Anda di halaman 1dari 10

Menurut para ahli, cara masuk dan proses penyebaran agama Hindu-Buddha di Indonesia

terbagi menjadi 2:

 Masyarakat Nusantara berperan pasif

Maksudnya adalah masyarakat Nusantara mempelajari agama Hindu dan Buddha melalui
masyarakat India dan China yang datang ke Nusantara.

 Masyarakat Nusantara berperan aktif

Masyarakat Nusantara belajar langsung ke India dan China untuk mempelajari agama
tersebut secara mendalam kemudian kembali ke Nusantara sebagai penyebar agama tersebut.

PASIF

1. Teori Brahmana
Teori ini dikemukakan oleh Van Leur. Ia mengemukakan bahwa para kaum brahmana
diundang datang ke Nusantara karena ketertarikan raja-raja yang berkuasa dengan
ajaran agama Hindu dan Buddha.

2. Teori Waisya
Dikemukakan oleh N.J.Krom yang menyebutkan bahwa para pedagang Hindu dan
Buddha penyebar utama agama tersebut di Nusantara. Karena perdagangan pada jaman
dahulu menggunakan jalur laut dan bergantung pada angin, ketika para pedagang ini menetap
di Nusantara, mereka memperkenalkan agama dan kepercayaannya kepada masyarakat.

3. Teori Ksatria
Dikemukakan oleh C.C. Berg. Pada jaman masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara, di
daratan India dan China sedang berlangsung perang saudara. Raja-raja yang kalah
peperangan melarikan diri ke Nusantara untuk berlindung. Mereka mendirikan kerajaan
kembali di Nusantara dengan corak-corak yang berhubungan dengan agama Hindu atau
Buddha.

AKTIF

1. Teori Arus Balik


Bahwa perkembangan ajaran Hindu dan Buddha yang pesat di India, kabarnya sampai
terdengar sampai ke Nusantara dan menarik minat para kaum terpelajar di Nusantara
untuk berguru ke India. Setelah mereka berguru dan pulang ke Nusantara, mereka mulai
menyebarkan agama baru yang mereka pelajari disana. Teori ini dikemukakan oleh F.D.K
Bosch.

2. Teori Sudra
Para budak dari India dan China datang ke Nusantara karena dibawa oleh pemiliknya.
Mereka berasimilasi dan berakulturasi dengan penduduk sekitar. Hal tersebut membawa
perubahan pada penduduk yang pada awalnya memeluk Animisme dan Dinamisme, berganti
memeluk agama Hindu atau Buddha. Teori ini dikemukakan oleh van Faber.
Asimilasi: Pembauran dua kebudayaan yang Animisme: kepercayaan terhadap nenek
dan hilangnya ciri khas kebudayaan asli moyang
sehingga membentuk kebudayaan baru. Dinamisme: kepercayaan pada benda
punya kekuatan gaib
Akulturasi: Pembauran dua kebudayaan Totemisme: keyakinan bahwa binatang
tapi tidak menghilangkan budaya asli. tertentu merupakan nenek moyang

 Kerajaan Kahuripan

A.   Kerajaan Kutai Martadipura (HINDU)


 Berdiri: ± Abad 4
 Letak: Muara Kaman, Kaltim. Dekat Sungai Mahakam
 Pendiri: Kudungga
 Raja: Kudungga, dilanjutkan oleh Aswawarman.
 Raja Terkenal: Mulawarman, memberi 20.000 sapi kepada kaum Brahmana yang
miskin.
 Prasasti Yupa: “Maharaja Kundunga mempunyai seorang putra bernama
Aswawarman yang disamakan dengan Ansuman (Dewa Matahari). Aswawarman
mempunyai tiga orang putra. yang paling terkemuka adalah Mulawarman.” Salah
satu prasasti menyebut Waprakeswara yaitu tempat pemujaan terhadap Dewa Syiwa.

B. Kerajaan Tarumanegara (HINDU)

 Berdiri: 358 Masehi.


