DEWI
0046.10.09.2018
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
PROPOSAL PENELITIAN
PANDANGAN TOKOH MASYARAKAT TERHADAP RITUAL
DIKABUPATEN JENEPONTO
DEWI
0046.10.09.2018
Komisi Pembimbing
Ketua,
Anggota
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahii Wabarakatuhh
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah Swt dengan limpahan
JENEPONTO”
Dalam proses penyelesaian Program Magister ini penulis sadar bahwa untuk
memberikan motivasi yang tinggi untuk terus belajar menggali ilmu pengetahuan
dan terus menerus menerapkan rasa ingin tahu sehingga menjadi semangat
dalam kehidupan
tidak terlepas dari bimbingan arahan dan dukungan dari pembimbing dan
tanggung jawab akhir penulisan tesis ini berada pada penulis sendiri .
Dalam kesempatan ini dengan sepenuh hati ,penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dr. dr. H.
Fatmah Afrianty Gobel, SKM.,M.Epid, Dr. Sundari,SKM., M.Kes, dan Dr. Arman,
SKM., M.Kes, kebijaksanaan dan kesabaran serta wawasan yang kritis , kearifan
Ucapan terima kasih yang tak terhingga Kepada Orang tua, ayah Tunru
Daeng Tojeng dan ibu Sadalang Daeng Lo’mo yang banyak memberikan segala
apa yang dibutuhkan penulis , yang senantiasa meminta dalam doanya agar
penulis dapat sukses, serta rela berkorban apapun demi penulis agar kelak dapat
penulis , memberikan motifasi, doa dan bantuannya dengan ikhlas baik dalam
selesai
Tak lupa pula diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Rektor
Universitas Muslim Indonesia Makassar Prof. Dr. H Basri Modding, SE. Msi yang
Makassar
memfasilitasi kebutuhan akademik untuk bisa menimba ilmu ilmu dan belajar
,sehin gga pada akhirnya upaya dalam proses belajar pada program ini dapat
SKM,.M.Kes yang telah mengarahkan tentang apa yang harus dilakukan oleh
penulis dalam menyelesaikan proses pendidikan ini. Para dosen yang tidak
sempat saya sebutkan satu per satu yang banyak memberikan ilmunya,
Sahabat terbaik Muji Rahayu S.Kep, Rahmania S,ST, Lisa Handayani S.ST,
Zettil Akmil S.ST, SRI S.Kep Dan semua teman2 dikelas terimaksih masa-masa
dan tawa canda kita, akan penulis ukir selamanya dalam kalbu.seluruh teman
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian tesis ini masih jauh dari
Aaminn
Penulis
Dewi
ABSTRAK
Marriage is one of the gifts that God gives to human beings as a form of love,
marriage is a bond that keeps mankind from things that can get closer to actions
that can violate existing rules. It has become God's nature, that two people of
different sexes, namely men and women have the same desire, to know each
other, observe, and love, even with that it is what brings humans to continue the
relationship in a marriage bond
This research method is a qualitative research with a phenomology
approach, to explore phenomena related to people's views of early marriage
rituals. Jeneponto through independent observation and interviews throughout
the study.
The results of this study are many factors that influence the occurrence
of early marriage rituals in adolescents, but the factors that most trigger and
influence the occurrence of early marriages apart from cultural factors, lack of
knowledge and lack of religious knowledge of the local community, the most
triggering factors are economic factors
The conclusion of this research is the background of the occurrence of
the matchmaking ritual for early marriage in adolescents is dominated by
economic factors, then, the lack of public knowledge about the importance of
education and the dangers in underage marriages, and some people who still
maintain the culture so that the Siri 'factor (shame) the reason why parents want
their children's early marriage, lack of morals and religious knowledge also affect
the increase in early marriage in adolescents in the hamlet village of Maccini
wedge Kec Batang Jeneponto district.
Bibliography: 37 Literatures (2005-2019)
Keywords: ritual, Marriage, Teenagers
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................... 2
DAFTAR SINGKATAN................................................................................... 6
DAFTAR TABEL............................................................................................ 7
DAFTAR BAGAN........................................................................................... 8
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH
Halaman
3. Sanro……………………………………………………………………………..11
DAFTAR SINGKATAN
UU : Undang – Undang
RI : Republik Indonesia
UU : Undang – Undang
RI : Republik Indonesia
Halaman
A. Latar Belakang
merupakan suatu ikatan yang menjaga umat manusia dari hal-hal yang
ada. Sudah menjadi kodrat dari Allah, bahwa dua orang manusia yang
akan membawa manusia untuk selalu merasa tentram atau tenang dalam
menjani hidup yang telah sang pencipta berikan kepada setiap hambanya.
Seperti yang Allah jelaskan dalam Alquran Surah Ar-ruum ayat 21 bahwa:
ٍ َومِنْ آ َيا ِت ِه أَنْ َخلَقَ لَ ُك ْم مِنْ أَ ْنفُسِ ُك ْم أَ ْز َواجً ا لِ َتسْ ُك ُنوا إِلَ ْي َها َو َج َع َل َب ْي َن ُك ْم َم َو َّد ًة َو َرحْ َم ًة ۚ إِنَّ فِي ٰ َذل َِك آَل َيا
ت لِ َق ْو ٍم
ُونَ َي َت َف َّكر
Referensi: https://tafsirweb.com/7385-quran-surat-ar-rum-ayat-21.html
yang berfikir”.
Dari ayat di atas dapat di pahami bahwa Perkawinan merupakan salah
mahluknya, dan hal ini akan dipahami bagi mereka yang memahami dengan
Pernikahan menjadi hal atau agenda penting bagi manusia, hal ini
sedangkan untuk laki-laki adalah 25-28 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia
dengan baik dan siap untuk melahirkan, demikian halnya pada laki-laki usia
sejak tahun 1954 yang secara eksplisit memerangi pernikahan dini. Meski
Penyebab pernikahan usia dini antara lain pemaksaan dari pihak orang
sosial ekonomi adalah pernikahan usia dini biasanya tidak diikuti dengan
kesiapan keadaan ekonomi. Semakin bertambah umur seseorang
Hal ini didukung dengan studi UNICEF yang menjelaskan bahwa interaksi
sosial budaya dapat menjadi penyebab terjadinya pernikahan dini dan faktor
bahwa pernikahan di usia dini meningkatkan risiko medis yang cukup tinggi
ketika sang ibu hamil, karena pada usia dini tersebut alat reproduksi belum
matang untuk melakukan fungsinya. Pada usia remaja atau sekitar 15-19
plasenta previa dan abortus. Hal ini pun akan berdampak pada bayi yang
dilahirkan seperti bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR).
akibat malu, hal ini dapat menyebabkan stress berat. Ibu hamil usia muda
lebih banyak memiliki risiko bunuh diri lebih tinggi (Bahar, 2017).
dalam kurun waktu terakhir. Meski demikian, kasus ini masih banyak terjadi
mencapai 9,7 juta atau sebanyak 48%, di Afrika mencapai 42% dan Amerika
3.362 remaja putri atau sekitar 25,9% menikah pada usia dini. Penelitian di
(Spenser, 2018).
pendidikan kurang dari 10 tahun akan menikah sebelum usia 18 tahun. Hal
ini berbeda dengan wanita yang menempuh pendidikan lebih dari 10 tahun
menikah di usia sebelum 18 tahun terjadi kurang dari 10% (WHO, 2020).
dari tahun 2008 sampai tahun 2015 tidak menunjukkan perubahan yang
2016).
keluhuran dan adat istiadat, terlebih lagi dengan adanya budaya “Siri” (dalam
istilah Bugis). Budaya “siri” merupakan budaya yang sangat dipegang teguh
provinsi sul-sel yang berdekatan langsung dengan ibu kota Provinsi yaitu
kota Makassar ,seperti kita ketahui bahwa masyarakat jeneponto sangat erat
dengan budaya dan adat istiadatnya seperti melakukan salah satu ritual
menolak lamaran dari kaum Adam maka perempuan yang menolak akan
tinggal dan tidak akan terbuka jodohnya, dari presepsi itulah sehingga
hal tersebut maka banyak yang melakukan pernikahan dini kalaupun ada
yang berani menolak maka orang tua perempuan tersebut akan segera
setelah menikah anak tersebut lebih fokus mengurus urusan keluarga dan
umur yang terjadi didesa pammisorang bukan lagi yang langkah bagi setiap
dan menjadi suatu kebanggaan bagi setiap orang tua jika dapat melihat
merasa sudah lepas dari tanggung jawab sebagai orang tua , tetapi yang
saya lihat dari beberapa kasus pasangan usia pernikahan dini di kabupaten
tidak bertahan lama, hal ini disebabkan karena belum siap mental dari
kekerasan dalam rumah tangga juga hal ini disebabkan karena masih
tingginya ego dari anak anak seusia mereka ,selain dari Kekerasan dalam
rumah tangga perselingkuhan juga kadang terjadi karena masih ada daya
serius, mereka belom mampu setia dalam satu pasangan sehingga mereka
yang ada, adapun remaja putri yang menolak lamaran dari kaum adam
karena alasan tertentu seperti kemauan anak yang masih ingin melanjutkan
sekolahnya, atau tidak menyukai lelakinya maka selepas itu orang tua pergi
pikiran mereka jika menolak lamaran laki laki untuk anaknya maka anaknya
akan tertutup jodohnya dan tidak bisa menikah lagi, alasan dari itulah
melihat kejadian yang ada , katanya sudah banyak yang terbukti setelah
dimandikan oleh sanro jodohnya terbuka kembali dari itulah terjadi turun
Adapun dari segi agama masyarakat juga meyakini apabila ada dua
orang remaja kaum adam dan perempuan sudah baliq maka sudah bisa
Jeneponto, 2020)
perempuan usia 5 tahun sudah ditentukan jodohnya oleh orang tuanya dan
itu dimasa Romawi kuno usia wanita untuk legal menikah atau dinikahkan
mempertimbangkan apakah wanita belia itu sudah akil baligh atau belum.
