Anda di halaman 1dari 84

PENYAKIT PARU

AKIBAT KERJA

dr. Dian Indah Pratama Sari Nst,


M.Ked(Paru), Sp.P.
PENYAKIT PARU KERJA
Di negara maju
Penyebab utama
~ Kecacatan
~ Kehilangan hari kerja
~ Kematian
PENYAKIT PARU KERJA
Di Indonesia
~ Belum banyak dilaporkan
~ Penyakit paru infeksi masih banyak
Kemajuan industri
~ Kasus penyakit paru kerja akan
banyak
~ Perlu perhatian dan pengetahuan
PENYAKIT KARENA DEBU
Tergantung pada
~ Jenis debu
~ Lama pajanan
~ Sifat debu
~ Kepekaan tubuh
SIFAT DEBU
Penyakit saluran napas akibat inhalasi
debu, dipengaruhi oleh :
~ Faktor debu : - sifat kimiawi
- bentuk
- ukuran partikel
- daya larut
- konsentrasi
- lama pajanan
~ Faktor individu : mekanisme pertahanan paru
UKURAN DEBU
0,1 - 10 mikron mudah dihirup
5 - 10 mikron tertahan di saluran
napas atas
3 - 5 mikron tertahan di saluran
napas tengah
1 - 3 mikron paling berbahaya,
karena tertahan dan
tertimbun di saluran
napas kecil
< 1 mikron tidak mudah
mengendap
0,1 - 0,5 mikron dengan gerak Brown
MEKANISME
PERTAHANAN PARU
Anatomi saluran napas
Refleks batuk
Refleks bersin
Sistem mukosilier
Sistem fagositosis/makrofag alveolar
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan faal paru


ASMA KERJA
Penyakit paru kerja yang paling banyak di
negara industri
Kekerapan di AS 15% dari kasus asma
Penelitian di Eropa, Amerika Utara, Jepang,
Australia, Selandia Baru prevalensi 3% - 30%
50% pada pekerja terpajan enzim proteolitik
5% pada pekerja terpajan isosianat atau
debu kayu
30% pada pekerja pembuat roti
ASMA KERJA
Di Indonesia beberapa penelitian :
Pabrik tekstil 27,3%
Pabrik semen daerah Cibinong 5,5%
Pabrik baja 5,1%
FAKTOR PREDISPOSISI ASMA KERJA

Atopi dan merokok.


Gejala yang khas pada asma kerja.
Asma yang timbul pada saat atau beberapa saat setelah
bekerja dan hilang pada akhir minggu atau saat libur
ASMA KERJA
Kategori asma di tempat kerja yaitu asma kerja
(occupational asthma) dan asma diperberat di tempat kerja
(work-aggravated asthma).
Asma kerja adalah suatu penyakit yang ditandai oleh
penyempitan saluran nafas yang bervariasi akibat
pajanan debu, uap atau asap di tempat kerja dan bukan
akibat iritasi udara dingin atau latihan fisik.dan tidak
disebabkan oleh rangsangan di luar lingkungan kerja.
Asma diperberat di tempat kerja adalah asma yang
diperburuk oleh iritan atau rangsang fisik di tempat
kerja.
BAHAN PENYEBAB
ASMA KERJA
200 400 jenis bahan organik dan
nonorganik
Bahan yang bekerja melalui mekanisme
imunologis dan mekanisme
nonimunologis
Mekanisme imunologis :
IgE dependent HMW >5000D
IgE independent LMW <5000D
ISOSIANAT
Penyebab asma kerja tersering di beberapa
negara
Isosianat BM rendah, untuk membuat
poliuretan
Heksametilen diisosianat (MDI) dan toluen
diisosianat (TDI) dipakai untuk cat semprot
dan pernis
Isosianat digunakan untuk busa, perekat,
lapisan permukaan, bahan pengikat
pasir, dan peleburan logam
TEPUNG DAN ENZIM
Pembuatan roti
Mengayak, pembuatan adonan dan
pembersihan
Enzim pada proses bioteknologi,
produksi makanan dan obat
KOLOFONI
Kolofoni / resin menimbulkan asma
pada proses solder elektronik,
campuran perekat panas, dan bahan
kertas
DIAGNOSIS
Keluhan timbul setelah tiba di tempat kerja,
menghilang bila meninggalkan tempat kerja
Keluhan mulai beberapa jam setelah
pulang dan kemudian menghilang
Keluhan ringan pada awal minggu kerja,
memberat pada hari selanjutnya
Makin lama bekerja keluhan makin berlanjut
Tidak ada keluhan waktu libur
Keluhan timbul di tempat kerja yang baru
KESULITAN DIAGNOSIS
ASMA KERJA
Banyak kemungkinan penyebab
Keluhan dan pola reaksi fase lambat
bervariasi
Butuh prosedur diagnostik secara
spesifik
Onset dan resistensi keluhan tidak
dapat diperkirakan
PENATALAKSANAAN ASMA
KERJA
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja .

