Anda di halaman 1dari 8

KLASIFIKASI CITRA PARU-PARU PENDERITA

PNEUMONIA DAN COVID-19 MENGUNAKAN


METODE EKSTRAKSI FITUR GLCM DAN MODEL
KLASIFIKASI SVM
(Pneumonia And Covid-19 Lung Classification Using GLCM Feature
Extraction Method And SVM Classification Model)
Alidin, Wahyu Alfandi
Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Mataram
Jl. Majapahit 62, Mataram, Lombok NTB, INDONESIA 
Email: alidin202@gmail.com, w.alfa433@gmail.com

Abstrak
Corona Virus 2019 atau yang sering disebut COVID-19 merupakan penyakit menular oleh sindrom
pernafasan akut parah SARSCoV-2. Angka kasus COVID–19 di Indonesia tiap harinya terus
mengalami peningkatan. Berdasarkan data per 24 Mei 2021 dari World Health Organization, total
kumulatif kasus di Indonesia adalah 1.781.127 kasus, menempati posisi negara keempat dengan kasus
tertinggi di Asia dibawah India, Turkey dan Iran. Salah satu metode awal untuk mengidentifikasi
penyakit ini adalah dengan menggunakan Computerised Tomography atau CT-Scan. Penelitian ini
dilakukan dengan mengklasifikasikan paru-paru yang terkena penyakit Covid-19 dan Pneumonia
menggunakan Model Machine Learning Suport Vector machines (SVM). Dataset yang digunakan
bersumber dari tim research Qatar University dan University of Dhaka yang berkolaborasi dengan
dokter setempat yang diakses melalui kaggle.com. Dataset tersebut terdiri dari 3586 citra pengidap
Covid-19, 5982 citra pengidap Pneumonia, dan 10162 citra paru-paru normal. Proses klasifikasi
diawali dengan melakukan penghitungan Gray Level Co-Ocurence matriks 4 sudut yakni 0, 45, 90,
dan 135 yang kemudian hasil dari masing masing matriks tersebut akan diekstraksi fitur-fitur berupa
dissimilarity, correlation, homogeneity, contrast, ASM, dan energy. Proses pengujian dilakukan
dengan menggunakan beberapa variabel untuk seleksi fitur PCA yakni n_component 2 sampai 24.
Akurasi akhir yang didapatkan menggunakan metode klasifikasi SVM adalah sebesar 76,2% dari
PCA n_components = 14.
Keywords : Covid-19, Pneumonia, GLCM, PCA, SVM, Klasifikasi, Ekstraksi Fitur
1. PENDAHULUAN tekstur dengan metode GLCM yang
Corona Virus 2019 atau yang sering selanjutnya akan direduksi dengan
disebut COVID-19 merupakan penyakit menggunakan metode PCA sehingga
menular oleh sindrom pernafasan akut parah mempercepat proses klasifikasi dan yang
SARSCoV-2 [1]. Angka kasus COVID–19 di terakhir adalah melakukan klasifikasi
Indonesia tiap harinya terus mengalami menggunakan Metode SVM dengan
peningkatan. Berdasarkan data per 24 Mei menggunakan fitur-fitur yang telah direduksi.
2021 dari World Health Organization, total Metode ekstraksi fitur GLCM pada
kumulatif kasus di Indonesia adalah penelitian sebelumnya digunakan oleh
1.781.127 kasus, menempati posisi negara Muhamad Saenudin dan kawan-kawan
keempat dengan kasus tertinggi di Asia (2021) dengan hasil akurasi sebesar 80.35%
dibawah India, Turkey dan Iran [2]. [3], Varela-Santos dengan hasil akurasi
Identifikasi catat pada paru-paru yang tertinggi sebesar 94.30% [4]. Selanjutnya
disebabkan oleh Covid-19 dan Pneumonia pada penelitian yang dilakukan oleh Turker
dapat dilakukan dengan mendapatkan fitur dan kawan-kawan (2020) menggunakan
metode klasifikasi SVM mendapatkan hasil Risha Ambar Wati (2020) dalam
akurasi sebesar 97% [5], penelitian yang penelitiannya yang berjudul “Klasifikasi
sama juga dilakukan oleh Umut Ozkaya dan Pneumonia Menggunakan Metode Support
kawan-kawan dan mendapatkan hasil yang Vector Machine” yang mengklasifikasikan 2
baik yakni 98% [6]. Berdasarkan hasil class menggunakan GLCM dan model SVM
penelitian yang telah dilakukan, metode dengan akurasi 62.66% [8].
ekstraksi fitur GLCM dan klasifikasi SVM Marwa M. Eid dan kawan-kawan
memiliki performa yang sangat bagus, (2021) dalam penelitiannya yang berjudul
disamping itu ekstraksi fitur GLCM memiliki “Efficient Pneumonia Detection for Chest
kecocokan dengan dataset yang berhubungan Radiography Using ResNet-Based SVM”
dengan tekstur dari kantong dan saluran untuk mengklasifikasikan antara pengidap