8 tahun.(Alfina mirzatul F)
skabupaten jeneponto.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
Jeneponto.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat praktis
TINJAUAN PUSTAKA
menggunakan bantuan spiritual dan tentu ini juga perlu diiringi dengan
berperilaku baik agar dikemudian hari aura wajah tetap positf dan jangan
langgar pantangannya. Membuka aurah sudah ada sejak dulu dan dikenal
Jodoh sudah menjadi suatu hal wajib yang dimiliki manusia. Setiap
jodoh masing masing orang berbeda. Ada yang cepat jodoh, ada yang lama
terdekatnya, mungkin teman sekolah, teman masa kecil, teman kerja dan
rahasia Allah SWT. Sampai saat ini masih banyak orang yang belum
karir pun sudah mumpuni sebagai bekal menikah. Namun jodoh belum juga
datang. Awas, bisa jadi Anda terkena sihir penghalang jodoh atau tertutupi
dengan aura negatif yang menghambat datangnya jodoh Anda. Ciri-ciri sulit
biasanya, kalau di cintai seseorang anda yang tidak suka tapi bila anda yang
yang merantau. Namun nyatanya masih ada suku Makassar yang merantau
yang memegang teguh budaya ini, karena sudah dilakukan sejak turun
orang tua yang mencarikan jodoh untuk anaknya, akan tetapi beragam
karena orang tuanya sudah memilihkan jodoh yang terbaik untuknya dan
perjodohan tetapi tetap menikah dengan terpaksa agar orang tuanya tidak
malu, namun setelah menikah mereka bercerai karena tidak ada kecocokan
satu sama lain. Namun tidak semua anak yang dijodohkan pada akhirnya
baru akan bertatap muka dengan suaminya ketika bersanding. Akibat sudah
melihat jodoh yang tidak sesuai, atau kurang cantik dan kurang ganteng
mereka memutuskan untuk bercerai. Namun tidak semua anak yang
dijodohkan oleh orang tua dilakukan secara terpaksa oleh anak, dan juga
tidak semua anak yang dijodohkan oleh orang tuanya mengalami perceraian,
ada yang masih langgeng sampai saat ini. Untuk itu ada sedikit perubahan
akan dijodohkan dengannya, mungkin ini salah satu cara untuk mengurangi
tingkat perceraian.
Perubahan pun terjadi dalam pemilihan jodoh tidak lagi harus dengan
kerabat, yang penting sesama suku Makassar . Karena tujuan orang tua
bahagia. Berbagai suku pendatang pindah ke daerah Kawal ini, namun yang
ke daerah kawal ini masih mereka jalani. Setiap suku mempunyai budaya
untuk anaknya, setiap tahunnya ditemukan selalu ada saja orang tua yang
2018).
B. Tinjauan Umum Tentang Pernikahan
1. Pengertian pernikahan
Nomor 1 Tahun 2014 ada pada pasal 7. Sebelumnya pria boleh menikah
yang ditandatangani Jokowi terdapat usia minimal yang sama pada pria
dan wanita saat menikah. Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan
Pasal 7 ayat (1) UU No. 16 Tahun 2019. Jika pasangan menikah kurang
dari umur 19 tahun seperti dimaksud dalam UU tesebut, maka ada hal-
hal yang perlu dilakukan. Orangtua pihak pria dan wanita dapat meminta
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang
bahagia dan kekal yang didasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa.
istilah lain juga dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan
tata cara yang harus dipenuhi sebelum dan pada saat dilangsungkannya
a. Syarat Materil
materil adalah :
pejabat lain yang ditujukan oleh kedua orang tua pihak pria
menentukan lain.
3) Tidak terikat tali perkawinan dengan orang lain kecuali dalam hal
kecuali yang tersebut dalam pasal 3 ayat (2) dan pasal 4. Pasal 3
4 menentukan :
Undang-Undang ini, yaitu azas monogami. Azas ini dianggap pada masa
2) Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri istri
dan anak-anakmereka.
3) Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan
anak-anak mereka.
Selanjutnya ditentukan dalam pasal 5 ayat (2) tersebut bahwa
persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a di atas tidak diperlukan bagi
tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari
syarat harus adanya izin kedua orang tua bagi mereka yang belum berusia 21
b. Syarat Formil
masing-masing.
dilakukan dengan suatu syarat formil khusus untuk itu, ditempelkan pada
suatu tempat yang sudah ditentukan dan mudah dibaca oleh umum dan
memuat data pribadi calon mempelai dan orang tua calon mempelai serta
3. Tujuan Pernikahan
pernikahan.
dan agung di dalam memenuhi perintah dan anjuran Tuhan Yang Maha
syali. Apabila tidak ada penyaluran yang syah maka manusia banyak
dan bathin antara calon suami dan calon istri yang didasari oleh rasa
sampai lupa untuk menilai mana yang baik dan mana yang buruk.
suatu pernikahan.
4. Usia yang Ideal dalam Penikahan
suatu perkawinan adalah 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria
belum mencapai usia 21 tahun masih diperlukan izin orang tua untuk
menikahkan anaknya.
Setelah berusia di atas 21 tahun boleh menikah tanpa izin orang tua
tidak menganggap mereka yang di atas usia 16 tahun untuk wanita dan
19 tahun untuk pria bukan anakanak lagi, tetapi belum dianggap dewasa
dari segi kesehatan reproduksi, usia 16 tahun bagi wanita, berarti yang
batas usia kawin telah ditetapkan UU, namun pelanggaran masih banyak
b. Kematangan psikologis.
telah dapat berdiri sendiri dan tidak lagi menjadi beban orangtuanya
e. Kematangan Psikologis
wanita dan pria tidaklah sama. Seorang wanita yang usianya sama
atau perempuan usia remaja. Remaja adalah usia 10-19 tahun dimana masa
laki-laki dan perempuan tidak dewasa secara emosi dan sering dimanjakan.
dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) tetapi yang lebih popular
pernikahan ini dilakukan oleh pemuda dan pemudi yang belum mencapai
psikis.
satu diatara kedua mempelainya belum balig dan secara psikis belum siap
ayat (1) menyebutkan bahwa, yang dimaksud dengan pernikahan dini atau
mencapai usia dewasa. Kriteria usia dewasa dalam hal ini adalah apabila
pihak perempuan telah mencapai usia 16 tahun dan untuk pihak laki -
pengalaman yang dipunyai oleh teman-teman yang tidak kawin atau orang-
arang yang telah mandiri sebelum kawin, hal ini meng akibatkan sikap iri hati
kedua anak laki-laki dan perempuan tidak dewasa secara emosi dan sering
a. Pendidikan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
(Mozalik, 2011).
b. Pekerjaan
akan sulit untuk mencari pekerjaan dengan upah yang layak (Bradbury,
2011).
c. Budaya
(Ahmad, 2010).
anak lelaki di atas usia 18 tahun. Tapi ada juga dispensasi. Jadi, Kantor
di kalangan orang tua saja melainkan juga di kalangan kaum muda. Hal
ini akan membentuk sikap positif masyarakat dan kaum muda terhadap
pernikahan dini.
Indonesia (KPI) Dr. Sukron Kamil dari UIN Cabang Rembang menyatakan
bahwa, pernikahan usia dini karena perjodohan saat usia sekolah masih
terbilang tinggi. Pada tahun 2006-2010, jumlah anak menikah dini (di
pernikahan usia dini, 62% wanita menikah karena hamil di luar nikah,
21% di paksa orang tua menikah dini karena ingin memperbaiki keadaan
ekonomi.
d. Peran Keluarga
Hal ini sudah turun temurun dikalangan pedesaan, karena orang tua takut
pola fikir orang tua yang bersifat pasrah dan menyerahkan anaknya
kepada orang yang akan menikahinya, orang tua tanpa befikir panjang
Dimana dalam hal ini, tindakan tersebut masuk dalam tindakan sosial
e. Ekonomi
Beban ekonomi pada keluarga sering kali mendorong orang tua untuk
mempuyai tanggung jawab lagi. Hal ini banyak kita jumpai dipedesaan,
bagimu” (HR.Bukhari dan Muslim ) satu hal yang perluh digaris bawahi
dari hadits diatas adalah perintah menikah bagi para pemuda dengan
syarat jika ia telah mampu maksudnya adalah siap untuk menikah. (Dwi
rifiani,2018)
remaja mempunyai resiko medis yang cukup tinggi, karena pada masa
Rahim baru siap melakukan fungsinya setelah umur 20 tahun, karena pada
usia ini fungsi hormonal melewati masa kerjanya yang maksimal. Rahim
dilihat dari perubahan ukuran rahim secara anatomis. Pada seorang wanita,
(Kusmiran, 2012).
kurang lebih hanya setengah dari panjang vaginanya. Setelah umur 8 tahun,
ukuran rahimnya kurang lebih sama dengan vaginanya. Hal ini berlanjut
sampai usia kurang lebih dari 14 tahun (masa menstruasi) hingga besar
rahimnya lebih besar sedikit dari ukuran vaginanya. Ukuran ini menetap
rahim belum cukup baik kekuatan dan kontraksinya sehingga jika terjadi
kehamilan harim dapat ruptur (robek). Di samping itu, penyangga rahim juga
belum cukup kuat untuk menyangga kehamilan sehingga resiko yang lain
dapat juga terjadi yaitu prolapsus uteri (turunnya rahim ke liang vagina) pada
saat persalinan.
