Anda di halaman 1dari 12

SOLIDARITY 4 (1) (2015)

SOLIDARITY
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidarity

MODAL SOSIAL PETANI CENGKEH DALAM MENDUKUNG USAHA


PERTANIAN TANAMAN CENGKEH (Studi Kasus di Desa Ketanda
Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas)

Imam Malik, Moh. Solehatul Mustofa, Asma Luthfi


Email:imammalik07@gmail.com

Jurusan Sosiologi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________
SejarahArtikel: Artikel ini bertujuan untuk membahas peran modal sosial petani cengkeh dalam
Diterima Mei 2015
Disetujui Juni2015
mendukung usaha pertanian tanaman cengkeh. Lokasi penelitiannya di Desa
Dipublikasikan Juni Ketanda, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas. Pertanian cengkeh adalah
2015 salah satu pertanian yang pernah menjadi komoditi unggulan bagi petani di
________________ Indonesia, begitu juga bagi petani di Desa Ketanda, hingga akhirnya petani harus
Keyword: merugi karena cengkeh tidak laku di pasaran. Saat ini hanya beberapa petani cengkeh
Social Capital, Farmer, yang masih bertahan untuk tetap bertani cengkeh, hal ini tidak terlepas dari modal
clove sosial yang dimiliki oleh para petani cengkeh. Hasil Penelitian menunjukan bahwa
____________________ petani memiliki alasan kuat untuk tetap mempertahankan pertanian cengkeh yang
dimiliki. Alasan petanidalammempertahankanpertaniancengkehnya diperoleh dari
modal sosial yang dimiliki oleh para petani cengkeh. Modal sosial yang dimaksud
yaitu berupa jaringan, trust, serta nilai dan norma. Petani memanfaatkan modal sosial
yang mereka miliki melalui beberapa cara, yaitu: memanfaatkan jaringan untuk
meningkatkan kemampuan pertanian cengkeh petani, untukmendistribusikan hasil
panen, memanfaatkan nilai dan norma sebagai pengendaliandidalam usaha pertanian
cengkeh, serta menjadikan trust sebagai dasar dalam mengambangkan pertanian
cengkeh.Modal sosial yang dimiliki petani cengkeh saat ini berperan sebagai sarana
informasi untuk mengembangkan pertanian cengkeh serta sebagai sarana untuk
mendapatkan akses untuk melakukan pengembangan usaha pertanian cengkeh di
Desa Ketanda.
Abstract
___________________________________________________________________
This article to discusses about social capital of farmer clove in supporting agricultural clove
business. The location of the research is in Ketanda, Sumpiuh, Banyumas regency. Agricultural
clove is one of agriculture that had ever been superior commodity for the farmers in Indonesia,
especially in Ketanda. However, the farmers ever got lost because the clove was costless in the
market. Today, there are some of the farmers who are able to maintain in this agriculture.
Those are not separated from social capital from the farmers clove. The research showed that
the farmers have forceful reason to maintain agricultural clove. It is gotten from social capital of
the farmers. It is is channel, trust, norm and value. Farmers use their social capital in some
effort, these efforts are: maintenance and replanting efforts cloves, distribution effort yields,
attempts to impose values and norms in agricultural activities clove, and make the trust as a
basis for agricultural float clove The social capital has role as information medium in
agricultural clove, and it is as getting access information about agricultural clove.
© 2015UniversitasNegeri Semarang


Alamatkorespondensi: ISSN 2252-7133
Gedung C7 Lantai 1 FIS Unnes
KampusSekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: unnessosant@gmail.com
Imam Malik, dkk / Solidarity 4 (1) (2015)

PENDAHULUAN kecil belum ada kemajuan yang berarti.


Sentra usaha pertanian cengkeh Perkebunan petani yang pernah dipenuhi
merupakan salah satu usaha pertanian yang tanaman cengkeh masih disi dengan berbagai
pernah menjadi unggulan bagi petani. Cengkeh macam tanaman dari tanaman buah hingga
pernah menjadi komoditi ekspor oleh tanaman kayu, bahkan tanaman cengkeh yang
pemerintah, serta memberikan peluang ekonomi tersisa semakin berkurang karena terus
yang besar bagi petani. Lonjakan harga cengkeh ditebangi, tanpa digantikan dengan tanaman
terjadi saat kebutuhan industri terhadap cengkeh cengkeh yang baru. Meskipun demikian, saat ini
semakin tinggi. Harga tinggi membuat petani telah terlihat tanda-tanda adanya peningkatan
beramai-ramai untuk bertani pada usaha minat petani untu kembali menanam cengkeh,
cengkeh. Puncak kejayaan para petani cengkeh petani mulai kembali menanam beberapa pohon
terjadi pada dekade 1950-an hingga 1970-an, di pekarangan mereka, hal ini juga diperkuat
harga 1kg cengkeh setara dengan harga 1gr dengan banyaknya tempat tempat pembibitan
emas pada masa itu, (Prastowo dkk. 2007). cengkeh. akan tetapi keputusan petani untuk
Untuk kembali menyelaraskan harga, kembali menanam cengkeh hanya ujicoba, tanpa
pemerintah melakukan program swasembada ada kepastian dari dirimereka sendiri. Daripada
cengkeh. Program ini berhasil mencapai target, menanam pohon cengkeh secara umum petani
bahkan produksi cengkeh melampaui kebutuhan lebih banyak memilih menanam tanaman buah-
cengkeh nasional. Produksi yang berlebih buahan seperti durian, duku, dan rambutan,
membalikkan keadaan yang ada, hal ini sangat ataupun tanaman kayu yang bisa mereka panen
berdampak khususnya bagi para petani kecil di setiap 4-5 tahun.
desa-desa. Pada tahun 1990 hingga 1998-nan, Permasalahan besar yang dialami petani
harga cengkeh yang semula sangat tinggi turun cengkeh adalah ketakutan terhadap turunnya
hingga tingkat harga yang sangat rendah kembali harga cengkeh yang sudah terlanjur
(Prastowo dkk. 2007). Petani banyak yang mereka garap. Mereka harus mengeluarkan
memilih untuk tidak memanen cengkehnya modal besar untuk menggarap pertanian
karena ongkos panen yang lebih tinggi dari cengkeh, mulai dari menyiapkan lahan,
harga cengkeh yang ada, perkebunan cengkeh menyiapkan bibit hingga biaya perawatan
banyak yang dibiarkan oleh para petani, tanaman. Bagi para petani desa resiko
(Prastowo dkk. 2007). Tanaman-tanaman terjadinya kerugian adalah hal yang sangat
cengkeh mulai digantikan dengan tanaman- mereka hindari. Masyarakat dihadapkan pada
tanaman lain yang dianggap lebih menghasilkan masalah ketidakberanian mengambil resiko
oleh para petani. Harga yang tidak kunjung yang dikarenakan mereka tidak memiliki modal
membaik membuat para petani cengkeh harus pengembangan, dan kegagalan usaha akan
rela mengalami kerugian. mempengaruhi kehidupan ekonomi mereka
Masalah naik turunnya harga juga selanjutnya (Mustofa, 2005:92). Dalam kasus ini
dialami oleh para petani cengkeh di Desa petani memerlukan adanya dukungan dari pihal
Ketanda. Masyarakat Desa Ketanda pernah luar untuk mengatasi masalah yang mereka
merasakan tingginya harga cengkeh, bahkan miliki.
pembangunan desa berasal dari kas desa yang Meskipun secara umum petani cengkeh
terkumpul melalui penjualan cengkeh di Desa Ketanda tidak lagi menjadikan cengkeh
masyarakatnya. Kebanyakan dari masyarakat sebagai pertanian utama, akan tetapi ada
Desa Ketanda berbondong-bondong untuk beberapa petani yang tetap bertahan dan
bertani cengkeh, hingga akhirnya mereka harus mengupayakan lahan mereka tetap dipenuhi
merasakan kekecewaan karena harga cengkeh dengan pohon cengkeh. Beberapa petani tetap
turun menjadi sangat murah. Akibatnya membiarkan lahan mereka hanya ditanami
tanaman cengkeh dibiarkan mati tanpa ada cengkeh, meskipun kebanyakan petani lainnya
perawatan. mengambil pilihan lain dengan membiarkan
Secara umum keadaan pertanian pohon cengkeh mereka mati dan siap digantikan
cengkeh selama bertahun-tahun di tingkat petani tanaman jenis lain.
Imam Malik, dkk / Solidarity 4 (1) (2015)

