SISTEM PRODUKSI
Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah
Praktikum Sistem Produksi
Dosen Pengampu
Ade Astuti Widi Rahayu, S.T., M.T
Disusun oleh:
Kelompok 20
Ketua : Siswanto 18416226201334 TI18D
Anggota : Toyib 18416226201286 TI18A
Andi Surahman 18416226201284 TI18A
Siswantono 18416226201345 TI18D
Fauzi Febrian 18416226201316 TI18D
Ilham Nugraha 18416226201718 TI18A
Laporan praktikum ini telah disetujui oleh Asisten Laboratorium serta telah
diketahui oleh Dosen Pengampu mata kuliah Sistem Produksi sehingga dapat
diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada mata kuliah Praktikum Sistem
Produksi.
Menyetujui,
Asisten Lab. Sistem Produksi Asisten Lab. Sistem Produksi
Mengetahui,
Dosen Pengampu Mata Kuliah Praktikum
Sistem Produksi
i
LEMBAR PERNYATAAN
(Kelompok 20)
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobbil’alamin puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH
SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada kita semua, sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Sistem Produksi ini tanDa ada halangan
apapun. Tak lupa shalawat serta salam semoga terlimpah kepada nabi kita, nabi
besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dengan selesainya praktikum ¡ni, kami telah berhasil menulis laporan sebagai tanda
bukti bahwa kami telah melaksanakan praktikum ini. Laporan ¡ni sangatlah penting
bagi kami karena merupakan salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah Praktikum
Sistem Produksi di Fakultas Tekriik Jurusan Teknik Industri Universitas Buana
Perjuangan Karawang.
Dalam penyusunan laporan praktikum ¡ni diperlukan data, informasi, dan begitu juga
bimbingan untuk menyelesaikarrnya. Oleh karena itu tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dalam proses pembuatan laporan
ini.
2. Ade Astuti Widi Rahayu, S.T., M.T selaku Dosen Penanggung Jawab Praktikum
Sistem Produksi.
3. Ayah dan Ibu tercinta yang selama ini membeti semangat dan doanya.
4. Rekan-rekan Asisten dosen yang telah membantu kami dalam bimbingan
pembuatan Laporan ini.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ¡ni yang tidak bisa
kami sebutkan satu persatu.
Kami berharap semoga bantuan dan Bapak/Ibu dan rekan—rekan sekalian
mendapat balasan yang setimpal dan Allah SWT» Tidak ada yang terbaik tetapi
selalu ada yang lebih baik,. oleh karena ¡tu kami menyadari bahwa laporan ¡ni masih
banyak kekurangan dan kelemahannya yang masih jauh dan kesempumaan. Untuk itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk ke arah yang lebih baik
lagi.
iii
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada para pembaca. Semoga
isi laporan ¡ni dapat bermanfaat dan memberikan tuntunan pengetahuan
bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri dalam mengkaji ¡lmu pengetahuan
dan teknologi.
Kelompok 20
Praktikum Sistem Produksi
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN........................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................vi
DAFTAR TABEL......................................................................................................vii
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Contoh Peta Proses Operassi....................................................................8
Gambar 1.2 Contoh Drawing Produk............................................................................9
Gambar 1.3 Peta Proses Operasi halaman 1...............................................................11
Gambar 1.4 Peta Proses Operasi halaman 2................................................................12
Gambar 1.5 Bolt L, Nut, Papan...................................................................................13
Gambar 1.6 Metal Joint HJ-1......................................................................................14
Gambar 1.7 Metal join HJ- 2.......................................................................................14
Gambar 1.8 Metal join HJ- 3.......................................................................................15
Gambar 1.9 Metal Joint H-J 5.....................................................................................15
Gambar 1.10 Pipa........................................................................................................16
Gambar 1.11 Roda.......................................................................................................16
vi
DAFTAR TABEL
vii
MODUL I
PETA PROSES OPERASI DAN STRUKTUR PRODUK
1
setengah jadi yang memiliki nilai tambah. Perusahaan maju maupun berkembang
banyak mengadopsi metode sistem produksi dikarenakan metode sistem produksi
memiliki banyak metode turunan yang mampu menyelesaikan permasalahan
berdasarkan kriteria masing-masing.
Terdapat 8 modul yang dipelajari dalam praktikum sistem produksi kali ini
yang terdiri dari Peta Proses Operasi (PPO) dan Struktur Produk, Line Balanching,
Sistem Kanban ( 看 板 ), Peramalan (Forecasting), Agregate Planing (AP), Master
Production Schedule (MPS), Lot Sizing (LS), dan Material Requirement Planning
(MRP).
2
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun untuk tujuan praktikum dari Praktikum Modul I tentang Peta Proses
Operasi dan Struktur Produk adalah sebagai berikut:
1. Mampu membuat dan memahami penggunaan peta proses operasi atas satu
sistem produksi.
2. Melatih kemampuan menggunakan peta proses operasi dan mengidentifikasi
permasalahan yang ada.
3. Mampu membuat desain sebuah produk beserta komponen penyusunnya.
3
1. Alat
No Nama Alat Gambar
1 Kunci L
2 Bor Tangan
3 Sarung Tangan
4 Stopwatch / Kamera
4
2. Bahan
No Nama Bahan Gambar
5
6 Screw L
7 Nut
8 Papan 69 cm x 39 cm
9 Roda
6
pemeriksaan. Serta terdapat garis dalam menggambarkan operation process chart
yaitu secara vertical yang mendefinisikan aliran umum dari proses yang sedang
berjalan, sedangkan secara horizontal mendefinisikan untuk menunjukkan adanya
material kearah garis vertikal yang berfungsi untuk menunjukkan adanya suatu
material yang bergabung dengan proses komponen yang selanjutnya akan dibuat.
(Wignjosoebroto, 2009)
a. Kegunaan Peta Proses Operasi
Dengan adanya informasi-informasi yang bisa kita catat melalui Peta Proses
Operasi, kita dapat memperoleh banyak manfaat yang didapatkan. Diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin biaya penganggarannya.
2. Bisa memperkirakan kebutuhan bahan baku (dengan memperhitungkan
efisiensi disetiap proses operasi / pemeriksaan).
3. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.
4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai.
5. Sebagai alat untuk latihan kerja.
7
4. Pemberian nomor pada suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan,
sesuai dengan urutan operasi yang dibuthkan untuk membuat produk, atau
sesuai dengan proses yang terjadi.
5. Pemberian nomor pada suatu kegiatan inspeksi diberikan secara tersendiri dan
prinsipnya sama seperti penomoran pada kegiatan operasi.
