Anda di halaman 1dari 14

OPERASI LOGIKA MATEMATIKA

A. Operasi dalam Logika


Dalam logika matematika, untuk menghubungkan dua buah pernyataan maka
digunakan kata-kata perangkai untuk mengubungkan kedua pernyataan tersebut.
Perangkai yang dimaksud sering juga disebut dengan operasi. Terdapat lima operasi
dalam logika diantaranya : Negasi (Ingkaran), Konjungsi (dan), Disjungsi (atau),
Implikasi (jika... maka...), dan biimplikasi (jika dan hanya jika).
a. Negasi (ingkaran)
Operasi negasi atau penyangkalan atau ingkaran ialah operasi yang dikenakan
hanya pada sebuah pernyataan. Operasi negasi dilambangkan dengan ~. Negasi dari
sebuah pernyataan didefinisikan, negasi dari pernyataan “p” ditulis “~𝑝”
mempunyai arti “tidak p” atau “bukan p”.
Contoh :
1) p : Tanjung Selor adalah ibukota kalimantan utara (benar)
~p : Tidak benar bahwa Tanjung Selor adalah ibukota kalimantan utara
(salah)
2) q : semua bilangan prima adalah bilangan ganjil (salah)
~q : tidak benar bahwa semua bilangan prima adalah bilangan ganjil (benar)

Dari contoh diatas pernyataan p benar karena memang Tanjung Selor adalah
ibukota Kalimantan Utara sehingga ~p akan bernilai salah. Sedangkan pernyataan
q bernilai salah karena ada bilangan prima merupakan bilangan genap, sehingga
~q bernilai benar.

Definisi 6.2

p adalah suatu pernyataan, maka ingkaran p dilambangkan ~p (dibaca negasi


p), adalah suatu pernyataan yang salah jika p benar dan pernyataan yang benar
jika p salah

Tabel 6.1 tabel kebenaran negasi

p ~p

B S
S B

Contoh :
p : segitiga siku-siku memiliki sudut 90o
~p : tidak benar bahwa segitiga siku-siku memiliki sudut 90o

b. Konjungsi
Operasi Konjungsi merupakan operasi biner (operasi yang dikenakan pada dua
pernyataan) yang dilambangkan dengan tanda “∧”. Dengan operasi ini dua
pernyataan dihubungkan dengan kata “dan”.
Jika p dan q dua pernyataan, maka p ∧ q bernilai benar jika p dan q keduanya
bernilai benar, sebaliknya p ∧ q bernilai salah jika salah satu dari p atau q bernilai
salah atau keduanya salah.
Contoh :
1) p : dosen hadir
q : mahasiswa tidak bersuka ria
p ∧ q : dosen hadir dan mahasiswa tidak bersuka ria
2) p : pagi ini udaranya segar
q : matahari bersinar terang
p ∧ q : pagi ini udaranya segar dan matahari bersinar terang

Definisi 6.3
Misalkan terdapat dua buah pernyataan p dan q. Pernyataan p dan q (konjungsi
p dan q) dilambangkan dengan p ∧ q, bernilai benar hanya jika kedua pernyataan
p dan q bernilai benar.

Tabel 6.2 tabel kebanaran dari operasi konjungsi

p q p∧q

B B B

B S S
S B S

S S S

Contoh :
a. 12 adalah bilangan ganjil dan habis dibagi empat
b. Jumlah sudut dalam segitiga adalah 180o dan salah satu sisi segitiga siku-
siku tegak lurus.

Pernyataan a bernilai salah karena 12 bukan merupakan bilangan ganjil


sedangkan pernyataan b pernyataan bernilai benar, karena kedua kalimat
tunggalnya bernilai benar.

c. Disjungsi
Disjungsi juga merupakan operasi biner yang dilambangkan dengan tanda “∨”.
Operasi ini menggabungkan dua pernyataan menjadi satu dengan kata penghubung
“atau”. Disjungsi dari dua buah pernyataan p dan q bernilai benar salah satu atau
kedua pernyataan komponennya benar. Dan jika kedua pernyataan komponennya
salah, maka disjungsi itu salah. Disjungsi seperti ini disebut disjungsi inklusif.
Contoh :

p : 7 adalah bilangan ganjil

q : 7 adalah bilangan prima

p ∨ q : 7 adalah bilangan ganjil atau 7 adalah bilangan prima (Benar)

Definisi 6.4
Misalkan terdapat dua buah pernyataan p dan q. Pernyataan p atau q (disjungsi
p dan q) dilambangkan dengan p ∨ q, bernilai benar hanya jika sekurang-
kurangnya satu pernyataannya bernilai benar.