udara pada paru-paru [7]. Sedangkan metode pneumonia maupun normal dengan akurasi
klasifikasi SVM sangat cocok untuk dataset 88.665% [9].
yang memiliki kolom dan baris dalam jumlah Umut Ozkaya1 dan kawan-kawan
besar yang tidak memungkinkan untuk (2020) dalam penelitiannya yang berjudul
dilakukan metode klasifikasi secara linear “Corona Virus (COVID-19) Classification
[7]. Using Deep Features Fusion and Ranking
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Technique” menggunakan model CNN dan
melakukan klasifikasi pada penyakit paru- klasifikasi SVM menghasilkan akurasi
paru menggunakan fitur-fitur dari gray level sebesar 98.27% [6].
co-occurrence (GLCM) yang kemudian fitur Saban Ozturk dan kawan-kawan (2020)
tersebut akan direduksi dengan metode PCA dalam penelitiannya yang berjudul
dan terakhir adalah melakukan klasifikasi “Classification of COVID-19 Patients from
menggunakan metode SVM. Pada saat Chest CT Images using Multi-Objective
dilakukan seleksi fitur juga akan didapatkan Differential Evolution–Based Convolutional
fitur-fitur terbaik yang bisa digunakan untuk Neural Networks” menghasilkan akurasi
proses klasifikasi. sebesar 93.5% [5].
2. TINJAUAN PUSTAKA Muhamad Saenudin dan kawan-kawan
2.1 Penelitian Terkait (2021) dalam penelitiannya yang berjudul
Untuk mendukung penelitian ini, maka “Classification of Covid-19 Using Feature
dibutuhkan beberapa penelitian terdahulu Extraction GLCM and SVM Algorithm”
yang dijadikan sebagai rujukan. Adapun melakukan klasifikasi menggunakan hasil x-
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan ray citra paru-paru dengan algoritma GLCM
karya tulis ini adalah : dan SVM, hasilnya menunjukan bahwa
Turker dan kawan-kawan (2020) dalam akurasi tertinggi sebesar 90.47% ketika d = 1
penelitiannya yang berjudul “A novel Covid- dan akurasi terendah sebesar 80.35% ketika d
19 and Pneumonia Classification Method = 3 [3].
Based on F-transform” menggunakan metode Saban Ozturk dan kawan-kawan (2021)
FFT untuk melakukan ekstraksi fitur pada dalam penelitiannya yang berjudul
citra hasil x-ray paru-paru yang terdeteksi “Classification of Coronavirus (COVID‐19)
normal, Covid-19, dan Pneumonia, dan from X‐ray and CT Images Using Shrunken
kemudian melakukan perbandingan Features” melakukan klasifikasi
menggunakan model KNN dan SVM, menggunakan hasil x-ray citra paru-paru
hasilnya adalah SVM classifier dengan dengan algoritma sAE dan PCA
akurasi 97% [5]. menghasilkan akurasi masing-masing sebesar
86.54% dan 94.23% untuk 495 sampel [10].
Sergio Varela-Santos dan kawan- Dataset yang digunakan pada penelitian
kawan (2021) dalam penelitiannya yang ini berasal dari kaggle dengan link :
berjudul “A new Approach for Classifying www.kaggle.com/tawsifurrahman/covid19-
Coronavirus COVID-19” berdasarkan hasil radiography-database yang dikumpulkan oleh
x-ray citra paru-paru menggunakan ekstraksi tim research dari Qatar University di Doha,
fitur dan neural network menghasilkan Qatar dan University of Dhaka di Bangladesh
akurasi tertinggi sebesar 94.30% [4]. yang juga berkolaborasi dengan tim dokter
2.2 Covid-19 dari Pakistan dan Malaysia. Dataset tersebut
Severe Acute Respiratory Syndrome terdiri dari citra paru-paru normal sebanyak
Coronavirus (SARS-COV-2) adalah sebuah 10162 citra, Pneumonia sebanyak 1345 citra
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dan Covid-19 sebanyak 3616 citra. Citra
corona. Coronavirus (COVID-19) menyerang merupakan gambar yang berasal dari CT-
sistem pernapasan dimulai dari hidung, Scan dan keseluruhannya berukuran 299 x
mulut, tenggorokan bahkan untuk kasus 299 pixel, memiliki warna grayscale, dan
terparah bisa sampai sampai ke paru – paru. berformat .png dan .jpg.
penyakit ini juga dapat memicu gejala Citra paru-paru memiliki beberapa fitur
demam dan batuk (Pneumonia) sehingga yang bisa dijadikan data untuk dibawa ke
terjadi perubahan jaringan organ paru – paru model klasifikasi. Fitur-fitur tersebut harus