 Pendiri: Rajadirajaguru Jayasingawarman
 Raja: Rajadirajaguru, dilanjutkan oleh Dharmayawarman.
 Raja Terkenal: Maharaja Purnawarman. Ia membangun ibukota kerajaan baru pada
tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai.
 Menurut Prasasti Tugu, ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga
sekitar 11 km.

7 Prasasti:

1.   Prasasti Kebon Kopi: “Ditempat ini terdapat gambar sepasang telapak kaki yang mirip
dengan Airawata, gajah penguasa di Taruma.”
2.   Prasasti Tugu: “Dahulu Sungai Candrabhaga telah digali oleh Purnawarman, untuk
mengalirkannya ke laut, lalu dia menitahkan menggali Sungai Gomati, setelah sungai itu
mengalir melintas di tengah-tegah tanah kediaman raja, ia menghadiahkan 1000 sapi kepada
Brahmana.

3.   Prasasti Ciaruteun (Ciampea): “Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki
Dewa Wisnu, telapak yang mulia sang Purnawarman”.

4.   Prasasti Muara Cianten: Kehidupan masyarakat saat itu

5.   Prasasti Jambu: "Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah Sri
Purnawarman dan yang baju zirahnya yang terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh.”

6.  Prasasti Pasir Awi: Gambar ranting dan dedaunan.

C.   Kerajaan  Sriwijaya (BUDDHA Mahayana)

 Berdiri: ± Abad 7
 Pendiri: Dapunta Hyang Sri Jayanasa
 Raja: Dapunta Hyang, Sri Indrawarman, ...
 Raja Terkenal: Balaputradewa
 Letak: Selat Malaka (Palembang), merupakan jalur pelayaran & perdagangan
internasional.
 Faktor perkembangan Sriwijaya: Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan
Cina melintasi selat Malaka, sehingga membawa keuntungan yang besar bagi
Sriwijaya.

 Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan kerajaan Kamboja


memberikan kesempatan bagi perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim
(sarwajala) yang selama abad ke-6 dipegang oleh kerajaan Funan.

Prasasti:

1.  Prasasti Kedukan Bukit: Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci (Sidhayarta)
dengan perahu dan membawa 2.000 orang. Dia berhasil menaklukkan beberapa daerah.

2.  Prasasti Talang Tuo: Doa dedikasi yang menceritakan aliran Buddha Mahayana

4.  Prasasti Telaga Batu: Tentang kutukan untuk orang yang berbuat kejahatan di kedatuan
Sriwijaya dan tidak mematuhi perintah dari datu.

Candi: Candi Muara Jambi, Candi Muara Takus, terbuat dari bata merah.

Pada masa pemerintahan Balaputradewa, Sriwijaya menjadi pusat perdagangan sekaligus


pusat pengajaran agama Buddha.
Faktor Keruntuhan:

 Adanya serangan dari Raja Dharmawangsa 990 M.


 Adanya serangan dari kerajaan Cola Mandala yang diperintah oleh Raja
Rajendracoladewa.
 Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara, 1275 – 1292.
 Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.
 Adanya serangan kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah
Mahapatih Gajah Mada, 1477. Sehingga Sriwijaya menjadi taklukkan Majapahit.

Syailendra: Penganut Buddha Mahayana. Sanjaya: Penganut Hindu Siwa.


Kejayaan sewaktu pemerintahan Raja Indra
di Mataram Kuno. Rakai Panangkaran dikalahkan oleh dinasti
Sumatra (Wangsa Sailendra).
Musnah: Terusir dari Jawa karena kepindahan
Balaputradewa ke Sriwijaya. Sejak saat itu Kerajaan Medang dikuasai
oleh Wangsa Sailendra. Sampai akhirnya
Balaputra menolak pernikahan Rakai Pikatan & seorang putri mahkota (Pramodawardhani)
Pramodawardhani. menikah dengan Rakai Pikatan, keturunan
Sanjaya. Dengan demikian, Wangsa Sanjaya
kembali berkuasa di Medang.

