Anda di halaman 1dari 194

BAB

LOGIKA MATEMATIKA
1
Gunakanlah pikiran logikamu ke arah positif.
Don’t negative thinking about everything.
Dibelakang setiap orang yang sukses ada banyak
tahun-tahun yang tidak sukses.

Disusun oleh :

 Bella Timoti Pertiwi


 Fitriyah
 Nadya Putri Setiawati

Belajar logika berarti kita belajar berpikir atau bernalar yang merupakan
kegiatan akal manusia dengan mana pengetahuan yang kita terima melalui panca
indera diolah dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran. Dengan berpikir
kita belajar menilai sesuatu sehingga dapat disimpulkan manfaat belajar logika
adalah kita memanifestasikan pikiran sehingga mampu mempertimbangkan,
merenungkan, menganalisis, menunj ukkan al asanal asan, membuktikan
sesuatu, membanding bandingkan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan
pikiran, mencari kausalitasnya, membahas secara relitas dan lain-lain. Manfaat
mempelajari logika, agar dapat berpikir lebih nalar, kritis, tepat, runtut atau
konsisten, dan benar.

1|HIMMA FKIP UNSRI 2015


PETA KONSEP

2|HIMMA FKIP UNSRI 2015


LOGIKA MATEMATIKA
Logika matematikaadalah sebuah cabang matematika yang merupakan gabungan
dari ilmu logika dan ilmu matematika. Logika matematika akan memberikan landasan
tentang bagaimana cara mengambil kesimpulan. Hal yang paling penting yang akan
didapatkan dengan mempelajari logika matematika adalah kemampuan dalam
mengambil dan menentukan kesimpulan mana yang benar atau salah.

1. Pernyataan
Pernyataan (proposisi/deklarasi/statemen) adalah kalimat yang memiliki
nilai benar saja atau salah saja tetapi tidak sekaligus benar dan salah.
Contoh

a. Hasil Kali 5 dan 4 adlah 20


b. Semua unggas dapat terbang
c. Ada bilangan prima yang genap

 Contoh a dan c merupakan contoh pernyataan bernilai benar sedangkan b


merupakan pernyataan bernilai salah.

Contoh kalimat yang bukan


pernyataan
a. Semoga nanti engkau naik kelas
b. Tolong tutupkan pintu itu
c. Apakah andi sudah makan ?

Suatu pernyataan di notasikan dengan huruf kecil seperti p,q,r dan


sebagainya,
misalnya :
p : Semua bilangan prima adalah ganjil
q : Jakarta ibukota Indonesia

Ada 2 dasar untuk menentukan nilai kebenaran sebuah pernyataan


Untuk menunjukkan bahwa sebuah pernyataan itu benaratau salah dapat
digunakan cara sebagai berikut :
i. Dasar empiris, yaitu menunjukkan benar atau salahnya sebuah
pernyataan berdasarkan fakta yang dijumpai dalam kehidupan nyata.
Contoh : rambut adik panjang
ii. Dasar tidak empiris, yaitu menunjukkan benar salahnya sebuah
pernyataan melalui bukti atau perhitungan dalam matematika.
Contoh : jumlah sudut dalam segitiga adalah 180°

2. Ingkaran dari suatu pernyataan

3|HIMMA FKIP UNSRI 2015


Misalkan p adalah suatu penyataan. Suatu pernyataan lain yang dibentuk
dari pernyataan p dengan cara menuliskan “Adalah salah bahwa....” sebelum
pernyataan p, atau jika mungkin dengan menyisipkan kata “tidak” atau “bukan”
pada pernyataan p dinamakan negasi atau penyangkalan atau ingkaran dari
pernyataan p. Ingkaran dari pernyataan p ditulis : ~ p (dibaca : “tidak benar
bahwa p”).
Sifat : Jika p benar maka ~p salah. Jika p salah maka ~p benar. Dalam tabel
kebenaran, sifat itu disajikan sebagai berikut.

p ~p
B S
S B

Catatan : Ingkaran dari “semua atau setiap” adalah “ada atau beberapa”
Ingkaran dari “ada atau beberapa” adalah “semua atau setiap”

3. Pernyataan Majemuk
Pernyataan majemuk adalah gabungan dari beberapa pernyataan tunggal
yang di hubungkan dengan kata hubung. Ada 4 macam pernyataan
majemuk :
1. Konjungsi
Dua pernyataan yang dirangkaikan dengan kata hubung logika “dan”
untuk membentuk suatu pernyataan majemuk dinamakan konjungsi dari
pernyataan semula. Dalam bentuk lambang konjungsi dari pernyataan p dan q
ditulis p ∧ q (dibaca: “ p dan q”). Nilai kebenaran dari p ∧ q memenuhi sifat
berikut.

Sifat: Jika p benar dan q benar maka p ∧ q benar. Dalam hal lain p ∧ q salah.
Dalam tabel kebenaran, sifat itu disajikan sebagai berikut.

p Q p∧q
B B B
B S S
S B S
S S S

Contoh

p : 3 + 4 = 5 ( Bernilai Salah)
q : 22 – 1 = 3 (Bernilai Benar)
p ∧ q : 3 + 4 = 5 dan 22 – 1 = 3 (Bernilai Salah)

4|HIMMA FKIP UNSRI 2015


2. Disjungsi
Dua pernyataan yang dirangkaikan dengan kata hubung logika “atau”
untuk membentuk suatu pernyataan majemuk dinamakan disjungsi dari
pernyataan semula. Dalam bentuk lambang konjungsi dari pernyataan p dan q
ditulis p V q (dibaca: “ p atau q”). Nilai kebenaran dari p V q memenuhi sifat
berikut.
Sifat: Jika p benar atau q benar atau keduanaya benar, maka p V q benar.
Dalam hal lain p V q salah. Ketentuan tentang nilai kebenaran suatu disjungsi
disajikan pada tabel kebeneran sebagai berikut.

p q pVq
B B S
B S B
S B B
S S S

Contoh

p : jumlah dari 2 dan 5 adalah 7(pernyataan bernilai benar)


q: Tugu pahlawan terletak di Jakarta (pernyataan bernilai salah)
p V q : Jumlah dari 2 dan 5 adalah 7 atau Tugu pahlawan terletak di Jakarta
(pernyataan bernilai benar)

3. Implikasi
Dari pernyataan p dan q dapat dibuat pernyataan majemuk dalam bentuk
“jika p maka q” yang dinamakan implikasi atau pernyataan bersyarat.
Pernyataan p dinamakan alasan atau sebabdan pernyataan q dinamakan
kesimpulan. Implikasi “jika p maka q” dilambangkan dengan p → q juga
dibaca :
a. p hanya jika q c. p syarat cukup bagi q
b. q jika p d. q syarat perlu bagi p

Nilai kebeneran dari implikasi p → q memenuhi sifat sebagai berikut :

Sifat : implikasi p → q selalu benar kecuali dalam kasusu p benar dan q salah

p Q p→q
B B B
B S S
S B B
S S B

5|HIMMA FKIP UNSRI 2015


Contoh

p:5+4=7 (pernyataan salah)


q : Indonesia di benua eropa(pernyataan salah)
p → q : Jika 5 + 4 = 7 maka Indonesia di benua eropa
(pernyataanbenar)

4. Biimplikasi
Pernyataan bersyarat berbentuk “p jika dan hanya jika q” dinamakan
implikasi (implikasi dwi arah/bikondisional/ekuivalen). Pernyataan ini
adalah gabungan dari p → q dan q → p, karena itu dinamakan dwi arah.
Biimplikasi “p jikadan hanya jika q” dinyatakan dengan lambang p↔q.
Biimplikasi p↔q dapat juga dibaca :
a. Jika p maka q dan jika q maka p
b. p syarat perlu dan cukup bagi q
c. q syarat perlu dan cukup bagi p

Nilai kebeneran dari implikasi p↔q memenuhi sifat sebagai berikut :

p Q p↔q
B B B
B S S
S B S
S S B

Contoh

p : 3 + 10 =14(pernyataan salah)
q : Persegi adalah segitiga(pernyataan salah)
p↔q : 3 + 10 = 14 jika dan hanya jika persegi
adalah segitiga(pernyataan salah)

4. Konvers, invers, dan kontraposisi


Dari suatu implikasi p → q dapat dibentuk pernyataan majemuk :
a. q→p dinamakan konvers dari p→q
b. ~p → ~q dinamakan invers dari p→q
c. ~q → ~p dinamakan kontraposisi dari p→q

6|HIMMA FKIP UNSRI 2015


Sifat: 1. p→q ≡ ~q → ~p ≡ ~p V q

2. q→p ≡ ~p → ~q

Jadi, implikasi ekuivalen dengan kontraposisi dan konvers dan konvers ekuvalen
dengan invers.

5. Ekuivalen Pernyataan Majemuk


Dua pernyataan majemuk dikatakan ekuivalen jika untuk semua
kemungkinan nilai kebenaran komponen-komponennya, pernyataan majemuk itu
mempunyai nilai kebenaran yang sama. Lambang ekuivalen adalah ≡ .
Contoh : Buktikan bahwa: p ↔ q ≡ (p → q) ∧(q → p)

6. Tautologi dan kontradiksi


Kontradiksi adalah sebuah pernyataan majemuk yang selalu salah untuk
semua kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan komponen.
Tautologi adalah sebuah pernyataan majemuk yang selalu benar untuk
semua kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan komponen.
Contoh :
Buktikan dengan tabel kebenaran (p ∧~q) → ~(p →q)

7. Penarikan Kesimpulan
Suatu argumen dikatakan sah (valid) jika dan hanya jika konjungsi dan
premis-premisnya benar. Dengan kata lain, jika bentuk konjungsi premis-
premisnya mengakibatkan konklusi , maka argumen itu dikatakan sah.
Sebaliknya, juika konjungsi premis-premis itu tidak mengakibatkan konklusi,
maka argumen itu sesuatu yang palsu atau tidak sah.
7|HIMMA FKIP UNSRI 2015
Bentuk baku cara menuliskan argumen adalah dengan menuliskan
premis-premis tersusun dari atas ke bawah, setiap premis ditulis dalam satu
baris, sedangkan garis datar digunakan untuk membatasi premis dengan
konklusi.

1. Kaidah silogisme
p→q (premis 1)
q→r (premis 2)

Jadi p→r (kesimpulan/konklusi)


Dengan tabel dapat kita lihat sebagai berikut :

Pada tabel tersebut tampak bahwa penarikan kesimpulan dengan metode


silogisme dikatakan sah atau valid.
2. Modus Ponens (Kaidah Pengasingan)
p→q (premis 1)
p (premis 2)
Jadi q (kesimpulan/konklusi)

Dengan tabel dapat kita lihat sebagai berikut :

p q p→q
B B B
B S S
S B B
S S B

8|HIMMA FKIP UNSRI 2015


Pada tabel kebenaran tersebut, premis-premis yang bernilai benar diberi tanda,
ternyata mendapatkan konklusi yang diberi tanda juga benar, sehi ngga penari kan
kesi mpul an dengan menggunakan modus ponens dikatakan sah atau valid.
3. Modus Tollens (Kaidah Penolakan Akibat)
p→q (premis 1)
~q (premis 2)
Jadi ~p (kesimpulan/konklusi)

Pernyataan p→q adalah premis pertama, pernyataan ~q adalah premis


kedua, sedangkan pernyataan ~p merupakan konklusi atau kesimpulan. Ketiga
pernyataan diatas sama artinya dengan pernyataan implikasi ,(p→q ˄ ~q- → ~p

Argumen tersebut dikatan sah, jika pernyataan implikasi ,(p→q ˄ ~q- →


~p merupakan suatu tautologi. Jadi, untuk memeriksa apakah suatu argumen sah
atau tidak, kita perlu memeriksa nilai kebenaran pernyataan implikasi itu untuk
semua kemungkinan nilai kebenaran premis. Pernyataan p→q setara atau
ekuivalen dengan kontraposisinya, yaitu ~q→~p. Oleh karena itu, argumen di
atas dapat ditulis menjadi :

~q→~p (premis 1)
~q (premis 2)
Jadi ~p (kesimpulan/konklusi)

Argumen ini adalah suatu modus ponens. Ternyata modus tolens adalah
bentuk khusus dari modus ponens.

Perlu diingat bahwa sah atau tidak sahnya suatu argumen atau penalaran
tidak tergantung pada benar tidaknya suatu kesimpulan sebagai penyataan.

Ada argumen yang kesimpulannya memiliki arti yang wajar, walaupun


cara menarik kesimpulan itu tidak sah. Ada juga kesimpulan yang kelihatannya
tidak masuk di akal, tetapi kesimpulan itu diperoleh dari suatu argumen yang
sah. :

Dapat juga kita lihat dari tabel sebagai berikut :

9|HIMMA FKIP UNSRI 2015


Berdasarkan tabel tersebut, penari kan kesi mpul an dengan metode modus
tollens dikatakan sah.

Contoh :

Tentukan konklusi dari argumen-argumen berikut ini :

1. Premis 1 : Jika sakit maka ibu minum obat


Premis 2 : Ibu sakit
Konklusinya : Ibu minum obat

2. Premis 1 : Jika mesinnya rusak maka mobil itu tidak dapat bergerak
Premis 2 : Mobil itu dapat bergerak
Konklusinya : Mesin mobil itu tidak rusak

3. Premis 1 : Jika BBM naik maka ongkos bis naik


Premis 2 : Jika ongkos bis naik maka uang saku naik
Konklusinya : Jika BBM naik maka uang saku naik

10 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
LATIHAN SOAL LOGIKA MATEMATIKA

1. Coba kalian ubah pasangan-pasangan pernyataan di bawah ini menjadi


pernyataan majemuk dengan operasi majemuk (dan):
A. p : Hari ini surabaya cerah
q : Hari ini surabaya udaranya sejuk
B. p : Gilang mengenakan baju merah
q : Gilang mengenakan topi hitam
C. p : Bejo pandai dalam pelajaran matematika
q : Bejo pandai dalam pelajaran kimia

2. Diketahui p adalah “Hari ini hujan deras” dan q adalah “Hari ini aliran listrik
terputus”. Tulis setiap pernyataan berikut ini dengan menggunakan lambang
logika
a. Hari ini tidak hujan deras dan aliran listrik tidak terputus.
b. Hari ini tidak hujan deras atau aliran listrik terputus.

3. Perhatikan Penyataan Berikut ini :


p : Tahun ini kemarau panj ang.
q : Tahun ini hasil padi meningkat.
Nyatakan dengan kata-kata:

a. p → q
b. ~p → ~q
c. p → ~q

4. Tunjukkan bahwa :
a. ~(p ˄ q) ≡ ~p ˅ ~q
b. ~(p ˅ q) ≡ ~p ˄~q

5. Tulis konvers, invers, dan kontraposisi dari implikasi :


a. “Jika semua bilangan prima adalah bilangan ganjil maka 2 bukan bilangan
prima”
b. “Jika cuaca dingin maka Dinda memakai jaket”

6. Pernyataan yang mempunyai nilai kebenaran sama dengan pernyataan “Jika


bilangan ganjil sama dengan bilangan genap, maka 1 + 2 bilangan ganjil” adalah
….
(Matematika Dasar SNMPTN)

7. Tentukan kesimpulan dari :


Premis 1 : Jika Budi rajin berolahraga maka badannya sehat.
Premis 2 : Budi rajin berolahraga.

11 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
8. Diketahui pernyataan :
1. Jika hari panas, maka Ani memakai topi.
2. Ani tidak memakai topi atau ia memakai payung.
3. Ani tidak memakai payung.
Dari pernyataan diatas carilah kesimpulan yang sah !

9. Buktikan bahwa argumen yang berbentuk kaidah silogisme berikut ini sah.
p→q (premis 1)
q→r (premis 2)
Jadi p→r

10. Tuliskan ingkaran dari setiap pernyataan berikut ini kemudian sederhanakanlah.
a. Jika cuaca dingin maka dia memakai baju hangat tetapi bukan sweater
b. Jika dia belajar maka dia akan melanjutkan ke perguruan tinggi atau ke
sekolah seni.

12 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
BAB
HIMPUNAN
2
Alam hanya mampu memperlihatkan
tempat yang terbatas, tapi buku
memberikan dunia yang tak terbatas

Disusun oleh :

 Deri Ayu Pramesti


 Ira Marion
 M. Ridho Ratu Berlian

Kalian tentu pernah pergi ke warung, took, atau swalayan.


Barang-barang yang dijual di tempat tersebut dikumpulkan
atau dikelompokkan dengan aturan sendiri. Jika kalian
perhatikan, barang-barang itu diatur sehingga membentuk
himpunan-himpunan tertentu. Misalnya, himpunan pakaian,
himpunan makanan, dan himpunan sayur-mayur. Coba kalian
bayangkan apa yang terjadi jika barang-barang itu bercampur.

13 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
PETA KONSEP

HIMPUNAN

KONSEP HIMPUNAN

Definisi

Notasi

Jenis-Jenis RELASI HIMPUNAN OPERASI HIMPUNAN

Himpunan Sama Gabungan

Himpunan Equivalen Penjumlahan


Sifat Relasi Himpunan
Himpunan Bagian Pengurangan

Himpunan Kuasa Komplemen

Sifat-Sifat Operasi

14 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
HIMPUNAN
1. KONSEP HIMPUNAN

1.1 Pengertian Himpunan


Dalam matematika, himpunan adalah segala koleksi benda-benda tertentu
yang dianggap sebagai satu kesatuan. Walaupun hal ini merupakan ide yang
sederhana, tidak salah jika himpunan merupakan salah satu konsep penting dan
mendasar dalam matematika modern, dan karenanya, studi mengenai struktur
kemungkinan himpunan dan teori himpunan, sangatlah berguna.

1.2 Notasi Himpunan


Himpunan biasanya dinyatakan dalam huruf kapital ; A, B, C, … atau ditandai
oleh dua kurung kurawal, * … + Sedangkan anggota himpunan biasanya dinyatakan
dalam huruf kecil ; a, b, c, … Jika x anggota himpunan A, maka ditulis . Jika y
bukan anggota himpunan B , maka ditulis . Banyaknya anggota himpunan A
ditulis n(A).

Simbol Arti

{} atau ø
Himpunan kosong

Operasi gabungan dua himpunan

∩ Operasi irisan dua himpunan

Subhimpunan, Subhimpunan sejati, Superhimpunan, Superhimpunan sejati

Ac Komplemen
P(A) Himpunan kuasa

1.3 Macam-macam Himpunan


 Himpunan kosong
Himpunan kosong yaitu himpunan yang tidak mempunyai anggota dan ditulis
dengan simbol ø atau { }.
 Himpunan semesta
Himpunan semesta yaitu himpunan yang memuat semua anggota yang sedang
dibicarakan, biasanya ditulis dengan simbol S.
 Himpunan Bilangan
Himpunan Bilangan, terdiri dari :
 Himpunan Bilangan Asli : N = *1, 2, 3, … +
 Himpunan Bilangan Cacah : C = *0, 1, 2, 3, … +
 Himpunan Bilangan Bulat : Z = * … , -1, 0, 1, … +

15 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
 Himpunan Bilangan Rasional : Q = {p/q : p, q Z, q 0}
 Himpunan Bilangan Real : R

2. RELASI HIMPUNAN
2.1 Relasi Antar Himpunan
 Himpunan sama yaitu dua buah himpunan yang memiliki anggota yang persis
sama, tanpa melihat urutannya.

Contoh :

A ={ c,d,e}
B={ c,d,e } Maka A = B

 Himpunan equivalen yaitu dua buah himpunan yang memiliki anggota yang sama
banyak. Jika A equivalen B, maka ditulis A ≈ B.
Contoh :
A = { w,x,y,z } → n (A) = 4
B = { r,s,t,u + → n (B) = 4
Maka n (A) =n (B) → A≈B
 Himpunan Bagian
Himpunan A dikatakan himpunan bagian dari himpunan B jika setiap anggota A
termasuk anggota B, ditulis A ⊂ B
A ⊂ B, dibaca : A himpunan bagian dari B
A ⊂ B, dibaca : A bukan himpunan bagian dari B
B ⊂ A, dibaca : B himpunan bagian dari A
B ⊂ A, dibaca : B bukan himpunan bagian dari A

Contoh :
Misal A = { 1,2,3,4,5 } dan B = { 2,4} maka B ⊂ A. Sebab setiap
elemen dalam B merupakan elemen dalam A, tetapi tidak sebaliknya.
 Himpunan Kuasa yaitu himpunan yang anggotanya adalah himpunan himpunan
bagian dari suatu himpunan.
Contoh Himpunan Kuasa Jika A = {a, b, c}, maka himpunan kuasa dari A adalah :
2A = { ø, {a}, {b}, {c}, {a,b}, {a,c}, {b,c}, A} Jika m adalah banyaknya anggota
himpunan A, maka banyaknya anggota himpunan kuasa dari A adalah 2m

Banyaknya anggota yang terkandung dalam himpunan kuasa dari A adalah 2


pangkat banyaknya anggota A.

16 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
2.2 Diagram Venn
John Venn, seorang ahli matematika dari Inggris yang hidup pada tahun
1834 – 1923 menemukan cara menyatakan suatu himpunan dengan menggunakan
gambar. Selanjutnya, gambar tersebut dinamakan Diagram Venn. Dalam diagram
Venn , himpunan semesta dinyatakan dengan daerah persegi panjang , sedangkan
himpunan lain dalam semesta pembicaraan dinyatakan dengan kurva mulus
tertutup sederhana dan noktah-noktah untuk menyatakan anggotanya. Jika jumlah
anggota suatu himpunan terlalu banyak, untuk menyatakan keanggotaannya tidak
perlu digambar noktah-noktah nya , tetapi cuku dengan kurva sederhana.
Contoh :
Diketahui S = * 1,2,3,4,5,6,…,15+ adalah himpunan semesta (semesta
pembicaraan). Jika A = {1,3,5,7,9,11,13} dan B = { x | x adalah bilangan prima
yang kurang dari 10} . gambarlah diagram venn !

S A B
 4
 6  1  10
 3
 8  9  12
 5
 11  15
 7
 13  14

2.3 Sifat –sifat Relasi Himpunan

 Sifat Reflekatif
Misalkan R sebuah relasi yang didefinisikan pada himpunan P. Relasi R dikatakan
bersifat refleksif jika untuk p € P berlaku (p,p) € R.

Contoh :
Diberikan Himpunan P = {1,2,3}. Didefinisikan relasi R pada himpunan P
dengan hasil adalah himpunan S = {(1,1), (1,2), (2,2), (2,3), (3,3), (3,2)}. Relasi R
tersebut bersifat reflektif sebab setiap angggota himpunan P berpasangan atau berelasi
dengan dirinya sendiri.

 Sifat Simetris
Misalkan R sebuah relasi pada sebuah himpunan P. Relasi R dikatakan bersifat
simetris, apabila untuk setiap (x,y) € R berlaku (y,x) € R.

Contoh :
Diberikan himpunan P ={1,2,3}. Didefinisikan relasi R pada himpunan P
dengan R ={(1,1), (1,2), (1,3), (2,2), (2,1), (3,1), (3,3)}. Relasi R tersebut bersifat
simetris untuk setiap (x,y) € R, berlaku (y,x) € R.

 Sifat Transitif
Misalkan R sebuah relasi pada sebuah himpunan P. Relasi R bersifat transitif,
apabila untuk setiap (x,y) € R dan (y,z) € R maka berlaku (x,z) € R.
17 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Contoh :
Diberikan himpunan P ={1,2,3}. Didefinisikan relasi pada himpunan P dengan
hasil relasi adalah himpunan R= {(1,1), (1,2), (1,3), (2,2), (2,1), (3,1), (3,3)}. Relasi R
tersebut bersifat Transitif sebab (x,y) € R din (y,z) € R berlaku (x,z) € R.

 Sifat Antisimetris
Misalkan R sebuah relasi pada sebuah himpunan P. Relasi R dikatakan bersifat
antisimetris, apabila untuk setiap (x,y) € R dan (y,x) € R berlaku x=y.
Contoh :
Diberikan himpunan C = {2,4,5}. Didefinisikan relasi R pada himpunan C
dengan R = *(a,b) € a kelipatan b, ab € C+ sehingga diperoleh R = *(2,2), (4,4), (5,5),
(4,2)}. Relasi R tersebut bersifat antisimetris.

 Sifat Ekuivalensi
Misalkan himpunan R sebuah relasi pada sebuah himpunan P. Relasi R disebut
relasi ekivalensi jika dan hanya jika relasi R memenuhi sifat refleksif, simetris,
dan transitif.
Contoh :
Diberikan himpunan P = {1,2,3}. Didefinisikan relasi pada himpunan P dengan
R={(1,1),(1,2),(2,2),(2,1),(3,3)}. Relasi R tersebut bersifat refleksif, simetris dan
transitif. Oleh karena itu relasi R merupakan relasi ekivalensi.

3. OPERASI PADA HIMPUNAN

 Irisan A ∩ B = *x : x A dan x B}
Operasi irisan A ∩ B setara
dengan A dan B . Irisan
merupakan himpunan baru yang
anggotanya terdiri dari anggota
yang dimiliki bersama antara dua
atau lebih himpunan yang
terhubung. Jika A ∩ B = ∅,
maka A dan B dapat
dikatakan disjoint (terpisah).
Contoh: Beberapa sifat dasar irisan:

*1, 2+ ∩ {1, 2} = {1, 2}.  A ∩ B = B ∩ A.


*1, 2+ ∩ *2, 3+ = *2+.
*Budi,Cici+ ∩ *Dani,Cici+ = *Cici+.  A ∩ (B ∩ C) = (A ∩ B)
*Budi+ ∩ *Dani+ = ∅. ∩ C.
 A ∩ B ⊆ A.
 A ∩ A = A.
 A ∩ ∅ = ∅.
 A ⊂ B jika and hanya
jika A ∩ B = A.

18 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
 Gabungan A U B = {x : x A atau x B}

A dan B adalah semua elemen yang ada


dalam A atau dalam B atau dalam
kedua-duanya .

Beberapa sifat dasar gabungan:


Contoh: {1, 2} ∪ {1, 2} = {1, 2}.
 A ∪ B = B ∪ A.
{1, 2} ∪ {2, 3} = {1, 2, 3}.
 A ∪ (B ∪ C) = (A ∪ B) ∪ C.
{Budi} ∪ {Dani} = {Budi, Dani}.  A ⊆ (A ∪ B).
 A ∪ A = A.
 A ∪ ∅ = A.
 A ⊆ B jika and hanya
jika A ∪ B = B.

 Penjumlahan A + B = {x : x A, x B , x (A∩B)+

A dan B adalah semua eleman


yang ada dalam A atau dalam B
tetapi tidak dalam kedua-duanya.

 Pengurangan A – B = A \ B = {x : x A, x B}

A adalah semua anggota himpunan


semesta yang berada di luar A, yaitu
Ac = {x | x ∈ A}.

 Komplemen Ac = {x : x A, x S}

A dan B adalah semua anggota A


yang bukan anggota B.

19 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Contoh: Beberapa sifat dasar komplemen:

 {1, 2} \ {1, 2} = ∅.  A \ B ≠ B \ A untuk A ≠ B.


 {1, 2, 3, 4} \ {1, 3} = {2, 4}.  A ∪ A′ = U.
 A ∩ A′ = ∅.
 (A′)′ = A.
 A \ A = ∅.
 U′ = ∅ dan ∅′ = U.
 A \ B = A ∩ B′ tersebut.

Sifat-sifat Operasi Himpunan

20 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
LATIHAN SOAL HIMPUNAN

1. Dari survei di sebuah kelas diketahui bahwa ada 25 siswa yang menyukai membaca
dan 30 yang menyukai Traveling. Ditemukan pula bahwa di kelas itu ada 15 orang
yang suka membaca dan traveling. Ada berapa siswa dalam kelas itu?

2. S = *1,2,3,4,5,…,49,50+ dan n (S) = 50


A = {1,3,5,7,9,11,13,15,… + (himpunan bilangan biulat ganjil positif) dan n(A) = 20
B = *2,3,5,7,11,13,…+ ( himpunan bilangan prima ) dan n (B) = 15
Tentukan n ( A ∩ B )C !

3.

4.

5. .

21 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
6. Dari 42 kambing yang ada di kandang milik pak Arman, 30 kambing menyukai
rumput gajah, dan 28 ekor kambing menyukai rumput teki. apabila ada 4 ekor
kambing yang tidak menyukai kedua rumput tersebut, berapa ekor kambing yang
menyukai rumput gajah dan rumput teki ?

7. Di dalam sebuah ruangan terdapat 150 siswa yang baru lulus SMP. Diketahui ada 75
siswa memilih untuk masuk SMA dan 63 siswa memilih untuk masuk SMK
sementara ada 32 siswa yang belum menentukan pilihannya. Lalu, berapakah
banyaknya siswa yang hanya memilih untuk masuk SMA dan SMK saja?

8. Dari 40 orang bayi, diketahui bahwa ada 18 bayi yang gemar memakan pisang, 25
bayi gemar makan bubur, dan 9 bayi menyukai keduanya. Lalu ada berapa bayi yang
tidak menyukai pisang dan bubur?

9. Dari sekelompok atlet diketahui bahwa 17 orang menyukai sepak bola, 13 menyukai
renang, dan 12 orang menyukai keduanya. coba kalian gambarkan diagram venn
dan tentukan pula jumlah keseluruhan dari atlet tersebut.