6. Pada bagian bawah OPC dibuat ringkasan yang memuat informasi sebagai
berikut: jumlah operasi, jumlah inspeksi, serta jumlah waktu yang diperlukan
dalam membuat produk.
8
1.6.2 Struktur Produk
Struktur produk merupakan kompone-komponen penyusun produk yang
bergabung menjadi satu produk selama proses manufaktur. Struktur produk
menunjukkan bahan baku yang dikonversi ke dalam komponen-komponen pabrikasi
yang akan diproses menjadi satu produk melalui suatu proses perakitan. Struktur
produk meliputi identitas komponen-komponen penyusun suatu produk, yang biasa
ditampilkan dalam bentuk gambar. (Gaspersz, 2002)
Pembuatan identitas gambar komponen-komponen penyusun biasanya dibuat
dengan cara manual atau dengan bantuan aplikasi drawing (Auto CAD), Adobe
Ilustrator, Sketch Up Make, dll) yang biasa disebut part drawing.
Part drawing adalah jenis gambar teknik yang digunakan untuk menunjukkan
secara lengkap dan jelas kebutuhan pemesinan, yang biasanya dibuat sesuai dengan
konversi standar untuk layout, nomenklatur, tampilan (misalnya sisi dan garis),
ukuran dan sebagainya. Gambar ini dibuat dengan tujuan memberikan gambaran fitur
geometric yang akurat dan tidak ambigu dari sebuah komponen. Dengan demikian,
gambar teknik memberikan seluruh informasi yang dibutuhkan oleh manufaktur
untuk memproduksi komponen tersebut.
9
untuk membawa barang-barang belanjaan agar lebih mudah. Trolly yang akan kita
buat ini nantinya juga berfungsi secara multifungsi sehingga dapat memudahkan
penggunanya untuk membawa barang.
10
1.8 Peta Proses Operasi
Berisi dari lampiran PPO/OPC yang telah dikerjakan.
Pipa (besi 5) 15 cm
Scre L dan Nut
Metal joint HJ-3
Transportasi WS 1 WS 2
T-1
10
11
Page 02/02
Page 02
A
A
O-6
I-2 O-6
Mengencangkan dan memeriksa
I-2 Mengencangkan dan memeriksa
30
30
T-2
T-2
10 Transportasi WS 2 - WS 3
Metal joint HJ-5 10 Transportasi WS 2 - WS 3
Metal joint HJ-5
Papan kayu 69x39
O-7
160 Memasang papan kayu bawah dengan HJ-5
O-7
160 Memasang papan kayu bawah dengan HJ-5
O-8
30 I-3 Mengencangkan dan memeriksa O-8
30 I-3 Mengencangkan dan memeriksa
T-3 Transportasi WS 3 - WS 5
10 T-3 Transportasi WS 3 - WS 5
10
Paapan Plat
Roda / Ban Paapan Plat
Baut dan Nut Roda / Ban
Baut dan Nut
Memasang papan pada zig
50 O-9
Memasang papan pada zig
50 O-9
O-10
30 I-4 Mengencangkan dan memeriksa sambungan
O-10
30 I-4 Mengencangkan dan memeriksa sambungan
s Penyimpanan
s Penyimpanan
Ringkasan
Kegiatan Simbol Jumlah Waktu (Sec)
Trnsportasi 3 30
Operasi ○ 6 850
Pemeriksaan □ 0 -
Kombinasi 4 120
Penyimpanan ▽ 1
Total 5 14 1.000
12
1.9 Part Drawing
a. Bolt L, Nut, Papan
13
b. Metal Joint HJ-1
14
d. Metal join HJ- 3
15
f. Pipa
16
MODUL II
LINE BALANCING
2.1 Latar Belakang
Dalam penyeimbangan lini produksi maka tujuan utama yang ingin dicapai
adalah mendapatkan tingkat efeisiensi yang tinggi bagi setiap departemen dan
berusaha memenuhi produksi yang telah ditetapkan sehingga diupayakan untuk
memenuhi perbedaan waktu kerja antar departemen dan memperkecil waktu tunggu
dan Keseimbangan akan tercapai apabila ada persamaan (ouput) dari setiap operasi.
Dengan perkembangan dunia industri menyebabkan terjadinya persaingan yang
cukup ketat antar perusahaan. Kualitas merupakan faktor dasar konsumen terhadap
suatu produk. Kualitas juga merupakan faktor utama yang membawa keberhasilan
suatu perusahaan. Perencanaan produksi sangat memegang peranan penting dalam
membuat penjadwalan produksi terutama dalam pengaturan operasi atau penugasan
kerja yang harus dilakukan. Jika pengaturan dan perencanaan yang dilakukan kurang
tepat maka akan dapat mengakibatkan stasiun kerja dalam lintasan produksi
mempunyai kecepatan produksi yang berbeda. Hal ini mengakibatkan lintasan
produksi menjadi tidak efisien karena terjadi penumpukan material di antara stasiun
kerja yang tidak berimbang kecepatan produksinya.
Permasalahan keseimbangan lintasan produksi paling banyak terjadi pada
proses perakitan dibandingkan pada proses pabrikasi. Pergerakan yang terus menerus
kemungkinan besar dicapai dengan operasi-operasi perakitan yang dibentuk secara
manual katika beberapa operasi dapat dibagi dengan durasi waktu yang pendek.
Semakin besar fleksibilitas dalam dalam mengkombinasikan beberapa tugas, maka
semakin tinggi pula tingkat keseimbangan tingkat keseimbangan yang dapat dicapai,
hal ini akan membuat aliran yang muls dengan membuat utilisasi tenaga kerja dan
perakitan yang tinggi.
Adanya kombinasi penugasan kerja terhadap operator atau grup operator yang
menempati stasiun kerja tertentu juga merupakan awal masalah keseimbangan
lintasan produksi, sebab penugasan elemen kerja yang berbeda akan menimbulkan
perbedaan dalam jumlah waktu yang tidak produktif dan variasi jumlah pekerjaan
17
yang dibutuhkan untuk menghasilkan keluaran produksi tertentu dalam lintasan
tersebut.
Masalah-masalah yang terjadi pada keseimbangan lintasan dalam suatu lintasan
produksi biasanya tampak adanya penumpukan material, waktu tunggu yang tinggi
dan operator yang menganggur karena beban kerja yang tidak teratur. Untuk
memperbaiki kondisi tersebut dengan keseimbangan lintasan yaitu dengan
menyeimbangkan stasiun kerja sesuai dengan kecepatan produksi yang diinginkan.