D. Kerajaan Kalingga

E.   Kerajaan Mataram ( Hindu-Budha )

(Sebelumnya Kalingga lalu Medang)

 Berdiri: ± Abad 8-10


 Raja: Rakai Mataram Ratu Sanjaya, dilanjutkan oleh Rakai Panangkaran
 Letak: Jawa Tengah -> Jawa Timur
 Raja Terkenal:
1. Balitung dikenal karena perluasan wilayah kerajaannya.
2. Samaratungga, memprakarsai pembangunan monumen candi Borobudur
3. Rakai Pikatan, membangun candi Prambanan/Loro Jonggrang (Candi Hindu) yang
didedikasikan untuk Dewa Siwa.
4. Mpu Sindok, memindahkan pusat kerajaan dari lembah Gunung Merapi di Jawa
Tengah ke lembah Sungai Brantas di Jawa Timur.
 Sepeninggal Rakai Panangkaran, Mataram Kuno terbagi menjadi dua. Hindu di Jateng
Utara, dan Buddha di Jateng Selatan.

Prasasti:

1. Prasasti Canggal, isinya raja Mataram adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya,
anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).
2. Prasasti Kalasan, isinya pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk
pendeta oleh Raja Pangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran
juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Buddha).
3. Prasasti Mantyasih, isinya daftar silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Rakai
Watukura yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak,
Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.
4. Prasasti Klurak, menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh Raja Indra (bergelar
Sri Sanggramadananjaya).

F. Kerajaan Kahuripan (Hindu-Buddha)

 Berdiri: Abad 11
 Pendiri: Airlangga
 Letak: Pasuruan-Madiun.
 Raja Pertama: Airlangga
 Dibangun dari sisa-sisa istana Kerajaan Medang yang dihancurkan oleh
Sriwijaya pada tahun 1019.

 Pada 1025, Airlangga memperluas kekuasaan dan pengaruh Kahuripan seiring


dengan melemahnya Sriwijaya.

 Di bawah pemerintahan Airlangga, seni sastra berkembang.

 Kisah Airlangga digambarkan dalam Candi Belahan.

 Pada tahun 1045, Airlangga membagi Kahuripan menjadi dua kerajaan untuk
dua puteranya: Jenggala dan Kadiri.

F.2 Kerajaan Jenggala (Hindu-Buddha)

 Berdiri: Abad 11

 Pendiri: Airlangga

 Ibukota: Kahuripan

 Raja Pertama: Mapanji Garasakan

 Kerajaan ini mampu bertahan dalam persaingan sampai kurang lebih 90 tahun
lamanya. Menurut Prasasti Ngantang, Jenggala ditaklukkan oleh Sri Jayabhaya
raja Kadiri, dengan semboyannya yang terkenal, yaitu Panjalu Jayati, atau Kadiri
Menang.

Peninggalan: Candi Prada yang dirusak, Prasasti Turun Hyang (menjelaskan tentang nama
raja Janggala setelah pembelahan ialah Mapanji Garasakan) & Sirah Keting (pertempuran
antara Kediri & Jenggala)

menceritakan tentang adanya peperangan antara kerajaan Jenggala dan Kediri.

KERAJAAN JENGGALA DAN KEDIRI DIPISAHKAN OLEH GUNUNG KAWI


DAN SUNGAI BRANTAS
F.3 Kerajaan Panjalu/Kediri (Hindu-Buddha)

 Berdiri: Abad ke-11


 Pendiri: Airlangga
 Ibukota: Kediri
 Raja: Sri Samarawijaya, dilanjutkan oleh Sri Jayawarsa
 Raja Terkenal: Sri Jayabhaya, Sri Kertajaya
 Sri Jayabhaya: Karya sastra ramalan yang berjudul Ramalan Jangka Jayabaya,
menaklukkan Jenggala. (Kadiri Menang)
 Raja Terakhir: Sri Kertajaya, kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat.
Itulah yang menyebabkan berakhirnya Kerajaan Kediri, karena kaum Brahmana
meminta perlindungan Ken Arok di Tumapel.

 Pada tahun 1222 terjadilah Perang Ganter antara Ken Arok-Kertajaya.