Upaya beberapa petani yang tetap HASIL DAN PEMBAHASAN


bertahan dengan pertanian cengkeh Berikut ini diuraikan paparan hasil
mengindikasikan adanya hal yang menjadi penelitian dan pembahasan dengan
alasan bagi petani itu, alasan yang tidak dimiliki memfokuskan terhadap modal sosial yang
oleh petani lainnya. Alasan yang dimaksud dimiliki petani cengkeh di Desa Ketanda dalam
seperti adanya hubungan yang dimiliki oleh menjalankan usaha pertanian tanaman cengkeh.
petani dengan pihak luar, pihak yang mampu
Bentuk Modal Sosial Petani Cengkeh
memberikan informasi kepada petani untuk
Upaya petani cengkeh dalam
tetap bertahan, atau bahkan pihak yang mampu
mempertahankan pertanian cengkeh memiliki
menjamin untuk dapat menampung hasil
berbagai kendala. Hal ini terbukti bahwa saat ini
produksi dari petani. Menurut Hasbullah (dalam
tidak banyak dari masyarakat di Desa Ketanda
Suryono 2012:60), masyarakat selalu
yang masih mempertahankan pertanian cengkeh
berhubungan sosial dengan masyarakat lain
mereka, sebagian besar justru memilih untuk
melalui berbagai fariasi hubungan yang saling
berganti ke tanaman lain, kalaupun mereka
berdampingan. Hal ini menunjukan bahwa ada
masih memiliki tanaman cengkeh, tanaman
kemungkinan bahwa sekelompok petani
cengkeh yang ada tidak mendapatkan
memiliki informasi lebih yang datang dari
perawatan, dan dibiarkan begitu saja hingga
komunitasnya. Informasi ini memberikan
akhirnya mati. Meskipun ada yang masih
harapan tentang membaiknya harga cengkeh,
mempertahankan pertanian tanaman cengkeh,
jadi bukan sekedar harapan kosong yang penuh
kebanyakan dari mereka juga memanfaatkan
spekulasi. Berbeda dengan mereka yang tidak
lahan pertanian cengkeh untuk menanam
memiliki komunitas, mereka tidak memiliki
tanaman jenis lain.
informasi yang dapat meyakinkan mereka untuk
Peneliti melihat adanya upaya yang
tetap mempertahankan pertanian cengkeh
dilakukan oleh para petani cengkeh di Desa
mereka.
Ketanda sehingga mereka masih bertahan
Berdasar permasalahan yang ada
dengan pertanian cengkeh hingga saat ini.
penelitian ini mengkaji; (1) Bentuk modal sosial
Berbeda dengan petani lain yang bahkan ada
yang dimiliki oleh petani cengkeh di Desa
yang telah menebang seluruh pohon cengkeh
Ketanda; (2) Cara petani memanfaatkan modal
yang dimilikinya. Upaya yang dilakukan petani
sosial yang mereka miliki dalam mendukung
memperlihatkan adanya bentuk-bentuk modal
usaha pertanian tanaman cengkeh di Desa
sosial. Modal sosial atau social capital inilah yang
Ketanda; (3)Kontribusi dari modal sosial
memiliki peran terhadap pilihan petani untuk
tersebut dalam mengembangkan kembali
mempertahankan pertanian cengkeh mereka.
pertanian tanaman cengkeh oleh petani di Desa
Menurut Handoyo, modal sosialtidak berdiri
Ketanda.
sendiri, melainkan tertambat dalam struktur
sosial. Struktur sosial yang dimaksud menunjuk
METODE PENELITIAN
pada hubungan (relation), jaringan (network),
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa
kewajiban dan harapan (expectation), yang
Ketanda, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten
menghasilkan dan dihasilkan oleh kepercayaan
Banyumas. Subjek penelitian yang digunakan
(trust) serta sifat dapat dipercaya (trustworthiness).
adalah petani cengkeh di Desa Ketanda, dengan
Penelitian tentang modal sosial petani
informan utamanya adalah petani cengkeh, serta
cengkeh di Desa Ketanda menggunakan analisis
dilengkapi deangan data dari informan
teori modal sosial yang dikemukakan oleh
pendukung yang diambil dari informan yang
Jousairi Hasbullah. Untuk dapat menganalisis
terpilih. Analisis data dilakukan dengan
modal sosial Jousairi Hasbullah menawarkan
menggunakan tahapan analisis yang
enam unsur yang seharusnya ada didalam
dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu:
modal sosial. Unsur-unsur yang ada didalam
Pengumpulan data, penyajian data, reduksi data,
modal sosial yaitu: partisipasi dalam jaringan,
kesimpulan/verifikasi (Miles, 1992:20).
resiprocity, trust, nilai, norma, dan tindakan yang
proaktif (Hasbullah, 2006: 9-16). Hasbullah
Imam Malik, dkk / Solidarity 4 (1) (2015)

