Anda di halaman 1dari 7

LOGIKA MATEMATIKA KELAS XI

A. Biimplikasi
Biimplikasi atau bikondisional adalah pernyataan majemuk dari dua pernyataan p dan q yang
dinotasikan dengan p ⇔ q yang bernilai sama dengan (p ⇒ q) ∧ (q ⇒ p) sehingga dapat dibaca: "p
jika dan hanya jika q" atau "p bila dan hanya bila q."
Tabel kebenaran dari p ⇔ q adalah:
p q p⇒q q⇒p p ⇔ q ≡ (p ⇒ q) ∧ (q ⇒ p)
B B B B B
B S S B S
S B B S S
S S B B B

Dengan demikian jelaslah bahwa biimplikasi dua pernyataan p dan q hanya akan bernilai benar jika
kedua pernyataan tunggalnya bernilai sama, yaitu keduanya bernilai salah atau keduanya bernilai
benar.
Beberapa contoh biimplikasi yang bernilai benar adalah:
1. Suatu segitiga adalah segitiga siku-siku jika dan hanya jika luas persegi pada hipotenusanya sama
dengan jumlah luas dari persegi-persegi pada kedua sisi yang lain.
2. Suatu segitiga adalah segitiga sama sisi bila dan hanya bila ketiga sisinya sama.

B. Ingkaran Atau Negasi Pernyataan Majemuk


Berikut ini adalah pembahasan tentang negasi pernyataan majemuk, yaitu negasi suatu konjungsi,
disjungsi, implikasi, dan biimplikasi

1. Negasi Suatu Konjungsi


Karena suatu konjungsi p ∧ q akan bernilai benar hanya jika kedua komponennya bernilai benar.
Maka negasi suatu konjungsi p ∧ q adalah ~p ∨ ~q; sebagaimana ditunjukkan tabel kebenaran
berikut:
p q p∧q ~p ~q ~p ∨ ~q
B B B S S S
B S S S B B
S B S B S B
S S S B B B

2. Negasi Suatu Disjungsi


Negasi suatu disjungsi p ∨ q adalah ~p ∧ ~q sebagaimana ditunjukkan tabel kebenaran berikut:

p q p∨q ~p ~q ~p ∧ ~q
B B B S S S
B S B S B S
S B B B S S
S S S B B B

3. Negasi Suatu Implikasi


Negasi suatu implikasi p ⇒ q adalah p∧~q seperti ditunjukkan tabel kebenaran berikut ini:

p q ~q p⇒q p∧~q
B B S B S
B S B S B
S B S B S
S S B B S
Dengan demikian, p ⇒ q ≡ ~[~ (p ⇒ q)] ≡ ~( p ∧ ~q) ≡ ~p ∨ q

4. Negasi Suatu Biimplikasi


Karena biimplikasi atau bikondisional p ⇔ q ekuivalen dengan (p ⇒ q) ∧ (q ⇒ p); sehingga:
~ (p ⇔ q) ≡ ~[(p ⇒ q) ∧ (q ⇒ p)]
≡ ~[(~p ∨ q) ∧ (~q ∨ p)]
≡ ~(~p ∨ q) ∨ ~(~q ∨ p)]
≡ (p ∧ ~q) ∨ (q ∧ ~p)
Tabel kebenaran dari suatu negasi, konjungsi, disjungsi, implikasi, dan biimplikasi di atas merupakan
dasar dalam mencari nilai kebenaran pernyataan-pernyataan majemuk seperti di saat menentukan nilai
kebenaran pernyataan majemuk (~p ∧ r) ∨ (~r ⇒ q) seperti berikut ini.
p q r ~p ~r (~p ∧ r) (~r ⇒ q) (~p ∧ r) ∨ (~r ⇒ q)
B B B S S S B B
B B S S B S B B
B S B S S S B B
B S S S B S S S
S B B B S B B B
S B S B B S B B
S S B B S B B B
S S S B B S S S

Latihan 1 :
Buatlah tabel kebenaran dari pernyataan majemuk ini:
a. p ⇒ q ⇔ ~p ∨ q
b. p ∧ q ⇒ (q ∧ ~q ⇒ r ∧ q)
c. ~[(~p⇒r) ∨ (p ⇒ ~q)] ∧ r