[1]. dianalisis sehingga didapatkan fitur terbaik
2.3 Pneumonia sebagai pembeda antara jenis satu dengan
Pneumonia adalah jenis penyakit pada lainnya.
paru paru yang biasanya disebabkan oleh
virus, jamur, bakteri atau parasit. Virus yang
paling umum menjadi penyebab utama
penyakit ini adalah Adenoviruses,
Rhinovirus, Influenza Virus, Respiratory Normal Covid Pneumonia
Syncytial Virus (RSV) dan Parainfluenza Gambar 1. Perbandingan paru-paru normal,
Virus, sedangkan bakteri yang biasanya Covid-19, dan Pneumonia.
menyebabkan Pneumonia yaitu Pada gambar diatas dapat diambil
Streptococcus dan Mycoplasma Pneumonia. diagnosa awal bahwa fitur yang paling
Virus-virus atau bakteri-bakteri tersebut membedakan antara ke-3 citra tersebut
menyebabkan paru-paru terutama di bagian adalah tekstur. Sebagai contoh pada citra
alveolus (mikroskopik udara mengisi paru-paru normal, warna tekstur cenderung
kantong dari paru yang berfungsi untuk lebih gelap yang menandakan bahwa paru-
menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi paru sepenuhnya terisi udara tanpa ada
radang dan dengan penimbunan cairan gangguan dari penyakit manapun. Pada citra
seperti lendir [11]. paru-paru Covid-19, warna tekstur sedikit
lebih putih dan terdapat noise seperti kapas di
bagian sebelah kanan bawah. Selanjutnya
yang terakhir adalah citra Pneumonia yang
dimana hampir keseluruhan bagian
mengalami kerusakan karena penyakit ini
menyerang kantung udara paru-paru
sehingga terisi cairan atau nanah.
3. METODE PENELITIAN Dari analisis dataset tersebut dapat
3.1 Analisis Dataset disimpulkan bahwa fitur yang paling
membedakan antara citra yang satu dengan menggunakan metode K-Means clustering.
lainnya adalah fitur tekstur, dan salah satu K-Means clustering menggunakan nilai
metode ekstraksi fitur tekstur terbaik yang variabel K = 2, sehingga didapatkan citra
ada sekarang adalah metode Gray Level Co- gelap (paru-paru) dan citra terang (tulang,
occurrence Matrix (GLCM). daging, dan urat di paru paru). Setelah itu
3.2 Perancangan Algoritma dilanjutkan dengan mengambil bounding box
Langkah awal algoritma klasifikasi paru-paru. Objek yang ada di dalam
penyakit Covid-19 dan Pneumonia pada bounding box paru-paru akan diambil,
paru-paru adalah dengan melakukan sedangkan yang di luarnya akan dibuang
preprocessing, dilanjuti dengan melakukan [12], algoritma ini digunakan karena pada
ekstraksi fitur menggunakan metode GLCM dasarnya distribusi warna pada paru paru
dan metode PCA, yang terakhir adalah tidak tetap dan memiliki variasi konstras
membuat model Machine Learning yang berbeda, maka dari itu perlu digunakan
menggunakan metode SVM. Proses proses segmentasi yang adaptif yang tepat,
modeling menggunakan 2 jenis, yakni yakni K-Means segmentation.
menggunakan 2 class dan 3 class. Proses Kemudian datanya akan dilakukan
seleksi fitur sampai modeling juga balancing, dimana akan diambil 1000 sampel
mengalami beberapa kali pengulangan demi secara acak untuk masing masing label.
mengetahui n-components terbaik yang dapat 3.4 Ekstraksi Fitur GLCM
digunakan untuk proses seleksi fitur. Tahap GLCM adalah salah satu metode
akhir dari klasifikasi ini adalah melakukan ekstraksi fitur yang bekerja dengan cara
proses validasi yang akan menghasilkan nilai menghitung nilai ketetanggaan antar pixel
akurasi. yang memiliki intensitas dan orientasi abu-
abu dari suatu sudut. Arah atau orientasi
suatu sudut direpresentasikan dalam derajat
yang terbentuk dari sudut 0o, 45o, 90o dan
135o [13].
Ada beberapa fitur yang akan
diekstraksi dari GLCM yakni contrast,
correlation, energy, homogeneity,
dissimilarity, entropy dan ASM [14]. Berikut
adalah adalah rumus dari parameter yang
sering digunakan dalam melakukan ekstraksi
fitur pada GLCM:
levels−1
contrast = ∑ ❑ Pi , j (i− j)2
i , j=0
levels−1
dissimilarity= ∑ ❑ Pi , j∨i− j∨¿
Gambar 2. Flowchart algoritma klasifikasi citra. i , j=0
levels−1
Pi , j
h omogeneity = ∑ ❑
3.3 Preprocessing i , j=0 1+(i− j)2
Preprocessing citra yang dilakukan ini levels−1