Terapi Farmakologis tidak berbeda dengan terapi


asma pada umumnya.

Pemakaian alat pelindung diri.

Pemantauan polutan di udara lingkungan kerja

Bila telah terjadi asma akibat kerja, maka


pemindahan keluar lingkungan kerja
PNEUMOKONIOSIS

Disebabkan oleh mineral/zat anorganik.


Batubara, pneumokoniosis batubara
Silika, silikosis
Asbes, asbestosis
Besi, siderosis
Berilium, beriliosis
Tanah liat, pirifilitosis
Kapas, rami, linen, bissinosis
PNEUMOKONIOSIS PEKERJA
TAMBANG BATUBARA
Inhalasi debu batubara >20 tahun pneumokoniosis

Simple coal workers pneumoconiosis


Gejala minimal
Perselubungan halus
Spirometri normal atau VEP1
PNEUMOKONIOSIS PEKERJA
TAMBANG BATUBARA
Complicated coal workers pneumoconiosis
Fibrosis masif progresif penurunan fungsi
paru berat (obs & rest)

Faktor :
Terdapat silika bebas
Konsentrasi debu tinggi
Infeksi mikobakterium
Imunologi buruk
COMPLICATED COAL
WORKERS PNEUMOKONIOSIS
~ Fibrosis ~ KV ~ Restriksi
~ Emfisema ~ VEP1 ~ Obstruksi

Gejala :
Melanoptisis
Batuk
Sesak
Kor pulmonal
Gagal napas
SILIKOSIS
SILIKA

Menyusun 15% lapisan kerak bumi


Tdd :
1. Crystalline Silica (regulated)
has a diagnostic X-ray diffraction
pattern
2. Amorphous Silica (not regulated)
without form
cannot distinguish by X-ray diffraction
Glass is common example
SILIKOSIS
Inhalasi debu silika
Merupakan penyakit pneumokoniosis
yang paling sering, karena banyak
tempat kerja yang berpotensi
mengandung debu silika
Ada 3 bentuk : - Silikosis kronik
- Silikosis terakselerasi
- Silikosis akut
Penyakit tetap berkembang meskipun
pajanan telah tidak ada.
Debu silika terlepas pada proses
pemecahan dan penghancuran batu, pasir,
beton dan beberapa batuan lain
Pekerja tambang baik yang dipermukaan
maupun di bawah tanah, penggalian,
pengecoran dan pekerja pabrik gelas,
keramik, dan lain-lain sangat berpotensi
menderita silikosis.
GEJALA KLINIS

Gejala klinis silikosis adalah :