Pada usia 14-19 tahun, sistem hormonal belum stabil. Hal ini dapat
dapat berdampak jika terjadi kehamilan yaitu kehamilan menjadi tidak stabil,
aktif. Hal ini dapat meningkatkan resiko kanker leher rahim di kemudian hari
(Kusmiran, 2012).
tahun atau lebih tua. Insidensi kanker serviks lebih tinggi terjadi pada
hamil dan melahirkan anak termasuk insiden bayi berat lahir rendah.
gram pada ibu yang melahirkan usia kurang dari 15 tahun dibanding
19-30 tahun. hal ini merupakan resiko ringgi dalam proses kehamilan
Kejadian ini dua sampai tiga kali lebih tinggi pada kelompok
usia dini daripada wanita berusia lebih dari 25 tahun karena remaja
c. Keracunan kehamilan
(BKKBN, 2010).
infeksi.
f. Anemia kehamilan
g. Cacat bawaan
bawah umur 20 tahun. Penyebab utama karena kondisi fisik ibu yang
1. Definisi Remaja
adalah bukan hanya kematangan fisik saja ttapi kematangan social dan
psikologis. Batas usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut
Depkes RI antara 10-19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah
10-19 tahun
lain PBB menyebutkan anak muda (youth) untuk mereka yang berusia 15-
a. Masa remaja awal (10-12 tahun) dengan ciri khas antara lain
berpikir abstrak
b. Masa remaja tengah (13-15 tahun) dengan ciri khas antara lain:
mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau
utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & system
penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental
D. PENELITIAN TERDAHULU
telah melakukan kajian terhadap karya karya ilmiah yang berkaitan dengan
pembahasan ini untuk mengenali beberapa teori atau pernyataan dari para
Dini Pada menikah dini cross budaya kawin lari. Variabel yang
Nusa
Tenggara
Barat
22Analisis Tujuan Penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian,
.
Pengetahuan penelitian ini merupakan rendahnya pengetahuan tentang
menentukan
subjek yang
akan diteliti.
3 Faktor-Faktor Penelitian Penelitian ini Penelitian menunjukan bahwa
urmah tangga.
5 Program Tujuan Jenis Hasil penelitian menunjukkan
wawancara optimal.
dan observasi.
Data dianalisis
secara
kualitatif.
7. KERANGKA TEORI
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual pada penelitian ini adalah suatu hubungan atau kaitan
konsep sesuatu terhadap konsep yang lainnya dari masalah penelitian yang akan di
teliti oleh penulis kerangka konsep ini berguna untuk menghubungkan atau
landasan penelitian yang didapatkan pada bab tinjauan pustaka yang dihubungkan
mendapatlkan informasi dan mencari factor pemicu kenapa bisa terjadi Ritual
SANRO MASYARAKAT
KULTUR PERCAYA
PANTAI
BUDAYA RUMAH
PENGETAHUAN
EKONOMI
AGAMA
Soerjono soekarto .suatu pengantar Jakarta:rajawali press.2007
B. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi Operasional, menurut Saifuddin Azwar (2007: 72) adalah suatu definisi
yang memiliki arti tunggal dan diterima secara objektif bilamana indikatornya tidak
memerlukan penjelasan. Operasional bersifat spesifik, rinci, tegas dan pasti yang
penting.
1. Remaja
Remaja adalah suatu periode perkembangan dari transisi masa anak - anak dan
2. Budaya
Budaya dalam penelitian ini adalah keseluruhan sikap & pola perilaku serta
pengetahuan yang merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan dan dimilik oleh suatu
3. Kurangnya pengetahuan
pengetahuan yang terus menerus sampai menjelaskan fenomena dan konsep objek
4. Ekonomi
Ekonomi dalam penelitian ini adalah suatu keadaan yang terjadi pada masyarakat
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar maupun kebutuhan pendukung lainnya.
5. Agama
Dalam penelitian ini upaya yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
berguna dan dapat dipertanggung jawabkan mengenai berbagai masalah dalam segi
bentuk pelaksanaanya.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian.
pernikahan dini dikab. Jeneponto melalui observasi indepeth dan interview selama
penelitian berlangsung
2. Waktu penelitian : Penelitian ini di laksanakan pada bulan maret sampai Mei 2020
C. Instrument penelitian
1. Tape recorder atau handphone ,yang berfungsi untuk merekam proses wawancara
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sekaligus
pengumpulan data yang lain dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Dimana dalam
melaksanakan penelitian, peneliti melengkapi diri dengan tape recorder yang berfungsi
merekam proses wawancara mendalam antara peneliti dan informan, camera, digital untuk
memotret proses dilapangan, pedoman interview (pedoman informasi) dan catatan harian
3. Informan pendukung : Remaja yang melakukan pernikahan dini, orang tua, dan
keluarga
E. Informan penelitian
Informan di lakukan melalui koordinasi informasi dari imam desa dan sumber dari pihak
sanro (Dukun), pada Masyarakat sekitar, dan karang taruna kecamatan setempat di
yang menikahan dini dan memungkinkan dilakukan wawancara mendalam pada mereka.
1. Data primer
Data primer yaitu data yang di dapat langsung dari penelitian.sumber data primer yang
b. Tokoh masyarakat
c. Keluarga
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang di peroleh dari kantor urusan agama (KUA) Kabupaten
bantaeng, kantor kecamatan, data dari sumber, buku, artikel ilmiah, dan dokumen.
Dalam penelitian ini tehnik pengumpulan data primer dilakukan dengan 3 cara,yaitu :
1. Pengamatan (observasi)
Dalam hal ini peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian untuk melakukan
pengamatan (observasi ) pada keadaan /situasi rumah dan lingkungan sekitarnya serta
Wawancara mendalam (indepth interview) adalah Tanya jawab terbuka dan teliti
b. Dokumentasi
lokasi penelitian .dalam hal ini peneliti juga melakukan dokumentasi pada saat
( indepth interview).
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis
Spradley, yaitu model analisis data kualitatif yang dikemukakan oleh James Spradley
pada tahun 1980. Spradley mengemukakan empat tahapan dalam analisis data pada
memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang
diteliti atau obyek penelitian. Data diperoleh dari grand tour dan minitour questions.
Hasilnya adalah gambaran umum tentang obyek yang diteliti, yang sebelumnya
belum pernah diketahui. Dalam analisis ini informasi yang diperoleh belum
b. Analisis Taksonomi
Analisis Taksonomi dalam penjelasan Sugiyono (2012: 261) adalah kelanjutan dari
Analisis Domain. Domain-domain yang dipilih oleh peneliti, perlu diperdalam lagi
data yang terkumpul menjadi banyak. Dengan demikian domain-domain yang telah
ditetapkan menjadi cover term oleh peneliti dapat diurai secara lebih rinci dan
mendalam.
Di sini, peneliti mulai melakukan pengamatan lebih mendalam terhadap data yang
masing kategori, sehingga mendapatkan gambaran lebih terperinci dari data masing-
c. Analisis Komponensial
dalam domain. Data ini dicari melalui observasi, wawancara lanjutan, atau
dapat ditemukan.
Setelah ditemukan kesamaan ciri atau kesamaan pola dari data, selanjutnya peneliti
pola-pola tertentu dalam data. Dalam hal ini, peneliti melakukannya dengan mereka-
reka data dengan rasio-rasio yang digunakan dan hal-hal lain. Setelah ditemukan
gambaran tertentu, atau pola-pola tertentu dari data, selanjutnya peneliti melanjutkan
Analisis Tema Kultural, menurut Faisal (1990) dalam Sugiyanto (2012: 264)
yang ada. Dengan ditemukan benang merah dari hasil analisis domain, taksonomi,
dan komponensial tersebut, maka selanjutnya akan dapat tersusun suatu “konstruksi
remang-remang, dan setelah dilakukan penelitian, maka menjadi lebih terang dan
jelas.
Selanjutnya, peneliti melakukan kembali analisis data dengan urutan yang sama
Setelah analisis yang sama dilakukan pada data hasil wawancara, kemudian peneliti
melakukan analisis tema kultural antara hasil analisa data hitungan dengan hasil
analisa data wawancara. Bisa saja terjadi, saat analisa tema kultural antara hasil
metode triangulasi data yaitu triangulasi sumber, triangulasi tehnik, dan triangulasi waktu
( sugiono, 2013)
1. Triangulasi Sumber
Untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data dari sumber yang berbeda
dengan teknik yang sama yaitu menginformasikan sumber informasi dari informan
2. Triangulasi Teknik
Untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data dari sumber yang sama
dengan teknik pengumpulan data yang berbeda yaitu observasi, wawancara mendalam,
serta dokumentasi.
3. Tringulasi Waktu
Untuk menguji kredibilitas data dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka
4. Tringulasi Teori
Untuk sebagai pendukung data yang ditemukan, sebagai contoh data hasil wawancara
perlu didukung adanya rekaman wawancara dan buku referensi sebagai acuan.
5. Etika Penelitian
pelaksanaan wawancara. Informed consent merupakan salah satu alat yang sangat
penting untuk memastikan penghormatan terhadap privasi informan selama dan setelah
pelaksanaan penelitian . Mekanisme ini di gunakan untuk memastikan bahwa informan
mengerti apa perannya dalam penelitian, sehingga mereka dapat memutuskan secara
sadar dan sengaja jika ingin berpartisipasi. Identitas informan tetap di rahasiakan
dengan tidak menggunakan nama sebenarnya dalam penulisan laporan hasil penelitian
ini.
pembaca menebak-nebak siapa nama asli informan. Nama abjad diajukan untuk di
1. Kondisi Geografis
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 749,79 km2 dan berpenduduk sebanyak 330.735
jiwa.
dan 119°29' - 119°56' Bujur Timur. Kabupaten ini berjarak sekitar 91 Km dari Makassar.
paling luas yaitu 152,96 km2 atau setara 20,4 persen luas wilayah Kabupaten
Kondisi topografi Kabupaten Jeneponto pada bagian utara terdiri dari dataran
tinggi dengan ketinggian 500 sampai dengan 1400 meter diatas permukaan air laut
500 mdpl dan pada bagian selatan merupakan pesisir serta dataran rendah dengan
ketinggian antara 0 sampai dengan 100 mdpl. Karena perbatasan dengan Laut Flores
maka Kabupaten Jeneponto memiliki pelabuhan cukup besar yang terletak di desa
Bungeng.
