istiadat adalah suatu sistem pandangan hidup yang kekal, segar, serta aktual karena berdasarkan pada berbagai ketentuan yang terdapat pada alam yang nyata dan nilai positif, kebersamaan, kemakmuran yang merata, pertimbangan pertentangan, penyesuaian diri, dan berguna sesuai tempat/ waktu/ keadaan.
2. Jalaludi Tunsam Menurut Jalaludi Tunsam, adat istiadat
adalah suatu cara atau kebiasaan yang mengandung nilai kebudayaan, norma, serta hukum yang sudah lazim dilakukan oleh suatu daerah.
3. Raden Soepomo Menurut Raden Soepomo, hukum
adat adalah suatu hukum yang tidak tertulis yang terdapat dalam peraturan legislatif. Hukum hidup sebagai konvensi di badan hukum negara, dan hidup sebagai peraturan kebiasaan pada kehidupan di kota maupun desa.
4. Soekanto Menurut Soekanto, adat istiadat memiliki
pengaruh dan ikatan kuat dalam suatu masyarakat, tergantung pada masyarakat yang mendukungnya. 5. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Menurut KBBI, adat adalah suatu aturan (perbuatan dan sebagainya) yang lazim dilakukan sejak dahulu kala, cara berperilaku yang sudah menjadi kebiasaan, wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukum dan aturan yang satu dengan lainnya berkaitan menjadi suatu sistem.
Unsur Dalam Adat Istiadat
Agar suatu perilaku atau kebiasaan dapat dikatakan sebagai adat istiadat maka harus memenuhi unsur-unsur berikut ini:
1. Nilai-Nilai Budaya Nilai-nilai Budaya adalah ide atau
gagasan mengenai hal-hal tertentu yang dianggap penting bagi suatu masyarakat. Misalnya nilai-nilai budaya seperti menghormati orang yang lebih tua, bergotong- royong rukun dengan sesama dan lain sebagainya.
2. Sistem Norma Merupakan sejumlah ketentuan atau
aturan yang sifatnya mengikat sekelompok atau warga yang tinggal di daerah tertentu.
3. Sistem Hukum Suatu adat istiadat juga memiliki sistem
hukum yang merupakan ketentuan yang sifatnya tegas dan mengikat bagi seluruh masyarakat dalam lingkungan tersebut. 4. Aturan Khusus Adat istiadat memiliki aturan khusus yang bersifat mengikat warga tentang suatu hal yang biasanya aturan khusus berlaku secara terbatas. Suatu perilaku atau kebiasaan dapat dikatakan sebagai adat istiadat apabila memiliki empat unsur yang disebutkan di atas di mana setiap unsur tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Disamping itu adat-istiadat juga memiliki sifat yang kekal dan mengikat untuk membuat orang dalam wilayah tersebut takut untuk melanggar. Apabila ada yang melanggar maka anggota masyarakat tersebut akan mendapatkan sanksi keras, baik sanksi formal maupun informal. Untuk sanksi formal biasanya diberikan oleh penegak hukum seperti ketua adat, polisi, tokoh agama atau lainnya. Sedangkan untuk sanksi informal bisa berupa pengucilan dari lingkungan.
Beberapa Jenis Adat
Setelah membahas pengertian adat istiadat dan unsur- unsur yang harus ada di dalamnya seperti yang sudah dibahas sebelumnya, berikut adalah beberapa jenisnya
1. Adat sebenar adat : jenis adat yang bersumber dari
alam dimana isinya tidak dapat diubah sampai kapanpun. Sebagai contoh ketika turun hujan deras dan sungai dipenuhi dengan sampah maka dapat menyebabkan banjir yang akan terjadi di wilayah tersebut. 2. Adat yang diadatkan : jenis adat yang merupakan jenis adat yang dibuat oleh datuak di suatu daerah agar perencanaan ekonomi dan sosial masyarakat setempat bisa seimbang.
3. Adat taradat : jenis adat tersadar ini merupakan adat
yang dibuat melalui musyawarah dengan masyarakat setempat dimana adat ini sangat menjunjung tinggi nilai- nilai yang ada dan tumbuh dalam masyarakat tersebut.
4. Adat istiadat : ini merupakan serangkaian ketetapan
atau aturan yang berlaku di suatu daerah dan harus ditaati oleh masyarakat yang tinggal di wilayah.