(2006: 4-17) mengatakan bahwa suatu dalam penelitian ini adalah petani cengkeh
masyarakat akan maju jika terdapat enam unsur sebagai individu bukan sebagai petani cengkeh
modal sosial yang telah melembaga secara kuat. yang bergerak secara berkelompok. Meskipun
Menggunakan analisis unsur-unsur modal sosial fokus analisisnya berbeda yaitu antara individu
oleh Hasbullah, ditemukan bahwa modal sosial dengan kelompok. Analisis mengenai modal
yang ada pada petani cengkeh di Desa Ketanda sosial dalam konsep individu atau perorangan
berupa jaringan, trust, serta nilai dan norma. pernah dilakukan oleh Forsman A.K, (2013)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Hakim yang menemukan bahwa modal sosial tidak
dkk. 2010) modal sosial diukur dari indikator hanya dimiliki oleh kolektif tetapi juga dimiliki
partisipasi dalam suatu jaringan (networks), oleh individu, yang terbentuk karena terjaganya
kepercayaan (trust), resipirositas (Recipirocity), hubungan lama yang membentuk pengalaman
dan Norma Sosial. bersama. Adanya penelitian yang dilakukan
Untuk memperkuat dan mempermudah Forsman maka hasil analisis modal sosial petani
analisis temuan tentang modal sosial yang ada cengkeh dapat dipertahankan.
pada petani, peneliti menggunakan teori yang Jaringan sosial adalah salah satu modal
dikemukakan oleh Francis Fukuyama, yang sosial yang dimiliki oleh petani tanaman
mengatakan bahwa trust adalah bagian cengkeh di Desa Ketanda. Jaringan yang ada
terpenting dari modal sosial, atau sumber utama terlihat dalam bentuk relasi pertemanan, relasi
yang akan menentukan modal sosial akan kuat ini terbentuk atas dasar ikatan sosial yang telah
atau lemah (Fukuyama, 2002: 41-44). Melalui lama berjalan.Penelitian tentang modal sosial
teori yang diungkapkan oleh Fukuyama yang dilakukan oleh Handoyo (2013)
diketahui bahwa petani tanaman cengkeh telah menunjukan fungsi jaringan sebagai dasar
memiliki modal dasar berupa trust, sehingga menjalin kerjasama dan mendapatkan peluang
dimungkinkan akan tumbuh modal sosial kuat, usaha yang dilakukan oleh pedagang kaki lima.
berisi unsur-unsur modal sosial seperti yang Penelitian lain yang dilakukan oleh Hakim
dikemukakan oleh Hasbullah. (2010) menemukan bahwa jaringan sengaja
Analisis modal sosial yang dilakuka dibentuk untuk memperoleh kemudahan dalam
oleh Jousairi Hasbullah dan Francis Fukuyama aktifitas kerjasama. Petani melakukan hubungan
merupakan analisis modal sosial terhadap kerjasama dengan jaringannya melalui upaya
kelompok masyarakat. Didalam bukunya yang saling bertukar keuntungan.
berjudul Trust, Fukuyama berkali-kali menyebut Jaringan yang dimiliki oleh petani
modal sosial dengan pasangan katanya yaitu cengkeh ada yang terbentuk karena petani
masyarakat. Sementara Hasbullah didalam pernah bekerjasama untuk menjadi penyuluh
pengertiannya tentang modal sosial menyebut pertanian cengkeh, ada yang terbentuk karena
modal sosial sebagai upaya bersama untuk pernah menjalin hubungan antara petani dengan
kesejahteraan bersama. Penelitian tentang penyuluh dan ada ikatan sosial yang terbentuk
modal sosial petani cengkeh di Desa Ketanda, karena pertemanan sejak lama.
tidak menunjukan adanya upaya bersama yang
dilakukan oleh masyarakat dalam
mengambangkan pertanian engkeh, atau upaya
bersama antar petani cengkeh. Peneliti Petani Tengkulak
cengkeh
menemukan bahwa petani cengkeh dalam
menjalankan usahanya bergerak atas dasar
kepentingan individu.
Adanya perbedaan fokus analisis pada
Mantan penyuluh BP3K (Penyuluh
teori dan pada penelitian tentang modal sosial
pertanian cengkeh Pertanian)
petani cengkeh di Desa Ketanda, maka peneliti
memperoleh jawaban bahwa tidak terpenuhinya
unsu-unsur modal sosial seperti yang Bagan 1. Pola Jaringan Petani Cengkeh
dikemukakan oleh Hasbullah, karena petani Sumber: Hasil Olah Data Primer, Maret 2015
Imam Malik, dkk / Solidarity 4 (1) (2015)

Bagan 1 menunjukan pola alur jaringan penyuluh muncul dari adanya kegiatan
yang dimiliki oleh petani cengkeh di Desa penyuluhan yang dilakukan oleh pihak
Ketanda. Hubungan yang terjadi hanya antara penyuluh. Melalui kegiatan penyuluhan
petani dengan jaringan yang dimilikinya. Dari penyuluh memberikan berbagai informasi
petani langsung ke jaringannya dan dari tentang masalah-masalah dalam pertanian
jaringan yang dimiliki petani langsung ke termasuk pertaian cengkeh.
petani. Hubungan jaringan antar petani dengan Dari penelitian yang dilakukan petani
tengkulak dimiliki oleh Bapak Aris dan Bapak cengkeh juga diketahui memiliki modal trust
Suparno. Jaringan yang terbentuk dengan dalam upaya menjalankan pertanian cengkeh
tengkulak membantu Bapak Aris dan Bapak mereka. Trust memiliki peran sebagai pemberi
Suparno dalam sistem distribusi yang akan harapan kepada petani tentang pertanian
dilakukannya. Petani memiliki kebebasan untuk cengkeh yang di kelolanya. Modal trust petani
menjual hasil panennya ke siapapun yang dia cengkeh adalah kepercayaan yang dimiliki oleh
mau, tetapi dengan adanya tengkulak petani petani terhadap regulasi perdagangan Cengkeh
memiliki pilihan, pilihan dimana petani tidak yang dilakukan pemerintahan. Petani cengkeh di
perlu lagi repot mengurus cengkehnya, semua Desa Ketanda lebih banyak berajalan sendiri,
proses akan dilanjutkan oleh tengkulak setelah tanpa adanya jalinan kerjasama dengan pihak
transaksi antar tengkulak dan petani selesai lain ataupun dengan sesama petani cengkeh,
dilakukan. Petani memutuskan untuk mengurus meskipun petani memiliki jaringan, jaringan
panennya sendiri jika diperkirakan hasil panen lebih berperan sebagai pemberi informasi. Satu-
yang akan didapat jumlahnya besar, biasanya satunya alasan petani tetap bertahan dan
saat penen raya yang terjadi antara 2-3 tahun percaya tentang perkembangan pertanian
sekali. Jika jumlah yang dipanen besar maka cengkeh adalah keadaan harga cengkeh yang
petani lebih memilih untuk menjual hasil telah membaik. Seperti yang dikatakan oleh
penennya langsung ke tengkulak besar di Bapak Aris Rohmadi
kabupaten. Sementara jika panen tahunan,
dimana hasil penen yang diperoleh diperkirakan Kalo menurut saya kedepannya cengkeh
harganya tetep bagus. Melihat
sedikit petani lebih memilih menjualnya kepada
penggunaannya cengkeh kan banyak
tengkulak dengan sistem ijon. Melalui sistem dimanfaatkan kalo sekarang, seperti untuk
ijon petani tidak perlu lagi memanen dan pembuatan rokok, obat-obatan, dan lain-
mengeluarkan biaya untuk panen. lain. Kemungkinan ya itu harga tetap setabil
Jaringan yang terjadi antara petani (Bapak Aris Rohmadi, 44 tahun, Kepala
dengan mantan penyuluh pertanian dimiliki Desa Karanggintung, Sabtu 28 Maret 2015,
oleh Bapak Suwarto. Bapak Suwarto memiliki pukul 08.35-10.15).
rekan yang merupakan mantan penyuluh untuk
cengkeh. Jaringan antara Bapak Suwarto Pernyataan Pak Aris menunjukan
dengan rekannya terbentuk karena Bapak adanya kepercayaan yang dimiliki oleh mereka
tentang harga cengkeh yang telah membaik, dan
Suwarto dan rekannya pernah menjadi tim kerja
dalam melakukan penyuluhan. Hubungan yang bahkan petani cengkeh percaya
keberlangsungan pertanian cengkeh memiliki
telah terjalin sebagai tim kerja akhirnya
harapan yang besar untuk terus di perjuangkan.
berlanjut meskipun Bapak Suwarto dan
rekannya tidak lagi menjadi penyuluh. Naik turunnya harga cengkeh adalah pengaruh
dari permainan harga yang terjadi di pasaran,
Hubungan yang telah terbentuk selalu dijaga
oleh Bapak Suwarto maupun oleh rekannya, meskipun demikian regulasi pemerintah
dengan cara saling menjalin silaturahmi dan memiliki pengaruh paling besar terhadap
penetapan harga dipasaran. Secara tidak
saling berkunjung.
Jaringan yang dimiliki petani langsung dengan percayanya petani cengkeh
terhadap keadaan harga yang akan tetap setabil
selanjutnya adalah jaringan yang terbentuk
menunjukan bahwa petani memiliki
antara petani dengan penyuluh pertanian dari
BP3K. Jaringan antar petani cengkeh dengan kepercayaan terhadap regulasi yang ditetapkan
oleh pemerintah. Penelitian yang dilakukan oleh
Imam Malik, dkk / Solidarity 4 (1) (2015)