adalah proses croping yang bertujuan untuk ASM = ∑ ❑ P2i , j


i , j =0
mengambil citra paru-paru saja. energy= √ ASM
Proses cropping dimulai dengan
melakukan segmentasi pada citra paru-paru
levels−1
(i−μi )( j−μ j ) penghitungan presisi, dan recall [15] dengan
correlation= ∑
i , j=0

[ 2
√(σ )(σ )
i
2
j
] rumus:
Score=True ¿ ¿
Presisi=True ¿ ¿
3.5 Seleksi Fitur
Recall=True ¿ ¿
Total jumlah fitur yang didapatkan
pada proses sebelumnya adalah 24, jumlah
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
ini tergolong sangat banyak sehingga akan
Pengujian klasifikasi jenis penyakit
mempengaruhi performa model klasifikasi.
pada paru-paru (Covid-19 dan Pneumonia)
Solusi yang dapat digunakan adalah dengan
diawali dengan proses ekstraksi fitur
melakukan dimensional reduction. Metode
menggunakan metode GLCM dilanjutkan
yang digunakan untuk melakukan seleksi
dengan seleksi fitur menggunakan metode
fitur pada dataset dengan jumlah kolom dan
PCA yang diakhiri dengan proses klasifikasi
baris yang sangat banyak adalah PCA [10].
menggunakan metode SVM.
Seleksi fitur PCA dilakukan dengan
Proses ekstraksi fitur GLCM
cara mencari eigenvector pada masing-
menggunakan 4 sudut yakni 0 , 45 , 90o dan
o o
masing fitur, kemudian diurutkan dan
135o , yang kemudian di tahap kedua masing
mengambil sejumlah kolom dengan
masing matrix co-occurrence setiap sudut
eigenvalue tertinggi. Hasil dari seleksi fitur
akan dilakukan ekstraksi ciri berupa contrast,
ini kemudian bisa dibawa ke proses
dissimilarity, homogeneity, ASM, energy dan
selanjutnya yakni proses klasifikasi [10].
correlation. Sehingga total ada 24 fitur yang
3.6 Klasifikasi SVM
dimiliki masing masing citra dataset. Proses
Model klasifikasi SVM adalah salah
seleksi fitur yakni menggunakan metode
satu metode yang cukup populer. Cara kerja
PCA dengan percobaan menggunakan
SVM adalah dengan mencari fungsi /
variabel n_component sebanyak 2 sampai 23.
hyperplane berupa garis linear yang dapat
Kemudian dari setiap variasi n_component
memisahkan data-data berdasarkan kelasnya.
data yang dihasilkan oleh seleksi fitur
Metode pencarian hyperplane adalah dengan
tersebut akan dilanjutkan ke proses
melakukan “kernel trick”, yakni
klasifikasi menggunakan metode SVM. Lalu
mengkonversi dimensi data ke dimensi yang
yang terakhir adalah dengan menghitung
lebih tinggi [8].
performa berdasarkan nilai score, akurasi,
Dataset yang digunakan kurang tepat
presisi dan recall. Hasil yang didapatkan dari
untuk diolah menggunakan model klasifikasi
setiap strategi yang digunakan adalah sebagai
linear, mengingat kompleksitas data dan
berikut:
jumlah fitur yang cenderung banyak. Oleh
Tabel 1. Tabel skor masing-masing variasi
karena itu model klasifikasi SVM sangat n_components.
cocok untuk kategori data yang ada.
No n_components score
3.7 Teknik Pengujian
Proses terakhir adalah pengujian sistem 1 2 0,501
yang bertujuan untuk mengetahui performa
2 3 0,575
model klasifikasi yang telah dibuat.
Sebanyak 20% dataset digunakan sebagai 3 4 0,698
objek validasi model, data validator tersebut
4 5 0,708
akan diuji dimodel dan label hasil
prediksinya akan dibandingkan dengan label 5 6 0,703
aslinya, kemudian akan dilakukan proses
6 7 0,703 Untuk klasifikasi dengan label normal,
didapatkan bahwa nilai precision, recall dan
7 8 0,717 f1-score paling optimal pada n_components =
8 9 0,733 14.
Ringkasan tabel precision, recall, dan
9 10 0,743 f1-score untuk label Covid-19 adalah sebagai
10 11 0,742 berikut :
Tabel 3. Tabel hasil validasi paru-paru covid.
11 12 0,744 n_componenst precision recall f1-score
12 13 0,753 11 0.739 0.620 0.674

