Anda di halaman 1dari 28

Logika

Matematika
Bhanu Widyadhana
Cantia Tarizka Pradina Wirasetya
Muhammad Hafizh Ramadhan
Muhammad Zus’an Arientaka

Kelompok 1
XI MIPA 5
Kalimat
Deklaratif
Kalimat deklaratif atau kalimat terbuka adalah sebuah kalimat yang di dalamnya
terkandung nilai-nilai yang dapat dinyatakan 'benar' atau 'salah' namun kalimat tersebut
tidak bisa memiliki kedua-duanya (salah dan benar).
Biasanya dituliskan menggunakan huruf kecil, seperti p, q, dan r.

Contoh:
p : Pizza adalah makanan khas Italia. (B)
q : 900 – 200 = 500 (S)
Kalimat
Terbuka
Kalimat terbuka adalah sebuah kalimat yang memiliki variabel yang menyebabkan
kebenarannya relative. Kalimat terbuka dapat diubah menjadi pernyataan dengan
mengubah variabel menjadi konstanta.
Contoh:
p : x +5 = 7
Kalimat terbuka yang dibuat menjadi tertutup:
p:2+5=7 (B)
q:3+5=7 (S)
Negasi
(Ingkaran)
Negasi (ingkaran) suatu pernyataan adalah suatu pernyataan baru yang dibentuk dari
suatu pernyataan awal sehingga nilai kebenarannya berubah.
Negasi p dinyatakan dengan ” ∼p”.
Cara sederhana yang biasa dilakukan untuk mendapatkan ingkaran suatu pernyataan
adalah menambahkan kata “bukan” atau “tidak benar” pada kalimat.
Contoh:
p : Jakarta ibukota Indonesia. (B)
∼p : Jakarta bukan ibukota Indonesia. (S)
∼p : Tidak benar bahwa Jakarta ibukota Indonesia. (S)
Konjungsi

Adalah dua buah pernyataan dapat digabungkan dengan menggunakan simbol (∧) yang dapat
diartikan sebagai ‘dan’.
p q p∧q
Contoh :
B B B
1) p : 100 + 500 = 800 (S)
B S S
q : 4 adalah faktor dari 12. (B) S B S
p ∧ q : 100 + 500 = 800 dan 4 adalah faktor dari 12. (S) S S S
2) p : Pulau Bali dikenal sebagai Pulau Dewata. (B)
q : 625 adalah bilangan kuadrat. (B)
p ∧ q : Pulau Bali dikenal sebagai Pulau Dewata dan 625 adalah bilangan kuadrat. (B)
Disjungsi

Adalah 2 pernyataan yang digabungkan dengan simbol “V” dan dibaca “atau”.
Contoh:
p q pVq
1) p : 29 adalah bilangan prima. (B)
B B B
q : Bandung adalah ibu kota Provinsi Jawa Barat. (B)
B S B
p V q : 29 adalah bilangan prima atau Bandung adalah ibu kota S B B
Provinsi Jawa Barat. (B) S S S
2) p : Dua garis yang sejajar mempunyai titik potong.(S)
q : -3 adalah bilangan cacah. (S)
p V q : Dua garis yang sejajar mempunyai titik potong atau -3 adalah bilangan cacah. (S)
Negasi
Konjungsi
∼(p ∧ q) ≡ ∼p ∨ ∼q

p q ∼p ∼q p∧q ∼(p ∧ q) ∼p ∨ ∼q
p : Zus’an bertubuh kurus. (B) B B S S B S S
q : Zus’an berkulit cerah. (B) B S S B S B B
S B B S S B B
S S B B S B B
Sehingga, negasi dari konjungsinya adalah
∼(p ∧ q) : Zus’an tidak bertubuh kurus atau tidak berkulit cerah. (S)
∼p ∨ ∼q : Zus’an tidak bertubuh kurus atau tidak berkulit cerah. (S)
Negasi
Konjungsi
Contoh lain:
Diketahui,
p : Pak Mahsan membeli sapu. (B)
q : Bang Dayat menjual cilok. (B)
Maka,
∼(p ∧ q) : Pak Mahsan tidak membeli sapu atau Bang Dayat tidak menjual cilok.
Negasi Konjungsi di atas bernilai SALAH
Negasi
Konjungsi
Contoh lain
Diketahui,
p : 7 adalah bilangan prima. (B)
q : 7 adalah bilangan ganjil. (B)
Maka,
∼(p ∧ q) : 7 bukan bilangan prima atau 7 bukan bilangan ganjil.
Negasi Konjungsi di atas bernilai SALAH
Negasi
Disjungsi
∼(p ∨ q) ≡ ∼p ∧ ∼q

p q ∼p ∼q p∨q ∼(p ∨ q) ∼p ∧ ∼q
p : Bhanu suka matematika. (B) B B S S B S S
q : Bhanu suka olahraga. (B) B S S B B S S
S B B S B S S
S S B B S B B
Sehingga, negasi disjungsinya adalah
∼(p ∨ q) : Bhanu tidak suka matematika dan tidak suka olahraga. (S)
∼p ∧ ∼q : Bhanu tidak suka matematika dan tidak suka olahraga. (S)
Negasi
Disjungsi