Kadek (2014) memperoleh hasil bahwa dimiliki keduanya akhirnya memunculkan


munculnya trustberawal dari adanya kelayakan kekuatan-kekuatan karena adanya dukungan
bisnis terhadap pertanian tanaman cengkeh. yang diberikan satusama lain.
Trust yang dimiliki oleh petani cengkeh Nilai yang terbentuk dari adanya
terhadap regulasi pemerintah adalah modal hubungan pertemanan dapat dipertahankan
besar yang mampu mengubah cara pandang dengan norma-norma yang mengatur hubungan
petani untuk bertani cengkeh. Masyarakat Desa antar keduanya. Norma yang ada bekerja untuk
Ketanda secara umum mengetahi bahwa harga menjaga hubungan pertemanan yang terjalin
cengkeh saat ini telah membaik, akan tetapi tetap dapat bertahan dan bahkan semakin kuat.
mereka tidak memiliki kepercayaan bahwa Keberadaan norma sosial ini ditunjukan oleh
harga itu akan bertahan dalam waktu lama, Bapak Suwarto dan Bapak Aris terhadap
seperti yang dikatakan oleh Bapak Purwanto jaringan yang dimilikinya. Bapak Suwarto dan
selaku penyuluh dari BP3K. Bapak Aris selalu menjalin silaturahmi dengan
jaringan yang mereka miliki. Silaturahmi yang
Pada umumnya mereka tahu, tahu persis dilakukan oleh Bapak Aris dan Bapak Suwarto
bahwa sekarang harga cengkeh tiap kilonya
merupakan salah satu bentuk norma yang
sudah tinggi, tapi ya itu mereka hanya tahu
saja. Ya ada yang mulai menanam kembali, dilakukan dalam rangka menjaga jalinan
tapi ya tidak banyak (Bapak Purwanto, 53 pertemanan yang ada. Keputusan untuk saling
tahun, penyuluh pertanian, Jumat, 20 Maret silaturahmi adalah hal yang dilakukan tanpa
2015 pukul 16.30-17.30)
perjanjian diantara keduanya, akan tetapi
Pernyataan yang diberikan Bapak mereka sadar norma yang mereka miliki harus
Purwanto menunjukan bahwa informasi tetap mereka jaga untuk dapat menjaga nilai-
mengenai harga cengkeh memang sudah dapat nilai yang telah terbentuk didalam hubungan
diketahui oleh semua orang, khususnya warga yang mereka jalin.
Desa Ketanda. Meskipun harga sudah diketahui Nilai dan norma yang dimiliki petani
mahal, mereka tidak percaya bahwa harga juga menentukan bagaimana cara mereka
mahal yang mereka tahu sekarang akan dapat menjalani hidup mereka sebagai petani. Petani
bertahan lama. Para petani justru lebih takut cengkeh percaya bahwa alam telah
saat musim panen tiba harga kembali turun, menyediakan segala sesuatunya yang dapat
sehingga mereka takut merugi. Berbeda dengan dimanfaatkan oleh manusia. Bagaimana
para petani cengkeh yang memang telah keadaan manusia ditentukan oleh bagaimana
memilih untuk tetap bertani cengkeh, mereka cara manusia itu menjalani kehidupannya.
memiliki kepercayaan terhadap harga yang akan Petani cengkeh memiliki pandangan hidup
tetap setabil. untuk dapat memanfaatkan segala sesuatu yang
Hubungan dalam jaringan sudah disediakan alam dengan searif mungkin
memunculkan nilai dan norma yang terbantuk dan mengoptimalkan apa yang bisa dikelola dari
dengan sendirinya. Nilai yang terbentuk adalah alam, tanpa selalu mengharapkan belas kasihan
nilai sosial yang mengikat hubungan dari pemerintah.
pertemanan antar anggotanya. Nilai-nilai yang
tercipta didasarkan atas pengalaman bersama, Cara Petani Memanfaatkan Modal Sosial
perasaan bersama, seperti yang dialami oleh Petani cengkeh di Desa Ketanda
Bapak Suwarto terhadap rekannya yang saat ini memiliki modal sosial yang tidak dimiliki petani
berprofesi sebagai pegawai kecamatan. Bapak tanaman lain. Modal sosial yang dimiliki petani
Suwarto memiliki pengalaman yang dialami cengkeh memberikan alasan kenapa para petani
bersama dengan rekannya saat menjadi cengkeh yang tersisa mampu bertahan dengan
penyuluh. Pengalaman yang dimiliki oleh pertanian cengkeh mereka. Modal sosial juga
Bapak Suwarto menciptakan adanya rasa memberikan alasan kenapa para petani cengkeh
senasib seperjuangan, sehingga saat ini mereka memilih tetap bertani cengkeh meskipun banyak
memiliki pola piker yang sama terhadap tanaman jenis lain yang dapat ditanam. Modal
keadaan pertanian cengkeh. Pola pikir yang sosial yang ada telah berhasil dimanfaatkan
Imam Malik, dkk / Solidarity 4 (1) (2015)