Tabel 6.3 tabel kebenaran disjungsi

p q p∨q
B B B

B S B

S B B

S S S

d. Implikasi
Implikasi adalah operasi penggabungan dia pernyataan yang menggunakan kata
hubung “jika..maka…” yang dilambangkan “⇒” . Implikasi dari pernyataan p dan
q ditulis p ⇒ q dan dibaca “jika p maka q”. pernyataan bersyarat p ⇒ q juga dapat
dibaca “ p hanya jika q” atau “p adalah syarat yang cukup bagi q atau “ q adalah
syarat perlu bagi p”. dalam pernyataan p ⇒ q. p disebut hipotesa/anteseden/ sebab
q disebut koklusi/konequen/akibat. Bernilai benar jika konsekuennya bernilai benar
atau anteseden dan konsekuen kedua-duanya salah, dan bernilai salah jika
antesedennya bernilai benar, sedangkan konsekuennya salah.
Jika p dan q dua buah pernyataan maka p ⇒ q salah jika p benar dan q salah, dalam
kemungkinan lainnya p ⇒ q benar.

Definisi 6.5
Pernyataan majemuk jika p maka q disebut pernyataan bersyarat, dilambangkan
sebagai p ⇒ q bernilai salah hanya jika p bernilai benar dan q bernilai salah.

Tabel 6.4 tabel nilai kebenaran implikasi

p q p⇒ q

B B B

B S S

S B B
S S B

Contoh :
1) p : 2 adalah bilangan genap (B)
q : 2 + 3 adalah 5 (B)
p ⇒ q : jika 2 adalah bilangan genap maka 2 + 3 adalah 5 (B)
2) p : 3 + 4 adalah 7 (B)
q : 7 adalah bilangan genap (S)
p ⇒ q : jika 3 + 4 adalah 7 maka 7 adalah bilangan genap (S)

Catatan :

1. dalam pernyataan p ⇒ q tidak memerlukan syarat adanya hubungan sebab


akibat antara p dan q.
2. benar atau tidaknya suatu implikasi hanya bergantung proporsi tersebut.
Dalam logika matematika, selain implikasi juga terdapat konvers, invers, dan
kontraposisi.
1. Konvers
Perhatikan contoh implikasi berikut. “Jika dua garis saling tegak lurus,
maka kedua garis itu membentuk sudut sikut-siku”. Suatu konvers dapat kita
peroleh dengan cara menukarkan antiseden menjadi konsekuen baik sebagai
tempat kedudukan maupun sebagai peranannya. “Jika dua garis membentuk
sudut siku-siku, maka kedua garis itu saling tegak lurus”. Implikasi baru yang
terbentuk itulah yang disebut dengan konvers dari implikasi semula.
Jadi, jika diketahui implikasi “a⇒b” maka konversnya adalah “b⇒a”

Konvers dari “a⇒b” adalah “b⇒a”

Contoh :
a) Implikasi : jika x > 0 maka x3 > 0
Konvers : jika x3 > 0 maka x > 0
b) Implikasi : Jika x = 0 maka xy = 0
Konvers : Jika xy = 0 maka x = 0
c) Implikasi : Jika dua buah sudut adalah siku-siku, maka kedua sudut itu
sama besarnya
Konvers : Jika dua buah sudut sama besarnya, maka kedua sudut itu siku-
siku.
Dari contoh-contoh diatas, menunjukkan bahwa konvers yang pernyataan
implikasinya bisa benar dan bisa salah. Ini berarti bahwa kebenaran suatu
pernyataan implikasi tidak menjamin kebenaran konversnya. Pernyataan-
pernyataan implikasi (a) adalah benar dan konversnya juga benar. Sedangkan
pernyataan-pernyataan implikasi (b) dan (c) adalah benar tetapi ternyata
konversnya salah.

2. Invers
Jika p ⇒q adalah sebuah bentuk pernyataan, maka bentuk pernyataan ~ p ⇒
~q dinamakan invers dari pernyataan implikasi p ⇒q. jadi invers dari suatu
pernyataan implikasi, diperoleh dengan jalan memberikan penyangkalan
kepada anteseden dan konsekwennya.
Dalam hal ini, seperti halnya konvers bahwa nilai kebenaran dari
pernyataan implikasi tidak menjamin nilai kebenaran inversnya.
Contoh :
a) Implikasi : jika x > 0 maka x3 > 0

Invers : jika x ≤ 0, maka x3 ≤ 0

b) Implikasi : jika dua garis saling tegak lurus, maka kedua


garis itu membentuk sudut siku-siku.