13 14 0,762 12 0.742 0.627 0.680


13 0.754 0.649 0.697
14 15 0,756
14 0.759 0.667 0.710
15 16 0,757
15 0.754 0.659 0.704
16 17 0,757 16 0.754 0.659 0.704
17 18 0,755 17 0.754 0.659 0.704

18 19 0,758 Untuk klasifikasi dengan label Covid-


19, didapatkan bahwa nilai precision, recall
19 20 0,757 dan f1-score paling optimal pada
20 21 0,757 n_components = 14
Ringkasan tabel precision, recall dan
21 22 0,757 f1-score untuk label Pneumonia adalah
22 23 0,757 sebagai berikut :

Berdasarkan data yang disajikan pada


tabel diatas, skor terbaik didapatkan pada Tabel 4. Tabel hasil validasi paru-paru
n_components = 14 yakni 76,2% dan skor pneumonia.
terendah didapatkah pada n_components = 2 n_componenst precision recall f1-score
yakni 50,01%. Detail untuk masing masing
11 0.803 0.952 0.871
class dirincikan sebagai berikut:
Ringkasan tabel precision, recall, dan 12 0.806 0.955 0.874
f1-score untuk label normal adalah sebagai 13 0.811 0.959 0.879
berikut : 14 0.816 0.959 0.882
Tabel 2. Tabel hasil validasi paru-paru normal.
15 0.813 0.952 0.877
n_componenst precision recall f1-score
16 0.813 0.955 0.879
11 0.661 0.647 0.654
17 0.813 0.955 0.879
12 0.662 0.642 0.652
Untuk klasifikasi dengan label
13 0.671 0.642 0.656
Pneumonia, didapatkan bahwa nilai
14 0.689 0.651 0.670 precision, recall dan f1-score paling optimal
15 0.679 0.647 0.662 pada n_components = 14
16 0.682 0.647 0.664
5. KESIMPULAN
17 0.682 0.647 0.664
Berdasarkan penelitian yang sudah pneumonia classification method based
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa on F-transform,” Diabetes Metab
klasifikasi jenis penyakit pada paru-paru Syndr., vol. 14(4), no. January, hal.
337–339, 2020.
berdasarkan citra CT-Scan menggunakan
[6] U. Özkaya, Ş. Öztürk, dan M.
ekstraksi fitur GLCM, seleksi fitur PCA dan Barstugan, “Coronavirus (COVID-19)
teknik klasifikasi SVM mampu melakukan Classification Using Deep Features
klasifikasi dengan cukup baik yakni dengan Fusion and Ranking Technique,” hal.
skor akurasi hingga 76,2% pada jumlah 281–295, 2020, doi: 10.1007/978-3-
n_components 14. Akurasi yang dihasilkan 030-55258-9_17.
juga dipengaruhi oleh jumlah fitur yang [7] B. D. Junita, “Ekstraksi Fitur Dan
Klasifikasi Menggunakan Metode
diambil disaat proses seleksi fitur.
GLCM dan SVM Pada Citra
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat Mammogram untuk Identifikasi
melakukan eksperimen dengan skenario yang Kanker Payudara,” Teknol. Rekayasa,
lebih banyak, seperti meningkatkan akurasi vol. 22, no. 1, hal. 18–26, 2017.
proses cropping dan juga melakukan [8] R. A. Wati, H. Irsyad, dan M. E. Al
pembersihan outlier pada data. Percobaan Rivan, “Klasifikasi Pneumonia
untuk menambahkan metode lainnya dalam Menggunakan Metode Support Vector
Machine,” J. Algoritm., vol. 1, no. 1,