Setelah peneliti mendapatkan surat izin penelitian dari kantor Balitbang dan
dinas kesehatan untuk melakukan penelitian pada tanggal 15 Maret – 15 Mei 2020
peneliti melakukan pendekatan dengan calon responden dan calon informan kunci
sehingga terjalin rasa percaya antara responden peneliti. Rasa percaya responden
wawancara, peneliti meminta ijin untuk mengambil gambaran serta mencatat hasil
Penelitian ini dilakukan dengan 1-2 kali kunjungan yang meliputi pendekatan
responden, pengambilan data tentangritual pammukara jodoh pada remaja yang ada di
Desa Maccini Baji, Kabupaten Jeneponto. Data yang sudah terkumpul ditulis
3. Sarana Kesehatan
tiap kecamatan, agar mudah di jangkau masyarakat. Sementara di Desa Maccini Baji,
medis (bidan dan perawat) melalui pengangkatan /penerimaan pegawai setiap tahun.
Dinas Kesehatan Jeneponto menyebutkan, bahwa kuantitas dan kualitas tenaga bidan
peningkatan.
B. Hasil
Informan biasa atau utama dalam penelitian ini adalah Tokoh Masyarakat/Tokoh
dini, orang tua serta keluarga dan informan kunci adalah Kantor Urusan Agama.
membina rasa saling percaya, sehingga pada saat wawancara mendalam maka
informan tidak sungkan lagi menjawab pertanyaan dari peneliti, dan mudah
Informan yang diperolah berjumlah 16 orang yang terdiri atas informan biasa 4,
Berdasarkan table 1.3 dideskripsikan bahwa informan kunci yaitu, Tokoh agama yang
terlibat langsung dalam pelaksananan pernikahan, Pemimpin Kepala Kantor Urusan Agama
2. Inisial Y, berusia 53 tahun, berprofesi sebagai imam desa didusun pammisorang desa
4. Inisial L, berusia 26 tahun , berprofesi sebagai kader desa dimaccini baji kabupaten
jeneponto yang juga mengatakan bahwa tingkat pernikahan dini didusun pammisorang
banyak.
1. Inisial BT, sebagai Kepala KUA Kec.Batang Kabupaten jeneponto yang mengatakan
sesuai data pernikahan dini didesa maccini baji sebanyak 94 pasangan yang menikah
jeneponto yang juga mengatakan bahwa anggotanya banyak menikah dibawah umur .
1. Inisial N sebagai salah satu informan Biasa yang berusia 15 tahun mempunyai latar
belakang pendidikan SMP, dan bekerja sehari- hari sebagai ibu rumah tangga, usia
2. Inisial W sebagai salah satu informan Biasa yang berusia 15 tahun mempunyai latar
belakang pendidikan SD, dan bekerja sehari- hari sebagai ibu rumah tangga, usia
3. Inisial E sebagai salah satu informan Biasa yang berusia 16 tahun mempunyai latar
belakang pendidikan S, dan bekerja sehari- hari sebagai ibu rumah tangga, usia
4. Inisial W sebagai salah satu informan Biasa yang berusia 16 tahun mempunyai latar
belakang pendidikan SD, dan bekerja sehari- hari sebagai ibu rumah tangga, usia
5. Inisial S sebagai salah satu informan Biasa yang berusia 17 tahun mempunyai latar
belakang pendidikan SD, dan bekerja sehari- hari sebagai ibu rumah tangga, usia
6. Inisial E sebagai salah satu informan Biasa yang berusia 15 tahun mempunyai latar
belakang pendidikan SD, dan bekerja sehari- hari sebagai ibu rumah tangga, usia
7. Inisial K sebagai salah satu informan Biasa yang berusia 15 tahun mempunyai latar
belakang pendidikan SD, dan bekerja sehari- hari sebagai ibu rumah tangga, usia
belakang pendidikan SD, dan bekerja sehari- hari di sawah bersama suaminya, usia
9. Inisial R sebagai salah satu informan Biasa yang berusia 17 tahun mempunyai latar
belakang tidak tamat SD, dan bekerja sehari- hari sebagai petani, usia pernikahan
sudah 9 bulan.
10. Inisial F adalah orang tua remaja yang melakukan pernikahan dini didusun
pernikahan dini pada remaja beberapa faktor yang menyebabkan mereka melakukan ritual
pammungkara jodoh sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa setiap perbuatan
pasti ada alasan yang melatar belakanginya, begitu pula dengan remaja yang melakukan
ritual pammungkara jodoh didesa maccini baji kabupaten jeneponto Faktor yang melatar
belakangi dapat berupa faktor internal maupun eksternal. Dari hasil wawancara peneliti
terhadap Sanro yang melakukan ritual pammungkara jodoh didesa maccini baji ,kec.batang
kab.jeneponto, ada beberapa faktor yang dapat di ungkapkan yang menjadi alasan mereka
melatar belakangi remaja yang melakukan ritual pammungkara jodoh adalah budaya,
orang tua mereka mempercayai bahwa menolak lamaran dari kaum laki laki itu sama
saja ingin melihat anaknya tidak menikah selama lamanya, dari situlah orang tua para
remaja setiap ada yang melamar anaknya mereka menerima lamaran tersebut karena
takut anaknya tidak akan menikah lagi, dari hal tersebut orang tua membawa anaknya
keSanro untuk dilakukan atau dimandikan agar cepat terbuka jodohnya, Sanro atauu
dukun ini juga meyakini dirinya bahwa setiap yang datang kepadanya itu pasti akan
tindakan, dan ini juga sebagai sumber penghasilan / pekerjaan sampingan .sebagai
”Alasan saya melakukan ritual seperti pammungkara jodoh adalah , awal mulanya ini
dilakukan oleh nenek saya dan dilanjutkan oleh ibu saya dan sekarang saya yang
melanjutkan ritual ini,ilmunya ini turun temurun dan saya juga akan wariskan ke anak
saya ini adalah budaya yang turun temurun yang tidak ada habisnya , saya melakukan
bagi orang yang percaya dan datang kepada saya dengan tidak ada keraguan, karena
jika yang datang itu penuh kepercayaan maka targetnya akan cepat dicapai, saya
melakukan ini semua karena petunjuk juga dan rahmat dari ALLAH SWT , mungkin
lewat doa dan tangan saya ,saya bisa membantu orang orang yang lagi sakit“( S, 58
Budaya adat pammungkara jodoh ini sudah ada sejak zaman dahulu sampai sekrang .
“saya melakukan ritual pammungkara jodoh karena perintah dari orang tua , dengan
umur 15 tahun orang tua sudah takut anaknya tidak menikah, kita sebagai anak mau
apa lagi selain nurut sm orang tua apa lagi budayata dikampung kalau sudah dilamarmi
sm laki laki tidak boleh menolak klo kita menolak takutnya tinggal jadi perawan tua “
“kalau saya kak dulu tidak tau mau kemana, ikutja sama mamaku , sampaipi disana kak
dirumah sanro baruka natanya bilang mauka mandi, tapi pertama kerumah sanro tidak
langsung dimandi kak, naliat liatki dulu, naliat liatki sipakta setelah itupi 1 minggu
kemudian baruka lagi datang kak kerumahnya dengan membawa persyaratan yang
“ kalau saya kak dulu 1 kalija sudah dimandi , setelah dimandi beberapa bulan
kemudian menikahma juga kak sama pacarku sendiriji juga kak jadi mauka “ (E,16
dan berkata bahwa “sini kak saya ceritakanki masaku dulu waktu dimandika, betul betul
tawwa kak terbuktiki mannassana kalau sudahki dimandi itu kaya tong kak hilang sakitta
,enak dirasa seperti hilang racunta dalam tubuh kak, itu saya mamaku yang suruhka
jadi kubilang tommi samamiki pale pergima kak cerita cerita singkat cerita ini sanro
nabilangika saya bede ini dekat dekatmi jodohku ih tambah semangat orang tuaku kak
disitu bahagiami lagi kuliat jadi saya ini ikutma kak, mamaku bawami sarung, beras,
pisang, amplop seingatku kak banyak itu hari nabawa mamaku kak biar injo pisang kak
dibawakan tong itu sanroa, tapi palla mantodo itu sanroa kak ka itu hari 10 harika sudah
dimandi na adami datang dirumah jalan jalan keluarganya ini suamiku yang liat liatka
waktu itu”(E 16 Tahun 21 April) dan ungkapan informan diatas waktu itu saya
melakukan wawancara kebetulan pada saat itu ada salah seorang tokoh masyarakat
yang membenarkan atau jadi saksi cerita dari informan tersebut bahwasanya memang
adanya setelah dilakukan ritual (mandi) pammungkara jodoh tidak cukup 1 bulan
kemudian adami yang datang melamar pada waktu itu. Dari informan yang lain
mengatakan bahwa :
“ kak kalau saya kak mungkin faktor keturunan, kasaya mamaku cepat menikah kak,
baru kitaumi kalau tidak sekolahki kodong jadi dikasi menikahmiki budayanya juga saya
kak keluargaku kentalki percayai sama sanro saya kak sepupuku biar dari kampong lain
biasaji dibawa kesini bru ditemani kesana sama mamaku, kamamaku kak pallaki sanro
sanro “ (W 16 tahun 21 April 2020) Budaya malu (Siri’) tersebut juga menjadi salah satu
pemicu terjadinya perkawinan di bawah umur, pada remaja yang ketahuan melakukan
hubungan yang melebihi hubungan pertemanan biasa. Pada keluarga yang menjunjung
budaya malu (Siri’) tersebut tidak akan membiarkan anaknya menjadi bahan
pembicaraan masyarakat sekitar karena memiliki pasangan kekakasih yang belum sah,
masalahnya. Seperti yang peneliti amati dalam proses observasi, bahwa beberapa anak
yang masih tergolong masih sangat belia harus mengakhiri masa kanak-kanak mereka
karena harus di kawinkan, meskipun sepasang kekasih ini belum tentu tahu akan
esensi dari perbuatan yang akan menjadi penyelesaian masalah mereka. Tidak jarang
calon pasangan mereka belum di ketahui secara baik oleh orangtuanya karena
perkenalan mereka yang hanya sepintas. Orang tua remaja juga mempunyai rasa
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, alasan pertama remaja menikah
remaja.