Keseimbangan yang sempurna tercapai apabila ada persamaan keluaran
(output) dari setiap operasi dalam suatu runtutan lini. Bila keluaran yang dihasilkan
tidak sama, maka keluaran maksimum mungkin tercapai untuk lini operasi yang
paling lambat. Operasi yang paling lambat menyebabkan ketidakseimbangan dalam
lintasan produksi. Keseimbangan pada stasiun kerja berfungsi sebagai sistem
keluaran yang efisien. Hasil yang bisa diperoleh dari lintasan yang seimbang akan
membawa ke arah perhatian yang lebih serius terhdap metode dan proses kerja.
Keseimbangan lintasan juga memerlukan keterampilan operator yang ditempatkan
secara layak pada stasiun-stasiun kerja yang ada. Keuntungan keseimbangan lintasan
adalah pembagian tugas secara merata sehingga kemacetan bisa dihindari.
2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana menggunakan aplikasi line balancing?
2. Berapakah jumlah stasiun kerja baru yang dihasilkan setelah melakukan
penyusunan stasiun kerja?
3. Bagaimana perbandingan antar metode sebelum dan setelah trial and eror?
2.3 Tujuan Praktikum
Adapun untuk tujuan praktikum dari Praktikum Modul II tentang Line
Balancing adalah sebagai berikut:
1. Praktikan diharapkan mampu untuk membuat dan memahami suatu arus
produksi yang lancar dalam rangka memperoleh utilisasi yang tinggi atas
fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan melalui penyeimbangan waktu kerja antar
work station.
18
2. Praktikan mampu menerapkan software Flexible Line Balancing pada proses
penyeimbangan waktu proses pada setiap stasiun kerja.
2.4 Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam Praktikum Modul II tentang Line
Balancing ini adalah sebagai berikut:
1. Alat
a. Komputer / Laptop
b. Software Flexible Line Balancing
2. Bahan
a Checksheet pengamatan proses produksi
b List proses produksi setiap stasiun kerja
2.5 Landasan Teori
Line balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerja ke dalam
stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau lini
setiap stasiun kerja memiliki waktu yang tidak melebihi waktu suklus dari stasiun
kerja tersebut. Menurut Gaspers ( 2000 ), “ Line Balancing merupakan
penyeimbangan penugasna elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work
station dan meminimumkan total harga idle time pada semua statiun untuk tongkat
output tertentu, yang dalam penyeimbangan tugas ini, kebutuhan waktu per unit
produk yang di spesifikasikan untuk setiap tugas dan hubungan sekuensial harus
dipertimbangkan.” Selain itu dapat pula dikatakan bahwa Line Balancing sebagai
suatu teknik untuk menentukan produk mix yang dapat dijalankan oleh suatu
assembly line itu pada tingkat yang direncanakan.
Assembly line itu sendiri adalah suatu pendekatan yang menempatkan
fabricated part secara bersama pada serangkaian workstations yang digunak dalam
lingkungan revetitive manufacturing atau dengan pengertian yang lain adalah
sekelompok orang dan mesin yang melakukan tugas-tugas sekuensial dalam merakit
suatu produk. Sedangkan idle time adalah waktu dimana operator/sumber-sumber
daya seperti mesin, tidak menghasilkan produk karena : setup, peraawatan
(maintenance), kekurangan material, kekurangan perawatan, atau tidak diajdwalkan.
19
Line Balancing juga merupakan metode untuk memecahkan masalah penentuan
jumlah orang dan/atau mesen beserta tugas-tugas yang diberikan dalam suatu lintasan
produksi. Definisi lain dari Line Balancing yaitu sekelompok orang atau mesin Yang
melakukan tugas-tugas seakuensial dalam merakit suatu produk yang diberikan
kepada masing-masing sumber daya secara seimbang dalam setiap lintas prosuksi,
sehingga dicapai efisiensi kerja yang tinggi disetiap statiun kerja. Fungsi dari Line
Balancing adalah membuat suatu lintasan yang seimbangan. Tujuan pokok dari
penyeimbangan lintasan adalah memaksimalkan kecepatan dosetiap statiun kerja,
sehingga dicapai efisiensi kerja yang tinggi di tiap statiun kerja tersebut.
Manajemen industri dalam menyelesaikan masalah Line Balancing harus
mengetahui tentang metode kerja, peralatan-peralatan, mesin-mesin, dan personil
yang digunakan dalam proses kerja. Data yang diperlukan adalah informarsi tentang
waktu yang dibutuhkan untuk setiap assembly line dan precendence relationship. Di
antara aktivitas-aktivitas yang merupakan susunan dan urutan dari berbagai tugas
yang perlu dilakukan, manajemen industri perlu menetapkan tingkat produksi per hari
yang disesuaikan dengan tingkat permintaan total, kemudian membaginya ke dalam
waktu produktif yang tersedia per hari. Hasil ini adalah cycle time, yang merupakan
waktu dari produk yang tersedia pada statiun kerja ( work station ).
2.6 Analisis dan Pembagian Lini Produksi
Pearakitan Troli barang pada praktikum dibagi menjadi 4 workstation, dengan
komposisi satu orang pekerja melakukan perakitaan pada satu workstation, gambaran
lini produksi perakitan troli disajikan pada gamabar berikut ini:
20
LAYOUT PERAKITAN TROLI BARANG
Work Station 4 Work Station 2
Bahan baku
Work Station 1
Bahan baku
Work Station 3
Work Station 2
Operator pada workstations 2 akan melakukan proses pengerjaan sebagai
berikut:
1. Merakit Tiang pancang kiri kanan sebanyak 4 buah
2. Memasang pipa pipa bagian bawah dengan menggunakan Metal Joint HJ-2
3. Pemasangan Nut dan baut untuk mengencangkan
Work Stations 3
Operator pada Workstations 3 akan melakukan proses pengerjaan sebagai
berikut:
1. Menyatukan kerangka pipa atas dan kerangka pipa dasar menggunakan metal
Joint HJ-2
21
2. Memasang baut setelah itu dikencangkan
3. Merakit pegangan tangan belakang
4. Memasang Metal Joint HJ-1 lalu kencangkan
Work Stations 4
Operator pada Work stations 3 akan melakukan proses pengerjaan sebagai
berikut:
1. Memasang papan plat
2. Memasang Roda ke kerangka trolly dengan Baut dan Nut
3. Memeriksa hasil perakitan Troli (inspeksi)
2.7 Bottleneck
Bottleneck pada proses perakitan produk terjadi karena operator yang bekerja
sebagai assembler pada ketiga work stations tidak mendapat beban kerja yang merata.