memproses citra juga sangat diharapkan,
hal. 21–32, 2020.
serta data-data tambahan seperti gejala pasien [9] M. M. Eid dan Y. H. Elawady,
pemilik citra paru-paru juga sangat “Efficient Pneumonia Detection for
dibutuhkan untuk meningkatkan akurasi. Chest Radiography Using ResNet-
Based SVM,” Eur. J. Electr. Eng.
Comput. Sci., vol. 5, no. 1, hal. 1–8,
DAFTAR PUSTAKA 2021, doi:
10.24018/ejece.2021.5.1.268.
[1] A. Gaghaube, M. M. Kaseke, dan S. J. [10] Ş. Öztürk, U. Özkaya, dan M.
R. Kalangi, “Karakteristik Gambaran Barstuğan, “Classification of
Histologis Paru-Paru Pasien COVID- Coronavirus (COVID-19) from X-ray
19,” eBiomedik, vol. 9, no. 1, hal. 52– and CT images using shrunken
67, 2021, doi: features,” Int. J. Imaging Syst.
10.35790/ebm.9.1.2021.31896. Technol., vol. 31, no. 1, hal. 5–15,
[2] W. H. Organization, “Situation Report 2021, doi: 10.1002/ima.22469.
- 42,” 2020. [11] S. W. Euis Novi Solihati, Suhartono,
https://www.who.int/publications/m/ite “Studi Epidemiologi Deskriptif
m/situation-report---42 (diakses Mar Kejadian Pneumonia Pada Balita Di
15, 2021). Wilayah Kerja Puskesmas Langensari
[3] M. Saenudin, F. Haq, R. I. Adam, I. Ii Kota Banjar Jawa Barat Tahun
Engineering, dan S. Program, 2017,” J. Kesehat. Masy., vol. 5, no. 5,
“Classification of Covid-19 Using hal. 618–629, 2017.
Feature Extraction GLCM and SVM [12] G. I. of E. and 1 J. Mahesh Kumar,
Algorithm,” vol. 5, no. 1, hal. 179–183, Assistant Professor, Department of
2021. E.C.E., G. I. E. T. (A. Technology(A),
[4] S. Varela-santos dan P. Melin, “A new Rajahmundry, A.P. , 2 Rupalin Nanda,
approach for classifying coronavirus Assistant Professor, Dept. of E.C.E., G.
COVID-19 based on its manifestation E. Rajahmundry, A.P., 3 Rama
on chest X-rays using texture features Krushna Rath, Assistant Professor,
and neural networks,” no. January, Dept. of C.S.E., C. college,
2020. Rajahmundry, A.P., 4 Gade Trinadha
[5] T. T. A, F. Ozyurt, S. Dogan, dan A. Rao, Assistant Professor, Dept. of
Subasi, “A novel Covid-19 and
C.S.E., dan A. P. Engineering college,
Visakhapatnam, “Image Segmentation
using K-means Clustering,” Int. J. Adv.
Sci. Technol., vol. 29, no. 6s(2020),
hal. 3700–3704, 2020, doi:
10.13140/RG.2.2.31427.84007.
[13] K. Adi, C. E. Widodo, A. P. Widodo,
R. Gernowo, A. Pamungkas, dan R. A.
Syifa, “Detection lung cancer using
Gray Level Co-Occurrence Matrix
(GLCM) and back propagation neural
network classification,” J. Eng. Sci.
Technol. Rev., vol. 11, no. 2, hal. 8–12,
2018, doi: 10.25103/jestr.112.02.
[14] T. H. Nasution dan U. Andayani,
“Recognition of Roasted Coffee Bean
Levels using Image Processing and
Neural Network,” 2017, doi:
10.1088/1742-6596/755/1/011001.
[15] D. Srivastava dan L. Bhambhu,
“DATA CLASSIFICATION USING
SUPPORT VECTOR,” no. February
2010, 2019.

Anda mungkin juga menyukai