C. Konvers , Invers dan Kontraposisi


Dari suati Implikasi p  q dapat di susun pernyataan baru bentuk
(i) q  p yang disebut konvers dari p  q
(ii) p  q yang disebut Invers dari p  q
(iii) q  p yang di sebut Kontra posisi dari p  q
Hubungan antara konvers invers dan kontra posisi dapat ditunjukkan dengan tabel berikut ini.
Implikasi Konvers Invers Kontraposisi
p q p q p q q p p  q q  p
B B S S B B B B
B S S B S B B S
S B B S B S S B
S S B B B B B B

Nilai logisnya sama


Dar tabel dapat kita lihat bahwa
p  q  q  p
q  p  p  q
contoh :
Implikasi “ Jika 2 + 5 = 7 maka 7 bilangan ganjil “ adalah ekuivalen dengan
“ Jika 7 bukan bilangan ganjil maka 2 + 5  7

Latihan 2
1. Buatlah konvers . invers dan kontraposisi daritiap implikasi berikut.
a. Jika n bilangan ganjil maka n2 bilangan ganjil
b. Jika X =5 maka X2 = 25
c. Jika dua segitiga mempunyai besar sudut-sudut yang sama maka sisi sisi yang sesuai
sebanding.
d. Jika X + 1 = 0 maka X2 = 1
e. X < 1  X2 < 1
2. Tunjukkan dengan tabel kebenaran bahwa pernyataan majemuk berikut ekuivalen (ekuivalen
logis).
a. p  q  (  p  q )
b. p  (q  r)  (p  q)  ( p  r)
c. p  q  (p  q)  (q  p)
D. Penarikan kesimpulan (Argumentasi)
Salah satu penerapan logika matematika adalah pada penarikan kesimpulan atau argumentasi
berdasarkan beberapa premis yaitu pernyataan yang diketahui bernilai benar. Dengan
menggunakan prinsip-prinsip logika dapat ditemukan kesimpulan dari premis-premis yang
diajukan. Penarikan kesimpulan yang bernilai benar dinyatakan berlaku / sah / valid , yaitu jika
semua premisnya benar maka kesimpulannya juga benar.
Ada beberapa prinsiplogika yaitu :
1. Modus Ponens
Modus ponen adalah suatu argumentasi yang bentuknyadapat dinyatakan seperti di bawah ini:
P q premis
P premis
-------------------------
 q Konklusi
sah tidaknya suatu argmntasi ,dapat dikaji menggunakan tabel kebenaran sebagai berikut:
p q p q (P  q)  p [(P  q)  p]  q
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B

Suatu argumentasi dianggap sah atau valid jika argumen tersebut benar untuk setiap
kemungkinan premisnya atau merupakan tautologi untuk semua nilai kebenaran premis-
premisnya. Dari tabel dapat kita lihat bahwa pada kolom 5 bernilai benar untuk setiap nilai
kebenaran premisnya.

2. Modus Tollens
Modus Tollens adalah suatu argumentasi yang bentuknya dapat dinyatakan sebagai berikut:
P q premis
q premis
-------------------------
 p Konklusi
Dengan menggunakan tabel dapat dibuktikan bahwa :
Bentuk :
[(P  q)   q ]   p merukakan Tautologi

3. Silogisme
Silogisme juga disebut sifat transitif dari implikasi, adalah suatu argumentasi yang bentuknya
dapat dinyatakan sebagai berikut:
P  q premis
q  r premis
------------------
P  q konklusi

Latihan 3
Diketahui suatu pernyataan :
1. Hari ini turun hujan atau Ani pergi ke pasar
2. Jika Ani sedang sakit maka ia tidak pergi ke pasar
Kesimpulan dari kedua pernyataan tersebut adalah :…
DIMENSI TIGA
A. KEDUDUKAN TITIK, GARIS, DAN BIDANG
1. Kedudukan titik terhadap garis
Jika diketahui sebuah titik T dan sebuah garis g, maka :
a. Titik T teletak pada garis g, tau garis g melalui titik T
b. Titik T berada diluar garis g, atau garis g tidak melalui titik T
2. Kedudukan titik terhadap bidang
Jika diketahui sebuah titik T dan sebuah bidang H, maka :
a. Titik T terletak pada bidang H, atau bidang H melalui titik T
b. Titik T berada diluar bidang H, atau bidang H tidak melalui titik T
3. Kedudukan garis terhadap garis
Jika diketahui sebuah garis g dan sebuah garis h, maka :
a. Garis g dan h terletak pada sebuah bidang, sehingga dapat terjadi :
 garis g dan h berhimpit, g = h
 garis g dan h berpotongan pada sebuah titik
 garis g dan h sejajar
b. Garis g dan h tidak terletak pada sebuah bidang, atau garis g dan h bersilangan, yaitu kedua
garis tidak sejajar dan tidak berpotongan.
4. Kedudukan garis terhadap bidang
Jika diketahui sebuah garis g dan sebuah bidang H, maka :
a. Garis g terletak pada bidang H, atau bidang H melalui garis g.
b. Garis g memotong bidang H, atau garis g menembus bidang H
c. Garis g sejajar dengan bidang H
5. Kedudukan bidang terhadap bidang
Jika diketahui bidang V dan bidang H, maka :
a. Bidang V dan bidang H berhimpit
b. Bidang V dan bidang H sejajar
c. Bidang V dan bidang H berpotongan. Perpotongan kedua bidang berupa garis lurus yang
disebut garis potong atau garis persdekutuan.
Contoh : H G