Nafas pendek sukar bernafas
Batuk berat
Wheezing
Nyeri dada
Takipnea
Ekspirasi memanjang
Ronki
Clubbing fingers
Sianosis pada kasus yang berat
Penyakit silikosis ini juga dapat menyebabkan
kematian bila sudah stadium lanjut dimana
terjadi gangguan pada korpulmonale.
Pada pemeriksaan fungsi paru didapatkan
penurunan kapasitas fungsi paru.
Seorang penderita dengan silikosis kronik
mempunyai resiko menderita tubekulosis yang
lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak
menderita silikosis kronik.
Dan salah satu efek yang ditakutkan dari
silikosis adalah terjadinya kanker paru. The
International Agency for Research on Cancer
(IARC) mengklasifikasikan silikosis sebagai
penyebab kanker paru pada manusia.
SILIKOSIS
Inhalasi debu silika
~ Tambang logam dan batubara
~ Industri keramik, batubara
~ Pemotongan batu, pemahat, pemoles
~ Penggalian terowongan
~ Penuangan besi, baja
~ Pembuatan gigi enamel
~ Pabrik semen
~ Pabrik amplas
~ Pabrik gelas
SILIKOSIS KRONIK
Inhalasi >15 tahun
Bentuk yang paling sering
Pajanan dihentikan, penyakit terus
berjalan
~ Spirometri : restriksi, obstruksi
~ Radiologis : Eggshell calcification
~ Sering infeksi tuberkulosis,
silikotuberkulosis
SILIKOSIS TERAKSELERASI
Menyerupai silikosis kronik
Berkembang lebih cepat fibrosis masif
Biasa ada infeksi mikobakteri tipik atau
atipik
Pajanan berlangsung 5-10 tahun
Radiologis fibrosis yang lebih difus dan
iregular
Gagal napas karena hipoksemia
SILIKOSIS AKUT
Jarang ditemukan. Terjadi karena pajanan
silika bebas kons. Tinggi dan berlebihan
dalam waktu singkat.

Pada silikosis akut, penyakit ini terjadi


setelah beberapa minggu atau bulan terpajan
debu silika crystalline
SILIKOSIS AKUT
Silikosis akut sering disebut juga
silicoproteinosis,

Berkembang setelah 1-3 years pajanan ,


lebih cepat daripada accelerated silicosis.
Onset 8-18 bulan s.d. 3-5 tahun.
Disease Classes of Silicosis

1. Acute Silicosis (Highest Exp.)


Latency of weeks to 5 years

2. Accelerated Silicosis (High Exp.)


Latency of 5 to 10 years

3. Chronic Silicosis (Moderate Exp.)


Latency >15 years
Gambaran foto toraks
Silikosis yang mengalami
komplikasi menjadi progresif
Masif fibrosis.
kalsifikasi parenkhim,
kalsifikasi pleura .
FOTO TORAKS

Silikosis simpel kronik Silikosis simpel Konglomerasi di lobus


atas kanan
STRATEGI PENGOBATAN
SILIKOSIS SECARA TEORITIS

Secara fisis menghilangkan debu dari paru.


Meningkatkan transpor paru untuk
menghilangkan debu.
Menurunkan respons inflamasi terhadap
partikel mineral.
Mengurangi fibrosis jaringan yang terjadi
akibat inflamasi.
PENGOBATAN

Tidak ada pengobatan spesifik dan efektif pada


penyakit paru yang disebabkan oleh debu industri
Bila faal paru telah menunjukkan kelainan obstruksi
pada bronkitis industri, berarti kelainan telah menjadi
ireversibel
Pengobatan umumnya bersifat simptomatis, yaitu
mengurangi gejala. Obat lain yang diberikan bersifat
suportif.
Tindakan pencegahan merupakan tindakan yang
paling panting pada penatalaksanaan penyakit paru
akibat debu industri
Pekerja hendaklah berhenti merokok terutama bila
bekerja pada tempat-tempat yang mempunyai risiko
terjadi penyakit bronkitis industri dan kanker paru,
karena asap rokok dapat meninggikan risiko
timbulnya penyakit

Penilaian Kecacatan
Penilaian kecacatan di bidang paru termasuk yang di
atur dalam Kepmenakertrans no 79 tahun 2003
mengenai pedoman diagnosis dan penilaian cacat
karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja
Diagnosis Silicosis
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa Pemeriksaan Penunjang yang bisa dilakukan
untuk membantu diagnosis Silikosis akut antara lain :
Pemeriksaan Foto Thoraks, pemeriksaan ini dapat
mengetahui kelainan yang ada di dalam paruparu.
Tes Fungsi Paru : terdapat penurunan cepat fungsi paru,
retriksi berat ( spirometri)
Pemeriksaan Tuberkulosis, karena Pasien dengan silikosis
mudah untuk menderita tuberkulosis.
Diagnosis Silicosis
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan chest radiogram, terdapat sedikit
nodul silikosis, agak difus, merupakan surfaktan-
like liquid di alveoli
Pemeriksaan Foto Thoraks,

Silicosis showing as nodular mass on a chest x-ray.