Pembagian tugas yang kurang merata terjadi karena proses perakitan produk tersusun
dari banyak aktivitas yang saling terkait sehingga tidak dapat dipisahkan seluruhnya.
Selain itu keterbatasan sumber daya yang memahami proses perakitan produk juga
membuat pembagian task untuk work stations satu dibuat lebih ringan dibandingkan
dengan work stations lainnya
Berikut gambaran Bottleneck yang terjadi pada line perakitan troli :
LAYOUT PERAKITAN TROLI BARANG
Bottlenect
Work Station 4 Work Station 2
Bahan baku
Work Station 1
Bahan baku
Work Station 3
22
2.8 Line Balancing
Pada simulasi push system pada perusahaan X proses produksi, didapatkan list
of activity dari pembagian tugas yang dilakukan assembler dalam marakit produk.
Berikut list of activity-nya.
No Aktivitas S.T
Merakit Pipa ke Jig (Pipa (besi 1) 15 cm & Pipa (besi 2) 69,5
1 200
cm)
Penghubung kaki troli dengan pipa (Pipa (besi 3) 65,5 cm &
2 150
Pipa (besi 4) 34,5 cm)
Memasang metal joint pada kaki (Screw dan Nut dengan
3 150
Metal Joint HJ-2)
4 ⇒ sambungan
Mengencangkan dan memeriksa 30
Transportasi WS 1 WS 2
5 Memasang dan merakit ke pipa (besi 1) 79,5 cm untuk 150
pegangan
Transportasi WS 2 - WS 3
7 170
Memasang papan kayu bawah dengan HJ-5 (Papan kayu 69x39
23
Adapun step-stepnya untuk mendapatan hasil line balancing dengan
menggunakan sofware Flexible Line Balancing adalah sebagai berikut :
24
Gambar 2.5 Preceding diagram
25
Dilihat dalam proses line balancing ini dengan menggunakan software Flexible
Line Balancing semua workstation sudah balance dengan Tack Time 1000 dan proses
line balancing ini dengan efficiency 83.3% dan masih ada bottlenect pada work
stations ke 2.
26
MODUL III
KANBAN
3.1 Latar Belakang
Dunia industri sekarang ini mengalami kemajuan pesat, kemajuan ini
menciptakan persaingan bisnis yang semakin kompetitif. Untuk dapat terus survive
(bertahan) dalam persaingan tersebut maka salah satu cara adalah dengan
mengembangkan sistem produksi yang lebih efisien dan produktif. Sistem produksi
tepat waktu dikembangkan dalam rangka untuk menghilangkan hal-hal yang tidak
berguna, terutama yang berhubungan dengan persediaan dan kelebihan produksi.
Just in time merupakan integrasi dari serangkaian aktivitas desain untuk mencapai
produksi volume tinggi dengan menggunakan minimum persediaan untuk bahan
baku, work in process, dan produk jadi. Konsep dasar dari sistem produksi JIT adalah
memproduksi produk yang diperlukan, pada waktu dibutuhkan oleh pelanggan, dalam
jumlah sesuai kebutuhan pelanggan, pada setiap tahap proses dalam sistem produksi
dengan cara yang paling ekonomis, paling efisien, melalui eliminasi pemborosan
(waste elimination) dan perbaikan terus menerus (continious process improvement).
Lean Manufacturing (LM) telah menjadi contoh yang baik dari proses inovasi
di perusahaan, dengan peningkatan berkelanjutan sebagai salah satu landasannya.
Penerapan Lean Manufacturing Tools pada industri makanan dan minuman dilakukan
dengan menggunakan metode 5S. Metodologi 5S bertujuan menjaga tempat kerja
dalam kondisi baik melalui penyimpanan mereka, organisasi dan kebersihan. Ini
adalah alat yang digunakan untuk menanamkan perbaikan terus-menerus dalam cara
bertahap dan berurutan, dengan sedikit usaha dan biaya, memungkinkan organisasi
untuk memenuhi berbagai standar internasional
Pembuatan layanan lokasi pengiriman dilakukan dengan prinsip just in time
dengan bantuan sistem jaringan logika fuzzy. Sistem jaringan layanan fuzzy,
digunakan untuk mengirimkan permintaan ke lokasi layanan melalui ponselnya, dan
mencapai lokasi layanan persis seperti layanan yang diminta langsung tersedia, yaitu
tepat pada waktunya (JIT)
27
Penerapan sistem Kanban dilakukan dalam perakitan Radio Analog Nakasoni Model
R521. Penerapan sistem Kanban dimulai dengan melakukan persiapan pra Kanban
lalu menerapkannya dengan mengikuti aturan yang ditentukan, dengan menerapkan
Kanban maka kegiatan perakitan yang dilakukan dapat dikendalikan sehingga tepat
jumlah dan waktunya.
28
3.4 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam Praktikum Modul III tentang
Kanban adalah sebagai berikut:
1. Alat
a. Gunting dan Perekat / Lem.
2. Bahan
a. Kertas
3.5 Landasan Teori
Penerapan sistem kanban produksi adalah dengan membuat kartu kanban yang
diperlukan untuk menghitung jumlah kanban, merencanakan aliran kanban yang efisien
dan sarana pendukung sistem kanban. Perencanaan sistem kanban perlu digunakan secara
optimal untuk dapat mengendalikan persediaan dan proses produksi ini dapat dicapai bila
perusahaan akan memproduksi produk yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan pada saat dibutuhkan.
Kanban adalah salah satu tools dalam metode lean yang didesain untuk
mengurangi idle time dalam proses produksi. Tujuan utama dari penerapan sistem
Kanban adalah mengirimkan apa yang dibutuhkan dalam proses produksi dalam waktu
yang tepat.
Dalam bahasa Jepang, ‘Kan’ berarti visual dan ‘ban’ berarti kartu/card, jadi
Kanban merujuk pada istilah kartu visual. Dalam lean, kartu visual digunakan sebagai
sebuah sistem sinyal atau pemberitahuan yang memicu tindakan untuk menyuplai
pasokan pada saat material dibutuhkan saat proses produksi berlangsung.
Bentuk yang paling umum dari Kanban adalah kartu dengan daya yang tercetak
diatasnya. Kartu dapat bervariasi baik dari bentuk, ukuran atau konten. Namun saat ini
konsep Kanban telah berkembang menjadi bentuk yang lebih modern seperti email,
sensor, dashboard elektronik, dan lainnya.