10. Siswa kelas 7 SMP Tunas Mekar adalah 45. tiap-tiap siswa memilih dua jenis
pelajaran yang mereka sukai. diketahui ada 27 siswa yang menyukai pelajaran
Matematika dan 26 siswa menyukai pelajaran Bahasa Inggris. Sementara siswa yang
tidak menyukai kedua pelajaran tersebut ada 5 orang. Tentukanlah banyaknya
siswa yang menyukai pelajaran bahasa inggris dan matematika serta gambarlah
diagram venn-nya!

22 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
BAB FUNGSI KOMPOSISI
3 DAN INVERS

If you can’t explain it simply, you


don’t understand it well enough.
-Albert Einstein

Disusun Oleh :

 Lara Mayangsari
 Sri Ferbriani
 Tania Tri Septiani

Dalam kehidupan sehari-hari, fungsi sering dijadikan


permodelan matematika untuk menyelesaikan permasalah
nyata. Suatu kejadian bila dibuat model matematika akan
menghasilkan suatu fungsi.

23 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
PETA KONSEP

24 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
FUNGSI KOMPOSISI DAN INVERS
1. Operasi Aljabar Pada Fungsi

Definisi 3.1

Jika suatu fungsi dengan daerah asal dan suatu fungsi dengan daerah asal ,
maka pada operasi aljabar penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian
dinyatakan sebagai berikut.

a) Jumlah dan ditulis + didefinisikan sebagai


( + )( ) = ( ) + ( ) dengan daerah asal = ∩
b) Selisih dan ditulis didefinisikan sebagai
( )( ) = ( ) ( ) dengan daerah asal = ∩
c) Perkalian dan ditulis didefinisikan sebagai
( )( ) = ( ) ( ) dengan daerah asal = ∩
d) Pembagian dan ditulis didefinisikan sebagai
( )
. /( ) = dengan daerah asal = ∩ * ( ) = 0+
( )

Contoh:

Jawab:

25 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
2. Menemukan Konsep Fungsi Komposisi

26 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Berdasarkan beberapa hal di atas kita peroleh definisi berikut.

Definisi 3.2

Jika dan fungsi dan , maka terdapat suatu fungsi dari


himpunan bagian ke himpunan bagian yang disebut fungsi komposisi
dan (ditulis: yang ditentukan dengan

daerah asal fungsi komposisi dan adalah,

dengan

daerah asal (domain) fungsi daeraj asal (domain) fungsi g;

= daerah hasil (range) fungsi = daerah hasil (range) fungsi g.

27 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Contoh:

Jawab:

Contoh Soal:

28 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
3. Sifat-Sifat Operasi Fungsi Komposisi

Sifat 3.1

Diketahui dan suatu fungsi. Jika maka


pada operasi komposisi fungsi berlaku sifat asosiatif, yaitu;

29 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Sifat 3.2

Diketahui suatu fungsi dan merupakan fungsi identitas. Jika


maka terdapat sebuah fungsi identitas yaitu
sehingga berlaku sifat identitas, yaitu;

Fungsi Invers

Pengertian Invers Suatu Fungsi

Pertama, Fungsi memetakan ∈ ke ∈ . Jika


fungsi dinyatakan ke dalam bentuk pasangan
berurutan, maka dapat ditulis sebagai berikut.

= *( , ) ∈ +. Pasangan berurut ( , )
merupakan unsur dari fungsi .

Kedua, invers fungsi atau memetakan ∈ ke


dalam pasangan berurutan, maka dapat ditulis
= *( , ) ∈ ∈ +. dan Pasangan berurut( , ) merupakan unsur dari
invers fungsi .

Definisi 3.3

Definisi untuk invers suatu fungsi adalah sebagai berikut.

Jika fungsi memetakan ke dan dinyatakan dalam pasangan berurutan

maka invers dari fungsi f (dilambangkan ) adalah relasi

yang memetakan ke , dalam pasangan berututan dinyatakan dengan

Syarat agar Invers Suatu Fungsi Merupakan Fungsi (Fungsi Invers)

Sifat 3.3

Fungsi memiliki fungsi invers jika dan hanya jika


adalah fungsi bijektif atau himpunan A dan B berkorespondensi satu-
satu.

30 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Definisi 3.4

Jika fungsi : → adalah fungsi bijektif, maka invers fungsi adalah fungsi yang
didefinisikan sebagai : → dengan kata lain adalah fungsi dari ke .

4. Menentukan Invers Suatu Fungsi

Sifat 3.4

Misalkan adalah fungsi invers fungsi Untuk setiap dan


berlaku jika dan hanya jika .

Untuk menentukan invers dari suatu fungsi = ( ) dapat ditempuh prosedur berikut
ini.

a. Nyatakan sebagai fungsi , yaitu = ( ).


b. Ganti dengan dan dengan , sehingga = ( ) merupakan invers fungsi
dari = ( )

Diberikan beberapa fungsi. Tentukan invers dari fungsi di bawah ini!

1. = +
= +
=
=

( )=

( )=

2. =

31 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
+
=
+
( + )= +
+ = +
=
( )=

( )=
+
( )=

3. =
=
= log
log
=
1
( )= log
1
( ) = log

4. = log
= log
=

( )=

( )=

5. =
= +

=√ atau = √
( )=√ atau ( )= √
( )=√ atau ( )= √

6. =( + )
= +2 + =( + )
( + ) =
+ = √ atau + = √
32 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
=√ atau = √
( )=√ atau ( )= √
( )=√ atau ( )= √

7. = + +

Strategi cerdas:

x b
 f(x) = ax + b; a ≠ 0  f -1(x) = ;a≠0
a
ax  b d  dx  b a
 f(x) = ; x≠-  f -1(x) = ;x≠
cx  d c cx  a c

1a
 f(x) = acx ; a > 0  f -1(x) = alog x1/c = log x ; c ≠ 0
c
ax
 f(x) = a log cx ; a > 0; cx > 0  f -1
(x) = ;c≠0
c
 b  b 2  4a(c  x)
 f(x) = ax²+bx+c; a≠0  f -1(x)=
2a

33 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Contoh:

Jawab:

5. Rumus Komposisi ( )( ) dan ( )( )

Sifat 3.5

Misalkan sebuah fungsi bijektif dengan daerah asal dan daerah hasil
sedangkan merupakan fungsi identitas. Fungsi merupakan fungsi
invers dari fungsi jika dan hanya jika

untuk setiap dan

untuk setiap

Sifat 3.6

Jika sebuah fungsi bijektif dan merupakan invers , maka fungsi invers
dari adalah fungsi itu sendiri, disimbolkan dengan

34 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
6. Memahami ( ) ( )=( )( )

Dari gambar diagram di atas : → , : → , : → , : → , dengan dan


berkorespondensi satu-satu sedemkian sehingga = , maka = .
Dalam hal ini ( ) = disebut fungsi invers dari fungsi komposisi, sehingga
diperoleh sifat-sifat berikut ini.
( ) ( )=( )( ) dan ( ) ( )=( )( )

35 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
LATIHAN SOAL FUNGSI KOMPOSISI DAN INVERS

( )
1. Diketahui ( ) = , maka ( ) sama dengan ...

2. Invers dari fungsi ( ) = , x ≠ 4/3 adalah ...

3. Jika ( 1) = dan adalah invers dari f maka ( + 1)sama dengan ..

4. Jika ( )( ) = 4 +8 3 dan ( ) = 2 + 4, maka ( ) sama dengan ...

5. Diketahui ( ) = , dan adalah invers dari f, maka sama ( ) dengan ...

6. Diketahui ( ) = + 1 dan ( )=2 3, maka ( )( ) =…


(Ebtanas Tahun 1989)

7. Diketahui fungsi ( ) = 3 1 dan ( ) = 2 + 3. Nilai dari komposisi fungsi


( )(1) =…
(UN Matematika SMA IPA - 2010 P04)

8. Jika suatu fungsi ( ) = + 2dan ( ) = + 5 maka ( )( ) adalah.....

9. Jika ( ) = 2 dan ( ) = 2 + 3 maka g o f(x) adalah...

10. Diberikan dua buah fungsi masing-masing f(x) dan g(x) berturut-turut adalah:
f(x) = 3x + 2
g(x) = 2 x
Tentukan:
a) (f o g)(x)
b) (g o f)(x)

36 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
BAB
FUNGSI KUADRAT
4
Hidup ini tidak selalu sama. Ada
saatnya kita naik, dan ada saatnya
kita turun

Disusun oleh :

 Altisya Dilla
 Shera Annisa
 Suci Kumala Sari

Fungsi kuadrat banyak digunakan untuk menyelesaikan


permasalahan yang berhubungan dengan perubahan variabel
yang nilainya naik turun dengan pola simetris

Fungsi kuadrat dalam kehidupan sehari-hari dapat kita jumpai


saat orang memasukkan bola basket ke ring, bermain angry bird,
air mancur, dsb.

37 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
PETA KONSEP

Fungsi KuadratF(x)=ax2+bx+c, a≠0

Tabel Koefisien  Y=ax2+bx+c


Koordinat Persamaan Fungsi  Y=a(x-x1) (x-x2)
Kuadrat (a,b,c)  Y=a(x-x1)2
 Y=(x-h)2+k

Diskriminan a>0
a<0
D - b2 - 4ac

D>0 Nilai Maks Pers. Sumbu


D=0 atau Min simetri
D<0 y = -D/4a x = -b/2a

Titik Potong
Titik balik maks
Sumbu absis
atau min
P = (-b/2a, -D/4a)
Sketsa
Grafik
Karakteristik Menyusun
Fungsi Kuadrat Fungsi Kuadrat

Grafik Fungsi Kuadrat

38 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
FUNGSI KUADRAT
Fungsi f: R → R yang dinyatakan dengan f: x → ax2 + bx + c dimana a, b, c R dan a ≠ 0
disebut fungsi derajat dua atau lebih lazim disebut fungsi kuadrat. Fungsi kuadrat f = ax 2 +
bx + c mempunyai persamaan y= ax2 + bx + c dan grafiknya berupa parabola.
Fungsi kuadrat merupakan suatu fungsi yang pangkat terbesar variabelnya adalah 2.
Mirip dengan persamaan kuadrat, namun berbentuk suatu fungsi. Fungsi kuadrat
mempunyai bentuk umum: f(x) = ax² + bx + c, dengan a.b.c suatu bilangan real dan a ≠ 0.
Sebuah fungsi selalu berhubungan dengan grafik, begitu pula dengan fungsi kuadrat. Grafik
fungsi kuadrat berbentuk parabola. Untuk menggambar sebuah grafik fungsi kuadrat harus
ditentukan titik potong dengan sumbu kordinat dan titik ekstrimnya.

Sifat-sifat fungsi kuadrat

a. Jika a > 0, kurva terbuka ke atas memiliki nilai min


Jika a < 0, kurva terbuka ke bawah memiliki nilai maks
b. Jika titik puncak disebelah kanan sumbu y, a dan b berlawanan
Jika titik puncak disebleah kiri sumbu y, a dan b sama
c. Jika memotong sumbu y positif, c > 0
Jika memotong sumbu y negatif, c < 0
d. Jika memotong sumbu x di dua titik, D > 0
Jika menyinggung sumbu x, D = 0
Jika tidak memotong sumbu x, D < 0
Tidak memotong sumbu x dan terbuka ke atas (a > 0) disebut definit positif
Tidak memotong sumbu x dan terbuka ke bawah (a < 0) disebut definit
negatif
e. Titik ekstrim
Titik ekstrim pada fungsi kuadrat merupakan koordinat dengan absisnya
merupakan nilai sumbu simetri dan ordinatnya merupakan nilai ekstrim.
Pasangan koordinat titik ekstrim pada fungsi kuadrat = + + adalah
sebagai berikut

,
2 4

Keterangan:
D adalah deskriminan
= 4
Seperti yang sudah disebutkan di atas, = adalah sumbu
simetri dan merupakan nilai ekstrim fungsi kuadrat.

39 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Sumbu Simetri

Sumbu simetri merupakan garis yang ditarik dari nilai x titik ekstrem sejajar dengan sumbu
y yang membelah parabola menjadi 2 bagian yang sama besar.
Persamaanuntuksumbusimetrisadalah x = -b/2a

Sifat-Sifat Grafik Fungsi Kuadrat

Jika a > 0, maka grafiknya terbuka ke atas dan mempunyai titik balik minimum (titik
puncaknya mempunyai nilai terkecil)

Jika a < 0, maka grafiknya terbuka ke bawah dan mempunyai titik balik maksimum
(titik puncaknya mempunyai nilai terbesar)
Jika D merupakan diskriminan suatu fungsi kuadrat f(x) = ax² + bx + c, maka:
Jika D < 0, maka grafik y= f(x) memotong sumbu pada dua titik yang berbeda
Jika D = 0, maka grafik y= f(x) menyinggung sumbu x pada satu titik.
Jika D > 0, maka grafik y= f(x) tidak memotong sumbu x

Langkah-langkah dalam membuat sketsa grafik fungsi kuadrat/parabola


( y = ax2 + bx + c )

1. menentukan titik potong grafik dengan sumbu x → y = 0

kemudian difaktorkan sehingga diperoleh akar-akarnya yaitu x1 dan x2 . jika


kesusahan dalam memfaktorkan coba di cek dulu nilai D nya.
jika D < 0 maka fungsi tersebut memang tidak mempunyai akar-akar persamaan
fungsi kuadrat sehingga sketsa grafik fungsi kuadrat tidak memotong sumbu x
jika D > 0 maka fungsi tersebut mempunyai akar-akar persamaan fungsi kuadrat
namun kita kesulitan dalam menentukannya. bisa jadi karena angkanya yang
susah difaktorkan atau faktornya dalam bentuk desimal. Akar-akarnya dapat kita
cari dengan rumus abc :

40 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
setelah kita mendapatkan nilai x1 dan x2 maka titik potong grafik fungsi kuadrat
dengan sumbu x :( x1 , 0 ) dan ( x2 , 0 )
2. menentukan titik potong grafik dengan sumbu y → x = 0
karena x = 0 maka y = c dan titik potong dengan sumbu y = ( 0 , c )
3. menentukan harga ekstrim atau titik puncak
rumus menentukan harga ekstrem (xp,yp) = (-b/2a, D/4a)
untuk mengetahui apakah itu titik minimum atau maksimum tergantung dari
nilai a. Jika a>0 maka maksimum, jika a<0 maka nilai minimum.

Titikpuncak darifungsikuadrat f(x) = ax2 + bx + c adalahtitik yang


diperolehdenganmengambilkoordinatdaripasangannilaiekstremdenganabsisnya.
Koordinatpuncakdarifungsikuadratadalahtitik P (-b/2a, D/4a). Titik P
dinamakanmaksimumjika a > 0 dandinamakantitik minimum jika a < 0.
dari penentuan sumbu simetri ( xp ) dan nilai eksterm ( yp ) diperoleh titik puncak grafik
fungsi kuadrat/parabola : ( Xp , Yp )
Posisi grafik fungsi kuadrat/parabola terhadap sumbu x:
mengulang pembahasan mengenai titik potong sumbu x → y = 0 ada 3 kemungkinan :
a) Jika nilai D > 0, maka parabola memotong sumbu x di dua titik yang berbeda.
b) Jika nilai D = 0, maka parabola meotong sumbu x di satu titik atau bisa dikatakan
parabola (grafik fungsi kuadrat) menyinggung sumbu x (titik puncak)
c) Jika D < 0, maka parabola tidak memotong di sumbu x (melayang di atas atau di
bawah sumbu x)
 dalam hal D < 0 dan a > 0 maka f(x) = ax2 + bx + c, akan menghasilkan nilai
selalu positif (melayang di atas sumbu x)
 dalam hal D < 0 dan a < 0 maka f(x) = ax2 + bx + c, akan menghasilkan nilai
selalu negatif (melayang di bawah sumbu x)

dengan menggabungkan dengan nilai a nya dapat dibuat sketsa grafik fungsi
41 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
kuadrat/parabola :

2.5 Persamaan Fungsi Kuadrat / Parabola

a) Diketahui tiga titik sembarang

Rumus : y = ax2 + bx + c
nilai a, b dan c ditentukan dengan eliminasi.
b) Parabola memotong sumbu x di dua titik ( x1 , 0 )dan ( x2 , 0 ) dan melalui satu titik
sembarang.

Rumus : y = a ( x - x1 ).( x - x2 )
nilai a ditentukan dengan memasukkan titik sembarang tersebut ke x dan y.

42 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
c) Parabola menyinggung sumbu x di satu titik ( x1 , 0 ) dan melalui satu titik
sembarang.

Rumus : y = a ( x - x1 )2
nilai a ditentukan dengan memasukkan titik sembarang tersebut ke x dan y.
d) Parabola melalui titik puncak ( xp , yp ) dan melalui satu titik sembarang.

Rumus : y = a ( x - xp )2 + yp
nilai a ditentukan dengan memasukkan titik sembarang tersebut ke x dan y

1. Menentukanfungsikuadrat yang grafiknyamelalui 3 buahtitik.


Menggunakan y = ax2 + bx +c
Tentukan fungsi kuadrat grafiknya melalui 3 buah titik (-1,0), (2,-9) dan (4,-5)

Penyelesaian:

melalui (-1,0) => y = a(-1)2 + b(-1) + c


0=a-b+c ... (1)
melalui (2,-9) => y = a(2) + b(2) + c
2

-9 = 4a + 2b + c ... (2)
melalui (4,-5) => y = a(4) + b(4) + c
2

-5 = 16a + 4b + c ... (3)


Dari (1) - (2) => -3a - 3b = 9 ... (4)
Dari (2) - (3) => -12a - 2b = -4 ... (5)
Dari (4) x 4 => -12a - 12b = 36 ... (4)'
Dari (5) - (4)' => 10b = -40
b = -4
Substitusikan b = -4 ke (4)
maka => -3a + 12 = 9
-3a = -3
a=1
Substitusikan a = 1 dan b = -4
maka => 1 - (-4) + c = 0
5+c=0
c = -5
43 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Sehingga fungsi kuadratnya => y = x2 - 4x – 5

2. Menentukanfungsikuadratjikakoordinattitikpuncakdiketahui.
Menggunakan y = a(x - p)2 + q titik puncak (p,q)
Tentukan fungsi kuadrat yang grafiknya mempunyai titik puncak (2,-9)serta melalui titik (-
1,0)
Penyelesaian:
y = a(x - p)2 + q
= a(x - 2)2 - 9

melalui (-1,0) => y = a(x - 2)2 - 9


0 = a(-1 - 2)2 - 9
9 = 9a
a=1

Jadi, fungsikuadratnya => y = 1(x - 2)2 - 9


= (x2 - 4x + 4) - 9
= x2 - 4x – 5

3. Menentukanfungsikuadrat yang grafiknyamemotongsumbu x di titik (p,0) dan (q,0)


Menggunakan y = a(x - p) (x - q)
Tentukan fungsi kuadrat yang grafiknya memotong sumbu x di titik (-1,0) dan (5,0).
sertamelalui (4,-5)
Penyelesaian:
y = a(x - p) (x - q)
= a{x -(-1)}(x - 5)
= a(x + 1) (x - 5)
karenamelalui (4,-5) maka
-5 = a(4 + 1) (4 - 5)
-5 = -5a
a=1
Jadi, fungsikuadratnya : y = 1(x + 1) (x - 5)
= x2 - 4x – 5

44 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
LATIHAN SOAL PERSAMAAN KUADRAT

1. Akar-akar persamaan kuadrat 5x2 – 3x + 1 = 0 adalah …

2. Hasil kali akar-akar persamaan kuadrat 6x2 – 2x + 3 = 0 adalah …

3. Akar-akar persamaan kuadrat x2 + 3x – 2 = 0 adalah x1 dan x2. Nilai + =…

4. Sumbu simetri parabola y = x2 – 5x + 3 diperoleh pada garis …

5. Ordinat titik balik maksimum grafik fungsi y = -x2 – (p – 2)x + (p – 4) adalah 6. Absis
titik balik maksimum adalah …

6. Nilai minimum fungsi f(x) = x2 – 5x + 4 adalah …

7. Fungsi kuadrat yang grafiknya berpuncak dititik (2, 3) dan melalui titik (-2, 1)
adalah ...

8. Akar-akar persamaan kuadrat 2x2 – 13x + 15 = 0 adalah …

9. Akar-akar persamaan kuadrat x2 – 3x – 2 = 0 adalah x1 dan x2. Persamaan kuadrat


dengan akar-akar (x1 + 2) dan (x2 + 2) adalah …

10. Diketahui x1 dan x2 adalah akar-akar persamaan kuadrat x2 + 4x + (a – 4) = 0. Jika


x1 = 3x2, maka nilai a yang memenuhi adalah …

45 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
BAB
PERSAMAAN LINGKARAN
5
lingkaran adalah roda kehidupan, kita tidak
akan tahu kapan roda itu akan berhenti atau
berputar, begitu juga hidup kita tidak akan
tahu dimana kita akan berhenti untuk
menjalani hidup ini. So.. do the best !!!

Disusun Oleh :

 Feralia Goretti
Situmorang
 Hanifa Zulfitri
 Reno Sutriono

Lingkaran sudah ada sejak jaman prasejarah. Penemuan roda adalah


penemuan mendasar dari sifat lingkaran. Orang-orang Yunani menganggap
Mesir sebagai penemu geometri. Juru tulis Ahmes, penulis dari papirus
Rhind, memberikan aturan untuk menentukan area dari sebuah lingkaran
yang sesuai dengan π = 256 / 81 atau sekitar 3,16.

Teorema pertama yang berhubungan dengan lingkaran yang dikaitkan


dengan Thales sekitar 650 SM. Buku III dari Euclid 's Elements berurusan
dengan sifat lingkaran dan masalah inscribing dan escribing poligon.

46 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
PETA KONSEP

47 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
PERSAMAAN LINGKARAN
Lingkaran adalah lengkung tertutup yang semua titik – titik pada lengkung itu berjarak
sama terhadap suatu titik tertentu dengan lengkungan itu. Titik tertentu dalam
lengkungan disebut pusat lingkaran dan jarak tersebut disebut jari – jari lingkaran

Unsur – unsur lingkaran :

1) Titik Pusat
Titik pusat lingkaran adalah titik yang terletak di tengah-tengah lingkaran.
2) Jari-Jari (r)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jari-jari lingkaran adalah garis dari titik
pusat lingkaran ke lengkungan lingkaran.
3) Diameter (d)
Diameter adalah garis lurus yang menghubungkan dua titik pada lengkungan
lingkaran dan melalui titik pusat.
4) Busur
Dalam lingkaran, busur lingkaran merupakan garis lengkung yang terletak pada
lengkungan lingkaran dan menghubungkan dua titik sebarang di lengkungan
tersebut.
5) Tali Busur
Tali busur lingkaran adalah garis lurus dalam lingkaran yang menghubungkan dua
titik pada lengkungan lingkaran. Berbeda dengan diameter, tali busur tidak melalui
titik pusat.
6) Tembereng
Tembereng adalah luas daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh busur dan tali
busur.
7) Juring
Juring lingkaran adalah luas daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh dua buah
jari-jari lingkaran dan sebuah busur yang diapit oleh kedua jari-jari lingkaran
tersebut.
8) Apotema
Pada sebuah lingkaran, apotema merupakan garis yang menghubungkan titik pusat
lingkaran dengan tali busur lingkaran tersebut. Garis yang dibentuk bersifat tegak
lurus dengan tali busur.

48 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
1. PERSAMAAN LINGKARAN

Seperti halnya garis lurus atau parabola yang memiliki persamaan, lingkaran
juga memiliki persamaan. Persamaan lingkaran tergantung pada koordinat titik pusat
dan panjang jari – jari. Berikut ini akan dibahas persamaan – persamaan lingkaran
dilihat dari koordinat titik pusat.

1) Persamaan Lingkaran dengan pusat Titik Asal


O(0,0)
Pada lingkaran disamping jari – jari atau r = OP,
OP’ = x dan PP’ = y.
Jarak dari O(0,0) ke P(x,y) adalah
Berdasarkan rumus Pythagoras
OP’2 + PP’2 = OP2 atau x2 + y2 = r2
Jadi persamaan lingkaran yang berpusat O(0,0) da
jari – jari r adalah x2 + y2 = r2

Contoh :
Tentukan persamaan lingkaran yang berpusat O(0,0) dan jari – jari 5.
Jawab :
x2 + y2 = r2
x2 + y2 = 52
x2 + y2 = 25

2) Persamaan lingkaran yang berpusat P(a,b) dan berjari – jari r

Persamaan lingkaran yang berpusat P(a, b) dan berjari-jari r dapat diperoleh dari
persamaan lingkaran yang berpusat di (0, 0) dan berjari-jari r dengan
menggunakan teori pergeseran. Jika pusat (0, 0) bergeser (a, b) maka titik (x, y)
bergeser ke (x + a, y + b).
Kita peroleh persamaan sebagai berikut :
x’ = x + a x = x’ – a
y’ = y + b y = y’ – b

49 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Jadi persamaan lingkaran yang berpusat P(a,b) adalah (x – a)2 + (y – b)2 = r2
Contoh :
Tentukan persamaan lingkaran yang berpusat di (3,2) dan berjari – jari 4.
Jawab :
Pusat (3, 2) maka a = 3 dan b = 2
Persamaan lingkaran (x- a)2 + (y – b)2 = r2
(x- 3)2 + (y – 2)2 = 42
(x- 3)2 + (y – 2)2 = 16

3) Bentuk umum persamaan lingkaran


Telah kita ketahui bahwa bentuk baku persamaan lingkaran adalah (x-a)2
+ (y-b)2 = R2 dengan pusat (a,b) dan jari – jari R. Bentuk baku tersebut dapat
diubah ke dalam bentuk lain.
(x – a)2 + (y – b)2 = R2
x2 - 2ax + a2 + y2 – 2by + b2 = R2
x2 + y2 – 2ax – 2by + a2 + b2 – R2 = 0................................................(1)
Apabila A = -2a, B = -2b, dan C = a2 + b2 – R2, maka persamaan (1) dapat
dinyatakan menjadi :
x2 + y2 + Ax + By + C = 0

Bentuk tersebut merupakan bentuk umum persamaan lingkaran. Lalu bagaimana


cara menentukan pusat dan jari – jarinya?

A = -2a berarti a = A
B = -2b berarti b = B
C = a2 + b2 – R2 berarti R2 = a2 + b2 – C

R =√ + = √ +
Sehingga rumus lingkaran dengan persamaan x2 + y2 + Ax + By + C = 0 maka :
Pusat = ( A, B)

Jari – jari = √ +

Bukti Lain :

50 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Contoh :
Jari-jari dan pusat lingkaran yang memiliki persamaan x2 + y2 + 4x 6y 12 =
0 adalah...
Jawab :
x2 + y2 + 4x − 6y − 12 = 0
A=4
B = −6
C = −12
Pusat: Jari – jari :

Sehingga jari-jari dan pusatnya adalah 5 dan ( 2, 3).

KEDUDUKAN TITIK TERHADAP LINGKARAN


Kedudukan titik terhadap lingkaran adalah terletak diluar, pada, atau di dalam lingkaran
seperti pada gambar di bawah ini. A, B, dan C berturut – turut terletak di luar, pada, dan
di dalam lingkaran.
Titik C(x1,y1) terletak di dalam lingkaran yang berpusat O(0,0) dan berjari – jari R jika
dan hanya jika :

OP < R
√( 0) + ( 0) < R
a2 +b 2 < R2

51 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Titik B(x1,y1) terletak pada lingkaran x2 + y2 = R2 jika dan hanya jika x2 + y2 = R2 :
OP = R
√( 0) + ( 0) = R
a2 + b2 = R2

Titik A(x1,y1) terletak di luar lingkaran x2 + y2 = R2 jika dan hanya jika x2 + y2 > R2 :
OA > R
√( 0) + ( 0) > R
x1 + y12 > R2
2

Dengan demikian, kita peroleh rumusan sebagai berikut.


Kedudukan titik (x1,y1) terhadap lingkaran x2 + y2 = R2 terletak:
Di luar x12 + y12 > R2
Pada x12 + y12 = R2
Di dalam x12 + y12 < R2
Titik A(x1,y1) terletak di luar lingkaran yang berpusat P(a,b) dan berjari – jari R jika dan
hanya jika :
PA > R
√( 1 ) +( 2 ) > R
(x1 – a)2 + (y1 – b)2 > R

Dengan cara yang sama di dapat :


Kedudukan titik (x1,y1) terhadap lingkaran (x – a)2 + (y – b)2 = R2 terletak :
Di luar (x1 – a)2 + (y1 – b)2 > R
Pada (x1 – a)2 + (y1 – b)2 = R
Di dalam (x1 – a)2 + (y1 – b)2 < R
Jika persamaannya dalam bentuk umum, maka dapat diubah menjadi :
Di luar x2 + y2 + Ax + By + C > 0
Pada x2 + y2 + Ax + By + C = 0
Di dalam x2 + y2 + Ax + By + C < 0
52 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Titik A(x1,y1) terletak di luar lingkaran yang berpusat di titik P(a,b), maka untuk
menemukan jarak titik terhadap lingkaran adalah sebagai berikut.