Diagnosis silicosis akut sering terlewatkan,
pajanan singkat, karena onset gejala yang
cepat, serta gambaran radiologis yg mirip
edema paru, pneumonia, pulmonary edema
atau alveolitis alergi akut
Penatalaksanaan

Fokus pada terapi suportif/paliatif :

- Membatasi pajanan iritan paru dan mengurangi


merokok

- Cough suppressant

- Bronkodilator inhalasi
Penatalaksanaan

Chest physiotherapy :
Pengeluaran sputum ( utk membantu batuk dan bronchial drainage
sputum), dengan chest percussion or vibration (gentle tapping of
the chest) dapat dilakukan.

Meningkatkan konsumsi minum

Pemberian oksigen (canul/mask),ventilasi mekanik (berat)


Antibiotik (jika ada infeksi)
Komplikasi

Silicosis dapat berkembang menjadi :


- pulmonary tuberculosis (TB) and fibrosis, yg
dapat menyebabkan respiratory insufficiency and
cor pulmonale.

Patients dgn silicosis berisiko tinggi menderita TB.


Kemungkinan disebabkan oleh interfernsi silica terhadap sistem
imun untuk melawan infeksi bakteri penyebab TB
- Infeksi Jamur
- kanker paru
Pencegahan
Jenis pekerjaan yang berisiko terpajan debu silika,
disarankan untuk melaksanakan langkah-langkah
untuk membantu mencegah silikosis, yaitu :
Menghindari bekerja dalam tempat yang berdebu .

Penggunaan spray air ( debu basah dengan air,


menggunakan bor dan gergaji mesin yang sudah diberi
air, dan mempertahankan ventilasi yang baik di tempat
kerja tertutup).
Pencegahan
Jika memungkinkan, memakai repiratoir khusus
melindungi dari silika kristalin, dengan tidak berjenggot
dan berjambang.

Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala

Melaksanakan praktek personal higin yang baik di


tepat kerja.

Tidak makan, minum dan merokok di tempat kerja


berdebu.
Pencegahan

Setelah terpajan debu, selalu mencuci


tangan sebelum makan, minum, dan
merokok.

Memarkir kendaraan di tempat yang tidak


terkontaminasi debu.

Mandi dan mengganti pakaian kerja


sebelum pulang ke rumah.
Schematic of Phagocytosis
BISSINOSIS
Penyakit jalan napas akut dan kronik
Pekerja kapas, kain linen, serat rami
Rasa dada tertekan, mengi dan sesak
napas waktu kembali bekerja
Monday chest tightness atau Monday
fever
BISSINOSIS
(brown lung disease, cotton bract, cotton lung disease)

Foto toraks normal


Kapasiti difusi biasanya normal
Gejala biasa timbul pada hari pertama
kerja, berkurang pada hari kedua dan
selanjutnya
Pajanan berlanjut gejala akan makin
berat
DIAGNOSIS

Ada tiga kriteria:


Riwayat pajanan yang pasti terhadap debu kapas, rami
dan sisal
Gejala gejala bisinosis yang dikenali dengan kuesioner
dan pada beberapa kasus manifestasi klinis bronkitis
kronik
Penurunan kapasiti ventilasi selama jam kerja yang
lebih berat pada penderita bisinosis daripada individu
normal , dan umumnya lebih tinggi pada hari pertama
minggu kerja dibandingkan hari lainnya.
DERAJAT
Schilling
Derajat 0 : Tidak ada gejala bisinosis

Derajat 1/2 : Kadang-kadang rasa dada tertekan pada


hari pertama minggu kerja.

Derajat 1 : Perasaan dada tertekan pada setiap hari


pertama minggu kerja.

Derajat 2 : Perasaan dada tertekan terjadi pada hari


pertama dan hari-hari selanjutnya.