29
Berikut ini adalah contoh kanbaan yang biasa digunakan di perusahaan :
30
3.6 List Komponen Trolly
Adapun List Komponen trolly yang dibuat adalah sebagai berikut :
31
1.8.1 Kanban Dorong
Adapun kanban dorang Untuk Finish Good trolly sebagai berikut :
2020 October 16 OK OK
Sumber gambar Troly : Modul bahan prakatikum
KANBAN ORDER
De li very Date Part Name Model
Qty (Pcs)
20
32
KANBAN ORDER
De li very Date Part Name Model
Qty (Pcs)
20
KANBAN ORDER
De li very Date Part Na me Model
Qty (Pcs)
20
33
KANBAN ORDER
Del i very Date Part Name Model
Qty (Pcs)
20
KANBAN ORDER
De li very Date Part Name Model
Qty (Pcs)
40
34
KANBAN ORDER
De li very Date Part Name Model
Qty (Pcs)
50
KANBAN ORDER
De li very Date Part Name Model
Qty (Pcs)
50
35
KANBAN ORDER
De li very Date Part Name Model
Qty (Pcs)
30
KANBAN ORDER
De li very Date Part Name Model
Qty (Pcs)
25
36
KANBAN ORDER
Del i very Date Part Na me Model
PT Mantapp 085641-00-S B
Pi cture
Qty (Pcs)
60
KANBAN ORDER
De li very Date Part Na me Model
PT Mantapp 085641-00-N B
Pi cture
Qty (Pcs)
60
37
KANBAN ORDER
De li very Date Part Na me Model
Qty (Pcs)
10
KANBAN ORDER
De li very Date Part Name Model
Qty (Pcs)
50
38
MODUL IV
PERAMALAN (FORECASTING)
3.8 Latar Belakang
Peramalan merupakan aktivitas fungsi bisnis yang
memperkirakan penjualan dan penggunaan produk sehingga produk-
produk itu dapat dibuat dalam kuantitas yang tepat. Peramalan merupakan
dugaan terhadap permintaan yang akan datang berdasarkan pada beberapa variabel
peramal, sering berdasarkan data deret waktu historis. Peramalan menggunakan
teknik-teknik peramalan yang bersifat formal maupun informal.
Peramalan (forecasting) merupakan seni dan ilmu untuk memperkirakan
kejadian dimasa d e p a n . H a l i n i d a p a t d i l a k u k a n d e n g a n m e l i b a t k a n
p e n g a m b i l a n d a t a m a s a l a l u d a n menempatkannya kemasa yang akan
datang dengan suatu bentuk model matematis. Bisa juga merupakan prediksi
intuisi yang bersifat subjektif. Atau bisa juga dengan menggunakan kombinasi model
matematis yang disesuaikan dengan pertimbangan yang baik dari seorang manager.
Forecasting adalah peramalan atau perkiraan mengenai sesuatu
yang belum terjadi. Ramalan yang dilakukan pada umumnya akan berdasarkan
data yang terdapat di masa lampau yang dianalisis dengan mengunakan
metode-metode tertentu. Forecasting diupayakan dibuat dapat meminimumkan
pengaruh ketidakpastian tersebut, dengan kata lainbertujuan mendapatkan ramalan
yang bisa meminimumkan kesalahan meramal (forecast error) yang biasanya
diukur dengan Mean Absolute Deviation, Absolute Error, dan sebagainya.
Peramalan merupakan alatbantu yang sangat penting dalam perencanaan yang
efektif dan efisien.
3.9 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam sistematika penulisan yang bertujuan untuk
menentukan permasalahan selama melakukan sebuah pembahasan. Rumusan masalah
dibuat dengan harapan agar masalah yang dibahas tidak keluar jalur dari pokok
permasalahan. Ruusan masalah yang terdapat dari setiap studi kasus akan
menghasilkan rumusan masalah yang berbeda pula.
39
Adapun rumusan masalah Praktikum Modul IV tentang Peramalan
(Forecasting) adalah sebagai berikut :
3. Bagaimana memahami dan melaksanakan prosedur peramalan sebagai bagian dari
perencanaan produksi ?
4. Bagaimana mengenal pola pola data historis?
5. Bagaimana mengenal berbagai macam metode peramalan ?
6. Bagaimana melakukan pengolahan data dengan menggunakan metode
peramalan yang ada ?
7. Bagaimana Mengetahui beberapa macam ukuran kesalahan peramalan sebagai
alat kontrol peramalan ?
3.10 Tujuan Praktikum
Adapun untuk tujuan praktikum dari Praktikum Modul IV tentang Peramalan
(Forecasting) adalah sebagai berikut:
1. Mampu memahami dan melaksanakan prosedur peramalan sebagai bagian dari
perencanaan produksi.
2. Mampu mengenal pola pola data historis.
3. Mampu mengenal berbagai macam metode peramalan.
4. Mampu melakukan pengolahan data dengan menggunakan metode peramalan
yang ada.
5. Mampu melakukan beberapa macam ukuran kesalahan peramalan sebagai alat
kontrol peramalan.
3.11 Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum yang didapatkan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Praktikan dapat memahami dan melaksanakan prosedur peramalan sebagai
bagian dari perencanaan produksi.
2. Dapat mengenal pola pola data historis.
3. Mengenal berbagai macam metode peramalan.
4. Praktikan dapat melakukan pengolahan data dengan menggunakan metode
peramalan yang ada.
40
5. Mengetahui beberapa macam ukuran kesalahan peramalan sebagai alat kontrol
peramalan.
3.12 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam Praktikum Modul IV tentang
tentang Peramalan (Forecasting) adalah sebagai berikut:
1. Alat
b. Laptop
c. Software POM/QM for windows.
3.13 Landasan Teori
Adapun sebelum memulai praktikum, praktikan diharapkan mampu untuk
memahami teori-teori dasar praktikum yang akan dilaksanakan.
4.6.1 Pengertian Peramalan (Forecasting)
Perencanaan merupakan bagian integral aktivitas pengambilan keputusan.
Pada kondisi yang tidak menentu sulit bagi kita untuk menentukan suatu perencanaan
yang efektif. Peramalan (forecast) dapat membantu para manajer untuk mengurangi
ketidakpastian dalam melakukan perencanaan. Peramalan adalah suatu proses untuk
memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam
ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka
memenuhi permintaan barang atau jasa.
Dalam dunia bisnis, peramalan merupakan dasar bagi perencanaan kapasitas,
anggaran, perencanaan penjualan, perencanaan produksi dan inventory, perencanaan
sumber daya, perencanaan pembelian atau pengadaan bahan baku, dan sebagainya.
