Intoksikasi Gromoxone
Oleh :
Reki Hendika
110070100066
Pembimbing :
Dr. Elfi Fitraneti, Sp.PD
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK
Universitas Baiturrahmah
Definisi intoksikasi
Toksikologi (berasal dari bahasa Yunani yaitu tokskos dan logos yang
merupakan studi mengenai perilaku dan efek yang merugikan dari
suatu zat terhadap suatu organisme/ makhuk hidup).
Etiologi Intoksikasi
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan
keracunan, antara lain :
1. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai
golongan seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ),
golongan gas (nitrogen metana, karbon monoksida, klor ), golongan
logam (timbal, posfor, air raksa,arsen) ,golongan bahan organik
(akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol).
Klasifikasi intoksikasi
Self Poisoning: Pada keadaan ini pasien makan obat dengan dosis
berlebihan tetapi dengan pengetahuan bahwa dosis ini tidak akan
membahayakan. Jadi pasien tidak bermaksud untuk bunuh diri,
biasanya hanya untuk menarik perhatian lingkungan sekitarnya. Pada
anak muda kadang-kadang dilakukan untuk coba-coba tanpa disadari
bahwa tindakan ini dapat membahayakan dirinya.
Attemted suicide: dalam hal ini, pasien memang bermaksud untuk
bunuh diri, tetapi bisa berakhir dengan kematian atau pasien sembuh
kembali bila ia salah tafsir tentang dosis yang dimakanya.
Narkotik, barbiturate, dan alkohol terutama berpengaruh pada susunan syaraf pusat.
Digitalis, asam oksalat terutama berpengaruh terhadap jantung.
Strychine terutama berpengaruh terhadap sumsum tulang belakang.
CO, dan HCN terutama berpengaruh terhadap darah dan enzim pernafasan.
Cantharides dan HgCl2 terutama berpengaruh terhadap ginjal.
Insektisida golongan hidrokarbon yang di-chlor-kan dan phosphorus terutama
berpengaruh terhadap hati.
Gejala klinis
Penampilan secara
Umum
Tekanan darah
Hipotensi
(phenothiazine),
Hipertensi
phenylpropanolamine, antikolinergik)
(kortikosteroid,
cocaine,
Jantung
Temperatur
Respirasi
Otot
Kulit
Mata
Hidung
Abdomen
Bau
Bisa dilihat dari Keringat, Mulut, Pakaian, Sisa Muntah: Alkohol (etanol,
cleaner), Aceton/Nail Remover (Aceton, Metabolic acidosis), Ammonia
( Ammonia), Almond (Sianida), Pemutih/Klorine (Hipoklorit, klorin),
Disinfektan (Kreosat, Phenol, Tar), Formaldehyde (formaldehyde, methanol,
Bawang (Arsenik, Dimethylsulfoxide, Malation, Paration, Phospor kuning),
Asap (nikotin, carbonmonoksida), Pelarut organik (diethyl eter, chloroform,
dichloromethane), Kacang (rodentisida)
Penegakan diagnosis
Dalam hal ini anamnesa dapat membantu menegakan diagnosis,
walaupun harus selalu dicocokan dengan tanda yang ditemukan,
karena suatu botol yang dipegang pasien mungkin bukan berisi zat
penyebab keracunan. Jadi diagnosis memang sulit ditegakan.
Pada pengelolaan pasien keracunan yang paling penting adalah
penilaian klinis, walaupun sebabnya belum diketahui. Hal ini
disebabkan karena pengobatan simptomatik sudah dapat dilakukan
terhadap gejala-gejalanya. Diantara yang sangat penting pada
permulaan keracunan ialah derajat kesadaaran dan respirasi.
Terapi intoksikasi
Tindakan dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu: tindangan ABC dan
Usaha Terapetik lain-nya , serta pemberian antidot.
A. Airway (Jalur Napas)
Usahakan saluran napas tetap bebas sehingga pasien dapat bernapas
secara spontan. Pasien diletakkan pada posisi berbaring dan usahakan
tidak ada benda asing, sisa makanan, darah, atau muntah dari dalam
mulut.. Selain itu usahakan posisi lidah tidak menghalangi saluran
napas. Apabila perlu, pasang pipa endotrakeal.