Jarak terjauh titik A(x,y) dengan lingkaran adalah AB = d + R


Jarak terdekat titik A(x,y) dengan lingkaran adalah AC = |d – R|
Dengan d = jarak titik pusat lingkaran dengan titik A(x,y)
d = √( ) +( )
R = jari – jari lingkaran

Contoh :
Diberikan persamaan lingkaran:
x2 + y2 4x + 2y 4 = 0

Titik A memiliki koordinat (2, 1). Tentukan posisi titik tersebut, apakah di
dalam lingkaran, di luar lingkaran atau pada lingkaran!
Jawab :
Masukkan koordinat A ke persamaan lingkarannya:
Titik A (2, 1)
x=2
y=1

x2 + y2 4x + 2y 4
= (2)2 + (1)2 4(2) + 2(1) 4
=4+1 8+2 4
= 5

Hasilnya lebih kecil dari 0, sehingga titik A berada di dalam lingkaran.


Aturan selengkapnya:
Hasil < 0 , titik di dalam lingkaran
Hasil > 0 , titik akan berada di luar lingkaran.
Hasil = 0, maka titik berada pada lingkaran.

53 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
KEDUDUKAN GARIS TERHADAP LINGKARAN

A
P

0 X

Misalnya diminta untuk menentukan sebuah titik sembarang di luar lingkaran,


misalnya titik P. Melalui titik P diminta untuk menggambar garis yang memotong
lingkaran di dua titik, yaitu di titik A dan titik B, garis yang memotong lingkaran di
satu titik saja, yaitu titik C dan garis yang tidak memotong lingkaran. Sehingga posisi
garis terhadap lingkaran ada 3 macam, yaitu:

1) Garis memotong lingkaran pada dua titik yang berbeda

D > 0 garis memotong pada 2 titik yang berbeda

2) Garis memotong lingkaran pada satu titik ( garis menyinggung lingkaran )

54 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
D = 0 garis menyinggung pada satu titik

3) Garis tidak memotong lingkaran maupun menyinggung lingkaran

D < 0 maka garis tidak memotong maupun menyinggung lingkaran

Posisi garis terhadap lingkaran dapat juga dilihat dari nilai diskriminan:

Jika D < 0 Garis Memotong Lingkaran pada Dua Titik yang Berbeda
D= 0 garis menyinggung pada satu titik
D>0 garis tidak memotong maupun menyinggung lingkaran

Contoh :
Tentukan posisi garis y = 2 + 3 + = 49.
Jawab :
y = 2 + 3 subsitusi pada + = 49
+ (2 + 3) = 49
+ 4 + 12 + 9 = 49
5 + 12 40 = 0

= 4
=12 4(5)(40)
=944
D >0
Maka garis memotong pada dua titik yang berbeda

55 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
KEDUDUKAN DUA BUAH LINGKARAN
Dua lingkaran dapat saling berpotongan, bersinggungan, atau tidak
berpotongan sama sekali. Keadaan ini dapat diselidiki dengan membandingkan jarak
titil pusat kedua lingkaran dengan jumlah jari – jarinya atau selisih jari – jarinya.
Misal lingkaran L berjari – jari r1 dan lingkaran M berjari – jari r2. Jika :
1) LM < (r1 + r2) maka kedua lingkaran berpotongan.
2) LM = (r1 + r2) maka kedua lingkaran bersinggungan di luar.
3) LM > (r1 + r2) maka kedua lingkaran tidak berpotongan sama sekali.
4) LM = |r2 – r1| maka kedua lingkaran bersinggungan di dalam.
5) LM < |r2 – r1| maka lingkaran kecil berada di dalam lingkaran besar.
6) LM = 0 maka kedua lingkaran sepusat.

PERSAMAAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN

1) Definisi Garis Singgung


Garis singgung adalah garis yang memotong lingkaran tepat di satu titik. Titik
tersebut disebut titik singgung. Jari-jari lingkaran yang melalui titik singgung
selalu tegak lurus dengan garis singung. Perhatikan gambar berikut!

D=0 g =Garis Singgung

r g = Garis singgung
P(a,b) A(x1,Y1) titik singgung
A(x1,y2)

O(0,0)

Persamaan Garis singgung dapat dinyatakan dalam bentuk y = mx + c.


Persamaan Garis singgung lingkaran dapat dibedakan dalam tiga jenis seperti
digambarkan berikut ini:
9
56 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Y=mx+c T(X1,y1)

Garis singgung melalui satu titik pada lingkaran

Y=m+c2

Y=m+c1

Garis singgung bergradien m

Y=m2x+c2

Y=m1x+c1

R(x1,y1)

Garis singgung melalui satu titik di luar lingkaran

2) Persamaan garis singgung melalui satu titik pada lingkaran

Rumus Persamaan Garis Singgung ini dapat dirangkum sebagai berikut:


Persamaan Lingkaran Persamaan Garis Singgung
+ = + =
( ) +( ) = ( )( )+( )( )=
+ + + + =0 1 1
+ + ( + )+ ( + )
2 2
+ =0

Rumus di atas hanya berlaku untuk Persamaan Garis Singgung melalui titik pada
lingkaran.

Contoh:
Tentukan Persamaan Garis singgung Lingkaran ≡ + = 10 yang melalui
titik (-3,1).

57 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Jawab :
Titik (-3,1) = 3 dan = 1, terletak pada ≡ + = 10
Persamaan garis singgungnya + =
( 3) + (1) = 10
3 + = 10
Jadi, persamaan garis singgung lingkaran ≡ + = 10 yang melalui titik (-
3,1) adalah 3 + = 10

3) Persamaan garis singgung bergradien m


Rumus persamaan Garis singgung ini digunakan untuk mencari
persamaan garis singgung yang gradiennya diketahui, sejajar atau tegak lurus
dengan suatu garis atau unsure lain yang berhubungan dengan gradient. Rumus-
rumus yang dapat digunakan ialah

Persamaan Lingkaran Persamaan Garis Singgung


+ = = √1 +
( ) +( ) = = ( ) √1 +
+ + + + =0 Ubah bentuk persamaan
ke ( ) +( ) =
gunakan rumus
= ( ) √1 +

4) Persamaan Garis singgung melalui titik di luar lingkaran


Ada beberapa metode atau teknik untuk menyelesaikan masalah ini antara
lain: menggunakan rumus, menggunakan garis singgung bergradien m.
a. Menggunakan rumus
Rumus persamaan garis singgung lingkaran melalui titik ( , ) pada
lingkaran ( ) +( ) = adalah = ( ) adalah
dengan
( )( ) √( ) +( )
=
( )

b. Menggunakan rumus persamaan garis singgung bergradien m


Teknik nini menggunakan kesamaan garis dari dua persamaan,
persamaan 1 (satu) adalah garis melalui ( , ) dan persamaan 2 (dua)
adalah persamaan garis singgng bergradien m.

Contoh :
Tentukan persamaan garis singgung lingkaran, + = 25 yang malalui
(7,1)
Jawab
Persamaan 1 : = ( )
1= ( 7)
58 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
= 7 +1
Persamaan 2 : = √1 +
= 5√1 +

= 5√1 + → = 7 +1
5√1 + =7 +1
25(1 + ) = 49 14 + 1
25 + 25 = 49 14 + 1
24 14 24 = 0
(4 + 3)(3 4) = 0
3 4
= =
4 3
Persamaan Garis singgung 1
= = 7 +1
= 7. /+1
4 = 3 + 21 + 4
3 + 4 = 25
Persamaan Garis singgung ke 2
= = 7 +1
= 7. / +1
3 =4 28 + 3
4 3 = 25

59 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
LATIHAN SOAL PERSAMAAN LINGKARAN

1. Tentukan posisi 2 lingkaran berikut.


≡ + =9 ≡ + 6 6 +9=0
2. Persamaan lingkaran dengan pusat P (6,2) yang menyinggung garis 3x + 4y = 11
adalah....
3. Diketahui titik A(5,-1) dan B(2,4). Tentukan persamaan lingkaran yang
diameternya melalui titik A dan B !
4. Lingkaran (x+6)2 + (y+1) = 4 menyinggung garis x = -4 dititik....
5. Persamaan lingkaran dengan pusat (-1,1) dan menyinggung garis 3x – 4y + 12 = 0
adalah....
6. Persamaan lingkaran yang berpusat di titik (2,4) dan melalui titik(10,-2)
7. Perhatikan gambar di bawah ini!

Persamaan lingkaran dari gambar di atas adalah ...


8. Diberikan persamaan lingkaran:
(x − 2)2 + (x + 1)2 = 9

Titik B memiliki koordinat (5, − 1).


Tentukan posisi titik B apakah berada di dalam, luar atau pada lingkaran!
9. Lingkaran yang persamaannya x2 + y2 − Ax − 10y + 4 = 0 menyinggung sumbu x.
Nilai A yang memenuhi adalah...
10. Persamaan lingkaran dengan pusat P(3, 1) dan menyinggung garis 3x + 4y + 7 = 0
adalah.....

60 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
BAB
TEOREMA
6 PYTHAGORAS

Jika engkau tidak sanggup menahan


lelahnya belajar, maka engkau harus
menanggung pahitnya kebodohan.

Disusun oleh:

 Khafifa
 Novi Suryani
 Nety Wahyu Saputri

Konon, bangsa Mesir kuno telah mampu membuat sudut siku-siku


dengan tepat hanya dengan menggunakan seutas tali. Mereka
menggunakan sejenis tali kusut sebagai bantuan untuk membentuk
sudut siku-siku dalam kegiatan pembangunan gedung-gedung
mereka. Tali memiliki panjang 12 knot, yang dapat dibentuk menjadi
sebuah segitiga siku-siku ukuran 3-4-5, sehingga menghasilkan tepat
sudut 90 derajat. Pada tali tersebut dibuat simpul berjarak sama.
Dengan menggunakan cara tersebut, mereka dapat membangun
rumah, taman, hingga piramida yang sangat terkenal dan masih
dapat dilihat hingga saat ini.

61 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
PETA KONSEP

TEOREMA
PYTHAGORAS

Kuadrat dan
Definisi Akar Kuadrat
Bilangan

Dalil

Pembuktian Penggunaan dalam Penerapan pada


Dalil Matematika Kehidupan
Sehari-hari

Tripel
Pythagoras
Perhitungan Perhitungan
Perhitungan pada pada
pada Segitiga Bangun Bangun
Perbandingan Datar Ruang
Sisi-sisi Segitiga
Siku-siku
Istimewa

Menemukan Garis
Jenis Tinggi
Perbandingan Segitiga Segitiga
Trigonometri
Segitiga Siku-siku

62 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
TEOREMA PHYTAGORAS
Kuadrat dan Akar Kuadrat Bilangan

Teorema Pythagoras erat kaitannya dengan bentuk kuadrat. Akar kuadrat dari a
(dilambangkan dengan √ ) adalah suatu bilangan tak negatif yang jika dikuadratkan
sama dengan . Perhatikan definisi berikut :

= 0, √ =

A. Definisi

Dalam matematika, teorema Pythagoras adalah suatu keterkaitan dalam


geometri Euklides antara tiga sisi sebuah segitiga siku-siku. Teorema ini dinamakan
menurut nama filsuf dan matematikawan Yunani abad ke-6 SM yakni Pythagoras.
Pythagoras sering dianggap sebagai penemu teorema ini meskipun sebenarnya fakta-
fakta teorema ini sudah diketahui oleh matematikawan India (dalam Sulbasutra
Baudhayana dan Katyayana) Yunani, Tionghoa dan Babilonia jauh sebelum Pythagoras
lahir. Pythagoras menjadi terkenal karena ialah yang pertama membuktikan kebenaran
universal dari teorema ini melalui pembuktian matematis.

1. Dalil Pythagoras

Dalil phytagoras mengungkapkan hubungan antara sisi-sisi pada suatu segitiga


siku-siku. Perhatikan bagian-bagian segitiga siku-siku di bawah ini:

a) Sisi di depan sudut siku-siku (sisi AB) merupakan sisi


terpanjang dan disebut sisi miring (hipotenusa).
b) Sisi-sisi lain yang membentuk sudut siku-siku (sisi BC
dan sisi CA) disebut sisi siku-siku.

Bunyi dalil pythagoras adalah :


“Untuk setiap segitiga siku-siku, berlaku kuadrat
panjang sisi miring (hipotenusa) sama dengan jumlah
kuadrat panjang sisi siku-sikunya”

Sehingga jika ABC adalah segitiga siku-siku dengan c = +

adalah panjang sisi miring (hipotenusa), sedangkan a dan b Maka diperoleh pula :

=
adalah panjang sisi siku-sikunya, maka berlaku:
=

63 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
2. Pembuktian Teorema Pythagoras

Bukti 1:

Gambar di bawah menunjukkan persegi ABCD dengan

sisi (a + b) satuan, yang terdiri dari persegi kecil EFGH dengan sisi c satuan dan empat
buah segitiga kongruen. Dari Gambar tampak bahwa luas persegi ABCD sama dengan
luas persegi EFGH ditambah luas empat segitiga siku-siku (luas daerah berwarna biru),
sehingga diperoleh:

Luas persegi ABCD = Luas persegi EFGH + Luas 4 segitiga siku-siku

( + ) = +4 ( )
2
+2 + = +2
+ = (Terbukti)

Bukti 2:Bukti dari Astronom India Bhaskara (1114 - 1185)

Pada gambar di atas terdapat persegi ABCD dengan panjang sisi “c” . kemudian di dalam
persegi ABCD tersebut dibuat 4 buah segitiga siku-siku yang sama besar dengan panjang
sisi siku-siku adalah “a” dan “b” serta panjang sisi miring adalah “c”.
Dengan memperhatikan gambar di atas, didapatkan :

LABCD = L PQRS + L∆ABQ + L∆BCR + L∆CDS + L∆ADP


KarenaL∆ABQ + L∆BCR + L∆CDS + L∆ADP, maka :
LABCD = L PQRS + 4 (L∆ABQ)
64 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Perhatikan bahwa panjang sisi Persegi PQRS = ( b – a ) , berarti :
c2 = ( b – a ) 2 + 4 ( ½ ab)
c2 = ( b2– 2ab + a2 ) + 2 ab
c2 = b2+ a2 – 2ab + 2 ab

c2 = b2+ a2 (Terbukti)

Bukti 3: Menggunakan Garis Tinggi dan Sifat Segitiga Sebangun (Pembuktian Baskhara
yang Kedua)

Misal, diketahui segitiga ABC siku – siku di C.

AB = c, BC = a, dan AC = b

Buat garis tinggi dari C yang memotong AB di titik D sehingga sudut CDA dan CDB siku –
siku,

Segitiga ACD dengan ABC sebangun, sehingga:

Segitiga BCD dengan segitiga ABC juga sebangun, sehingga:

Dari persamaan (1) dan (2), diperoleh:

(Terbukti)

65 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
3. Tripel Pythagoras

Tripel Pythagoras adalah kelompok tiga bilangan bulat positif yang memenuhi
kuadrat bilangan terbesar sama dengan jumlah kuadrat dua bilangan lainnya
Tiga buah bilangan a, b dan c dimana a, b dan c bilangan asli, dan c merupakan
bilangan terbesar, dikatakan merupakan triple phytagoras jika ketiga bilangan tersebut
memenuhi hubungan:
c² = a² + b², atau b² = c² - a², atau a² = c² - b²
Cara untuk mendapatkan 3 bilangan yang merupakan Tripel Pythagoras yaitu dengan
memilih dua bilangan asli sembarang, misalnya a dan b, dengan ketentuan a > b ,
kemudian perhatikan tabel
A b a2 + b2 a2 - b 2 2ab Tripel Pythagoras
2 1 22 + 12 = 5 22 - 12 = 3 2. 2 . 1 = 4 5, 3, 4
3 2 32 + 22 = 13 32 + 22 = 5 2. 3. 2 = 12 13, 5, 12
5 3 52 + 32 = 34 52 + 32 = 16 2. 5. 3 = 30 34, 16, 30
Dst.....

4. Perbandingan Sisi-sisi pada Segitiga Siku-siku dengan Sudut Istimewa

a. Sudut 45°

Jika salah satu sudut dari suatu segitiga siku-siku adalah 45°
maka sudut yang lain juga 45°.Jadi segitiga tersebut adalah
segitiga siku-siku sama kaki.
Perhatikan gambar disamping:
Sudut B siku-siku dengan panjang AB = BC = x cm
dan < A = <C = 45°.
Dengan menggunakan teoema Pythagoras diperoleh
= +
=√ +
= √ +
= √2 = √2
Misal : x = 1
Maka diperoleh perbandingan = √2
= 1 1 √2

b. Sudut 30° dan 60°

Segitiga ABC disamping adalah segitiga sama sisi dengan


AB = BC = AC = 2x cm dan <A = <B = <C = 60°.
Karena CD tegak lurus AB, maka CD merupakan garis tinggi sekaligus
Garis bagi <C, sehingga < ACD = < BCD = 30°.
Titik D adalah titik tengah AB, dimana AB = 2x cm, sehingga panjang
BD = x cm.

66 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Perhatikan segitiga CBD
Dengan menggunakan teorema Pythagoras diperoleh
=
=√
= √(2 )
= √4
= √3 = √3
Misal, x = 1
Maka diperoleh perbandingan = √3 2
=1 √3 2

5. Perbandingan Trigonometri pada Segitiga Siku-siku


Perhatikan segitiga siku-siku dibawah ini:

Ada tiga sisi unik dalam segitiga tersebut berdasarkan posisi sudut siku-siku dan
sudut yang diketahui. Ketiga sisi tersebut adalah:
a) Sisi yang berhadapan dengan sudut yang diketahui disebut sebagai sisi depan
b) Sisi tempat menempelnya sudut siku-siku dan sudut yang diketahui disebut
sebagai sisi samping
c) Sisi yang berhadapan dengan sudut siku-siku disebut sebagai sisi miring.

Pada perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku terdapat sebuah definisi


yang menyatakan bahwa:
Dalamsuatusegitigasiku-sikuberlaku :

1) Sinus suatusudutadalahperbandingansisisiku- siku di


hadapansudutitudengansisimiringnya.
2) Cosinussuatusudutadalahperbandingansisisiku- siku yang
mengapitsudutitudengansisimiringnya
3) Tangensuatusudutadalahperbandingansisisiku-siku di
hadapansudutitudengansisisiku-siku yang lainnya.
4) Cotangenssuatusudutadalahperbandingansisisiku -siku yang
mengapitsudutitudengansisisiku - siku yang lainya.
5) Sekanssuatusudutadalahperbandingansisi miring dengansisisiku-siku yang
mengapitsudutitu
6) Cosekanssuatusudutadalahperbandingansisi miring dengansisisiku-siku di
hadapansudutitu.

67 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Dari definisi diatas, maka perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku
dapat dirumuskan sebagai berikut:

= = =

= = =

= = =

= = =

= = =

= = =

B. Penggunaan Teorema Pythagoras dalam Matematika


1. Perhitungan pada Segitiga
a. Menentukan Jenis Suatu Segitiga
Menentukan jenis suatu segitiga yaitu dengan menggunakan kebalikandari
teorema Pythagoras. Kebalikan teorema Pythagoras menyatakan bahwa:
“Untuk setiap segitiga jika jumlah kuadrat panjang dua sisi yang saling tegak lurus sama
dengan kuadrat panjang sisi miring maka segitiga tersebut merupakan segitiga siku-
siku.”
Perhatikan gambar (i). Misalkan ∆ABC dengan panjang sisi-sisinya AB =c cm,
BC= a cm, dan
AC = b cm. Sehingga berlaku = + ................................(1)
Akan dibuktikan bahwa ∆ ABC siku-siku di B.

Pada gambar (ii), ∆ PQR siku-siku di Q dengan panjang PQ = c cm, QR = a cm, dan
PR = q cm. Karena ∆ PQR siku-siku, maka berlaku = + ...................................(2)
Berdasarkan persamaan (1) dan (2) kita peroleh
= + = =
Sehingga, b = q

68 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Jadi, ∆ ABC dan ∆ PQR memiliki sisi-sisi yang sama panjang. Dengan
mengimpitkan sisi-sisi yang bersesuaian dari kedua segitiga, diperoleh sudut-sudut yang
bersesuian sama besar. Dengan demikian, <ABC = <PQR = 90 . Jadi, ∆ ABC adalah
segitiga siku-siku di B.

Kebalikan teorema Pythagoras juga dapat digunakan untuk menentukan apakah


sebuah segitiga merupakan segitiga siku-siku, segitiga lancip, atau segitiga tumpul.
Misalnya, sisi c adalah sisi terpanjang pada ∆ABC.
 Jika + = , maka ∆ABC merupakan segitiga siku-siku.
 Jika + , maka ∆ABC merupakan segitiga lancip.
 Jika + < , maka ∆ABC merupakan segitiga tumpul.

Maka dapat disimpulkan bahwa, pada suatu segitiga berlaku:


a) Jika kuadrat sisi miring = jumlah kuadrat sisi yang lain maka segitiga tersebut
siku-siku.
b) Jika kuadrat sisi miring < jumlah kuadrat sisi yang lain maka segitiga tersebut
lancip.
c) Jika kuadrat sisi miring > jumlah kuadrat sisi yang lain maka segitiga tersebut
tumpul.

b. Menghitung Garis Tinggi pada Segitiga


Garis tinggi pada segitiga adalah garis yang ditarik dari sudut segitiga dan tegak
lurus terhadap
sisi yangada di hadapan sudut segitiga tersebut. Sekarang bagaimana cara menghitung
garis tinggi pada suatu segitga? Ada rumus umum yang dapat kamu gunakan untuk
menghitungnya. Untuk lebih jelasnya pelajari uraian berikut secara saksama.
Misalkan diketahui segitiga sebarang ABC dengan panjang
AB = c cm, AC = b cm dan BC = a cm. Serta CD adalah garis tinggi
pada segitiga ABC. Misalkan panjang AD adalah x, dengan demikian
panjang DB adalah c – x.
 Pada ∆ ADC berlaku teorema Pythagoras, yaitu:
= ...................(i)
 Pada ∆ DBC juga berlaku teorema Pythagoras, yaitu:
= ( ) .........................(ii)
 Dari persamaan (i) dan (ii) diperoleh hubungan :
= ( )
= ( 2 + )
= +2
= +2

= ............................(iii)

 Substitusikan persamaan (iii) ke persamaan (i), maka diperoleh

69 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
=
+
= ( )
2

+
= √ ( )
2

Dari uraian diatas diperoleh bahwa panjang garis tinggi segitiga ABC yaitu CD, adalah :

+
= √ ( )
2

2. Perhitungan pada Bangun Datar


Selain dimanfaatkan pada segitiga siku-siku, teorema Pythagoras juga dapat
digunakan pada bangun datar dan bangun ruang matematika yang lain untuk mencari
panjang sisi-sisi yang belum diketahui.
Perhatikan contoh soal berikut:
Perhatikan gambar persegi panjang ABCD disamping.
Diketahui ukuran panjang dan lebar persegi panjang tersebut
Berturut-turut adalah 15 cm dan 8 cm.
Tentukan :
a. Luas persegi panjang ABCD.
b. Panjang diagonal BD
c. Panjang BE
Penyelesaian:
a. Luas persegi panjang ABCD dapat dihitung sebagai berikut
Luas peresegi panjang = panjang x lebar
= 15 x 8
= 120
Jadi, Luas ABCD adalah 120 cm2
b. Dengan menggunkan teorema Pythagoras beraku hubungan
BD2 = AB2 + AD2
BD2 = 152 + 82
= 225 + 64
= 289
BD = √289 = 17
Jadi, panjang BD = 17 cm.
c. Perhatikan gambar. Panjang garis BE adalah ½ kali panjang diagonal BD, sehingga:
Panjang BE = ½ x panjang diagonal BD’
= ½ x 17 = 8 ½
Jadi, panjang BE = 8 ½ cm.
70 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
3. Perhitungan Pada Bangun Ruang
Perhatikan kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk a cm pada gambar di
samping. Dapatkah kalian menyebutkan diagonal sisi kubus ABCD.EFGH?
Diagonal sisi adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut
yang berhadapan pada suatu bidang datar. Diagonal sisi kubus tersebut
antara lain , , , . . Misalkan kita akan menentukan
panjang diagonal sisi . Perhatikan persegi ABCD.
adalah salah satu diagonal sisi bidang ABCD. Sekarang,
perhatikan ∆ ABD. Karena ∆ ABD siku-siku di A,
maka dengan menggunakan teorema Pythagoras diperoleh:
= +
= +
=2
= √2
= √2

Selanjutnya, dapatkah kalian menyebutkan diagonal ruang kubus ABCD.EFGH?


Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan
dalam suatu bangun ruang.
Diagonal ruang kubus ABCD.EFGH antara lain dan . Perhatikan ∆ BDH
siku-siku di titik D, maka untuk menentukan panjang diagonal ruang dapat dicari
dengan menggunakan teorema Pythagoras.
= +
= ( √2) +
= 2 +
=3
= √3 = √3

C. Penerapan Teorema Pythagoras dalam Kehidupan Sehari-hari

Banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang disajikan dalam soal


cerita dan dapat diselesaikan dengan menggunakan teorema Pythagoras. Untuk
memudahkan menyelesaikannya diperlukan bantuan gambar (sketsa). Pelajari contoh
berikut.
Contoh:
Seorang anak menaikkan layang-layang dengan benang yang panjangnya 100
meter. Jarak anak di tanah dengan titik yang tepat berada di bawah layang-layang adalah
60 meter. Hitunglah ketinggian layang-layang.

71 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Penyelesaian:

Tinggi layang-layang = BC, berdasarkan teorema Pythagoras diperoleh:

= 100 60

= 10.000 – 3600

= 6400

= √6400 = 80

Jadi, tinggi layang-layang adalah 80 m.

72 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
LATIHAN SOAL TEOREMA PHYTAGORAS

1. Perhatikan gambar disamping. Tentukan


panjang DE jika diketahui panjang AB = 21 cm.

2. Perhatikan gambar layang-layang ABCD di samping!


Jika panjang AC = 24 cm, panjang AB = 13 cm
dan panjang AD = 20 cm. Hitunglah luas
bangun layang-layang di samping!

3. Diketahui balok ABCD.EFGH memiliki panjang 12 cm, lebar 4 cm dan tinggi


8cm.Hitunglah diagonal ruang balok tersebut.
C
A
4. Diketahui lingkaran dengan pusat O dan mempunyai
diameter AB. Segitiga CDE siku-siku di D,
DE pada diameter AB sehingga DO = OE dan CD = DE
untuk suatu titik C pada lingkaran. Jika jari-jari lingkaran A B
D O E
A A
adalah 1 cm, maka luas segitiga CDE = ....cm2 A A A

5. Jika segitiga ABC siku-siku di B, AB = 6, AC = 10, dan AD adalah garis bagi sudut BAC,
maka panjang AD adalah....

6. Serangkaian bendera dihubungkan oleh tali


pada dua ujung tongkat. Kedua tongkat tersebut
ditancapkan disebuah taman yang berbentuk
persegi panjang. Panjang bentangan tali yang
diperlukan untuk merangkai bendera tersebut
adalah....m

73 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
7. Perhatikan gambar disamping. Tentukan
panjang BD jika diketahui panjang AC = 50 cm.

8. Dua buah tiang berdampingan berjarak 24 m. Jika tinggi tiang masing-masing adalah
22 m dan 12 m, hitunglah panjang kawat penghubung antara ujung tiang tersebut.

9. Carilah ruas garis x, y, z dan w yang belum


diketahui dari gambar disamping!

10. Perhatikan gambar berikut!

Kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 2 cm. Sudut antara bidang ABCD dan
bidang ACF adalah ⍺ maka cos ⍺ adalah........

74 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
BAB
ARITMATIKA
7 SOSIAL

Keuntungan akan didapat dengan


adanya usaha yang giat jika tidak
maka kerugianlah yang akan didapat

Disusun oleh:

 Aisyah Turidho
 Shely Maulinda
 Wahyu Adi Negara

Dalam kehidupan sosial takkan pernah telepas dari yang


namanya “hitung”. Dari mulai perhitungan bunga, diskon, untung,
rugi hingga pajak. Tentunya perhitungan tersebut sangat membantu
dalam kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
mempelajari perhitungan bunga, diskon, untung, rugi, dan
sebagainya. Materi tersebut tercantum dalam materi Aritmatika
Sosial.

75 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
PETA KONSEP

Aritmatika
Sosial

Definisi

Bunga Rabat, Bruto,


Harga Penjualan Tara, Neto
Tabungan dan Pembelian dan Pajak

Bunga Bunga Untung


Tunggal Majemuk Rabat
dan Rugi

Bruto

Tara

Neto

Pajak
Implementasi
Aritmatika Sosial

76 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
ARITMATIKA SOSIAL
Aritmatika merupakan bagian dari matematika yang disebut Ilmu Hitung. Kata
“sosial” dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat. Jadi
Aritmatika sosial adalah cabang ilmu matematika yang mempelajari tentang matematika
pada kehidupan sehari-hari. Dahulunya pengertian ini hanya berlaku untuk matematika
yang sifatnya berada dalam kehidupan ekonomi, namun sekarang aritmatika digunakan
dalam kehidupan sosial.

