Anda di halaman 1dari 10

PENELITIAN RAJA-RAJA ISLAM

DI NUSANTARA
Oleh
1. Aluna Calista Gadis Athaillah (04)
2. Amalia Novita Sari (05)
3. Dina Mardliyya Kartika Sari (07)
4. Rizcha Mediana (31)
5. Rizki Anugerah Wibowo (32)
6. Tsamarotunja Ahmad (35)

SMA NEGERI 1 KUDUS


Alamat: Jalan Pramuka 41 Telp. 0291-431368 Kudus Jawa Tengah (59319) Website :
www.sma1kudus.sch.id /E-mail: sma1kds@yahoo.co.id
Tahun 2022

1
PEMBAHASAN

1. Sultan Malik As-saleh (Aluna Calista Gadis A /


mimbarkata.blogspot.com)
Dalam Hikayat Raja-Raja Pasai, disebutkan asal usul penamaan
Kerajaan Samudera Pasai. Syahdan, suatu hari, Meurah Silu melihat seekor semut raksasa
yang berukuran sebesar kucing. Meurah yang kala itu belum memeluk Islam menangkap dan
memakan semut itu. Dia lalu menamakan tempat itu Samandra

Meurah Silu kemudian memutuskan masuk Islam dan berganti nama menjadi Malik al Saleh
atau dikenal dengan sebutan Malik al-Saleh. Menurut legenda masyarakat Aceh, suatu hari
Meurah Silu bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Setelah itu, ia pun memutuskan
masuk Islam.

Malik al-Saleh mulai menduduki takhta Kesultanan Samudera Pasai pada 1267 M. Di bawah
kepemimpinan Malik al-Saleh, Samudera Pasai mulai berkembang. Ia berkuasa selama 29
tahun dan digantikan oleh Sultan Muhammad Malik al-Zahir (1297-1326 M).

Namun, ada juga yang menyebutkan, Malik al-Saleh diangkat menjadi sultan di Kerajaan
Samudera Pasai oleh seorang Laksamana Laut dari Mesir bernama Nazimuddin al-Kamil
setelah berhasil menaklukkan Pasai.

Selain dikenal sebagai pendiri dan raja pertama dari Kesultanan Samudera Pasai, Malik al-
Saleh juga merupakan tokoh penyebar agama Islam di wilayah nusantara dan Asia Tenggara
pada abad ke-13 M. Karena pengaruh kekuasaan yang dimiliki Sultan Malik al-Saleh, Islam
bisa berkembang luas di wilayah nusantara hingga ke negeri-negeri lainnya di kawasan Asia

2
Tenggara.

Menurut Marco Polo, Malik al-Saleh adalah seorang raja yang kuat dan kaya. Ia menikah
dengan putri raja Perlak dan memiliki dua anak. Ketika berkuasa, Malik al-Saleh menerima
kunjungan Marco Polo.
Pada masa pemerintahan Malik al-Saleh, Samudera Pasai memiliki kontribusi yang besar
dalam pengembangan dan penyebaran Islam di Tanah Air. Samudera Pasai banyak
mengirimkan para ulama serta mubaligh untuk menyebarkan agama Islam ke Pulau Jawa.
Selain itu, banyak juga ulama Jawa yang menimba ilmu agama di Pasai. Salah satunya adalah
Syekh Yusuf-seorang sufi dan ulama penyebar Islam di Afrika Selatan yang berasal dari
Makassar.
Kesultanan Samudera Pasai begitu teguh dalam menerapkan agama Islam. Pemerintahannya
bersifat teokrasi (agama) yang berdasarkan ajaran Islam. Tak heran bila kehidupan
masyarakatnya juga begitu kental dengan nuansa agama serta kebudayaan Islam.