E F

D C

A B

Diketahui kubus ABCD.EFGH. Tentukan :


a. Titik yang berada pada garis DF
b. Titik yang berada diluar bidang BCHE
c. Garis yang sejajar dengan CF
d. Garis yang berpotongan dengan BE
e. Garis yang bersilangan dengan FG
f. Bidang yang sejajar dengan bidang BDG

Jawab :

a. Titik D dan F
b. Titik A, D, F, G
c. DE
d. EA, EF, ED, EH
e. AB, DC, AE, DH
f. AFH
B. JARAK TITIK, GARIS, DAN BIDANG
1. Menghitung jarak antara titik dan garis
Jarak antara titik dan garis merupakan panjang ruas garis yang ditarik dari suatu titik sampai
memotong garis tersebut secara tegak lurus.

A Jarak antara titik A dengan garis g


Adalah AB, karena AB tegak lurus
Dengan garis g

g
B
2. Menghitung jarak antara titik dan bidang
Jarak antara titik dan bidang adalah panjang ruas garis yang ditarik dari suatu titik diluar
bidang sampai memotong tegak lurus bidang.

A
Jarak titik A ke bidang H
Adalah AB, karena garis AB
Tegak lurus dengan bidang H
B
H
3. Menghitung jarak antara 2 garis
a. Dua garis yang berpotongan tidak mempunyai jarak
b. Jarak antara dua garis yang sejajar adalah panjang ruas garis yang ditarik dari suatu titik
pada salah satu garis sejajar dan tegak lurus garis sejajar yang lain.

A g
Jarak antara garis g dan h
Adalah AB, karena AB  g dan h

h
B
c. Jarak dua garis bersilangan adalah panjang ruas garis hubung yang letaknya tegak lurus
pada kedua garis bersilangan itu.
g

B
h

Jarak antara garis g dan h


A
adalah AB karena AB tegak
lurus g dan h
H

4. Menghitung jarak antara garis dan bidang


Jarak antara garis dan bidang yang sejajar adalah jarak antara salah satu titik pada garis
tehadap bidang. A
g

Jarak antara garis g dan


Bidang H adalah AB, karena
B
AB tegak lurus g dan Bidang H.
5. Jarak antara dua bidang
Jarak antara dua bidang yang sejajar sama dengan jarak antara sebuah titik pada salah satu
bidang ke bidang yang lain.

A
Jarak antara bidang G dan H
G Adalah AB.

B
H

Contoh :
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 10 cm. Hitunglah jarak antara :
a. Titik A ke H
b. Titik A ke P (P adalah perpotongan diagonal ruang)
c. Titik A ke garis CE
d. Titik A ke bidang BCGF
e. Titik A ke bidang BDHF
f. Titik A ke bidang BDE
g. Garis AE ke garis CG
h. Garis AE ke garis CG
i. Bidang ABCD ke EFGH

H G
Jawab :

a. Jarak titik A ke H = AH
E F AH = AD 2  DH 2
P = 100  100
C = 200
D = 10 2 cm
R b. Jarak titik A ke P = AP
= ½ AG
10
A = 3 cm
B 2
10

c. Jarak A ke CE = AK

E G

K Pada segitiga siku-siku CAE

L CAE = ½.AC.AE = ½.CE.AK

1
.10 2 .10  2 .10 3. AK
2
A C 1
.10 2 .10
AK  2
1
.10 3
2
10 2
AK 
3
10
AK  6
3
d. Jarak titik A ke bidang BCGF = AB = 10 cm
e. Jarak titik A ke bidang BDHF = AR (R titik tengah garis BD)
f. AR = ½ AC = ½ 10 2 = 5 2 cm

C. PROYEKSI
D. SUDUT ANTARA GARIS DAN BIDANG

Anda mungkin juga menyukai