Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN MATERI

PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA

OLEH:
Khairun Nisa
P3E119016

PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA


PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
1. Kalimat Pernyataan, Nilai Kebenaran
 Kalimat pernyataan atau yang biasa disingkat pernyataan adalah kalimat yang
harus lengkap, tidak kabur dan jelas. Pernyataan yaitu suatu kalimat yang hanya
benar saja atau salah saja, tidak kedua-duanya pada saat yang sama.
Pada logika matematika, pernyataan dibagi menjadi 2 sifat yaitu:
a. Pernyataan bersifat tertutup
Merupakan suatu kalimat pernyataan yang sudah dapat dipastikan nilai benar
dan salahnya.
Contoh :
 Kerbau makan rumput
 Kota Kendari adalah Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara
 Air laut rasanya manis
 5+5=11
b. Pernyataan bersifat terbuka
Merupakan suatu kalimat pernyataan yang masih belum dapat dipastikan
tentang nilai benar dan salahnya.
Contoh:
 x + 24 = 25
 a + b > 18
 Apakah Hari ini Akan Hujan?
 Nilai kebenaran adalah setiap pernyataan yang memiliki nilai kebenaran.
Pernyataan yang bernilai benar diberi tanda B (singkatan dari benar) dan
pernyataan yang bernilai salah diberi tanda S (singkatan dari salah). Nilai
kebenaran dilambangkan dengan “  ” (huruf Yunanu tau = 300).
Cara menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan ada 2 cara, yaitu:
a. Cara Empiris : nilai kebenaran berdasarkan fakta / kenyataan pada waktu dan
tempat tertentu.
b. Cara Non Empiris : nilai kebenaran mutlak.

1. Pernyataan Tunggal dan Pernyataan Majemuk Serta Nilai Kebenarannya


 Pernyataan tunggal adalah pernyataan yang tidak memuat pernyataan lain sebagai
bagiannya. Dalam pernyataan tunggal tidak ada kata hubung.
Contoh:
 p : Semua bilangan prima adalah bilangan ganjil.  (p)= S
 q : 5<9.  (q)= B
 Pernyataan majemuk adalah pernyataan yang bisa merupakan pernyataan baru
yang diperoleh dari penggabungan bermacam-macam pernyataan tunggal. Dua
pernyataan tunggal atau lebih dapat kita gabungkan menjadi sebuah kalimat baru
yang merupakan pernyataan majemuk. Untuk menggabungkan pernyataan-
pernyataan tunggal menjadi pernyataan mejemuk dapat dipakai kata hubung atau
kata perangkai yang disebut operasi-operasi logika matematika.
a. Operasi Konjungsi (  )
Suatu pernyataan majemuk yang dibentuk dengan cara menggabungkan
dua pernyataan tunggal dengan memakai kata perangkai dan. Pernyataan-
pernyataan tunggal yang digabungkanya disebut konjung-konjung
(komponen-komponen).
Tabel kebenaran konjungsi:
p q pq
B B B
B S S
S B S
S S S
Contoh:
 p : Bandung Ibu kota Jawa barat;  (p)= B
q : 3+7=10;  (q)= B
p  q : Bandung ibu kota Jawa Barat dan 3+7=10;  (p  q)=B
 p : Jakarta Ibu Kota Jawa Barat.  (p)= S
q : Anjing matanya tiga.  (q)= S
pq : Jakarta Ibu Kota Jawa Barat dan Anjing Matanya Tiga.  (p  q)
=S
b. Operasi disjungsi (  )
Suatu pernyataan majemuk yang dibentuk dengan cara menggabungkan
dua pernyataan tunggal dengan memakai kata perangkai atau.
Nilai kebenaran disjungsi:
p q p q
B B B
B S B
S B B
S S S
Contoh:
 r : 4 > 3.  (r)= B
s : 3 = 2.  (s)= S
r  s: 4 > 3 atau 3 = 2 ;  ( r  s)= B
 r : 27 habis dibagi 2;  (r)= S
s : Jakarta ada di Sumatera;  (s)= S
r  s : 27 habis dibagi 2 atau Jakarta ada di Sumatera;  (r  s)= S