A. BUNGA TABUNGAN

Apabila kita menyimpan di bank, maka kita akan mendapatkan tambahan uang
yang disebut bunga. Bunga adalah imbalan atas terjadinya transaksi simpan pinjam.
Perhitungan bunga dilakukan selang interval waktu tertentu sesuai kesepakatan. Bunga
tabungan dihitung berdasarkan persen nilai. Bunga tabungan dihitung secara priodik
biasanya dihitung dalam persen yang berlaku untuk jangka waktu 1 tahun, bunga 15%
pertahun artinya tabungan akan mendapat bunga 15% jika telah disimpan dibank
selama 1 tahun.

Bunga 1 tahun = % bunga x modal

Bunga n Bulan = x % bunga x modal

= x bunga 1 tahun

Ada dua jenis bunga tabungan yaitu


1. Bunga Tunggal

Bunga tunggal adalah perhitungan jangka waktu tertentu dan jika pada waktu
yang telah disepakati tidak diambil maka bunga tidak diperhitungkan pada periode
berikutnya berlaku pada deposito.

b=sxM

Keterangan:
b = Pinjam bunga pokok
s = suku bunga
M= Modal pokok

2. Bunga Majemuk
77 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Bunga majemuk adalah bunga yang tidak diambil kemudian terkena bunga di
periode selanjutnya. Jatuh tempo adalah selesainya waktu peminjaman. Jumlah total
majemuk adalah jumlah modal dan semua bunga majemuk selama 1 masa peminjaman.
Suku bunga nominal adalah suku bunga yang diperhitungkan untuk satu periode
peminjaman.

Mt = Po( + )

Keterangan:

Mt = total modal bunga majemuk


Po = modal asli/ awal sebelum ditambah dengan bunga
bo = bunga majemuk
n = jumlah periode perhitungan bunga

B. HARGA PEMBELIAN DAN HARGA PENJUALAN

Dalam suatu kegiatan jual beli atau perdagangan ada dua pihak yang yang saling
berkempentingan, yaitu penjual dan pembeli. Penjual adalah orang yang menyerahkan
barang kepada pembeli dengan menerima imbalan berupa sejumlah uang dari
pembeli.Pembeli adalah orang yang menerima barang dari penjual dengan
menyerahkan sejumlah uang kepada penjual sebaga pembayarannya.

Untuk mendapatkan barang yang akan dijual, seorang pedagang terlebih dahulu
harus membelinya dari pedagang lain dengan mengeluarkan sejumlah uang yang
disebut Harga Pembelian Modal. Setalah barang itu didapatkan, kemudian dijual kembali
kepada pembeli. Iang yang diterima pedagang dari pembeli atas barang yag dijualnya
disebut Harga Penjualan.

Dalam perdagangan, keuntungan dapat diperoleh apabial harga penjualan lebih


tinggi daripada harga pembelian. Karena harga penjualan lebih tinggi daripada harga
pembelian, dan besar untung sama dengan harga penjualan dikurangi harga pembelian
maka diperoleh hubungan berikut ini.

Harga jual tiap satuan barang =

Harga beli tiap satuan barang =

78 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
C. UNTUNG RUGI

Dalam perdagangan, terdapat dua kemungkinan yang akan dialami oleh


pedagang, yaitu untung atau rugi tergantung pada beberapa hal, seperti besarnya harga
jual, kondisi barang yang dijual (mengalami kerusakan atau tidak), dan situasi.

a. Pengertian Untung

Seorang pedagng dikatakan mendapat untung apabila ia berhasil menjual barang


dagangannya dengan harga penjualan yang lebih tinggi daripada harga pembeliannya.
Besarnya selisih antara harga penjualan dan harga pembelian itu merupakan besarnya
untung yang diperoleh pedagang tersebut.

Keuntungan yang diperoleh seorang pedagang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Harga penjualan = harga pembelian + untung


Atau
Harga pembelian = harga penjualam - untung
Untung = Harga penjualan – harga pembelian

b. Pengertian Rugi

Seorang pedagang dikatakan mendapat rugi apabila ia menjual barang


dagangannya dengan harga penjualan yang lebih rendah daripada harga pembelian.
Besar selisih antar yang diderita oleh pedagang tersebut.

Besarnya kerugian yang diderita oleh pedagang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Harga penjualan = harga pembelian – Rugi


Atau
Harga pembelian = harga penjualan + Rugi
Rugi = Harga pembelian – harga penjualan

D. PERSENTASE UNTUNG DAN RUGI

Dalam dunia perdagangan untung dan rugi dapat dinyatakan dengan %.


Misalnya, bila kita sedang tawar-menawar suatu barang dipasar (karena harganya
dirasakan terlalu mahal bagi kita), kadang-kadang pedagang itu berkilah dengan
mengatakan bahwa ia hanya mengambil keuntungan sedikit, beberapa % saja.

79 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Dengan menyatakn keuntungan atau kerugian dalam bentuk %, kita dapat
melihat apakah keuntungan atau kerugian yang diperoleh pedagang tersebut berada
dalam tingkat yang wajar atau tidak. Kemudian juga, kita dapat membandingkan
besarnya keuntungan atau kerugian yang diperoleh oleh dua buah barang yang berbeda.
Apakah keuntungan atau kerugian yang diperoleh oleh barang yang satu lebih besar
atau lebih kecil daripada yang diperoleh oleh barang yang lain.

a. Menyatakan persentase keuntungan

Persentase keuntungan biasanya dihitung dari bunga pembelian. Jadi, jika kita
mendengar ada seorang pedagang yang mengambil keuntungan 10%, itu berarti bahwa
pedagang tersebut mengambil keuntungan 10% dari harga pembelian barang itu.

Menyatakan persentase keuntungan dari harga pembelian dirumuskan sebagai


berikut:

Persentase keuntungan (%) = x 100%

b. Menyatakan Persentase kerugian

Besarnya kerugian yang diderita seorang pedagang juga dapat dinyatakn dalam
persentase yang dihitung dari harga pembelian. Jadi, jika seseorang menderita sebesar
5%, itu artinya orang tersebut menderita kerugian 5% dari harga pembelian. Persentase
kerugian ini dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

Persentase kerugian (%) = x 100%

E. RABAT(DISKON), BRUTO, TARA, DAN NETO, PAJAK


 Rabat

Rabat artinya potongan harga atau lebih dikenal dengan istilah diskon. Rabat
biasanya diberikan kepada pembeli dari suatu grosir atau toko tertentu.

Rabat (diskon) seringkali dijadikan alat untuk menarik para pembeli. Misalnya
ada toko yang melakukan obral dengan diskon dri 10% sampai 50%, sehingga para
pembeli menjadi tertarik untuk berbelanja ditoko tersebut, karena harga terkesan
menjadi murah.

Harga bersih = harga kotor – rabat(diskon)

80 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Pada rumus diatas, harga kotor adalah harga sebelum dipotong diskon, dan harga
bersih adalah harga setelah dipotong diskon.

 Bruto, Tara dan Neto

Bruto = Berat Kotor, Tara = Berat Wadah, Neto = Berat Bersih

Jadi, hubungan bruto, tara dan neto dapat dirumuskan sebagai berikut:

Neto = bruto – tara

Jika diketahui persen tara dan bruto, maak untuk mencari tara digunakan rumus sebagai
berikut:

Tara = % tara x bruto

Untuk setiap pembelian yang mendapatkan potongan berat (tara) dapat


dirumuskan sebagai berikut:

Harga bersih = neto x harga persatuan berat

 Pajak

Pajak merupakan suatu kewajiban dari warga negara untuk menyerahkan


sebagian kekayaan kepada negara menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh
pemerintah, tetapi tanpa mendapatkan jasa balik dari negara secara langsung. Hasil dari
pajak digunakan untuk kesejahteraan umum. Pegawai tetap dari perusahaan swasta
atau pegawai negeri dikenakan pajak penghasilan kena pajaknya yang disebut dengan
Pajak Penghasilan (PPh).

IMPLEMENTASI ARITMATIKA SOSIAL

Aritmatika sosial sangat erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya
bunga yang sering digunakan dalam bank. Untung dan rugi yang sangat membantu
proses jual-beli. Diskon dimana kita akan mendapat potongan harga saat belanja. Bruto,
Neto dan Tara yang selalu menjadi pertimbangan dalam pengemasan suatu prosuk.
Pajak yang seperti kita ketahui sebagai warga negara kita wajib membayar pajak yang
sudah ditetapkan pemerintah contohnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Pajak

81 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Penghasilan (PPh). Untuk tahu lebih detailnya tentang implementasi pajak, simak
contoh soal berikut:

Contoh soal bunga tunggal


Diketahui suatu modal sebesar Rp 3.000.000,- dengan suku bunga 15% pertahun.
Tentukan besarnya bunga tunggal tersebut.

a. untuk jangka waktu 8 bulan


b. untuk jangka waktu 20 bulan
Penyelesaian:
Karena besarnya suku bunga pertahun adalah 15%, maka besarnya bunga tunggal
pertahun adalah :

B = 15/100 x Rp 3.000.000,- = Rp 450.000,-


Sehingga diperoleh:
a. Besarnya bunga tunggal untuk jangka waktu 8 bulan adalah 8/12 x Rp 450.000,- =
Rp.300.000,-
b. Besarnya bunga tunggal untuk jangka waktu 20 bulan adalah 20/12 x Rp 450.000,-
= Rp. 750.000,-

Contoh soal bunga majemuk

1. Soal : Sutisna meminjam uang di bank sebesar Rp 200.000,-. Apabila modal itu
diperbungakan atas dasar bunga majemuk 5% setahun, menjadi berapa besarkah
modal yang harus dikembalikan sutisna pada akhir tahun ke-IV ?
Jawaban :

Modal tahun adalah Rp 200.000,-

Bunga tahun pertama 5% dari Rp 200.000,- Rp 10.000,-

Modal tahun ke-2 Rp 210.000,-

Bunga tahun ke-2 dari Rp 210.000,- Rp 10.500,-

Modal tahun ke-3 Rp 220.500,-

Bunga tahun ke-3 dari Rp 220.500,- Rp 11.025,-

Modal tahun ke-4 Rp 231.525,-

82 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Bunga tahun ke-4 dari Rp 231.525,- Rp 11.576,25

Jadi modal yang harus dikembalikan Sutisna adalah Rp 231.525,- + Rp 11.576,25


= Rp 243.101,25

2. Agung menyimpan uang Rp 200.000,- digunakan dengan dasar bunga majemuk


10% perbulan. Berapa nilai akhir modal tersebut jika diperbungakan selama 10
bulan 15 hari.

Jawaban :

M10 : Rp 200.000,- ( 1+0,1)10

: Rp 200.000,- (0,1)10

: Rp 200.000,-( 2,59374)

: Rp 518.748,50

M : X 0,1 X M10

: 0,05 (Rp 518.748,50)

: Rp 25.937,425

M10 : Rp 518.748,50 + Rp 25.937,425

: Rp 544.685,925

Contoh soal untung dan rugi

1. Seorang peternak ayam membeli seekor ayam dengan harga Rp.200.000,-.


Kemudian ayam tersebut dijual dengan harga Rp.250.000,-. Berapa keuntungan
yang didapat peternak tersebut...

83 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Jawab :

Harga beli = Rp.200.000,-

Harga jual = Rp.250.000,-

Besarnya keuntungan = harga jual - harga beli

= 250.000 - 200.000

= Rp. 50.000,-

2. Seorang pedagang kelinci membeli kelinci lokal sebanyak 100 ekor dengan harga
Rp. 4.000.000,-. Dalam perjalanan, terdapat 10 kelinci yang mati. 30 ekor laku
dijual dengan harga Rp. 50.000,- per ekor, sedangkat sisanya dengan harga Rp.
40.000,-. Berapa besar keuntungan dan kerugian yang didapat pedagang?

Jawab :

Harga pembelian = Rp. 4.000.000,-

Harga jual 30 ekor = 30 x Rp. 50.000,- = Rp. 1.500.000,-

Sisa kelinci yang dijual = 100 - 30 - 10 ( 10 kelinci yang mati )

= 60 ekor

Harga jual 60 ekor = 60 x Rp. 40.000,-

84 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
= Rp. 2.400.000,-

Harga penjualan = Rp. 2.400.000,- + Rp. 1.500.000,-

= Rp. 3.900.000,-

Ternyata harga penjualan < harga pembelian maka pedagang mengalami kerugian.

Besar kerugian = harga beli - harga jual

= 4.000.000 - 3.900.000

= Rp. 100.000,-

Contoh soal diskon

Ani membeli sebuah baju di Toko Makmur Jaya seharga Rp 80.000,-. Namun, toko
tersebut tengah berbagi diskon sebesar 30% untuk setiap pembelian. Jadi, berapa
jumlah uang yang harus dibayar Ani?

Jawab :

Harga Barang = Rp 80.000,-

Besar Diskon

Diskon 30% = 30/100 x Harga Barang

= 30/100 x 80.000 = Rp 24.000,-

Uang yang harus dibayar Ani = Harga Barang - Harga setelah didiskon

85 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
= 80.000 - 24.000 = Rp 56.000,-

Contoh Soal Bruto, Tara dan Neto


1. Ibu membeli 5 kaleng susu. Disetiap kaleng tertulis neto 1 kg. Setelah ditimbang
ternyata berat kaleng susu tersebut 6 kg. Berapakah bruto dan tara setiap kaleng?

Jawab :

Bruto setiap kaleng = 6 kg : 5

= 1,2 kg

Tara setiap kaleng = Bruto - Neto

= 1,2 kg - 1 kg

= 0,2 kg

2. Peti buah berisi apel tertulis bruto 25 kg dan tara 2%. Hitunglah neto buah tersebut!

Jawab :

Tara = 2%

Tara = Persen Tara x Bruto

= 2% x 25 kg

= 2/100 x 25 kg

= 0,5 kg

Maka neto bisa dicari dengan, Neto = Bruto - Tara = 25 kg - 0,5 kg = 24,5 kg

86 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Contoh soal Pajak

- CONTOH PENGHITUNGAN ANGSURAN PPh PASAL 25 WAJIB PAJAK ORANG


PRIBADI
Si A adalah Pengusaha Warung Makan di Jogjakarta yang memiliki penjualan
pada tahun 2010 sebesar Rp180.000.000,-. Si A statusnya kawin dan mempunyai
2 (dua) orang anak. Si A menyelenggarakan pencatatan untuk menghitung
pajaknya. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 yang harus dibayar sebagai
angsuran dalam tahun berjalan dihitung sebagai berikut:

 Jumlah peredaran setahun Rp180.000.000,-


 Presentase penghasilan norma (lihat daftar presentase norma) = 20%
 Penghasilan neto setahun = 20% x Rp 180.000.000,- = Rp 3.000.000,-
 Penghasilan Kena Pajak = penghasilan neto dikurangi PTKP Rp
36.000.000,- – Rp 19.800.000,- = Rp 6.200.000,-
 Pajak Penghasilan yang terutang : 5% x Rp 6.200.000,- = Rp 310.000,-
 PPh Pasal 25 (angsuran) yang harus dibayar si A setiap bulan: Rp 310.000,-
: 12 = Rp 25.833,-

- CONTOH PENGHITUNGAN PELUNASAN PPh PASAL 29 WAJIB ORANG PRIBADI


Si A adalah pengusaha restoran (UMKM) di Jakarta yang tergolong sebagai Wajib
Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu dan menggunakan pencatatan dalam
penghitungan besarnya PPh.

 Jumlah peredaran usaha (omzet) selama setahun adalah Rp 510.500.000,-


 PPh Pasal 25 (WP OPPT) yang sudah dilunasi (0,75 x Rp 510.500.000,-)
adalah Rp 3.828.750,-
 Setelah dihitung PPh yang terutang selama setahun adalah Rp
10.975.750,-
 PPh Pasal 29 yang harus dilunasi oleh si A adalah sebesar : Rp
10.975.750,- – Rp 3.828.750,- = Rp 7.147.000,-

87 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
LATIHAN SOAL ARITMATIKA SOSIAL

1. Seorang pedagang telur membeli telur sebanyak 72 butir dengan harga Rp.
1.500,00 tiap butir. Separuhnya dijual Rp. 1.750,00 tiap butir, dan sisanya dijual
Rp. 100 per butir. Tentukan untung dan ruginya!

2. Suatu barang dibeli dengan harga Rp. 2.000,00 dan dijual Rp. 2.500,00.
Berapakah persentase keuntungannya?

3. Sebuah penerbit buku menitipkan dua jenis buku masing-masing sebanyak 200
dan 500 buah. Pemilik toko harus membayar hasil penjualan buku kepada
penerbit setiap 3 bulan. Harga buku jenis pertama Rp. 7.500,00 sebuah,
sedangkan buku jenis kedua Rp. 10.000,00. Rabat untuk setiap buku pertama
30% sedang untuk buku kedua hanya 25%. Jika pada akhir 3 bulan pertama toko
itu berhasil memasarkan 175 buku jenis pertama dan 400 buku jenis kedua,
berapa:
a. Rabat yang diterima pemilik toko buku?
b. Uang yang harus disetorkan kepada penerbit?

4. Seorang pengecer buah mangga menerima kiriman dua kotak buah manga
“arumanis” dengan harga total Rp. 160.000,00. Pada setiap kotak tertera

Pengecer menjual kembali buah mangga itu dengan harga per kilo gramnya Rp.
3000,00. Tanpa memperhatikan biaya lainnya, tentukan:
a. Keuntungan yang diperoleh pengecer tersebut
b. Persentase keuntungan itu

5. Pak.Jono pinjam uang di koperasi “SUKSES“ dengan bunga tunggal 8% pertahun.


Selama 9 bulan Pak Jono melunasi pinjaman tersebut sebesar Rp10.600.000,00.
Besar pinjaman Pak Jono di koperasi tersebut adalah ....

6. Lia menyimpan uang di bank dengan bunga tunggal 18% pertahun. Setelah
menyimpan selama 8 bulan jumlah uang jadi Rp. 1.792.000,00. Besar tabungan
awal Lia adalah ...

7. Mas Shinyo menjual sebuah Laptop laku Rp. 5.100.000,00 ternyata setelah
dihitung rugi 15%, jika mas Shinyo menginginkan untung 8 % seharusnya mas
Shinyo menjual Laptop seharga …

88 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
8. Dimas menabung uang sebesar Rp 900.000,00 di bank dengan mendapat bunga
6% per tahun. Untuk memperoleh bunga sebesar Rp 36.000,00 Dimas harus
menabung selama ….

9. Pak Amir membeli 15 lusin buku dengan harga Rp. 17.500,00 per lusin. Untuk
biaya trasnportasi ia mengeluarkan uang sebesar Rp. 35.000,00. Jika ia
memperoleh uang sebesar Rp. 372.500,00. Dari hasil penjualan seluruh buku
tersebut, maka ia mendapatkan keuntungan/kerugian? Jika untung berapa
keuntungannya dan jika rugi berapa kerugiannya?

10. Seorang pemilik dealer membeli sebuah mobil bekas. Untuk memperbaiki mobil
tersebut ia harus mengeluarkan biaya sebesar Rp. 400.000,00. Setelah beberapa
bulan mobil tersebut laku terjual dengan harga Rp. 21.160.000,00. Jika dari
penjualan tersebut pemilik dealer mendapat keuntungan 15%. Maka berapa
harga pembelian mobil bekas tersebut ?

89 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
BAB
8 PERBANDINGAN

There is no ambition that is too high,


there is only the effort that doesn’t as
high as ambition.

Disusun oleh:

 Atikarani Noer Saleha


 Djoko Abimanyu
 Yuliana Novita Sari

Banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang


menggunakan konsep-konsep perbandingan. Contohnya saat kita
membandingkan banyak teman laki-laki dengan teman perempuan.
Misalkan banyak teman laki-laki = a dan banyak teman perempuan = b,
maka perbandingannya dapat ditulis dengan a:b atau ab dengan b≠0.

Pada dasarnya, perbandingan merupakan penyederhanaan


pecahan. Beberapa konsep dalam perbandingan telah dibahas pada
topik-topik sebelumnya, antara lain perbandingan senilai, berbalik nilai,
skala, faktor perbesaran, dan pengecilan. Konsep-konsep ini sangat
berguna dalam pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, siswadiharapkan memahami konsep-konsep tersebut.

90 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
PETA KONSEP

Perbandingan

Skala Perbandingan Perbandingan


senilai berbalik nilai

- Macam- - Ilustrasi - Ilustrasi


macam skala perbandingan perbandingan
- Rumus skala senilai berbalik nilai
- Grafik - Grafik
perbandingan perbandingan
senilai berbalik nilai

Aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari

91 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
PERBANDINGAN
A. Perbandingan

Perbandingan adalah bentuk kata benda dari kata banding atau perbandingan
adalah membandingkan dua nilai atau lebih dari suatu besaran yang sejenis yang
dinyatakan dengan cara yang sederhana. Kita dapat menggunakan perbandingan atau
Rasio untuk membandingkan besaran suatu benda dengan benda lain. Notasi
perbandingan (rasio) sering menggunalan “ : ”, atau dalam penulisannya “ a = ”.
dan dibaca “ a berbanding b”.
Perbandingan dapat digunakan untuk membandingkan besaran-besaran yang
sejenis. Apabila besaran-besaran itu belum sejenis maka harus diubah menjadi besaran
sejenis. Perbandingan antara besaran-besaran sejenis, misalnya panjang dengan
panjang, masa dengan masa, waktu dengan waktu, dan nilai uang dengan nilai uang.
Contoh dua besaran sejenis:
 Perbandinagn 4 kg terhadap 2 kg, ditulis 4 : 2
 Perbandigan antara 10 menit dengan 6 menit, ditulis 10 : 6
 Perbandingan antara 20 m2 dengan 5 m2, ditulis 20 : 4
 Perbandingan 16 tahun terhadap 6 tahun, ditulis 16 : 6
Contoh dua besaran berlainan jenis:
 Perbandingan 6 kg terhadap 100 gram, ditulis 6 kg : 100 gram.
Bila diubah ke dalam satuan gram, diperoleh 6 kg = 6.000 gram sehingga
perbandingan itu menjadi 6000 : 100 atau 60 : 1.
Bila diuabha ke dalam satuan kg, diperoleh 100 gram = 0.1 kg sehingga
perbandingan itu menadi 6 : 0.1 atau 60 : 1.
Perbandingan Untuk dua besaran sejenis a dan b dengan m adalah FPB dari a dan b
maka

B. Perbandingan Senilai

Apabila dua benda selalu mempunyai rasio yamg sama dalam setiap keadaan,
maka kedua besaran itu dikatakan berbanding langsung atau terdapat perbandingan
senilai. Kedua besaran itu akan bertambah atau berkurang secara bersama pada setiap
perubahan. Contohny: Pernahkah kalian membeli buku di toko buku? Kalian dapat
membeli sejumlah buku sesuai dengan jumlah uang yang kalian punya. Jika harga 1 buah
buku Rp 2.500,00 maka harga 5 buah buku = 5 x Rp 2.500,00
= Rp12.500,00.
Makin banyak buku yang dibeli, makin banyak pula harga yang harus dibayar.
Perbandingan seperti ini disebut perbandingan senilai.

92 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Misalkan terdapat dua besaran A={a1, a2, a3,...,an} B={b1,b2, b3,...,bn} yang
berkorespondensi satu-satu, maka A dan B disebut berbanding senilai. Jika untuk
ukuran A semakin besar maka ukuran B semakin besar pula
Menyelesaikan perbandingan senilai:

A B
a1 b1
a2 b2
a3 b3
... ...
an bn

Hasil kali silang Perbandingan senilai

a1xb2=a2xb1 a1= x a2

Sifat-sifat perbandingan senilai

1. Perbandingan senilai tidak berubah nilai apabila masing-masing suku dari


perbandingan dikalikan dengan bilangan bukan nol yang sama. Secara
matematis ditulis: Apabila a : b = c : d maka
(i) at : bt = c : d, t ≠ 0
(ii) a : b = cp : dp, p ≠ 0
(iii) at : bt = cp : dp, t ≠ o. p ≠ 0

93 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
2. Apabila a : b = c : d maka b : a = d : c

3. Apabila a : b = c : d maka ( a + b ) : b = ( c + d ) : d

4. Apabila a : b = c : d maka (a – b ) : b = ( c – d ) : d

5. Apabila a : b = c : d maka :
(i) (a + b) : (a - b) = (c + d) : (c – d) dan
(ii) (a - b) : (a + b) = (c – d) : (c + d)

Grafik perbandingan senilai

Tabel berikut menunjukkan hubungan antara jarak yang dapat ditempuh


dan waktu yang diperlukan oleh seorang siswa yang mengendarai sepeda.

94 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Gambar di atas menunjukkan grafik dari tabel di atas. Tampak bahwa
grafik perbandingan senilai berupa garis lurus. Jika jarak bertambah (makin
jauh), waktu yang dibutuhkan bertambah (makin lama).

C. Perbandingan berbalik nilai

Apabila dua dua besaran selalu mempunyai hasil kali rasio sama dengan satu
dalam setiap keadaan, maka kedua besaran ini memiliki perbandingan berbalik nilai.
Ilustrasi dari perbandingan berbalik nilai salah satunya adalah jika seorang ibu ingin
membagikan 100 permen kepada anak-anaknya, semakin banyak jumlah anak ibu maka
akan semakin sedikit jumlah permen yang diterima oleh setiap anaknya. Contoh Soal :

Seorang peternak mempunyai per sediaan makanan untuk 30 ekor kambing


selama 15 hari. Jika peternak itu menjual 5 ekor kambing, berapa hari
persediaan makanan itu akan habis?

Berdasarkan contoh di atas, makin sedikit jumlah kambing, makin lama


persediaan makanan akan habis. Perbandingan antara banyak kambing dengan lama
hari persediaan makanan habis adalah salah satu contoh perbandingan berbalik nilai.

95 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Jadi, pada perbandingan berbalik nilai berlaku hal berikut. Jika nilai suatu barang
naik maka nilai barang yang dibandingkan akan turun. Sebaliknya, jika nilai suatu
barang turun, nilai barang yang dibandingkan akan naik.

Misal terdapat dua besaran A={a1, a2, a3,..., an} dan B={b1, b2, b3,...,bn} yang
berkorespondensi satu-satu maka A dan B disebut berbalik nilai jika untuk ukuran A
semakin besar tetapi B semakin kecil.

Menyelesaikan perbandingan berbalik nilai

Hasil kali Perbandingan


silang senilai

a1xb1=a2xb2 a1= x a2
Grafik perbandingan berbalik nilai

Agar kalian mudah dalam membuat grafik perbandingan, buatlah tabel atau
daftar terlebih dahulu. Contoh Soal:

Jarak antara dua kota dapat ditempuh dengan mobil selama 1 jam dengan kecepatan
rata-rata 90 km/jam. Buatlah tabel dari data tersebut, kemudian gambarlah grafiknya.

Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa grafik perbandingan berbalik nilai
berupa kurva mulus. Jika waktu bertambah (makin lama), kecepatan berkurang
(makin turun). Sebaliknya, jika waktu berkurang (makin cepat), kecepatan bertambah
(makin naik)

96 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
D. Skala
Skala adalah perbandngan antara jarak pada gambar dengan jarak sesungguhnya.
Skala biasanya digunakan pada denah lokasi, peta, dan rancangan benda. Istilah skala
sering kita jumpai kalau kita membuka peta/atlas. Skala pada peta yang sering kita
jumpai menunjukkan skala pengecilan. Artinya, ukuran pada peta lebih kecil dari ukuran
sebenarnya. Hal ini disebut faktor skala. Faktor skala dapat berupa perbesaran atau
pengecilan. Contohnya, foto benda. Pada foto tampak kesamaan bentuk antara foto
dengen benda sebenarnya, foto dapat diperbesar atau diperkecil. Pada gambar berskala
selalu berlaku hal berikut:

a. Mengubah ukuran tetapi tidak mengubah bentuk


b. Ukuran dapat diperbesar atau diperkecil

Macam-macam skala:
 Skala angka
Jika pada peta tertulis skala 1 : 5.000.000, berarti :
 1 cm pada peta mewakili 5.000.000 cm jarak yang sebenarnya,
atau
 1 cm pada peta mewakili 50.000 m jarak yang sebenarnya, atau
 1 cm pada peta mewakili 50 km jarak yang sebenarnya
Skala adalah perbandingan ukuran pada gambar (cm) dengan
ukuran sebenarnya (cm) Tampak bahwa skala menggunakan satuan cm
untuk dua besaran yang dibandingkan Perlu diingat bahwa : 1 km = 1.000
m = 100.000 cm.
Contoh
1. Skala 1 inchi: 4 mil
Berarti
1 inchi pada peta = 4 mil pada jarak sebenarya
= 4 x 63.360

97 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
= 253.440 inchi pada jarak sebenarnya.
Jadi 1 inchi di peta sama dengan 253.440 inchi pada jarak sebenarnya.
Untuk menghitung jarak sebenarnya dari jarak yang ada di peta,
digunakan kembali rumus di atas.
 Skala Grafik (Tongkat)
Skala grafik adalah jenis skala peta yang menggunakan bentuk ruas
garis bilangan sebagai pembanding jarak. Contoh
Arti dari skala grafik di atas ialah setiap 1 cm di peta sama dengan 10 km
pada jarak sebenarnya. Apabila skala grafik di atas diubah menjadi skala
angka maka didapatkan skala 1: 1.000.000.