dengan baik oleh petani cengkeh. Upaya ada 25 pohon. Kalo murah seperti dulu ya
memanfaatkan modal sosial dilakukan oleh tidak nanam lagi.
petani yaitu dengan memanfaatkan modal sosial
yang mereka miliki terhadap usaha pertanian Bapak Aris menjelaskan alasannya
cengkeh mereka. Upaya memanfaatkan modal untuk kembali merewat pohon cengkeh yang
sosial adalah hal yang secara tidak sadar dia miliki. Selain merawat pohon yang telah
dilakukan oleh petani, kepemilikan jaringan dan dimiliki, Bapak Aris juga kembali menanam
kepercayaan petani terhadap pertanian cengkeh pohon cengkeh baru. Bapak aris menjelaskan
dianggap sebagai hal yang umum bagi para bahwa harga cengkeh yang ada saat ini telah
petani cengkeh. Petani lebih memandang bahwa berada pada harga yang menguntungkan bagi
masing-masing orang memiliki cara sendiri petani, sehingga membuatnya tertarik untuk
dalam menjalankan kehidupan ekonominya. kembali ke pertanian cengkeh.
Hal yang dilakukan oleh petani untuk Keinginan yang sama untuk kembali
memanfaatkan modal sosial antara lain: menanam pohon cengkeh baru juga dirasakan
memanfaatkan jaringan dalam upaya perawatan oleh Bapak Suwarto. Upaya yang dilakukan
dan peremajaan tanaman cengkeh, oleh Bapak Aris, dan Bapak Suparno
memmanfaatkan jaringan untuk distribusi hasil memperlihatkan adanya keinginan sebagai
panen, memanfaatkan nilai dan norma dalam petani cengkeh untuk meningkatkan produksi
aktifitas pertanian cengkeh, menjadikan trust cengkeh mereka saat penen. Untuk melakukan
sebagai dasar untuk pengembangan usaha perawatan dan peremajaan petani
pertanian cengkeh. membutuhkan modal berupa uang. Bagi petani
cengkeh yang memiliki modal trust yaitu
Memanfaatkan Jaringan untuk meningkatkan kepercayaan terhadap regulasi harga oleh
kemampuan petani dalam Upaya Perawatan pemerintah, bahwa harga cengkeh yang ada saat
dan Peremajaan Tanaman Cengkeh ini telah berada pada posisi yang setabil dan
Perawatan dan peremajaan tanaman mampu memberikan peluang untuk usaha,
cengkeh adalah langkah yang diambil oleh keputusan untuk membiayai perawatan dan
semua petani cengkeh di Desa Ketanda. peremajaan tanaman cengkeh bukan menjadi
Langkah yang dilakukan untuk melakukan pertimbangan yang berarti. Persoalan yang
perawatan dan peremajaan tanaman cengkeh menjadi kendala bagi para petani dalam
adalah pilihan rasional yang diambil oleh para mengmbangkan pertanian cengkehnya adalah
petani cengkeh. Melalui modal yang dimiliki lahan yang dimiliki semakin terbatas, sementara
petani cengkeh mengetahui bahwa pertanian harga lahan semakin tinggi sehingga mereka
cengkeh memiliki peluang yang baik untuk tidak memungkinkan untuk membeli lahan baru
kembali di kembangkan, adanya peluang untuk ditanami cengkeh.
membuat mereka harus melakukan tindakan Berbeda dengan para petani cengkeh
untuk mengambil peluang itu, yaitu dengan yang memiliki modal sosial berupa trust.
melakukan perawatan tanaman cengkeh yang Masyarakat di Desa Ketanda yang tidak
mereka miliki dan kembali melakukan memiliki modal yang sama tidak mampu untuk
peremajaan serta menambah jumlah Pohon melakukan perawatan dan peremajaan
Cengkeh, sehingga hasil panen cengkeh akan pertanian cengkeh mereka. Ketidakmampuan
semakin banyak didapatkan oleh petani. Upaya yang dialami bukan dalam hal modal ekonomi
perawaan dilakukan oleh Bapak Aris. melainkan rasa percaya diri atau keyakinan dari
Sekarang ya saya rawat lagi sebabe regane mereka utntuk mengalokasikan uang dalam
larang. Kae ya nandur anyar ana selawe uwit. pertanian cengkeh. Jika para petani cengkeh
Nek murah kaya gemien ya boro-boro nandur memiliki kendala karena keterbatasan lahan,
maning (Bapak Aris Rohmadi, 44 tahun, para petani lain justru memiliki lahan tapi tidak
Kepala Desa Karanggintung, Sabtu 28 memiliki keyakinan untuk bertani cengkeh.
Maret 2015, pukul 08.35-10.15).
Memanfaatkan Jaringan Untuk
Sekarang saya rawat lagi sebab harganya
Mendistribusikan Hasil Panen
mahal. Itu juga menanam lagi pohon baru,
Imam Malik, dkk / Solidarity 4 (1) (2015)