Derajat 3 : Gejala pada derajat 2 ditambah dengan


berkurangnya toleransi terhadap aktiviti secara
menetap dan atau pengurangan kapasiti ventilasi
PENATALAKSANAAN

Menghilangkan sumber pemajana dari


bahan penyebab
Bronkodilator, baik dalam bentuk hirup
maupun tablet
Korticosteroid
Terapi pernapasan berupa nebulizer dan
drainase postural.
Menghentikan kebiasaan merokok!
PROGNOSIS

Penurunan kapasiti ventilasi selama jam kerja


berlangsung sementara, dan pada stadium dini
kelainan ini dapat pulih .
Penurunan VEP1 per tahun yang lebih besar
diantara para pekerja tekstil dengan riwayat
pajanan debu yang lama, bila dibandingkan
dengan mereka yang tidak terpajan.
PENCEGAHAN

Subtitusi bahan
Teknis:-ventilasi yang tepat (missal alat
penyedot debu dengan ventilasi
pengeluaran ke arah bawah).
-menutup tempat kerja berdebu
(pemisahan biji kapas)
APD:masker dgn filter
Edukasi, peraturan perundangan
ASBESTOSIS
Inhalasi asbes :
~ Tambang
~ Penggilingan
~ Transportasi
~ Pengapalan
Pajanan dihentikan penyakit
berjalan terus
Sering menyebabkan kanker bronkus,
mesotelioma
ASBESTOSIS
Gejala :
~ Sesak napas progresif
~ Batuk
~ Berat badan
~ Kor pulmonal
Faal paru :
~ Kelainan restriksi
~ Kapasiti difusi
PENYAKIT AKIBAT ASBES
1. Asbestosis.
2. Benign asbestos pleurisy.
3. Pleural plaque.
4. Diffuse pleural thickening.
5. Rounded atelectasis
6. Malignant mesothelioma.
7. Bronchogenic carsinoma.
8. Benign nodule.
Salah satu yang terpenting adalah keselamatan
kesehatan pekerja :

Menurunkan ambang paparan debu asbes ditempat kerja.

Pembersihan mesin yang mengandung debu asbes


dilakukan dengan penghisapan hampa udara.

Perlindungan dengan masker.

Para pekerja harus menjalani pemeriksaan rutin mulai


dari masuk kerja secara periodik dengan foto thoraks,
spirometri.
Adalah pneumokoniosis yang timbul akibat menghirup debu
yang mengandung berrylium berupa logam, oksida,
sulfat,klorida dan flourida menyebabkan bronkitis dan
pneumonitis.

Penyakit ini umumnya didapat pada pekerja :


Pekerja membuat alliage berrylium-tembaga.
Pekerja pabrik pembuat tabung radio.
Pekerja pembuat tabung-tabung fluoresent.
Pekerja di sumber tenaga atom.
Pada tahap awal dimulai dengan:
Nasofaringitis dan traheobronkitis
Demam ringan, batuk kering dan sesak nafas.
Berlanjut dengan pneumonitis dimulai dengan
demam semakin berat, batuk berdahak, sakit
dada, sesak nafas, penurunan berat badan
Bila keadaan bertambah berat disertai kelelahan
pada waktu bekerja ringan.
Pengobatan seperti pneumokoniosis lainnya belum ada yang
pasti, hanya simptomatis saja.

Pencegahan merupakan hal yang penting :


Menurunkan kadar ambang paparan dengan ventilasi yang
baik.
Pemakaian alat perlindungan tubuh: masker, baju
khusus.
kebersihan pekerja sebelum pulang dianjurkan untuk mandi
dan cuci tangan yang bersih sebelum makan.
Adalah pneumokoniosis yang diakibat inhalasi
debu ang mengandung persenyawaan besi.
Penyakit ini tidak begitu berbahaya dan tidak
progressif.
Sinderosis terdapat pada pekerja yang menghirup
debu dari pengelolaan biji besi.
Biasanya pada siderosis murni tidak terjadi fibrosis
atau emphysema sehingga tidak ada pula cacat paru.
Siderosis semakin berat hanya bila bersamaan
dengan silikosis.
Adalah pneumokoniosis akibat terinhalasi debu timah putih
dan tidak begitu berbahaya.
Penyakit ini dijumpai pada:
Pekerja pengelolahan biji timah
Penambang biji timah putih
Pada stanosis tidak terdapat fibrosif massif, tidak ada tanda-
tanda cacat paru dan jarang menimbulkan komplikasi.
Pada tahap awal foto toraks menunjukan penambahan
corakan paru yang disertai pelebaran hilus. Kemudian
menampakan bentuk noduli didaerah sela iga ke tiga, mula-
mula diparu kanan lalu paru kiri.
Lebih lanjut penambahan corakan hilang, sedangkan noduli
semakin jelas dan opak.
Adalah pneumokoniosis akibat terinhalasi debu timah putih dan
tidak begitu berbahaya.