3
2. Sultan Hassanudin ( Rizcha Mediana /
https://www.arsy.co.id/2015/07/riwayat-singkat-perjuangan-
sultan.html?m=1 )

Sultan Hasanuddin, (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan,12 Januari


1631 - meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada
umur 39 tahun). Sultan Hasanuddin terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir
Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe.
Setelah naik tahta sebagai sultan, beliau mendapat gelar Sultan Hasanuddin, Tumenanga Ri
Balla Pangkana (yang meninggal di istananya yang indah). atau lebih dikenal dengan Sultan
Hasanuddin. Ia dijuluki e Haantjes van Het Oosten oleh Belanda yang artinya Ayam
Jantan/Jago dari Benua Timur, karena keberaniannya melawan penjajah Belanda.
Sultan Hasanuddin merupakan anak kedua dari Raja Gowa ke-15, I Manuntungi Daeng
Mattola, Karaeng Lakiung yang bergelar Sultan Malikussaid dan ibunya bernama I Sabbe
To'mo Lakuntu yang merupakan Putri bangsawan Laikang.
Sultan Hasanuddin juga mempunyai seorang saudara perempuan yang bernama I Patimang
Daeng Nisaking Karaeng Bonto Je'ne yang kemudian menjadi permaisuri Sultan Bima,
Ambela Abul Chair Sirajuddin.
Sejak kecil Sultan Hasanuddin sudah memperlihatkan jiwa kepemimpinan sebagai seorang
pemimpin masa depan. Kecerdasan dan kerajinan beliau dalam belajar sangat menonjol
dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Pendidikannya di Pusat Pendidikan dan
Pengajaran Islam di Mesjid Bontoala membentuk Hasanuddin menjadi pemuda yang
beragama, rendah hati, jujur dan memiliki semangat perjuangan.

Selain itu, Hasanuddin pandai bergaul. Tidak hanya dalam lingkungan bangsawan istana dan
rakyatnya, tetapi meluas kepada orang asing seperti orang melayu, portugis dan inggris yang
pada saat itu banyak berkunjung ke Makassar untuk berdagang.

4
3.Sultan Iskandar Muda (Rizki Anugerah W //https://tirto.id/gbRr)

Perkasa Alam alias Sultan Iskandar Muda yang bertakhta pada 1607
hingga 1636 Masehi merupakan raja terbesar Kesultanan Aceh
Darussalam. Sejarah mencatat, ia membawa kerajaan bercorak Islam di bagian barat
Nusantara itu menuju masa kejayaan.
Tanggal 27 Desember 1636, Sultan Iskandar Muda wafat dalam usia 43 tahun karena sakit
keras. Sepeninggal Sultan Iskandar Muda, dilansir laman Pemprov Aceh, Kesultanan Aceh
Darussalam mulai melemah
Kejayaan Kesultanan Aceh tidak terlepas dari kekuatan militer yang kuat. Sultan Iskandar
Muda menjadikan Kesultanan Aceh sebagai kerajaan maritim yang sudah dilengkapi dengan
kapal-kapal modern pada masanya. Aceh juga punya pasukan yang amat besar. Selain di
sektor militer, Kesultanan Aceh pada era Sultan Iskandar Muda juga mencapai kejayaan di
berbagai bidang kehidupan lainnya. Dikutip dari buku Aceh Serambi Mekkah (1955) yang
disusun Usman Husein dan kawan-kawan, Kesultanan Aceh kala itu juga menjadi pusat
pendidikan. Sedangkan dari aspek ekonomi, Kesultanan Aceh Darussal memiliki bandar
dagang yang berperan sebagai pelabuhan transaksi kaum saudagar dari berbagai belahan
dunia.

5
4.Sultan Ageng Tirtayasa (Tsamarotunja Ahmad //
https://amp.kompas.com/stori/read/2021/05/04/181948179/sultan-ageng-tirtayasa-asal-usul-
peran-dan-perjuangan )
Sultan Ageng Tirtayasa adalah sultan Banten ke-6 yang
berhasil membawa Kerajaan Banten menuju puncak
kejayaannya.
Sultan Ageng Tirtayasa atau Pangeran Surya berkuasa
antara tahun 1651-1683.
Selama berkuasa, perannya tidak sebatas memajukan Kesultanan Banten.
Raja dari Banten yang gigih menentang VOC adalah Sultan Ageng Tirtayasa.
Berkat kegigihannya dalam membela bangsa Indonesia, ia bahkan dicap sebagai musuh
bebuyutan Belanda.Asal-usul dan keturunan l
Sultan Ageng Tirtayasa adalah putra dari Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad (sultan Banten ke-5)
dan Ratu Martakusuma yang lahir pada 1631.
Kakeknya bernama Sultan Abdulmafakhir Mahmud Abdulkadir atau dikenal sebagai Sultan
Agung, sultan Banten ke-4 yang juga gigih memerangi Belanda.
Setelah ayahnya wafat pada 1650, Sultan Ageng Tirtayasa diangkat oleh kakeknya sebagai
Sultanmuda dengan gelar Pangeran Dipati.
Kemudian setelah kakeknya wafat pada 1651, ia resmi naik takhta menjadi raja Banten ke-6
dengan gelar Sultan Abdul Fattah Al-Mafaqih.
Dari istri-istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa memiliki 18 orang anak.