c. Operasi implikasi (  )
Suatu pernyataan majemuk yang dibentuk dengan cara menggabungkan
dua pernyataan tunggal dengan memakai kata perangkai “jika maka”.
Misalnya dari pernyataan tunggal p dan pernyataan tunggal q, dibentuk
kalimat baru yang merupakan pernyataan majemuk dalam bentuk “jika p maka
q”.
Nilai kebenaran implikasi:
p q p q
B B B
B S S
S B B
S S B
Contoh:
 p : Riska lulus ujian.
q : Riska melanjutkan pendidikan di Universitas Halu Oleo.
p  q : Jika Riska lulus ujian maka Riska melanjutkan pendidikan di
Universitas Halu Oleo;  (p  s)= B
 p : 2 + 5 = 7;  (p)= B
q : 7 bukan bilangan prima;  (q)= S
p  s : Jika 2 + 5 = 7, maka 7 bukan bilangan prima;  ( p  s)= S
d. Operasi Biimplikasi (  )
Suatu pernyataan majemuk yang dibentuk dengan cara menggabungkan
dua pernyataan tunggal dengan memakai kata perangkai “jika dan hanya
jika”.
Nilai kebenaran biimplikasi:
p q p q
B B B
B S S
S B S
S S B
Contoh:
 p : 2+2=5;  (p)= S
q : 5 adalah bilangan prima;  (q)= B
p  q: 2+2 =5 jika dan hanya jika 5 adalah bilangan prima;  (p  q)= S
 p : Indonesia angota Asean;  (p)= B
q : Pilifina anggota Asean;  (q)= B
p  q : Indonesia anggota Asean jika dan hanya jika Pilifina anggota
Asean;
 (p  q)= B

2. Negasi Pernyataan Tunggal dan Pernyataan Majemuk


 Negasi atau ingkaran adalah operasi yang dikenakan hanya pada sebuah
pernyataan. Operasi negasi dilambangkan dengan tanda “~’’ atau “-“ yang
disebut tilde atau curl.
a. Negasi dari Pernyataan Tunggal
Seandainya p sebuah pernyataan tunggal, maka “~p” dibaca negasi p atau
tidak p, atau bukan p, adalah pernyataan majemuk.
Berikut tabel kebenaran:
p ~p
B S
S B

Contoh:
 Jika p : Kendari adalah Ibukota Sulawesi Tenggara;  (p)= B
Maka ~p : Kendari bukan Ibukota Sulawesi Tenggara;  (~p)= S
Atau : Tidaklah benar Kendari Ibukota Sulawesi Tenggara.
 Jika q : 10 > 20;  (q)= S
Maka ~q : 10  20;  (q)= B
Atau : tidak benar 10 > 20.
 Jika p : Semua bilangan prima adalah bilangan ganjil;  (p)= S
Maka ~p : Beberapa bilangan prima bukan bilangan ganjil;  (~p)= B
Atau : Tidaklah benar semua bilangan prima adalah bilangan ganjil.

b. Negasi dari Pernyataan Majemuk


 Konjungsi
Pada nilai kebenaran konjungsi, negasi dari p  q equivalen dengan ~p 
~q.
Contoh :
 p  q: Bandung ibu kota Jawa Barat dan 3+7=10;  (p  q)=B
~(p  q) : Bandung bukan Ibu kota Jawa Barat atau 3+7  10.
 p  q:Jakarta Ibu Kota Jawa Barat dan Anjing Matanya Tiga.  (p  q)
=S
~(p  q): Jakarta bukan Ibu Kota Jawa Barat dan Anjing tidak bermata
tiga.
 Disjungsi
Pada nilai kebenaran disjungsi, negasi dari p  q ekuivalen dengan ~p 
~q.
 r  s : 4 > 3 atau 3 = 2 ;  (r  s)= B
~ (r  s): 4  3 atau 3  2;
 r s : 27 habis dibagi 2 atau Jakarta ada di Sumatera;  (r  s)= S
~ (r  s) : 27 tidak habis dibagi 2 dan jakarta bukan di Sumatera.
 Implikasi
Negasi implikasi negasi dari p  q ekuivalen dengan p  ~q.
 p q : Jika Riska lulus ujian maka Riska melanjutkan pendidikan
di
Universitas Halu Oleo;  (p  s)= B
~(p  q) : Riska lulus ujian dan tidak melanjutkan pendidikan di
Universitas Halu Oleo;
 p  q : Jika 2 + 5 = 7, maka 7 bukan bilangan prima;  (p  q)= S
~(p  q) : 2 + 5=7 dan 7 adalah bilangan prima.