1. Prasasti Padelegan: Oleh Raja Rakai Sirikan Bameswara untuk mengenang


kebaktian penduduk Padelegan kepada rajanya.
2. Prasasti Panumbangan: Pemberian anugrah raja kepada penduduk
Panumbangan karena mengabdi untuk kepentingan kerajaan.
3. Prasasti Ngantang: Pemberian anugerah raja (Jayabaya) kepada penduduk
Ngantang
4. Prasasti Sirah Kering oleh Raja Kertajaya. Pemberian penghargaan yang berupa
tanah dari Jayawarsa kepada rakyat desa.

G.   Kerajaan Tumapel/Singasari

 Berdiri: 1222
 Pendiri: Ken Arok
 Raja: Ken Arok > Anusapati yang suka ngadu ayam > Tohjoyo >
Ranggawuni/Wisnuwardana > Kertanegara > Jayakatwang
 Raja Terakhir: Kertanegara. Berhasil menguasai pulau Jawa dan berniat meluaskan
kekuasaannya hingga ke Melayu. Di tahun 1257 kerajaan Singasari berhasil
menguasai kerajaan Melayu melalui ekspedi Pamalayu.

Yang mati karena keris Mpu Gandring:

1. Mpu Gandring

2. Kebo Ijo, warga membunuh dengan keris itu karena Kebo Ijo dituduh
membunuh Ametung.
3. Tunggul Ametung
4. Ken Arok.
5. Ki Pengalasan, pengawal Anusapati yang membunuh Ken Arok
6. Anusapati, Anak Ken Dedes

Tohjaya, putra Ken Arok & Ken Umang tidak terbunuh oleh keris ini, namun
terluka oleh lembing.

Pada tahun 1275, Kertanegara berniat memperluas daerah kerajaannya dengan mengirim 14.000
pasukannya untuk menjajah Bhumi Malayu. Selain itu, ekspedisi ini juga bertujuan untuk menahan
adanya kemungkinan serangan dari Mongol.

Awalnya, ekpedisi ini ingin dilakukan secara damai, namun Raja Swarnnabhumi
(Dharmasraya) melakukan perlawanan. Berkat pimpinan Kebo Anabrang, kerajaan Singasari menang.

Ekspedisi ini menimbulkan rasa khawatir raja Mongol. Kubilai Khan mengirimkan utusan (Meng-chi)
menuntut Singasari mengakui kekuasaan Kekaisaran Mongol. Kertanegara menolak tegas, bahkan
utusan Cina itu dilukai mukanya.

Pada 1292, Jayakatwang (bupati Gelanggelang), dengan bantuan Aria Wiraraja, berhasil
memberontak dan menghancurkan Kerajaan Singasari. Pada tahun yang sama, Kubilai Khan
mengirimkan pasukannya untuk menyerang Singasari.

Sekilas tentang Jayakatwang: bupati Gelanggelang (Madiun) yang membangun kembali


Kerajaan Kadiri, namun hanya bertahan sampai tahun 1293 karena dibunuh Raden Wijaya.

Prasasti:

1. Prasasti Singosari, untuk memperingati pembangunan candi pemakaman


2. Prasasti Manjusri, isinya Adityawarman yang mendirikan candi
3. Prasasti Malurung, 10 lempeng dari Prasasti Malurung menjelaskan
masalah-masalah terkait Kerajaan Singasari dan Kediri.

H.  Kerajaan Majapahit (Hindu-Buddha)

 Berdiri: 1293
 Pendiri: Raden Wijaya
 Letak: Hutan Tarik
 Ibukota: Mojokerto > Trowulan > Kediri
 Raja: Raden Wijaya, Jayanegara, Tribhuwana Wijayatunggadewi, Hayam
Wuruk/Rajasanagara
 Raja Terakhir: Brawijaya yang katanya dikejar-kejar sama anaknya karena
gak mau masuk Islam
 Prasasti:
1. Prasasti Canggu (Trowulan I)
Mengenai aturan dan ketentuan kedudukan hukum desa-desa di tepi sungai
Brantas dan Solo yang menjadi tempat penyeberangan
2. Prasasti Waringin Pitu
Mengungkapkan bentuk pemerintahan dan sistem birokrasi kerajaan
yang terdiri dari 14 kerajaan bawahan yang dipimpin oleh gelar Bhre

Raden Wijaya: Raden Wijaya merencanakan siasat untuk merebut takhta dari
Jayakatwang. Wijaya berjanji, jika ia berhasil, maka daerah kekuasaannya akan dibagi dua
untuk dirinya dan Wiraraja.