6
5. Senapati Jinbun (Amalia Novita Sari/05)
https://nasional.okezone.com/read/2022/07/12/337/2627824/raden-
patah-sosok-ulama-pemberani-yang-jadi-raja-pertama-demak
RADEN Patah menjadi pendiri Kesultanan Demak yang konon
berasal dari seorang ibu keturunan Tionghoa. Memiliki nama kecil
Pangeran Jimbun, Raden Patah saat dewasa belajar mengeyam
pendidikan beragam bidang.

Salah satu yang menjadi fokus pembelajaran Raden Patah yakni


pendidikan politik dan kebangsawanan. Ia juga belajar agama di Ampel Denta,
pondok pesantren yang didirikan Sunan Ampel.Konon semasa belajar di Ampel
Denta inilah jaringan dan pertemanan Raden Patah meluas. Bahkan dikutip dari
buku "Hitam Putih Kesultanan Demak : Sejarah Kerajaan Islam Pertama di Jawa
dari Kejayaan Hingga Keruntuhan" tulisan Fery Taufiq, ia berkenalan dengan
saudagar kaya utusan Cina Laksamana Cheng Ho atau yang dikenal juga dengan
Dampo Awang atau Sam Poo Tai Jin. Cheng Ho ini juga merupakan panglima
muslim yang berkawan dengan Raden Patah.

Semasa di Ampel Denta, ia belajar agama Islam dengan beberapa pemuda


lainnya seperti Raden Paku yang kelak menjadi Sunan Giri, Makhdum Ibrahim
yang kelak menjadi Sunan Bonang, dan Raden Kosim atau Sunan Drajat. Setelah
dianggap lulus, Raden Patah dipercaya menjadi ulama dan membuat permukiman
di Bintara.

Ia lantas diiringi oleh Sunan Palembang dan Arya Dillah dengan 200 tentaranya.
Selama di Bintara inilah Raden Patah memusatkan kegiatannya di daerah
tersebut. Beberapa kajian keagamaan juga dilaksanakan di lokasi tersebut, hingga
akhirnya Raden Patah mendirikan pondok pesantren.Penyiaran agama
dilaksanakan sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Perlahan-lahan
daerah Bintara ini menjadi ramai, bahkan menjadi pusat keramaian dan
perniagaan. Dari sanalah akhirnya dikisahkan para penyebar agama Islam di
Pulau Jawa Walisongo merencanakan sebagai pusat kerajaan Islam pertama di
Pulau Jawa.Raden Patah pun diangkat menjadi raja pertama di Kesultanan
Demak pada 1478 hingga 1518 Masehi. Selama Raden Patah berkuasa inilah

7
pengaruh Islam mulai tersebar luas. Dibantu Walisongo, pengembangan Islam
begitu cepat

Hal ini diperkuat dengan sosok Raden Patah yang juga ulama dengan
menerapkan musyawarah dan kerja sama melibatkan ulama dan pemerintahan
Demak. Keberhasilan Raden Patah dalam memperluas wilayah kekuasaan
Demak dapat dilihat dari penaklukan Girindra Wardhana saat menjadi raja di
Majapahit, pada tahun 1478 M.Selain itu Raden Patah mengadakan perlawanan
terhadap penjajahan bangsa Portugis, yang telah menduduki Selat Malaka dan
ingin mengganggu Kesultanan Demak. Ia mengutus para pasukan di bawah
pimpinan putranya Pati Unus atau Adipati Yunus yang juga disebut Pangeran
Sabrang Lor menyerang Portugis, meski akhirnya gagal.

6.Sultan Agung Hanyokrokusumo (Dina Marlddlyyia Kartika S /07)


https://kebudayaan.jogjakota.go.id/page/index/sulta
Sultan Agung Hanyokrokusumo (1593 - 1645) adalah
raja Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun
1613-1645. Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika,
atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas
Rangsang. Sultan Agung merupakan putra dari
pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi
Dyah Banowati. Sultan Agung naik takhta pada tahun
1613 dalam usia 20 tahun.