Selain itu, Orang tua menikahkan anak yang masih usia belia tidak hanya karena
keadaan ekonomi yang kurang mampu, tetapi rendahnya kesadaran orang tua dan
pengetahuan terhadap pentingnya pendidikan anak pun menjadi salah satu pemicu
berlangsungnya sebuah perkawinan. Dengan pendidikan orang tua yang hanya lulus
sekolah dasar bahkan ada juga yang tidak sekolah sama sekali dengan mudahnya
tua yang kurang mengerti ataupun memahami sebuah perkawinan yang ideal, orang
tua yang hanya lulus sekolah dasar atau tidak sekolah sama sekaliia hanya melihat
anak yang sudah besar sehingga ia berfikir sudah waktunya untuk menikah.
Orang tua menikahkan anak karena mereka kurang mengerti ataupun faham
tentang seluk beluk sebuah perkawinan yang ideal.I a hanya melihat anak sudah besar
atau sudah kelihatan dewasa, ia fikir hal seperti itu sudah cukup untuk melangsungkan
sebuah perkawinan. Begitu juga dengan anak yang hanya lulus sekolah dasar atau
yang masih dalam kondisi belajar baik pada bangku sekolah dasar ataupun pada
bangku sekolah menengah pertama, belum begitu luas tentang pendidikan dan
pengetahuan yang dimiliki, apalagi mengerti ataupun paham sebuah perkawinan yang
ideal.
banyak remaja yang harus putus sekolah dengan alasan menikah bahwa :
“ saya masih ingin menikmati masa remaja saya, masih ingin berkumpul
dengan teman teman saya, masih ingin jalan jalan, dan masih ingin menikmati
masa mudah saya, sayapun belom terlalu bisa berfikir bak baik tetapi karena
saya sudah disuruh menikah sm orang tua jadi saya ikut sja dari pada saya
tidak menikah walau sebenarnya saya belom siap dan tidak mengetahui
“ Saya berhenti sekolah pada kelas 5 menjelang kelas 6, karena orangtua saya
langsung meminta untuk menikah dengan kenalan orang tua saya,saya hanya
menuruti persetujuan orang tua saya meskipun saya tidak mengerti secara baik
tentang apa itu perkawinan ”
(Wawancara, Tanggal 26 april 2020).
Hal ini dibenarkan oleh informan Y yang merupakan salah satu staf desa
perlindungan untuk kelayakan hidup dan perkembangan yang lebih baik untuk
2002 tentang Perlindungan Anak, oleh karena itu di butuhkan pendidikan yang lebih
baik. Esensi pendidikan pada anak akan melahirkan manusia yang memilki pandangan
masa depan lebih, akan tetapi jika harus di kawinkan dini kiranya hal tersebut akan
merusak masa perkembangan yang seharusnya mereka dapatkan dalam usia mereka,
seperti masa kanak-kanak, remaja dan perkembangan masa lainnya, oleh karena harus
merubah status anak-anak menjadi seorang ibu rumah tangga. Hal yang sama tidak
hanya di rasakan oleh peserta didik yang berusia sekolah Dasar (SD) akan tetapi pada
“anak saya salah satu murid yang tidak lanjut sekolah karena saya mohonkan
untuk di kawinkan dengan salah seorang anak dari kenalan saya, intinya di sini
kalau sudah ada kesepakatan oleh kedua orangtua baiknya di kawinkan saja,
bersekolah sampai tamat pun juga ujungnya akan menikah juga. Dan mumpung
ada yang cocok dan bisa menjamin masa depannya, jalan terbaik adalah bermohon
saja ke pengadilan agama karena katanya umurnya yang masih 13 tahun masih di
bilang di bawah umur. Dengan demikian kebutuhanya bisa terpenuhi dari pada harus
sekolah yang harus memikirkan biaya sekolah yang tidak sedikit” (Wawancara,
Tanggal 28 April 2020). Hal yang sama di benarkan oleh S salah satu remaja yang
menikah dini bahwa :
“Saya berhenti sekolah karena orantua saya merasa bahwa menikah adalah
salah satu jalan terbaik. Tetap lanjut sekolah pun juga ujungnya akan menikah
juga .(Wawancara, 28 April 2020).
pendidikan sangat minim di ketahui oleh para orangtua informan, terlihat dari cara
mereka menaggapi arti pendidikan bagi masa depan anaknya. Mereka beranggapan
bahwa menikah sekarang dengan berhenti sekolah juga jalan lebih baik karena pada
“bersekolah sampai tamat pun juga ujungnya akan menikah juga. Dan mumpung
ada yang cocok dan bisa menjamin masa depannya, jalan terbaik adalah
bermohon saja ke pengadilan agama karena katanya umurnya yang masih 13
tahun masih di bilag di bawah umur. Dengan demikian kebutuhanya bisa
terpenuhi dari pada harus sekolah yang harus memikirkan biaya sekolah yang
tidak sedikit” (Wawancara, Tanggal 28 April 2019).
“saya kak tidak ada kutau apa itu dibilang pernikahan dini, apa dibilang
berbahaya pada kehamilan saya kodong dulu kak disuruhka menikah , menikah
tommika itu kodong, sekarangpi itu kak baru kaya pintarmiki semua bergaya ka
ada tommi uang pembeli bedak racikan “ (S, 16 tahun , 28 april 2020 )
“ saya kak dulu katidak adapi kutau apa apa jadi sudahku menikah pernahka hait
kak lama sekali mau hampir 1 bulan mungkin menangisma karna ketakutanka
kak “ (E 15 tahun , 28 April 2020)
maknasebenarnya akan perkawinan itu, serta tidak mengetahui denga benar apakah arti
dari pernikahan dini.Hal ini sesuai yang di ungkap oleh beberapa pelaku pernikahan dini.
menuturkan bahwa :
“Kurang lebih hidup berumah tangga lah, dan kalo pernikahan dini belakangan
mulai tahu bahwa orang tidak boleh menikah kalau umur terlalu muda
( Wawancara 6 April 2019).
memahami bahka mereka menjawab dengan singkatnya dengan kata “ tidak tahu”
Dari beberapa keterangan dan penjelasan di atas bahwa beberapa dari pelaku
maupun orangtua pelaku belum memahami tentang hakikat dari pendidikan, bahkan
mereka tidak mengetahui bahwa menikah pun butuh pendidikan yang baik, agar dapat
memahami akan makna dari sebuah perkawinan. Beberapa orangtua yang peneliti
adakan wawancara hanya memberikan alasan yang singkat akan alasan dia merestui
bahwa tidak mereka tidak memberikan pertimbangan akan arti pernikahan sebelum
menyetujui sang anak untuk memilih untuk menikah. Hal semacam ini juga memberikan
seharusnya, ini perlu penyelesaian agar baik anak maupun orangtua perlu pemahaman
yang baik tentang arti dari pernikahan, tentu hal tersebut dibutuhkan melalui proses
belajar.
4) Hasil Wawancara mendalam tentang ekonomi dalam pernikahan dini pada remaja
Melalui hasil wawancara yang peneliti laksanakan didesa maccini baji kabupaten
jeneponto bahwa latar belakang ekonomi dengan penghasilan yang tidak menentu inilah,
dapat memicu pernikahan dini yang merupakan salah satu solusi dalam memenuhi
kebutuhan keluarga. Orang tua menikahkan anaknya yang masih di bawah umur karena
faktor ekonomi yaitu untuk memenuhi kebutuhan atau kekurangan biaya hidup orang
tuanya. Selain itu orang tua menganggap bahwa dengan menikahkan anaknya yang masih
menyelenggarakan perkawinan yang masih di bawah umur beban keluarga akan berkurang
Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh N yang memberikan penuturan bahwa”
” Saat saya bertemu dengan pasangan saya merasa cocok, dan kebetulan
pasangan saya masih ada ikatan keluarga sama saya, kami berdua pun
berencana untuk menikah,
Peneliti pun menanyakan dampak atau akibat dari pernikahan dini, informan langsung
mengungkapkan bahwa:
“ saya pun tidak berfikir akibat dari menikah di usia muda, yang saya fikirkan itu
yang penting cocok dan dapat memenuhi kebutuhan saya dan keluarga,
terutama kebutuhan sehari-hari, lagian Cara ini juga dapat membantu kebutuhan
sehari-hari keluarga saya, karena saya hanya tinggal bersama nenek”.
(Wawancara,Tanggal 6mei 2020).
