Anda di halaman 1dari 3

Nama : Afifus Shoheh

NIM : D.111.14.0010
Mata Kuliah : Teknologi Penyimpanan dan Pengemasn

Lumbung padi di kampung adat sunda ciptagelar Sukabumi


Leuit dalam bahasa sunda artinya : lumbung padi yaitu sebuah bangunan yang letaknya
terpisah dari Imah Gede / Rumah induk tempat berkumpul keluarga.

Sedangkan fungsi dari Leuit adalah tempat penyimpanan gabah yang memiliki
kemampuan tahan terhadap cuaca, tahan hama penyakit, dan memiliki sistem tata udara yang
baik. Sehingga gabah kering dapat disimpan dalam jangka panjang/lama.

Lumbung padi adalah sebuah lumbung yang digunakan untuk menyimpan dan
mengeringkan padi yang telah dipanen. Lumbung ini khusus didesain
berdasarkan fungsinya, dan bisa bervariasi berdasarkan negara atau provinsi. Lumbung padi
di Asia memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan lumbung padi yang berada di
lokasi budidaya padi lainnya di dunia. Di Amerika Serikat, lumbung padi pernah banyak
terlihat di negara bagian South Carolina.

Lumbung padi masyarakat Sunda Baduy (Leuit) berbentuk seperti rumah


panggung namun berukuran lebih kecil, tidak berjendela, dan hanya ada satu pintu yang
digunakan untuk memasukan dan mengeluarkan padi. Pintunya tidak terletak dekat dengan
tanah melainkan menyentuh atap sehingga dibutuhkan tangga untuk menjangkaunya. Gabah
dimasukan bersama dengan tangkai gabah yang sengaja disisakan ketika dipanen.
Lantai Leuit dibuat dari bilah-bilah kayu yang disusun sejajar namun tidak terlalu rapat.
Pondasi yang digunakan berupa batu kali yang pipih. Dinding Leuit
berupa anyaman bambu. Penutup atap dibuat dari susunan daun sagu dan ijuk yang dibuat
dari helai daun pohon aren. Atap diikat dan dikencangkan dengan pengikat rotan atau
anyaman bambu.

Lumbung Desa atau disebut juga Lumbung padi atau ada yang menyebutnya juga
lumbung paceklik adalah solusinya. Budaya teramat luhur yang sudah terbentuk sejak
ratusan tahun yang lalu kini sudah mulai luntur tertelan jaman. Jarang sekali petani bahkan
pemerintah desa yang memikirkan pentingnya lumbung desa sebagai cadangan pangan saat
paceklik.

Lumbung desa selain berfungsi sebagai cadangan pangan disaat paceklik juga
mempunyai nilai-nilai kegotong royongan yang tinggi. Mereka (petani) sadar betul bahwa
hidup ini harus dibangun dengan berwawasan hari esok sehingga mereka akan mempunyai
jiwa menabung walaupun hanya berbentuk gabah. Namun jauh didalamya terkandung nilai
berhemat. Mereka bersama-sama akan menyisihkan hasil panennya sebagian dalam bentuk
gabah sebagai jadangan pangan mereka disaat paceklik.

Semakin panjang perjalanan waktu lumbung padi kalah bersaing dengan budaya kredit
bank yang semakin menguasai keadaan. Petani disaat paceklik akan meminjam uang dari
bank kemudian akan mengembalikannya disaat panen dengan tambahan bunga 1-2,5 %.

Keterpurukan petani akan diperparah dengan anjloknya harga jual gabah disaat musim
panen tiba yang selalu lebih rendah dibanding dengan harga jual gabah yang ditetapkan oleh
pemerintah. Adanya tengkulak juga akan semakin memperburuk keadaan petani
dikarenakan akan mengurangi margin keuntungan petani dan menjadi pemicu harga jual
gabah menjadi rendah.

Keterbatasan keuangan petani akan menyebabkan ketidakberdayaan mereka, dilematis


memang. Dalam kondisi harga gabah murah yang seharusnya mereka menunda menjual
hasil panen, namun mereka tidak berdaya karena kebutuhan hidup yang semakin mencekik
mereka. Mau tidak mau akhirnya mereka harus menjual hasil panennya bahkan sebelum
panen kadang-kadang mereka harus melepas hasil panen mereka ke tangan tengkulak.

Ada modifikasi formulasi lumbung desa dan perkreditan rakyat yang bisa diterapkan
sebagai penolong petani miskin. Pemerintah telah mencoba menerapkan Sistem resi gudang
dibeberapa daerah diantaranya Kab Banyumas (Kec Rawalo) dan Kab Demak. Gudang
dengan kapasitas hingga 300.000 ton gabah ini diharapkan mampu menopang kebutuhan
petani disaat paceklik. Disaat panen diharapkan petani menyimpan hasil panennya di gudang
tersebut lalu mereka mendapatkan resi yang bisa digunakan untuk agunan pengambilan
kredit di bank yang ditunjuk. Namun apa daya tidak semua petani bisa mengakses fasilitas
tersebut. Selain kerumitan administrasi dan transportasi proses ke gudang sepertinya pihak
bank juga setengah hati dalam melayani kredit petani tersebut.

Prinsip modifikasi tersebut sebenarnya bisa diterapkan dalam skala yang lebih kecil
(kelompok tani atau desa). Pihak gudang membeli gabah petani saat panen dengan harga
rendah kemudian menjualnya disaat harga tinggi, keuntungan dari selisih penjualan tersebut
tinggal dibagi dua untuk pengurus gudang dan petani. Kendala utama dari sistem tersebut
adalah modal usaha. Jika modal yang akan digunakan adalah berasal dari kredit bank, bunga
bank yang relatif tinggi akan menjadi kendala yang kedua.

Bagaimanapun juga budaya lumbung desa harus dibangkitkan kembali karena ini
merupakan warisan nenek moyang yang memiliki nilai luhur dan manfaat yang tinggi.
Berawal dari diri kita marilah kita gugah pemikiran rekan-rekan penyuluh, rekan-rekan
petani dan reka-rekan penentu kebijakan dalam hal ini adalah pemerintah bahwa betapa
pentingnya keberadaan lumbung padi sebagai penopang kesejahteraan petani di suatu desa.

Anda mungkin juga menyukai