Ditribusi hasil panen adalah langkah


terahir dari petani sebelum akhirnya petani
dapat menikmati hasil kerja mereka. Tahap Tengkulak
Petani Tengkulak
distribusi merupakan tahap yang paling penting Kecil Besar
bagi petani, dengan dua kemungkinan yang ada
didalamnya, yaitu kemungkinan untung besar
atau kemungkinan petani akan merugi karena
Bagan 2. Alur Distribusi Hasil Panen Cengkeh
harga yang didapat tidak sesuai. Kemungkinan- Oleh Petani ke Tengkulak
kemungkinan yang ada membuat petani Sumber: Hasil Olah Data Primer, Maret 2015
mengalami rasa was-was dalam tahap distribusi
ini. Petani cengkeh telah memilih sistim Bagan 2 memperlihatkan alur distribusi
distribusinya dengan cara menjual langsung ke hasil cengkeh dan untuk menentukan pilihan ke
pengepul, baik pengepul besar ataupun pengepul mana petani akan menjual hasil panennya,
kecil, tanpa melewati perantara atau koprasi. dilakukan petani dengan melihat selisih harga
yang ada dimasing-masing lokasi. Petani
Langkah yang dilakukan petani cengkeh
melakukan perbandingan harga karena petani
diyakini sebagai upaya untuk menjauhkan memiliki kebebasan kemana dia akan menjual
mereka dari kemungkinan adanya permainan hasil panennya. Harga beli yang tertinggi
harga yang dilakukan oleh orang-orang yang biasanya ada pada pengepul di kabupaten yaitu
tidak bertanggung jawab. Seperti yang di Purwokerto, akan tetapi kadang petani
dikatakan oleh Bapak Suwarto yang merupakan mengalami kesulitan transportasi karena jarak
petani cengkeh. yang jauh, sehingga meskipun ditemukan
Nek kulo adol cengkeh nek mboten teng sumpiuh bahwa harga di kabupaten lebih tinggi petani
nggih teng kebumen, wonten malih ngih teng akan tetap memilih menjualnya di kecamatan.
purwokerto, tapi jarang. Kulo mboten pernah tek Petani akan memperhitungkan biaya distribusi
dol lewat koprasi nopo sing liane. Soale cok dan selisih harga yang ada di kecamatan dengan
mboten genah sih niku. Nek adol piyambak kan di kabupaten, jika selisihnya besar petani
regane arep ditawa sepira’a wis pada dene memilih menjualnya ke kabupaten, meskipun
sepakat, wong anu langsung ngerti barange si selisihnya kecil akan tetapi petani memiliki hasil
(Bapak Suwarto, 83 tahun, panen yang banyak, petani juga lebih memilih
wiraswasta/petani cengkeh, Selasa 24 Maret
2015, pukul 09.20-10.15). untuk menjualnya ke kabupaten.
Kalo saya menjual cengkeh, kalo tidak ke
Sumpiuh ya ke Kebumen, ada lagi di Memanfaatkan Nilai dan Norma dalam
Purwokerto, tapi jarang dilakukan.saya
Aktifitas Pertanian Cengkeh
tidak pernah menjual ke koprasi atau
sejenisnya. Karena kalo ke koprasi kadang Petani cengkeh memiliki nilai-nilai
tidak jelas. Kalo menjual sendiri mau dalam menjaga segala sesuatu yang telah
ditawar berapa kan sudah sama-sama dimilikinya, termasuk menjaga jaringan sosial
sepakat, karena masing-masing sudah tau
kondisi barangnya. dan menjaga pertanian cengkeh yang
Bapak Suwarto menuturkan bahwa dia dimilikinya. Selain menjaga petani juga
lebih memilih untuk menjual cengkehnya secara memiliki pandangan hidup sebagai implikasi
langsung ke pengepul-pengepul yang ada di dari nilai-nilai yang diyakininya, untuk dapat
kecamatan, daripada dia harus menjualnya memanfaatkan segala sesuatu yang sudah
lewat koprasi atau sejenisnya. Bapak Suwarto disediakan alam dengan searif mungkin dan
juga menjelaskan adanya beberapa alternatif mengoptimalkan apa yang bisa dikelola dari
tempat penjualan yang dapat dia pilih untuk alam.
menjual hasil panen cengkeh miliknya. Mulai Petani cengkeh memiliki pandangan
dari di Sumpiuh, di Kebumen dan di bahwa seseorang pasti akan berhasil asalkan
Purwokerto. Sumpiuh dan Kebumen adalah mau berfikir, mau mencari ide dan peluang
kecamatan sedangkan untuk Purwokerto adalah didalam kehidupannya. Sebaliknya jika
lokasi dari pengepul besar tingkat kabupaten. seseorang hanya berdiam diri tanpa melakukan
Berikut ini pada bagan 4, dijelaskan alur apapun dan hanya menunggu uluran bantuan
distribusi hasil panen. dari orang lain maka hidupnya hanya akan sia-
sia, tidak memiliki semangat hidup. Bapak
Imam Malik, dkk / Solidarity 4 (1) (2015)

Suwarto memiliki ide untuk mengelola secara


maksimal apa yang dimilikinya. Pohon cengkeh Upaya perawatan sebagai salah satu
adalah tanaman yang hanya bisa panen setiap langkah yang dilakukan dari adanya pandangan
satu tahun satukali, dengan keadaan itu, jika hidup petani cengkeh. Pandangan hidup yang
Bapak Suwarto hanya mengandalkan panen mereka miliki, memiliki kontribusi yang nyata
cengkeh maka kebituhan hariannya tidak bisa terhadap pertanian mereka. Keberlangsungan
tercukupi. Agar dapat memenuhi kebutuhan pertanian cengkeh yang mereka miliki bisa
harian Bapak Suwarto menanam berbagai terjadi karena adanya perawatan yang
tanaman yang dapat berproduksi setiap hari, dilakukan terhadap pohon cengkeh. Berbeda
seperti Pohon Kelapa yang dapat diambil dengan para petani yang telah memilih
niranya setiap hari, mengumpulkan daun membiarkan pertanian cengkeh mereka tanpa
cengkeh yang telah rontok setiap hari untuk perawatan. Pohon cengkeh yang tidak
dijual kepada pembuat minyak daun cengkeh, mendapatkan perawatan tidak dapat berbuah
serta menanam tanaman sayur-mayur yang dengan baik, bahkan pohonnya akan semakin
dapat mengurangi biaya kebutuhan dapur. meranggas dan akhirnya mati.
Upaya memaksimalkan segala sesuatu yang
telah dimiliki juga dilakukan petani dengan cara Menjadikan Trust Sebagai Dasar Untuk
mengumpulkan daun pohon cengkeh untuk Pengembangan Usaha Pertanian Cengkeh
dijual. Keinginan untuk mengembangkan
Mengumpulkan daun pohon cengkeh usaha adalah persoalan yang dialami semua
yang telah rontok adalah salah satu upaya yang petani termasuk petani cengkeh. Dalam
dapat dilakukan oleh petani cengkeh untuk mengambangkan usaha petani memerlukan
memperoleh tambahan pendapatan harian. modal yang tidak sedikit, seperti untuk
Harga daun pohon cengkeh yang murah pembelian bibit, pembelian pupuk, bahkan
membuat petani harus memiliki prinsip yang untuk membeli tanah. Adanya segala macam
kuat dalam kehidupan ekonominya, sehingga kemungkinan kerugian karena harus
petani akan mau untuk mengumpulkan sedikit mengeluarkan modal untuk melakukan
demi sedikt daun yang telah jatuh dari pengembangan usaha, membuat hanya sedikit
pohonnya. Hal terpenting dari pandangan hidup dari petani yang memutuskan utntuk
petani cengkeh yaitu tentang bagaimana mereka melakukannya. Petani cengkeh di Desa Ketanda
memanfaatkan yang sudah mereka miliki. memiliki modal sosial berupa trust yang
Petani cengkeh di Desa Ketanda melakukan menjadikannya mampu untuk melakukan
perawatan rutin terhadap pohon cengkeh yang pengembangan pertanian cengkeh. Berdasarkan
mereka miliki, melakukan pemupukan dan kondisi ekonomi yang sama, mereka petani
membersihkan area lahan cengkeh. Petani yang yang tidak memiliki trust tidak mampu
cengkeh melakukan perawatan terhadap pohon untuk melakukan pengembangan pertanian
yang mereka miliki karena mereka yakin bahwa cengkehnya, bahkan pohon cengkeh yang
pohon yang mereka miliki hanya akan berbuah dimiliki dibiarkan tanpa ada perawatan.
maksimal jika dilakukan perawatan. Seperti Petani tanaman cengkeh selain
yang dikatakan oleh Bapak Aris Rohmadi berupaya untuk tetap mempertahankan
pertanian cengkeh yang dimiliki, mereka juga
tek rawat mas, ora dirawat ya ra bakalan ewoh, berupaya untuk kembali mengembangkan
kae gone tangga tanggane ya akeh sing pada pertanian cengkeh di lingkungan mereka. Upaya
dijorna, arep di tunggoni nganti kapan masa
yang dilakukan petani dalam
ewoha (Bapak Aris Rohmadi, 44 tahun,
mengmengembangkan usaha pertanian cengkeh
Kepala Desa Karanggintung, Sabtu 28
di lingkungan mereka yaitu dengan mengajak
Maret 2015, pukul 08.35-10.15).
Saya rawat mas, tidak dirawat ya tidak akan orang-orang disekitar mereka untuk kembali
berbuah. Itu milik tetangga banyak yang melihat usaha pertanian cengkeh melalui
tidak dirawat, mau ditunggu sampai kapan kegiatan sosialisasi. Para petani cengkeh telah
juga tidak akan berbuah. lebih dulu yakin terhadap prospek usaha
Imam Malik, dkk / Solidarity 4 (1) (2015)