 Skala Verbal
Skala verbal adalah skala peta yang dinyatakan dalam bentuk
kalimat.
Contoh

1 ) Satu cm berbanding 50 km. Artinya, 1 cm di peta sama dengan 50 km


pada jarak sebenarnya.
2 ) Satu inci berbanding 10 mil. Artinya, 1 cm di peta sama dengan 10 mil
pada jarak sebenarnya.

Rumus mencari jarak pada peta : Ket: S = skala


Up = ukuran pada peta

S= Us = ukuran sebenarnya

E. Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari-Hari


Perbandingan dalam kehidupan sehari-hari misalnya:
1. Untuk menghitung banyak barang dengan jumlah harganya.
2. Untuk menghitung banyak liter bensin dengan jarak yang ditempuh sebuah
kendaraan.
3. Untuk menentukan jumlah bunga tabungan dengan lama menabung.
4. Untuk menghitung jumlah kaleng cat dan luas permukaan yang bisa di cat.
5. Untuk menghitung banyaknya pekerja dengan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan (untuk pekerjaan yang sama).
6. Untuk menghitung kecepatan kendaraan dengan waktu tempuhnya (untuk jarak
yang sama).
7. Untuk menghitung banyaknya ternak dan waktu untuk menghabiskan makanan
tersebut (untuk jumlah makanan ternak yang sama).

98 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
LATIHAN SOAL PERBANDINGAN

1. Jarak pada peta dengan skala 1:40.000 adalah 30 cm. Jarak sebenarnya?

2. Jika kecepatan mobil 80km/jam memerlukan waktu 40 menit. Jika waktunya 60


menit, berapakah kecepatan nya?

3. Sebuah persegi panjang dengan ukuran panjang 26cm dan lebar 20cm. Jika ukuran
panjang dibuat 25cm. Berapa ukuran lebar supaya luas persegi panjang itu tetap?

4. Jika perbandingan buah jeruk dan mangga adalah 7 : 8, mangga dan apel 9 : 10. Jika
jumlah jeruk mangga dan apel adalah 860 buah. Tentukann jumlah apel dan selisih
jeruk dan mangga !

5. Perbandingan umur Fadil dan Yoga adalah 4:1. Diketahui jumlah umur mereka adalah
5 tahun. Berapa tahun lagi perbandingan umur mereka menjadi 3:1?

6. Perbandingan banyak siswa kelas 1 dan banyak siswa kelas 2 adalah 3:4,
perbandingan banyak siswa kelas 2 dan banyak siswa kelas 3 adalah 2:3. Jika banyak
siswa kelas siswa dan kelas 2 adalah 420, maka tentukan banyak siswa kelas 3?

7. Sebuah model pesawat terbang panjang badannya 18 cm, lebar sayapnya 12 cm. Jika
lebar sayap pesawat sesungguhnya 8 m, berapakah panjang badan pesawat
sesungguhnya?

8. Sebuah foto berukuran 50 x 80 cm diperbesar 20 %. Perbandingan luas foto sebelum


dan sesudah diperbesar?

9. Sebuah panti asuhan mempunyai persediaan beras yang cukup untuk 35 anak selama
24 hari. Berapa hari beras itu akan habis jika penghuni panti asuhan bertambah 5
anak?

10. Perbandingan panjang sisi-sisi segitiga adalah 3 : 4 : 5. Jika kelilingnya 48 cm,


tentukan panjang masing-masing sisi segitiga!

99 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
BAB
POLA BILANGAN
9
Kejarlah cita-citamu sampai ia tak
kuasa lagi menolak mu.

Disusun Oleh :

 Annisa Nurzalena
 Mardiah Aqidah Islamiah
 Yulianita Maharani

Melalui pembelajaran materi pola bilangan, siswa memperoleh pengalaman


belajar:
 Berdiskusi, bertanya dalam menemukan konsep dan prinsip aturan
pencacahan melalui pemecahan masalah otentik yang bersumber
dari fakta dan lingkungan.
 Berkolaborasi memecahkan masalah autentik dengan pola interaksi
dedukatif.
 Berpikir tingkat tinggi dalam menyelidiki, memanipulasi, dan
mengaplikasikan konsep dan prinsip-prinsip aturan pencacahan
dalam memecahkan masalah otentik.

DAFTAR PUSTAKA

100 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
PETA KONSEP

POLA DAN BARISAN BILANGAN


Operasi Bilangan
Metode Eliminasi dan Subsitusi

Definisi

Pola Bilangan Barisan Bilanga Deret Bilangan

Aritmatika Geometri Aritmatika Geometri

1. Pola Garis Lurus


danPersegi Panjang
2. Pola Persegi
3. Pola Segitiga
Sifat-Sifat Deret
4. Pola Kubus
5. Pola Bilangan Ganjil
dan Bilangan Genap
6. Pola Bilangan Segitiga
Pascal
7. Pola Bilangan Fibonanci
Sifat Dasar Sifat Dasar
Deret Deret
Aritmetika Geometri

101 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
BARISAN DAN DERET
TOKOH PENEMU RUMUS BARISAN dan DERET

Leonardo da Pisa atau Leonardo Pisano (1175 – 1250), dikenal juga sebagai
Fibonacci, adalah seorang matematikawan Italia yang dikenal sebagai penemu bilangan
Fibonacci dan perannya dalam mengenalkan sistem penulisan dan perhitungan bilangan
Arab ke dunia Eropa (algorisma). Leonardo adalah orang yang memperkenalkan deret.
Bapak dari Leonardo, Guilielmo (William) mempunyai nama alias Bonacci (‘bersifat
baik’ atau ‘sederhana’). Leonardo, setelah meninggal, sering disebut sebagai Fibonacci
(dari kata filius Bonacci, anak dari Bonacci). William memimpin sebuah pos
perdagangan (beberapa catatan menyebutkan ia adalah perwakilan dagang untuk Pisa)
di Bugia, Afrika Utara (sekarang Bejaia, Aljazair), dan sebagai anak muda, Leonardo
berkelana ke sana untuk menolong ayahnya. Di sanalah Fibonacci belajar tentang sistem
bilanganArab.
Melihat sistem bilangan Arab lebih sederhana dan efisien dibandingkan bilangan
Romawi, Fibonacci kemudian berkelana ke penjuru daerah Mediterania untuk belajar
kepada matematikawan Arab yang terkenal mada masa itu, dan baru pulang kembali
sekitar tahun 1200-an. Pada 1202, di usia 27, ia menuliskan apa yang telah dipelajari
dalam buku Liber Abaci, atau Buku Perhitungan. Buku ini menunjukkan kepraktisan
sistem bilangan Arab dengan cara menerapkannya ke dalam pembukuan dagang,
konversi berbagai ukuran dan berat, perhitungan bunga, pertukaran uang dan berbagai
aplikasi lainnya. Buku ini disambut baik oleh kaum terpelajar Eropa, dan menghasilkan
dampak yang penting kepada pemikiran Eropa, meski penggunaannya baru
menyebarluas setelah ditemukannya percetakan sekitar tiga abad berikutnya.
(Contohnya, peta dunia Ptolemaus tahun 1482 dicetak oleh Lienhart Holle di Ulm.)
Leonardo pernah menjadi tamu Kaisar Frederick II, yang juga gemar sains dan
matematika. Tahun 1240 Republik Pisa memberi penghormatan kepada Leonardo,
dengan memberikannya gaji.
102 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Pola dan Barisan Bilangan
Pola dan barisan bilangan meliputi pola bilangan dan barisan bilangan. Pola bilangan
yaitu susunan angka-angka yang mempunyai pola-pola tertentu. Misalnya pada kalender
terdapat susunan angka-angka baik mendatar, menurun, diagonal (miring).
Pola Bilangan
1. Pola Garis Lurus dan Persegi Panjang

Dalam pola persegi panjang biasanya terdiri dari kumpulan noktah berjumlah 2, 6,
12, dst. Untuk menentukan pola-pola bilangan tersebut kita dapat menggunakan
rumus Un = n (n+1) dimana n adalah bilangan bulat bukan negatif.

2. Pola Persegi

Pola ini memiliki bentuk kumpulan noktah menyerupai persegi dengan sisi-sisi yang
sama besar. Perhatikan polanya. Kemudian kita dapat memperoleh pola-pola
bilangannya yaitu : 1, 4, 9 dst di lihat dari jumlah noktah dalam susunan pola.
Andaikan kita ingin mengetahui pola-pola bilangan persegi dapat kita lakukan dengan
menggunakan rumus Un = n2 dengan n adalah bilangan bulat positif.
3. Pola Segi tiga (segitiga sama sisi)
Dalam membentuk pola ini dibutuhkan kumpulan noktah yang berbentuk segitiga
sama sisi. Terdapat dua cara dalam menentukan pola segitiga, yaitu:
Cara 1: dengan cara mengikuti pola berikut ini

Kita mulai dengan angka 1 yang kemudian ditambahkan angka setelah angka satu
yaitu 2 yang menghasilkan 3 dan 3 ditambahkan dengan 3 dimana tiga adalah
bilangan setelah dua yang kemudian hasil jumlahnya 6, 6 dijumlahkan dengan

103 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
bilangan berikutnya dari 3 dan menghasilkan 10, 10 dijumlahkan lagi dengan
bilangan setelah empat yaitu lima akan menghsilkan 15 dan begitu seterusnya.

Cara 2 : pola bilangan segitiga antara lain1, 3, 6,10 dst. Bilangan tersebut dapat
diperolah dengan cara ke-2 yaitu menentuak pola segitiga dengan menggunakan
rumus Un = n/2 (n+1). Sehingga dihasilkan bentuk seperti dibawah ini dengan
urutan-urutan bilangannya.

4. Pola Kubus
Pola kubus terbentuk dari bilangan kubik Un = n3

5. Pola bilangan ganjil dan genap


Pada pola ini bilangan kedua dan selanjutnya diperoleh dari bilangan sebelumnya
ditambah dua.
a. Pola bilangan ganjil
 Tetapkan angka 1 sebagai bilangan awal
 Bilangan selanjutnya diperoleh dari bilangan sebelumnya ditambah dua

b. Pola bilangan genap


 Tetapkan angka 2 sebagai bilangan awal
 Bilangan selanjutnya diperoleh dari bilangan sebelumnya ditambah dua

104 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
6. Pola Bilangan Segitiga Pascal

Jumlah bilangan pada baris ke-n adalah Sn = 2 n-1


7. Pola Bilangan Fibonaci

Barisan Bilangan
Barisan bilangan adalah sekumpulan bilangan yang telah diurutkan menurut suatu
aturan tertentu. Yang biasanya dilambangkan Un.
Barisan bilangan biasanya ditulis : U1, U2,U3, . . . . , Un
Dengan Un adalah suku ke – n dan n = 1,2,3, . . .
Perhatikan bentuk penulisan barisan bilangan dimana U1 adalah suku pertama, U2
adalah suku ke-2, dan seterusnya hingga Un yang disebut suku ke-n
Contoh :
Barisan 0,2,4 berarti:
U1 = 0, U2 = 2 , U3 = 4
(menambahkan 2 pada suku sebelumnya)

105 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
1. Menentukan Suku Berikutnya Suatu Barisan Bilangan
Contoh: Tentukan tiga suku berikutnya dari barisan bilangan 2, 5, 8, 11, . . .
Jawab: Barisan 2, 5, 8, 11,. . .
U1 = 2
U2 = 5 = 2 + 3
U3 = 8 = 5 +3
U4 = 11 = 8 +3
Maka barisan selanjutnya adalah (2, 5, 8 ,11, 14, 17, 20, . . .n +3)
2. Menentukan Suku Ke-n Suatu Barisan Bilangan
Un = f (n)
 Pola tingkat satu satu barisan bilangan berselisih tetap (b)
U1, U2, U3, U4, …, Un
Maka diperoleh:
Un = bn + (U1 - b)
Contoh :
Tentukan rumus suku ke-n dari barisan bilangan ganjil.
1, 3, 5, 7, …, Un
Maka,
b = 2 ; U1 = 1
Un = bn + (U1 - b) = 2n+(1-2) = 2n -1
 Pola tingkat satu satu barisan bilangan berasio tetap
U1, U2, U3, U4, …, Un
Maka diperoleh:
Un = rn x U1/r
Contoh :
Tentukan suku ke-n dari barisan bilangan (1, 10, 100, 1000, . . . Un )
Maka,
r = 10 ; U1 = 1
Un = rn x U1/r = 10n x 1/10 = 10n -1
 Pola tingkat dua satu barisan bilangan berselisih tetap
Suku ke-n dari barisan bilangan berselisih tetap pada pola tingkat dua diberikan
formula berikut:
Un = b/2 . n (n-1) + c
Dengan: c = Suku ke-n barisan bilangan pola
106 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
b = Selisih tetap
Contoh:

Menentukan c yang berupa barisan bilangan yang berpola tingkat satu


Barisan:

c = 2n + (U1 - b) = 2n+(3-2)= 2n +1
Jadi, suku ke-n adalah:
Un = ½. n(n-1) +c
Un = ½. n(n-1) + 2n + 1
Un = ½ n2 – ½ n + 2n +1
Un = ½ n2 – 3/2 n +1

107 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Barisan Arimatika dan Barisan Geometri
Barisan Arimatika
Barisan Aretmatika adalah barisan bilangan yang tiap sukunya diperoleh dari suku
sebelumnya dengan cara menambah atau mengurangi dengan suatu bilangan tetap.
Perhatikan baarisan U1, U2, U3, . . . . . .,Un-1, Un. Dari definisi di atas, diperoleh hubungan
sebagai berikut :
U1 = a
U2 = U 1 + b = a + b
U3 = U2 + b = a + b + b = a + 2b
U4 = U3 + b = a + 2b + b = a + 3b
.
.
.
Un = Un-1 + b = a + (n - 2)b + b = a + (n - 1)b
Un = a + (n – 1 )b
Dengan n = 1, 2, 3,..
Bilangan b adalah suatu bilangan tetap yang sering disebut dengan beda. Penentuan
rumus beda dapat di uraikan sebagai berikut :
U2 = U1 + b => b = U2 - U1
U3 = U2 + b => b = U3 - U2
U4 = U3 + b => b = U4 - U3
.
.
.
Un = Un-1 + b => b = Un - Un-1
Dengan melihat nili b, kita dapat menentukan barisan aritmetika itu naik atau turun.
Bila b ˃ 0 maka barisan aritmetika itu naik
Bila b ˂ 0 maka barisan aritmetika itu turun

108 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Contoh:
Tentukan suku ke sepuluh ( U10 ) dari barisan aritmetika berikut ini dan tulis jenis
barisan aritmetika tersebut.
a. 1, 3, 5, 7,. . . .
b. 4, 2, 0, -2,. . .
Jawab :
Gunakan rumus beda untuk menentukan suku ke sepuluh ( U10 ) dari masing-masing
barisan aritmetika.
a. Barisan 1, 3, 5, 7 . . .
berdasarkan rumus Un = U1 + (n – 1) . b diperoleh ..
U1 = 1 U2 = 3 U3 = 5
b = U 2 - U1 = 2 b = U 3 - U2 = 2 b = U 4 - U3 = 2
karena b = 2 > 0 barisan aritmetika merupakan barisan naik.
U10 = U1 (10 - 1) . b
U10 = 1 + 9 . 2 = 19
b. Barisan 4, 2, 0, -2, . .
U1 = 4 ; U2 = 2 ; U3 = 0 ; U4 = -2
b = U 2 - U1 = - 2 ; b = U3 - U2 = -2 ; b = U 4 - U3 = - 2
karena b = - 2 < 0 barisan aritmetika merupakan barisan turun, berdasarkan rumus
Un = U1 (n - 1) . b
U10 = 4 + (9 . (- 2) ) = - 14
Jadi, suku ke sepuluh barisan tersebut adalah -14

Barisan Geometri
Barisan Geometri adalah barisan bilangan yang tiap sukunya diperoleh dari suku
sebelumnya dengan mengalikan atau membagi dengan suatu bilangan tetap
Misalkan, barisannya U1, U2, U3, . . . . . .,Un-1, Un, maka :
U1 = a
U2 = U1 . r = ar
U3 = U2 . r = ar2
U4 = U3 . r = ar3
Un = Un-1 . r = arn-1

1. Un = r × Un-1 atau

109 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
2. Un = a × rn-1
Dengan: r = rasio atau pembanding
n = bilangan asli
a = suku pertama
Berdasarkan nilai rasio (r) kita dapat menentukan suatu barisan geometri naik atau
turun.
Bila r > 1 maka barisan geometri naik.
Bila 0 < r < 1 maka barisan geometri turun.

110 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Deret Aritmetika dan Deret Geometri
Deret Aritmetika
Deret bilangan adalah jumlah yang ditunjuk untuk suku-suku dari suatu barisan
bilangan.
Bentuk umum:

Menyatakan deret ke-n


Contoh:
1. Deret dari barisan 3, 5, 7, …, (2n+1) adalah Sn = 3 + 5 + 7 + .... + (2n+1)
Maka,
S1 = 3 S2 = 3 + 5 = 8 S3 = 3 +5+7 = 15
2. Deret dari barisan 1, 2, 4, …, adalah
Maka,
S1 = 1 S2 = 1 + 2 = 3 S3 = 1 + 2 + 4 =7
Deret aritmetika adalah jumlah suku yang ditunjukkan oleh barisan aritmetika.
Deret aritmetika:

Dengan U1 = a dan Un = a + (n-1) b


Rumus n suku pertama deret aritmetika:

Dengan: suku ke-n


n = bilangan asli
b = beda
Contoh:

111 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Deret Geometri atau Deret Ukur
Deret geometri adalah jumlah suku-suku yang ditunjuk oleh barisan geometri.
Deret geometri:
U1 + U2 + U3 + ...... + Un = Sn
Dengan U1 = a dan Un = a.rn-1
Rumus n suku pertama deret geometri:

Sifat-sifat Deret
112 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
113 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
114 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
115 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
116 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
LATIHAN SOAL BARISAN DAN DERET

1. Selisih dua bilangan asli adalah 36 dan bilangan kedua adalah lima kali bilangan
pertama. Jika kedua bilangan itu berturut – turut membentuk suku kelima dan
suku kedua suatu barisan aritmetika maka tentukan suku ke sepuluh!

2. Misalkan a1 + a2 + a3 + a4 + a5 + a6 adalah suatu deret aritmetika yang berjumlah


75. Jika a2 = 8 maka tentukan a6 !

3. 1 – 3 + 5 + 7 – 9 + 11 + 13 – 15 + 17 + 19 – 21 + ….. + 193 – 195 + 197 = ?

4. Jika bilangan ganjil dikelompokkan seperti berikut :


kelompok 1 : {1},
kelompok 2 : {3,5},
kelompok 3 : {7,9,11},
kelompok 4 : *13,15,17,19+, …
dst
Maka berapakah bilangan pertama dari kelompok ke-100 ?

5. Tiga buah bilangan positif membentuk barisan aritmetika dengan beda 16. Jika
bilangan terkecil ditambah 10 dan bilangan terbesar dikurangi 7, maka diperoleh
barisan geometri. Tentukan jumlah ketiga bilangan tersebut !

6. Jika jumlah sepuluh suku pertama suatu deret aritmetika adalah – 110 dan
jumlah dua suku berturut-turut berikutnya adalah 2 maka tentukan jumlah 2
suku pertama !

7. Jika a, b, c, d dan e membentuk barisan geometri dan a.b.c.d.e = 1.024 maka


berapakah nilai c ?

8. Diketahui barisan bilangan bulat 3, x, y dan 18. Jika tiga bilangan pertama
membentuk barisan geometri dan tiga bilangan terakhir membentuk barisan
aritmetika. Maka tentukan x + y !

117 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
9. Diketahui p, q dan r merupakan akar – akar persamaan suku banyak berderajat
tiga. Jika p, q dan r membentuk barisan aritmetika, dengan suku ketiga tiga kali
suku pertama dan jumlah dari ketiga akar adalah 12 maka tentukan persamaan
dari suku banyak tersebut !

10. Pada suatu barisan geometri dengan r > 1, diketahui dua kali jumlah empat suku
pertama adalah tiga kali jumlah dua suku genap pertama. Jika diantara suku –
suku tersebut disisipkan empat bilangan, dengan cara : antara suku kedua dan
ketiga disisipkan satu bilangan dan antara suku ketiga dan keempat disisipkan
tiga buah bilangan maka akan terbentuk barisan aritmetika dengan beda r.
Hitung jumlah dari bilangan yang disisipkan !

118 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
BAB
10 Kaidah Pencacahan

Man Saara AlaDarbi Wasala,


Siapa yang Berjalan di Jalan-Nya
maka akan sampai ke tujuan

Disusunoleh:

 Dhiah Masyitoh
 Intan Fajar Iswari
 Rahmah Wulandari

Pencacahan (counting) adalah bagian dari matematika


kombinatorial. Persoalan kombinatorik bukan merupakan persoalan yang
baru dalam kehidupan nyata. Banyak persoalan kombinatorik yang
sederhana telah diselesaiakan dalam masyarakat.

Kombinatorika adalah studi tentang pengaturan objek-objek,


yaitu pemasangan, pengelompokan, pengurutan, pemilihan, atau
penempatanobjek- objek dengan karakteristik tertentu.Topik ini mulai
berkembang sejak abad ketujuh belas, yakni di awali dengan
tulisan Gottfried Wilhelm Leibniz yang berjudul Dissertio de Arte
Combinatorica. Selanjutnya, kombinatorika semakin berkembang pesat
dengan beragam aplikasinya di berbagai bidang, seperti kimia, biologi,
fisika, dan komunikasi.

119 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
PETA KONSEP

Kaidah
Pencacahan

Aturan Aturan
Faktorial Permutasi Kombinasi
Penjumlahan Perkalian

Sebagian Beberapa
Semua Unsur
Unsur Unsur yang Siklis
Berbeda
Berbeda Sama

120 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
KAIDAH PENCACAHAN
Kaidah pencacahan membantu dalam memecahkan masalah untuk menghitung
berapa banyaknya cara yang mungkin terjadi dalam suatu percobaan. Kaidah
pencacahan meliputi aturan perkalian, permutasi dan kombinasi.
A. ATURAN PENJUMLAHAN
Pada aturan penjumlahan bila suatu himpunan terbagi kedalam himpunan –
himpunan bagian yaitu n1, n2, n3, … ,nk , maka jumlah unsur yang berada di dalam
himpunan sama dengan jumlah semua unsur yang ada dalam setiap himpunan bagian
dari n atau dapat dirumuskan

n1 + n2+ n3+ … +nk

Sebagai contoh aturan penjumlahan adalah bila kita bermaksud membeli laptop.
Di sebuah toko, kita menemukan ada laptop merk A dengan 4 macam model, merk B
dengan 3 macam model, dan merk C dengan 5 macam model. Jadi, jika kita akan
membeli laptop di toko itu maka kita memiliki 5 + 4 + 3 = 12 macam model laptop. Jadi,
banyak model laptop di toko itu ada 5 model A + 4 model B + 3 model C = 12 model.

B. ATURAN PERKALIAN

Aturan perkalian adalah suatu cara yang dapat dilakukan dengan cara mendaftar
semua kemungkinan hasil secara manual. Ada beberapa cara mendaftar dalam aturan
ini antara lain adalah dengan diagram pohon, dengan table silang, dan dengan pasangan
terurut.

Jika suatu kejadian 1 dapat terjadi dengan n1 cara yang berlainan, kejadian 2
dapat terjadi dengan n2 cara berlainan, kejadian 3 dapat terjadi dengan n3 cara yang
berlainan, dan demikian seterusnya (untuk jumlah yang tidak terbatas) maka seluruh
kejadian tersebut dapat terjadi dengan:

n1 × n2 × n3 × … × nk

Misalkan kota A dan B dihubungkan dengan 3 jalan, sedangkan antara kota B dan C
dihubungkan dengan 2 jalan. Maka banyak rute perjalananan dari kota A kekota B dan
dilanjutkan perjalanan dari kota B ke C adalah 3 × 2 = 6 rute. Prinsip inilah yang disebut
prinsip perkalian.

121 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Aturan penjumlahan ditandai dengan
kata “atau”, sedangkan aturan
perkalian ditandai dengan kata “dan”.

C. PERMUTASI

Permutasi (P) adalah suatu susunan yang dapat dibentuk dari suatu
kumpulanobjek yang diambil sebagian atau seluruhnya dengan memperhatikan urutan.
Dimana (AB ≠ BA, ABC ≠ BAC).

 Permutasi n unsur yang diambil dari n unsur

Jika ada n unsur yang berbeda diambil n unsur, maka banyak susunan
(permutasi) yang berbeda dari n unsur tersebut adalah

P(n, n) = nPn dibaca permutasi tingkat n dari n unsur

P(n, n) = n!
nPn = n!

 Permutasi k unsur yang diambil dari n unsur, k

Banyak permutasi r unsur yang diambil dari n buah unsur yang berbeda adalah

nPr= ,n≥r
( )

 Permutasi yang memuat beberapa unsur

Permutasi n unsur yang memuat unsur – unsur sama dan tiap jenis yang sama
terdiri dari n1, n2, n3, …nk, maka permutasinya

P=

122 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
 Permutasi siklis

Permutas isiklis digunakan untuk menghitung banyak susunan yang mungkin


dari sejumlah n unsur berbeda yang ditempatkan secara melingkar, dan dirumuskan

nP(siklis) = (n- 1)!

Contoh soal

Dalam berapa cara seorang presiden, wakil presiden, sekretaris dan bendahara dapat
dipilih dari sebuah klub yang beranggotakan 35?
Penyelesaian :
Jika asumsikan bahwa tidak ada orang yang dapat menduduki dua jabatan, dan semua
anggota mampu menjadi pengurus, masalah ini menyertakan banyaknya permutasi dari
30 orang yang diambil 4.
30P4 =( )
= = 30 29 28 27 = 657720
Jadi, ada 657.720 cara.

D. KOMBINASI

Kombinasi ( C ) adalah suatu susunan yang dapat dibentuk dari suatu kumpulan
objek yang diambil sebagian atau seluruhnya dengan tidak memperhatikan urutan.
Dinotasikan dengan :nCk , C atau urutan ( AB = BA, ABC = BAC)

 Kombinasi n unsur dari n unsur yang berbeda

nCn =1

 Kombinasi r unsur dari n unsur yang berbeda

Banyaknya susunan yang terdiri r unsur tanpa memperhatikan urutannya

nCr = ,n≥r
( )

Sering sekali siswa sma dihadapkan pada satu soal tentang probabilitas suatu
kejadian n dan kebingungan akan menggunakan permutasi atau kombinasi dalam
menyelesaikan soal tersebut, mari kita lihat rumusnya:

Dalam urusan permutasi dan kombinasi kita harus tahu terlebih dahulu tentang
notasi faktorial (!) dan penggunaannya,

123 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Rumus permutasi:

Rumus kombinasi:

Penggunaannya, jika permutasi adalah pengabungan beberapa objek dengan


memperhatikan urutan jadi {a,b,c} berbeda dengan {b,a,c}. Contohnya adalah jika
terdapat 3 bola dengan warna berbeda yaitu kuning, hijau dan merah, ambil 2 bola
dengan memperhatikan urutan maka permutasi yang mungkin terjadi adalah 6 yaitu
{kuning,hijau}, {kuning,merah}, {hijau,kuning}, {hijau,merah}, {merah,kuning} dan
{merah,hijau}.

Jika menggunakan rumus =


dengan n = banyaknya bola r = banyaknya pengambilan

Sedangkan kombinasi adalah penggabungan beberapa objek dengan tidak


memperhatikan urutan, jadi {a,b,c} sama dengan {b,a,c} juga sama dengan {c,a,b} dan
sama dengan urutan yang lain asalkan terdiri dari 3 huruf tersebut.
Contohnya ada 4 orang anak yaitu A, B , C dan D. Akan diambil 2 orang untuk mewakili
sekolah dalam lomba menggambar maka kemungkinan 2 orang tersebut ada 6 yaitu
{A,B}, {A,C}, {A,D}, {B,C}, {B,D} dan {C,D}. Kalo dikerjakan dengan rumus maka,

Kombinasi = dengan n = banyaknya anak dan r = banyaknya yang diambil

124 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
LATIHAN SOAL KAIDAH PENCACAHAN
1. Dari angka 1,2,3,4, dan 7 akan dibentuk bilangan yang terdiri atas tiga angka
berbeda. Banyak bilangan yang berbeda yang dapat dibentuk dengan nilai
masing-masing kurang dari 400 adalah...
2. Jika huruf-huruf pada kata "BOROBUDUR" dipertukarkan, berapa banyak
susunan huruf berbeda yang dapat diperoleh?
3. Nilai n memenuhi = 2 maka nilai = ....
4. Jika menyatakan banyak kombinasi r elemen dari n elemen dan = 2n maka
=…
5. Banyak bilangan asli yang terdiri atas 6 angka disusun dari 2 buah angka 1, 3
buah angka 2, dan 1 buah angka 3 adalah...
6. Berapa banyaknya permutasi dari cara duduk yang dapat terjadi jika 8 orang
disediakan 4 kursi, sedangkan salah seorang dari padanya selalu duduk dikursi
tertentu!
7. Dari 8 pasangan suami istri akan dibentuk tim beranggotakan 5 orang terdiri atas
3 pria, 2 wanita dengan ketentuan tak boleh ada pasangan suami istri. Banyaknya
tim yang dapat dibentuk adalah....
8. Diketahui garis g dan h sejajar. Titik A,B,C, dan D terletak pada garis g . Titik E,F,
dan G Terletak pada garis h. Banyaknya segitiga yang bisa dibuat dari 7 titik
tersebut adalah…
9. Suatu kelompok pengajian ibu-ibu mempunyai anggota 10 orang. Apabila setiap
pengajian duduknya melingkar, banyaknya cara posisi ibu-ibu dalam duduk
melingkar adalah....
10. Buktikan bahwa n+1Cr = nCr-1 + nCr

125 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
BAB
PELUANG
11
Belajarlah dimanapun kamu berada,
karena pengetahuan yang sesungguhnya
ada disetiap hembusan nafas dan
langkah kalian.