4.6.2 Pendekatan Teknik Peramalan
1. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif meliputi metode deret berkala (time series) dan metode
kausal. Metode deret berkala menggunakan data masa lalu untuk mempredikasi data
yang akan datang. Sedangkan metode kausal mengasumsikan faktor yang diramal
memiliki hubungan sebab akibat terhadap beberapa variabel independen. Pendekatan
kuantitatif dapat diterapkan dengan syarat:
a. Tersedia informasi masa lalu.
41
b. Informasi tersebut daat dikuantifikasikan dalam bentuk data numerik.
Deret berkala adalah suatu urutan waktu observasi yang diambil pada interval
waktu tertentu. Analisis terhadap data deret berkala dilakukan untuk mengidentifikasi
perilaku dasar dari deret tersebut. Jenis pola data yang umum dapat dilihat pada
gambar pola berikut:
2. Pendekatan Kualitatif
Pendekatan kualitatif digunakan pada saat tidak tersedia sedikitpun data
historis. Peramalan ini paling sesuai digunakan dalam perencanaan penjualan produk
baru. Metode yang digunakan adalah metode delphi.
42
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥
Dimana, y = Variabel tergantung (dependen)
x = Variabel bebas (independen)
b = Slope
a = Konstanta (nilai y pada saat x = 0)
Besarnya koefisien a dan b dihitung berdasarkan persamaan:
2. Simple Average
Metode simple average merupakan metode yang sesuai digunakan jika data yang
tersedia tidak mengandung unsur trend dan faktor musiman. Secara sederhana metode
ini menghitung rataan dari data yang tersedia sejumlah n, mengikuti persamaan
berikut:
43
dihitung berdasarkan jumlah data, yang angka rata-rata bergeraknya ditentukan dari
harga 1 sampai N data yang dimiliki. Peramalan dengan teknik moving average dapat
dihitung menggunakan persamaan berikut :
44
Ft-1 : Peramalan periode ke t-1
α : Konstanta smoothing
At-1 : Permintaan aktual atau penjualan untuk periode t-1
6. Winter’s
Metode winter’s merupakan metode peramalan yang sering dipilih untuk
menangani data permintaan yang mengandung baik variasi musiman maupun unsur
trend. Metode ini mengolah tiga asumsi untuk modelnya: unsur konstan, unsur trend
dan unsur musiman. Ketiga komponen diatas secara kontinyu diperbarui
menggunakan konstanta smoothing yang diterapkan pada data terbaru dan estimasi
yang paling akhir. Metode winter’s menggunakan model Trend Hold, yang dimulai
dengan estimasi trend yang biasa:
45
yang cocok, maka perlu model lain sebagai pembanding untuk melihat keefektifan
model tersebut. Proses ini disebut dengan kesalahan peramalan. Ada dua aspek
ukuran keakuratan peramalan yang memiliki nilai signifikansi yang potensial pada
saat dilakukan teknik peramalan. Pertama performansi kesalahan historis peramalan,
dan kedua kemampuan peramalan untuk menanggapi adanya perubahan. Dua nilai
keakuratan yang umum untuk menghitung jumlah kesalahan histories adalah MAD
(mean absolute deviation) dan MSD (mean square deviation). Formula yang
digunakan:
46
Tabel 4.1 NIM Kelompok
Setelah kita ketahui dari data NIM nya, kita bisa memasukan kedalam rumus
yang sudah kita bahas sebelumnya yaitu sebagai berikut :
Diketahui :
Jumlah shift : 3 Shift
47
Tabel 4.2 Perhitungan data Peramalan
1 1.248 34 1.282
2 1.248 86 1.334
3 1.248 84 1.332
4 1.248 45 1.293
5 1.248 16 1.264
6 1.248 18 1.266
7 1.248 34 1.214
8 1.248 86 1.162
9 1.248 84 1.164
10 1.248 45 1.203
11 1.248 16 1.232
12 1.248 18 1.230
TOTAL 14.976
Dari hasil perhitungan diatas bisa disimpulkan bahwa total dari demend
di dapatkan sebesar 14.976.
3.15 Pengolahan Data Peramalan
Dalam melakukan pengolahan data peramalan ini menggunakan software
POM- QM, dan kelompok kami menggunakan metode Moving Averages dan
Eksponential Smooting. berikut ini langkah-langkah dalam pengolahan data
peramalan adalah sabagai :
4.8.1. Metode Moving Average
1. Buka Softwere POM-QM for Windows (V3/V5).
48
2. Klik Module, lalu pilih item Forecasting.
49
8. Pilih metode yang digunakan, pilihlah Moving Average
9. Pada Periode to Average per 3 bulan, jadi masukan angka 3.
10. Kemudian masukan Demand yang sudah ditemukan seperti gambar dibawah
ini.
Gambar
11. Klik Solve untuk melihat hasil perhitungan dari software POM-QM
50
Gambar 4.1 Peramalan Moving Average
51
Gambar 4.3 Control (Tracking Signal)
52
4.8.2. Metode Exponential Smoothing
1. Buka Softwere POM-QM for Windows (V3/V5).
53
13. Pilih metode yang digunakan, pilihlah Exponential Smoothing.
14. Pada Alphafor smoothing masukan angka 0.5
15. Kemudian masukan Demand yang sudah ditemukan seperti gambar dibawah
ini.
16. Klik Solve untuk melihat hasil perhitungan dari software POM-QM
54
Gambar 4.6 Peramalan Exponential Smoothing
55
Gambar 4.9 Error as a Function of n
56
Tabel 4.3 Perbandingan error metode Moving Average dan Exponential Smoothing
Metode
Jenis Error Exponential
Moving Average
Smoothing
Bias (Mean Error) -0.22 -0.11
MAD (Mean Absolute Deviation0 0.046 0.039
MSE (Mean Squared Error) 0.003 0.002
Standard Error (Denom=n-2-9) 0.057 0,048
MAPE (Mean Absolute Percent Error) 3.794% 3.128%
Dari hasil analisis pengolahan data peramalan ini bisa kita ambil keputusan bahwa
dari kedua metode tersebut mempunyai standar error yang berbeda. Dan setelah di
analisis metode yang paling efektif dan efisien dengan menggunakan software POM-QM
itu adalah metode EKSPONENTIAL SMOOTING karena Bias (Mean Error) Exponential
Smoothing yaitu : -0.11 lebih kecil dari Moving Average yaitu -0.22
57
MODUL V
AGREGATE PLANNING
3.17 Latar Belakang
Perencanaan produksi dimulai dengan meramalkan permintaan secara tepat
sebagai input utamanya. Selain peramalan, input-input untuk permintaan produk
tersebut juga harus memasukkan pesanan-pesanan aktual yang telah dijanjikan,
kebutuhan spare-part dan service, kebutuhan persediaan gudang, dan penyesuaian
tingkat persediaan sebagaimana yang telah ditentukan dalam perencanaan strategi
bisnis.