Contoh lain
Diketahui,
p : Tariz ingin memiliki satu pacar.
q : Tariz tidak ingin memiliki selingkuhan.
Maka,
∼(p ∨ q) : Tariz tidak ingin memiliki satu pacar dan ingin memiliki selingkuhan.
Implikasi

p⇒q
Dibaca “jika p maka q”
“p” disebut anteseden sedangkan komponen “q” disebut konsekuensi. Implikasi akan
salah jika anteseden benar dan konsekuensi bernilai salah.
p : Hiu adalah karnivora. p q p⇒q
B B B
q : Hiu adalah pemakan daging.
B S S
Maka, implikasi dari pernyataan di atas adalah
S B B
p ⇒ q : Jika hiu adalah karnivora maka hiu adalah pemakan daging.
S S B
Implikasi di atas bernilai BENAR.
Implikasi

Contohnya apa lagi?


Tentukan nilai kebenaran dari beberapa implikasi berikut:
a) Jika Medan ibukota Sumatera Utara, maka 5 adalah bilangan genap
b) Jika 6 - 1 = 5, maka 5 adalah bilangan prima
c) Jika 3 hanya habis dibagi 1 dan 3, maka 3 termasuk bilangan prima

Pembahasan :
a) p ⇒ q adalah B ⇒ S → implikasi bernilai salah
b) p ⇒ q adalah B ⇒ B → implikasi bernilai benar
c) p ⇒ q adalah B ⇒ B → implikasi bernilai benar
Negasi
Implikasi
Jika implikasi dari pernyataan p dan q dinyatakan dengan p ⇒ q, maka negasi atau ingkaran
dari implikasi dapat dinyatakan dengan ∼(p ⇒ q).

p q ∼p ∼q p⇒q ∼(p ⇒ q). p ∧ ∼q


B B S S B S S
B S S B S B B
S B B S B S S
S S B B B S S

∼(p ⇒ q) ≡ p ∧ ∼q
Negasi
Implikasi
Contoh soalnya?
TENTUKAN NEGASI IMPLIKASI DARI PERNYATAAN BERIKUT!
1) Jika 9 adalah bilangan ganjil, maka 8 adalah bilangan genap
Maka negasinya adalah 9 adalah bilangan ganjil dan 8 bukan bilangan genap
2) Jika x = 3 maka x² = 9
Maka negasinya adalah x = 3 dan x² ≠ 9
3) Jika 3 adalah faktor dari 6, maka 6 habis dibagi 2
Maka negasinya adalah 3 adalah faktor dari 6 dan 6 tidak habis dibagi 2
Konvers, Invers,
Intraposisi
Konvers adalah balikan dari pernyataan implikasi.
Invers adalah negasi dari pernyataan implikasi.
Kontraposisi adalah balikan dan negasi dari pernyataan implikasi.
Dari implikasi p ⇒ q (dibaca : jika p maka q) dapat dibuat pernyataan:
Konvers : q ⇒ p
Invers : ∼p ⇒ ∼q
Kontraposisi : ∼q ⇒ ∼p
Konvers, Invers,
Intraposisi
Contoh :
Buatlah kalimat berikut menjadi pernyataan konvers, invers, dan kontraposisi.
p ⇒ q : Jika Messi diturunkan, maka Barcelona menang.
Jawab :
Konvers : Jika Barcelona menang, maka Messi diturunkan.
Invers : Jika Messi tidak diturunkan, maka Barcelona tidak menang.
Kontraposisi : Jika Barcelona tidak menang, maka Messi tidak diturunkan.
Bi-implikasi

Bi-implikasi adalah kalimat majemuk yang bersyarat ganda.


Pernyataan biimplikasi dilambangkan dengan ↔ yang dibaca “jika hanya jika”

p q p↔q
Contoh:
B B B
1) 20 + 7 = 27 jika dan hanya jika 27 bukan bilangan prima. B S S
(p) = B, (q) = B. Jadi, (p ↔ q) = B. S B S
2) 2 + 5 = 7 jika dan hanya jika 7 adalah bilangan genap. S S b

(p) = B, (q) = S. Jadi, (p ↔ q) = S.