Disusun oleh :

 Devi Kumala Sari


 Novi Sariani
 Rogayah

Teori peluang menyangkut dengan cara menentukan hubungan antara sejumlah kejadian
khusus dengan jumlah kejadian sembarang. Misalnya pada kasus pelemparan uang sebanyak
seratus kali, berapa kali akan munculnya gambar. Teori peluang awalnya di inspirasi oleh masalah
perjudian yang dilakukan oleh matematikawan dan fisikawan Italia yang bernama Girolamo
Cardano (1501-1576). Cardano lahir pada tanggal 24 September 1501. Cardano merupakan seorang
penjudi pada waktu itu. Walaupun judi berpengaruh buruk terhadap keluarganya, namun judi juga
memacunya untuk mempelajari peluang.
Dalam bukunya yang berjudul Liber de Ludo Aleae (Book on Games of Changes) 1565,
Cardano banyak membahas konsep dasar dari peluang yang berisi tentang masalah perjudian.
Sayangnya tidak pernah dipublikasikan sampai 1663. Pascal kemudian menjadi tertarik dengan
peluang, dan mulailah dia mempelajari masalah perjudian. Dia mendiskusikannya dengan
matematikawan terkenal yang lain yaitu Pierre de Fermat (1601-1665). Mereka berdiskusi pada
tahun 1654 antara bulan Juni dan Oktober melalui 7 buah surat yang ditulis oleh Blaise Pascal dan
Pierre de Fermat yang membentuk asal kejadian dari konsep peluang. Berdasarkan pemaparan
mengenai teori peluang di atas maka penulis membuat sebuah makalah yang berjudul ”Peluang”.

126 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
PETA KONSEP

PELUANG

RUANG DAN TITIK JENIS KEJADIAN DEFINIS DAN


SAMPEL SIFAT-SIFAT

KEJADIAN KEJADIAN
SEDERHANA MAJEMUK

DEFINISI PELUANG PELUANG PELUANG PERKALIAN


SUATU KEJADIAN KOMPLEMEN GABUNGAN PELUANG

KEJADIAN
KEJADIAN TIDAK
KISARAN NILAI SALING BEBAS
LEPAS

KEJADIAN
FREKUENSI KEJADIAN SALING BERSYARAT
HARAPAN LEPAS

127 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
PELUANG
Peluang adalah cara untuk mengungkapkan pengetahuan atau kepercayaan
bahwa suatu kejadian kemungkinan akan berlaku atau terjadi. Teori peluang biasa
disebut juga teori kemungkinan (probabilitas). Konsep ini juga sudah digunakan
diberbagai bidang tidak hanya dalam matematika atau statistika, tapi juga dalam
hal keuangan, sains dan filsafat.
1. Definsi dan Sifat-Sifat Peluang
1.1 Definisi Peluang
a. Definisi Peluang Klasik
Misalkan sebuah peristiwa E dapat terjadi sebanyak n kali diantara N peristiwa
yang saling eksklusif dan masing-masing terjadi dengan kesempatan yang sama, maka
peluang peristiwa E terjadi adalah n/N atau P(E) = n/N
Contoh :
Eksperimen dengan melantunkan koin Rp 100,- sebanyak 1X menghasilkan peristiwa-
peristiwa yang terjadi :
1) muncul angka (G) = 1
2) muncul gambar (A) = 1
N=2
P(G) = ½ ; P(A) = ½
Sifat peluang klasik : saling eksklusif dan kesempatan yang sama
b. Definisi Peluang Empirik
Peluang empirik/frekuensi relatif terjadi apabila eksperimen dilakukan berulang.
Apabil kita perhatikan frekuensi absolut (=m) tentang terjadinya peristiwa E untuk
sejumlah pengamatan (=n), maka peluang peristiwa itu adalah limit dari frekuensi
relatif apabila jumlah pengamatan bertambah sampai tak hingga P(E) = limit m/n
nN
Contoh
Eksperimen melantunkan sebuah dadu (1000X)
Peristiwa yang muncul : - muncul mata dadu 1 hingga
- muncul mata dadu 6
Event M1 M2 M3 M4 M5 M6 total
M 166 169 165 167 169 164 1000
P(M1) = 166/1000 ; P(M6) = 164/1000
c. Definisi Peluang Subjektif
1) Nilai peluang didasarkan kepada preferensi seseorang yang diminta untuk
menilai
2) Pada umumnya yang dinilai adalah peristiwa yang belum terjadi
1.2 Sifat-Sifat Peluang

Dalam teori peluang terdapat beberapa sifat, yaitu sebagai berikut:

a. P(A) adalah bilangan rela yang non negatif untuk setiap peristiwa A
dalam S
P(A) 0
128 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
b. P(S) = 1
c. Jika A1, A2, .... merupakan peristiwa yang saling lepas di S
Ai ∩ Aj = ∅
Untuk i ≠ j = 1,2,3.... maka
P(A1 ∪A2∪....) = P(A1) + P(A2)

2. Pengertian Ruang , Titik Sampel dan Kejadian


2.1 Ruang dan Titik Sampel
Ruang sampel adalah himpunan semua hasil dari suatu eksperimen acak dan
setiap anggotanya dinamakan titik sampel. Ruang sampel yang diambil adalah ruang
sampel yang setiap titiknya (diasumsikan) merupakan hasil individual, artinya tidak
dapat dipecah-pecah lagi dipandang dari berbagai segi.
Notasi untuk ruang sampel, biasanya dengan huruf S, , C, atau huruf lainnya.
Jikadigunakan huruf S untuk menyatakan ruang sampel maka:
- Jika S terhitung, S dinamakan ruang sampel diskrit
- Jika S tak terhitung (dan banyak unsurnya tak terhingga), S dinamakan ruang
sampel kontinu.
- Jika setiap titik sampel dari S memiliki kesempatan yang sama untuk muncul,
maka S dinamakan ruang sampel uniform.
Contoh: Ruang sampel dari pelemparan sebuah dadu adalah
- Ruang sampel dari pelemparan sebuah dadu adalah S {1,2,3,4,5,6}
- Banyak titik sampel = n(S) = 6

2.2 Kejadian

Definisi (Kejadian) : Kejadian (event) adalah himpunan bagian dari ruang


sample.

Definisi (Medan- σ) : Medan-σ / Medan-Borel adalah suatu himpunan β yang


anggotanya adalah kejadian-kejadian dalam ruang sample S (kejadian) yang
memenuhi tiga syarat berikut :
1. ∅ ∈ β
2. Jika A ∈ β maka Ac ∈ β
3. Jika A1, A2, … ∈ β maka A1 ∪ A2 ∪ … ∈ β

3. Jenis Kejadian Peluang


3.1 Peluang Suatu Kejadian
a. Pengertian Peluang Suatu Kejadian

Peluang suatu kejadian adalah ukuran untuk mengukur kebenaran atau


ketepatan dari percobaan dalam pengambilan sampel dari suatu populasi. Jika ruang
sampel S mempunyai anggota yang berhingga banyaknya dan setiap titik sampel

129 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
mempunyai kesempatan untuk muncul yang sama, dan A suatu kejadian munculnya
percobaan tersebut, maka peluang kejadian A dinyatakan dengan :
( )
P(A) = ( )
Keterangan:
P(A) : Peluang kejadian A
n(A) : Banyaknya kejadian A
n(S) : Banyaknya titik sampel/ Hasil yang mungkin

Contoh:

Sebuah dadu bermata enam dilempar sekali. Berapakah peluang munculnya mata
dadu bilangan ganjil?

S = {1,2,3,4,5,6}
n(S) = 6
A = Kejadian muncul mata dadu bilangan ganjil
A = {1,3,5}
n(A) = 3
( )
P(A) = = =
( )

Jadi peluang muncul mata dadu ganjil adalah


b. Kisaran Nilai Peluang
Probabilitas suatu kejadian adalah angka yang menunjukkan kemungkinan
terjadinya suatu kejadian. Nilainya di antara 0 dan 1.

Pembuktian:

Dalam sebuah kejadian akan ada kemungkinan terjadi dan juga tidak mungkin
terjadi sehingga

(Gunakakn sifat 1 , 2 dan 3)

A ∈ S dan ∅ ∈ A maka ∅ ∈ A ∈ S
n(∅) n(A) n(S)
P(∅) P(A) P(S)
n(∅) n(A) n(S)
n(S) n(S) n(S)

P(A) 1
( )

sehingga 0 P(A) 1
Terbukti bahwa kisaran nilai peluang/ probabilitas suatu kejadian berkisar diantara 0
dan 1
P(A) = 0 maka kejadian A disebut kejadian yang mustahil terjadi.

130 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
P(A) = 1 maka kejadian A disebut kejadian yag pasti terjadi.
c. Frekuensi Harapan

Frekuensi harapan adalah harapan yang nilai kemungkinan terjadinya paling besar. Jika
suatu percobaan dilakukan sebanyak n kali dan nilai kemungkinan terjadinya kejadian K
setiap percobaan adalah P(K), maka frekuensi harapan dari kejadian K adalah:
FH(K) = n x P(K)

Contoh:

Jika sebuah dadu dilempar sebanyak 30 kali, berapakah frekuensi harapan muncul mata
dadu bilangan genap

Jawab

S = {1,2,3,4,5,6} n(S) = 6

n = 24 kali

A = Kejadian muncul mata dadu bilangan genap = { 2,4,6} n(A) = 3

FH(A) = n x P(A)
= 24 x
= 12

3.2 Peluang Kejadian Majemuk


a. Peluang komplemen suatu kejadian

S
S
A A’

Komplemen dari sebuah kejadian A adalah himpunan semua kejadian yang


bukan A. Komplemen kejadian A ditulis sebagai A’ atau Ac. Peluang dari sebuah kejadian
dan komplemennya selalu berjumlah 1 (sebuah kejadian bisa terjadi atau tidak terjadi).

P(A) + P (Ac) = 1

P(Ac) = 1 - P(A)

Pembuktian

Karena A ∩ Ac = ∅ dan A∪ Ac = S

Maka berdasrakan sifat (3) dan (2)

131 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
P (A∪ Ac) = P(A) + P(Ac = P(S) = 1

Jadi P(Ac) = 1 – P(A)

Contoh:

Ketika melempar dadu bermata 6, peluang untuk tidak mendapat 5 adalah

P(5) = 1 – P(5)

P(5) = 1 – 1/6

P(5) = 5/6

b. Peluang Gabungan
1) Peluang gabungan dua kejadian yang tidak saling lepas
S

A B

Peluang dari kejadian yang dapat terjadi disaat yang bersamaan sehingga A dan B tidak
saling lepas berarti A dan B = A∩ B

n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A∩ B)

Jika kedua ruas dibagi dengan n(S) maka:

P (A ∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩ B)

PEMBUKTIAN

Didalam teori himpunan, didapatkan bahwa

A∪B = A∪(Ac∩ B) dan A ∩ (Ac∩ B) = ∅

Jadi didapatkan P ( A ∪ B) = P(A) + (Ac∩ B) ....................... (1)

Dipihak lain B = S ∩ B = (Ac∪ A) ∩ B = (Ac∩ B) ∪ (A ∩ B)

Karena (Ac∩ B) + P (A ∩ B) = ∅, maka

P(B) = P(Ac∩ B) + P (A ∩ B) ................................................. (2)

Berdasarkan persamaan ke 1 dan ke 2 diperoleh

132 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
P( A ∪ B) = P(A) + P(B) - P (A ∩ B)

Untuk A, B dan C tidak saling lepas

Jika A bagian dari B

Contoh

Pada pelemparan sebuah dadu, tentukanlah peluang muncul mata dadu bilangan prima
atau genap

Jawab

S ={1,2,3,4,5,6} n(s) = 6

A = Muncul mata dadu bilagan prima = { 2,3,5} n(A) = 3

B = Muncul mata dadu genap = {2,4,6} n(B) = 3

(A∩ B) = Muncul mata dadu prima atau genap = {2} n(A∩ B) = 1

P (A ∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩ B)  P (A ∪ B) = + = =

2) Peluang gabungan dua kejadian yang saling lepas


133 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
S

A B

Kejadian yang tidak dapat terjadi pada saat yang bersamaan. Kejadian A dan B dikatakan
saling lepas Jika A  B =  atau P (A  B) = 0

Jika P (A  B) = 0 maka P (A  B) = P(A) + P (B)

P (A ∪ B) = P(A) + P(B)

Contoh

Ketika memilih bola secara acak dari keranjang yang berisi 3 bola biru, 2 bola
hijau, dan 5 bola merah, peluang mendapat bola biru atau merah adalah

P(Biru atau Merah) = P(Biru) + P(Merah)

P(Biru atau Merah) = 3/10 + 5/10

P(Biru atau Merah) = 8/10 = 0.8

c. Perkalian Peluang
1) Peluang Dua kejadian saling bebas

Kejadian A dan B disebut dua kejadian yang saling bebas jika dan hanya jika P(A
∩ B) = P(A) P(B) sehingga besarnya peluang kejadian A tidak berubah karena adanya
keterangan bahwa kejadian B telah terjadi (kejadian satu tidak mempengaruhi kejadian
yng lain) maka A dan B adalah dua kejadian yang saling bebas

 Jika A dan B adalah dua kejadian bebas, maka


a) A dan Bc juga dua kejadian bebas
b) Ac dan B juga dua kejadian bebas
c) Ac dan Bc juga dua kejadian bebas
Bukti (a) : Akan ditunjukkan bahwa P(A ∩ Bc) = P(A) P(Bc).
Karena A = (A ∩ B) ∪ (A ∩ Bc) dan (A ∩ B) ∩ (A ∩ Bc) = ∅
Maka P(A) = P(A ∩ B) + P(A ∩ Bc)
Jadi P(A ∩ Bc) = P(A) - P(A ∩ B) = P(A) - P(A) P(B) = P(A) (1 – P(B)) = P(A)
P(Bc)

Sehingga didapatkan rumus peluang dua kejadian saling bebas adalah

P(A∩ B) = P(A) . P(B)

134 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Contoh
Dadu merah dan dadu putih ditos. Tentukan peluang pada dadu merah muncul angka
satu.
Penyelesaian :
Dua dadu ditos, maka n(S) = 6 x 6 = 36
A = {dadu merah muncul angka satu}
= {(1,1), (1,2),(1,3),(1,4),(1,5),(1,6)}, n(A) = 6
( )
P(A) = = =
( )

Jadi, peluang pada dadu merah muncul angka satu adalah


B = {dadu putih muncul angka enam}
= {(1,6), (2,6), (3,6), (4,6), (5,6), (6,6)}, n(B) = 6
( )
P(B) = = =
( )

Jadi, peluang pada dadu putih muncul angka enam adalah


A ∩ B = *(1,6)+, n(A ∩ B) = 1
n(A ∩ B) 1
P(A ∩ B) = =
n(S) 6
1
P(A ∩ B) = dapat ditulis menjadi
6
1 1
P(A ∩ B) = x
6 6
P(A ∩ B) = P(A)x P(B)
Jadi, peluang pada dadu merah muncul angka satu dan pada dadu putih
muncul angka enam adalah .
2) Peluang dua kejadian yang tidak saling bebas/Bersyarat/Bergantung

Peluang kejadian B dengan syarat A telah diketahui dan terjadi.

Definisi : Misalkan A dan B adalah kejadian-kejadian dalam A. Peluang AB ( A dan B)


adalah
( )
P(AB) = ( )

Definisi: Misalkan A dan B adalah kejadian – kejadian dalam A. Peluang bersyarat A


diberikan B adalah

( )
( )=
( )

Dimana P(B)> 0, Jika P(B) = 0 maka peluang bersyarat tidak terdefinisi.

 Peluang bersyarat adalah suatu peluang dimana


a. 0 < ( )<1
b. P ( S|A) = 1
c. Jika ( A1,A2...) adalah kejadian-kejadian yang saling bebas maka

135 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
( )
 P(BC) > 0  P (A|BC) = ( )

Bukti
( ) ( ) ( ) ( )
P(A|BC) = = ( ) ( )
= (
( ) )

Untuk setiap kejadan A dan B berlaku:

P(AB) = P (A|B) P(B) = P (B|A) P(A)

Sehingga jika P(B) > 0 kita mempunyai


( ) ( )
P(A|B) = ( )

Dan dengan cara yang sama jika P(A) > 0 kita mempunyai
( ) ( )
P(B|A) = ( )

 Aturan Bayes

Misalkan {B1,B2...Bn} adalah partisi dari ruang sampel dan misalkan A adalah kejadian
yang tereobservasi. Peluang kejadan Bj diberikan A adalah
( )
P(Bj|A) = ( )

136 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
LATIHAN SOAL PELUANG

1. Ada 9 bola.Tiap bola ditandai dengan angka yang saling berlainan yakni: mulai
dari 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 dan 20. Dilakukan pengambilan 2 bola secara
acak. Tentukan peluang munculnya 2 bola dengan jumlah angka yang genap ?
2. Jika kejadian A dan B saling lepas dengan P(A) = 0,3 dan P(B) = 0,5 maka P(A
Bc) sama dengan ...
3. Dalam suatu kotak terdapat 100 bola serupa yang diberi nomor 1,2,3, ...100. Jika
dipilih satu bola secara acak maka peluang terambilnya bola dengan nomor yang
habis dibagi 3 adalah ...
4. Dalam kantong I terdapat 5 kelereng merah dan 3 kelereng putih, dalam kantung
II terdapat 4 kelereng merah dan 6 kelereng hitam. Dari setiap kantong diambil
satu kelereng secara acak. Peluang terambilnya kelereng putih dari kantong I dan
kelereng hitam dari kantong II adalah ...
5. Diketahui kejadian A dan B adalah kejadian yang saling bebas tetapi tidak saling
lepas. Jika ( ) = dan ( ∪ ) = maka ( ) adalah….
6. Dua kelas masing-masing terdiri atas 30 siswa. Satu siswa dipilih dari tiap-tiap
kelas. Peluang terpilih keduanya perempuan adalah 23/180. Peluang terpilih
keduanya laki-laki adalah …
7. Malik dan Ali melakukan permainan lempar anak panah. Malik melempar tepat
sasaran dengan peluang 0,65, sedangkan Ali melempar tepat sasaran dengan
peluang 0,45. Malik memenangkan permainan jika melempar tepat sasaran dan
Ali tidak mengenai sasaran. Sebaliknya, Ali menang jika Ali melempar tepat
sasaran dan Malik tidak mengenai sasaran. Kondisi lainnya adalah permainan
seri. Peluang bahwa permainan akan berakhir seri adalah …
8. Dua kotak masing-masing berisi lima bola yang diberi nomor 2, 3, 5, 7, dan 8. Dari
setiap kotak diambil sebuah bola. Peluang terambil sedikitnya satu bola dengan
nomor 3 atau 5 adalah …
9. Jika peluang kejadian hujan dalam kurun waktu 30 hari adalah , maka peluang
kejadian tidak hujan dalam kurun waktu 30 hari adalah….
10. Sebuah dadu dilempar sebanyak 6 kali. Peluang munculnya angka lebih besar
atau sama dengan 5 dalam minimal 5 kali pelemparan adalah ….
11. Diberikan suku banyak . Jika dan dipilh secara acak dari
selang [0, 3], maka peluang persamaan suku banyak tersebut tidak mempunyai
akar adalah …

137 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
BAB
ORIENTASI DAN
12 LOKASI

Tindakanmu sekarang akan


mempengaruhi posisimu dimasa
depan

Disusun oleh:

 Amy Arimbi
 Arif Miswanto
 Kori Auga Islamirta
 Resti Indah Kusuma

Materi Orientasi dan Lokasi adalah materi pembelajaran yang


berhubungan dengan system koordinat yang digunakan untuk
menentukan posisi suatu titik serta lokasi suatu tempat selain itu juga
orientasi dan lokasi dapat digunakan untuk materi pembelajaran
jurusan tiga angka.

138 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
PETA KONSEP

ORIENTASI DAN LOKASI

KOORDINAT Jurusan Tiga angka


CARTESIAN

Garis
Sejajar
Titik Garis
Garis
Berpotonga
n
Posisi Titik Jarak Jarak tiga
Garis Tegak
Dua Titik titik
Lurus

139 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
ORIENTASI DAN LOKASI
A. Koordinat Cartesius
1. Pengertian Sistem Koordinat Kartesius
Di dalam ilmu matematika, sistem koordinat kartesius dipergunakan untuk menentukan
posisi ataupun letak dari sebuah titik pada suatu bidang datar. posisi titik tersebut
ditentukan oleh dua buah garis yanng ditarik secara vertikal dan horizontal dimana titik
pusatnya berada pada titik 0 (titik asal). Garis horizontal disebut sebagai sumbu X
(absis) dimana X positif digambarkan mendatar ke kanan sedangkan X negatif digambar
mendatar ke kiri. Sementara itu garis Vertikal disebut sebagai sumbu Y dimana Y positif
digambarkan kearah atas dan Y negatif digambarkan ke arah bawah. Perhatikan gambar
di bawah ini:

2.Menentukan titik dan garis pada bidang koordinat kartesius

2.1. Kedudukan sebuah titik

Gambar diatas merupakan sebuah bidang koordinat yang dibentuk oleh dua buah garis
yaitu garis X(Sumbu X) yang mendatar serta garis Y (Sumbu Y) yang Tegak. Kedua garis
tersebut berpotongan pada satu titik yang disebut sebagai pusat koordinat (titik 0).
Bidang koordinat di atas disebut sebagai bidang koordinat kartesius yang digunakan
untuk menentukan posisi dari sebuah titik yang dinyatakan dalam pasangan
angka/bilangan.
140 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Coba kalian perhatikan titik A,B,C, dan D yang ada di dalam bidang tersebut. Untuk
menentukan letak dari titik-titik tersebut kalian harus memulainya dari pusat koordinat
(titik 0). Lalu perhatikan angka yang ada pada sumbu X barulah setelah itu perhatikan
angka yang ada pada sumbu Y. untuk menuliskan letak titik pada bidang koordinat
kartesius, kita menggunakan pasangan bilangan (X,Y).
2. Kedudukan Relatif Benda
Kedudukan suatu benda akan bersifat relatif jika dilihat dari dari titik acuan

A B C D
Jika titik A sebagai acuannya, maka titik B,C,D terletak disebelah kanan titik A. jika titik B
sebagai acuannya maka titik A terletak disebelah kiri titik B, sementara titik C dan D
terletak disebelah kanan titik B.

2.2 Jarak antara dua titik


Sistem koordinat kartesian dua dimensi merupakan sistem koordinat yang
terdiri dari dua salib sumbu yang saling tegak lurus, biasanya sumbu X dan Y, seperti
digambarkan pada gambr di bawah ini :

jika dilihat dari gambar di atas, koordinat P mempunyai jarak pada sumbu X yang
disebut absis sebesar 3 dan mempunyai jarak pada sumbu Y yang disebut ordinat
sebesar 5. Sedangkan d merupakan jarak dari pusat sumbu koordinat (O) ke titik P.
Nilai d dapat dihitung dengan persamaan :
= √ +
jika d merupakan jarak antara dua titik, secara umum d dapat dihitung menggunakan
persamaan sebagai berikut :

= √( ) +( )
dimana i dan j menunjukkan nama titik.

141 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
2.3 Jarak dan titik tengah 3 dimensi

Koordinat kartesius dalam ruang dimensi tiga ditentukan oleh tiga garis koordinat
yang saling tegak lurus (sumbu x,y, dan z). Ketiga sumbu tersebut menentukan tiga
bidang, bidang yz, xz, dan xy yang membagi ruang menjadi 8 oktan.

Menentukan jarak dan titik tengah antar titik


Jarak:
= √( 2 1) + ( 2 1) + ( 2 1)
Titik Tengah:
t.1= t2 = t3=

3. MENENTUKAN POSISI GARIS

3.1 Garis Sejajar terhadap Sumbu-X dan Sumbu-Y

Dua buah garis dikatakan sejajar jika kedua garis tersebut memiliki jarak
yang selalu sama.

3.2 Garis Berpotongan terhadap Sumbu-X dan Sumbu-Y

Jika suatu garis tidak sejajar dengan sumbu koordinat, maka garis tersebut
akan berpotongan dengan sumbu X maupun sumbu Y, karena posisi garis dan
sumbu koordinat terletak dalam satu bidang datar.
3.3 Garis Tegak Lurus terhadap Sumbu-X dan Sumbu-Y
142 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Suatu garis dapat dinyatakan tegak lurus jika:
 Jika garis m sejajar dengan garis n, dan garis m tegak lurus terhadap
sumbu X maka garis n juga tegak lurus dengan sumbu X.
 Jika garis m sejajar dengan garis n, dan garis m tegak lurus terhadap
sumbu Y maka garis n juga tegak lurus dengan sumbu Y.

B. Jurusan 3 Angka

Jurusan tiga angka adalah menentukan letak sebuah titik atau obyek yang diukur
dari titik atau obyek yang lain, ukuran yang di pakai adalah jarak (r) dan besar
sudut (α) yang diukur dari arah utara dan searah dengan jarum jam. Penulisan
sudut α dengan menggunakan 3 digit.
Contoh : titik A terletak 5 satuan dengan jurusan 095° dari titik B
Dapat ditunjukkan dengan gambar

1.Aturan cosinus

143 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
144 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
LATIHAN SOAL ORIENTASI DAN LOKASI

1. Tentukan apakah titik-titik berikut membentuk garis lurus atau tidak?


a. A(0, 0), B(1, 1), C(2, 2) c. G(–2, 1), H(1, 0), I(4, 3)
b. D(2, –2), E(1, –1), F(0, 0) d. J(2, –2), K(3, 0), L(1, 1)

2. Gambar dibawah menunjukkan peta propinsi Aceh.

Salindanlengkapilahpernyataan-pernyataanberikut di bukulatihanmu.
1. Kota Janto terletak pada koordinat(.. , ..)
2. Kota Meulaboh terletak pada koordinat(.. , …)
3. Kota Langsaterletakpadakoordinat(… , …)
4. Kota ... terletakpadakoordinat (9, F).
5. Kota ... terletakpadakoordinat (9, N).

3. Awak wahana antariksa melakukan eksperimen di sebuah planet X yang


mengorbit bintang G yang identik dengan Matahari. Ketika bintang G tepat di atas

145 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
tongkat A, kedudukan bintang G mempunyai posisi 2 derajat dari zenith tongkat
B. Tongkat A dan B terpisah pada jarak 14km . Dari halter sebut dapat
disimpulkan bahwa radius planet X sekitar…..
4. TentukanTitik C untuk membentuk sebuah segitiga sama kaki !

5. Diketahui titik-titik pada bidang koordinat Cartesiuss sebagai berikut.


a. (10, –5) c. (–7, –3) e. (–4, 9)
b. (2, 8) d. (6, 1)

6. Gambarlah garis dengan persamaan:


a. x + y = 4,
b. x = 2y

7. Sebuah kapal berlayar dari pelabuhan A dengan arah 044° sejauh 50 km.
Kemudian berlayar lagi dengan arah 104° sejauh 40 km ke pelabuhan C Jarak
pelabuhan A ke C adalah … km.

8. Sebuah pesawat mula-mula berada pada posisi tertentu dengan koordinat (3,4)
karena cuaca buruk pesawat tersebut bergerak menuju koordinat (6,8). Coba
kalian hitung jarak yang ditempuh pesawat tersebut!

9. Diketahui A dan B adalah titik–titik ujung sebuah terowongan yang dilihat dari C
dengan sudut ACB = 45°. Jika jarak CB = p meter dan CA = 2p meter, maka
panjang terowongan itu adalah … meter.

10. Sebuah kapal berlayar kearah timur sejauh 30 mil Kemudian melanjutkan
perjalanan dengan arah 030° sejauh 60 mil. Jarak kapal terhadap posisi saat
kapal berangkat adalah … mil.

146 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
PEMBAHASAN SOAL LATIHAN
BAB 1 (LOGIKA MATEMATIKA)

1. Pada operasi konjungsi, pernyataan positif dapat digabungkan dengan kata "dan"
serta menghilangkan kata-kata yang sama, maka:
A. p^q : Hari ini surabaya cerah dan udaranya sejuk.
B. p^q : Gilang mengenakan baju merah dan topi hitam
C. p^q : Bejo pandai dalam pelajaran matematika dan kimia
Jika pernyataannya bertolak belakang, kita bisa mengganti kata "dan" dengan
kata "meskipun" ataupun "tetapi"

2. p : Hari ini hujan deras


q: Hari ini aliran listrik terputus
a. Hari ini tidak hujan deras dana liran listrik tidak terputus.
~p ˄ ~q

b. Hari ini tidak hujan deras atau aliran listrik terputus.


