Anda di halaman 1dari 12

PERTEMPURAN

SURABAYA
SEJARAH INDONESIA
ANAK AGUNG GEDE KRISNA A.
CANTIA TARIZKA PRADINA
WIRASET YA
HUSNIATI AULIA PUTRI
R AYH A N FA JA R S AT R I O
SEKAR KHOIRI NISMARA

A N G G O TA K E L O M P O K
1
KEDATANGAN PASUKAN SEKUTU DI
SURABAYA
Pada tanggal 25 Oktober 1945, pasukan Sekutu dari Brigade 49 di bawah
pimpinan Brigadir Jendral A. W. S Mallaby mendarat di Surabaya. Mereka
mendapat tugas dari panglima AFNEI untuk melucuti serdadu Jepang dan
menyelamatkan para interniran Sekutu.
Pemimpin pasukan Sekutu menemui R. M. Suryo (pemegang pemerintahan
Indonesia di Jawa Timur). Namun pemerintah Indonesia di Jawa Timur merasa
enggan menerima kedatangan mereka. Setelah diadakan pertemuan antara wakil
pemerintah Republik Indonesia dengan Brigadir Jendral A. W. S. Mallaby, disepakati
hal-hal sebagai berikut.
2
HASIL KESEPAKATAN
Inggris berjanji bahwa pada tantara mereka tidak terdapat angkatan perang
Belanda.
Mereka menyetujui kerja sama kedua belah pihak untuk menjamin keamanan
dan ketentraman.
Mereka segera membentuk kontak biro agar kerja sama dapat terlaksana
sebaik-baiknya.
Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang.
3
PENGINGKARAN JANJI
Karena telah ada kesepakatan, pihak Republik Indonesia memperkenankan
tentara Inggris memasuki kota dengan syarat hanya boleh menduduki objek-
objek yang sesuai dengan tugasnya, seperti kamp-kamp tawanan.
Namun dalam perkembangan berikutnya, pihak Inggris mengingkari
janjinya. Pada tanggal 26 Oktober 1945, satu pleton field security section di
bawah pimpinan Kapten Shaw melakukan penyerangan ke Penjara Kalisosok
untuk membebaskan Kolonel Huiyer (seorang Kolonel Angkatan Laut Belanda)
bersama kawan-kawannya.
Tindakan Inggris dilanjutkan dengan menduduki Pangkalan Udara
Morokrembangan, Pelabuhan Tanjung Perak, Kantor Pos Besar, Gedung Bank
Internasional, dan objek vital lainnya.
Pada tanggal 27 Oktober 1945, pukul 11.00 pesawat terbang Inggris
menyebarkan pamflet-pamflet. Pamflet tersebut berisi perintah agar rakyat
Surabaya menyerahkan senjata yang dirampasnya dari tangan Jepang. Pemerintah
Republik Indonesia berusaha menanyakan hal itu kepada Brigadir Jenderal A. W. S
Mallaby, tetapi ia mengakui mengetahui tentang pamflet tersebut. Sikap itu
menghilangkan kepercayaan pemerintah Republik Indonesia kepadanya.
4
TERJADINYA KONTAK SENJATA
Pada tanggal 27 Oktober 1945 terjadi kontak senjata yang pertama antara
para pemuda dengan pihak Inggris. Kontak senjata itu meluas, sehingga terjadi
pertempuran antara Indonesia dengan Inggris pada tanggal 28, 29, dan 30
Oktober 1945.
Beberapa objek vital berhasil direbut kembali oleh para pemuda. Bahkan
pemimpin pasukan Sekutu Brigadir Jenderal A. W. S. Mallaby berhasil ditawan oleh
para pemuda. Melihat kenyataan seperti itu, komandan pasukan sekutu
menghubungi Presiden Soekarno untuk mendamaikan perselisihan antara pemuda
dengan pasukan Inggris di sana.
5
MENGATASI PERSELISIHAN
Pada tanggal 30 Oktober 1945, Presiden Soekarno, Hatta, dan Amir
Syarifuddin datang ke Surabaya untuk mendamaikan perselisihan itu. Perdamaian
berhasil dicapai, tetapi setelah sekembalinya Soekarno dan rombongan ke Jakarta,
pertempuran kembali terjadi dan menewaskan Jenderal A. W. S Mallaby. Pasukan
Inggris nyaris hancur, kemudian mereka meminta bantuan dari Devisi V di bawah
pimpinan Mayor Jenderal Mansergh dengan kekuatan 24.000 orang.
6
ULTIMATUM 9 NOVEMBER 1945
Pada tanggal 9 November 1945, Inggris mengeluarkan ultimatum yang
berisi ancaman akan menggempur kota Surabaya apabila orang-orang Indonesia
tidak menaati perintah Inggris. Mereka juga mengeluarkan instruksi yang isinya
bahwa semua pimpinan bangsa Indonesia dan para pemuda di Surabaya harus
datang selambat-lambatnya tanggal 10 November 1945, pukul 06.00 pagi, pada
tempat yang telah ditentukan. Mereka diharuskan datang dengan tangan di atas
kepala, dan kemudian menandatangani dokumen yang tersedia sebagai tanda
menyerah tanpa syarat.
Ultimatum yang dikeluarkan oleh Inggris ditolak oleh pihak Indonesia
dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri, dan Tentara
Keamanan Rakyat (TKR) juga telah dibentuk sebagai pasukan negara. Selain itu,
banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah dibentuk untuk menentang
masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran tentara
Inggris di Indonesia.
7
PERTEMPURAN SURABAYA
Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan
berskala besar, yang diawali dengan bom udara ke gedung-gedung pemerintahan
Surabaya, dan kemudian mengerahkan sekitar 30.000 infanteri, sejumlah pesawat
terbang, tank, dan kapal perang. Berbagai bagian kota Surabaya kemudian
dibombardir dan ditembaki dengan meriam dari laut dan darat.
Pelopor pejuang muda yaitu Bung Tomo yang berpengaruh besar di
masyarakat terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya
sehingga perlawanan terus berlanjut di tengah serangan skala besar Inggris.
Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak
terkoordinasi, makin hari menjadi makin teratur. Pertempuran skala besar ini
mencapai waktu sampai tiga minggu, sebelum seluruh kota Surabaya akhirnya
jatuh di tangan pihak Inggris.
Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa
tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk
mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang
gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian
dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang.

Anda mungkin juga menyukai