Invers : jika dua garis tidak saling tegak lurus, maka


kedua garis itu tidak membentuk sudut siku-
siku.

c) Implikasi : jika x = 0 maka xy = 0

Invers : jika x ≠ 0 maka xy ≠ 0

d) Implikasi : jika dua buah sudut adalah siku-siku, maka


kedua sudut itu sama besar
Invers : jika dua buah sudut tidak siku-siku, maka kedua
sudut itu tidak sama besar

Apabila diperhatikan, ternyata bahwa pernyataan-pernyataan implikasi (a)


dan (b) yang benar diperoleh pernyataan-pernyataan invers yang benar pula.
Sedangkan pernyataan implikasi (c) dan (d) diperoleh pernyataan-pernyataan
invers yang salah.
Setelah memahami konvers dan inversi dari suatu pernyataan implikasi,
maka anda mengetahui dari contoh-contohnya bahwa kebenaran dari suatu
pernyataan implikasi tidak menjamin kebenaran konvers dan inversinya. Hal ini
berarti bahwa membenarkan konvers dan invers dari sebuah pernyataan adalah
suatu kekeliruan.

Sebagai contoh :

Implikasi : jika sebuah pulpen adalah parker, maka tulisanmya rata

Konvers : jika tulisan sebuah pulpen adalah rata, maka pulpen itu
parker

Invers : jika sebuah pulpen bukan parker, maka tulisannya tidak


rata

3. Kontraposisi
Jika dari suatu pernyataan implikasi 𝑝 ⇒ 𝑞 anteseden dan konsekuennya
saling ditukarkan dan diberikan penyangkalan, maka didapat suatu kontraposisi
dari implikasi semua. Notasi kontraposisi adalah ~q⇒ ~p.
Berikut beberapa contoh kontrapositip yang dibentuk dari pernyataan-
pernyataan implikasi terdahulu yaitu :
a) Implikasi : jika x > 0 maka x3 > 0

Kontaposisi : jika x3 ≤ 0 maka x ≤ 0

b) Implikasi : jika dua garis saling tegak lurus, maka kedua


garis itu membentuk sudut siku-siku
Kontraposisi : jika dua garis tidak membentuk sudut siku-
siku, maka dua garis itu tidak saling tegak lurus

c) Implikasi : jika x = 0 maka xy = 0

Kontraposisi : jika x𝑦 ≠0 maka x ≠ 0

d) Implikasi : jika dua buah sudut adalah siku-siku, maka


kedua sudut itu sama besarnya

Kontraposisi : jika dua sudut tidak sama besarnya, maka


kedua sudut itu tidak siku-siku

Dari contoh-contoh diatas, anda dapat melihat bahwa sebuah pernyataan


implikasi dan kontarpositipnya mempunyai nilai kebenaran yang sama, tidak
seperti halnya konvers dan invers.

Secara singkatnya, hubungan antara implikasi, konvers inversi dan


kontraposisinya dapat disimpulkan seperti berikut.

(a) Implikasi :𝑝 ⇒𝑞
(b) Konvers :𝑞 ⇒𝑝
(c) Invers : ~ p ⇒ ~q
(d) Kontraposisi : ~ q ⇒ ~p

e. Biimplikasi (Bikondisional)
Biimplikasi yaitu pernyataan majemuk yang menggunakan kata hubung “…jika
dan hanya jika….” Dinotasikan “⟺”. Biimplikasi dari pernyataan p dan q ditulis
p⟺q dibaca p jika dan hanya jika q.
Pernyataan p ⟺ q dapat juga dibaca :
1) p ekuivalen q
2) p adalah syarat perlu dan cukup bagi q

Biimplikasi p ⟺ q bernilai benar apabila anteseden dan konsekuen kedua-


duanya bernilai benar atau kedua-duanya bernilai salah. Jika tidak demikian maka
biimplikasi bernilai salah. Jika p dan q dua buah pernyataan maka p⟺q benar bila
kedua pernyataan tersebut mempunyai nilai kebenaran yang sama, sebaliknya p⟺q
salah bila salah satu salah atau salah satu benar.

Definisi 6.6
Misalkan p dan q adalah dua buah pernyataan. Pernyataan p jika dan hanya jika
q, dilambangkan dengan p⟺q, bernilai benar hanya jika p dan q memiliki nilai
kebenaran yang sama.

