BARAT
Cina
Perekonomian modern yang beorientasi ekspor dari borneo barat yang di pusatkan pada hasil
kekayaan alam maupun pertanian terbentuk pada paruh kedua abad ke 19. Dalam abad ini orang
tionghoa yang menjadi pemeran kunci, sedangkan yang menjadi penanam modal dan kegiatan
masih dikuasai orang barat. Peran orang tionghoa yang konsisten menjadi dasar pada para
pedagan yang datang untuk bertahan dan sedang bertransaksi di borneo barat. Semasa perang
monterado, imigran tionghoa datang ke borneo barat. Antara awal tahun 1856 dan maret 1857,
hanya ada 169 orang tionghoa yang datang ke borneo barat. Pada tahun 1858 yang datang 120
orang tionghoa, kebanyakan dari mereka telah menetap bertahun tahun di Singapura. Pada tahun
1920an para imigran diwajibkan untuk mendapatkan pendapatan yang teratur dan membayar
uang pungutan sebesar 100 gulden, untuk sebelum izin masuk kewilayah keresidenan.
Kedatangan para imigran disebabkan oleh beberapa alasan, yang pertama adalah diundang untuk
menjadi guru di sekolah swasta Tiongkok, dan yang berikutnya alasan kerja yang di sponsori
oleh para calon majikannya. Walaupun populasi orang Tiongkok di Borneo Barat melampaui
angka 100.000 pada tahun 1930, namun pertumbuhannya di tahun tersebut tidak laju seperti
tahun sebelumnya. Pada saat orang Tionghoa menetap di Borneo, mereka tinggal di lingkungan
istana dan kota-kota pelabuhan seperti Sambas dan Sukadana. Merantaunya orang Tionghoa dan
berdiam diberbagai tempat di Borneo Barat namun keterikatan mereka terhadap daerah asalnya
begitu kuat. Kesetiaan terhadap Tiongkok dibuktikan dengan kewajiban mengirimkan upeti
kepada kaisar di Tiongkok sebesar 6% dari jumlah penghasilannya. Golongan masyarakat
tersebut yakni golongan Tionghoa yang taat pada RRC, golongan Tionghoa pro Taiwan serta
golongan Tionghoa yang menyesuaikan diri pada kondisi setempat. Beberapa dekade di tahun
1925, keterampilan para pedagang Tionghoa dalam melakukan hubungan dengan penduduk
pedalaman sangat menguntungkan mereka karena orang Tionghoa sudah menetap bertahun-
tahun lamanya secara berkesinambungan dan berkat mempermudah peminjaman uang kepada
penduduk yang memerlukannya dan menggunakan sistem barter dalam berdagang.
Masyarakat Tionghua telah memberikan sumbangan yang cukup besar untuk perkembangan
ekonomi di Borneo Barat dan bahkan Pemerintah Hindia Belanda, Tiongkok, Jepang, Singapura,
Malaya, dan Negara Eropa. Ternyata peran orang Tionghua di Borneo Barat sangat penting dan
memiliki pengaruh di pemerintahan kolonial Hindia Belanda dan orang-orang Pribumi. Dilihat
daei aktivitas yang dilakukan hampir semuanya dilakukan oleh orang-oramg Tionghua, baik
menjadi kuli tambang, petani, pedagang kecil, maupun pedagang besar.
Dayak
Bugis
Menurut catatan Muntinghe, yang menggambarkan bahwa masyarakat di Borneo Barat dibagi
dalam 3 kelas utama, yakni masyarakat yang pantai yang beragama islam, orang-orang cina dan
orang-orang dayak Muntinghe. Menilai orang-orang Bugis sangat positif, mereka datang sebagai
kolonis yang terdorong jiwa perdagangan. Salah satu fenomena yang menonjol dalam sejarah
migrasi di kepulauan Indonesia adalah perjalanan suku Bugis sejak abad ke-17 yang membangun
koloni-koloni di Kalimanta bagian timur, tenggara, Pontianak, Semenanjung Melayu, khususnya
di barat daya Johor dan wilayah lainnya (Mansyur, 2011;67). Arus perpindahan orang Bugis ke
daerah pesisir kepualuan dapat dikategorikan sebagai exspansion of Bugis trade. Salah satu
dampak dari migrasi Bugis ke daerah Borneo Barat, adalah munculnya jaringn ekonomi orang
Bugis di wilayah itu. Perkembangan ekonomi orang Bugis pada tahun 1930-an tidak terlepas dari
kondisi perekonomian di Hindia Belanda yang memberikan kesempatan kepada swasta untuk
mmbuka perkebunan dalam sistem politik terbuka. Permukiman yang dibangun orang-orang
Bugis tahun1735 hingga tahun 1842an menjadi cikal menuju jaringan perdagangan internasional.
Selain sebagai nelayan yang mencari ikan, diantaranya banyak menjadi petani dengan membuka
lahan perkebunan dan menanam padi, kelapa, dan karet pada akhirnya menjadi komoditas
ekspor. Migrasi bugis diBorneo Barat tersebar diberbagai wilayah seperti Pontianak,
Mempawah, Pemangkat dan berpencar di Daerah lain di Borneo Barat