Peramalan permintaan biasanya dibuat untuk kelompok-kelompok produk
secara kasar (tanpa memperhatikan perbedaan spesifikasi produk), khususnya selama
periode waktu yang panjang. Perencanaan agregat kemudian dikembangkan untuk
merencanakan kebutuhan produksi bulanan atau triwulanan bagi kelompokk elompok
produk sebagaimana yang telah diperkirakan dalam peramalan permintaan.
Perencanaan produksi akan mudah dibuat bila tingkat permintaan bersifat
konstan atau bila waktu produksi tidak menjadi kendala. Tetapi kedua kondisi mi
jarang terjadi dalam keadaan sebenarnya, dimana secara nyata tingkat permintaan
akan berfluktuasi dan perusahaan selalu dibatasi oleh tanggal waktu penyerahan
produk.
Perencanaan produksi yang tidak tepat dapat mengakibatkan
tingginya/rendahnya tingkat persediaan, sehingga mengakibatkan peningkatan ongkos
simpan/ongkos kehabisan persediaan. Dan yang lebih fatal, hal tersebut dapat
mengurangi pelayanan kepada konsumen karena keterlambatan penyerahan produk.
Perencanaan produksi sebagal suatu perencanaan taktis adalah bertujuan
memberikan keputusan yang optimum berdasarkan sumber daya yang dimiliki
perusahaan dalam memenuhi permintaan akan produk yang dihasilkan. Yang
dimaksud dengan sumber daya yang dimiliki adalah kapasitas mesin, tenaga kerja,
teknologi yang dimiliki, dan Iainnya.
58
Keterlibatan manajemen puncak pada tahap perencanaan produksi sangat
diperlukan, khususnya perencanaan mengenai penentuan pabrikasi, pemasaran dan
keuangannya. Dan sudut pandang pabrikasi, perencanaan produksi membantu dalam
menentukan berapa peningkatan kapasitas yang dibutuhkan dan penyesuaian-
penyesuaian kapasitas apa saja yang perlu dilakukan. Dan sudut pandang pemasaran,
perencanaan produksi menentukan berapa jumlah produk yang akan disediakan untuk
memenuhi permintaan. Dan sudut pandang keuangan, perencanaan produksi
mengidentifikasikan besarnya kebutuhan dana dan memberikan dasar dalam
pembuatan anggaran..
59
2. Mampu membuat rencana produksi agregat dan perencanaan kebutuhan sumber
daya.
3. Melatih praktikan untuk melakukan perencanaan agregat yang dievaluasi oleh
adanya perencanaan kebutuhan sumber daya.
4. Menentukan rencana produksi yang layak yang akan diteruskan ketingkat hierarki
selanjutnya, yaitu MPS (Master Production Schedule).
60
.6.1 Pengertian Perancangan Agregate Planning
Pada dasarnya perencanaan produksi agregat merupakan suatu proses
penetapan tingkat output/kapasitas produksi secara keseluruhan guna memenuhi
tingkat permintaan yang diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan tujuan
meminimalkan total biaya produksi. Perencanaan dititik beratkan pada kuantitas dan
waktu pemenuhan permintaan. Jika total permintaan selama periode perencanaan
berbeda dengan kapasitas yang tersedia, maka ada dua alternatif pendekatan yang
umum yang dapat dilakukan oleh seorang perencana, yaitu:
1. Menambah permintaan jika permintaan lebih kecil daripada kapasitas
c. Back order
d. Fluktuasi permintaan
61
3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi.
62
sepenuhnya. Biaya pemecatan meliputi tunjangan karyawan, tunjangan pemutusan
hubungan kerja, dan biaya lain yang terkait dengan pemecatan.
2. Biaya Lembur dan Menganggur.
Biaya lembur kerap kali meliputi upah rutin ditambah 50 sampai 100 persen dari
premi. Biaya menganggur tercermin dalam pemanfaatan karyawan kurang dari
produktivitas penuhnya.
3. Biaya Penyimpanan Sediaan
Biaya ini berkaitan dengan pengadaan produk dala sediaan, yang meliputi biaya
modal, biaya variabel penyimpanan, keusangan dan kerusakan. Biasanya dinyatakan
sebagai presentase dari nilai uang sediaan, yang besarnya berkisar dari 15 sampai 35
persen pertahun. Biaya ini dianggap sebagai beban “bunga” yang ditaksir dari nilai
uang sediaan yang disimpan.
4. Biaya Subkontrak
Biaya Subkontrak adalah harga yang harus dibayar kepada subkontraktor guna
memproduksi sejumlah unit produk. Biaya subkontrak bisa lebih kecil atau lebih
besar dari biaya produksi sendiri.
5. Biaya Tenaga Kerja Paruh Waktu
Karena terdapat perbedaan tunjangan, biaya tenaga kerja paruh waktu atau
sementara kemungkinan akan lebih kecil dari tenaga kerja tetap. Walaupun pekerja
paruh waktu kerap kali tidak mendapatkan tunjangan, namun presentase maksimum
tenaga kerja paruh waktu bisa dibatasi oleh pertimbangan operasional atau kontrak
dengan serikat pekerja.
6. Biaya Kehabisan Persediaan atau Pemesanan Ulang
Biaya ini harus mencerminkan pengaruh berkurangnya layanan kepada
pelanggan. Biaya ini sangat sulit diperkirakan, tetapi dapat dikaitkan dengan
hilangnya kemauan pelanggan dan kemungkinan hilangnya penjualan masa datang.
Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa biaya kehabisan persediaan atau
pemesanan ulang tercermin dalam bentuk penurunan laba masa datang. Sebagian atau
semua biaya ini mungkin terdapat dalam masalah perencanaan agregat tertentu. Biaya
yang layak dikenakan akan digunakan.