pertanian cengkeh dan telah memiliki akses Sebagai Sumber Informasi


yang lebih terhadap informasi tentang pertanian Jaringan sosial yang dimiliki oleh
cengkeh. Upaya sosialisasi dalam hal pertanian petani cengkeh mampu memberikan informasi
cengkeh dilakukan oleh Bapak Suwarto yang yang dibutuhkan oleh para petani cengkeh.
merupakan Petani cengkeh. Melalui jaringan yang dimiliki petani
Nek tangga-tanggane nggih kadang-kadang
memperolah informasi tentang perkembangan
nderek ningali teng mriki mas, wonten sing pertanian tanaman cengkeh, khususnya harga
takon-takon tok njaluk waraih carane mupuk, cengkeh dipasaran. Harga cengkeh yang
pupuke nopo mawon. Sing ngetutaken kulo seringkali berubah menjadi masalah sendiri bagi
nggihh wonten, niku wonten tiang modele kur
ngetutna, nek kulo mumup ya melu mupuk, para petani cengkeh. Petani yang tidak memiliki
kapan mupuke kulo nggih niku tiyang modal sosial seringkali mengalami kebingungan
ngetutaken mawon. Tapi sing dikandani malah saat harga cengkeh dipasaran cenderung tidak
ngeyel nggih wonten niku. (Bapak Suwarto, 83
stabil.
tahun, wiraswasta/petani cengkeh, Selasa
24 Maret 2015, pukul 09.20-10.15) Harga cengkeh dipasaran berada pada
posisi harga tertinggi saat musim panen baru
Kalo tetangga ya kadang-kadang ikut
melihat-lihat disini, ada yang sekedar tanya- datang, dan akan semakin turun saat musim
tanya minta diajari cara memupuk, panen selesai.perubahan harga yang terjadi akan
pupuknya apa saja. Orang yang mengikuti dapat dengan mudah dianalisis oleh para petani
saya juga ada, itu ada orang yang caranya
cuma mengikuti, kalo saya memupuk ya dia cengkeh yang memang sudah biasa mengakses
ikut memupuk, kapan saya memupuk ya dia informasi tentang pertanian cengkeh. Bapak
ikut kapansaja saya memupuk. Tapi ya ada Aris Rohmadi adalah salah satu petani cengkeh
juga orang yang dibilangin tetep ngeyel. yang memiliki jaringan sebagai modal sosialnya,
Bapak Suwarto menunjukan adanya Bapak Aris memiliki jaringan dengan seorang
upaya yang dilakukannya untuk membagikan pengepul atau tengkulak cengkeh. Melalui
pengetahuannya kepada tetangganya. Selain jaringan yang dimiliki, Bapak Aris
kesediaan Bapak Suwarto untuk membantu para
mendapatkan informasi yang tidak didapatkan
tetangganya dalm memberikan informasi,
kesadaran tetangga untuk meminta informasi para petani lain yang tidak memiliki modal
juga menentukan jalannya komunikasi diantara sosial. Jaringan yang dimiliki Bapak Aris berupa
mereka. Tanpa adanya upaya sosialisai dari hubungan pertemanan yang terjalin karena
para petani cengkeh terhadap masyarakat di kediaman Bapak Aris dan rekannya saling
lingkungannya, informasi yang mereka miliki berdekatan, ikatan itu kemudian semakin erat
tidak mampu menjangkau masyarakat dengan adanya kerjasama dalam usaha
disekitarnya. Diterapkannya pengetahuan dari
pertanian cengkeh.
modal sosial yang dimiliki para petani cengkeh
menjadikan keberadaan pertanian cengkeh di Sebagai seorang pembeli cengkeh,
Desa Ketanda sampai saat ini masih bertahan, tengkulak memiliki informasi yang lebih akurat
dan berkembang secara perlahan. tentang situasi pasar yang dapat menentukan
harga cengkeh. Informasi inilah yang kemudian
secara tidak sadar telah diterima oleh Bapak
Kontribusi Modal Sosial Aris, sehingga Pak Aris mampu menganalisis
Modal sosial yang dimiliki petani kapan dia bisa menjual hasil panennya dan
cengkeh memiliki kontribusi dalam kapan dia akan menahannya untuk disimpan
pengembangan usaha pertanian cengkeh di terlebih dahulu. Modal sosial berupa jaringan
Desa Ketanda. Kontribusi yang dimaksud yaitu yang diperoleh karena ikatan pertemanan dapat
modal sosial berperan sebagai sarana informatif, saling menguntungkan orang yang terlibat
yaitu sebagai pemberi informasi bagi petani didalamnya karena pertukaran informasi yang
dalam menjalankan pertanian cengkehnya. dilakukan atas dasar kesukarelaan dan tanpa
Kontribusi selanjutnya yaitu sebagai sarana dibuat-buat.
mendapatkan akses informasi. Petani
mendapatkan akses informasi tentang pertanian Melalui percakapan yang dilakukan,
cengkeh dari adanya modal yang dimilikinya. Bapak Aris secara tidak sengaja telah
Imam Malik, dkk / Solidarity 4 (1) (2015)