Ketika wawancara mengenai pernikahan dini, sang Nenek yang tinggal bersama N pun
“Pekerjaan saya yang hanya sebagai buruh rumput laut kami juga cuman
tinggal berdua, kedua orang tua N sudah lama meninggal, saya juga sudah tua
tidak kuat untuk kerja keras agar kebutuhan sehari hari terpenuhi , sehingga N
saya ijinkan menikah dengan laki-laki yang sudah memiliki pekejaan dan
bertanggung jawab. Perkawinan tersebut juga bisa meringankan beban saya
bahkan bisa menambah kebutuhan sehari-hari.(Wawancara,Tanggal 6mei
2020).
muda. Bahkan dengan alasan menikahkan anaknya, orang tua merasa akan mendapat
keringanan dan tambahan kebutuhan dari pendamping anaknya yang harus tinggal
serumah dengan orang tuanya, karena belum mampunya untuk hidup mandiri.
Menurut selanjutnya alasan ekonomi yang menjadi salah satu alasan, ini pun
turut dirasakan oleh salah satu orang tua yang menjodohkan anaknya pada saat
“Kalau sudah ada jodoh yang cocok dan mampu untuk hidup berumahtangga,
baiknya menikah saja.
Begitu pula yang di tuturkan oleh informan K (warga), yang menyatakan bahwa:
“ Kalau sudah ada jodoh yang cocok dan mampu untuk hidup berumah tangga,
baiknya menikah saja kan?.
Saya kira umur tidak menjadi masalah bagi kami, itu merupakan persoalan
ekonomi saja, kalau laki-lakinya sudah bisa bekerja dan bisa mencukup keluarga
nya, kedua orang tua pun sudah pasti menyetujui untuk menikahkan anaknya.
(Wawancara, Tanggal 8 mei 2020).
“ Bagi keluarga saya, yang pasti siap memikul tanggung jawab terutama
mengenai kebutuhan sehari-hari, umur bukanlah kendala.(Wawancara, Tanggal
8 mei 2020).
bahwa, alasan ekonomi menjadi alasan pendorong beberapa orang tua untuk
menyetujui pernikahan anaknya atau dengan alasan ini orang tua berkesimpulan untuk
menikahkan anaknya yang mereka rasa telah mampu untuk dinikahkan. Hal ini turut
dibenarkan oleh remaja yang merasa bahwa pernikahan merupakan solusi terbaik untuk
masa depan.
“ Persetujuan menikah adalah jalan yang baik, karena sebenarnya saya ingin
tetap bersekolah tapi orangtua saya tidak mampu mencukupi kebutuhan sekolah
dan kebutuhan sehari-hari saya.(A 13 tahun, Tanggal 10 mei 2020).
merupakan alasan yang banyak menjadi alasan beberapa remaja yang menikah dini
pernikahan dini di Kabupaten Jeneponto. Alasan ekonomi menjadi jalan yang ditempuh
oleh beberapa orang tua dan remaja untuk mencari solusi masa depannya, meskipun
hal tersebut belum tentu dapat menyelesaikan masalah. Solusi yang mereka jadikan
jalan tersebut bisa jadi mendatangkan akibat baru dalam kehidupan selanjutnya.
5) Hasil Wawancara mendalam tentang Agama dalam Hal Pammungkara Jodoh terhadap
pemahaman hubungan antara budaya dengan agama tetap tidak bisa dipisahkan
dari pemahaman normatif agama itu sendiri, yaitu agama dalam bentuk larangan
dan perintah. Pemahaman normatif menjadi titik tolak untuk memahami bagaimana
budaya memperkaya nilai normatif dan bagaimana nilai normatif dipraktikkan oleh
“saya sangat menyembah Allah SWT, tidak ada TUhan selain Allah saya melakukan
memandikan orang nak, dengan niat menolong sikamaseangki parangta tau , kupala
battu rate tonji nak , saya nak tidak kusuruh orang datang sama saya, orang sendiri
yang datang sama saya minta bantuan dan saya membantu nak parangta tau, saya
sudah tua dan lamami ini saya kerjakan nak selama ini Alhamdulillah masih diberi
rahmat sama yang diatas, ada semua nak syarat2nya pada saat melakukan ritual
/memandikan nak, tidak sembarangan orang dan tempat ada waktu kususnya ,pada
zaman dulu nak yang melakukan ritual ini adalah orang tuaku dulu biar lagi tidak
dimandiki cepatji menikah ,tapi entah apa kajarian pernah dulu berawal dari
almarhum sepupuku tidak menikah diumur 14 tahun, dimandi sama orang tuaku
waktu itu tidak cukup 10 hari ada yang datang kerumahnya, semua berawal dari situ
sampai saat ini masih diperlakukan itu nak , Alhamdulillah selama ini yang saya
kalau saya doakan nak inysa allah selalu dikabulkan sama allah nak, karena saya
juga sholatku yang 5 waktu tidak pernah saya tinggalkan nak” ( ucap sanro 14 mei
“ bukanji saya sendiri nak yang pergi suruh mandi anakku , banyakji orang kesana
kareng, dosa tomma ituyya kareng tapi bukanja sendiri dosa kanabilang orang tidak
sendirija dan juga itu sanroa anu naminta tonji anu berdoa tonji dalam sholatnya “
( ucap orang tua R ,15 MEI 2020 ), dari ucapan responden diatas kita bisa liat bahwa
rendanya ilmu agama dan pengetahuan tidak ada membuat masyarakat dan orang
tua keliru dalam mengambil keputusan dan salah dalam mengambil contoh , setelah
itu saya bertanya kepada remaja yang belom menikah tetapi sudah melakukan ritual
tapi karena adanya dan banyaknya bukti yang bisa diliat dan kenyataan kak, jadi
akhirnya saya juga percaya makanya kak saya beranikan diri juga untuk datang ,
walau pandemic ini kak kalau adami mau lamarka menikahma jugasayang masih
“ betul tawwa kak tiap ada yang datang kesana tidak lama itu menikahmi kak “ (E 15
namenikah cepat semua dikembalikan saja kepada tiap individu masing masing
yang datang sama orang pintar kalau tidak ada imannya datng kalau yang kuat
imannya mereka akan percaya dan menunggu semua ketentuan dan rezki dari allah
mendengarji ,kalau ada ditanyakanngi biar dalah hal kebaikanji tersinggungji semua
2020 ).
Dari uraian diatas yang peneliti liat bahwa faktor kurangnya ilmu agama dan
Dari beberapa uraian di atas tentang dampak yang akan di timbulkan dengan adanya
perkawinan di bawah umur, maka hal ini perlu menjadi perhatian bagi kaum remaja, jika
ingin menikah muda. Uraian di atas memberikan pertimbangan akan dampak negatif yang
akan timbul selain dari dampak positifnya. Harapan ke depan agar tidak lagi perkawinan di
bawah umur yang berdampak negatif ini menjadi tanggung jawab tidak hanya orangtua
atau diri pribadi remaja saja, akan tetapi lebih baik jika hal tersebut menjadi perhatian kita
Proses pendewasaan diri ini pula harus di hadapi dengan cara yang matang dan
dewasa, agar dapat saling sejalan. Kematangan berfikir ini perlu di pertimbangkan
sehingga penentuan usia untuk menikahpun menjadi hal sangat penting, karena dengan
kematangan usia saja belum tentu dapat berfikir dewasa dalam proses berumah tangga,
apalagi jika pada usia yang seharusnya berada pada tahap pertumbuhan. Perkawinan
dengan usia belia atau di kenal dengan perkawinan di bawah umur ini tentu banyak
meberikan akibat yang dapat di rasakan langsung baik dari pihak keluarga maupun dari
masyarakat sekitar. Pada pasangan belia tidak sedikit memberikan masalah baru sebagai
akibat dari keputusan yang mereka sepakati tersebut baik bagi diri, keluarga maupun
masyarakat sekitarnya. Salah satu yang merupakan dampak yang banyak terjadi pada
perkawinan di bawah umur adalah tingginya angka perceraian. Dengan usia yang masih
belia mengakibatkan kurangnya kedewasaan dalam bersikap serta masih minimnya cara
untuk berfikir dalam menyelesaikan perbedaan pada masing-masing individu, sehingga tak
jarang menimbukan perselihan yang hebat yang harus berimbas pada keputusan
perceraian.
perkawinan usia muda ini banyak sekali yang harus berahir atau gagal. Tidak jarang
beberapa diantara hanya berlangsung dengan waktu yang sagat singkat. Ada yang usia
perkawinan yang mencapai tahunan tp ada beberapa yang hanya terhitung bulan ataupun
minggu.
Hal ini sesuai yang di ungkapkan oleh salah satu informan Y, mengatakan bahwa :
“Usia perkawinan saya hanya 1 tahun, waktu pacaran dia baik sekali, eh,,
setelah kami menikah baru saya tau sikap aslinya suami saya, dia serig mabuk,
main sama cewek di luar”. ”(Wawancara, Tanggal 20 mei 2020).
Pernyataan tersebut di benarkan oleh imam Kelurahan yang sekaligus menjadi tokoh
“Keputusan menikah muda tersebut lah yang menambah daftar masalah dalam
kasus rumah tangga, dan kasus yang paling tidak di inginkan adalah berahirnya
pada perceraian. (Wawancara 20 mei 2020).
Dari beberapa penjelasan tersebut maka dapat di simpulkan bahwa salah satu akibat
yang akan timbul dari perkawinan di bawah umur tersebut adalah masalah perceraian.