63
5.6.5 Strategi dan Teknik Perencanaan Produksi
Banyak strategi perencanaan agregat yang tersedia. Strategi strategi tersebut
meliputi pengaturan inventori, tingkat produksi, kebutuhan tenaga kerja, kapasitas
dan variabel variabel kontrol lainnya. Secara garis besar strategi perencanaan agregat
terbagi menjadi dua yaitu:
1. Strategi Murni
Strategi murni adalah strategi dengan melakukan perubahan pada salah satu
faktor yang tersebut diatas, yang dimana meliputi:
a. Mengendalikan jumlah inventori.
b. Mengendalikan jumlah tenaga kerja.
c. Subkontrak
d. Mempengaruhi permintaan
2. Strategi Campuran
Strategi ini merupakan penggunaan dua atau lebih strategi murni untuk
menghasilkan perencanaan produksi yang fleksibel. Apapun strategi yang
dipertimbangkan oleh sebuah perusahaan ada dua faktor yang perlu diperhatikan,
yaitu kebijakan perusahaan dan biaya. Untuk memberi harga strategi alternatif dan
perluasan yang dapat digunakan. Pada dasarnya metode metode yang ada adalah
mengupayakan adanya minimasi biaya dengan tetap memenuhi permintaan terhadap
produk. Metode metode ini antara lain:
a. Level Work Force
Metode ini menghitung jumlah tenga kerja yang dibutuhkan berdasarkan
permintaan dan inventori yang ada, dengan inventori yang tetap setiap periodenya.
Tenaga kerja yang ada harus dapat memenuhi kebutuhan permintaan total selama satu
tahun dan diasumsikan tidak ada overtime.
b. Level Work Force Plus Overtime
Perhitungan yang dilakukan sama seperti level work force, hanya saja
diasumsikan dengan tambahan overtime.
c. Chase Strategy
64
Pada strategi ini adanya kebutuhan tenaga kerja yang bervariasi setiap periode
berdasarkan permintaan yang harus dipenuhi. Dan adanya inventori yang besarnya
sama disetiap periodenya.
d. Linier Programming
Linier programming digunakan bila produksi yang berjalan terdiri dari dua
macam produk atau lebih. Karena tidak mungkin diselesaikan dengan metode
sebelumnya. Prosedur perhitungan yang dilakukan melalui metode simplek yang
biasanya terdapat dalam perhitungan mengenai penelitian operasional.
Untuk sistem MRP II, biasanya menggunakan tiga alternatif strategi perencanaan
produksi, yaitu level method, chase strategy dan compromise strategy level
methodyang didefinisikan sebagai metode perencanaan produksi yang mempunyai
distribusi merata dalam produksi. Dalam perencanaan produksi, level method akan
mempertahankan tingkat kestabilan produksi sementara menggunakan inventori yang
bervariasi untuk mengakumulasi output apabila terjadi kelebihan permintaan total.
Chase strategy didefinisikan sebagai metode perencanaan produksi yang
mempertahankan tingkat kestabilan inventori, sementara produksi bervariasi
mengikuti permintaan total.
Compromise strategy merupakan kompromi antara kedua metode perencanaan
produksi diatas.
5.6.6 Proses Perencanaan Produksi
Adapun langkah langkah praktikum perencanaan produksi adalah sebagai
berikut:
Langkah I:
Mengumpulkan data yang relevan dengan perencanaan produksi. Data
permintaan yang berasal dari hasil peramalan yang bersifat belum pasti dan pesanan
yang bersifat pasti pada periode periode tertentu. Memperhatikan backlog (pesanan
yang telah diterima pada waktu lalu namun belum dikirim), kuantitas produksi
diwaktu lalu yang masih kurang dan harus diproduksi, dan lain lain. Penjumlahan dari
data ini merupakan total permintaan produk pada titik waktu tertentu. Selanjutnya
mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan inventori awal.
65
Langkah II:
Mengembangkan data yang relevan itu menjadi suatu informasi yang teratur
seperti dalam tabel berikut ini:
Langkah III:
Menentukan kapabilitas produksi, berkaitan dengan sumber daya yang ada.
Langkah IV:
Melakukan partnership meeting yang dihadiri oleh manajer umum, manajer
PPIC, manajer produksi, manajer pemasaran, manajer keuangan, manajer rekayasa
(engineering), manajer pembelian, dan manajer manajer lain yang dianggap relevan.
Hal ini dilakukan karena perencanaan produksi adalah aktivitas pada hierarki
tertinggi yang dilakukan oleh manajemen puncak. Rencana produksi yang akan
dibuat harus mengacu pada permintaan total, sehingga formula umum untuk rencana
produksi adalah
Rencana produksi = (permintaan total – inventori awal) + inventori akhir
Formula ini adalah formula yang bersifat umum dengan masih memberikan
toleransi pada penyimpanan inventori akhir sebagai tindakan pengamanan untuk
menjaga kemungkinan hasil produksi aktual lebih rendah daripada permintaan total.
Berikut adalah contoh hipotesis dari ketiga strategi perencanaan produksi diatas.
66
Tabel 5.2 Contoh Deskripsi Perencanaan Setiap Periode
67
Input
1. Hasil peramalan
68
Maka dapat kita pastikan bahwa regualar capacitynya sebanyak 1248Unit
5.7.2 Perhitungan Demand
Menentukan demand untuk agregate planning disini di ambil dari data
hasil forcasting daari bab sebelumnya. Karena data forcasting tersebut data yang
paling efektif menurut kelompok kami, maka data tersebut memungkinkan untuk
dijadikan data agregat planning. Berikut demand dari data kelompok kami.
Tabel 5. 3 Demand
DATA
No. PERHITUNGAN NIM DEMAND
1 1.248 34 1.282
2 1.248 86 1.334
3 1.248 84 1.332
4 1.248 45 1.293
5 1.248 16 1.264
6 1.248 18 1.266
7 1.248 34 1.214
8 1.248 86 1.162
9 1.248 84 1.164
10 1.248 45 1.203
11 1.248 16 1.232
12 1.248 18 1.230
TOTAL 14.976
Tabel data diatas merupakan demand dari forcasting moving average, setelah
itu data demand ditentukan kemudian kelompok kami melanjutkan dengan
menentukan regular capacity.
69
5.7.3 Perhitungan Kapasitas Overtime
Untuk menentukan overtime capacity ini terdapat rumus perhitungannya.
Adapun keterangan yang ditentukan oleh kelompok kami adalah sebagai berikut :
70
Setelah itu kita masukan data yang telah kita tentukan kedalam software POM-QM
di bagian module, lalu pilih aggregat planning, dan tentukan shotages, dan pilih
method nya dan kita bisa lihat hasilnya sebagai berikut :
71
Gambar 5.2 Proses pemilihan menu New Agregate Planning
Gambar 5.4 Input data dengan metode Smooth Production (Average Gross Demand)
72
Gambar 5.5 Solve untuk mendapatkan hasil perhitungan
Gambar 5.6 Hasil perhitungan dengan metode Smooth Production (Average Gross
Demand)
73
Gambar 5.7 Hasil Running bentuk Graph Production dan Cumulative Production
74
75