Tabel 6.5 tabel nilai kebenaran biimplikasi

p q p⟺q

B B B

B S S

S B S

S S B

Contoh :

1) p : 2 x 3 = 6 (B)
q : 6 adalah bilangan genap (B)
p⟺q : 2 x 3 = 6 jika dan hanya jika 6 adalah bilangan genap (B)
2) p : 2 x 3 = 6 (B)
q : 6 adalah bilangan prima (S)
p⟺q : 2 x 3 = 6 jika dan hanya jika 6 adalah bilangan genap (S)

f. Menentukan Nilai Kebenaran Pernyataan Majemuk dan tabel kebenaran


Dari pernyataan-pertanyaan tunggal p, q, r, ….. dan seterusnya dengan
menggunakan operasi-operasi pernyataan negasi (~), konjungsi (∧), disjungsi (∨),
implikasi (⟹) dan biimplikasi (⟺) dapat disusun suatu pernyataan majemuk yang
lebih rumit.
Contoh :
1) ~(p ∨ ~q)
2) ~[p ∧ (p ⟹ q)]
3) [(p ∨ q) ⟹ r]

Nilai kebenaran pernyataan majemuk seperti itu dapat ditentukan dengan


menggunakan pertolongan tabel kebenaran dasar untuk negasi, konjungsi,
disjungsi, implikasi dan biimplikasi yang telah dibahas sebelumnya. Untuk
memahami cara-cara menentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk yang lebih
rumit, perhatikan contoh berikut.

Contoh :

Tentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk ~ (p ∨ ~q)

Jawab :

Tabel 6.6 tabel nilai kebenaran

p q ~q (p ∨ q) ~ (p ∨ ~q)

B B S B S

B S B B S

S B S S B

S S B B S

Untuk lebih memudahkan dalam menentukan nilai kebenaran dari suatu


pernyataan majemuk, kita pergunakan suatu tabel yang disebut tabel kebenaran
(truth tabel).
Karena sudah diketahui bahwa suatu pernyataan itu hanya dapat bernilai benar
atau salah saja, maka setiap pernyataan itu hanya mempunyai dua kemungkinan,
kemungkinan pertama ialah benar dan kemungkinan kedua adalah salah.
Seandainya ada dua pernyataan tunggal yang akan kita gabungkan maka komposisi
gabungan kedua pernyataan itu adalah sebagai berikut :
a. Pernyataan yang pertama benar, pernyataan yang kedua benar.
b. Pernyataan yang pertama benar, pernyataan yang kedua salah.
c. Pernyataan yang pertama salah, pernyataan yang kedua benar.
d. Pernyataan yang pertama salah, pernyataan yang kedua salah.

Jika pernyataan yang pertama itu ialah p dan pernyataan yang kedua ialah q,
maka empat komposisi gabungan kedua pernyataan seperti diatas itu dapat dibuatkan
tabel kebenarannya seperti berikut.

Tabel 6.7 tabel kebenaran

p q

B B

B S

S B

S S

Seperti sudah diketahui pula dalam tabel kebenaran negasi, tabel kebenaran
konjungsi, disjungsi, implikasi, dan tabel kebenaran biimplikasi yang dinamakan tabel-
tabel kebenaran dasar bahwa banyaknya komposisi tergantung pada banyaknya
pernyataan yang akan digabungkan. Ternyata bila ada dua pernyataan didapatkan
empat macam komposisi. Sedangkan dari tiga pernyataan, maka akan didapatkan
delapan macam komposisi, dan dari empat pernyataan didapatkan enam belas macam
komposisi, dan seterusnya. Jadi, banyaknya komposisi itu tergantung ada banyaknya
pernyataan yang akan digabungkan. Secara umum berlaku jika banyaknya pernyataan
ada n, maka banyaknya komposisi ada 2n.

Perlu diingat, ada dua cara untuk membuat tabel kebenaran dari proposisi
komplit.

Contoh :

Buatlah tabel kebenaran proposisi dibawah ini.

a. p ⇒ ( p ∧ q )
b. ( p ∧ q ) ⇒ 𝑝
c. ( p ∧ q ) ⇒ 𝑟

Penyelesaian :

a. Cara I

p q (p∧q) p⇒(p∧q)

B B B B

B S S S

S B S B

S S S B

Cara II

p ⇒ (p ∧ q)

B B B B B

B S B S S

S B S S B

S B S S S

1 3 1 2 1

b. Cara I

p q (p∧q) (p∧q)⇒p

B B B B

B S S B

S B S B
S S S B

Cara II

(p ∧ q) ⇒ p

B B B B B

B S S B B

S S B B S

S S S B S

1 2 1 3 1

c. Cara I

p q r (p∧q) (p∧q)⇒r

B B B B B

B B S B S

B S B S B

B S S S B

S B B S B

S B S S B

S S B S B

S S S S B

Cara II

(p ∧ q) ⇒ r
B B B B B

B B B S S

B S S B B

B S S B S

S S B B B

S S B B S

S S S B B

S S S B S

1 2 1 3 1

Anda mungkin juga menyukai