Anda di halaman 1dari 2

1.

Latar Belakang

Persagi(Persatuan Ahli-Ahli Gambar Indonesia)adalah perkumpulan pelukis pertamadi Indonesiayang


dibentuk tanggal 23 Oktober 1938 olehSudjojono danAgus Djajasebagai ketua.Tujuandibentuknya
adalah mengembangkan seni lukis di kalanganbangsa Indonesia dengan mengembangkan corak
Indonesia baru.Para pelukis yang bergabung dalam Persagi kebanyakan para pelukis
untukbidangreklame di percetakan atau calon pelukis muda yangketerampilannya di sektor
melukismasih belum terasah dan baru belajar awal_Anggota-anggota tersebut rata-rata
tidakadadokumentasi karya yang tersisa.Modal mereka bukan didikan akademi seni rupa,melainkan
lebih mengandalkan semangat.Karena kondisi yang demikian, Sudjojonodan Agus Djaja selalu
mendorong anggota-anggotanya untuk berani dulu dalam melukisdan mengesampingkan teknik.
Semboyan ekstrimnya adalah; “Teknik tidak penting.Yang penting isi jiwaini ditumpahkan di atas
kanvas.”

Dalam Persagi tidak ada gurupembimbing. Sesama anggota menjadi guru dan murid bagi yang lainnya,
berbagipengetahuan dan pemahaman masing-masing.Persagiberumurpendek, karena pada tahun
1942ketika Jepang menduduki Indonesia,banyak organisasi-organisasi perjuangan yang dibubarkan dan
digabungkan dalamPoetera(Poesat Tenaga Rakjat). Namun, ideologi dan nilai estetika
senimodernIndonesiayang dicetuskanPersagitetap berpengaruh hingga kini, khususnya pada
senilukisIndonesia.Saya akan mengkaji bagaimana Persagi muncul di Indonesia,perannya
dalamkemunculan seni modern Indonesia serta karya-karya yang dibuat di dalamnya.

2. Tentang Persagi

a. Sejarah Dibangunnya Persagi

Seiring dengan berkembangnya nasionalisme,kebutuhan untuk menciptakan seni yanglebih


menunjukkan identitas Indonesia. Kondisi politik di Indonesia berubah; oposisiterhadap pemerintah
kolonial Belanda semakin meningkat, dan seni menjadi alatekspresi yang digunakan oleh para penggerak
nasionalisme.Naturalisme

Mooi Indie

begitu populer di Indonesia ketika zaman kolonialisme.Banyak seniman-seniman Belanda yang


melancong ke Indonesia untuk menangkapkehidupan pemandangan alamnya lewat lukisan.Seniman-
seniman Indonesia_yangsaat iturata-rata merupakan warga kelas atas,karena kehidupan
sosialnyamenjaditerpengaruh seleraestetika seniman-senimanBelandakelas menengah
tersebut.Diantaranya seperti Mas Pirngadi, Wakidi, Abdullah SR, dll.Sudjojono, yang tidak puas dengan
teknik konvensional Belanda abad 19 yangdiajarkan oleh gurunya (Mas Pirngadi), mencoba beralih ke
pendekatan yang lebihbebas. Ia menentang teknik, gaya dan estetika naturalisme.Sapuan kuasnya kasar
dania memilih warna

yang “seenaknya sendiri”.


Sudjojono beranggapan bahwapelukis harus bebas dari kaidah-kaidah, agar jiwa bisatercurah isinya
dengan sebebas-bebasnya. Dengan demikian, lukisan diukur tidak dariketetapannya melukiskan objek,
tetapi dari bagaimana intensnyasuatu kegemasan(hubungan subjek-objek) dapat terlihat pada garis-
garis yang disapukan di atas kanvas.Mengutip perkataannya bahwa

“Lukisan adalah jiwa nampak”

(Sanento Yuliman,1976: 9), Sudjojono banyak mempengaruhi pelukis-pelukis lain

Baginya

seni tidak

hanya soal unjuk kemampuan teknik melukisseperti yang pada naturalisme

Mooi Indie.

Pada tahun 1937, Sudjojono berhasil mengikutipameran bersama pelukis Eropa diBataviasche
Kunstkring, Jakarta. Inilah awal namanya dikenal sebagai pelukis. Lalusetahun kemudiania membangun
Persagi bersama Agus Djaja sebagai ketuanya.Sudjojono sendiri sempat menjabat sebagai sekretaris dan
juru bicara Persagi.

b. Perkembangan Persagi

Persagi ingin memperlihatkan pada dunia bahwa orang Indonesia pun bisa melukis danmampu
menciptakan kesenian sendiri yang baru.Persagijugaberusahamenghubungkan aspirasi-aspirasi negara
lewat pencapaian seni. Ide-ide ini secaralangsung mencerminkan perasaan Sudjojono mengenai
perjuangan negaranya meraihkemerdekaan.Dalam medan seni, filosofi baru tersebut mendapat
tantangan yang besar; karenaIndonesia masih didominasi oleh kejayaan seni masa lampau yang
direpresentasikanoleh Borobudur dan karya seni kuno lainnya.Keadaan penjajahan yang
menciptakanlingkungan kesenian hanya tersedia bagi orang Belanda saja, dan menghalangiseniman
Indonesia untuk muncul dan terkenal.Indonesia masih belum siap untuk menerima bentuk seni
modern.Persagipun kesulitan untuk membuat pameranpertamanya.Persagi menyelenggarakan pameran
pertama kalisekitar tahun 1938 di toko bukuKolff, Jakarta, setelah sebelumnya ditolak oleh pengurus
yayasan saat mengajukanproposal ke Bataviascshe Kuntkrings. Menurut sekretarisnya, J de Loos
Haaxman,

Anda mungkin juga menyukai