mendapatkan informasi tentang bagaimana para agar dapat digunakan petani untuk dapat
pembeli cengkeh atau tengkulak melakukan jual mengembangkan pertanian cengkehnya,
beli. Melalui interaksi sehari-hari, pertukaran sehingga petani harus pendai dalam mengelola
informasi yang dialakukan antar keduanya telah modal yang dia miliki. Modal sosial berupa
melampaui batas informasi yang dibutuhkan jaringan yang dimiliki petani cengkeh di Desa
oleh masing-masing, sehingga dengan adanya Ketanda secara umum masih memiliki banyak
hubungan sebagai sebuah jaringan pertemanan keterbatasan, khususnya untuk fungsi aksesnya,
Bapak Aris telah memiliki sumber informasi karena hanya mampu menyediakan akses
yang datang dengan sendirinya. Adanya informasi saja.
informasi yang dapat dengan mudah diakses
oleh petani cengkeh, membuat mereka semakin
mudah dalam menjalankan pertanian cengkeh SIMPULAN
yang mereka miliki. Ketersediaan informasi Hasil penelitian dan pembahasan yang
menjadikan para petani semakin yakin terhadap telah dilakukan maka peneliti dapat
pertanian cengkeh yang mereka pertahankan. menyimpulkan sebagai berikut: (1) Modal sosial
yang dimiliki petani tanaman cengkeh berupa
Sebagai Sarana Mendapatkan Akses jaringan, trust serta nilai dan norma. Modal trust
Modal sosial yang dimiliki petani yang dimiliki petani adalah kepercayaan
tanaman cengkeh memiliki fungsi akses, yaitu terhadap regulasi harga yang dibuat oleh
akses informasi. Informasi merupakan hal pemerintahan. Untuk modal jaringan terbentuk
berharga yang sangat dibutuhkan oleh para karena jalinan pertemanan yang secara tidak
petani dalam upaya mempertahankan pertanian sengaja telah memberikan kontribusi terhadap
cengkeh mereka. Tidak semua bisa mengakses usaha pertanian cengkeh mereka. Sementara
informasi dengan mudah, bahkan pemerintah kepercayaan untuk bekerjasama dalam
melalui para penyuluhnya tidak dapat pengelolaan pertanian cengkeh belum dimiliki
memberikan semua informasi yang dibutuhkan oleh para petani. Petani juga memiliki nilai dan
petani cengkeh. Untuk menjalankan usaha norma yang menuntun mereka dalam menjaga
pertanian cengkehnya petani tidak hanya jaringan yang dimiliki, serta membentuk etos
membutuhkan informasi tentang harga cengkeh kerja petani; (2) Petani tanaman cengkeh
dipasaran, cara merawat cengkeh, dan cara-cara memiliki beberapa upaya dalam memanfaatkan
pemupukan. Informasi yang petani butuhkan modal soial yang dimilikinya, yaitu:
adalah kemungkinan-kemungkinan yang biasa memanfaatkan modal sosial berupa jaringan
terjadi dilapangan, seperti naik-turunnya harga, dalam upaya melakukan perawatan dan
dan persaingan antar petani maupun pembeli. peremajaan tanaman cengkeh, memanfaatkan
Untuk mengembangkan pertaniannya petani modal sosial berupa jaringan untuk distribusi
cengkeh memerlukan akses terhadap informasi. hasil panen cengkeh, menjadikan trust sebagai
Akses informasi tidak dapat mereka peroleh dasar untuk pengembangan pertanian tanaman
tanpa adanya jaringan yang mereka miliki. cengkeh, serta memanfaatkan modal sosial yang
Modal sosial berupa jaringan menunjukan berupa nilai dan norma dalam aktifitas
kontribusinya terhadap pertanian cengkeh, pertanian cengkeh; (3) Modal sosial yang
dengan cara memberikan akses terhadap petani dimiliki petani cengkeh di Desa Ketanda
cengkeh dalam usaha mengembangkan memiliki peran sebagai sarana informatif dalam
pertanian cengkeh mereka. mengambangkan pertanian cengkeh di Desa
Ketanda, seta sebagai sebagai sarana dalam
Selain akses informasi, modal sosial mendapatkan akses informasi dalam
yang dimiliki oleh ptani cengkeh belum mampu mendukung usaha pertanian cengkeh di Desa
menyediakannya. Sepertihalnya akses untuk Ketanda. Petani tanaman cengkeh memiliki
memasuki pasar yang lebih baik, yang bisa modal sosial yang masih tergolong lemah,
menjadikan petani dapat memperolah harga jual karena tidak ada usaha bersama masyarakat
lebih layak. Begitu juga akses modal ekonomi Desa Ketanda yang dilakukan dalam
Imam Malik, dkk / Solidarity 4 (1) (2015)

mendukung usaha pengembangan pertanian Suryono, A. 2012. ‘Peranan dan Pemanfaatan


cengkeh. Petani lebih banyak berinteraksi Modal Sosial Dalam Pengembangan
dengan jaringan yang mereka miliki. Dengan Klaster Studi Pada Klaster Cor Logam
Ceper-Klaten Jawa Tengah’. Disertasi.
modal sosial yang lemah maka upaya
Malang: Studi Pembangunan UKSW
mengembangkan usaha pertanian cengkeh oleh http://repository.uksw.edu/bitstream/
petani akan berjalan sangat lambat. Bahkan handle/123456789/726/D_902005007_
dimungkinkan pertanian cengkeh hanya akan Judul.pdf?sequence=1 (diakses 8 Maret
tersisa dikalangan petani tanaman cengkeh saja, 2015)
karena hanya mereka yang memiliki akses Prastowo dkk. 2007. Prospek dan Arah
informasi dengan jaringan yang mereka miliki. Pengembangan Agribisnis Cengkeh.
Badan Pnelitian dan Pengembangan
UCAPAN TERIMAKASIH Pertanian. DEPTAN.
http://www.litbang.pertanian.go.id/sp
ecial/publikasi/doc_perkebunan/cengk
Penulis mengucapkan terimakasih atas
eh/cengkeh-bagian-
bimbingan dan arahan dari bapak Nugroho
a.pdf/http://www.litbang.pertanian.go
Trisnu Brata, M.Hum. tidak lupa diucapkan
.id/special/komoditas/files/0507L-
terimakasih kepada informan yang sudah
CENGKEH.pdf (diakses pada 3
bersedia memberikan data dan informasi terkait
Februari 2015)
dengan tulisan dalam artikel ini.
Putra, K S. 2014. ‘Kelayakan Bisnis Bertani
DAFTAR RUJUKAN Cengkeh Dan Durian (Studi Pada Desa
Silangjana, Kecamatan Sukasada,
Kabupaten Buleleng Pada Tahun
Hasbullah J. 2006. Social Capital: Menuju
2014)’. Dalam jurnal Universitas
Keunggulan Budaya Manusia
Pendidikan Ganesha. No. 1.
Indonesia. Jakarta: MR- United Press
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.p
Fukuyama F. 2010. Trust: kebijakan Sosial dan hp/JJPE/article/viewFile/4513/3481
Penciptaan Kemakmuran.Yogyakarta: (diakses 1 Februari 2015)
Qalam
Forsman A.K. dkk. 2013. Understanding the Role
of Social Capital for Mental Welbeing
Among Older Adults. Dalam Cambridge.
Issue 05. pp 824-
825.http://journals.cambridge.org/dow
nload. (diakses 26 Februari 2015)

Hakim, dkk. 2010. ‘Hubungan Modal Sosial


dan Modal Manusi Dengan Tingkat
Pendapatan Petani Karet di Kecamatan
Tnjung Batu Kabupaten Ogan Ilir’.
Dalam Jurnal Pembangunan Manusia.
No.12.
http://balitbangnovdasumsel.com/data
/download/20140128150347.pdf(diaks
es 3 Februari 2015)

Miles, M B dan A M, Huberman. Analisis Data


Kualitatif, terjemahan Rohidi Tjetjep
Rohendi. 1992. Jakarta: UI Press

Mustofa, M S.2005. Kemiskinan Masyarakat


Petani Desa di Jawa. Semarang: Unnes
Press

Anda mungkin juga menyukai