Wiraraja menyampaikan berita kepada Jayakatwang bahwa Wijaya menyatakan menyerah.


Jayakatwang yang telah membangun kembali Kerajaan Kediri menerimanya.

Lalu, Wijaya meminta Hutan Tarik sebagai kawasan wisata perburuan dan tempat
bermukim. Menurut Kidung Panji Wijayakrama, salah seorang Madura menemukan buah
maja yang rasanya pahit. Oleh karena itu, desa pemukiman yang didirikan Wijaya tersebut
pun diberi nama Majapahit.
Jayanagara: Banyak pemberontakan oleh pengikut ayahnya, karena Jayanagara adalah
raja berdarah campuran Jawa-Melayu, bukan keturunan Kertanagara murni.

1. Pemberontakan Ranggalawe, kecewa karena tidak diberi kedudukan Patih di


Istana Majapahit. Pemberontakannya dapat segera dihancurkan.
2. Pemberontakan Lembu Sora, karena dihasut Mahapati. Pemberontakan Lembu
Sora dapat digagalkan pihak Istana.
3. Pemberontakan Nambi, karena ambisi ayahnya (Aria Wiraraja) agar Nambi
menjadi raja. Padahal dia adalah Patih istana. Pemberontakannya dapat
dihancurkan.
4. Pemberontakan Kuti, Kuti dapat menduduki istana, sehingga Jayanagara terpaksa
pergi. Di bawah pimpinan Gajah Mada, raja disembunyikan di tempat yang sangat
dirahasiakan yaitu di Desa Badander. Atas inisiatif Gajah Mada, pihak kerajaan
dapat merebut kembali istana.

Tribhuwana Wijayatunggadewi: Pemerintahan Tribhuwana terkenal sebagai masa


perluasan wilayah Majapahit ke segala arah sebagai pelaksanaan Sumpah Palapa.

Nagarakretagama menyebutkan akhir pemerintahan Tribhuwana adalah tahun 1350,


bersamaan dengan meninggalnya Gayatri. Berita ini kurang tepat karena menurut prasasti
Singasari, pada tahun 1351 Tribhuwana masih menjadi ratu Majapahit.
Hayam Wuruk: Hayam Wuruk membiarkan Gajah Mada untuk mengambil semua
keputusan resmi. Pada masa ini Majapahit berada pada puncak kejayaannya. Menurut Mpu
Prapanca dalam kitab Negarakertagama menyebutkan bahwa daerah-daerah yang ada di
bawah kekuasaan Majapahit sangat luas, meliputi Jawa, Madura, Sumatra, Bali, Maluku,
Irian, dan Asia Tenggara.
Setelah Kertanegara terbunuh oleh Jayakatwang, 1292. Raden Wijaya menantu Kertanegara
berhasil melarikan diri ke Madura untuk minta bantuan Arya Wiraraja, bupati Sumenep. Atas
nasihat Arya Wiraraja, Raden Wijaya menyerahkan diri kepada Jayakatwang. Atas jaminan
dari Arya Wiraraja, Raden Wijaya diterima dan diperbolehkan membuka hutan Tarik yang
terletak di dekat Sungai Brantas. Dengan bantuan orang-orang Madura, pembukaan hutan
Tarik dibuka dan diberi nama Majapahit.