~p ˅ q

3. Implikasi, formatnya adalah "jika p maka q" sehingga:


a. p → q : Jika tahun ini kemarau panjang maka hasi l padi meningkat
b. ~p → ~q : Jika tahun ini tidak kemarau panjang maka hasil padi tidak
meningkat.
c. p → ~q : Jika tahun ini kemarau panjang maka hasil padi tidak
meningkat.

4. a. P q ~p ~q p˄q ~(p ˄ q) ~p ˅ ~q
B B S S B S S
B S S B S B B
S B B S S B B
S S B B S B B

Oleh karena nilai kebenaran pernyataan ~(p ˄ q) sama dengan ~p ˅ ~q, maka
~(p ˄ q) ≡ ~p ˅~q

P q ~p ~q p˅q ~(p ˅ q) ~p ˄ ~q b.
B B S S B S S
B S S B B S S
S B B S B S S
S S B B S B B
Oleh karena nilai kebenaran pernyataan ~(p ˅ q) sama dengan ~p ˄ ~q, maka
~(p ˅ q) ≡ ~p ˄~q
147 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
5. a. Konvers: “Jika 2 bukan bilangan prima maka semua bilangan prima adalah
bilangan ganjil”
Invers : “Jika beberapa bilangan prima bukan bilangan ganjil maka 2 adalah
bilangan prima”
Kontraposisi : “Jika 2 adalah bilangan prima maka beberapa bilangan prima
bukan
bilangan ganjil”
b. Konvers: “Jika Dinda memakai jaket maka cuaca dingin”
Invers : “Jika cuaca tidak dingin maka Dinda tidak memakai jaket”
Kontraposisi : “Jika Dinda tidak memakai maka cuaca tidak dingin”

6. Perhatikan bahwa p → q, memiliki nilai kebenaran Salah (S) →Benar (B)


Dalam implikias p→q, jika anteseden B dan konsekuen salah, maka p →
menghasilkan pernyataan yang Benar.Dari pilihan A sampai dengan E, yang
menghasilkan pernyataan yang benar secara logika adalah pernyataan C.

7. Premis 1 : Jika Budi rajin berolahraga maka badannya sehat.


Premis 2 : Budi rajin berolahraga.
Dapat kita lihat dari kedua premis tersebut,termasuk Modus Ponens
p→q
p
∴q

Jika Budi rajin berolahraga maka badannya sehat.


p q
Budi rajin berolahraga
p
Kesimpulannya adalah q : Badan Budi sehat

8. Premis (1) Jika hari panas, maka Ani memakai topi.


Premis (2) Ani tidak memakai topi atau ia memakai payung.
Premis (3) Ani tidak memakai payung.
p : Hari panas
q : Ani memakai topi
r : Ani memakai payung
Selesaikan terlebih dahulu premis (1) dan (2) kemudian digabungkan dengan
premis (3)
Dari premis (1) dan (2)
Premis (1) Jika hari panas, maka Ani memakai topi.
Premis (2) Ani tidak memakai topi atau ia memakai payung.
p→q
~q ∨r
Ingat bentuk berikut :
~q ∨ r ekuivalen dengan q → r
Sehingga bentuk di atas menjadi
148 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
p→q
q→r
∴p → r (Silogisme)
Dari sini gabungkan dengan premis ketiga:
p→ r
~r
∴ ~p (Modus Tollens)
Kesimpulan akhirnya adalah -'p yaitu "Hari tidak panas"

9. Cara I :
Untuk melihat argumen yang berbentuk kaidah silogisme adalah sah, kita
tunjukkan bahwa ,(p→q ˄ (q→r)- → (p→r) adalah tautologi.
P Q R p→q q→r (p→q ˄ (q→r) p→r ,(p→q ˄ (q→r)- → (p→r)
B B B B B B B B
B B S B S S S B
B S B S B S B B
B S S S B S S B
S B B B B B B B
S B S B S S B B
S S B B S B B B
S S S B B B B B

Jadi, argumen yang berbentuk kaidah silogisme adalah sah.


Cara II :
p q r p→q q→r p→r
B B B B B B
B B S B S S
B S B S B B
B S S S B S
S B B B B B
S B S B S B
S S B B B B
S S S B B B

Pada baris 1,5,7,dan 8


Premis 1 : p→q benar
Premis 2 : q→r benar
Konklusi : p→r benar
Jadi, argumen yang berbentuk kaidah silogisme adalah sah.

10. a. Misalkan p : cuaca dengin, q: dia memakai baju hangat, dan r : dia memakai
sweater. Pernyataan diatas dapat dituliskan sebagai p→(q ˄ ~r) dan
ingkarannya adalah ~ ,p→( q ˄ ~r)- ≡ p ˄ ~( q ˄ ~r) ≡ p ˄ ~q ˄ ~r.
Jadi, ingkarannya adalah “cuaca dingin dan dia tidak memakai baju hangat atau
149 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
dia memakai sweater
b. Misalkan p : dia belajar, q: dia akan melanjutkan ke perguruan tinggi, dan r :
dia
akan melanjutkan ke sekolah seni. Pernyataan diatas dapat dituliskan sebagai
p→(q ˅ r) dan ingkarannya adalah ~ ,p→( q ˅ ~r)- ≡ p ˄ ~( q ˅ r) ≡ p ˄ ~q ˄
~r.
Jadi, ingkarannya adalah “Dia belajar dan tidak melanjutkan ke perguruan tinggi
dan tidak ke sekolah seni”.

BAB 2 ( HIMPUNAN )
1. Untuk menjawab soal ini, kita misalkan :
A = {x | x adalah mahasiswa yang suka membaca}
B = {x | x adalah mahasiswa yang suka traveling}
Diketahui dari soal :
n(A) = 25 n(B) = 30 n(A ∩ B) = 15
n(A ∪ B) = n(A) + n(B) - n(A ∩ B)
maka jumlah mahasiswa dikelas itu adalah 25 + 30 – 15 = 40

2. Semua bilangan prima adalah bilangan ganjil kecuali 2. Himpunan A adalah


himpunan bilangan ganjil positif yang berurutan. Dan B adalah himpunan
bilangan prima. Tentunya (A ∩ B) = 3,5,7,11,13,.... ( himpunan bilangan prima
berurutan ) dan n(A ∩ B) = 14.
Sehingga n (A ∩ B)c = n(S) – n(A ∩ B)
n(A ∩ B)c = 50 – 14
n(A ∩ B)c = 36

3.

150 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
4.

5.

6. Untuk mencarinya, kita gunakan rumus himpunan berikut:


n*AΛB+ = (n*A+ + n*B+) - (n{S} - n{X})
n*AΛB+ = (30 + 28) - (40 - 4)
n*AΛB+ = 58 - 36
n*AΛB+ = 12
Jadi, jumlah kambing yang menyukai kedua jenis rumput tersebut adalah 12
ekor.

7. Siswa yang memilih masuk SMA dan SMK adalah:


n*AΛB+ = (n*A+ + n*B+) - (n{S} - n{X})
n*AΛB+ = (75 + 63) – (150 – 32)
n*AΛB+ = 138 – 118
n*AΛB+ = 20 siswa
Siswa yang memilih masuk SMA saja = 75 – 20 = 55 orang
Siswa yang memilih masuk SMK saja = 63 – 20 = 43 orang

151 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
8. n*AΛB+ = (n*A+ + n*B+) - (n{S} - n{X})
9 = (18 + 25) - (40 - n{X})
9 = 43 - 40 + n{X}
9 = - 3 + n{X}
9 + 3 = n{X}
n{X} = 12

9. Jumlah keseluruhan dari atlet tersebt adalah:


Atlet ang menyukai sepakbola saja : 17-12 = 5 orang
Atlet yang menyukai renang saja = 13 – 12 = 1 orang
Diagram venn-nya adalah:

Jadi, jumlah keseluruhan atlet tersebut adalah 18 orang

10. Kita cari terlebih dahulu jumlah siswa yang menyukai kedua pelajaran tersebut:
n*AΛB+ = (n*A+ + n*B+) - (n{S} - n{X})
n*AΛB+ = (27 + 26) – (45 – 5)
n*AΛB+ = 13
Maka dapat disimpulkan bahwa:
Siswa yang menyukai matematika saja = 27 - 13 = 14 siswa
Siswa yang menyukai bahasa inggris saja = 26 - 13 = 13 siswa
Maka gambar diagram venn-nya adalah:

152 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
BAB 3 ( FUNGSI DAN INVERS )

( )
1. ( )=
( 2+3 )
( )=
2
f(x)= (-2 + 3x)/2

y = (-2 + 3x)/2

2y = -2 + 3x

2y + 2 = 3x

x = (2y + 2)/3

Jadi f-1(x) = (2x + 2)/3 f-1(x) = 2(x + 1)/3 f-1(x) = 2/3 (x + 1)

2. f(x) = (7x + 5)/(3x - 4)

y = (7x + 5)/(3x - 4)

3xy - 4y = 7x + 5

3xy - 7x = 4y + 5

(3y - 7)x = 4y + 5

x = (4y + 5)/ (3y - 7)

#Syarat x ≠ 7/3 karena agar 3x - 7 ≠ 0.

Jadi f-1(x) = (4x + 5)/ (3x - 7) ; x ≠ 7/3

3. (x - 1) = (x - 1)/ (2 - x)

f(x) = x/(1 - x)

y = x/(1 - x) y - xy = x

y = x + xy y = (1 + y)x

x = y/ (1 + y)

maka f-1(x) = x/ (1 + x)

f-1(x + 1) = (x + 1) / (1 + x + 1)

f-1(x + 1) = (x + 1) / (x + 2)

153 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
4.) g(x) = 2x + 4 (f o g)(x) = 4x2 + 8x – 3

f(g(x)) = 4x2 + 8x – 3

f(2x + 4) = 4x2 + 8x – 3

f(x) = x2 - 4x - 3 ---> a = 1, b = -4, dan c = -3

f-1(x) = {-b √(b2 - 4a(c -x)}/ 2a

f-1(x) = *4 √(16- 4(-3 -x)}/ 2

f-1(x) = *4 √(16 + 12 + 4x)+/ 2

f-1(x) = *4 √(28 + 4x)+/ 2

f-1(x) = *4 √(4(7 + x))+/ 2

f-1(x) = *4 2√(7 + x)+/ 2

f-1(x) = 2 √(7 + x)

5. f(x) = (4x + 5)/ (x + 3)

y = (4x + 5)/ (x + 3)

yx + 3y = 4x + 5

yx - 4x = 5 - 3y

(y - 4)x = 5 - 3y

x = (5 - 3y)/ (y - 4)

maka f-1(x) = (5 - 3x)/ (x - 4) ; x ≠ 4

# syarat x ≠ 4 agar x - 4 ≠ 0.

Jawabannya : (-3x + 5)/ (x - 4), x ≠ 4

6. Dik : f(x) = x2 + 1
g(x) = 2x 3
Dit : (f o g)(x) =.......?

Masukkan g(x) nya ke f(x)


(f o g)(x) =(2x 3)2 + 1
(f o g)(x) = 4x2 12x + 9 + 1
(f o g)(x) = 4x2 12x + 10

7. Diketahui : f(x) = 3x 1 dan g(x) = 2x2 + 3


Ditanya :(g o f)(1) =.......

154 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Masukkan f(x) nya pada g(x) kemudian isi dengan 1
(g o f)(x) = 2(3x 1)2 + 3
(g o f)(x) = 2(9x2 6x + 1) + 3
(g o f)(x) = 18x2 12x + 2 + 3
(g o f)(x) = 18x2 12x + 5
(g o f)(1) = 18(1)2 12(1) + 5 = 11

8. f o g(x) berarti x pada f(x) diganti dengan g(x)


f o g(x) = g(x) + 2 = (x + 5) + 2 = x + 7

9. g o f(x) berarti x pada g(x) diganti dengan f(x).


g o f(x) = 2 f(x) + 3
g o f(x) = 2 (x - 2) + 3 = 2x - 4 + 3 = 2x – 1

10. a) (f o g)(x)

"Masukkan g(x) nya ke f(x)"

sehingga:
(f o g)(x) = f ( g(x) )
= f (2 x)
= 3(2 x) + 2
= 6 3x + 2
= 3x + 8

b) (g o f)(x)

"Masukkan f (x) nya ke g (x)"

sehingga:
(g o f)(x) = g ( f (x) )
= g ( 3x + 2)
= 2 ( 3x + 2)
= 2 3x 2
= 3x

BAB 4 ( FUNGSI KUADRAT )


1. NOTE : D > 0, memiliki akar-akar riil dan berbeda
D < 0, memiliki akar-akar imajiner
D = 0, memiliki akar-akar riil dan kembar
D = b2 – 4ac
= (-3)2 – 4.5.1
= 9 – 20
155 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
= -11

2. 6x2 – 2x + 3 = 0

x1.x2 =

3. + =

=–

=–

4. Karena sumbu simetri parabola pasti dilewati oleh titik puncak parabola, maka
kita bisa peroleh dengan y’ = 0

Y’ = 2x – 5
0 = 2x – 5
x = 5/2
jadi sumbu simetri parabola y = x2 – 5x + 3 adalah x = 5/2

5. NOTE : ordinat = sumbu-y, absis = sumbu-x


Karena berbicara titik balik maksimum, maka kita manfaatkan turunan pertama
yaitu y’ = 0
-2x – (p – 2) = 0
-2x = p – 2

x=

sehingga diperoleh titik balik maksimum = ( , 6), substitusi titik balik


maksimum ke fungsi y.

6 = -( )2 – ((p – 2) )+ (p – 4)

6 = -( )– + + (p – 4) [kalikan 4 kedua ruas]

24 = -(4 – 4p + p2) – (4p – 2p2) + (8 – 4p) + (4p – 16)


156 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
24 = -4 + 4p – p2 – 4p + 2p2 + 8 – 4p + 4p – 16
0 = p2 – 36
p2 = 36
p1 = 6 atau p2 = -6

untuk p = 6 x= = -2

untuk p = -6 x= =4

6. Perlu dicatat bahwa nilai maksimum atau minimum suatu fungsi pasti
berhubungan dengan turunan pertama yaitu f'(x) = 0
2x – 5 = 0

x=

f( ) = ( )2 – 5. ( ) + 4

= – +4

= – +

=–

7. f(x) = ax2 + bx + c
f'(x) = 2ax + b
0 = 2a.2 + b
0 = 4a + b
-b = 4a … (i)
nilai fungsi pada titik puncak
f(2) = a(2)2 + b.2 + c
3 = 4a + 2b + c
3 = -b + 2b + c
3 = b + c … (ii)
f(-2) = a(-2)2 + b(-2) + c
1 = 4a – 2b + c
1 = -b – 2b + c
1 = -3b + c … (iii)

eliminasi persamaan (ii) dan (iii)


b+c=3
-3b + c = 1 –
4b = 2
b = 1/2

substitusi b = 1/2 ke persamaan (ii)


1/2 + c = 3
157 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
c = 5/2

substitusi b = 1/2 ke persamaan (i)


-1/2 = 4a
a = -1/8
f(x) = (-1/8)x2 + 1/2 x + 5/2
= (-1/8)x2 + 4/8 x + 5/2
= -1/8(x2 – 4x) + 5/2
= -1/8(x – 2)2 + 4/8 + 5/2
= -1/8(x – 2)2 + 4/8 + 20/8
= -1/8(x – 2)2 + 3

8. Gunakan Rumus Kecap

x1,2 =

x1 = =5

x2 = =

9. PK Baru : x2 – (y1 + y2)x + y1.y2 = 0


y1 + y2 = (x1 + 2) + (x2 + 2)
= (x1 + x2) + 4

=– +4

=– +4
=7
y1 . y2 = (x1 + 2)(x2 + 2)
= x1.x2 + 2x1 + 2x2 + 4
= x1.x2 + 2(x1 + x2) + 4

= –2 +4

= –2 +4
= -2 + 6 + 4
=8

158 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
PK Baru : x2 – 7x + 8 = 0

10. x1 + x2 = -4
3x2 + x2 = -4
4x2 = -4
x2 = -1
x1 + (-1) = -4
x1 = -3
PK : x – (x1 + x2)x + x1.x2 = 0
2

x2 – (-3 – 1)x + (-3)(-1) = 0


x2 + 4x + 3 = 0
a–4=3
a=7

BAB 5 ( PERSAMAAN LINGKARAN )


1.
=9≡ +
≡ + 6 6 +9=0
6 +6 18 = 0
+ 3=0
= +
Substitusi = + 3 ke + 9 = 0 diperoleh :
+( + 3) 9=0
+ 6 +9 9=0
2 6 =0
3 =0
Nilai Diskriminan persamaan kuadrat 3 = 0 adalah:
= 4
= ( 3) 4(1)(0) = 9 0
0,

2. Diketahui pusat (6,2) dan persamaan garis 3x + 4y = 11


Persamaan lingkaran : ( 6) + (9 2) =
. .
R=| √
|→ =| |=0 1;R=3

Jadi persamaan lingkarannya adalah (x – 6)2 + (y – 2 )2 = 9

3. Diketahui titik A(5,-1) –B(2,4)

Pusat lingkarannya : . , /=. , /


Panjang diameternya : √(2 5) + (4 + 1) = √34

159 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Jari – jari lingkarannya = R = D = √34

Persamaan lingkarannya : . / +. / = . √34/ atau


X2 + y 2 - 7x – 3y + 6 = 0

4. Diketahui lingkaran (x + 6)2 + (y + 1)2 = 4 menyinggung garis x = -4

Maka, subtitusikan x = -4 ke persamaan lingkaran tersebut.

(x + 6)2 + (y + 1)2 = 4

(-4 + 6)2 + (y + 1)2 = 4

(y + 1)2 = 4 – 4

y+1=0

y = -1

Jadi, ligkaran (x + 6)2 + (y + 1)2 = 4 men yinggung garis x = -4 dititik (-4, -1).

5. Jarak titik pusat lingkaran ke persamaan garis adalah jari – jari lingkaran.

Maka jarak titik (-1,1) ke garis 3x – 4y = 0 adalah

( ) ( )
R=| | =1

Jadi persamaan lingkaran dengan pusat (-1,1) dan jari R=1 adalah

(x – (-1))2 + (y – 1)2 = 12

(x + 1)2 + (y – 1) = 1

x2 + 2x + 1 + y2 – 2y + 1 = 1

x2 + y2 + 2x – 2y + 1 = 0

6. Persamaan lingkaran dengan pusat (a,b) dan jari-jari r adalah :

(x a)2 + (y b)2 = r2

Persamaan lingkaran dengan pusat (2,4) :

(x 2)2 + (y 4)2 = r2

Karena jari-jari lingkaran belum diketahui, maka persamaan di atas masih belum
bisa dipastikan. Nilai r dapat kita hitung berdasarkan titik yang dilalui lingkaran.
Karena lingkaran melalui titik (10,-2), maka berlaku :

160 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
(10 2)2 + (-2 4)2 = r2

(8)2 + (-6)2 = r2 64 + 36 = r2

r2 = 100 r = 10

Selanjutnya, kita substitusi nilai r ke persamaan lingkaran :

(x 2)2 + (y 4)2 = r2

x2 4x + 4 + y2 8y + 16 = 100

x2 4x + y2 8y + 20 = 100

x2 + y2 4x 8y 80 = 0

7. Dari gambar jelas terlihat bahwa pusat lingkaran berada pada titik (0,0). Untuk
lingkaran yang berpusat di (0,0) berlaku :

(x a)2 + (y b)2 = r2

(x 0)2 + (y 0)2 = r2

x2 + y2 = r2

Dari gambar diketahui r = 8. Maka diperoleh persamaan lingkaran :

x2 + y2 = r2

x2 + y2 = (8)2

x2 + y2 = 64

8. Untuk bentuk persamaan lingkaran bentuk (x a)2 + (x b)2 = r2,


kedudukan titik terhadap lingkarannya sebagai berikut:

Di dalam lingkaran untuk (x a)2 + (x b)2 < r2


Di luar lingkaran untuk (x a)2 + (x b)2 > r2
Pada lingkaran untuk (x a)2 + (x b)2 = r2

Masukkan koordinat B ke persamaan lingkarannya, lihat hasilnya


terhadap angka 9, lebih besar, lebih kecil ataukah sama.
B (5, 1)
x=5
y= 1

161 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
(x 2)2 + (x + 1)2
= (5 2)2 + ( 1 + 1)2
=9
Hasilnya sama, jadi titik B berada pada lingkaran.

9. Cara Pertama:
Lingkarannya menyinggung sumbu x, sehingga jari-jari lingkarannya
akan sama dengan nilai positif dari ordinat titik pusatnya atau

Sehingga jari-jari lingkaran x2 + y2 Ax 10y + 4 = 0 adalah r = 10/2 =


5.

Dari rumus jari-jari lingkaran yang telah dihilangkan tanda akarnya:

Cara kedua:
Lingkaran yang persamaannya x2 + y2 Ax 10y + 4 = 0 menyinggung
sumbu x. Artinya saat menyinggung sumbu x nilai y = 0. Masukkan ke
persamaan, y diisi nol,

Terbentuk persamaan kuadrat, syaratnya menyinggung nilai


diskrimanan sama dengan nol (D = 0), ingat D = b2 4ac di materi
persamaan kuadrat. Sehingga

162 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
10. Kuncinya adalah mengetahui berapa jari-jari lingkaran terlebih dahulu.
Baik diketahui dulu rumus untuk menentukan jarak suatu titik ke suatu
garis.

Dalam kasus ini jari-jari lingkarannya sama dengan jarak titik ke garis,
karena garisnya menyinggung lingkaran.
Jarak titik P(3, 1) ke garis x + 4y + 7 = 0 adalah

Dengan demikian jari-jari lingkarannya r = d = 4.

Tinggal membuat persamaan lingkarannya, pusatnya di titik (3, 1)


dengan jari-jari 4

BAB 6 ( TEOREMA PHYTAGORAS )

1. Perhatikan ∆ADE siku-siku di E


DE2 = DB2 – AE2
163 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
= 132 – AE2
= 169 – AE2 ....................(1)
Perhatikan ∆DEB siku-siku di E
DE2 = DB2 – EB2
= 202 – EB2
= 400 – (AB – AE)2
= 400 – (21 – AE)2
= 400 – (441 – 42AE + AE2)
= -41 + 42AE – AE2 .....................(2)
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh
169 – AE2 = -41 + 42AE – AE2
→ 42AE = 169 + 41
→ AE = 210/42 = 5 cm.
Substitusikan panjang AE ke dalam persamaan (1) sehingga diperoleh
DE2 = 169 - 52
= 169 – 25
= 144
↔ = √144 = 12
Jadi, panjang DE adalah 12 cm.

Cara 2:
+
=√ ( )
2

13 20 + 21
= √13 ( )
2.21

169 400 + 441


= √169 ( )
42

= √169 (5)
= √144 = 12
Jadi, panjang DE adalah 12 cm.
2. Misalkan titik perpotongan diagonal AC dan BD di titik N, maka:
AN = ½ x AC
AN = ½ x 24 cm
AN = 12 cm
Sekarang dengan menggunakan teorema Pythagoras cari panjang BN dan DN,
yakni:
BN = √(AB2 – AN2)
BN = √(132 – 122)
BN = √(169 – 144)
164 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
BN = √25
BN = 5 cm

DN = √(AD2 – AN2)
DN = √(202 – 122)
DN = √(400 – 144)
DN = √256
DN = 16 cm

Panjang diagonal BD yakni:


BD = BN + DN
BD = 5 cm + 16 cm
BD = 21 cm
Untuk mencari luas bangun layang-layang gunakan rumus luas layang-
layang yakni:
L = ½ x d1 x d2
L = ½ x AC x BD
L = ½ x 24 cm x 21 cm
L = 252 cm2
Jadi, luas bangun layang-layang ABCD di atas adalah 252 cm2.

3. Misalkan kita akan mencari panjang diagonal ruang BH. Sebelum itu Anda harus
cari panjang diagonal bidang BE terlebih dahulu. Dengan menggunakan teorema
Pythagoras, maka panjang BE dan BH yakni:
BD = √(AB2 + AD2)
BE= √(122 + 42)
BE = √(144 + 16)
BE = √160

BH = √(BD2 + DH2)
BH = √((√160)2 + 82)
BH = √(160 + 64)
BH = √224
BH = 4√14 cm
Jadi, diagonal ruang balok di atas adalah 4√14 cm

4. Diketahui segitiga CDE siku-siku di D, DE pada diameter AB sehingga DO=OE


dan CD = DE

165 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
untuk suatu titik C pada lingkaran.
Misalkan CD = DE = x cm

Sebagai ilustrasi:

Kemudian perhatikan ∆DOC dengan rumus phytagoras, sebagai berikut:


1
+ = → +( )=1
2
→ + =1

→ =1
→ =
Luas ∆CDE = . .
= . .
= .
= .
=
Jadi, luas segitiga CDE adalah 2/5.

5. A
Diketahui AB = 6
AC = 10

Ditanya AD = ....?

B D C
Perhatikan segitiga siku-siku ABC
=√ = √10 6 = √100 36 = √64 = 8
Dengan menggunakan teorema garis bagi maka diperoleh
= → = =
→ =( )

→ = .8

166 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
→ BD = 3
Perhatikan segitiga siku-siku ABD
=√ + = √6 + 3 = √36 + 9 = √45 = 3√5
Jadi, panjang AD adalah 3√5.

6. Perhatikan ∆ABC, siku-siku di B, maka berlaku


AC2 = AB2 + BC2
= 82 + 62
= 64 + 36
= 100
AC = √100 = 10 m

AF = 5 m dan EC = 3 m
maka panjang FG = 5 – 3 = 2 m.
Segitiga EGF siku-siku di G, sehingga berlaku
EF2 = EG2 + FG2
= 102 + 22
= 100 + 4
= 104
EF = √104 = 2√26

Jadi, panjang tali yang diperlukan untuk merangkai bendera adalah 2√26 m.

7. Perhatikan ∆BCD
BD2 = BC2 – CD2
= 402 – CD2
= 1600 – CD2 ....................(1)
Perhatikan ∆ADB siku-siku di D.
BD2 = AB2 – AD2
= AB2 – (AC – CD)2
= AB2 – (50 – CD)2
= AB2 – (2500 – 100CD + CD2)
= AB2 – 2500 + 100CD – CD2 ......................(2)
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh
1600 – CD2 = AB2 – 2500 + 100CD – CD2
↔ AB2 + 100CD = 1600 + 2500
↔ AB + 100CD
2 = 4100 ......................(3)
Perhatikan ∆ABC
AB2 = AC2 – BC2
= 502 – 402
= 2500 – 1600
= 900
↔ = √900 = 30
Substitusikan panjang AB ke dalam persamaan (3), sehingga diperoleh
AB2 + 100CD = 4100

167 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
↔ 302 + 100CD = 4100
↔ 9002 + 100CD = 4100
↔ CD = 3200/100 = 32
Substitusikan panjang CD ke dalam persamaan (1), sehingga diperoleh
BD2 = BC2 – CD2
= 402 – 322
= 1600 – 1024
= 576
↔ = √576 = 24
Jadi, panjang BD adalah 24 cm.

8. Jika digambarkan sketsanya, akan tampak seperti gambar di bawah ini.

Di mana AB merupakan tinggi tiang pertama, CE meruapakan tinggi tiang kedua

dan AE merupakan panjang kawat penghubung antara ujung tiang pertama

dengan tiang kedua, maka panjang kawat (AE) dapat dicari dengan teorema

Pythagoras. Akan tetapi harus dicari terlebih dahulu panjang DE yakni:

DE = CE – AB

DE = 22 m – 12 m

DE = 10 m

Dengan menggunakan teorema Pythagoras, maka panjang AE yakni:

AE = √(AD2 + DE2)

AE = √(242 + 102)

AE = √(576 + 100)

AE = √676

168 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
AE = 26 m

Jadi, panjang kawat penghubung antara ujung tiang pertama dengan tiang kedua

adalah 26 m.

9. Perhatikan ∆PRS siku-siku di S dan <PRS = <SPR = 45°. Maka, berlaku


perbadingan SR : PS : PR
= 1 : 1 : √2. Oleh karena itu, SR = PS = 20 cm.
Maka nilai x = 20
Oleh karena = , maka PR = PS√2 = 20√2 cm,

Maka y = 20√2
Perhatikan ∆PQR siku-siku di Q dan <QRP = 60° dan <RPQ = 30°,
Maka berlaku perbandingan PQ : QR : PR = √3 : 1 : 2 ,
Karena PR = y = 20√2, maka
= , maka QR = = . 20√2 = 10√2 cm
Maka w = 10√2

= , maka PQ = . √3 = 20√2. √3 = 10√6 cm
Maka z = 10√6
Jadi, diperoleh nilai x adalah 20 cm, nilai y adalah 20√2 cm, nilai z adalah 10√6
cm, dan nilai w = 10√2 cm.

10.