Equivalensi

Equivalensi adalah dua atau lebih pernyataan majemuk yang mempunyai nilai kebenaran
sama, dan dilambangkan dengan “≡”.
Contoh:
Tunjukkan bahwa ∼(p ∨ q) ≡ (∼p ∧ ∼q)
Cara menyelesaikannya adalah menggunakan tabel kebenarannya.
p q ∼p ∼q p∨q ∼(p ∨ q) (∼p ∧ ∼q)
B B S S B S S
B S S B B S S
S B B S B S S
S S B B S B B
Tautologi

Tautologi adalah sebuah pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar untuk semua
kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan komponennya. Dengan kata lain,
Tautologi adalah pernyataan majemuk yang nilai kebenarannya selalu benar (т = B B B B).
Contohnya, buktikan bahwa [(p ⇒ q) ∧ p] ⇒ q adalah tautologi.
Cara menyelesaikannya adalah membuat tabel kebenarannya
p q p⇒q (p ⇒ q) ∧ p [(p ⇒ q) ∧ p] ⇒ q
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B
Kontradiksi

Kontradiksi adalah kebalikan dari tautologi yaitu suatu bentuk pernyataan yang hanya
mempunyai contoh substansi yang salah, atau sebuah pernyataan majemuk yang salah
dalam segala hal tanpa memandang nilai kebenaran dari komponen-komponennya.
Contoh:
Buktikan bahwa (a ∧ ∼a) adalah kontradiksi.
Cara menyelesaikannya adalah dengan tabel kebenaran.

a ∼a (a ∧ ∼a)
B S S
S B S
Pernyataan
Berkuantor
Adalah suatu pernyataan yang menyatakan berapa banyak dapat dipakai untuk mengubah
kalimat terbuka menjadi kalimat tertutup atau pernyataan.
1. Kuantor universal: menggunakan kata-kata semua, setiap (ꓯ) dibaca untuk setiap atau
setiap, untuk semua, atau semua
2. Kuantor eksistensial: menggunakan kata-kata ada, terdapat, beberapa (minimal satu) (Ǝ)
Contoh :
p : semua burung pandai terbang (S)
∼p : tidak semua burung pandai terbang (B)
∼p : ada burung yang tidak pandai terbang (B)
Pernyataan
Berkuantor
Contoh?
1) p: Ada pohon manga yang berbuah jeruk. (S)
∼p: Tidak ada pohon mangga yang berbuah jeruk. (B)
∼p: Semua pohon manga tidak berbuah jeruk. (B)
2) ∼q: ∼(Ǝ x Є A . (𝑥 2 = 1))
dibaca: tidak ada bil asli x, sehingga berlaku 𝑥 2 =1
atau : setiap bil asli x, 𝑥 2 ≠ 1 dan ditulis ꓯ x Є A . 𝑥 2 ≠1
jadi ∼(Ǝ x Є A . 𝑥 2 =1) ≡ ꓯ Є A . 𝑥 2 ≠ 1
Penarikan
Kesimpulan
a) Modus Ponens
Dari suatu implikasi yang bernilai benar, diketahui benarnya anteseden maka dapat
disimpulkan benarnya konsekuen.
Premis 1: p ⇒ q
Premis 2: p
p q p⇒q
Kesimpulan: q
B B B
Contoh
Premis 1: Jika ayah pulang maka kakak senang.
Premis 2: Ayah datang.
Kesimpulan: Kakak senang.
Penarikan
Kesimpulan
b) Modus Tollens
Dari suatu implikasi yang bernilai benar, diketahui salahnya konsekuen, maka dapat
disimpulkan salahnya anteseden.
Premis 1: p ⇒ q
p q p⇒q
Premis 2: ∼q
S S B
Kesimpulan: ∼p
Contoh
Premis 1: Jika Anto rajin belajar, maka ia dapat ranking.
Premis 2: Anto tidak dapat ranking.
Kesimpulan: Anto tidak rajin belajar.
Penarikan
Kesimpulan
c) Silogisme
Premis 1: p⇒q
Premis 2: q⇒r
Kesimpulan: p ⇒ r
Premis 1: Jika Budi rajin belajar, maka nilai rapornya bagus.
Premis 2: Jika nilai rapornya bagus, maka ia naik kelas.
Kesimpulan: Jika Budi rajin belajar, maka ia naik kelas.
Penarikan
Kesimpulan
Untuk membuktikan keabsyahan suatu argumen pada umumnya menggunakan tabel
kebenaran. Argumen dikatakan sah jika merupakan suatu tautologi.
p ⇒ ∼q
q ((p ⇒ ∼q) ∧ q) ⇒ p
p
p q ∼q p ⇒ ∼q (p ⇒ ∼q) ∧ q) ((p ⇒ ∼q) ∧ q) ⇒ p
B B S S S B Tidak sah
karena
B S B B S B bukan
S B S B B S tautologi.
S S B B S B
TERIMA
KASIH

Bye-bye!

Anda mungkin juga menyukai