Harapan akan perbaikan dari sisi pendidikan ini sesuai dengan di harapkan oleh
informan kunci yang merupakan kepala KUA Kabupaten jeneponto , yang menyatakan
bahwa :
masukan yang baik agar setiap pasangan yang akan menikah mengetahui akan arti serta
tujuan dari perkawinan. Selain calon pengantin orangtua pun sangat penting memberikan
pemahaman yang baik tentang arti, fungsi dan tujuan perkawinan, sebelum sang anak
Setiap perbuatan akan memiliki akibat baik itu bersifat positif ataupun negatif,
begitupula dengan pernikahan, dimana menjadi jalan penyatuan dari dua prinsip atau
pribadi yang berbeda menjadi satu dalam bingkai rumah tangga. Dalam prosesnya akan
melalui serangkaian tahap demi tahap untuk menyesuaikan pribadi satu dengan yang
lainnya. Proses pendewasaan diri ini pula harus di hadapi dengan cara yang matang dan
dewasa, agar dapat saling sejalan. Kematangan berfikir ini perlu di pertimbangkan
sehingga penentuan usia untuk menikahpun menjadi hal sangat penting, karena dengan
kematangan usia saja belum tentu dapat berfikir dewasa dalam proses berumah tangga,
apalagi jika pada usia yang seharusnya berada pada tahap pertumbuhan. Pernikahan
dengan usia belia atau di kenal dengan pernikahan dini ini tentu banyak meberikan akibat
yang dapat di rasakan langsung baik dari pihak keluarga maupun dari masyarakat sekitar.
Pada pasangan belia tidak sedikit memberikan masalah baru sebagai akibat dari keputusan
yang mereka sepakati tersebut baik bagi diri, keluarga maupun masyarakat sekitarnya.
pernikahan dini, maka hal ini perlu menjadi perhatian bagi kaum remaja, jika ingin menikah
muda. Uraian di atas memberikan pertimbngan akan dampak negatif yang akan timbul
selain dari dampak positifnya. Harapan ke depan agar tidak ada lagi pernikahan dini yang
berdampak negatif ini menjadi tanggung jawab tidak hanya orangtua atau diri pribadi
remaja saja, akan tetapi lebih baik jika hal tersebut menjadi perhatian kita bersama.
Dengan demikian aka tercipta keselarasan dalam masyarakat. Seperti beberapa harapan
dari beberapa informan yang kiranya menjadi salah satu solusi kedepannya agar tidak
terjadi dampak setelah menikah, karena tidak adanya kematangan sebelum memutuskan
menikah. Banyak hal yang dapat menjadi bahan pertimbangan yang merupakan salah satu
pendidikan kita perlu mandapat perhatian sehingga setiap perbuatan dapat diketahui
Harapan akan perbaikan dari sisi pendidikan ini sesuai dengan di harapkan oleh
“Solusi terbaik dalam mengatasi pernikahan dini pada remaja ini adalah
perbaiki pendidikan, adanya penyuluhan dampak dari pernikahan dini kepada
anak –anak dan orang tua , adanya pengawasan orang tua dan perlu sekali hal
ini di perhatikan oleh setiap orangtua adalah penanaman ilmu pendidikan agama
yang baik dalam keluarga”( Wawancara 26 mei 2020).
Pernyataan tersebut, pendidikan merupakan salah satu masukan yang baik agar setiap
pasangan yang akan menikah mengetahui akan arti serta tujuan dari perkawinan. Selain
calon pengantin orangtua pun sangat penting memberikan pemahaman yang baik tentang
arti, fungsi dan tujuan perkawinan, sebelum sang anak memutuskan untuk melaksanakan
pernikahan.
F . PEMBAHASAN
1. Faktor budaya
holistis dan sistemis. Konsep memahami diri tersebut memiliki dua aspek
mempercayai bahwasanya jika menolak lamaran dari kaum laki laki maka
anaknya tersebut tidak akan menikah lagi , dari hal tersebut juga menjadi
pemicu dari pernikahan dini dikampung, sebagian juga dari orang tua remaja
sudah merasa panik jika anaknya sudah berumur 15 keatas, mereka sudah
takut anaknya tidak menikah mungkin karena beliau mengambil contoh dari
dirinya karna rata rata zaman dulu mereka umur 13 tahun sudah pada menikah,
minimnya ilmu agama dan kurangnya pengetahuan sehingga mereka juga ingin
cepat menikah.
adanya pernikahan dini, sebenarnya dalam teori tidak ada seperti itu ,tidak ada
ritual dalam pernikahan , tetapi faktanya dikampung ada yang seperti itu
masyarakat lebih mempercayai dukun dari pada seorang ilmuwan , sudah
kehendak dari satu pihak kepada pihak lain untuk maksud mengadakan ikatan
hanya terjadi dalam hubungan muda mudi, akan tetapi juga bisa terjadi karena
1975: 340-341).
menjadi keunikan ataupun ciri khas setiap daerah. Beragam budaya tersebut
terkadang ada beberapa adat atau kebiasaan yang menjadi budaya yang
yang telah di tetapkan oleh pemerintah. Selain itu, budaya malu atau siri’ juga
menjadi budaya yang masih di junjung tinggi oleh beberapa masyarkat yang
anaknya yang masih tergolong di bawah umur, karena mereka tidak ingin
anaknya melakukan hal-hal yang bisa menjadi buah bibir di masyarakat sekitar.
3. Kurang pengetahuan
Orang tua menikahkan anak yang masih usia belia tidak hanya karena keadaan
ekonomi yang kurang mampu, tetapi rendahnya kesadaran orang tua terhadap
sebuah perkawinan. Dengan pendidikan orang tua yang hanya lulus sekolah dasar
bahkan ada juga yang tidak sekolah sama sekali (buta huruf) dengan mudahnya
orang tua yang kurang mengerti ataupun memahami sebuah perkawinan yang ideal,
orang tua yang hanya lulus sekolah dasar atau tidak sekolah sama sekali (buta
huruf) ia hanya melihat anak yang sudah besar sehingga ia berfikir sudah waktunya
untuk menikah. Orang tua menikahkan anak karena mereka kurang mengerti
ataupun faham tentang seluk beluk sebuah perkawinan yang ideal. Ia hanya melihat
anak sudah besar atau sudah kelihatan dewasa, ia fikir hal seperti itu sudah cukup
untuk melangsungkan sebuah perkawinan. Begitu juga dengan anak yang hanya
lulus sekolah dasar atau yang masih dalam kondisi belajar baik pada bangku
sekolah dasar ataupun pada bangku sekolah menengah pertama, belum begitu luas
tentang pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki, apalagi mengerti ataupun faham
sebuah perkawinan yang ideal, sehingga mau untuk dinikahkan karena masih
menuruti sama orang tua, orang tua menginginkan menikahkannya, sebagai seorang
anak tidak menolaknya. Dengan anaknya menikah orang tua merasa senang dan
bahagia. Sebagai seorang anak tidak dapat untuk menolaknya karena ketika
seorang anak tidak mau untuk dinikahkan orang tua merasa kecewa. Ketika seorang
anak ingin melanjutkan sekolah ke SLTP tetapi orang tua tidak mengijinkan dengan
alasan tidak ada biaya atau alasan-alasan yang lainnya. Kebanyakan masyarakat
yang tidak mampu ataupun kurang mampu tetapi karena rendahnya kesadaran
orang tua maupun anak yang tidak memiliki pengetahuan ataupun pengalaman yang
Orang tua tidak begitu memikirkan betapa pentingnya pendidikan bagi anak-
anaknya untuk meraih masa depan yang lebih baik selain menikah. Orang tua yang
hanya lulus sekolah dasar bahkan ada juga yang tidak sekolah (buta huruf), orang
tua jaman dulu yang pemikirannya masih belum maju seperti sekarang ia hanya
merasa senang dan bahagia ketika anaknya ada yang melamarnya, orang tua
merasa lega ketika anaknya sudah menikah dan lain sebagainya, ia tidak berfikir
ketika anaknya menikah masih di bawah umur, dilihat pendidikannya pun hanya
lulus sekolah dasar dan lain sebagainya tetapi ia tetap melangsungkannya. Sebagai
tokoh agama maupun tokoh masyarakat tidak dapat melarang keras bahwa
perkawinan di bawah umur tidak boleh dilaksanakan karena ketika orang tuanya saja
sudah mengijinkan, tidak ada yang bisa dilakukan selain mengijinkannya. Memang
pendidikan sangat penting bagi orang tua maupun anak, karena dengan pendidikan
dan pengetahuan yang luas ia dapat mempertimbangkan kembali apa yang mau
kurang maka ia hanya berfikir pendek. Ia mengira dengan menikahkan anak yang
masih di bawah umur dapat menjadi tenang dan senang karena sudah tidak memiliki
beban lagi, tetapi jika lebih difahami mendalam malah kasihan anak masih di bawah
umur sudah harus menjalankan yang semestinya belum saatnya mereka lakukan
pendidikan ataupun pengetahuan orang tua maupun anak yang terbatas. Orang tua
merupakan panutan bagi anaknya sekaligus sebagai guru yang sangat penting bagi
perkembangan anak. Dengan putusnya dari bangku sekolah bagi anak yang tidak
lagi melanjutkan sekolahnya kejenjang yang lebih tinggi maka anak akan merasa
pernikahan dini didesa maccini baji kabupaten jeneponto faktor ekonomi secara
,orang tua mengabaikan norma - norma dan aturan yang berlaku. Dan salah satu
hasil bumi untuk dikelola. , karena berasal dari keluarga tidak mampu hal ini sesuai
diatas perlu mendapatkan perhatin khusus dari pihak yang terkait termasuk penegak
hukum dan semua lapisan masyarakat yang sadar atas masa depan generasi
bangsa karena praktek tersebut tak luput melibatkan pemuda penerus bangsai ni
karena jika semua melakukan pernikahan dini lantas siapa yang akan menjadi
5. Agama
Ketika agama dilihat dan diperlakukan sebagai kebudayaan, yang terlihat adalah
agama sebagai keyakinan yang ada dan hidup dalam masyarakat manusia, bukan
agama yang terwujud sebagai petunjuk, larangan, dan perintah Tuhan yang ada di
dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad. Agama yang tertuang di dalam dua
teks suci tersebut bersifat sakral dan universal, sedangkan keyakinan keagamaan
yang hidup di masyarakat itu bersifat lokal, yaitu sesuai dengan kondisi, sejarah
jodoh agar cepat menikah dan memang adanya, sebagian masyarakat disana
mempercayai bahwa memang ritual seperti itu ada dan terbukti adanya dan sudah
lama adanya.
tidak bisa dipisahkan dari pemahaman normatif agama itu sendiri, yaitu agama
dalam bentuk larangan dan perintah. Pemahaman normatif menjadi titik tolak untuk
Masyarakat pammisorang desa maccini baji jika diberikan nasihat atau saran
mereka menganggap kita tidak baik , sok pintar dan sok tua untuk memberitahukan
kesalahan mereka, peneliti berharap agar adat yang ada ritual yang ada untuk
segera berakhir, masyarakat tidak lagi membawa anaknya untuk dilakukan
semacam ritual agar anak anak remaja bisa sekolah tinggi dan mempunyai masa
depan yang cerah .
