nameplate reservoir air dari
kompresor. Selanjutnya udara bertekanan itu disalurkan ke sirkuit
dari pneumatik dengan pertama kali harus melewati air dryer
(pengering udara) untuk menghilangkan kandungan air pada udara.
Dan dilanjutkan menuju ke katup udara (shut up valve), regulator,
selenoid valve dan menuju ke cylinder kerja. gerakan air cylinder ini
tergantung dari selenoid. Bila selenoid valve menyalurkan udara
bertekanan menuju ke inlet dari air cylinder maka piston akan
bergerak maju sedangkan bila selenoid valve menyalurkan udara
bertekanan menuju ke outlet dari air cylinder maka piston akan
bergerak mundur. Jadi dari selenoid valve inilah penggunaan
aplikasi pneumatik bisa juga
4. Apron Feeder
Pengumpan yang berupa lembaran baja, masing-masing di hubungkan oleh roller
chain ,feeder ini di rancang untuk memindahkan material yang berat dan
besar dari hooper menuju ban berjalan atau unit penghancur Appron
feeder merupakan jenis pesawat pemindah bahan yang mempunyai
kapasitas pemindahan yang besar, dalam proses penyediaan bahan baku
apron feeder berfungsi sebagai pengumpan bagi belt conveyor, kemudian
belt conveyor akan memindahkan material tersebut untuk diproses lebih
lanjut. Dalam pelaksanaannya apron feeder dapat dioperasikan dengan
dua system control, yaitu dengan system control secara otomatis dan
system control secara manual, dimana dengan system control tersebut
kita bisa mengontrol kapasitas feeder sesuai kebutuhan.
Jurusan Teknik mesin Politeknik Negeri Malang 68
Gambar 4.7 Apron Feeder
5. Bucket Elevator
Suatu alat untuk memindahkan bahan yang arahnya vertical,atau tinggi.Alat ini
terdiri atas rantai yang tidak berujung.Bucket elevator digunakan untuk
mentransfer material dari permukaan tanah ke ketinggian tertentu.Ini
terdiri dari sabuk katun atau karet yang berjalan pada satu pulley drive di
bagian atas .Sabuk dilengkapi dengan ember di beberapa interval
tertentu.Bucket mengangkat bahan dari permukaan tanah ke tingkat yang
lebih tinggi dan ember dikosongkan sementara bergerak di sekitar katrol
oleh tindakan sentrifugal.
a. Keuntungan Bucket elevator :
• Bisa digunakan untuk kemiringan curam/tegak lurus
sampai 50m
• Harga murah karena pemakaian energi kecil
• Tempat lebih sempit
• Dapat digunakan untuk macam-macam mateial b. Kekurangan
Bucket elevator :
• Bahan yang diangkut bisa saja jatuh kebawah
Laporan Praktek Kerja Industri Periode Februari 2019
6. Screw Conveyor
1. Pengertian
Merupakan salah satu perlengkapan produksi pada suatu pabrik semen. Alat ini
memiliki ulir dan arah putaran searah jarum jam. Dimana masing-
masing ulir antara satu dengan yang lainnya mempunyai jarak yang
sama. Dimana fungsinya adalah untuk memindahkan atau
mentransfer
. Gambar 4.8 Screw Conveyor
Alat ini pada dasarnya terbuat dari pisau yang berpilin mengelilingi suatu sumbu
sehingga bentuknya mirip sekrup. Pisau berpilin ini disebut flight. Macam-
macam flight adalah Sectional flight, Helicoid flight, dan Special flight. Ketiga
itu terbagi atas cast iron flight, ribbon flight, dan cut flight. Konveyor berflight
section dibuat dari pisau-pisau pendek yang disatukan tiap pisau berpilin satu
putaran penuh dengan cara disambung tepat pada tiap ujung sebuah pisau
dengan dilas sehingga akhirnya akan membentuk sebuah pilinan yang
panjang.
Sebuah helicoid flight, bentuknya seperti pita panjang yang berpilin mengelilingi suatu
poros. Untuk membentuk suatu konveyor, flight- flight itu disatukan dengan
cara dilas tepat pada poros yang bersesuaian dengan pilinan berikutnya.
Flight khusus digunakan dimana suhu dan tingkat kerusakan tinggi adalah
flight cast iron. Flight-flight ini disusun sehingga membentuk sebuah
konveyor. Untuk bahan yang lengket, digunakan ribbon flight. Untuk
mengaduk digunakan cut flight. Flight pengaduk ini dibuat dari flight biasa,
yaitu dengan cara memotong-motong flight biasa lalu membelokkan
potongannya ke berbagai arah. Adapun gambar dari jenis-jenis flight (daun
screw) adalah sebagai berikut:
Screw conveyor ini terdiri dari baja yang memiliki bentuk spiral (pilinan seperti ulir)
yang tertancap pada shaft/poros dan berputar dalam suatu saluran berbentuk
U (through) tanpa menyentuhnya sehingga flight (daun screw) mendorong
material ke dalam trough. Shaft/poros digerakkan oleh motor gear. Saluran
(through) berbentuk setengah lingkaran dan disangga oleh kayu atau baja.
Pada akhir ulir biasanya dibuat lubang untuk penempatan as dan drive end
yang kemudian dihubungkan dengan alat penggerak. Elemen screw conveyor
disebut flight (daun screw) . Bentuknya spiral (lilitan seperti ulir) atau dengan
modifikasi tertentu yang menempel pada poros.