 Biimplikasi
Negasi dari p  q ekuivalen dengan (p  ~q)  (q  ~p).
 p  q: 2+2 =5 jika dan hanya jika 5 adalah bilangan prima;  (p 
q)= S
~(p  q): 2+2=5 dan 5 bukan bilangan prima atau 5 adalah bilangan
prima dan 2+2  5.
 p  q:Indonesia anggota Asean jika dan hanya jika Pilifina anggota
Asean;
~(p  q) : Indonesia anggota asean dan pilifina bukan anggota asean
atau pilifina anggota asean dan indonesia bukan anggota asean.

3. Ekuivalensi dari Dua Pernyataan Majemuk


 Ekuivalen, menurut kamus besar Bahasa Indonesia, adalah memiliki nilai
(ukuran, arti, atau efek) yang sama, seharga, sebanding, atau sepadan. Dua
pernyataan majemuk memiliki nilai kebenaran yang sama persis untuk semua
kemungkinan nilai kebenaran dari komponen-komponennya, maka kedua
pernyataan majemuk tersebut adalah dua pernyataan yang ekuivalen.
Contoh ekuivalen yang majemuk
Berikut ini adalah contoh beberapa pernyataan majemuk yang ekuivalen.
 p ∨ q ≡ q ∨ p (komutatif)
“bandung atau Palembang adalah kota yang terletak di Pulau Jawa” ekuivalen
dengan “Palembang atau bandung adalah kota yang terletak dipulau jawa”.
 p ∧ (q ∧ r) ≡ (p ∧ q) ∧ r (asosiatif)
“Harimau adalah binatang buas dan harimau pemakan daging dan rumput”
ekuivalen dengan “harimau adalah binatang buas dan pemakan daging dan
harimau pemakan rumput”.
 ~(𝑝 ∧ 𝑞) ≡ ~𝑝 ∨ 𝑞 (de morgan)
“Tidak benar bahwa, mawar berwarna merah dan melati berwarna putih”
ekuivalen dengan “mawar tidak berwarna merah atau melati tidak berwarna
putih”.
 ~(𝑝 ∨ 𝑞) ≡ ~𝑝 ∧ 𝑞 (de morgan)
“Tiada kucing mirip anjing atau serigala” ekuivalen dengan “semua kucing
tidak mirip anjing dan serigala”.
 p→ 𝑞 ≡ ~𝑝 ∨ 𝑞 (implikasi)
“Jika semua segitiga ABC sama kaki, maka mempunyai dua sudut yang sama”
ekuivalen dengan “ ada segitiga ABC yang bukan sama kaki atau segitiga
ABC memiliki dua sudut yang sama”.
 𝑝 ↔ 𝑞 ≡ (𝑝 → 𝑞) ∧ (𝑞 → 𝑝) (biimplikasi)
“Indonesia anggota Asean jika dan hanya jika Pilipina anggota Asean”
ekuivalen dengan “Jika Indonesia anggota Asean maka Pilipina anggota
Asean dan jika Pilipina anggota Asean maka Indonesia anggota Asean”.

4. Tautologi dan Kontradiksi


 Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu benar untuk semua
kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan komponennya.
Tabel kebenaran tautologi:
p q ~q (p ʌ ~q) (p ʌ ~q) p

B B S S B
B S B B B
S B S S B
S S B S B

 Kontradiksi adalah suatu pernyataan majemuk yang bernilai salah untuk


semua kemungkinan dari premis-premisnya. Jadi, kontradiksi berlawanan
dengan tautologi.
Tabel kebenaran kontradiksi:
p ~p P p ʌ ~p
B S S
B S S
S B S
S B S

5. Prinsip Logika Matematika Dalam Penarikan Kesimpulan


 Penarikan kesimpulan dilakukan dari beberapa pernyataan yang diketahui nilai
kebenarannya disebut premis. Kemudian dengan menggunakan prinsip-prinsip
logika diperoleh pernyataan baru yang disebut kesimpulan/konklusi yang
diturunkan dari premis yang ada. Penarikan kesimpulan seperti ini disebut juga
argumentasi.
Contoh :
a. Semua bilangan genap habis dibagi 2 (premis)
10 adalah bilangan genap (premis)
Jadi, 10 habis dibagi 2 (konklusi)
b. Jika malam hari turun hujan, maka lapangan bola akan basah (premis)
Ternyata malam hari turun hujan (premis)
Jadi, lapangan bola basah (konklusi)