B. Breathing (Pernapasan)
Pada tindakan ini , pernapasan pasien perlu dijaga agar tetap baik. Bila
perlu, dilakukan pernapasan buatan. Tetapi pemberian oksigen murni
tidak boeh lebih lama dari 6-8 jam. Karena dapat terjadi udema paruparu yang tokisk yang menyebabkan difusi O2 dan CO2 terhambat.
Jika dipastikan terjadi udema paru-paru maka: letakkan tubuh bagian
atas pada posisi yang tinggi, pemberian oksigen, menyedot sekret yang
ada, pemberian furosemida 60-200 mg iv., digitalis misal digoxin 0,25
iv, untuk pencegahan infeksi dapat diberikan antibiotika golongan
penisilin yang berspektrum luas.
Decontamination (Pembersihan)
B. Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi absorbsi bahan
racun dengan melakukan pembersihan. Hal ini tergantung
dari bagaimana cara bahan tersebut masuk kedalam tubuh.
C. Eliminasi
Peningkatan ekskresi kedalam urin dengan cara diuresis dan
pengubahan pH urin.
Hemodialisa.
Antidotum spesifik
NO.
1.
ANTIDOTU
INDIKASI
M
Aluminium Keracunan
silikat
paraquat,
bentonit
diquat
CARA KERJA
2.
Atropin
Keracunan
obat/bahan
dengan efek
muskarinik
Memblok reseptor
muskarinik
3.
Kalsium
glukonat
50% i.v
Keracunan
fluorida
Mengikat ion Fe
yang timbul
hiperkalemia
Mengurangi
paralisis otot lurik
Memblok absorpsi
lewat usus
DOSIS
250 ml suspensi
30% tiap jam untuk
24-48 jam (selalu
diberikan bersama
MgS)
1,2-2,4 mg ulangi
tiap 5-10 menit
sampai tampak
tanda atropinisasi
(mulut kering,
pulsus >70x/menit)
2,5% gel untuk
luka bakar kulit,
10% injeksi pelan
10 ml
10-20 g dalam 25
ml air diikuti 10 ml
Dekstrosa
Meningkatkan kadar
gula darah
50 ml larut
Dicobalt edetate
Mengikat sianida
menjadi cobaltisoanid
atau cobaltosianid
Dimercaprol
Kelasi logam
Meningkatkan ekskresi
ion karbonat
NaK-edetate
(CaEDTA)
Keracunan Pb
Kelasi
Na-Nitrit
Keracunan sianida
dan derivatnya atau
hydrogen sulfide
Membentuk metHb
yang mempunyai
afinitas tinggi
terhadap ion CNdan HS- sehingga
terbentuk
sianometHb dan
sulfurmetHb
Na-tiosulfat
Keracunan sianida
dan derivatnya
Meningkatkan
cadangan tiosulfat
tubuh yang penting
untuk mengubah
CN- menjadi
tiosianat
Golongan
Insektisida
Organofosfat
Tujuan
Penatalaksanaan
Organoklorin
Herbisida
Derivat bipyridil
(paraquat, diquat)
Dinitrofenol
Berendam es
Pemberian O2
Koreksi cairan dan
elektrolit
Fungisida
Pentachlorophenol
Meningkatkan eliminasi
melalui feses
Cholestyramine
Hexachlorobenzene
Meningkatkan eliminasi
melalui feses
Dithiocarbamat
Rodentisida
Warfarin
Strychnine
respirasi
dizepam
intubasi dan ventilator mekanik
Asam fluoroasetat
gliserol monoasetat
Thallium
-naphthylthiourea
(eksperimental)
Fumigant
Sianida
Methyl bromide
Obat-obat
mengembalikan
sulfhidril
yang
aktivitas
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. II
Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bukit Tandang
No MR : 135057
Pekerjaan
: Berladang
Anamnesa
Keluhan Utama:
Pasien meminum racun rumput 1 jam sebelum masuk rumah
sakit.