Contoh Adat dan Tradisi di Indonesia
Adat dan tradisi di berbagai daerah di Indonesia berasal dari warisan nenek moyang masing-masing suku bangsa. Berikut adalah beberapa contoh kebiasaan tersebut :
1. Tedak Siten, yaitu upacara selamatan atau syukuran
masyarakat Jawa ketika seorang anak bayi sudah mulai bisa berjalan. Pada ritual Tedak Siten, anak bayi tersebut dimasukkan ke dalam kurungan ayam dan diberikan barang-barang tertentu, seperti uang, alat tulis, dan lain- lain. 2. Sekaten, yaitu upacara memperingati Maulid Nabi Muhammad setiap tahun yang dilaksanakan di Yogyakarta. Dalam ritual ini pihak Keraton mengadakan pawai membawa hasil bumi masyarakat dan diarak oleh para Abdi Dalem dan prajurit Keraton.
3. Mangongkal Holi, yaitu tradisi membongkar kuburan
yang dilakukan masyarakat suku Batak di Sumatera Utara. Dalam prosesinya tulang-belulang dari kuburan yang digali tersebut dipindahkan ke kuburan baru sehingga kuburan anggota keluarga yang sudah meninggal menjadi satu lokasi.
4. Mappalili, yaitu upacara turun sawah di Sulawesi Selatan
yang diselenggarakan untuk mengawali musim tanam padi. Menurut kepercayaan setempat, upacara ini bertujuan untuk mencegah hama atau bencana besar yang dapat merusak tanaman padi.
5. Ngaben, yaitu upacara pembakaran jenazah yang
dilakukan oleh masyarakat di Bali. Ritual ini merupakan warisan leluhur masyarakat Bali yang percaya bahwa dengan membakar jenazah maka roh leluhur menjadi suci dan mereka dapat beristirahat dengan tenang. 6. Maccera Tasi, Maccera Tasi merupakan salah satu adat istiadat yang masih sangat dilestarikan. Penyelenggaraan upacara ini biasanya diikuti dengan proses penyembelihan hewan kurban, seperti ayam, kambing maupun kerbau. Saat proses penyembelihan dilakukan di laut dan darah korban dibuang ke laut, ini merupakan simbol pemberian darah untuk kehidupan laut. Tujuan penyelenggaraan upacara ini ialah agar memperoleh hasil laut yang melimpah.
7. Tradisi Potong Jari, Meski terdengar menyeramkan,
namun Anda harus percaya jika tradisi ini masih dilakukan oleh masyarakat Papua hingga sekarang, khususnya oleh suku Dani. Pemotongan jari adalah simbol kesedihan dan rasa duka jika ada anggota keluarga maupun sanak saudara yang meninggal. Selain sebagai simbol kesedihan, tradisi potong jari juga dipercaya sebagai upaya untuk mencegah terulangnya kemalangan yang menimpa keluarga itu. 8. Upacara Peutron Tanoh (Turun Tanah), Upacara turun tanah (peutron tanoh) diadakan setelah bayi berumur tujuh hari atau 2 tahun. Dalam jangka waktu yang cukup untuk mempersiapkannya, lebih-lebih anak pertama yang sering diadakan upacara cukup besar, dengan memotong kerbau atau lembu. Pada upacara ini bayi digendong oleh seseorang yang terpandang, baik perangai dan budi pekertinya. Orang yang menggendong memakai pakaian yang bagus-bagus. Waktu turun dari tangga ditundungi dengan sehelai kain yang dipegang oleh empat orang pada setiap sisi kain itu. Di atas kain tersebut dibelah kelapa agar bayi tadi tidak takut terhadap suara petir. Belahan kelapa dilempar dan sebelah lagi dilempar kepada wali karong. Salah seorang keluarga dengan bergegas menyapu tanah dan yang lain menampi beras bila bayi itu perempuan, sedangkan bila bayi itu laki-laki salah seorang keluarga tersebut mencangkul tanah, mencencang batang pisang atau batang tebu. Kemudian sejenak bayi itu dijejakkan di atas tanah dan akhirnya dibawa berkeliling rumah atau mesjid sampai bayi itu dibawa pulang kembali ke rumah