Prinsip-prinsip logika dalam penarikan kesimpulan dibagi menjadi 2 yaitu :


a. Arugementasi dikatakan sah
Konjungsi dari premis-premis yang diketahui diimplikasikan dengan konklusi
hasilnya tautologi.
b. Argumentasi dikatakan tidak sah
Konjungsi dari premis-premis yang diketahui diimplikasikan dengan konklusi
hasilnya bukan tautolgi.
 Aturan penyimpulan dalam logika matematika:
a. Jika premis-premisnya benar maka konklusi argument itu adalah benar.
Aturan ini cukup jelas, karena konklusi itu terkandung dalam premis, sehingga
jika premis-premisnya benar, tentu konklusinya harus benar pula, begitu juga
sebaliknya.
b. Jika konklusi suatu argument salah maka premis-premisnya juga salah. Akan
tetapi, jika premis-premis argument itu salah belum tentu konklusi salah.
c. Jika premis-premisnya salah, konklusi argument itu bias benar bias pula salah.
Akan tetapi, jika konklusinya benar maka belum tentu premisnya benar,
artinya premisnya dapat salah.
d. Jika konklusinya benar, premis-premis argument bisa benar bisa salah.
Contoh :
 9 adalah bilangan prima (S)
Semua bilangan prima adalah ganjil (S)
Jadi, 9 adalah bilangan ganjil (B)
 Napoleon adalah orang Ingris (S)
Semua orang Inggris adalah orang Eropa (B)
Jadi, Napoleon adalah orang Eropa (B)
 Napoleon adalah orang Perancis (B)
Semua orang Perancis orang Amerika (S)
Jadi, Napoleon adalah orang Amerika (S)

6. Penarikan Kesimpulan Modus Ponens, Modus Tollens, dan Modus Silogisme


 Penarikan kesimpulan atau argumen jika pernyataan atau proposisi dilambangkan
dengan kalimat yang memiliki nilai benar saja atau salah saja, maka istilah sahih
atau tidak sahih berkait dengan penarikan kesimpulan, penalaran, ataupun
argument.
Contoh:
Kuda adalah binatang bersayap. (salah)
Semua binatang bersayap tidak dapat terbang.(salah)
Kesimpulannya: jadi, kuda tidak dapat terbang. (benar)
 Modus Ponens
Modus ponens ditandai dengan ada pernyataan beragam implikasi (a =>b) dan
pernyataan tunggal yang bekerjasama (a). Dari premis-premis tersebut sanggup
ditarik kesimpulan yaitu b.
Contoh:
 kamu rajin latihan soal
kamu akan mendapatkan nilai bagus
Kesimpulannya: jadi, kamu akan mendapat nilai bagus.
 Jika Budi rajin belajar, maka ia rajin belajar
Budi rajin belajar
Kesimpulan : Budi naik kelas

 Modus Tollens
Jika diketahui premis-premis a => b dan ̴ b, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu
̴ a, yang artinya jika a maka b dan ingkaran b, maka ingkaran a. Modus Tollens
disebut juga kaidah penolakan akibat.
Contoh:
 Tentukan kesimpulan dari premis berikut :
Jika hari tidak hujan, maka kami akan pergi ketaman
Kami tidak akan pergi ke taman.
kesimpulannya adalah: hari hujan.

 Modus Silogisme
Silogisme ditandai dengan adanya dua pernyataan majemuk yang
dihubungkan dengan kata logika berupa implikasi misalnya a => b ( jika a maka
b) dan b => c (jika b maka c). Berdasarkan metode silogisme, maka dari kedua
premis tersebut dapat ditarik kesimpulan yaitu a => c (jika a maka c).
Aturan silogisme menggunakan sifat transitif (menghantar) dari pernyataan
implikasi. Kaidah silogisme terbilang mudah dipahami jika premis-premisnya
sudah tersedia dalam bentuk yang umum seperti dua premis yang sebelumnya
dibahas. Ada kalahnya kita harus mencari bentuk yang ekuvalen terlebih dahulu
sebelum dapat menarik kesimpulan.
Contoh:
Tentukan kesimpulan dari premis berikut ini:
Jika x bilangan real,maka X² ≥ 0
Jika X² ≥ 0, 𝑚𝑎𝑘𝑎 (𝑋 2 + 2) > 0
kesimpulan dari premis di atas adalah: Jika x bilangan real, maka (x² + 2) > 0

Anda mungkin juga menyukai