AB = BF = 2 cm
BD=AC=2√2 cm
= = . 2√2 = √2 cm
Sudut antara bidang ABCD dan bidang ACF adalah ⍺
OF2 = OB2 + BF2
= (√2) + 2
OF2 =2+4
OF = 6
2

169 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
OF = √6
√2
cos = =
√6

√2 √2 2 1
cos = . = √3 = √3
√6 √6 6 3

BAB 7 ( ARITMATIKA SOSIAL )

1. Harga pembelian = 72 × Rp. 1.500,00 = Rp. 108.000,00


Harga penjualan = (36 × Rp. 1.750,00) + ( 36 × Rp. 1000,00) = Rp. 99.000,00
Jadi, rugi = Rp. 108.000,00 – Rp. 99.000,00 = Rp. 9.000,00

2. Untung = Rp. 2.500,00 – Rp. 2.000,00 = Rp. 500,00

Untung sebagai prentase dari harga pembelian = 100% = 20%

3.
a. Rabat yang diterima
Untuk buku jenis pertama:
Harga jual = 175 × Rp. 7.500,00 = Rp. 1.312.500,00
Untuk buku jenis kedua:
Harga jual = 400 × Rp. 10,000,00 = Rp. 4.000.000,00
Rabat buku pertama = 30% × Rp. 1.312.500,00

Rabat buku kedua = 25% × Rp. 4.000.000,00

Rabat total yang diterima pemilik toko adalah:


Rp. 393.750,00 + Rp. 1.000.000,00 = Rp. 1.393.750,00

170 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
b. Uang yang harus disetorkan kepada penerbit
Tulis T = hasil penjualan total,
P = rabat yang diterima, dan
S = jumlah uang yang harus disetor ke penerbit
T = Rp. 1.312.500,00 + Rp. 4.000.000,00= Rp. 5.312.500,00
S = T – P = Rp. 5.312.500,00 – Rp. 1.393.750,00 = Rp. 3.919.750,00
Jumlah uang yang harus disetor ke penerbit Rp. 3.919.750,00

4.
a. Keuntungan yang diperoleh pengecer tersebut
Dik. B = harga beli = Rp. 160.000,00
J = harga jual = 2 × 35 × Rp. 3.000,00 = Rp. 210.000,00
U = untung
U =J-B
= Rp. 210.000,00 – Rp. 160.000,00
= Rp. 50.000,00
Berarti pengecer memperoleh keuntungan Rp. 50.000,00
b. Persentase keuntungan itu

5. Dik.
Suku bunga petahun = 8%
Suku bunga selama 9 bulan = x 8% = 6%

Berarti, s = 6%
Uang yang dibayar = 10600000
Misalkan uang yang dipinjam adalah M
b = bunga dari pinjaman
171 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
M=?
b=sxM
10600000 – M = 6%M
10600000 = +M

10600000 = M

M = 10600000 .

M= = 10000000

Jadi, uang yang dipinjam pak Jono sebesar Rp. 10.000.000,00

6. Dik.
Suku bunga petahun = 18%
Suku bunga selama 8 bulan = x 18% = 12%

Berarti, s = 12%
Uang tabungan setelah menabung 8 bulan = 1792000
Misalkan uang tabungan awal adalah M
b = bunga bank
M=?
b=sxM
1792000 – M = 12%M
1792000 = +M

1792000 = M

M = 1792000 .

M= = 1600000

Jadi, uang tabungan awal Lia sebesar Rp. 1.600.000,00


7. Dik.
Harga Jual = 5.100.000,00
Persentase kerugian = 15%
Berapa harga jual agar untung 8% ?

Harga Beli = harga jual + 15%.harga beli


Harga beli = 5100000 + 0,15 . harga beli

172 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Harga beli – 0,15 Harga beli = 5100000
0,85 Harga beli = 5100000

Harga beli = = 6000000


,

Untung = Harga jual seharusnya – harga beli


8% . harga beli = Harga jual seharusnya – harga beli
Harga jual seharusnya = 6000000 + 8% . 6000000
= 6000000 + 480000
= 6480000

Jadi, agar untung 8% Mas Shinyo harus menjual Laptonya sebesar Rp.
6.480.000,00

8. M = 900000
b = 36000
s (bunga per bulan) = (6%) =

b=sxM
36000 = x 900000
.
n=

n=8
Jadi, Dimas telah menabung selama 8 bulan

9. Modal = Harga Beli + Transportasi


= 15 . 17500 + 35000
= 262500 + 35000 = 297500

Harga Jual = 372500

Harga Jual > Modal berarti Pak Amir mengalami Keuntungan.

Untung = Harga jual – Modal

= 372500 – 297500 = 75000

Keuntungan yang diperoleh pak Amir sebesar Rp. 75.000,00.

173 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
10. Dik. Uang Memperbaiki Mobil = 400000
Harga Jual = 21160000
Persentase keuntungan = 15%
Harga Beli = ?

Modal = Harga beli + Uang memperbaiki


= Harga beli + 400000

Untung = Harga Jual – Modal

15% . Modal = 21160000 – Modal

15%Modal + Modal = 21160000

Modal = 21160000

Modal = 18400000

Harga beli + 400000 = 18400000

Harga beli = 18400000 – 400000

= 18000000

Jadi, pemilik dealer membeli mobil seharga Rp. 18.000.000,00

BAB 8 ( PERBANDINGAN )

1. Penyelesaian:

Skala =

1 : 40.000 =

Js = 40.000 X 30
Js =1.200.000

Kecepatan Waktu (Jam)


(km/jam)

174 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
2. 80 40 menit = jam

X 60 menit = 1 jam

Jika kecepatanya semangkin cepat maka, waktunya akan semakin cepat. Begitu
sebaliknya. Jadi ini merupakan konsep perbandingan berbalik nilai.

Sedemikian sehingga, =

80 3
=
1 2
160 = 3

160
=
3

= 53,33333 ⁄

3. Perbandingan senilai

Panjang(m) Lebar(m)

26 20

25 X

26 25
=
20
25 = 26.20

520
=
25
= 20,8

Jadi lebar yang memenuhi adalah 20,8 meter.

4. Diketahui: Jeruk : Mangga = 7 : 8

Mangga : Apel = 9 : 10
175 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Jeruk+mangga+apel = 860

Ditanya: Jumlah buah apel dan selisih mangga dan jeruk?

Karena di perbandingan tersebut terdapat mangga yang sama, maka kita dapat
mencari KPK dari perbandingan tersebut yaitu 8dan 9 yang KPKnya 72.
Sedemikian hingga:
Jeruk : mangga : apel

7.9 : 8.9 : 10.8

63 : 72 : 80 jumlah 215

Apel = 860 = 320

Jeruk = 860 = 252

Mangga = 860 – 320 – 252 = 288 buah

Jadi, jumlah buah apel ada 320 buah dan selisish jeruk dan mangga adalah 288 –
252 = 36 buah.

5. Diketahui : Yoga : Fadil = 4 : 1

Jumlah umur fadil dan yoga = 50 tahun

Ditanya : berapa tahun lagi umur mereka menjadi 3: 1

Jawab : = 50 = 40

= 50 40 = 10

Jadi misalkan x sebagai x tahun lagib agar penyelesaiannya menjadi 3 : 1


40 + 3
=
10 + 1
40 + = 3(10 + )

40 + = 30 + 3

40 30 = 3

10 = 2
10
= =5
2
Jadi 5 tahun lagi perbandingan umur yoga dan fadil menjadi 3:1

6. diketahui perbandingan

176 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
1: 2 = 3 4

2: 3 = 2: 3

Jumlah siswa kelas 1 dan kelas 2 adalaha 420

3
1= 420 = 180
7
2 = 420 180 = 240

Maka siswa kelas 3 adalah

3
240 = 360
2
Jadi jumlah siswa kelas 3 ada 360 siswa.

7. penyelesaian

18
=
12 8
3
=
2 8

p=

p = 12 meter
Jadi, panjang pesawat sesungguhnya adalah 12 meter.

8. Penyelesaian:
Luas foto = 50 X 80 = 4000
Luas foto setelah di perbesar = L foto + 20 % Lfoto
= 4000 + 20% . 4000
= 4800

4000 5
= =
4800 6
177 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Jadi perbandingannya adalah 5 : 6

9. Penyelesaian:
Diketahui:

Banyak
Banyak anak
hari
35 24
(35 + 5) X
Ditanyakan :Berapa banyak anak jika penghuni panti asuhan bertambah 5
anak?
Jawab : Banyak anak bertambah dan banyak hari berkurang, maka
menggunakan perbandingan berbalik nilai

=

35 . / = 40 ( )

35 40
=
24
40p = 35 x 24
40p = 840
P=

P = 21
Jadi, untuk 40 anak berasakan habis dalam waktu 21 hari

10. Penyelesaian:
Misalkan sisinya adalah A, B dan C maka
A:B:C=3:4:5
Jika dijumlahkan perbandingannya akan menjadi
A + B + C = 3 + 4 + 5 = 12
Sekarang kita mencari konstanta (c) pengali dari perbandingan itu yaitu
c = Keliling/(A + B + C)
c = 48 cm/12
c = 4 cm
maka
sisi A = A.c = 3 . 4 cm = 12 cm
sisi B = B.c = 4 . 4 cm = 16 cm
178 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
sisi C = C.c = 5 . 4 cm = 20 cm
Jadi, panjang masing-masing sisi segitiga tersebut adalah 12 cm, 16 cm dan 20
cm.

BAB 9 ( POLA BILANGAN )


1. *) y – x = 36 → y = 36 + x → 5x = 36 + x
*) y= 5x 4x = 36 → x = 9 → y = 45
U5 = 9 → a + 4b = 9
U2 = 45 → a + b = 45 -
3b = -36
b = – 12 U10 = a + 9b
a = 57 = 57 – 108 = – 51

2. a1 + a2 + a3 + a4 + a5 + a6 = 75 a2 = 8
a + (a + b) + (a + 2b) + (a + 3b) + (a + 4b) + (a + 5b) = 75 a+b=8
6a + 15b = 75 a=8–b
2a + 5b = 25
2(8 – b) + 5b = 25
16 + 3b = 25 → b = 3 → a = 5 → a6 = a + 5b = 5 + 15 = 20

3. 1 – 3 + 5 + 7 – 9 + 11 + 13 – 15 + 17 + 19 – 21 + ….. + 193 – 195 + 197 = ?


Jawab :
= 1–3+(5+7)–9+(11+13)–15+(17+19)–21+ …..–189+(191+ 193)–195+197
= 1–3+ 12 –9+ 24 – 15+ 36 – 21+….. – 189 + 384 – 195 + 197
= 1 + 197 + (12 + 24 + 36 + … + 384) – 3 – 9 – 15 – ……. – 195
= 198 + 16(12 + 384) – 33/2(3 + 195)
= 198 + 6336 – 3267 = 3267

4. Kelompok 1 : {1} = 12 – 0
Kelompok 2 : {3,5} = 22 – 1
Kelompok 3 : {7,9,11} = 32 – 2
Kelompok 4 : {13,15,17,19} = 42 – 3

179 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Kelompok 100 : = 1002 – 99 = 10.000 – 99 = 9.901

5. Misalkan bilangan itu : a – 16, a , a + 16


(a + 16 – 7 ) : a = a : (a – 16 + 10)
a2 = (a + 9)(a – 6)
a2 = a2 + 3a – 54
3a = 54 → a = 18
Sehingga jumlah 3 bilangan itu = 2 + 18 + 34 = 54

6. S10 = 5(2a + 9b) U11 + U12 = 2 2a + 9b = – 22


– 110 = 5(2a + 9b) a + 10b + a+ 11b = 2 2a + 21b = 2 -
– 22 = 2a + 9b 2a + 21b = 2 12b = 24
b =2 → a = – 20
Sehingga a + a + b = – 40 + 2 = – 38

7. a.b.c.d.e = 1.024
a.ar.ar2.ar3.ar4 = 45 karena c merupakan suku ke-3 maka
a5.r10 = 45 c = ar2 = 4
(ar2)5 = 45
ar2 = 4

8. y:x=x:3 18 – y = y – x
x2 = 3y 2y = 18 + x → y = (18 + x)/2
x2 = 3(18 + x)/2
2x2 = 3(18 + x) sehingga : x + y = 6 + 12 = 18
2x2 – 3x – 54 =0
(2x + 9)(x – 6) = 0
x = 6 → y = 12

9. r–q=q–p r = 3p p + q + r = 12
2q = p + r p + 2p + 3p = 12

180 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
2q = p + 3p 6p = 12
2q = 4p p = 2→ q = 4 → r = 6
q = 2p
Sehingga persamaan suku banyaknya : (x – 2)(x – 4)(x – 6) = 0

10. 2S4 = 3(U2 +U4)


2 a(r4 - 1)/(r - 1) = 3(ar + ar3)
2a(r4 – 1) = 3ar(1 + r2)(r – 1)
2(r2 + 1)(r – 1)(r + 1) = 3r(r2 +1)(r – 1) x = a + 2b = 2 + 4 = 6
2r + 2 = 3r y = a + 4b = 2 + 8 = 10
r=2 z = a + 5b = 2 + 10 = 12
U1 U2 x U3 y z w U4 w =a+ 6b = 2 + 12 =14 +
a 2a 4a 8a x + y + z + w = 42
b =2a – a
2=a

BAB 10 ( KAIDAH PENCACAHAN )


1.
Ratusan Puluhan Satuan
3 4 3
Jadi banyak bilangan yang dapat dibentuk adalah 3 x 4 x 3 = 36

2. Pada kata BOROBUDUR terdapat 9 huruf dengan huruf B diulang 2 kali, huruf O
diulang 2 kali, huruf R diulang 2 kali, dan huruf U diulang 2 kali. Banyaknya
susunan huruf berbeda yang diperoleh diberikan oleh rumus berikut:
P(9, 2, 2, 2, 2) = = = 22680
. . .
3. Jawab:

4. Jawab:
181 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
5. Jawab:

6. 7P3 =( )
= = 7 × 6 × 5 = 210
7. Jawab :

8. Jawab:

182 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
9. Banyak cara dari n unsur dengan posisi melingkar merupakan permutasi siklis,
yaitu: (n-1)!
Diketahui: 10 orang yang duduk melingkar maka banyaknya cara adalah:
9! = 9 x 8 x 7 x 6 x 5 x 4 x 3 x 2 x 1 = 362.880
10.

BAB 11 ( PELUANG )

1. Dik: Jumlah sampel = 9 (12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20)
Genap = 5
183 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Ganjil = 4
2 buah angka yang dijumlahkan hasilnya GENAP, jika:
 GENAP + GENAP = GENAP
 GANJIL + GANJIL = GENAP.
Banyaknya cara munculnya angka GENAP + GENAP
= 5C2 = 5!/2!.3! = 10 cara.
Banyaknya cara munculnya angka GANJIL + GANJIL
= 4C2 = 4!/2!.2! = 6 cara.
Jadi, peluang munculnya 2 angka dengan jumlah genap adalah:
P = n(A)/n(S)
P = [5C2 + 4C2] / 9C2
P = [10 + 6] / 9C2
untuk 9C2 = 9!/2!.7!
= 9.8.7!/2.7!
= 72/2 = 36. Maka,
P = [10 + 6] / 9C2
P = [10 + 6]/36
P 16/36 = 4/9

2. Kejadian A dan B saling lepas


Maka A Bc = A
Jadi P(A Bc) = P(A) = 0,5

3. Terdapat 100 bola sehingga ruang sampel = 100


Banyak nomor yang habis dibagi 5 = 20 bola.
Banyak bola yang habis dibagi 5 sekaligus habis dibagi 3, yaitu bola yang habis
dibagi 15 adalah : 6 bola
Sehingga, banyak bola yang habis dibagi 5 tetapi tidak habis dibagi 3 adalah :
20 – 6 = 14 bola.
Jadi, peluangnya = =

4. Kantong I = 5 kelereng merah, 3 kelereng putih Kantong II = 4 kelereng merah,


6 kelereng hitam .

Misalkan : A = kejadian terambilnya kelereng putih dari kantong I


P(A) = peluang terambilnya kelereng putih dari kantong I
B = kejadian terambilnya keleeng hitam dari kantong II
P(B) = peluang terambilnya kelereng hitam dari kantung II
Peluang terambilnya kelereng putih dari kantong I dan kelereng hitam dari
kantong II merupakan peluang kejadian saling bebas yang dapat dihitung
dengan rumus : P(A∩B) = P(A) .
P(B) Pada kantung I : n(A) = 3 n(s) = 3 + 5 = 8 P(A) = 3/8
Pada kantong II : n(B) = 6 n(s) = 6 + 4 = 10 P(B) = 6/10

184 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Maka peluang terambilnya kelereng putih dari kantong I dan kelereng hitam
dari kantong II adalah : P(A∩B) = P(A) . P(B) P(A∩B) = 3/8 . 6/10 P(A∩B) =
18/80 P(A∩B) = 9/40 .

5. ( ∪ ) = ( ) + ( ) ( ∩ )

1
( )=
3
( ∪ )= ( )+ ( ) , ( ) ( )-
3 1 1
= + ( ) ( ( ))
5 3 3
3 1 1
= + ( ) ( )
5 3 3
3 1 2
= + ( )
5 3 3
4 2
= ( )
15 3
2
( )=
5

6. Diketahui peluang terpilih keduanya perempuan adalah 23/180.


Tiap kelas terdiri dari siswa perempuan dan laki-laki, peluang perempuan
terpilih merupakan kejadian saling lepas.
Pemilihan dilakukan pada dua kelas terpisa, ini merupakan kejadian saling
bebas.
Misalkan:
P(P1) = peluang terpilihnya siswa perempuan di kelas pertama;
P(P2) = peluang terpilihnya siswa perempuan di kelas kedua;

Bilangan 23 adalah bilangan prima, sehingga hanya mempunyai dua faktor


yaitu 23 dan 1.
Jadi salah satu dari P(P1) dan P(P2) mempunyai nilai 23/30.
Misalkan nilai P(P1) = 23/30

185 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Misalkan
P(L1) = peluang terpilihnya siswa laki-laki di kelas pertama;
P(L2) = peluang terpilihnya siswa laki-laki di kelas kedua;

Jadi peluang terpilih keduanya laki-laki adalah …

catatan :
Kejadian saling lepas

Kejadian saling bebas

7. Misalkan adalah peluang kejadian Ali tepat mengenai sasaran dan


adalah peluang kejadia Ali tidak tepat mengenai sasaran. adalah peluang
kejadian Malik tepat mengenai sasaran dan adalah peluang kejadia
Malik tidak tepat mengenai sasaran.
Terdapat 2 kondisi permainan dianggap seri:
Ali tepat sasaran dan Malik tepat sasaran:
; atau
Ali tidak tepat sasaran dan Malik tidak tepat sasaran:

Jadi peluang terjadi seri (0,2925 + 0,1925) = 0,4850.

catatan :
Jika adalah peluang terjadi kejadian A, dan adalah peluang terjadi
kejadian bukan A, maka hubungan antara keduanya

Jika A dan B adalah kejadian saling bebas

186 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
8. =”Peluang terambil sedikitnya satu bola dengan nomor 3 atau 5”
mempunyai komplemen (lawan) =”Peluang bola yang terambil tidak
ada nomor 3 dan 5 nya“.
Banyaknya bola di setiap kotak 5 buah (hati-hati tidak ada bola no 4 dan 6).
Banyaknya bola yang bukan 3 atau 5 di setiap kotak ada 3 buah (2, 7, dan 8)

Jadi

catatan :
Peluang komplemen: peluang kejadian yang bukan A

9. ( ) =
17 13
( ) =1 =
30 30
10.P(A): Peluang muncul bilangan 5 atau 6 sebanyak 5 kali pemunculan dari 6
kali pelemparan.

P(B): Peluang muncul bilangan 5 atau 6 sebanyak 6 kali pemunculan dari 6


kali pelemparan.

Jadi munculnya angka lebih besar atau sama dengan 5 dalam minimal 5 kali

pelemparan adalah
catatan :

11. Syarat suku banyak berderjat dua (fungsi kuadrat) tidak


mempunyai akar adalah , maka

187 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Nilai dan berada pada selang . Misalkan dan , maka dengan
bantuan gambar bisa diperoleh banyaknya pasangan yang mungkin
diwakili oleh luas daerah (lihat gambar) dan banyaknya pasangan
yang menyebabkan suku banyak tidak mempunyai akar adalah daerah

Jadi peluang suku banyak tidak mempunyai akar adalah

catatan :
Diskriminan dari persamaan kuadrat

Sifat diskriminan

BAB 12 ( ORIENTASI DAN LOKASI )

188 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
2. 1. (4, N)
2. (5, J)
3. (12, K)
4. Tapak Tuan
5. Lhoksumawe

3. Pertanyaan ini adalah cara Erathostenes (matematikawan Yunani) di abad ke


2 SM untuk mengukur jari-jari Bumi. Dua buah tongkat (A dan B)
ditancapkan terpisah di tanah pada jarak14 km dengan posisi bintang G tepat
di zenith tongkatA (tidak ada
Bayangan tongkat A). Perhatikan gambar di bawah ini :

189 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Dengan gambar tersebut, maka mencari jari-jari planet X tidak begitu sulit.
Manfaatkan perbandingan sudut dengan seluruh lingkaran berikut :

4. Titik C = (1,1)

5. a. Dari titik (10, –5) diperolehabsis: 10, ordinat: –5


b. Dari titik (2, 8) diperolehabsis: 2, ordinat: 8
c. Dari titik (–7, –3) diperolehabsis:–7, ordinat: –3
d. Dari titik (6, 1) diperolehabsis: 6, ordinat: 1
e. Dari titik (–4, 9) diperolehabsis:–4, ordinat: 9

6. a. Langkah pertama adalahmenentukan nilai x dan y yang memenuhi


persamaan x + y = 4.

Misalkan: x = 0 maka 0 + y = 4  y = 4, sehingga diperoleh titik koordinat


(0, 4),
x = 3 maka 3 + y = 4  y = 1, sehingga diperoleh titik koordinat (3, 1).
Kemudian, dari dua titik koordinat tersebut dapat digambarkan garis lurus
seperti berikut.

190 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
b. Seperti sebelumnya, tentukan dahulu nilai x atau y yang memenuh
ipersamaan x = 2y. Misalkan: x = 0 maka 0 = 2y  y = 0, sehingga diperoleh
titik koordinat (0, 0), x = 4 maka 4 = 2y  y = 2, sehingga diperoleh titik
koordinat (4, 2). Kedua titik tersebut dapat digambarmenjadi sebuah garis
lurus sebagai berikut.

7. Perlu diingat bahwa sudut yang dibentuk dalam soal tersebut dihitung dari
arah utara. Jadi 044° dari arah utara dan 104° dari arah utara juga. (INGAT
:jurusan tiga angka).
Panjang AB = 50km dan panjang BC = 40km.
Kemudian kita penyelesaian soal ini menggunakan aturan kosinus dengan
sudut apit yang dibentuk atau ABC adalah 120°(maaf belum bias bikin
gambarnya)

AC2 = AB2 + BC2 – 2(AB)(BC)cos ACB


= 502 + 402 – 2(50)(40)cos 1200
= 2500 + 1600 – 4000( )
= 4100 + 2000
= 6100
= 61 x 100
AC = 10

191 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
8. Koordinat awal adalah (3,4) sedangkan koordinat akhir adalah (6,8), untuk
menentukan jarak yang ditempuh pesawat tersebut dapat menggunakan
rumus :

Jarak =
Maka untuk menentukan jarak sebagai berikut :
- Koordinat awal (3,4), maka x1 = 3 dan y1 = 4
- Koordinat akhir (6,8), maka x21 = 6 dan y2 = 8
Makajarak yang ditempuh pesawat adalah =
=
=
= 5
9. Dalam kasus soal ini kita akan memanfaatkan aturan kosinus Rumus aturan
kosinus adalah kuadrat sisi depan sudut = jumlah kuadrat sisi yang
mengapit sudut dikurangi 2 cos sudut apit.

AB2 = CA2 + CB2 – 2(CA)(CB)cos ACB


= (2p )2 + (p)2 – 2(2p )(p)cos 450
= 8p2 + p2 – (4p2 )( )
= 9p2 – (4p2 )( )
= 9p2 – 4p2
= 5p2
AB = p

10. Mengingat arah mata angin maka arah timur membentuk sudut 0900 dari
arah utara. Dengan memperhatikan soal sebelumnya maka sudut apit yang
dibentuk adalah 120°.
Misal titik awalnya adalah A dan panjang lintasan kearah timur adalah AB =
30km dan panjang lintasan selanjutnya adalah BC = 60km.

AC2 = AB2 + BC2 – 2(AB)(BC)cos ACB


= 302 + 602 – 2(30)(60)cos 1200
= 900 + 3600 – 3600( )
= 4500 + 1800
= 6300
= 7 x 9 x 100
AC = 30

192 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
DAFTAR PUSTAKA

Kuncoro, Herna. 2009. Logika Matematika.http://hernakuncoro.blogspot.co.id/


2009/03/Logika-matematika.html.Diakses pada 16 April 2016

Kurniadi, Ahmad. 2014. Logika Matematika.http://www.ahmadkurniadi.com/2014/


01/logika-matematika.html. Diakses pada15 April 2016

Akhmadinn, Johan. 2015. Pembaasan Soal Logika Mamatematika. http://www.johan


akhmadin.web.id/2015/02/pembahasan-soal-logika-matematika.html. Diakses
pada 13 April 2016

Aria, Erlangga.2013.HIMPUNAN.http://www.academia.edu/8678948/KUMPULAN_
SOAL_TENTANG_HIMPUNAN. Diakses pada tanggal 24 Februari 2016.

RumusMatematika.2014.Pengertian Himpunan, Notasi dan Anggota Himpunan.http://


www.rumusmatematika.net/himpunan.html. Diakses pada tanggal 25 Februari
2016.

Sujatmiko, Ponco.2005.MATEMATIKA KREATIF Konsep dan Terapannya.Solo : Tiga


Serangkai.

Wikipedia.2015.Himpunan(matematika).https//id.m.wikipedia.org/wiki/Himpunan_
(matematika).Diakses pada tanggal 25 Februari 2016.

Hariyanto, Bambang.2012. materi fungsi kuadrat.


http://pendidikanberkualitasbaik.blogspot.co.id/2012/02/materi-fungsi-
kuadrat.html. diakses pada 18 April 2016.

Intifada, Faiz.2014. fungsi kuadrat. http://faizintifada.blogspot.co.id/2014/10/fungsi-


kuadrat.html. diakses pada 18 April 2016.

Putri, Nacvitaribna Alcviabna. Fungsi kuadrat dalam kehidupan sehari. http://k-u-


mat.blogspot.co.id/p/fungsi-kuadrat-dalam-kehidupan-sehari.html. diakses pada
18 April 2016.

Rahim, Abdur.2012. pembahasan soal persamaan dan fungsi kuadrat un sma 2.


https://aimprof08.wordpress.com/2012/11/16/pembahasan-soal-persamaan-
dan-fungsi-kuadrat-un-sma-2/. diakses pada 18 April 2016.

193 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5
Utomo, Galih.2011. grafik persamaan fungsi kuadrat.
http://mediabelajaronline.blogspot.co.id/2011/10/grafik-persamaan-fungsi-
kuadrat.html. diakses pada 18 April 2016.
Direktorat Jendral Pajak Kementrian Keuangan. 2012. “Perhitungan Pajak”.
http://www.pajak.go.id/content/penghitungan-pajak, diakses pada 17 April 2012.

Marsigit, 2009. Matematika SMP Kelas VII. Jakarta: Yudhistira

Muhammad, Arya. 2014. “Rabat, Bruto, Tara dan Neto”.


http://www.slideshare.net/AryaMuhammad/rabat-bruto-tara-netto, diakses pada
19 Maret 2014.

Opan, 2010. Perbandingan Trigonometri. http://uyuhan.com/perbandingan-


trigonometri.php.
Diakses pada 4 Maret 2016.

Wordpress. 2014. “Modul SMP Kelas 7 Aritmatika Sosial”.


https://made82math.files.wordpress.com/2014/01/modul-kelas-7- aritmatika-
sosial.pdf, diakses pada Januari 2014.

Adhi, PrasetyaNugroho. 2013. Big Bank Soal + BahasMatematika SMA/MA Kelas 1, 2, &
3.Jakarta :Wahyu Media.

Adinawan , Cholik.Seribu Pena Matematika Kelas IX SMP.2006.Jakarta :Erlangga

Dayati,Wahyu. Kejadian dan Peluang suatu kejadian.https://www.google.co.id


/?gws_rd=cr,ssl&ei=nTYWV6z6JMzJuASZ_LagCQ#q=6+kejadian+dan+pelu
ang+ppt. Diakses pada 02 april 2016.

Gunarto,Dedy.2013.KaidahPencacahanhttp://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/
04/pengertian-kaidah-pencacahan-aturan-perkalian-faktorial-contoh-soal-jawab
an-rumus-peluang-matematika.html. Diakses pada 24 April 2013.

Kurniawan.Matematika SMP Kelas IX.2006. Jakarta : Erlangga

Septiari, Niwayan. “Pola dan Barisan Bilangan”.2013 https://


niwayanseptiari.wordpress.combilangan. Diakses pada tanggal 26 Februari 2016

Wikipedia .“Tokoh Penemu Pola dan Barisan Bilangan” .2016.https://id.wikipedia.org


/wiki/LeonardodaPisa. Diakses pada tanggal 3 Maret 2016.

194 | H I M M A F K I P U N S R I 2 0 1 5

Anda mungkin juga menyukai