Sultan Agung dikenal sebagai salah satu raja yang berhasil membawa kerajaan
Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada 1627, tepatnya setelah empat
belas tahun Sultan Agung memimpin kerajaan Mataram Islam. Pada masa
pemerintahan Sultan Agung daerah pesisir seperi Surabaya dan Madura berhasil
ditaklukan. Pada kurun waktu 1613 sampai 1645 wilayah kekuasaan Mataram
Islam meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat. Kehadiran
Sultan Agung sebagai penguasa tertinggi, membawa Kerajaan Mataram Islam
kepada peradaban kebudayaan pada tingkat yeng lebih tinggi. Sultan Agung
memiliki berbagai keahlian baik dalam bidang militer, politik, ekonomi, sosial
dan budaya,yang menjadikan peradaban kerajaan Mataram pada tingkat yang
8
lebih tinggi. Sultan Agung merupakan penguasa lokal pertama yang secara
besar-besaran melakukan perlawanan dengan Belanda yang kala itu hadir lewat
kongsi dagang VOC (Vereenigde Ooos Indische Compagnie). Perlawanan Sultan
Agung terhadap VOC di Batavia dilakukan pada tahun 1628 dan 1629.
Perlawanan tersebut disebabkan karena Sulan Agung menyadari bahwa
kehadiran VOC di Batavia dapat membahayakan hegemoni kekuasaan Mataram
Islam di Pulau Jawa. Kekuasaan Mataram Islam pada waktu itu meliputi hampir
seluruh Jawa dari Pasuruan sampai Cirebon. Sementara itu VOC telah menguasai
beberapa wilayah seperti di Batavia. Selain itu, kehadiran VOC akan
menghambat penyebaran agama Islam di Jawa yang dilakukan Sultan Agung.
Sultan Agung memiliki prinsip untuk tidak penah bersedia berkompromi dengan
VOC maupun penjajah lainnya. Namun serangan Mataram Islam terhadap VOC
yang berkedudukan di Batavia mengalami kegagalan disebabkan tentara VOC
membakar lumbung persediaan makanan pasukan kerajaan Mataram Islam pada
saat itu.
Di samping dalam bidang politik dan militer, Sulan Agung juga mencurahkan
perhatiannya pada bidang ekonomi dan kebudayaan. Upaya yang dilakukan
Sultan Agung antara lain memindahkan penduduk Jawa Tengah ke Karawang,
Jawa Barat, di mana terdapat sawah dan ladang yang luas dan subur. Sultan
Agung juga meneruskan pendahulunya untuk meletakan dasar perkembangan
Mataram Islam dengan memberikan pengajaran dan pendidikan kepada rakyat
Mataram Islam sehingga pada masa pemerintahannya, menempatkan ulama
dengan kedudukan terhormat, yaitu sebagai pejabat anggota Dewan Parampara
(Penasihat tinggi kerajaan). Disampning itu dalam struktur pemerintahan
kerajaan didirikan Lembaga Mahkamah Agama Islam, dan gela raja-raja di
Mataram Islam meliputi raja Pandita, artinya disamping sebagai penguasa, raja
juga sebagai kepala pemerintahan dan kepala agama (Islam)

Selain itu Sultan Agung juga berusaha menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan


Indonesia asli dengan Hindu dan Islam. Misalnya grebeg disesuaikan dengan hari
raya Idul Fitri dan kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang saat ini dikenal
sebagai garebeg Puasa dan Grebeg Maulud. Selain itu Sultan Agung juga
mengenalkan penanggalan tahun saka dan kitab filsafat Sastra Gendhing. Adapun
keberhasilan Sultan Agung dalam bdang kebudayaan yaitu dapat mengubah
perhitungan peredaran Matahari ke perhitungan peredaran bulan, sehingga
dianggap telah menuliskan tinta emas pada masa pemerintahannya. Berkat usaha

9
yang dilakukan oleh Sultan Agung dalam memajukan agama dan kebudayaan
Islam, ia memperoleh gelar Susuhunan (Sunan) yang selama ini diberikan kepada
Wali.

10

Anda mungkin juga menyukai