Basoeki Abdullah
Lahir: 27 Januari 1915, Surakarta, Jawa Tengah, Hindia Belanda
Meninggal: 5 November 1993 (umur 78) Jakarta, Indonesia
Pendidikan: Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Katolik Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)
Katolik, Solo Academie Voor Beeldende Kunsten, Sertifikat Royal International of Art (RIA), di Den Haag,
Belanda, 1933.
Organisasi: Gerakan Poetra, Pusat Tenaga Rakyat. Keimin Bunka Sidhosjo (Pusat Kebudayaan rezim
Jepang)
Istri: Josephine, Maria Michel, Nataya Nareerat
Anak: Saraswati, Cecillia Sidhawati
Orang Tua: Abdullah Suriosubroto.
Kerabat: Doktor Wahidin Sudirohusodo (kakek).
Basuki Abdullah lahir di Surakarta, 25 Januari 1915. Basuki Abdullah adalah salah satu pelukis terkenal
Indonesia. Pelukis beraliran realis dan naturalis ini pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka
pada 1974. Lukisan-lukisan karyanya menghiasi istana negara, selain menjadi koleksi dari berbagai penjuru
dunia.
Bakat melukis Basuki Abdullah terwarisi dari ayahnya, Abdullah Suryosubro, yang juga seorang pelukis dan
penari. Sedangkan kakeknya adalah seorang tokoh Pergerakan Kebangkitan Nasional Indonesia pada awal
1900-an, yaitu Doktor Wahidin Sudirohusodo.
Basuki Abdullah bersekolah di HIS Katolik dan Mulo Katolik di Solo, kemudian mendapatkan beasiswa
pada 1933 untuk belajar di Akademi Seni Rupa (Academie Voor Beeldende Kunsten) di Den Haag,
Belanda, dan menyelesaikan studinya dalam waktu tiga tahun dengan meraih penghargaan Sertifikat Royal
International of Art (RIA).
Pada 6 September 1948, sewaktu penobatan Ratu Yuliana di Belanda, Basuki Abdullah berhasil
mengalahkan 87 pelukis dunia lainnya dalam sebuah sayembara yang diadakan di Amsterdam, Belanda.
Sedangkan lukisannya, “Balinese Beauty” terjual di balai lelang Christie’s di Singapura, pada tahun 1996.
Selama karirnya dalam melukis, Basuki terkenal sebagai pelukis potret, meski ia juga melukis pemandangan
alam, flora, fauna, tema-tema perjuangan, pembangunan, dan lainnya. Dia sering mengadakan pameran
tunggal, di dalam maupun di luar negeri, seperti di Thailand, Malaysia, Jepang, Belanda, Inggris, dan
negara-negara lain. Lebih kurang 22 negara yang memiliki karya lukisan beliau. Hampir sebagian hidupnya
dihabiskan di luar negeri.
Selain menjadi pelukis, dia juga pandai menari dan sering tampil dengan tarian wayang orang sebagai
Rahwana atau Hanoman. Pria yang menikah empat kali ini tidak hanya menguasai soal kewayangan, budaya
Jawa di mana dia berasal. Tetapi juga menggemari komposisi-kompasisi Franz Schubert, Beethoven dan
Paganini, dengan demikian wawasannya sebagai seniman luas dan tidak Jawasentris.
Kemtiannya cukup tragis. Basuki Abdullah tewas dibunuh perampok di rumah kediamannya, pada 5
November 1993. Ia meninggal dalam usia 78 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Desa Mlati, Sleman,
Yogyakarta.