Riwayat psikososial
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, memiliki 3 orang
anak. Malam sebelum pasien meminum racun rumput
tersebut pasien bertengkar dengan suaminya dan pasien
sempat menangis dan marah-marah dan kemudian
menbentur-benturkan kepalanya ke dinding.
Riwayat kebiasaan:
Pasien memiliki kebiasaan meminum kopi dan teh pada pagi
dan malam hari. Pasien biasa merokok setengah bungkus
perhari dan bisa lebih apabila sedang ada masalalah dan
fikiran sedang kacau.
Pemeriksaan Fisik
Vital sign
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran
: composmetis cooperatif
: 85x
kali/menit
Nafas
: 92x
kali/ menit
Suhu
: 36,8
Mulut :
Sekitar bibir terdapat lebam dan luka lecet di pinggir bibir
Lidah tampak memerah
Gigi pada M1,2,3 atas dan bawah tampak caries
Leher :
JVP (5-2 mmH2O), tidak ada pembesaran KGB submandibula,
sepanjang m. Sternocleidomastoideus, supra dan infra clavicula.
Paru-paru:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:Sonor
Auskultasi
Abdomen:
Inspeksi : normal, tidak ada sikatrik, distensi(-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal: Normal
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+)
: 24,3 mg/dl
Diagnosa Kerja
Intoksikasi Gromokson
Diagnosa Banding
Aspirasi Pneumonia
Terapi
IVFD Rl 8 jam/kolf
IVFD RL : DS % 2:2 6 jam/kolf
Oksigen 2 3 liter
Ranitidin 2 x 1 (Inj IV)
Cefotaxim 2 x 1 (Inj IV)
Dexametason 2 x 1 ( Inj IV)
Injeksi Lasix 1 x 1 ( Inj IV)
Metil Prednisolon 2 x 62,5 (Inj IV)
Sulkrafat Syrp 4 x cl
Bicnat 3 x 1
Follow Up
Hari/
Subject
Objective
Assesment
tanggal
Rabu/ 28
-Panas di tenggorokan
KU : Sedang
Dx :
Nyeri dada
Kes : CMC
Septem 2016
Anjuran
-
TD : 120/80 mmHg
-BAB (+)
Nadi : 85 x/i
-BAK (+)
Nafas : 18 x/i
Suhu: 36,5 C
-IVFD RL : DS % 2:2 6
-Oksigen 2 3 liter
-Ranitidin 2 x 1 (Inj IV)
-Cefotaxim 2 x 1 (Inj IV)
-Dexametason 2 x 1 ( Inj
IV)
-Injeksi Lasix 1 x 1 ( Inj IV)
-Metil Prednisolon 2 x 62,5
(Inj IV)
Sulkrafat Syrp 4 x cl
Bicnat 3 x 1
-Observasi
-Bed Rest
Kamis/ 29
Sept 2016
-Intoksikasi
-IVFD RL : DS % 2:2 6
Gromoxone
jam/kolf
-Ranitidin 2 x 1 (Inj IV)
-TD:90/60 mmHg
-Nadi : 85 x/i
-Nafas:18x/i
-Suhu :36,50 C
IV)
-Metil Prednisolon 2 x
62,5 (Inj IV)
Sulkrafat Syrp 4 x cl
Bicnat 3 x 1
Jumat/ 30
Bibir
Sept 2016
melepuh
nyeri
Lidah
tampak
Kes : CMC
90/60 mmHg
-Sulit makan
-IVFD RL : DS % 2:2 6
Gromoxone
jam/kolf
-Ranitidin 2 x 1 (Inj IV)
-Cefotaxim 2 x 1 (Inj IV)
-Nadi= 70 x/i
-TD :
- Intoksikasi
-Nafas : 20 x/i
-Suhu = 360 C
-Dexametason 2 x 1 ( Inj
IV)
-Injeksi Lasix 1 x 1 ( Inj
IV)
-Metil Prednisolon 2 x
62,5 (Inj IV)
Sulkrafat Syrp 4 x cl
Bicnat 3 x 1
Sabtu, 1
-Rasa
perih
mukosa
bibir.
-Nadi=
80
kali/menit
-Lidah kemerahan.