Kemudian datanglah pasukan Tartar yang dikirim Kaisar Kubilai Khan untuk menghukum
raja Jawa. Walaupun sudah mengetahui Kertanegara sudah meninggal, tentara Tartar
bersikeras mau menghukum raja Jawa. Hal ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk
membalas dendam kepada Jayakatwang. Jayakatwang berhasil dihancurkan. Pada waktu
tentara Tartar hendak kembali kepelabuhan, Raden Wijaya menghancurkan tentaraTartar,
Setelah berhasil mengusir tentara Tartar, Raden Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit
dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana pada tahun 1293.

Kertarajasa meninggal pada tahun 1309. Satu-satunya putra yang dapat menggantikannya
adalah Kalagamet. la dinobatkan sebagai raja Majapahit dengan gelar Sri Jayanagara. Ia
bukanlah raja yang cakap. Selain itu ia juga mendapatkan banyak pengaruh dari Mahapati.
Akibatnya masa pemerintahannya diwarnai dengan adanya beberapa kali pemberontakan.

Pemberontakan yang paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti, pada tahun 1319. Kuti
berhasil menduduki ibukota Majapahit, sehingga Jayanagara harus melarikan diri ke desa
Bedander yang dikawal oleh pasukan Bhayangkari dipimpin oleh Gajah Mada.
Pemberontakan Kuti ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada. Karena jasanya Gajah Mada
diangkat sebagai Patih Kahuripan. Pada tahun 1328 Jayanagara mangkat dibunuh oleh tabib
istana, Tanca. Tanca kemudian dibunuh oleh Gajah Mada. Jayanagara tidak meninggalkan
keturunan.

Karena Jayanagara tidak mempunyai keturunan, maka yang berhak memerintah semestinya
adalah Gayatri atau Rajapatni. Akan tetapi Gayatri telah menjadi bhiksuni. Maka
pemerintahan Majapahit kemudian dipegang oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar
Tribhuwana Tunggadewi Jayawisnuwardhani. la menikah dengan Kertawardhana. Dari
perkawinan ini lahirlah Hayam Wuruk. Pada tahun 1331 terjadi pemberontakan Sadeng dan
Keta. Pemberontakan yang berbahaya ini dapat ditumpas oleh Gajah Mada. Karena jasanya
Gajah Mada diangkat sebagai Patih Mangkubumi Majapahit. Pada saat pelantikan, Gajah
Mada mengucapkan Sumpah Palapa.

Pada tahun 1350 M, lbu Tribhuwanatunggadewi, Gayatri meninggal. Sehingga Tribhuwana


turun tahta. Penggantinya adalah putranya yang bernama Hayam Wuruk yang bergelar
Rajasanagara. Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada sebagai
Mahapatihnya, Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Dengan Sumpah Palapa-nya Gajah
Mada berhasil menguasai seluruh kepulauan Nusantara ditambah dengan Siam, Martaban
(Birma), Ligor, Annom, Campa dan Kamboja.

Pada tahun 1364, Patih Gajah Mada wafat ditempat peristirahatannya, Madakaripura, di
lereng Gunung Tengger. Setelah Gajah Mada meninggal, Hayam Wuruk menemui kesulitan
untuk menunjuk penggantinya. Akhirnya diputuskan bahwa pengganti Gajah Mada adalah
empat orang menteri.

Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389. Ia disemayamkan di Tayung daerah Berbek, Kediri. 
Seharusnya yang menggantikan adalah puterinya yang bernama Kusumawardhani. Namun ia
menyerahkan kekuasaannya kepada suaminya, Wikramawardhana. Sementara itu Hayam
Wuruk juga mempunyai anak laki-laki dari selir yang  bernama Bhre Wirabhumi yang telah
mendapatkan wilayah keuasaan di Kedaton Wetan (Ujung Jawa Timur). Pada tahun 1401
hubungan Wikramawardhana dengan Wirabhumi berubah mejadi perang saudara yang
dikenal sebagai Perang Paregreg. Pada tahun 1406 Wirabhumi dapat dikalahkan di dibunuh.
Tentu saja perang saudara ini melemahkan kekuasaan Majapahit. Sehingga banyak wilayah-
wilayah kekuasaannya melepaskan diri.

Anda mungkin juga menyukai