Penyakit ini dijumpai pada:


Pekerja pengelolahan biji timah
Penambang biji timah putih

Pada stanosis tidak terdapat fibrosif massif, tidak ada tanda-tanda


cacat paru dan jarang menimbulkan komplikasi.

Pada tahap awal foto toraks menunjukan penambahan corakan paru


yang disertai pelebaran hilus. Kemudian menampakan bentuk noduli
didaerah sela iga ke tiga, mula-mula diparu kanan lalu paru kiri.

Lebih lanjut penambahan corakan hilang, sedangkan noduli semakin


jelas dan opak.
PENCEGAHAN PENYAKIT
PARU KERJA
PENCEGAHAN PENYAKIT
PARU KERJA
Penatalaksanaan terpenting, karena pada
umumnya tidak ada pengobatan yang efektif
pada penyakit paru kerja. Ada tiga macam
pencegahan, yaitu:
Pencegahan primer
Pencegahan sekunder
Pencegahan tersier
PENCEGAHAN PRIMER
Pencegahan primer adalah melakukan
usaha atau tindakan agar pekerja
tidak terpajan zat-zat berbahaya
PENCEGAHAN PRIMER
Peraturan tenaga kerja
Modifikasi alat-alat industri
Seleksi calon pegawai :
Pemeriksaan pekerja sebelum
mulai bekerja
PENCEGAHAN PRIMER

Peraturan dan perundangan :


UU No 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja
UU No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga
kerja
Pasal
2: Hak untuk mendapatkan
kompensasi atas kecelakaan kerja
Keputusan Presiden No 22 Tahun 1993 tentang
Penyakit penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan
UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
PENCEGAHAN SEKUNDER

Usaha menghindari pekerja yang


terpajan zat tidak menjadi sakit
PENCEGAHAN SEKUNDER
Identifikasi zat
Menurunkan kadar debu:
- perbaikan ventilasi
- pemakaian uap air
Subsitusi zat yang berbahaya
Pemeriksaan berkala pekerja, faal
paru dan radiologis
PENCEGAHAN SEKUNDER

Alat pelindung diri (APD) :


~ filtrasi
~ adsorbsi pekerjaan singkat dan
risiko pajanan tinggi
~ kenyamanan pemakaian
~ cara pemakaian dan pemeliharaan
PENCEGAHAN SEKUNDER

- Alat pelindung diri (APD) :


- filtrasi (jenis jenis filter)
- cara pemakaian dan kenyamanan
pemakaian
- Fit tes
PROGRAM PERLINDUNGAN
PERNAPASAN
Pemilihan APD yang sesuai
PENCEGAHAN TERSIER

Pencegahan tersier adalah mencegah


terjadi komplikasi pada pekerja yang
sudah terkena penyakit paru akibat kerja
PENCEGAHAN TERSIER

Mengistirahatkan pekerja
Memindahkan dari tempat yang
terpajan
Pemeriksaan berkala untuk
evaluasi penyakit
KESIMPULAN

Kewaspadaan terhadap pajanan kerja sebagai


penyebab merupakan hal penting.
Anamnesis okupasi suatu keharusan
Penetapan hubungan dengan pekerjaan
berdasarkan bukti objektif terkait pajanan dan
gejala.
Sistem rujukan antara dokter line depan,
pulmonoloog, dan spesialis okupasi merupakan
keharusan.

Anda mungkin juga menyukai