-Nafas
=23
membuka
mulut.
-Sakit pada daerah
ulu hati.
-Suhu = 36,5 0 C
- Intoksikasi
Gromoxone
jam/kolf
-Sukralfat syrp 4 x 1 cl
kali
-Ranitidin 2x1 IV
ANALISA KASUS
Seorang pasien wanita umur 29 tahun masuk ke IGD RSUD Solok pada tanggal 27
September 2016, dengan kaluhan utama yaitu meminum racun rumput 1 jam sebelum
masuk ke rumah sakit. Racun rumput yang di minum pasien adalah jenis gromoxone jumlah
yang di minum oleh pasien sekitar 3 (tiga) tenggak minum, seingat pasien cairan yang
diminum oleh pasien berwarna biru. Racun rumput tersebut di beli sendiri oleh pasien
didekat rumah pasien. Pada malam hari sebelum kejadian pasien bertengkar oleh suaminya.
Pasien masuk ke IGD dengan keadaan tidak sadarkan diri, dan ketika sadar pasien
mengalami pusing yang hebat, pandangan kabur dan perasaan mual dan nyeri perut.
Kemudian pasien muntah dalam jumlah yang cukup banyak ketika di sedot cairan lambung
di IGD dan di berikan susu. Seingat pasien muntahan pasien berwarna kebiruan, pasien juga
mengalami nyeri pada tenggorokan, dan sangat sakit pada saat pasien menelan. Sebelumnya
pasien belum pernah mengalami/melakukan kejadian yang sama. Pada pemeriksaan fisik
pasien di temukan tekanan darah pasien 110/80, Nadi 85x/i, Nafas 92x/i, dan suhu 36,8C.
Pada pemeriksaan darah rutin yang di lakukan Hemoglobin 14,3 gr/dl, hematokrit 37,8 %,
Leukosit 10.430 L, Trombosit 351.000 L, Ureum 24,3 mg/dl, Creatinin 0,78 mg/dl, Ad
random 86%. Di tegakkan Diagnosis pada pasien yaitu dengan Intoksikasi Gromoxon.
Kesimpulan
Intoksikasi merupakan masuknya zat yang dapat membahayakan kesehatan
tubuh bahkan dapat membawa kepada kematian. Menurut jenis wujudnya
dapat dikelompokan menjadi padat, cair dan gas. menurut waktunya
dibedakan menjadi intoksikasi akut dan intoksikasi kronik. Untuk
penanganan pasien intoksikasi harus mengutamakan prinsip airway,
breathing dan sirkulasi. Kemudian setelah kebutuhan dasarnya terpenuhi
barulah pengelolaan untuk racun yang tertelan. Untuk mengeluarkan racun
yang masuk ke tubuh atau menguranginya dilakukan berbagai cara, seperti
contohnya untuk racun yang tertelan dapat di tangani dengan 3 cara seperti
penanganan untuk membuat pasien muntah, memasang pipa untuk bilas
lambung, memberikan obat pencahar, dan memberikan bubuk charcoal untuk
membantu proses penyerapan racun. Untuk penanganan lain dapat dilakukan
diuresis paksa, exchange transfusion, dialysis peritoneal dan hemodialisis.
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswara, S.G., 2007,Farmakologi dan Terapi,Edisi V, 826, Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta.
Hodgson, E. Dan Levi, P.E. 2000, A Textbook of Modern Toxicology, 2nd Ed, McGraw-Hill Higher
Education, Singapore.
Linden,C.H., burns,M.G., Poisoning and drug overdosage in Harrisons principles of internal
medicine Vol. 2, 16th edition, International edition, McGraw-Hill,2005.
Budiawan, Nat. 2008. Peran Tosiologi Forensik dalam Mengungkap Kasus Keracunan dan
Pencemaran Lingkungan. Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences; 1 (1): 35-39. Jakarta
ISFI. ISO informasi spesialite obat Indonesia. Vol.41. Jakarta: ISFI; 2006
Wirasuta, M. A. G., 2008. Analisis Toksikologi Forensik dan Interpretasi Temuan Analisis.
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciencies, Volume 1, pp. 47-55
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.