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti uraikan sebelumnya, maka dapat peneliti
simpulkan, bahwa :
1. Hal yang melatar belakangi terjadinya ritual pammungkara jodoh terhadap pernikahan
dini pada remaja di dominasi oleh faktor ekonomi, di mana pendapatan petani belum
mampu sepenuhnya memenuhi kebutuhannya keluarga, kemudian, kurangnya
budaya sehingga faktor Siri’ (malu) menjadi alasan mengapa orang tua mengingingkan
pernikahan dini anaknya ,kurangnya akhlak dan ilmu agama juga mempengaruhi
peningkatan pernikahan dini pada remaja didusun pammisorang desa maccini baji kec
2. Dampak yang akan timbul dengan adanya pernikahan dini, antara lainnya terjadinya
perceraian dini, dimana beberapa diantara pasangan muda hanya menjalani usia
pernikahan yang singkat oleh karena belum matang dalam mengambil keputusan,
sehingga hal yang mungkin masih dapat di perbaiki, akan tetapi para pasangan muda
tersebut memilih untuk berpisah. Dengan keputusan menikah dini serta bercerai muda
ini menambah daftar anak yang harus putus sekolah, selain itu perceraian dari adanya
3. Pencegahan yang dapat disimpulkan dari hasil pertimbangan dari latar belakang serta
akibat yang di timbulkan dari ritual pernikahan dini adalah dengan meningkatkan
keyakinan dan kesadaran kepada masyarakat dan remaja setempat ,dan juga
Mulailah dengan mempelajari cara mengolah kebun yang baik agar hasilnya bisa
mencukupi keseharian, sehingga alasan ekonomi bukan lagi menjadi alasan untuk
memilih menikah muda agar terlepas dari beban tanggung jawab sehari-hari. Kemudian
masa depan yang baik bagi mereka yang menempuhnya. Kemudian perlu adanya
B. Saran
Berpijak pada temuan-temuan tersebut, maka peneliti merumuskan beberapa saran
yang sekira bisa menjadi salah satu yang dapat memberikan tambahan kepada berbagai
pihak, terkait Ritual Pammungkara Jodoh terhadap pernikahan pada remaja ini, sebagai
berikut:
1. Latar belakang terjadinya pernikahan dini pada remaja di kabupaten jeneponto antara
lain ; yang mendominasi adalah faktor ekonomi dimana sebagian masyarakat bekerja
sebagai petani, maka perlu kiranya masyarakat bekerjasama dengan pihak terkait
tentang cara dalam meningkatkan hasil dari pertaniannya untuk meningkatkan ekonomi,
agar hal ini bukan lagi menjadi alasan banyak orangtua yang memilih mengawinkan
anak- anak mereka yang masih remaja. Kemudian anggapan orangtua tentang
pendidikan yang hanya sekedar formalitas semata Perlu kiranya diluruskan bahwasanya
pendidikan penting dalam segala aspek, selain itu faktor lainnya orang tua dan keluarga
sehingga perlu kiranya mengontrol denga siapa serta lingkungan manakah tempat yang
baik untuk di pilih, selanjutnya menjunjung akan budaya memang sangatlah penting
2. Dari beberpa akibat yag terjadi seperti bercerai dini, maka perlu kiranya setiap pasangan
berfikir yang matang dalam mengambil keputusan, agar tidak terjadi akibat lain seperti
DAFTAR PUSTAKA
Afriani, A. (2018). Studi Fenomenologi Persepsi Masyarakat Terhadap Pernikahan Usia Dini Di
Lingkungan Gernas Kelurahan Madatte. J-KESMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(2),
43-57
Arimurti, I., & Nurmala, I. (2018). Analisis Pengetahuan Perempuan Terhadap Perilaku
Melakukan Pernikahan Usia Dini Di Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso. The
Indonesian Journal of Public Health, 12(2), 249-262.
ANAK, BPS Analisis Data Perkawinan Usia. di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2016.
Anam, Khoirul. Analisis al-Maslahah al-Mursalah terhadap program sekolah pra nikah oleh
Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA) di Surabaya. Diss. UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2019.
Barat, Nusa Tenggara. Implementasi Program Pendewasaan Usia Perkawinan (Pup) Badan
Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional (Bkkbn) Dalam Upaya Pencegahan
Pernikahan Dini Studi Di Dp3akb Kabupaten Lombok Timur.
Dwinanda, Aditya Risky, Anisa Catur Wijayanti, and Kusuma Estu Werdani. "Hubungan Antara
Pendidikan Ibu dan Pengetahuan Responden dengan Pernikahan Usia Dini." Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas 10.1 (2017): 76-81.
Fatmawati, F., Sutrisno, S., & Firdhausy, H. S. (2019). Program Informasi Konseling Remaja di
Sekolah dalam Mengatasi Masalah Pernikahan Dini. HIGEIA (Journal of Public Health
Research and Development), 3(1), 135-146.
Gesa, Rabbil Sonya. Tinjauan Yuridis Tentang Perkawinan Anak Di Bawah Umur Dan Akibat
Hukumnya (Studi Kasus di Pengadilan Agama Sukoharjo). Diss. Universitas
Muhammadiyah Surakrta, 2015
Hanum, Y., & Tukiman, T. (2015). Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Alat
Reproduksi Wanita. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera, 13(26).
Hasan, Hamzah. "PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR (Analisis tentang Konsekuensi
Pemidanaan)." Al Daulah: Jurnal Hukum Pidana dan Ketatanegaraan 6.1 (2018): 86-120.
Jannah, Umi Sumbulah Faridatul. "Pernikahan dini dan Implikasinya terhadap kehidupan
keluarga pada masyarakat madura (perspektif hukum dan gender)." EGALITA (2015).
Kementerian Kesehatan. 2015. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.02.02/MENKES/52/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
Lestari, H., Iman Santosa, N., & Priyo H, S. (2018). PRIMA. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Tingginya Pernikahan Dini Pada Wanita Usia Subur (Wus) Di Desa Suntalangu
Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat Tahun 2010-2015, 2.
Mahfudin, Agus, and Khoirotul Waqi'ah. "Pernikahan Dini dan Pengaruhnya terhadap Keluarga
di Kabupaten Sumenep Jawa Timur." Jurnal Hukum Keluarga Islam 1.1 (2016): 33-49.
Mai, J. T. (2019). TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERKAWINAN ANAK DI BAWAH UMUR
DI LIHAT DARI SUDUT PANDANG UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974. LEX
CRIMEN, 8(4).
Muntamah, Ana Latifatul, Dian Latifiani, and Ridwan Arifin. "PERNIKAHAN DINI DI
INDONESIA: FAKTOR DAN PERAN PEMERINTAH (PERSPEKTIF PENEGAKAN DAN
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK)." Widya Yuridika 2.1 (2019): 1-12.
NURNAHARIAH, Nurnahariah; NUGROHO, Djoko; MAWARNI, Atik. Deskripsi Faktor-faktor
Pernikahan Dini pada WUS di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang Tahun
2017. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 2018, 6.5: 222-229.
NISA, Khairun; HASIBUAN, HA Lawali; LUBIS, Zaini Munawir. Aspek Hukum Pencatatan
Perkawinan menurut Hukum Indonesia di Desa Tumpatan Nibung Kecamatan Batang
Kuis Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum, 2019, 4.2: 50-59.
Oktavia, E. R., Agustin, F. R., Magai, N. M., Widyawati, S. A., & Cahyati, W. H. (2018).
Pengetahuan Risiko Pernikahan Dini pada Remaja Umur 13-19 Tahun. HIGEIA (Journal
of Public Health Research and Development), 2(2), 239-248.
Purba, M. B. A. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usia Pernikahan Dini di
Dusun I Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017.
RIDHA, ICHWANTY SABIR. Persepsi Masyarakat tentang Perkawinan di bawah umur di Desa
Ara Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba. Diss. universitas negeri makassar,
2014.
Statistik, Badan Pusat. "Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012." Jakarta:
Badan Pusat Statistik 44 (2013): 122.
YULIVINA, Evita; PERTIWI, Fenti Dewi; AVIANTY, Ichayuen. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pernikahan Dini Pada Pus (Pasangan Usia Subur) Di Kelurahan Pasir
Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Tahun 2018. Promotor, 2018, 1.1.
Hasan, H. (2018). PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR (Analisis tentang Konsekuensi
Pemidanaan). Al Daulah: Jurnal Hukum Pidana dan Ketatanegaraan, 6(1), 86-120
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
DOKUMENTASI